132
PAGE 1 BP2IP TANGERANG | ATT-III | January 1, 2015 MEKANIKA TERAPAN UNTUK JURUSAN TEKNIKA PELAYARAN NIAGA TINGKAT III

MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

  • Upload
    habao

  • View
    334

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

PAGE 1

BP2IP TANGERANG | ATT-III | January 1, 2015

MEKANIKA TERAPAN UNTUK JURUSAN TEKNIKA PELAYARAN NIAGA TINGKAT III

Page 2: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan buku Mekanika Terapan Untuk

Teknika ini dengan baik.

Buku ini disusun berdasarkan kurikulum dan silabus dari International Maritime

Organisation sebagaimana termuat dalam IMO Model Course 7.04 tentang Officer in Charge of

an Engineering Watch. Materi yang disusun dalam buku ini dibuat ringkas tetapi lengkap dan

disertai contoh-contoh soal dengan penyelesaiannya supaya memudahkan pembaca untuk

memahami materi.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengajar, siswa/taruna dan para pembaca untuk

memahami dan menguasai konsep-konsep dasar mekanika maupun penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari khususnya dalam mempelajari materi-materi produktif teknika kapal.

Kritik dan saran dibuka seluas-luasnya untuk perbaikan buku ini dalam edisi mendatang.

Penyusun

Page 3: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

ii

DAFTAR ISI

BAB I STATIKA ..... 1

1.1 Vektor Gaya

1.2 Resultan Gaya

1.3 Komponen Gaya

1.4 Momen Gaya

1.5 Kopel

1.6 Titik Berat dan Centroid

BAB II DINAMIKA ..... 39

2.1 Kecepatan dan Efek Perubahan Arah

2.2 Harga Sesaat

2.3 Perubahan Kecepatan

2.4 Kecepatan Relatif

2.5 Gaya Gesek

BAB III HIDROSTATIKA ..... 67

3.1 Tekanan

3.2 Hukum Pascal

3.3 Prinsip Archimedes

BAB IV HIDRODINAMIKA ..... 84

4.1 Pengertian Debit

4.2 Persamaan Kontinuitas

4.3 Asas Bernoulli

4.4 Teorema Torricelli

Page 4: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

iii

PENGENALAN SATUAN SI DAN FAKTOR KONVERSI

Besaran pokok dan satuannya

Besaran Pokok Simbol Satuan Simbol

panjang l meter m

massa m kilogram kg

waktu t sekon s

kuat arus I Ampere A

suhu T Kelvin K

jumlah zat N mol mol

intensitas cahaya J kandela cd

Beberapa besaran turunan dan satuannya

Besaran Turunan

dan Simbol Rumus Satuan dan Simbol

luas (A) panjang × lebar m2

volume (V) panjang × lebar × tinggi m3

massa jenis (𝜌) massavolume⁄ kg/m3

kecepatan (v) perpindahanwaktu

⁄ m/s

percepatan (𝑎) kecepatanwaktu

⁄ m/s2

gaya (F) massa × percepatan kg m/s2 = Newton (N)

usaha dan energi (W) gaya × perpindahan kg m2/s2 = Joule (J)

tekanan (P) gayaluas⁄ kg/m.s2 = Pascal (Pa)

daya usahawaktu⁄ kg m2/s3 = Watt (W)

impuls dan

momentum gaya × waktu kg m/s = N.s

Awalan satuan (Prefix of units)

Awalan Simbol Faktor Pengali Contoh

kilo k 103 atau ×1000 kilometer (km)

hekto h 102 atau ×100 hektometer (hm)

deka da 101 atau ×10 dekameter (dam)

satuan 100 atau ×1 meter (m)

desi d 10-1 atau ×0,1 desimeter (cm)

senti 𝑐 10-2 atau ×0,01 sentimeter (cm)

milli m 10-3 atau ×0,001 millimeter (mm)

Page 5: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

iv

Awalan Simbol Faktor Pengali Contoh

terra T 1012 atau ×1000000000000 terrameter (Tm)

giga G 109 atau ×1000000000 gigameter (Gm)

mega M 106 atau ×1000000 megameter (Mm)

kilo k 103 atau ×1000 kilometer (km)

satuan 100 atau ×1 meter (m)

milli m 10-3 atau ×0,001 millimeter (mm)

mikro 𝜇 10-6 atau ×0,000001 mikrometer (𝜇m)

nano n 10-9 atau ×0,000000001 nanometer (nm)

piko p 10-12 atau ×0,000000000001 pikometer (pm)

Faktor Konversi Satuan

Panjang

1 nautical mile = 1,852 km = 1852 m

1 m = 1,0936 yard = 3,281 kaki = 39,37 inci

1 inci = 2,54 cm

1 kaki = 12 inci = 30,48 cm

Luas

1 m2 = 104 cm2

1 are = 43.560 kaki2 = 4048 m2

Volume

1 dm3 = 1 liter

1 cc (cm3) = 1 milliliter (mL)

1 gal = 3,786 L

Kelajuan

1 knot = 1 mil/jam = 1,852 km/jam

1 km/jam = 1000

3600 m/s = 0,2778 m/s

1 knot = 1 mil/jam = 1852 𝑚

3600 𝑠 = 0,5144 m/s

Waktu

1 jam = 60 menit = 3600 sekon

Massa

1 ton = 1000 kg

1 kg = 2,204 lbs

Massa jenis

1 g/cm3 = 1000 kg/m3

Gaya

1 N = 1 kg.m/s2 = 0,2248 pon = 105 dyne

Tekanan

1 Pa (Pascal) = 1 N/m2

1 bar = 105 Pa

1 atm = 101,325 kPa = 1,01325 bar

1 atm = 760 mmHg

1 torr = 1 mmHg = 133,32 Pa

Energi

Page 6: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

v

1 kW h = 3,6 MJ

1 Joule = 1 N.m=1 Watt.sekon

1 Joule = 0,24 kal

1 Kal = 4,1840 J

1 Btu = 1054,35 J

1 erg = 10-7 J

Daya

1 watt = 1 Joule/sec = 0,86 kcal/h

1 daya kuda (HP) = 745,7 W

1 W = 1,341 x 10-3 HP

Konstanta-Konstanta penting

Jenis Konstanta Simbol Nilai

Konstanta gravitasi G 6,672 × 10-11 N.m2/kg2

Percepatan gravitasi bumi 𝑔 9,81 m/s2

Massa jenis/densitas udara 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 1,22 kg/m3

Massa jenis/densitas air tawar 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑟 1000 kg/m3

Massa jenis/densitas air laut 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑢𝑡 1025 kg/m3

Massa jenis/densitas besi 𝜌𝑏𝑒𝑠𝑖 7.860 kg/m3

Massa bumi M 5,98 × 1024 kg

Page 7: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 1

BAB I STATIKA

Statika adalah bahasan dalam fisika yang mempelajari tentang sistem gaya dalam keadaan

benar-benar diam.

1.1 Vektor Gaya

Gaya, simbol F, adalah tarikan atau dorongan yang merubah keadaan benda yang diam atau

benda yang bergerak dengan kecepatan tetap. Satuan gaya adalah Newton. Satu Newton

adalah gaya yang apabila dikenakan pada benda 1 kg menyebabkan benda tersebut

mengalami percepatan sebesar 1 m/s2.

Untuk menjelaskan mengenai gaya, besar dan arahnya harus ditentukan. Sehingga gaya

termasuk besaran vektor yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Vektor digambarkan

dengan garis panah berskala. Dalam hal vektor gaya panjang garis menyatakan besar gaya

dan arah panah menyatakan arah garis kerja gaya.

Gambar 1.1 Beberapa vektor yang menggambarkan gaya.

1.2 Resultan Gaya

Resultan dari beberapa gaya adalah sebuah gaya yang menghasilkan efek yang sama jika

menggantikan gaya-gaya tersebut. Gambar 1.2 menunjukkan tiga gaya yang nilainya 5, 10

dan 8 N menarik benda dengan arah yang sama. Diperoleh resultan gayanya adalah 23 N

dalam arah yang sama. Ini adalah kasus sederhana berupa gaya-gaya sejajar yang mana

resultan gaya diperoleh dengan penjumlahan aljabar biasa.

Gambar 1.2 Resultan gaya

U

20 N

Gaya 20 N bekerja

dengan arah ke

Timur Laut

15 N

Gaya 15 N

bekerja dengan

arah ke Selatan

12,5 N

Gaya 12,5 N

bekerja dengan

arah ke Barat

5 N

8 N

10 N 8 N 5 N 10 N

Diagram ruang Diagram vektor

Resultan = 8 + 5 + 10 = 23 N

Page 8: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 2

Diagram ruang menggambarkan sistem gaya, sedangkan diagram vektor menggambarkan

vektor-vektor secara berskala dan dihubungkan dari ujung ke ujung.

Untuk menghitung resultan dari gaya-gaya yang arahnya tidak sejajar digunakan metode

poligon gaya. Setiap vektor digambar dengan skala persis sesuai dengan besar dan arahnya,

kemudian pangkal vektor kedua diletakkan pada ujung vektor pertama, pangkal vektor

ketiga diletakkan pada ujung vektor kedua, demikian seterusnya. Vektor resultan diperoleh

dengan menarik garis dari pangkal vektor pertama dan ujung vektor terakhir.

Gambar 1.3 Menentukan resultan gaya

Equilibrant

Equilibrant adalah gaya tunggal yang apabila ditambahkan ke suatu sistem gaya akan

menyebabkan benda dalam keseimbangan. Dengan kata lain equilibrant akan menetralkan

gaya-gaya lain.

Gambar 1.4 Menggambarkan equilibran

Segitiga Gaya

Jika tiga gaya bekerja pada suatu titik dalam keadaan setimbang, diagram vektor yang

digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah, akan berbentuk

segitiga tertutup.

5 N

8 N

10 N

8 N

5 N

10 N

Diagram ruang Diagram vektor

23°

5 N

8 N

10 N

8 N

5 N

10 N

Diagram ruang Diagram vektor

5 N

8 N

10 N

Page 9: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 3

Gambar 1.5 Segitiga gaya

Poligon Gaya

Jika beberapa gaya bekerja pada sebuah titik berada dalam kesetimbangan, maka diagram

vektor yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah, akan

berbentuk poligon tertutup.

Gambar 1.6 Poligon gaya

Kedua teorema di atas pada dasarnya sama, kecuali bahwa segitiga gaya berlaku hanya

untuk sistem tiga gaya sedangkan poligon gaya untuk gaya yang lebih dari tiga.

Gaya Concurrent dan Gaya Coplanar Parallel

Garis-garis aksi dari 3 gaya coplanar (sebidang) dalam keseimbangan, atau sejumlah gaya

dalam kesetimbangan yang mana dapat direduksi menjadi 3 gaya, pasti akan bertemu pada

titik yang sama atau paralel satu dengan lainnya.

Beban

400 N

B

C

Diagram ruang

Diagram

vektor

A 400 N c

a

b

50° 60°

50°

60°

8 N

5 N

10 N

Diagram ruang Diagram vektor

5 N

8 N

10 N

Page 10: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 4

Gambar 1.7 Gaya concurrent dan gaya coplanar parallel

Notasi Bow

Metode ini untuk mendefinisikan gaya dalam sistem gaya dengan memberikan huruf pada

ruang dalam diagram ruang dengan huruf kapital A, B, C dst. Sehingga masing-masing gaya

dapat dinyatakan oleh dua huruf dari dua ruang yang terpisah gaya, seperti gaya AB, gaya

BC dan seterusnya.

Gambar 1.8 Notasi Bow untuk menentukan diagram ruang dan diagram vektor

Vektor masing-masing gaya dalam diagram vektor diberi label dengan huruf kecil pada

pangkal dan ujung vektor seperti ab, bc, dst.

1.3 Komponen Gaya

Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal

• FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x

• FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y

4 N

10 N

6 N

D C

Diagram ruang

Diagram

vektor

A

c

a

b

E

B

d

e

Page 11: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 5

Gambar 1.9 Komponen horisontal dan vertikal gaya

𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃

𝐹𝑦 = 𝐹 sin 𝜃

Contoh:

Sebuah benda ditarik dengan gaya 100 N yang kemiringannya 60o terhadap horisontal.

Tentukan komponen-komponen rectanguler gaya!

Penyelesaian:

𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃 = 100 𝑁 × cos 60 = 100 𝑁 × 0,5 = 50 𝑁

𝐹𝑦 = 𝐹 sin 𝜃 = 100 𝑁 × sin 60 = 100 𝑁 × 0,866 = 86,6 𝑁

100 N

60°

Page 12: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 6

Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus

Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang

Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu titik membentuk sudut 𝛼, maka resultan gaya R

dapat diperoleh dengan persamaan,

𝑅 = √𝐴2 + 𝐵2 + 2. 𝐴. 𝐵. cos 𝛼

Aturan Segitiga Sinus

Gambar 1.11 Aturan segitiga sinus

Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan c, maka berlaku

prinsip segitiga sinus sebagai berikut:

𝐴

sin 𝑎=

𝐵

sin 𝑏=

𝐶

sin 𝑐

A

B

R

B

A

R

𝛼

𝛼

A

b

C

c

a

B

Page 13: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 7

Contoh Penerapan

1. Tali Sling

Dua buah tali disambung kemudian kedua ujung tali dipasang pada suatu atap,

kemudian diberi beban 400 N seperti gambar di bawah. Jika tali membentuk sudut

50o dan 60o terhadap vertikal, hitunglah besar gaya tarikan pada masing-masing tali!

Jawab:

Pertama kita gambarkan dalam diagram ruang kemudian kita buat diagram

vektornya dengan Notasi Bow.

Gambar 1.12 Diagram ruang dan diagram vektor pada tali sling

Untuk menghitung gaya-gaya, kita hitung terlebih dahulu sudut acb (di depan

vektor gaya 400 N)

Sudut acb = 180 – (60 + 50) = 70o

Kemudian menggunakan aturan segitiga sinus kita hitung gaya pada tali ac,

𝑎𝑐

sin 50𝑜=

400

sin 70𝑜

𝑎𝑐 =400 × 0,766

0,9397

= 326 𝑁

Gaya pada tali bc,

𝑏𝑐

sin 60𝑜=

400

sin 70𝑜

𝑏𝑐 =400 × 0,866

0,9397

Beban

400 N

B

C

Diagram ruang

Diagram

vektor

A 400 N c

a

b

50° 60°

50°

60°

Page 14: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 8

= 368,6 𝑁

Jadi gaya pada tali AC = 326 N, dan gaya pada tali BC = 368,6 N.

2. Jib Crane

Sudut antara jib dan tiang vertikal (vertical post) pada JIB Crane adalah 42o, dan

antara tie dan jib sudutnya 36o. Hitunglah gaya pada jib dan tie ketika benda

bermassa 3,822 . 103 kg dibebankan pada kepala crane!

Gambar 1.13 JIB crane

Kita gambarkan diagram ruang dan diagram vektor dengan Notasi Bow,

Gambar 1.14 Diagram ruang dan diagram vektor dengan

Jib

Post

Tie

Page 15: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 9

Notasi Bow pada jib crane.

Berdasarkan diagram vektor,

Sudut cab = 180° - (42° + 36°) = 102°

Menggunakan aturan segitiga sinus,

Gaya pada JIB

sin 102°=

37,5

sin 36°

Gaya pada JIB =37,5 × 0,9781

0,5878

= 62,38 kN

Gaya pada TIE

sin 42°=

37,5

sin 36°

Gaya pada TIE =(37,5 × 0,6691)

0,5878⁄ = 42,69 kN

3. Mekanisme Torak Mesin (Reciprocating Engine Mechanism)

Connecting rod dan crank pada torak mesin mengkonversi gerak bolak-balik pada

piston menjadi gerak rotasi pada sumbu crank. Berdasarkan gambar di bawah dan

dengan melihat pertemuan gaya pada crosshead, bagian bawah lengan piston

menekan secara vertikal turun pada crosshead. Dorongan connecting road muncul

sebagai gaya hambat ke atas dengan kemiringan 𝜙, dan gaya pada guide merupakan

sebuah gaya horisontal untuk menyeimbangkan komponen horisontal dari dorongan

connecting road.

Page 16: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 10

Gambar 1.15 Sistem gaya pada thorak mesin

Karena gaya piston selalu bekerja secara vertikal, dan gaya guide selalu horisontal.

Vektor diagram gaya-gaya pada crosshead selalu berbentuk segitiga yang menyudut

ke kanan. Catat bahwa sudut antara Top Dead Centre (pusat garis mesin) dan

connecting road adalah 𝜙 dalam diagram ruang, adalah sama dengan sudut antara

gaya piston dan gaya dalam connecting road dalam diagram vektor.

Contoh Soal:

Piston pada torak mesin mendorong dengan gaya 160 kN pada crosshead ketika

crank 35o dari Pas Top Dead Centre. Jika langkah pada piston adalah 900 mm dan

panjang connecting road adalah 1,65 m, hitunglah gaya pada crosshead guide dan

gaya pada connecting rod!

Penyelesaian:

Berdasarkan diagram ruang,

Panjang crank = ½ × langkah = 0,45 m

Panjang connecting rod = 1,65 m

Sudut crank terhadap Top Death Center (TDC) = 𝜃 = 35°

Menggunakan aturan segitiga sinus

Page 17: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 11

0,45

sin 𝜙=

1,65

sin 35°

sin 𝜙 =0,45 × 0,5736

1,65

= 0,1564

𝜙 = sin−1 0,1564

= 9°

Berdasarkan diagram vektor,

𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝜙 = 9°

tan 𝜙 =𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝐺𝑢𝑖𝑑𝑒

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑃𝑖𝑠𝑡𝑜𝑛

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐺𝑢𝑖𝑑𝑒 = 160 × tan 9°

= 25,34 𝑘𝑁

cos 𝜙 =𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑖𝑠𝑡𝑜𝑛

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑜𝑛𝑛𝑒𝑐𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑜𝑎𝑑

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑜𝑛𝑛𝑒𝑐𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑜𝑎𝑑 =160

cos 9°

= 162 𝑘𝑁

1.4 Momen Gaya

Gaya tidak hanya cenderung untuk menggerakan benda tetapi juga untuk memutar benda.

Ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda untuk memutar benda

tersebut terhadap suatu poros tertentu disebut momen gaya atau torsi.

Gambar 1.16 Torsi atau momen gaya

𝐹 90°

A O

𝑙

Page 18: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 12

Perhatikan gambar di atas! Sebuah gaya 𝐹 digunakan untuk memutar sebuah batang pada

jarak 𝑙 dari sumbu putar O. Arah gaya tegak lurus lengan gaya 𝑙. Maka besarnya momen gaya

tergantung pada besar gaya 𝐹 dan panjang lengan momen 𝑙, dirumuskan dengan persamaan

Momen gaya = gaya × lengan momen

𝜏 = 𝐹. 𝑙

Lengan momen (𝑙) merupakan panjang garis yang ditarik dari titik poros O sampai

memotong tegak lurus garis kerja vektor gaya 𝐹.

Terkadang gaya disimbolkan juga dengan huruf P, maka momen gaya kadang dirumuskan

𝜏 = 𝑃. 𝑙

Torsi 𝛕 termasuk besaran vektor yang memiliki nilai dan arah. Arah momen gaya mengikuti

aturan putaran tangan kanan.

Gambar 1.17 Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan

Dilihat dari atas, jika arah putaran keempat jari/arah gaya berlawanan arah putaran jarum

jam, maka torsi bertanda positif (+), sebaliknya jika arah putaran keempat jari searah jarum

jam, maka torsi bertanda negatif ( - ).

Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya atau lebih yang

bekerja terhadap suatu poros, dirumuskan sebagai berikut

Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + ⋯ + 𝜏𝑛

Keseimbangan Rotasi (Rotational Equilibrum)

Ketika sebuah benda dikenai beberapa gaya berada dalam kesetimbangan rotasi, jumlah

momen gaya searah jarum jam terhadap suatu titik adalah sama dengan jumlah momen gaya

berlawanan arah jarum jam terhadap titik yang sama.

𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝐅

𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝛕

Page 19: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 13

Sebagai contoh perhatikan gambar berikut!

Gambar 1.18 Sebuah benda dikenai beberapa gaya berada dalam kesetimbangan rotasi

Perhatikan gaya-gaya sebidang 𝐹1, 𝐹2, 𝐹3 dan 𝐹4 bekerja bersama-sama pada sebuah benda

dan menjaga benda tetap pada kesetimbangan. AA adalah sumbu yang mana benda dapat

berputar. 𝑙1, 𝑙2, 𝑙3 dan 𝑙4 adalah jarak masing-masing gaya tegak lurus terhadap O.

Momen gaya dari gaya-gaya tersebut adalah:

Momen gaya 𝐹1 adalah 𝜏1 = 𝐹1 × 𝑙1, searah jarum jam (-)

Momen gaya 𝐹2 adalah 𝜏2 = 𝐹2 × 𝑙2, berlawanan arah jarum jam (+)

Momen gaya 𝐹3 adalah 𝜏3 = 𝐹3 × 𝑙3, searah jarum jam (-)

Momen gaya 𝐹4 adalah 𝜏4 = 𝐹4 × 𝑙4, berlawanan arah jarum jam (+)

Resultan momen-momen gaya ini adalah sama dengan penjumlahan aljabar dari semua

momen gaya disekitar O.

Momen gaya resultan Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 + 𝜏4

= −𝐹1𝑙1 + 𝐹2𝑙2 − 𝐹3𝑙3 + 𝐹4𝑙4

Karena benda berada dalam keseimbangan rotasi, maka berdasarkan prinsip momen,

momen resultan pastilah nol.

−𝐹1𝑙1 + 𝐹2𝑙2 − 𝐹3𝑙3 + 𝐹4𝑙4 = 0

𝐹1𝑙1 + 𝐹3𝑙3 = 𝐹2𝑙2 + 𝐹4𝑙4

Jika sistem berada pada keseimbangan rotasi maka:

Jumlah momen gaya berlawanan arah jarum jam = jumlah momen gaya searah jarum jam

A

O

A

𝑙1

𝑙2 𝑙3

𝑙4 𝐹1

𝐹2

𝐹3

𝐹4

Page 20: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 14

∑𝜏𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒 = ∑𝜏𝑎𝑛𝑡𝑖𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒

Kondisi Kesetimbangan Untuk Benda-Benda di Bawah Pengaruh Gaya-Gaya

Sebidang Non-Concurrent (Tidak Bertemu pada Satu Titik)

Ketika sebuah benda di bawah pengaruh sistem gaya sebidang non-concurrent, maka benda

mungkin akan berputar ke arah resultan momen sistem gaya, atau mungkin benda akan

bergerak secara horisontal atau vertikal ke arah komponen gaya vertikal dan horisontal.

“Benda dapat berada dalam kesetimbangan jika jumlah aljabar semua gaya luar dan momen

gaya terhadap suatu titik pada bidang tersebut adalah nol ”.

Secara matematik, kondisi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai berikut:

∑ 𝐻 = 0 (jumlah semua komponen gaya horisontal nol)

∑ 𝑉 = 0 (jumlah semua komponen gaya vertikal nol)

∑ 𝜏 = 0 (jumlah semua momen gaya nol)

Ketika gaya-gaya sebidang bertemu pada suatu titik, sistem gaya disebut dengan sistem

gaya sebidang concurrent. Sistem ini akan setimbang jika memenuhi kondisi ∑ 𝐻 = 0 dan

∑ 𝑉 = 0.

Ketika gaya-gaya sebidang tidak bertemu pada suatu titik sistem disebut dengan sistem gaya

sebidang non-concurrent. Sistem ini akan seimbang jika semua dari ketiga kondisi

kesetimbangan terpenuhi ∑ 𝐻 = 0, ∑ 𝑉 = 0 dan ∑ 𝜏 = 0.

Kondisi ∑ 𝐻 = 0 dan ∑ 𝑉 = 0 meyakinkan bahwa sistem tidak direduksi menjadi gaya

tunggal dan kondisi ∑ 𝜏 = 0 meyakinkan bahwa sistem tidak berubah menjadi sebuah kopel.

Pada kasus sistem gaya sebidang non-concurrent ∑ 𝜏 bisa sama dengan nol tetapi sistem

belum tentu setimbang karena titik dimana momen gaya diambil mungkin berada pada garis

aksi dari resultan gaya. Maka pada kasus ini, semua dari tiga kondisi kesetimbangan harus

terpenuhi.

Teorema Varignon

“Jumlah aljabar dari momen dua gaya terhadap titik manapun pada bidang mereka sama

dengan momen gaya dari resultan 2 gaya tersebut terhadap suatu titik”.

Contoh:

Kasus 1: Ketika dua gaya bertemu pada satu titik.

Page 21: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 15

Gambar 1.19 Gaya P dan Q bekerja pada titik A

Gambar 1.19 menunjukkan gaya P dan Q bekerja pada titik A. besarnya P dinyatakan oleh

AB dan Q dinyatakan oleh AD. Dengan metode jajaran genjang diperoleh AC yang

menyatakan resultan R dari P dan Q.

Ambil titik manapun O pada bidang gaya P dan Q dan dalam garis CD sebagaimana pada

gambar. Gabungkan OB dan OA

Momen gaya P terhadap O = 2 ∆OAB

Momen gaya Q terhadap O = 2 ∆OAD

Momen gaya R terhadap O = 2 ∆OAC

Tetapi luas ∆OAB = luas ∆ABC = luas ∆ACD

Penjumlahan aljabar momen gaya dari gaya P dan Q = 2 ∆OAB + 2 ∆OAD

= 2 ∆ACD + 2 ∆OAD

(Substitusi ∆ACD untuk + ∆OAB yang sama)

= 2 ∆ACD + 2 ∆OAD

= 2 (∆ACD + ∆OAD)

= 2 ∆OAC

= momen gaya R terhadap O

Catatan: berdasarkan gambar 1.20 tinjau gaya P yang dapat dinyatakan dalam besar dan

arah oleh garis AB. Tentukan O menjadi titik yang mana momen gaya dari gaya ini

ditentukan.

Gambar 1.20 Momen gaya dari gaya P terhadap titik O adalah AB × OM = 2 ∆AOB

Gambar OM tegak lurus terhadap AB dan gabungkan OA dan OB.

Sekarang momen gaya dari gaya P terhadap O = P × OM

=AB × OM

Page 22: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 16

Tetapi AB × OM adalah sama dengan dua kali luas segitiga OAB karena secara geometri

luas segitiga ini sama dengan (AB × OM)/2

Jadi momen gaya dari gaya P terhadap titik O adalah AB × OM = 2 ∆AOB

Kasus 2: ketika dua gaya sejajar satu sama lain.

Ambil P dan Q menjadi dua gaya sejajar sebagaimana gambar 1.21.

Gambar 1.21 Gaya P dan Q menjadi dua gaya sejajar

Gambar garis AB tegak lurus terhadap gaya P dan Q sehingga bertemu pada titik A dan B.

Letakkan titik sembarang O pada bidang kedua gaya pada garis AB. Resultan gaya P dan Q

akan menjadi R yang mana sama dengan jumlah gaya P dan Q. Buatlah resultan ini bekerja

melalui sebuah titik C pada AB sehingga

Q × CB = P × CA

Jumlah momen dari gaya P dan Q terhadap O

= P × OA + Q × OB

= P(OC + CA) + Q(OC-CB)

= (P + Q) OC + P × CA - Q × CB

ingat karena Q × CB = P × CA, maka:

= (P + Q) OC

= Momen gaya R terhadap O

Catatan: Teorema Varignon dapat diaplikasikan pada kasus dimana dua gaya menghasilkan

resultan tunggal dan tidak dapat diaplikasikan ketika gaya membentuk kopel karena

resultan gaya pada kopel adalah nol.

1.5 Kopel

Page 23: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 17

Kopel adalah pasangan dua gaya yang besarnya sama namun arahnya berlawanan bekerja

pada sebuah benda dengan syarat bahwa garis aksi kedua gaya tidak pada satu garis lurus.

Gambar 1.22 Kopel

Efek ketika kopel bekerja pada benda tegar adalah benda akan berotasi tanpa berpindah

pada sumbunya. Jarak tegak lurus antara garis aksi dari dua gaya pembentuk kopel disebut

lengan kopel. Kemudian pada gambar 1.22 dua gaya yang besarnya sama P dan Q bekerja

pada titik A dan B dalam arah berlawanan membentuk kopel dengan AB sebagai lengan

kopel.

Momen dari sebuah kopel atau sering disebut torque sama dengan perkalian salah satu gaya

pembentuk kopel dengan lengan kopel.

Berikut adalah contoh-contoh kopel dalam kehidupan sehari-hari

1. Pembuka dan penutup keran air. Dua gaya pembentuk kopel seperti ditunjukkan

pada gambar 1.23

2. Pemutar tutup pen

3. Membuka tutup botol

4. Pembuka mur baut

5. Stir mobil (seperti ditunjukkan pada gambar 1.24)

Gambar 1.23 Keran air Gambar 1.24 Roda stir mobil

Sifat Kopel

1. Penjumlahan aljabar momen-momen gaya pembentuk kopel terhadap titik manapun

pada bidang yang sama selalu tetap.

Page 24: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 18

Perhatikan dua gaya sejajar dan berlawanan arah dengan besar P masing-masing

membentuk kopel P × AB dimana titik A dan B adalah titik dimana gaya P dan P bekerja.

Perdasarkan gambar 1.25 (a)

Gambar 1.25 Penjumlahan aljabar momen-momen gaya pembentuk kopel terhadap

titik manapun pada bidang yang sama selalu tetap

Momen gaya terhadap O = P × OB - P × OA

= P(OB - OA)

= P × AB

Berdasarkan gambar 1.25 (b)

Momen gaya terhadap O = P × OB + P × OA

= P(OB + OA)

= P × AB

Berdasarkan Gambar 1.25 (c)

Momen gaya terhadap O = P × OA - P × OB

= P(OA - OB)

= P × AB

Pada semua dari ketiga kasus, kita temukan bahwa jumlah momen pada masing-masing

kasus tidak tergantung pada letak titik O, dan hanya tergantung pada konstanta lengan

kopel, sehingga “jumlah aljabar momen gaya pembentuk kopel terhadap titik manapun pada

bidang yang sama adalah tetap”.

2. Setiap ada dua kopel yang momen dan arahnya sama, pada bidang yang sama efek-efek

mereka adalah ekuivalen. (Any two couples of equal moments and sense, in the same plane

are equivalent in their effect).

Page 25: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 19

3. Dua kopel bekerja pada sebuah tempat di atas benda tegar yang mana momen-momennya

sama tetapi arahnya berlawanan, setimbang satu sama lain. (Two couple acting in one

place upon a rigid body whose moments are equal but opposite in sense, balance each

other).

4. Sebuah gaya bekerja pada benda tegar dapat diganti dengan gaya yang sama seperti gaya

yang bekerja pada titik lain dan sebuah kopel yang mana momennya sama dengan momen

gaya terhadap titik dimana gaya yang sama bekerja. (A force acting on a rigid body can be

replaced by an equal like force acting at any other point and a couple whose moment

equals the moment of the force about the point where the equal like force is acting).

5. Beberapa kopel sebidang adalah ekuivalen dengan sebuah kopel single yang momennya

sama terhadap jumlah aljabar momen-momen dari setiap kopel. (Any number of coplanar

couples are equivalent to a single couple whose moment is equal to the algebraic sum of

the moments of the individual couples).

Aplikasi Teknik Momen Gaya

Beberapa aplikasi teknik penting dari momen-momen diantaranya adalah:

1. Tuas/ Pengungkit

2. Timbangan

3. Tower Crane

4. Lever Safety Valve (Tuas Katup Pengaman)

1. Tuas/Pengungkit

Tuas didefinisikan sebagai besi tegar, lurus atau melengkung yang dapat berputar

disekitar titik tetap yang disebut titik tumpu. Tuas bekerja berdasarkan prinsip momen

bahwa ketika tuas berada dalam keseimbangan, jumlah aljabar momen-momen gaya

terhadap titik tumpu adalah nol.

Gambar 1.26 Prinsip tuas

Page 26: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 20

Gambar 1.27 Prinsip tuas menggambarkan sebuah besi linggis digunakan untuk

memindahkan kayu berat

Berdasarkan gambar 1.26:

Lengan kuasa adalah jarak antara titik tumpu dengan garis aksi gaya kuasa. Lengan beban

adalah jarak antara titik tumpu dengan titik dimana beban bekerja. Prinsip momen dapat

diaplikasikan ketika tuas berada dalam keseimbangan.

Momen terhadap titik F

𝑃 × 𝑎 = 𝑊 × 𝑏

Keuntungan mekanis tuas

𝐾𝑀 =𝑊

𝑃=

𝑎

𝑏=

𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑠𝑎

𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛

𝐾𝑢𝑎𝑠𝑎 × 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑠𝑎 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 × 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛

Ini disebut prinsip tuas. Gambar 1.27 menggambarkan sebuah besi linggis digunakan untuk

memindahkan kayu berat dengan menggunakan kuasa yang kecil dengan meletakkan titik

tumpu pada tempat yang tepat.

Contoh:

Seorang pria dan anak mengangkat beban 300 N dengan menggunakan batang yang

panjangnya 2 m dan beratnya 100 N. pria dan anak mengangkat pada ujung-ujung batang,

sedangkan beban diletakkan diantara pria dan anak. Dimana beban harus diletakkan supaya

pria memikul beban dua kali beban yang dipikul anak?

Penyelesaian:

Page 27: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 21

Gambar 1.29

Berdasarkan gambar 1.29. berat batang bekerja pada pusat G. Ambil beban yang dipikul W

dan beban yang dipikul pria 2W.

Ketika berat 300 N bekerja pada jarak x meter dari pria.

Σ𝑉 = 0

𝑊 + 2𝑊 = 300 + 100 = 400

𝑊 = 133,3 𝑁

Dengan mengambil momen gaya terhadap titik A (anak)

2𝑊 × 2 = 300(2 − 𝑥) + 100 × 1

4𝑊 = 600 − 300𝑥 + 100

4 × 133,3 = 700 − 300𝑥

533,2 = 700 − 300𝑥

300𝑥 = 166,8

𝑥 = 0,556 𝑚

Contoh:

Hitunglah kuasa yang diperlukan pada ujung batang besi yang beratnya 100 N dan panjang

6 meter untuk mengangkat beban 1500 N pada ujung lain. Titik tumpu dijaga berada pada

jarak 4,5 m dari ujung dimana kuasa diberikan.

Penyelesaian:

Berdasarkan gambar 1.33. ini adalah tuas tipe 1 dimana titik tumpu berada diantara W dan

P.

Page 28: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 22

Gambar 1.33

Dengan mengambil momen gaya terhadap titik tumpu F

𝑃 × 4,5 + 100 × 1,5 = 1500 × 1,5

𝑃 × 4,5 + 150 = 2250

𝑃 = 466,6 𝑁

2. Tuas Katup pengaman (Lever Safety Valve)

Tuas katup pengaman adalah sebuah pengganjal boiler yang tujuannya untuk menjaga

tekanan dalam boiler tetap berada pada tingkat yang aman dan untuk melepaskan tekanan

udara ketika tekanan meningkat melewati batas aman.

Gambar 1.28 Lever safety valve

Berdasarkan gambar 1.28. ini terdiri dari katup V kuat yang terhubung dengan tuas FA, yang

mana titik tumpu adalah pada F. Pada ujung A, sebuah beban w digantung yang mana akan

memberikan momen pada katup untuk menjaganya tetap berada pada tempatnya melawan

tekanan uap dari bawah, yang mana memberikan momen yang berlawanan terhadap titik

tumpu F. Segera setelah momen akibat tekanan uap meningkat, katup terangkat ke atas dari

dudukannya dan melepaskan tekanan uap ke atmosfir. Ketika tekanan uap di dalam boiler

turun menuju nilai aman katup otomatis menempati dudukannya dan menghentikan

keluarnya uap lebih lanjut.

Ambil 𝑤𝐿 = berat tuas (bekerja pada pusat gravitasi G)

𝑤𝑉 = berat katup

𝑤 = berat beban di ujung A

𝑝 = intensitas aman tekanan uap

𝐴 = luas katup (= 𝜋4⁄ 𝑑2dimana 𝑑 adalah diameter katup)

Untuk menghitung besarnya beban w yang mana akan pertama menjaga katup pada

dudukannya melawan tekanan uap, mari kita ambil momen terhadap titik tumpu F,

𝑤 × 𝐴𝐹 + 𝑤𝐿 × 𝐺𝐹 + 𝑤𝑉 × 𝑉𝐹 = 𝑝 × 𝐴 × 𝑉𝐹

Page 29: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 23

𝑤 =𝑉𝐹(𝑃 × 𝐴 − 𝑤𝑉) − 𝑤𝐿 × 𝐺𝐹

𝐴𝐹

Karena semua besaran kecuali w dan AF diketahui, maka w dapat dihitung kemudian. Dan

reaksi pada 𝐹 = 𝑝 × 𝐴 − 𝑤𝐿 − 𝑤𝑉 − 𝑤. Reaksi ini akan bekerja ke arah bawah ketika

tekanan uap adalah lebih besar dan ke arah atas ketika ini lebih kecil dari pada gaya-gaya ke

bawah lainnya.

Resultan Sistem Gaya Coplanar (Sebidang), Non-Concurrent Non-Paralel

(i) Besar, arah dan letak resultan sistem gaya sebidang, non-concurrent, non-paralel dapat

diperoleh secara analitis dengan persamaan

𝑅 = √(Σ𝐻)2 + (Σ𝑉)2

Dimana:

Σ𝐻 = jumlah aljabar komponen horisontal semua gaya

Σ𝑉 = jumlah aljabar komponen vertikal semua gaya

(ii) Arah resultan gaya ditentukan dengan menggunakan persamaan

tan 𝛼 =Σ𝑉

Σ𝐻

(iii) Letak resultan ditentukan dengan mengambil momen dari semua komponen tegak

lurus gaya terhadap sebuah titik pada bidangnya dan persamaan jumlah aljabar

momen-momen dari semua gaya dengan resultan menggunakan persamaan.

Momen gaya resultan R terhadap titik = jumlah aljabar komponen tegak lurus dari

semua gaya.

Contoh:

Gaya 1P, 3P, -4P masing-masing bekerja pada sisi-sisi segitiga samasisi dengan sisi 20 mm

digambar pada lapisan tipis padat. Hitunglah besar, arah dan letak resultan gaya-gaya

tersebut.

Penyelesaian:

Berdasarkan gambar dibawah

Page 30: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 24

Penyelesaian gaya-gaya horisontal:

∑𝐻 = −1𝑃 cos 60° + 3𝑃 + 4𝑃 cos 60° = −0,5𝑃 + 3𝑃 + 2𝑃 = 4,5𝑃

Penyelesaian gaya-gaya vertikal:

∑𝑉 = −1𝑃 sin 60° − 4𝑃 sin 60° = −4,33𝑃

Resultan gaya,

𝑅 = √(∑𝐻)2 + (∑𝑉)2 = √(4,5𝑃)2 + (−4,33𝑃)2 = 6,24𝑃

Arah resultan 𝜃,

tan 𝜃 =∑𝑉

∑𝐻=

−4,33𝑃

4,5𝑃= −0,962

𝜃 = tan−1(−0,962) = −43,9° terhadap horisontal

Letak resultan gaya,

Ambil x = jarak tegak lurus antara B dan garis gaya resultan.

Sekarang, ambil momen disekitar B, kita peroleh

∑𝑀𝐵 ∶ 6,24𝑃 × 𝑥 = 𝑃 × 0 + 3𝑃 × 0 + 4𝑃 × sin 60 ∘

𝑥 = 11,1 𝑚𝑚

∑𝐻 (+)𝑑𝑎𝑛 ∑𝑉 (−) mengindikasikan

bahwa sudut 𝜃 terletak pada kuadran

ke-4

Page 31: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 25

Contoh:

Empat gaya yang nilainya 10 N. 20 N, 30 N dan 40 N garis gayanya bekerja sepanjang

keempat sisi persegi ABCD, seperti gambar 3.33. hitunglah besar, arah dan posisi resultan

gaya.

Gambar 1.30

Penyelesaian:

Besarnya resultan gaya R

Penyelesaian semua komponen gaya horisontal

Σ𝐻 = 10 − 30 = −20 𝑁

Dan penyelesaian semua komponen vertikal

Σ𝑉 = 20 − 40 = −20 𝑁

Sekarang, resultan gaya

𝑅 = √(Σ𝐻)2 + (Σ𝑉)2

𝑅 = √(−20)2 + (−20)2

= 28,28 𝑁

Untuk menghitung arah resultan gaya

Gambar 1.31

Ambil 𝜃 = sudut yang dibentuk resultan terhadap horisontal

Page 32: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 26

tan 𝜃 =Σ𝑉

Σ𝐻=

−20

−20= 1

𝜃 = 45°

Karena 𝜃 terletak antara sudut 180° dan 270°

Jadi sudut aktual 𝜃 = 180° + 45° = 225°

Posisi resultan gaya:

Ambil x = jarak tegak lurus antara A dan garis resultan gaya.

Sekarang dengan mengambil momen gaya terhadap A, kita peroleh

Σ𝑀𝐴: 28,28 × 𝑥 = 10 × 0 + 20 × 1 + 30 × 1 + 40 × 0 = 50

𝑥 =50

28,28= 1,768

Gambar 1.32

1.6 Pusat Gravitasi (Titik Berat) dan Centroid (Pusat Geometri)

Centroid dari sebuah luasan terletak pada pusat geometri. Pada masing-masing gambar

1.34, titik G menyatakan centroid. Titik berat pada benda homogen terletak pada pusat

geometrinya (centroid).

Page 33: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 27

Gambar 1.34 Centroid/pusat geometri dari beberapa benda

Letak centroid beberapa bidang geometri:

Page 34: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 28

Pusat gravitasi/titik berat suatu benda dapat didefinisikan sebagai titik dimana berat benda

tersebut diasumsikan bekerja. Pusat gravitasi benda atau obyek biasanya disimbolkan

dengan c.g atau lebih sederhana dengan G. Letak pusat gravitasi tergantung pada bentuk

benda.

Menentukan Pusat Gravitasi/Titik Berat

Page 35: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 29

Pusat gravitasi beberapa benda dapat diketahui dengan penyeimbangan obyek pada suatu

titik. Sebagai contoh untuk mengetahui titik berat batang maka kita gantung batang dengan

tali, kemudian kita atur letak ikatan tali hingga kondisi batang menjadi vertikal. Maka letak

pusat gravitasi terletak pada ikatan tali tersebut.

Gambar 1.35 Pusat gravitasi beberapa benda dapat diketahui dengan penyeimbangan

obyek pada suatu titik

Pusat gravitasi sebuah massa yang digantung dari sebuah titik tunggal terletak pada garis

vertikal di bawah titik gantung (gambar 1.36a). Pusat gravitasi sebuah massa yang

ditunjang oleh sebuah titik tunggal terletak secara vertikal di atas titik penunjang (gambar

1.36b).

(a) (b)

Gambar 1.36

Menentukan Titik Berat Benda yang Bentuknya Tidak Teratur

Benda yang bentuknya tidak teratur titik beratnya dapat diketahui dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Benda digantung

b. Tarik garis vertikal segaris dengan tali.

c. Ulangi untuk ujung penggantung yang berbeda, kemudian Tarik garis vertikal segaris

dengan tali.

d. Perpotongan kedua garis tersebut merupakan titik berat benda.

G

G

Page 36: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 30

Gambar 1.37 Menentukan letak titik berat benda yang bentuknya tidak teratur

Partikel-partikel pada gambar di bawah ini masing-masing mempunyai gaya berat w1, w2,

...., wn dengan resultan gaya berat w. Resultan dari seluruh gaya berat benda yang terdiri

atas bagian-bagian kecil benda dinamakan gaya berat. Titik tangkap gaya berat tersebut

yang disebut titik berat.

Gambar 1.38 Titik berat

Pusat massa merupakan tempat massa benda terpusat. Apabila benda mengalami rotasi

maka titik pusat massa menjadi pusat rotasi.

Letak Pusat Gravitasi Benda Pejal Teratur

Tabel di bawah memberikan letak pusat gravitasi benda-benda pejal teratur.

w

Page 37: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 31

Menentukan Titik Berat Dari Gabungan Beberapa Benda Yang Bentuknya Teratur

a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)

Page 38: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 32

Gambar 1.39 Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)

Perhatikan gambar 1.39, dua benda 1 dimensi (warna hijau), titik berat masing-masing

benda berada di pusat geometri (titik hijau). Untuk benda-benda berbentuk memanjang

seperti kawat, massa benda dianggap diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik

beratnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

𝑥0 =𝑙1𝑥1 + 𝑙2𝑥2

𝑙1 + 𝑙2

𝑦0 =𝑙1𝑦1 + 𝑙2𝑦2

𝑙1 + 𝑙2

l1 = panjang garis 1

x1 = koordinat sumbu x titik berat benda 1

y1 = koordinat sumbu y titik berat benda 1

l2 = panjang garis 2

x2 = koordinat sumbu x titik berat benda 2

y2 = koordinat sumbu y titik berat benda 2

Contoh:

Tentukanlah letak titik berat benda homogen satu dimensi seperti gambar berikut ini!

Page 39: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 33

Bentuk benda homogen berbentuk garis (1 dimensi) dan letak titik beratnya.

b. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)

Gambar 1.40 Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)

Page 40: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 34

Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan titik

berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan persamaan

berikut:

𝑥0 =𝐴1𝑥1 + 𝐴2𝑥2

𝐴1 + 𝐴2

𝑦0 =𝐴1𝑦1 + 𝐴2𝑦2

𝐴1 + 𝐴2

A1 = luas bidang 1

A2 = luas bidang 2

x1 = absis titik berat benda 1

x2 = absis titik berat benda 2

y1 = ordinat titik berat benda 1

y2 = ordinat titik berat benda 2

Contoh:

Tentukan lokasi titik berat luasan berikut ini!

Penyelesaian:

Bagi luasan menjadi 3 bagian.

Page 41: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 35

Data yang diperlukan:

A1 = 20 x 50 = 1000

x1 = 10

y1 = 25

A2 = 30 x 20 = 600

x2 = 35

y2 = 40

A3 = 20 x 10 = 200

x3 = 30

y3 = 15

𝑥0 =𝐴1𝑥1 + 𝐴2𝑥2 + 𝐴3𝑥3

𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3

𝑥0 =1000(10) + 600(35) + 200(30)

1000 + 600 + 200

𝑥0 = 20,56

𝑦0 =𝐴1𝑦1 + 𝐴2𝑦2 + 𝐴3𝑦3

𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3

𝑦0 =1000(25) + 600(40) + 200(15)

1000 + 600 + 200

𝑦0 = 28,89

Jadi letak koordinat titik berat bangun tersebut adalah (20,56 ; 28,89)

Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada sumbu

simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya, dan untuk

lingkaran terletak dipusat lingkaran. Titik berat bidang homogen diperlihatkan pada tabel

berikut:

Page 42: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 36

Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga

Gambar 1.41 Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga

Page 43: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 37

Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat

ditentukan dengan persamaan:

𝑥0 =𝑉1𝑥1 + 𝑉2𝑥2

𝑉1 + 𝑉2

𝑦0 =𝑉1𝑦1 + 𝑉2𝑦2

𝑉1 + 𝑉2

V1 =volume benda 1

V2 = volume benda 2

x1 = absis titik berat benda 1

x2 = absis titik berat benda 2

y1 = ordinat titik berat benda 1

y2 = ordinat titik berat benda 2

SOAL LATIHAN

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!

1. Sebuah dorongan vertikal ke atas 90 N dikenakan pada sebuah benda dan pada

waktu yang bersamaan gaya 120 N menarik benda tersebut dalam arah horisontal.

Hitunglah besar dan arah resultan dari kedua gaya tersebut!

2. Dua buah gaya bekerja pada suatu benda, gaya pertama menarik benda secara

horisontal ke kanan besarnya 20 N, gaya kedua 17 N menarik vertikal ke bawah.

Hitunglah besar dan arah gaya ketiga yang akan menetralkan efek dari kedua gaya

tersebut!

3. Tiga buah gaya menarik benda sehingga dalam kesetimbangan. Gaya pertama

mengarah ke selatan. Gaya kedua mengarah ke 75o ke timur dari utara. Dan gaya

ketiga mengarah 40o ke barat dari utara. Jika besar gaya yang mengarah ke selatan

adalah 35 N. Hitunglah besar gaya yang lainnya.

4. Dua tali pengangkat terhubung pada papan beban yang bermuatan 25 kN. Jika tali

membentuk sudut 32o dan 42o terhadap vertikal, hitunglah tegangan pada masing-

masing tali!

5. Sudut antara jib dan vertical post (tiang vertikal) pada sebuah jib crame adalah 40o,

dan antara jib dan tie sudutnya 45o. Hitunglah gaya pada jib dan tie ketika beban

15kN tergantung pada kepala crane!

6. Ketika crank pada torak mesin membentuk sudut 60o terhadap Top Dead Centre,

gaya kuasa piston efektif pada crosshead adalah 180 kN. Jika langkah pada piston

adalah 600 mm, dan panjang connecting road adalah 1,25 m, hitunglah gaya beban

pada guide dan dorongan pada connecting road.

7. Sebuah persegi LMNS memiliki gaya yang bekerja sepanjang sisi-sisinya seperti

diilustrasikan pada gambar di bawah. Hitunglah besar F1 dan F2, jika sistem direduksi

menjadi sebuah kopel. Hitung juga besarnya kopel, jika sisi persegi panjangnya 2 m.

Page 44: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 38

8. Diberikan sebuah bangun datar sebagai berikut. Tentukan koordinat titik berat

diukur dari titik O.

9. Diberikan sebuah bangun datar sebagai berikut. Tentukan koordinat titik berat

diukur dari titik O.

x (m)

y (m)

2,5

2,5 20

4,5

3,5 1,5 17,5 O

Page 45: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 39

BAB II DINAMIKA

Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat

terhadap titik acuannya (titik asalnya). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus atau

melengkung, jika lintasan berubahnya kedudukan dari titik asalnya berbentuk garis lurus

atau melengkung. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari gerak tanpa mengindahkan

penyebabnya, sedangkan Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak dan gaya-gaya

penyebabnya. Gaya merupakan tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan perubahan

posisi, kecepatan, dan bentuk suatu benda.

2.1 Kecepatan dan Efek Perubahan Arah

Kelajuan adalah tingkatan bagaimana gerak benda melalui ruangan. Kelajuan adalah

besaran skalar yang besarnya sesuai dengan jarak tempuh dalam satu satuan waktu. Satuan

laju dan kecepatan adalah m/s, km/jam atau knot (mil/jam). Kelajuan merupakan besaran

skalar. Laju mungkin bervariasi sepanjang perjalanan, sebagai contoh, jika kapal berjalan

180 km dalam 3 jam, adalah tidak mungkin kapal tersebut berjalan dengan kecepatan

konstan 60 km/jam selama 3 jam tersebut, melainkan kadang lebih cepat kadang lebih

lambat, namun kelajuan rata-ratanya 60 km/jam.

Kelajuan dapat diperoleh dengan rumus,

𝐾𝑒𝑙𝑎𝑗𝑢𝑎𝑛 =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ

atau

𝑣 =𝑠

𝑡

Kecepatan menunjukkan laju pada arah tertentu (spesifik). Kecepatan v adalah besaran

vektor yang besarnya sesuai dengan perpindahan dalam satu satuan waktu. Oleh karena itu

kecepatan menunjukkan 2 fakta tentang gerak benda, yaitu laju dan arah gerakan. Sebagai

konsekuensinya kecepatan merupakan besaran vektor dan dapat diilustrasikan dengan

menggambarkan sebuah vektor berskala, panjang menyatakan laju gerak benda, dan arah

panah menyatakan arah gerak benda.

Gambar 2.1 Vektor kecepatan

2 m/s ke timur

Page 46: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 40

Resultan Kecepatan dicari dengan diagram vektor kecepatan dengan cara yang sama seperti

pada diagram vektor gaya. Hal ini disebut dengan penjumlahan vektor.

Contoh:

Sebuah kapal berjalan ke arah utara dengan kecepatan 16 knots bergerak melawan arus air

yang kecepatannya 4 knot berarah tenggara. Hitunglah resultan laju dan arah gerak kapal.

Penyelesaian:

(𝑎𝑐)2 = (𝑎𝑏)2 + (𝑏𝑐)2 + 2 × 𝑎𝑏 × 𝑏𝑐 × cos 135° ingat bahwa cos(180 − 𝛼) = − cos 𝛼

(𝑎𝑐)2 = (𝑎𝑏)2 + (𝑏𝑐)2 − 2 × 𝑎𝑏 × 𝑏𝑐 × 45°

= 162 + 42 − 2 × 16 × 4 × cos 45𝑜

= 256 + 16 − 90,51

𝑎𝑐 = √181,49

= 13,47 knots

Dengan aturan segitiga sinus, diperoleh:

4 knots

sin 𝑎=

13,47 knots

sin 45𝑜

sin 𝑎 =4 × 0,7071

13,47

= 0,2100

GER

AK

ASL

I KA

PA

L

16

kn

ot

ke u

tara

GER

AK

ASL

I KA

PA

L 1

6 k

no

t B A

C

a

b

c

45o

135°

Page 47: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 41

𝑎 = sin−1 0,2100

𝑎 = 12,1224° = 12°7′

Jadi diperoleh :

Resultan Laju = 13,47 knots

Resultan arah = 12°7′ dari utara ke timur

Perubahan Kecepatan akan terjadi jika laju berubah atau jika arah gerak berubah, atau

kedua-duanya berubah. Pada perubahan kecepatan tanpa perubahan arah akan dianggap

bahwa laju dan kecepatan diperlakukan sama.

Kecepatan Linier memiliki satuan yang sama dengan satuan laju yaitu m/s, km/jam, atau

knots. Simbol kecepatan adalah 𝑣.

Jika benda bergerak dengan kecepatan rata-rata 40 m/s selama 5 s, maka jarak tempuh total

adalah 200 m.

Jarak tempuh = kecepatan rata − rata × waktu tempuh

𝑠 = 𝑣 × 𝑡

Perpindahan (memiliki jarak dan arah) merupakan vektor; simbolnya 𝑠.

Percepatan Linier adalah perubahan kecepatan pada selang waktu tertentu. Jika percepatan

bertambah dikatakan mengalami percepatan, sebaliknya jika kecepatan menurun dikatakan

mengalami perlambatan (memiliki percepatan negatif).

Sebagai contoh jika sebuah kapal bergerak dengan laju dipercepat dari 2 m/s sampai 12 m/s

dalam waktu 5 detik, maka total perubahan kecepatan adalah 12 – 2 = 10 m/s. Dalam waktu

5 detik kecepatan meningkat sebesar 10 m/s, maka dalam waktu 1 detik besar perubahan

kecepatan adalah 10 : 5 = 2 m/s. Maka percepatan benda itu adalah 2 m/s2.

Percepatan = perubahan kecepatan

selang waktu

𝑎 =∆𝑣

∆𝑡=

𝑣𝑡 − 𝑣0

𝑡𝑡 − 𝑡0

dengan :

𝑎 : percepatan (m/s2)

∆𝑣 : perubahan kecepatan (m/s)

∆𝑡 : selang waktu (s)

𝑣𝑡 : kecepatan akhir (m/s)

Page 48: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 42

𝑣0 : kecepatan awal (m/s)

𝑡𝑡 : waktu akhir (m/s)

𝑡0 : waktu awal (m/s)

Satu Nautical Mile International adalah 1,852 km, dan satu knots adalah 1,852 km/jam.

Contoh.

Sebuah mesin kapal dimatikan ketika bergerak pada laju 18 knot dan kapal berhenti setelah

20 menit. Diasumsikan perlambatan kapal konstan (diperlambat beraturan). Hitunglah

perlambatan kapal (dalam m/s2) dan jarak tempuh kapal dalam nautical mile sejak mesin

mati.

Perlambatan diperoleh:

𝑎 =∆𝑣

∆𝑡=

𝑣𝑡 − 𝑣0

𝑡𝑡 − 𝑡0

𝑎 =0 − 18 𝑘𝑛𝑜𝑡𝑠

20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

=− 18 × 1,852 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

1200 𝑠

=−18 ×

1852𝑚3600 𝑠

1200 𝑠

=−18 × 1852 𝑚

3600 × 1200 𝑠

𝑎 = −0,00772 𝑚/𝑠

Jarak tempuh:

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ

=18 + 0

2𝑘𝑛𝑜𝑡𝑠 ×

20

60𝑗𝑎𝑚

=18

2

𝑚𝑖𝑙𝑒𝑠

𝑗𝑎𝑚×

20

60𝑗𝑎𝑚

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ = 3 𝑛𝑎𝑢𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑙𝑒𝑠

Page 49: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 43

Contoh.

Sebuah mobil bergerak dari posisi diam hingga mencapai laju 54 km/jam menempuh jarak

90 m. Diasumsikan mobil bergerak lurus berubah beraturan (kecepatan berubah dengan

percepatan konstan). Hitunglah percepatan gerak mobil tersebut!

Kecepatan maksimum = 54 km/jam

=54 × 103𝑚

3600 𝑠

= 15 𝑚𝑠⁄

Kecepatan rata-rata = 1

2 (vo+vt) =

1

2 (0+15) = 7,5 m/s

Jarak = kecepatan rata-rata × selang waktu

90 m = 7,5 m/s × selang waktu

Selang waktu, ∆𝑡 = 90 𝑚

7,5 𝑚/𝑠= 12 𝑠

Percepatan, 𝑎 = ∆𝑣

∆𝑡

=𝑣𝑡 − 𝑣0

∆𝑡

=15 − 0 𝑚/𝑠

12 𝑠

=15

12𝑚/𝑠2

= 1,25 𝑚/𝑠2

Grafik Kecepatan-Waktu

Grafik kecepatan terhadap waktu dapat sangat berguna menjadi metode untuk

menyelesaikan permasalahan sekaligus menyediakan gambar dari sebuah fakta.

Daerah pada grafik kecepatan-waktu merepresentasikan jarak tempuh dan

slope/kemiringan kurva merepresentasikan percepatan. Slope/kemiringan grafik

perpindahan (jarak)-waktu merepresentasikan kecepatan.

Gambar 2.2 menjelaskan sebuah benda bergerak dengan kecepatan konstan 20 km/jam

selama 4 jam. Daerah yang dilingkupi oleh grafik adalah empat persegi panjang dengan

tinggi 20 km/jam dan panjang 4 jam, luas persegi panjang adalah perkalian antara tinggi

dengan panjang, ini merupakan perkalian antara kecepatan dan waktu yang mana

menghasilkan jarak tempuh. Oleh karena itu daerah yang dilingkupi grafik

merepresentasikan jarak tempuh.

Page 50: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 44

Gambar 2.2 sebuah benda bergerak dengan kecepatan konstan 20 km/jam selama 4 jam

Daerah yang dilingkupi oleh grafik = tinggi × panjang

Jarak tempuh = kecepatan × waktu

= 20km

jam× 4 jam

= 80 𝑘𝑚

Gambar 2.3 menjelaskan sebuah benda yang awalnya diam, kecepatannya bertambah

menjadi 30 m/s dalam 6 detik, tingkat peningkatan kecepatannya (disebut percepatan)

konstan.

0

5

10

15

20

25

0 1 2 3 4 5

Kec

epat

an (

km/j

am)

Waktu (jam)

Grafik kecepatan terhadap waktu

Luas yang terlingkupi oleh grafik = jarak tempuh

= 20 x 4= 80 km

0

5

10

15

20

25

30

35

0 1 2 3 4 5 6 7

Kec

epat

an (

m/s

)

Waktu (s)

Grafik kecepatan terhadap waktu

Luas = jarak tempuh

= ½ × 30 × 6 = 90 m

Kecepatan tetap 20 m/s

Page 51: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 45

Gambar 2.3 sebuah benda yang awalnya diam, kecepatannya bertambah menjadi 30 m/s dalam 6

detik dengan percepatan konstan

Daerah yang dilingkupi oleh grafik = Luas segitiga

=1

2× 30 × 6

= 90 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘

atau dengan persamaan,

Jarak = laju rata − rata × waktu

𝑠 = �̅� × 𝑡

= 1/2(0 + 30) × 6

= 90 𝑚

Sekali lagi daerah yang dilingkupi grafik kecepatan waktu merepresentasikan perpindahan

(jarak tempuh). Selanjutnya, pada setiap detik peningkatan kecepatan adalah 5 m/s, ini

adalah percepatan 5 m/s2 yang digambarkan oleh slope/gradien/kemiringan grafik.

Percepatan yang besar akan ditunjukkan dengan slope/gradien yang lebih curam,

perlambatan akan ditunjukkan dengan slope/gradien yang arah kemiringannya

berlawanan.

Gambar 2.4 menunjukkan sebuah kapal yang diperlambat dari 16 knots menuju 10 knots

dalam waktu 12 menit.

Jarak tempuh selama waktu itu adalah

𝑠 = �̅� × 𝑡

=16 + 10

12

60

= 2,6 nautical miles

Kapal kehilangan 6 knots dalam 12 menit yang ekuivalen dengan 30 knots dalam 60 menit.

Jadi perlambatan dalam satuan yang sama dengan satuan pada grafik adalah:

Perlambatan = 30 knots per jam

Atau jika dinyatakan dalam satuan m/s2 menjadi:

1 𝑘𝑛𝑜𝑡 = 1,852𝑘𝑚

𝑗𝑎𝑚

Perlambatan = 30 𝑘𝑛𝑜𝑡𝑠

1 𝑗𝑎𝑚=

30 × 1,852 𝑘𝑚

1 𝑗𝑎𝑚 × 1 𝑗𝑎𝑚=

30 × 1852 𝑚

3600 𝑠 × 3600 𝑠=

55560 𝑚

1296 × 104𝑠2

Page 52: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 46

= 4,287 × 10−3 𝑚/𝑠2

Gambar 2.4 Sebuah kapal yang diperlambat dari 16 knots menuju 10 knots

dalam waktu 12 menit.

Contoh :

Sebuah kereta yang awalnya diam, kemudian bergerak hingga mencapai kecepatan 90

km/jam dalam 25 detik. Kemudian selama 1,5 menit kereta bergerak dengan kecepatan

tersebut, kemudian kecepatannya berkurang sampai berhenti dalam 20 s. Anggap

percepatan dan perlambatan beraturan(uniform), gambarkan grafik v-t, hitunglah total

jarak yang dilalui dan nyatakan percepatan dan perlambatan dalam m/s2.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 0.1 0.2

Laju

(kn

ot)

Waktu (jam)

Grafik kecepatan terhadap waktu

0

5

10

15

20

25

30

0 50 100 150

Laju

(m

/s)

Waktu (detik)

Grafik kecepatan terhadap waktu

Luas = jarak tempuh = ½ (16+10) × 1/5

= 2,6 Nautical mile

Laju tetap

25 115 135

90 25 20

Page 53: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 47

Gambar 2.5 Grafik v-t

90𝑘𝑚

𝑗𝑎𝑚=

90 × 103

3600𝑚/𝑠

= 25 𝑚/𝑠

Luas dibawah garis percepatan = 0,5 × 25 × 25 = 312,5 m

Luas dibawah garis kecepatan konstan = 25 × 90 = 2250 m

Luas dibawah garis perlambatan = 0,5 × 25 × 20 = 250 m

Jarak tempuh total = Total Luas = 312,5 + 2250 + 250 = 2812,5 m

Percepatan =peningkatan kecepatan

waktu=

25 m/s

25 s= 1 m/s2

Perlambatan =Penurunan kecepatan

waktu=

25 m/s

20 s= 1,25 m/s2

Persamaan-Persamaan pada Gerak

Meskipun semua permasalahan-permasalahan dapat dikerjakan dengan prinsip-prinsip

tersebut, namun kadang lebih mudah untuk menyelesaikannya dengan persamaan.

Simbol yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

𝑣𝑡 = kecepatan awal (ms⁄ )

𝑣𝑜 = kecepatan awal (ms⁄ )

𝑎 = percepatan (ms2⁄ )

𝑡 = waktu (s)

𝑠 = jarak tempuh (m)

Ada empat persamaan umum yang berkaitan dengan kecepatan linier, percepatan, waktu

dan perpindahan, yaitu:

𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑎𝑡

𝑠 = �̅�𝑡 = (𝑣0 + 𝑣𝑡

2) 𝑡

𝑠 = 𝑣𝑜𝑡 ±1

2𝑎𝑡2

Page 54: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 48

𝑣𝑡2 = 𝑣𝑜

2 ± 2𝑎𝑠

Persamaan di atas menggunakan tanda (±) plus atau minus tergantung bagaimana

percepatan geraknya. Tanda (+) untuk percepatan positif (gerak dipercepat), sedangkan

tanda (-) untuk percepatan negatif (gerak diperlambat).

Contoh.

Sebuah kapal bergerak dengan kecepatan awal 10 m/s, kemudian diberikan percepatan

tetap 2 m/s2 selama 6 detik. Hitunglah kecepatan pada akhir 6 detik dan jarak tempuh

selama waktu tersebut!

𝑣𝑜 = 10𝑚

𝑠

𝑎 = 2𝑚

𝑠

𝑡 = 6 𝑠

𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑎𝑡

Setelah 6 s,

𝑣𝑡 = 10 + (2 × 6)

= 22 𝑚/𝑠

𝑠 = 𝑣𝑜𝑡 ±1

2𝑎𝑡2

𝑠 = 10 × 6 +1

2× 2 × 62

𝑠 = 60 + 36

= 96 𝑚

Contoh.

Propeller kapal dihentikan ketika berjalan pada laju 25 knots, dan sejak propeller dimatikan

kapal masih menempuh jarak 4 km hingga berhenti. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk

berhenti dalam menit, dan perlambatan rata-rata dalam m/s2. 1 knot = 1,852 km/jam.

𝑣0 = 25 𝑘𝑛𝑜𝑡𝑠 = 25 ×1852 𝑚

3600 𝑠= 12,86 𝑚/𝑠

𝑣𝑡 = 0

𝑠 = 4000 𝑚

Page 55: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 49

𝑣𝑡2 = 𝑣0

2 + 2𝑎𝑠

02 = 12,862 + 2 × 𝑎 × 4000

𝑎 =−165,3796

8000

𝑎 = −0,02067 𝑚/𝑠2

Tanda minus menunjukkan gerak diperlambat dengan perlambatan 0,02067 m/s2.

Gerak Yang Dipengaruhi Gravitasi (Gerak Vertikal)

Bumi menarik semua benda mengarah ke pusat bumi sehingga benda akan mengalami gerak

jatuh bebas, dengan mengabaikan hambatan udara maka benda akan jatuh bebas ke bumi

dengan percepatan tetap. Percepatan tersebut merupakan percepatan gravitasi, nilainya

bervariasi tergantung kedudukannya di permukaan bumi namun diambil rata-rata 9,81

m/s2 dan direpresentasikan dengan ‘g ’. Sehingga jika benda yang awalnya diam kemudian

jatuh maka kecepatannya bertambah 9,81 m/s setiap detiknya.

Contoh.

Sebuah benda jatuh dari keadaan diam. Hitunglah kecepatan setelah jatuh selama 4 detik

dan jarak tempuh selama waktu tersebut.

𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑎𝑡

Dalam gerak vertikal a = g

𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑔𝑡

= 0 + 9,81 × 4

Kecepatan akhir vt = 39,24 m/s

𝑠 = 𝑣𝑜𝑡 ±1

2𝑎𝑡2

Dalam gerak vertikal s = h

ℎ = 𝑣𝑜𝑡 +1

2𝑔𝑡2

= 0 × 4 +1

2× 9,81 × 42

Jarak jatuh = 78,48 m

Contoh.

Page 56: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 50

Sebuah proyektil ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 300 m/s. Hitunglah

(i) kecepatannya setelah 20 s, (ii) ketinggian diatas tanah setelah 20 s, (iii) waktu yang

diperlukan untuk mencapai puncak ketinggian, (iv) ketinggian maksimum yang dicapai,

waktu tempuh total dari meninggalkan tanah sampai kembali ke tanah.

𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 − 𝑔𝑡

= 300 − 9,81 × 20

Kecepatan pada detik ke-20 = 103,8 𝑚/𝑠

ℎ = 𝑣𝑜𝑡 +1

2𝑔𝑡2

= 300 × 20 +1

2× 9,81 × 202

Ketinggian = 4038 𝑚

0 = 300 − 9,81 × 𝑡

𝑡 =300

9,81

Waktu untuk mencapai ketinggian maksimum = 30,58 𝑠

𝑣𝑡2 = 𝑣𝑜

2 − 2𝑔ℎ

0 = 3002 − 2 × 9,81 × ℎ

ℎ =3002

2 × 9,81= 4587 𝑚

Ketinggian maksimum = 4587 m

Waktu total = 2 × 30,58 = 61,16 s.

2.2 Harga Sesaat

Untuk benda yang bergerak lurus, berdasarkan kemiringan grafik s-t dan v-t, diperoleh

harga sesaat,

𝑣 = lim∆𝑡→0

∆𝑠

∆𝑡=

𝑑𝑠

𝑑𝑡

𝑎 = lim∆𝑡→0

∆𝑣

∆𝑡=

𝑑𝑣

𝑑𝑡=

𝑑2𝑠

𝑑𝑡2

Dari daerah di bawah grafik v-t dan a-t,

𝑠 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡

Page 57: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 51

𝑣 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡

Contoh:

Kecepatan sebuah benda pada waktu t dinyatakan oleh persamaan berikut:

𝑣 = 3𝑡2 − 4𝑡 𝑚/𝑠

Hitunglah perpindahan, kecepatan, percepatan setelah bergerak 3 detik dari diam.

𝑠 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡

= ∫ (3𝑡2 − 4𝑡)3

0

𝑑𝑡

= [𝑡3 − 2𝑡2]3

0

= 27 − 18

= 9 𝑚

Jadi perpindahan = 9 m setelah 3 detik.

𝑣 = 3𝑡2 − 4𝑡 = 27 − 12 = 15𝑚

𝑠

Kecepatan = 15 m/s pada detik ke 3.

𝑎 =𝑑𝑣

𝑑𝑡

=𝑑

𝑑𝑡(3𝑡2 − 4𝑡) = 6𝑡 − 4 = 14

𝑚

𝑠2

Percepatan = 14 m/s2 setelah 3 s.

2.3 Perubahan Kecepatan

Kecepatan adalah besaran vektor yang menyatakan laju dan arah dan oleh karena itu

perubahan kecepatan terjadi jika laju berubah tanpa perubahan arah, atau jika arah berubah

ketika laju tetap, atau jika terjadi perubahan keduanya laju dan arah.

Page 58: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 52

Gambar 2.6 Contoh perubahan kecepatan

Tinjau contoh sederhana Gambar 2.6 yang mengilustrasikan diagram ruang dan vektor

kecepatan.

Kasus A menyatakan benda bergerak 5 m/s ke timur, mengalami perubahan kecepatan

menjadi 12 m/s ke timur. Vektor masing masing kecepatan digambar dari titik yang sama,

perbedaan antara ujung-ujung vektor adalah perubahan kecepatan, dalam kasus ini adalah

7 m/s.

Kasus B adalah sebuah benda dengan kecepatan awal 9 m/s ke timur, berubah menjadi 2

m/s ke barat. Vektor diagram menunjukkan vektor masing-masing kecepatan digambar dari

titik yang sama, perbedaan antara titik ujung mereka adalah perubahan kecepatan yaitu

11m/s.

Kasus 3 adalah sebuah benda dengan kecepatan awal 6 m/s ke timur berubah menjadi 8

m/s ke selatan. Diagram vektor dibentuk pada prinsip yang sama dari dua vektor yang

digambar dari sebuah titik yang sama. Perubahan kecepatan adalah selalu merupakan

perbedaan antara ujung-ujung bebas kedua vektor, yaitu √82 + 62 = 10 m/s. Arah

perubahan kecepatan adalah S36° 52’W. Perubahan kecepatan mengambil tempat dalam

arah gaya kerja yang diberikan yaitu antara perubahan dari timur ke baratdaya.

Pada semua kasus, diagram vektor dibentuk dengan menggambar vektor-vektor kecepatan

dari sebuah titik yang sama. Ini disebut dengan pengurangan vektor.

Percepatan adalah perubahan kecepatan terhadap waktu. Kemudian dalam semua kasus

harga percepatan dapat diperoleh dengan cara biasanya yaitu perubahan kecepatan dibagi

dengan selang waktu.

Page 59: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 53

Contoh:

Sebuah pesawat terbang mengalami perubahan kecepatan dari 400 km/jam berarah barat

menjadi 500 km/jam berarah timur laut dalam ½ menit. Hitunglah kecepatan rata-rata

dalam m/s2.

Gambar 2.7 Diagram ruang dan diagram vektor

𝑎2 = 𝑏2 + 𝑐2 − 2𝑏𝑐 cos 𝐴

= 5002 + 4002 − 2 × 500 × 400 × cos 135 °

= 250000 + 160000 + 282800

𝑎 = √692800

= 832,4

Jadi perubahan kecepatan adalah 832,4 km/jam

Percepatan =perubahan kecepatan

selang waktu

=832,4 × 103

3600 × 30

= 7,707

Jadi besar percepatan adalah 7,707 m/s2.

2.4 Kecepatan Relatif

Penjelasan di atas hanya untuk kecepatan objek bergerak melewati titik-titik tetap pada

bumi (sebagai acuan), yang mana ini disebut dengan kecepatan absolut/mutlak.

Ketika kecepatan gerak objek A dinyatakan sebagai laju obyek A melewati obyek bergerak

lain B (atau dapat dikatakan kecepatan obyek A menurut obyek bergerak B), ini disebut

kecepatan relatif A terhadap B. Sebagai akibatnya ini adalah kecepatan A seperti tampak

oleh seorang yang bergerak dengan obyek B dan sehingga kadang disebut sebagai kecepatan

semu/relatif.

Page 60: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 54

Gambar 2.8 Contoh kecepatan relatif/semu obyek-obyek berkecepatan sama

bergerak searah dan sejajar

Jika dua obyek bergerak sejajar dengan kecepatan tetap seperti pada gambar 2.8, kecepatan

relatif satu dengan yang lain adalah nol. Sebagai contoh ketika dua orang duduk saling

menatap di dalam sebuah kereta api bergerak yang sama, mata satu sama lain tidak

bergerak, kecepatan semu satu terhadap lainnya adalah nol.

Akan tetapi, jika sebuah obyek bergerak dalam arah berlawanan terhadap obyek yang

lainnya misalkan kereta yang bergerak sejajar dalam arah berlawanan, masing masing

berkecepatan 50 km/jam seperti diilustrasikan oleh gambar 2.9, obyek satu akan melihat

obyek lain dengan kecepatan 100 km/jam, sehingga kecepatan relatif satu terhadap yang

lain adalah 100 km/jam.

Gambar 2.9 Contoh kecepatan relatif/semu obyek-obyek berkecepatan sama

bergerak berlawanan arah dan sejajar

Kecepatan relatif obyek-obyek yang bergerak saling sejajar sederhana dan mudah dipahami,

tetapi ketika tidak saling sejajar maka agak rumit dan diperlukan menggambar diagram-

diagram vektor.

Tinjau sebuah benda A bergerak 30 m/s ke timur dan benda lain B bergerak 35 m/s 20o ke

utara dari timur. Diagram ruang pertama digambar untuk menunjukkan kecepatan absolut

masing-masing, sebagaimana kecepatan tersebut relatif terhadap bumi, diberi tanda A atau

B di belakang vektor, dan E (untuk bumi) pada ujung vektor. Lihat gambar 2.10.

Diagram vektor sekarang dapat digambar dengan E sebagai sebuah titik bersama untuk dua

kecepatan absolut, kecepatan relatif dari A ke B, atau dari B ke A, adalah vektor penghubung

dua pangkal vektor. Jika kecepatan B relatif terhadap A yang dicari, panah ditaruh pada titik

dari B ke A dan menggambarkan bagaimana gerak obyek B menurut pandangan A. Jika

kecepatan A relatif terhadap B yang dicari, panah ditaruh pada titik dari A ke B dan

menggambarkan bagaimana gerak obyek A menurut pandangan B. Ini adalah pengurangan

vektor.

A

B

50 km/jam

50 km/jam

A

B

50 km/jam

50 km/jam

Page 61: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 55

Gambar 2.10 Kecepatan B relatif terhadap A

Contoh:

Kapal pertama A berlayar ke barat dengan kecepatan 19 knots dan kapal lain B yang

jaraknya 5 nautical miles barat daya dari A berlayar ke utara 30o ke timur dengan kecepatan

17 knots. Hitung jarak antara dua kapal ketika mereka berada pada posisi terdekat satu

sama lain. Hitunglah waktu saat mereka berada pada posisi terdekat satu sama lain.

Gambar 2.11

𝑉𝑅2 = 172 + 192 − 2 × 17 × 19 × cos 120°

= 289 + 361 + 323

𝑉𝑅 = √973 = 31,19 knots

17

sin 𝜃=

31,19

sin 120°

Page 62: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 56

sin 𝜃 =17 × 0,866

31,19= 0,472

𝜃 = 28° 10′

Kecepatan B relatif terhadap A adalah 31,19 knots berarah 28° 10′ ke utara dari timur.

Sekarang bayangkan jika berada di kapal A diam semu dan melihat kapal B, yang mana

jaraknya 5 nautical miles arah barat daya, bergerak dengan laju semu 31,19 knots dalam

arah 28° 10′ ke utara dari timur. Sebuah diagram ruang untuk jarak sekarang kita gambar

untuk merepresentasikan kondisi semu ini sebagaimana dalam gambar 2.12.

Gambar 2.12

𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼 = 45° − 28°10′ = 16°50′

𝐴𝐵2 = jarak terdekat (𝑛𝑒𝑎𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑝𝑝𝑟𝑜𝑎𝑐ℎ) = 5 × sin 16° 50′ = 1,448 naut. miles

Jarak semu (apparent distance) yang ditempuh oleh B untuk memperoleh posisi jarak

terdekat (nearest approach) = 𝐵1𝐵2 = 5 × cos 16° 50′ = 4,7855 𝑛𝑎𝑢𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑙𝑒𝑠

Untuk menempuh 4,7855 nautical miles pada laju semu (apparent speed) 31,19 knots:

𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘

𝑙𝑎𝑗𝑢=

4,7855 × 60

31,19= 9,2 min

2.5 Gaya Gesek

Kita telah mengamati bahwa permukaan suatu benda, meskipun sehalus apapun itu, adalah

tidak sempurna halusnya dan pasti tetap memiliki kekasaran. Ketika kita meletakkan suatu

balok pada permukaan lantai, maka gaya berat balok tersebut akan menekan lantai. Sebagai

akibatnya akan timbul gaya reaksi (gaya normal) nilainya sama dengan berat benda namun

arahnya berlawanan dengan arah berat benda.

Page 63: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 57

Ketika kita menarik balok tersebut secara horisontal maka akan mengalami hambatan

akibat adanya gaya normal dan kekasaran permukaan. Gaya hambat ini disebut dengan gaya

gesek. Gaya gesek bekerja dalam arah yang berlawanan terhadap arah gerak balok tersebut.

Sehingga, dimanapun setiap ada gerakan relatif antara dua bagian, gaya gesek muncul,

sehingga untuk mengatasi gesekan sejumlah energi akan terbuang.

Gaya gesek dapat juga disebut sebagai gaya yang timbul pada dua bidang permukaan benda

yang bersinggungan dan mempunyai kekasaran dan arah gaya gesek melawan arah

kecenderungan gerak benda.

Gambar 2.13 Gaya gesek

Dalam aplikasi teknik gesekan dapat diinginkan maupun tidak diinginkan. Ada peralatan

dan perangkat yang dikenal sebagai piranti gesek seperti sabuk dan tali, gesekan kopling,

rem, mur dan baut, yang mana gesekan menguntungkan dan upaya dilakukan untuk

memaksimalkan gesekan tersebut. Dan sebaliknya, gesekan sangat tidak diinginkan pada

bagian-bagian bergerak mesin, yang mana menyebabkan kehilangan energi yang dapat

menghasilkan perubahan bentuk energi menjadi energi panas. Untuk meningkatkan

efisiensi mesin, gesekan harus dikurangi seminim mungkin dengan pelumasan

(lubrication).

Karakteristik Gaya Gesek

Gaya gesek memiliki karakteristik sebagai berikut:

(i) Seft-adjusting, ketika gaya tarik F meningkat, gaya gesek f juga meningkat, dan

sampai suatu saat ketika benda akan bergerak maka sejumlah gaya gesek akan

muncul untuk melawan arah gerakan benda.

(ii) Gaya gesek selalu bekerja dalam arah yang berlawanan terhadap arah gerakan

(selalu melawan arah gaya tarik F)

(iii) Gaya gesek adalah gaya pasif (gaya gesek ada jika gaya tarik F ada)

Tipe Gaya Gesek

Gaya gesek dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Gesekan pada permukaan tanpa pelumas

2. Gesekan pada permukaan berpelumas

F (Gaya)

f (Gaya gesek)

N (Gaya

Normal) w (Berat)

Page 64: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 58

Pada gesekan permukaan tanpa pelumas, gesekan yang muncul antara dua permukaan tak

berpelumas disebut gesekan solid atau gesekan kering. Ini dapat terbagi menjadi dua tipe,

yaitu:

(i) Sliding friction (gesekan luncur), yaitu gesekan yang muncul ketika sebuah

permukaan benda meluncur diatas permukaan lain.

(ii) Rolling friction (gesekan bergulir), yaitu gesekan ketika antara kedua permukaan

terpisah oleh gotri (bola-bola kecil) atau laker/roller.

Harus diingat bahwa gesekan bergulir selalu lebih kecil daripada gesekan luncur.

Pada Gesekan pada permukaan berpelumas, lebih lanjut dibagi menjadi berikut:

(i) Gesekan licin atau tak kental (boundary friction),

(ii) Gesekan viscous (kental)

Jika diantara dua permukaan gesekan ada sebuah lapisan tipis minyak atau pelumas,

minyak akan terserap ke dalam permukaan. Sebagai akibatnya kontak antara logam-

logam akan digantikan dengan kontak antar lapisan tipis minyak dan tentu saja gaya

gesekan akan terkurangi. Dalam kasus seperti itu gaya gesekan disebut sebagai gesekan

licin (boundary friction).

Pada bab ini kita hanya akan membahas gesekan antar permukaan yang tak terlumasi.

Batas Gesekan

Gambar 2.14 menunjukkan sebuah grafik antara gaya kerja dan gesekan. Selama kondisi

statis dimana gaya kerja meningkat dari nilai nol, gaya gesek juga akan naik sebanding

dengan gaya kerja. Pada kondisi tertentu ketika gaya kerja tepat cukup untuk melampaui

gesekan maka benda akan bergerak. Setelah itu tiba-tiba besar gesekan menurun menuju

suatu nilai yang tetap konstan sepanjang waktu bergerak, seperti ditunjukkan gambar 2.14

Gambar 2.14 Grafik antara gaya kerja dan gesekan

Page 65: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 59

Ketika gerak tepat akan terjadi, gaya gesek mengalami nilai maksimum. Kondisi ini disebut

dengan batas keseimbangan (limitting equilibrium). Gesekan yang bekerja pada kondisi ini

disebut batas gesekan (limitting friction).

Batas gaya gesek ini dapat didefinisikan sebagai harga maksimum gaya gesek yang muncul

ketika benda tepat akan bergerak pada permukaan benda lain. Ketika gaya kerja lebih kecil

dari pada batas gesekan maka benda tetap diam, dan gesekan disebut sebagai gesekan statis,

yang nilainya antara nol sampai batas gesekan (limitting friction).

Hukum Gesekan

Hukum gesekan statis dinyatakan sebagai berikut:

(i) Gaya gesek selalu bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah

kecenderungan gerak benda

(ii) Besar gaya gesek berbanding lurus dengan gaya normal antara kedua

permukaan.

(iii) Besar gaya gesek tergantung pada kondisi permukaan bidang kontak.

(iv) Gaya gesek tidak tergantung pada luas dan bentuk permukaan bidang kontak.

Hukum gesekan dimanis atau kinetis:

(i) Gaya gesek selalu bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah

kecenderungan gerak benda

(ii) Besar gaya gesek berbanding lurus dengan gaya normal antara kedua

permukaan.

(iii) Besarnya gaya gesek dinamis menghasilkan rasio tetap terhadap gaya normal

antara dua permukaan tetapi rasionya adalah sedikit lebih kecil daripada

keadaan batas gesekan (limitting friction)

(iv) Gaya gesekan mendekati konstan pada laju sedang tetapi berkurang sedikit

seiring dengan meningkatnya laju.

Sudut gesekan

Gambar 2.15 Sudut gesekan

Page 66: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 60

Sudut gesekan adalah sudut yang dibentuk antara Gaya Normal (N) dengan resultan (R) dari

Gaya Normal (N) dan gaya gesek batas(f ). Sudut gesekan diberi simbol 𝜙.

tan 𝜙 =𝑓

𝑁

𝜙 = tan−1𝑓

𝑁

Koefisien Gesekan

Koefisien gesekan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya gesek batas (f ) terhadap

gaya Normal (N) antara dua benda yang bergesekan. Koefisien gesekan diberi simbol 𝜇.

𝜇 = tan 𝜙 =𝑓

𝑁

Sehingga besar gaya gesekan dapat dirumuskan dengan persamaan

𝑓 = 𝜇𝑁

dengan 𝑁 adalah gaya normal (satuan Newton), yaitu gaya yang merupakan gaya reaksi

bidang tempat benda berada terhadap gaya aksi yang diberikan benda dan mempunyai arah

yang tegak lurus terhadap bidang tempat benda tersebut, sedangkan 𝜇 adalah koefisien

gesekan yang menyatakan tingkat kekasaran permukaan bidang kontak.

Gesekan statis dan dinamis

Gaya gesek ada dua macam yaitu:

a) Gaya gesek statis (𝑓𝑠) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam keadaan diam atau

tepat akan mulai bergerak. Jika 𝜇𝑠 adalah koefisien gesek statis, maka

𝑓𝑠 = 𝜇𝑠. 𝑁

b) Gaya gesek kinetis (𝑓𝑘) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam keadaan sedang

bergerak. Gaya gesek kinetis selalu lebih kecil dari pada gaya gesek statis (gesekan

kinetis sekitar 40 sampai 75 persen dari gaya gesek statis maksimum). Jika 𝜇𝑘 adalah

koefisien gesekan kinetis, maka:

𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 . 𝑁

Koefisien gesek adalah konstanta yang menunjukkan sifat kasar licinnya permukaan dua

bidang yang bersentuhan. Nilai koefisien gesek berkisar antara 0 ≤ µ ≤ 1.

Sudut Istirahat (Angle of Repose)

Berdasarkan gambar dibawah. Tinjau sebuah benda yang beratnya w berada diatas bidang

horisontal yang dimiringkan dengan sudut 𝛼.

Page 67: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 61

Gambar 2.16 Sudut istirahat (angle of repose)

Benda berada dalam keseimbangan dibawah pengaruh gaya-gaya berikut:

(i) Berat, w (yang dapat diuraikan menjadi dua komponen 𝑤 sin 𝛼 dan 𝑤 cos 𝛼 seperti

pada gambar

(ii) Gaya Normal, N, dan

(iii) Gaya gesek, f (= 𝜇𝑁).

Dalam kondisi batas ketika benda tepat akan meluncur ke bawah, gaya gesek harus bekerja

ke atas searah bidang supaya seimbang. Tinjau gaya-gaya sejajar dan tegak lurus bidang.

𝑓 = 𝑤 sin 𝛼 (i)

𝑁 = 𝑤 cos 𝛼 (ii)

Dari persamaan (i) dan (ii), kita peroleh 𝑓

𝑁=

𝑤 sin 𝛼

𝑤 cos 𝛼= tan 𝛼

Sedangkan 𝑓

𝑁= 𝜇 = tan 𝜙

Dimana 𝜙 adalah sudut gesekan.

Sudut 𝛼 disebut sudut istirahat (angle of repose) dan adalah sama dengan sudut gesekan

ketika benda dalam kondisi batas keseimbangan pada bidang miring.

Kerucut Gesekan (Cone of Friction)

Jika garis OA pada gambar 2.17 merupakan sudut maksimum gesekan 𝜙 yang dibentuk

dengan gaya normal diputar mengitari OB sebagai sumbu, kerucut yang terbentuk disebut

dengan kerucut gesekan (cone of friction). Jika resultan R antara gaya normal dan gaya

gesekan berada didalam kerucut gaya, maka gaya yang bekerja tidak cukup besar untuk

menyebabkan benda bergerak. Prinsip ini digunakan dalam mekanisme self-locking.

Page 68: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 62

Gambar 2.17 Kerucut gesekan (cone of friction)

Gerak Benda Pada Bidang Horisontal

Gambar di bawah menunjukkan sebuah benda berada di atas bidang horisontal ditarik

dengan gaya F yang membentuk sudut 𝜃 terhadap permukaan bidang horisontal. Nilai gaya

f dapat ditentukan dengan meninjau batas keseimbangan.

Gambar 2.18 Gerak pada bidang horisontal

Penyelesaian gaya-gaya sejajar bidang (gaya-gaya horisontal), kita peroleh

𝑓 = 𝐹 cos 𝜃

𝜇𝑁 = 𝐹 cos 𝜃 (i)

Penyelesaian sistem gaya tegak lurus bidang (gaya-gaya vertikal), kita peroleh

𝑁 + 𝐹 sin 𝜃 = 𝑊

𝑁 = 𝑊 − 𝐹 sin 𝜃 (ii)

Substitusi nilai N ke dalam persamaan (i), kita peroleh

Page 69: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 63

𝜇(𝑊 − 𝐹 sin 𝜃) = 𝐹 cos 𝜃

𝜇𝑊 − 𝜇𝐹 sin 𝜃 = 𝐹 cos 𝜃

𝐹 (cos 𝜃 + 𝜇 sin 𝜃) = 𝜇𝑊

Karena

𝜇 = tan 𝜙 =sin 𝜙

cos 𝜙

Maka kita peroleh

𝐹 (cos 𝜃 +sin 𝜙

cos 𝜙sin 𝜃) =

sin 𝜙

cos 𝜙. 𝑊

𝐹 (cos 𝜃 +sin 𝜙

cos 𝜙sin 𝜃) × cos 𝜙 =

sin 𝜙

cos 𝜙. 𝑊 × cos 𝜙

𝐹(cos 𝜃. cos 𝜙 + sin 𝜃 sin 𝜙) = 𝑊 sin 𝜙

𝐹 cos(𝜃 − 𝜙) = 𝑊 sin 𝜙

𝐹 =𝑊 sin 𝜙

cos(𝜃 − 𝜙)

Untuk supaya 𝐹 bernilai minimum, cos(𝜃 − 𝜙) harus bernilai maksimum

cos(𝜃 − 𝜙) = 1

Maka pastilah

𝜃 − 𝜙 = 0

Maka kita peroleh

𝜃 = 𝜙

Jadi sudut kemiringan gaya F harus sama dengan sudut gesekan

Contoh:

Tarikan 25 N dengan sudut 30o terhadap horisontal diperlukan untuk memindahkan balok

kayu pada meja mendatar. Jika koefisien gesekan antara benda yang bersentuhan adalah 0,2,

hitunglah berat balok!

Penyelesaian:

Diketahui:

W = berat benda

F = gaya (= 25 N)

N = gaya normal

𝜇 = koefisien gesekan (= 0,2)

Page 70: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 64

Gambar 2.19

Penyelesaian gaya-gaya sejajar terhadap bidang,

𝑓 = 𝐹 cos 30°

𝜇𝑁 = 𝐹 cos 30° (i)

Penyelesaian gaya-gaya tegak lurus bidang,

𝑁 + 𝐹 sin 30° = 𝑤

𝑁 = 𝑤 − 𝐹 sin 30°

Substitusi harga N ke dalam persamaan (i), kita peroleh

𝜇(𝑤 − 𝐹 sin 30°) = 𝐹 sin 30°

0,2(𝑤 − 25 × 0,5) = 25 × 0,866

𝑤 =21,65

2+ 12,5

𝑤 = 120,75 Newton

Contoh:

Sebuah benda yang diam di atas bidang datar kasar memerlukan tarikan 18 N dengan

kemiringan 30o terhadap bidang untuk tepat akan bergerak. Ditemukan bahwa dorongan 20

N dengan kemiringan 30o terhadap bidang diberikan untuk tepat akan bergerak. Tentukan

berat benda dan koefisien gesek bidang.

Penyelesaian:

Diketahui:

w = berat benda

F = gaya yang bekerja

N = gaya normal

𝜇 = koefisien gesek

Page 71: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 65

(a) (b)

Gambar 2.20

Kasus I. Penyelesaian gaya-gaya sejajar bidang,

𝑓 = 𝐹 cos 30°

𝜇𝑁 = 18 cos 30° (i)

Dan penyelesaian gaya-gaya tegaklurus bidang,

𝑁 + 𝐹 cos 30° = 𝑤 (ii)

𝑁 + 18 cos 30° = 𝑤

𝑁 = 𝑤 − 18 sin 30°

𝑁 = 𝑤 − 9

Substitusi nilai N ke dalam persamaan (i), kita peroleh

𝜇(𝑤 − 9) = 18 cos 30°

Berdasarkan gambar 2.19

Kasus II. Penyelesaian gaya-gaya sejajar bidang,

𝑓 = 𝐹 cos 30°

𝜇𝑁 = 22 cos 30° (i)

Dan penyelesaian gaya-gaya tegak lurus bidang,

𝑁 = 𝑤 + 𝐹 sin 30°

𝑁 = 𝑤 + 22 sin 30°

𝑁 = 𝑤 + 11 (ii)

Substitusi nilai N ke persamaan (i), kita peroleh

𝜇(𝑤 + 11) = 22 cos 30°

Dari persamaan (i) dan (ii), kita peroleh

𝜇(𝑤 − 9)

𝜇(𝑤 + 11)=

18 cos 30°

22 cos 30°

22(𝑤 − 9) = 18(𝑤 + 11)

22𝑤 − 198 = 18𝑤 + 198)

4𝑤 = 396

𝑤 = 99 𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛

Page 72: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 66

Dengan memasukkan nilai w ke persamaan (1), kita peroleh

𝜇(99 − 9) = 18 cos 30°

𝜇 =18 cos 30°

90

𝜇 = 0,1732 Newton

Soal Latihan

1. Sebuah kapal berlayar ke timur dengan kecepatan 18 knots melewati arus 3 knots

yang arahnya 40° ke timur dari utara. Hitunglah laju resultan dan arah kapal.

2. Sebuah lokomotif yang awalnya diam, dipercepat beraturan sampai kecepatan

maksimum, memerlukan waktu 1 menit dan menempuh jarak 0,5 km. Lokomotif

kemudian berjalan pada kecepatan maksimum selama 2 menit dan akhirnya

diperlambat secara teratur memerlukan 30 detik untuk berhenti. Hitunglah laju

maksimum, gambarkan grafik kecepatan-waktu dan hitunglah jarak total yang

ditempuh.

3. Sebuah benda bergerak sehingga jarak yang ditempuh dari titik asal diberikan oleh

persamaan:

𝑠 = 0,2𝑡2 + 10,4

Hitunglah kecepatan dan percepatan 5 detik setelah benda muai bergerak dan

kecepatan rata-rata pada 10 detik gerakannya.

4. Laju dan arah kapal motor berubah dari 9 knot ke utara menjadi 11 knot ke barat

dalam waktu 30 detik. Hitung percepatan rata-rata dalam m/s2. (1 knot = 1,852

km/jam)

5. Dua kereta api, yang pertama panjang 20 m dan yang kedua panjangnya 40 m, saling

mendekat satu sama lain dalam arah berlawanan pada track sejajar, laju kereta yang

lebih pendek 50 km/jam dan yang lebih panjang 100 km/jam. Hitung waktu yang

diperlukan untuk melewati satu sama lain.

6. Sebuah benda yang beratnya 1000 N diam pada bidang datar, koefisien gesekan

antara benda dan bidang 0,1. Hitunglah besarnya gaya yang bekerja 30° terhadap

bidang datar yang akan menyebabkan benda tepat akan bergerak.

7. Hitunglah gaya yang diperlukan untuk memindahkan beban 300 N menaiki bidang

miring, gaya bekerja sejajar bidang miring. Kemiringan bidang adalah seperti ketika

benda yang sama tertahan pada bidang yang sangat halus dimiringkan pada sudut

tersebut dan sebuah gaya 60 N bekerja pada kemiringan 30o terhadap bidang

menahan bersama-sama dalam keseimbangan. Asumsikan bahwa koefisien gesekan

antara bidang kasar dan beban sama dengan 0,3.

Page 73: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 67

BAB III HIDROSTATIKA

Fluida adalah zat yang dapat mengalir sehingga yang termasuk fluida adalah zat cair dan

gas. Dalam hidrostatika dipelajari fluida yang ada dalam keadaan diam (tidak bergerak).

Fluida yang diam disebut fluida statis. Jika yang diamati zat cair maka disebut hidrostatis.

Dalam fluida statis anda akan mempelajari hukum-hukum dasar yang antara lain dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Mengapa semakin dalam menyelam semakin

besar tekanannya? Mengapa kapal laut yang terbuat dari besi dapat mengapung di

permukaan air laut? Mengapa balon udara yang berisi gas panas dapat naik ke udara?

3.1 Tekanan

Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja pada suatu bidang

dibagi dengan luas bidang tersebut. Rumus tekanan

𝑝 =𝐹

𝐴

Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (disingkat Pa) untuk memberi penghargaan kepada

Blaise Pascal, penemu hukum Pascal.

1 Pa = 1 N . m-2

Untuk keperluan cuaca digunakan satuan atmosfer (atm), cmHg atau mmHg, dan milibar

(mb).

1 mb = 0,001 bar; 1 bar = 105 Pa

1 atm = 76 cmHg = 1,01 x 105 = 1,01 bar

Untuk menghormati Torricelli, fisikawan Italia penemu barometer, ditetapkan satuan

tekanan dalam torr.

Dimana 1 torr = 1 mmHg

Contoh:

Sebuah piston bundar memberikan tekanan 80 kPa pada suatu fluida, ketika gaya yang

dikenakan ke piston 0,2 kN. Hitunglah diameter piston!

Penyelesaian:

𝑝 =𝐹

𝐴

Atau

𝐴 =𝐹

𝑝

Gaya dalam Newton:

F = 0,2 kN = 0,2 × 103 N = 200 N

Page 74: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 68

Tekanan dalam Pascal:

P = 80 kPa = 80 000 Pa = 80 000 N/m2

Luas

𝐴 =𝐹

𝑝

𝐴 =200 𝑁

80 000 𝑁/𝑚2= 0,0025 𝑚2

Karena pistol berbentuk lingkaran maka luas dirumuskan 𝜋𝑟2 = 𝜋𝑑2/4, dimana d adalah

diameter piston.

𝐴 =𝜋𝑑2

4= 0,0025

𝑑2 = 0,0025 ×4

𝜋= 0,003183

𝑑 = √0,003183 = 0,0564 𝑚

Jadi diameter piston adalah 56,4 mm

Pada setiap titik pada permukaan benda yang tenggelam, gaya yang dikenakan oleh fluida

adalah tegak lurus terhadap permukaan benda (gambar 3.1).

Gambar 3.1 Pada setiap titik pada permukaan benda yang tenggelam, gaya yang

dikenakan oleh fluida adalah tegak lurus terhadap permukaan benda

Tekanan pada fluida dapat diukur dengan alat seperti alat pada gambar 3.2 alat terdiri dari

silinder yang tertutup oleh piston yang terhubung dengan pegas. Ketika alat tenggelam

dalam fluida, fluida menekan bagian atas piston dan menekan pegas hingga gaya ke dalam

oleh fluida seimbang dengan gaya ke luar pegas. Tekanan fluida dapat diukur secara

langsung jika pegas dikalibrasi lebih lanjut.

Page 75: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 69

Gambar 3.2 contoh alat ukur tekanan fluida

Tekanan Hidrostatik

Tekanan zat cair dalam keadaan tidak mengalir dan hanya disebabkan oleh berat zat cair

sendiri disebut tekanan hidrostatika. Besarnya tekanan hidrostatika suatu titik dalam zat

cair yang tidak bergerak dapat diturunkan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Zat cair dalam wadah silinder

Tinjau zat cair dengan massa jenis ρ berada dalam wadah silinder dengan luas alas A dan

ketinggian h seperti pada Gambar 10.3 Volume zat cair dalam wadah V = Ah sehingga berat

zat cair dalam wadah adalah:

F = mg = ρVg = ρAhg

dengan demikian tekanan hidrostatika di sebarang titik pada luas bidang yang diarsir oleh

zat cair dengan kedalaman h dari permukaan adalah:

𝑝ℎ =𝐹

𝐴

𝑝ℎ =𝜌𝑔ℎ𝐴

𝐴

𝑝ℎ = 𝜌𝑔ℎ

dengan

𝜌 : massa jenis zat cair (kg/m3)

Page 76: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 70

g : percepatan gravitasi, m/s2

h : kedalaman titik dalam zat cair diukur dari permukaan zat cair, m.

Karena massa jenis air tawar adalah 1000 kg/m3, kedalaman air tawar yang memiliki

tekanan 1 bar (=105 N/m2) dapat dihitung sebagai berikut:

𝑝ℎ = 𝜌𝑔ℎ

ℎ =𝑝ℎ

𝜌𝑔

ℎ =105

1000 × 9,81

ℎ = 10,19 m

jadi pada kedalaman 10,19 m air tawar akan memiliki tekanan hidrostatis sebesar 1 bar.

Contoh:

Hitunglah tekanan hidrostatik pada kedalaman 10 m dari permukaan air!

Penyelesaian:

𝑝ℎ = 𝜌𝑔ℎ

= 1000 kg/m3 × 9,82 m/s2 × 10 m

= 98.200 Pascal

Jadi, pemompaan melawan sebuah tekanan (p) dapat dianggap sebagai pengangkatan zat

cair menuju suatu ketinggian yang setara dan usaha yang dilakukan atau daya yang

diberikan dapat dihitung dengan metode ini.

Contoh.

Sebuah mesin menghasilkan 3730 kW menggunakan 7,25 kg uap/kWh. Jika tekanan boiler

adalah 17 bar (=17 x 105 N/m2), hitunglah daya keluaran dari feed pump.

Penyelesaian:

Pada tekanan 17 bar kedalaman air ekuivalen dengan = 17 x 10,19 = 173,2 m

Massa air yang dipompa ke boiler setiap detik adalah

𝑚 =7,25 × 3730

3600= 7,511 kg

Gaya untuk mengangkat melawan gravitasi;

𝐹 = 𝑚 × 𝑔 = 7,511 × 9,81 = 73,69 N

Daya = kerja yang dilakukan setiap detik

𝑃 =𝑊

𝑡=

𝐹ℎ

𝑡

P = gaya x tinggi, per detik

= 73,69 x 173,2

= 1,277 x 104 W = 12,77 kW

Page 77: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 71

Tekanan Atmosfir

Udara di atas permukaan bumi adalah fluida, memiliki massa jenis, 𝜌, yang mana nilainya

bervariasi antara 1,225 kg/m3 pada permukaan laut sampai 0 kg/m3 di luar angkasa. Karena

𝑝 = 𝜌𝑔ℎ, dimana h adalah beberapa ribu meter, udara memberikan tekanan pada seluruh

titik pada permukaan bumi. Tekanan ini disebut tekanan atmosfer, yang memiliki nilai

sekitar 100 kilopascal.

Biasanya tekanan yang kita ukur adalah perbedaan tekanan dengan tekanan atmosfir, yang

disebut Tekanan Gauge atau tekanan yang dilihat dengan alat ukur. Adapun tekanan

sesungguhnya disebut tekanan mutlak, dimana :

Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer

Ph = Pgauge + Patm

dengan tekanan atmosfer Patm (Po) = 1,01 × 105 Pa.

Perhatikan:

Jika disebut tekanan pada suatu kedalaman tertentu, ini yang dimaksud adalah

tekanan mutlak.

Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan tekanan udara luar Po = 1 atm = 76 cmHg

= 1,01 × 105 Pa.

Contoh:

Berapa kedalaman suatu posisi penyelam dalam fluida tak bergerak (air) diukur dari

permukaan yang mempunyai tekanan sebesar tiga kali tekanan udara luar. (Po = 1 atm =

1,01 × 105 N/m2).

Penyelesaian:

Gambar 3.6 Ilustrasi tekanan hidrostatik.

Tekanan hidrostatis titik A:

𝑝𝐴 = 3 𝑝0

Besar tekanan di titik A

𝑝𝐴 = 𝑝0 + 𝜌𝑔ℎ

h

A

Po

Page 78: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 72

3 𝑝0 = 𝑝0 + 𝜌𝑔ℎ

3 𝑝0 − 𝑝0 = 𝜌𝑔ℎ

ℎ =2𝑝0

𝜌𝑔

=2 × 1,01 × 105 N/𝑚2

103 𝑘𝑔𝑚3 × 10𝑚/𝑠2

= 20,2 𝑚

Jadi kedalaman posisi tersebut adalah 20 m.

Manometer dan Barometer

Manometer adalah alat pengukur tekanan gas di dalam ruang tertutup. Barometer adalah

alat ukur tekanan udara dalam ruang terbuka.

Gambar 3.4 (a) Manometer terbuka (b) barometer raksa

Dengan menerapkan hukum pokok hidrostatik di titik A dan B, maka untuk manometer

𝑝𝐴 = 𝑝𝐵 atau 𝑝𝑔𝑎𝑠 = 𝑝0 + 𝜌𝑔ℎ

Sedangkan untuk barometer

𝑝𝐴 = 𝑝𝐵 atau 𝑝0 = 𝜌𝑔ℎ

Dengan 𝜌 adalah massa jenis raksa dan ℎ adalah tinggi kolom raksa.

Contoh.

Sebuah manometer terhubung kepada tabung udara bertekanan, memiliki perbedaan

ketinggian 18 mm antara dua tangkai berisi merkuri (𝜌=13,6 g/cm3). Hitunglah tekanan

gauge pada tabung udara.

Penyelesaian:

Tekanan udara terbaca pada alat ukur (tekanan gauge):

𝑝𝑔𝑎𝑠 = 𝜌𝑔ℎ

= 13,6 × 103 × 9,81 × 0,018

Page 79: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 73

= 2,4 𝑘𝑁/𝑚2

Barometer Aneroid

Barometer aneroid pada dasarnya terdiri atas circular, hollow, sealed vessel S yang

biasanya terbuat dari logam lentur tipis.

Tekanan udara pada vessel dihilangkan hingga mendekati nol sebelum disegel, sehingga

perubahan pada tekanan atmosfer akan menyebabkan bentuk vessel mengembang atau

mengkerut. Perubahan kecil ini dapat diperbesar dengan menggunakan tuas dan dibuat

untuk menggerakkan jarum penunjuk dengan kalibrasi tertentu.

Bourdon Pressure Gauge

Tekanan yang beberapa kali lebih besar dari pada tekanan atmosfer dapat diukur dengan

Bourdon pressure gauge.

Gambar 3.5 Bourdon Pressure Gauge

Skala

Pointer

Sumbu

Tekanan

Atmosfer

Sealed

Vessel

Page 80: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 74

Bourdon pressure gauge menggunakan prinsip bahwa pipa berlubang yang salah satu

ujungnya tertutup yang dibengkokkan melingkar, akan tegang dan lurus ketika bagian

dalamnya diberikan tekanan. Pergeseran ujung pipa akibat tekanan dihubungkan dengan

tuas dan roda gigi hingga memutar jarum penunjuk.

3.2 Hukum Pascal

Tekanan yang bekerja pada fluida statis dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala

arah dengan sama rata, hal ini dikenal sebagai Prinsip Pascal. Tinjau sistem kerja penekan

hidrolik seperti pada Gambar 10.5 apabila dikerjakan tekanan p1 pada penampang A1 maka

tekanan yang sama besar akan diteruskan ke penampang A2 sehingga memenuhi p1 = p2 dan

diperoleh perumusan sebagai berikut :

𝑝1 = 𝑝2

𝐹1

𝐴1=

𝐹2

𝐴2

Atau

𝐹1

𝐹2=

(𝐷1)2

(𝐷2)2

Dengan 𝐷1= diameter penampang 1, 𝐷2= diameter penampang 2

Gambar 3.7 Sistem hidrolik

Alat-alat teknik yang menggunakan sistem prinsip Pascal adalah dongkrak hidrolik, rem

hidrolik dan pengangkat mobil dalam bengkel.

Page 81: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 75

Gambar 3.8 Contoh-contoh aplikasi hukum pascal

Contoh:

Seorang pekerja bengkel memberikan gaya tekan pada pompa hidrolik dengan gaya 200 N.

apabila perbandingan penampang silinder kecil dan besar 1 : 10, berapa berat beban yang

dapat diangkat oleh pekerja tersebut.

Penyelesaian:

Dengan menggunakan persamaan hukum Pascal diperoleh :

𝐹2 =𝐴2

𝐴1𝐹1 =

10

1200 𝑁 = 2000 𝑁

3.3 Prinsip Archimedes

Di dalam fluida yang diam, suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruh volumenya

akan mengalami gaya tekan ke atas (gaya apung/Bouyant Force) sebesar berat fluida yang

dipindahkan oleh benda tersebut, yang lazim disebut gaya Archimedes.

Page 82: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 76

Gambar 3.9 Gaya-gaya pada kapal di atas permukaan air.

Contoh:

Massa jenis air tawar adalah 1000 kg/m3. Oleh karenanya ketika sebuah benda dibenamkan

ke dalam air tawar akan kehilangan efek massa sebesar 1000 kilogram untuk setiap 1 m3 air

didesak/dipindahkan. Ketika sebuah kotak berukuran 1 m3 dan massa 4000 kg dibenamkan

ke dalam air tawar maka akan kehilangan massa sebesar 1000 kg. Jika diukur dengan necara

pegas maka akan ditunjukkan nilai 3000 kg. Disini diperoleh gaya apung 1000 kg × 10 m/s2

= 10.000 Newton.

Gambar 3.10 benda dibenamkan ke dalam air tawar akan kehilangan efek massa

Perhatikan elemen fluida yang dibatasi oleh permukaan s (gambar 3.11)

Gambar 3.11 Elemen fluida yang dibatasi permukaan s.

Pada elemen ini bekerja gaya-gaya :

- gaya berat benda W

- gaya-gaya oleh bagian fluida yang bersifat menekan permukaan s, yaitu gaya

angkat ke atas Fa.

s

𝐹𝑎

𝑤

Page 83: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 77

Kedua gaya saling meniadakan, karena elemen berada dalam keadaan setimbang dengan

kata lain gaya-gaya keatas = gaya - gaya ke bawah. Artinya resultan seluruh gaya pada

permukaan s arahnya akan ke atas, dan besarnya sama dengan berat elemen fluida tersebut

dan titik tangkapnya adalah pada titik berat elemen. Dari sini diperoleh prinsip Archimedes

yaitu bahwa suatu benda yang seluruhnya atau sebagian tercelup di dalam satu fluida akan

mendapat gaya apung sebesar dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.

Secara matematis hukum Archimedes diformulasikan:

𝐹𝑎 = 𝑤𝑓

𝐹𝑎 = 𝑚𝑓 𝑔

𝐹𝑎 = 𝜌𝑓𝑉𝑏𝑓 𝑔

Dengan:

𝐹𝑎 : gaya apung (N)

𝑤𝑓 : berat fluida yang di desak (N)

𝑚𝑓 : massa fluida yang di desak (kg)

𝜌𝑓 : massa jenis fluida (kg/m3)

𝑉𝑏𝑓 : volume benda yang tercelup (m3)

𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2)

Perhatikan:

Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida termasuk gas dan zat cair.

Jika benda tercelup semua maka Vbf = volume benda.

Benda yang dimasukkan ke dalam zat cair, akan terjadi tiga kemungkinan keadaan yaitu

terapung, melayang dan tenggelam.

Gambar 3.12 Benda mengapung melayang dan tenggelam.

𝐹𝑎

𝑤

𝐹𝑎

𝐹𝑎

𝑤

𝑤

tenggelam

mengapung

melayang

𝐹𝑎 < 𝑤

𝐹𝑎 = 𝑤

𝐹𝑎 > 𝑤

Page 84: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 78

Ketiga kemungkinan keadaan tersebut terjadi ditentukan oleh perbandingan massa jenis

benda dengan massa jenis fluida, syaratnya adalah:

ρbenda rata rata < ρfluida : keadaan mengapung

ρbenda rata rata > ρfluida : keadaan tenggelam

ρbenda rata rata = ρfluida ρ : keadaan melayang

a. Benda akan tenggelam dalam fluida jika gaya apung ke atasnya tidak mampu menahan

beratnya.

𝐹𝑎 < 𝑤

b. Benda melayang dalam fluida syaratnya gaya apung ke atasnya harus sama dengan berat

bendanya.

𝐹𝑎 = 𝑤

c. Benda terapung dalam fluida syaratnya apabila gaya apung lebih besar dari berat benda

𝐹𝑎 > 𝑤

Kapal Laut

Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut, tetapi mengapa kapal laut yang

terbuat dari besi bisa mengapung di atas air?

Badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berrongga. Ini menyebabkan volume air laut yang

dipindahkan oleh badan kapal menjadi sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume

air yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat besar. Gaya apung ini mampu

mengatasi berat total kapal sehingga kapal laut mengapung di permukaan air laut. Jika

dijelaskan menggunakan konsep massa jenis, maka massa jenis rata-rata besi berrongga dan

udara yang menempati rongga masih lebih kecil daripada massa jenis air laut. Itulah

sebabnya kapal mengapung.

Gambar 3.13 Sistem gaya pada kapal laut

Contoh:

Sebuah gunung es (iceberg) berada di tengah lautan. Berapa prosentase bagian gunung yang

terlihat di udara apabila diketahui massa jenis es 0,92 gr/cm3 dan massa jenis air laut 1,03

gr/cm3.

Penyelesaian:

w

FA

Page 85: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 79

Gambar 3.14 Gunung Es/ Ice berg

Berat gunung es adalah

W = ρes V g

Gaya apung (Fa) = berat air laut yang dipindahkan = ρair laut . Vb . g

karena kesetimbangan maka volume es yang terlihat di udara adalah:

𝑉𝑢 = 𝑉𝑏 − 𝑉𝑏𝑓

dengan,

𝑉𝑏𝑓 =𝜌𝑏

𝜌𝑓𝑉𝑏 = 0,89 𝑉𝑏

Jadi bagian gunung yang muncul di udara sebesar 11%.

Contoh:

Sebuah kapal bermuatan 7000 ton sedang mengapung di air tawar. Hitunglah muatan kapal

saat terapung di draft yang sama dalam air dengan densitas 1.015 kg per meter kubik, atau

1,015 ton/m3. muatan baru

muatan lama=

massa jenis fluida baru

massa jenis fluida lama

muatan baru =massa jenis fluida baru × muatan lama

massa jenis fluida lama

=1.015 𝑘𝑔/𝑚3 × 7.000 𝑡𝑜𝑛

1.000 𝑘𝑔/𝑚3

= 7.105 𝑡𝑜𝑛

Stabilitas Benda Terapung

Untuk kebanyakan kapal pusat gaya apung (centre of bouyancy) B kapal biasanya terletak di bawah pusat gravitasi/titik berat G, seperti ditunjukkan oleh gambar 3.15(a) ketika kapal

Va

𝐹𝑎

𝑤 Vb

Page 86: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 80

ini dikenakan kemiringan dengan sudut lunas kapal/keel kecil 𝜃, sebagaimana digambarkan pada gambar 3.15(b), maka pusat gaya apung berpindah menuju posisi B’, dimana

Gambar 3.15

B M = pusat pembungkukan/curvature dari pusat gaya apung = 𝐼𝑉⁄

G M = tinggi metasentrik (the metacentric height) M = posisi metasenter I = momen kedua dari luasan bidang air disekitar garis pusat/centreline (the second

moment of area of the water plane about its centreline) V = volume terpindahkan kapal Tinggi metasentrik GM dapat diperoleh dengan eksperimen memiringkan sederhana, dimana beban P dipindahkan secara transversal sejauh x, sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 3.16.

Gambar 3.16

Dari tinjauan keseimbangan rotasi dimana pada kondisi kesetimbangan momen gaya searah jarum sama dengan momen gaya berlawanan arah jarum jam,

𝜏𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒 = 𝜏𝑎𝑛𝑡𝑖𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒

Dimana momen gaya = gaya × lengan momen

Page 87: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 81

𝜏 = 𝐹 𝑙

Maka kita peroleh

𝑊(𝐺𝑀) tan 𝜃 = 𝑃𝑥

𝐺𝑀 =𝑃𝑥

𝑊𝑐𝑜𝑡 𝜃 … (∗)

Dimana W = berat kapal, dan

cot 𝜃 =1

tan 𝜃

Contoh:

Seorang arsitek angkatan laut sedang melakukan perhitungan hidrostatis pada sebuah kapal penjelajah, dimana dia memperoleh data-data sebagai berikut:

M = massa kapal penjelajah = 100 ton

K B = jarak vertikal dari pusat gaya apung (B ) di atas lunas kapal (keel ) K = 1,2 m

B M = jarak metasenter (M ) di atas pusat gaya apung = 2,4 m

Dia kemudian melakukan eksperimen pemiringan, dimana dia memindahkan massa 50 kg menempuh jarak transversal 10 m sepanjang dek kapal. Setelah melakukan itu, dia menemukan hasil bahwa sudut lunas kapal/keel adalah 𝜃 = 1°. Hitunglah tinggi metasentrik G M dan posisi pusat gravitasi/titik berat dari kapal diatas lunas kapal/keel. Asumsikan g = 9,81 m/s2.

Penyelesaian:

𝑃 = 50 𝑘𝑔 × 9,81𝑚/𝑠2 = 490,5 N

𝑊 = 100 𝑡𝑜𝑛 × 1000 𝑘𝑔

𝑡𝑜𝑛× 9,81

𝑚

𝑠2

= 981 kN

𝑥 = 10 𝑚

𝜃 = 1° 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑛𝑎, tan 𝜃 = 0,017455 dan cot 𝜃 =1

tan 𝜃= 57,29

Dari persamaan (*)

Page 88: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 82

𝐺𝑀 =𝑃𝑥

𝑊cot 𝜃

=490,5 𝑁 × 10 𝑚 × 57,29

981 × 103𝑁

= 0,286 𝑚

Jadi diperoleh tinggi metasentrik 𝐺𝑀 = 0,286 𝑚

𝐾𝑀 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀

= 1,2 𝑚 + 2,4 𝑚 = 3,6 𝑚

𝐾𝐺 = 𝐾𝑀 − 𝐺𝑀

= 3,6 − 0,286 = 3,314 𝑚

Jadi diperoleh pusat gravitasi diatas lunas kapal/keel, KG = 3,314 m, (dimana ‘K ’ adalah sebuah titik pada lunas keel)

SOAL LATIHAN

1. Dalam sebuah bejana diisi air (ρ = 1000 kg/m3). Ketinggian airnya adalah 85 cm. Jika g

= 10 m/s2 dan tekanan udara 1 atm maka tentukan:

a. tekanan hidrostatis di dasar bejana,

b. tekanan mutlak di dasar bejana.

2. Tiga zat cair dengan massa jenis relatif 0,75, 0,85 dan 0,95 dicampur dengan

perbandingan volume 2 : 3 : 4. Hitunglah massa jenis relatif campuran.

3. Bejana berhubungan digunakan untuk mengangkat sebuah beban. Beban 1000 kg

diletakkan di atas penampang besar 2000 cm2. Berapakah gaya yang harus diberikan

pada bejana kecil 10 cm2 agar beban terangkat?

4. Balok kayu bermassa 20 kg memiliki volume 5.10-2 m3. Jika balok dimasukkan dalam air

(ρa = 1000 kg/m3) diberi beban maka berapakah massa beban maksimum yang dapat

ditampung di atas balok itu?

5. Sebuah mesin menghasilkan 5000 kW menggunakan 10 kg uap/kWh. Jika tekanan boiler

adalah 20 bar (=20 x 105 N/m2), hitunglah daya keluaran dari feed pump.

6. Sebuah manometer terhubung kepada tabung udara bertekanan, memiliki perbedaan

ketinggian 16 mm antara dua tangkai berisi merkuri (𝜌=13,6 g/cm3). Hitunglah tekanan

gauge pada tabung udara.

7. Sebuah kapal bermuatan 7000 ton sedang mengapung di air asin dengan massa jenis

1,015 kg per meter kubik . Hitunglah muatan kapal saat terapung di draft yang sama

dalam air tawar.

8. Sebuah dongkrak hidrolik digunakan untuk mengangkat sebuah mobil yang massanya

1500 kg. Jari-jari poros dongkrak ini 8 cm dan jari-jari penghisap 1 cm. Berapa besar

gaya yang harus diberikan pada penghisap ini untuk menaikkan mobil?

9. A barge of length 30 m and width 8 m floats on an even keel at depth of 3 m. What is the

value of its bouyancy? Take density of water, 𝜌, as 1000 kg/m3 and 9 as 9,81 m/s2. If the

Page 89: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 83

vertical centre of gravity of the barge is 2 m above the keel, (i.e. K G = 2 m), what is the

metacentric height of the barge?

Page 90: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 84

BAB IV HIDRODINAMIKA

Fluida yang mengalir disebut fluida dinamis. Jika yang dipelajari zat cair maka disebut

hidrodinamika. Fluida yang akan dipelajari dianggap sebagai fluida ideal, yaitu fluida yang

tunak (kecepatan konstan sepanjang waktu), tak termampatkan (tidak mengalami

perubahan volume ketika dimampatkan), tak kental (non-viscous), streamline (aliran garis

arus/tidak turbulen).

4.1 Pengertian Debit

Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui suatu

penampang tertentu dalam selang waktu tertentu. Satuan SI untuk debit adalah m3/s

Debit =volume

selang waktu atau 𝑄 =

𝑉

𝑡

Misalkan sejumlah fluida melalui penampang pipa seluas A dan setelah selang waktu t

menempuh jarak L. Volume fluida adalah V = A L, sedang jarak L = vt, sehingga debit Q dapat

kita nyatakan sebagai

𝑄 =𝑉

𝑡=

𝐴𝐿

𝑡=

𝐴(𝑣𝑡)

𝑡

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑘 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑄 = 𝐴𝑣

Laju aliran massa (mass flow) dapat diperoleh dari hasil perkalian antara debit Q dengan

massa jenis 𝜌. Satuan laju aliran massa adalah kg/s.

𝑀𝑎𝑠𝑠 𝑓𝑙𝑜𝑤 = 𝑄 × 𝜌

Contoh:

Minyak dengan massa jenis relatif 0,9 mengalir melalui pipa dengan diameter dalam 75 mm

dengan laju 1,2 m/s. Hitung laju aliran massa!

𝑄 = 𝐴𝑣

𝑄 = 𝜋𝑟2𝑣

= 3,14 (0,0375)2 × 1,2

= 0,00530 m3/s

Massa jenis minyak yang massa jenis relatifnya 0,9 adalah 0,9 x 1000 kg/m3=900 kg/m3

Sehingga kita peroleh laju aliran massa:

𝑀𝑎𝑠𝑠 𝑓𝑙𝑜𝑤 = 𝑄 × 𝜌

Page 91: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 85

= 0,00530m3

s× 900

kg

m3

= 4,77 kg/s

= 17,17 ton/jam

4.2 Persamaan Kontinuitas

Pada fluida tak termampatkan, debit fluida di titik mana saja selalu konstan. Sehingga hasil

kali antara kelajuan fluida dan luas penampang selalu konstan.

𝑄1 = 𝑄2 = 𝑄1 = ⋯ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

𝐴1𝑣1 = 𝐴2𝑣2 = 𝐴3𝑣3 = ⋯ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

Kelajuan aliran fluida tak termampatkan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari

penampang atau diameter penampang.

𝑣1

𝑣2= (

𝑟2

𝑟1)

2

= (𝐷2

𝐷1)

2

Gambar 4.1 Fluida bergerak secara steady flow (aliran tunak) melalui pipa yang luas

penampangnya bervariasi

Fluida bergerak secara steady flow (aliran tunak) melalui pipa yang luas penampangnya

bervariasi. Volume fluida yang mengalir melalui luas A1 pada interval waktu t harus sama

dengan volume yang mengalir melalui luasan A2 dalam interval waktu yang sama.

Sehingga, 𝐴1𝑣1 = 𝐴2𝑣2

Contoh:

Diketahui air mengalir melalui sebuah pipa. Jika diameter pipa bagian kiri 10 cm dan bagian

kanan 6 cm, serta kelajuan air pada bagian kiri 5 m/s. Hitunglah kelajuan air yang melalui

pipa bagian kanan!

Penyelesaian:

𝐴1𝑣1 = 𝐴2𝑣2

Page 92: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 86

𝑣2 =𝐴1𝑣1

𝐴2=

𝐷12

𝐷22 𝑣1 =

(0,1 𝑚)2

(0,06 𝑚)2 5 𝑚/𝑠 = 13,9 𝑚/𝑠

4.3 Asas Bernoulli

Fluida mengalir melalui sebuah pipa membesar. Volume bagian yang diarsir sebelah kiri

sama dengan volume bagian yang diarsir sebelah kanan.

Gambar 4.2 Fluida mengalir melalui sebuah pipa membesar.

Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (p), energi kinetik per satuan

volume (1

2𝜌𝑣2), dan energi potensial per satuan volume (𝜌𝑔ℎ) memiliki nilai sama pada

setiap titik sepanjang suatu garis arus.

𝑝 +1

2𝜌𝑣2 + 𝜌𝑔ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

Kita akan meninjau dua kasus khusus terhadap persamaan Bernuolli.

1. Kasus untuk fluida tak bergerak (fluida statis)

Untuk fluida tak bergerak, kecepatan 𝑣1 = 𝑣2 = 0, sehingga diperoleh

𝑝1 + 𝜌𝑔ℎ1 + 0 = 𝑝2 + 𝜌𝑔ℎ2 + 0

𝑝1 − 𝑝2 = 𝜌𝑔(ℎ2 − ℎ1)

2. Kasus untuk fluida yang mengalir (fluida dinamis) dalam pipa mendatar

Dalam pipa mendatar (horisontal) tidak terdapat perbedaan ketinggian diantara

bagian-bagian fluida. Ini berarti, ketinggian ℎ1 = ℎ2, dan persamaan menjadi

𝑝1 +1

2𝜌𝑣1

2 = 𝑝2 +1

2𝜌𝑣2

2

Page 93: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 87

𝑝1 − 𝑝2 =1

2𝜌(𝑣2

2 − 𝑣12)

Persamaan diatas menyatakan bahwa jika 𝑣2 > 𝑣1, maka 𝑝2 > 𝑝1. Ini berarti bahwa

di tempat yang kelajuannya airnya besar, tekanannya kecil. Sebaliknya di tempat

yang kelajuan alirnya kecil, tekanannya besar. Pernyataan ini dikenal sebagai asas

bernoulli.

“Pada pipa mendatar, tekanan fluida paling besar adalah pada bagian yang kelajuan

alirannya paling kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan

alirnya paling besar”.

Contoh:

Bagian dari sebuah pipa air tawar vertikal meruncing secara teratur dari diameter 120 mm

di bagian bawah menjadi diameter 60 mm pada bagian atas. Perbedaan ketinggian 5 m.

Ketika volume alir adalah 0,0424 m3/s tekanan pada bagian bawah 160 kN/m2, hitunglah

tekanan pada bagian atas.

Penyelesaian:

𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑙𝑖𝑟

𝑙𝑢𝑎𝑠

𝑣1 =0,0424

0,7854 × 0,122= 3,75 𝑚/𝑠

𝑣2 =0,0424

0,7854 × 0,062= 15 𝑚/𝑠

Karena volumen alir selalu tetap maka

𝑣1 × 𝐴1 = 𝑣2 × 𝐴2

𝑣2 =3,75 × 0,7854 × 0,122

0,7854 × 0,062

= 3,75 × 22

= 15 𝑚/𝑠

Dengan mengambil bagian bawah sebagai level acuan, ℎ1 = 0 dan ℎ2 = 5

Ambil 𝑝2 = tekanan bagian atas

𝑝1 +1

2𝜌𝑣1

2 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑝2 +1

2𝜌𝑣2

2 + 𝜌𝑔ℎ2

160.000 +1

2× 1000 × 3,752 + 1000 × 9,81 × 0 = 𝑝2 +

1

21000 × 152 + 1000 × 9,81 × 5

160.000 + 7031,25 + 0 = 𝑝2 + 112500 + 49050

𝑝2 = 5481,25 𝑁/𝑚2

𝑝2 = 5,481 𝑘𝑁/𝑚2

Tabung Venturi

Page 94: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 88

Pipa menyempit horisontal seperti diilustrasikan pada gambar 4.3 disebut sebagai tabung

venturi, dapat digunakan untuk mengukur laju alir fluida tak termampatkan. Kita akan

menghitung laju alir pada titik 2 jika perbedaan tekanan P1 - P2 diketahui.

Gambar 4.3 Tabung Venturi

Karena pipa horisontal, y1 = y2. Dan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2

kita peroleh

𝑝1 +1

2𝜌𝑣1

2 = 𝑝2 +1

2𝜌𝑣2

2 (1)

Dari persamaan kontinuitas 𝐴1𝑣1 = 𝐴2𝑣2, kita peroleh

𝑣1 =𝐴2

𝐴1𝑣2 (2)

Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan (1) memberikan

𝑝1 +1

2𝜌 (

𝐴2

𝐴1)

2

𝑣22 = 𝑝2 +

1

2𝜌𝑣2

2

𝑣2 = 𝐴1√2(𝑝1 − 𝑝2)

𝜌(𝐴12 − 𝐴2

2)

Kita dapat menggunakan hasil ini dan persamaan kontinuitas untuk mencari 𝑣1. Karena

𝐴2 < 𝐴1, persamaan (2) menunjukkan bahwa 𝑣2 > 𝑣1. Hasil ini, bersama dengan

persamaan (1), mengindikasikan bahwa 𝑝1 > 𝑝2. Dengan kata lain tekanan berkurang pada

bagian pipa yang menyempit.

Page 95: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 89

4.4 Teorema Torricelli

Gambar 4.4 Kecepatan pancaran air melalui lubang tergantung ketinggian

permukaan air diatas lubang

Ketika air memancar melalui lubang yang berada di sisi tangki energi potensial air di dalam

tangki dengan kedalaman h di atas lubang dirubah menjadi energi kinetik sepanjang aliran

melalui lubang, sehingga

𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 1

2𝑚𝑣2 = 𝑚𝑔ℎ

Sehingga diperoleh kecepatan semburan air

𝑣 = √2𝑔ℎ

Kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak h di bawah

permukaan atas fluida dalam tangki sama seperti kelajuan yang akan diperoleh sebuah

benda yang jatuh bebas dari ketinggian h.

𝑣 = √2𝑔ℎ

Perhatian: Teorema Torricelli hanya berlaku jika ujung atas wadah terbuka terhadap

atmosfer dan luas lubang jauh lebih lecil daripada luas penampung wadah.

Persamaan ini disebut kecepatan teoritis (teoritical velocity). Dikarenakan adanya gesekan,

kecepatan sebenarnya (actually velocity) adalah sedikit lebih kecil. Perbandingan antara

Page 96: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 90

kecepatan sebenarnya dengan kecepatan teoritis disebut dengan koefisien kecepatan

(coefficient of velocity) dan diberi simbol 𝐶𝑣, kemudian

𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦 = 𝐶𝑣 √2𝑔ℎ

Gambar 4.5 Eddy current

Dikarenakan adanya eddy current, luas area sebenarnya (actual area) dimana air

memancur lebih kecil dari pada luas lubang, perbandingan antara keduanya disebut

koefisien pengurangan luas (coefficient of reduction of area), dan diberi simbol 𝐶𝐴,

kemudian

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟 = 𝐶𝐴 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔

Volume alir sebenarnya diperoleh menjadi

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑜𝑤 = 𝐶𝐴 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 × 𝐶𝑣 × √2𝑔ℎ

Perbandingan antara besar pengurangan sebenarnya (actual quantity discharged) terhadap

besar pengurangan secara teoritis (teoritical quantity discharged), diberi simbol 𝐶𝐷 dan

dirumuskan

𝐶𝐷 = 𝐶𝐴 × 𝐶𝑣

Contoh:

Air keluar melalui sebuah lubang berdiameter 20 mm pada sisi sebuah tangki. Ketinggian

permukaan air di atas lubang adalah 3 m. Dengan mengambil koefisien kecepatan 0,97 dan

koefisien reduksi dari luasan 0,64, hitunglah (i) kecepatan semburan air meninggalkan

lubang, (ii) jumlah air yang mengalir dalam ton/jam.

Penyelesaian:

Kecepatan semburan air

𝑣 = 𝐶𝑣√2𝑔ℎ

= 0,94 × √2 × 9,81 × 3

= 7,442𝑚

𝑠

Page 97: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 91

Luas semburan air

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝐶𝐴 × 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔

= 0,64 × 0,7584 × 202

= 201 𝑚𝑚2 = 201 × 10−6𝑚2

Volume alir = luas x kecepatan

=201 × 10-6 x 7,442 x 3600

= 5,387 m3/jam

Massa alir = Volume Alir x Massa Jenis

= 5,387 x 1

=5,387 ton/jam

Penerapan Hukum Bernoulli Pada Karburator

Fungsi karburator adalah untuk menghasilkan campuran bahan bakar dengan udara

sebelum disemprotkan ke silinder untuk pembakaran. Prinsip kerja karburator adalah

sebagai berikut (gambar 4.6) penampang pada bagian atas jet menyempit, sehingga udara

yang mengalir pada bagian ini bergerak dengan kelajuan yang tinggi. Sesuai asas Bernoulli,

tekanan pada bagian ini rendah. Tekanan didalam tangki bahan bakar sama dengan tekanan

atmosfir. Tekanan atmosfir memaksa bahan bakar tersembur keluar melalui jet, sehingga

bahan bakar bercampur dengan udara sebelum memasuki silinder mesin.

Gambar 4.6 Prinsip kerja karburator

SOAL LATIHAN

1. Perhatikan gambar berikut!

Minyak

Dari tangki minyak

Udara

Jet Katup

A1 V2

P1

V1 P2

A2

Pengapung

Page 98: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 92

Air mengalir melalui pipa mendatar dan menyempit. Besarnya diameter pipa besar dan

kecil masing-masing 5 cm dan 3 cm. Jika diketahui tekanan di A1 sebesar 1,6 × 104 N/m2

dan memiliki kecepatan 3 m/s, maka hitunglah:

a. kecepatan aliran di A2

b. tekanan di A2.

2. Jelaskan prinsip kerja karburator kaitannya dengan hukum Bernoulli!

3. Sebuah sumbat jatuh keluar dari sisi tangki dan air memancar melalui lubang yang

diameternya 19 mm. Jika ketinggian permukaan air di atas lubang tangki adalah 2,5 m.

Hitunglah (i) kecepatan air keluar dari lubang, (ii) volume air keluar dari lubang dalam

liter. Diketahui koefisien kecepatan sebesar 0,97 dan koefisien reduksi luas 0,64.

4. Sebuah pipa horisontal berdiameter 10 cm menyempit secara halus ke pipa diameter 5

cm. Jika tekanan air pada pipa lebih lebar 8,00 x 104 Pa, dan tekanan pada pipa yang lebih

kecil 6,00 x 104 Pa, hitunglah laju alir air melalui pipa.

5. Air mengalir melalui fire hose yang berdiameter 6,35 cm dengan debit 0,012 m3/s. Ujung

fire hose terdapat nozzle dengan diamater dalam 2,20 cm. Hitunglah laju air menyembur

dari nozzle.

6. Sebuah tabung Venturi digunakan untuk mengukur aliran fluida. Jika perbedaan tekanan

adalah 𝑝1 − 𝑝2 = 21,0 kPa, hitunglah debit aliran fluida dalam meter kubic per detik,

diketahui jari-jari tabung keluar 1 cm dan jari-jari tabung masuk 2 cm dan fluidanya

adalah gasoline (𝜌=700 kg/m3).

7. Air keluar melalui sebuah lubang berdiameter 10 mm pada sisi sebuah tangki.

Ketinggian permukaan air di atas lubang adalah 1 m. Dengan mengambil koefisien

kecepatan 0,90 dan koefisien reduksi dari luasan 0,60, hitunglah (i) kecepatan semburan

air meninggalkan lubang, (ii) jumlah air yang mengalir dalam ton/jam.

Page 99: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

MEKANIKA TERAPAN 93

DAFTAR PUSTAKA

1. IMO, Model Course 7.04, Officer In Charge of An Engineering Watch, 2012, IMO Publication.

2. Leslie Jackson, Applied Mechanics For Engineers Vol-2, 2003, Reed’s Marine Engineering

Series.

3. R.K.Rajput, A Textbook of Aplied Mechanics, Third Edition, Laxmi Publication, New Delhi,

2011

4. John Bird, Carl Ross, Mechanical Engineering Principles, 2002, Oxford: Newnes

5. Hannah & Hiller, Aplied Mechanics Third Edition, 1995, England: Pearson Longman

6. Halliday. Resnick, Fundamental of Physics 8-th Edition, Jearl Walker

7. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics, 3rd Edition. USA: Prentice Hall International.

8. Tipler, Paul.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 1 (alih bahasa : Prasetyo dan Rahmad

W. Adi). Jakarta: Erlangga.

9. Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2 (alih bahasa : Bambang Soegijono)

Jakarta: Erlangga.

10. D.R. Derrett, Ship Stability for Masters and Mates Sixth edition, 2006, Britain: Elsevier.

11. Kanginan, Marten, Fisika Untuk SMA, 2004, Jakarta: Erlangga.

12. Beiser, A., 1995, Applied Physics, New York: McGraw-Hill, Inc

Page 100: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

APPENDIX A • Tables

TABLE A.1 Conversion Factors

Length

m cm km in. ft mi

1 meter 1 102 10�3 39.37 3.281 6.214 � 10�4

1 centimeter 10�2 1 10�5 0.393 7 3.281 � 10�2 6.214 � 10�6

1 kilometer 103 105 1 3.937 � 104 3.281 � 103 0.621 41 inch 2.540 � 10�2 2.540 2.540 � 10�5 1 8.333 � 10�2 1.578 � 10�5

1 foot 0.304 8 30.48 3.048 � 10�4 12 1 1.894 � 10�4

1 mile 1 609 1.609 � 105 1.609 6.336 � 104 5 280 1

Mass

kg g slug u

1 kilogram 1 103 6.852 � 10�2 6.024 � 1026

1 gram 10�3 1 6.852 � 10�5 6.024 � 1023

1 slug 14.59 1.459 � 104 1 8.789 � 1027

1 atomic mass unit 1.660 � 10�27 1.660 � 10�24 1.137 � 10�28 1

Note: 1 metric ton � 1 000 kg.

Time

s min h day yr

1 second 1 1.667 � 10�2 2.778 � 10�4 1.157 � 10�5 3.169 � 10�8

1 minute 60 1 1.667 � 10�2 6.994 � 10�4 1.901 � 10�6

1 hour 3 600 60 1 4.167 � 10�2 1.141 � 10�4

1 day 8.640 � 104 1 440 24 1 2.738 � 10�5

1 year 3.156 � 107 5.259 � 105 8.766 � 103 365.2 1

Speed

m/s cm/s ft/s mi/h

1 meter per second 1 102 3.281 2.2371 centimeter per second 10�2 1 3.281 � 10�2 2.237 � 10�2

1 foot per second 0.304 8 30.48 1 0.681 81 mile per hour 0.447 0 44.70 1.467 1

Note: 1 mi/min � 60 mi/h � 88 ft/s.continued

A.1

Page 101: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.2 A P P E N D I X A

TABLE A.1 Continued

Force

N lb

1 newton 1 0.224 81 pound 4.448 1

Work, Energy, Heat

J ft lb eV

1 joule 1 0.737 6 6.242 � 1018

1 ft lb 1.356 1 8.464 � 1018

1 eV 1.602 � 10�19 1.182 � 10�19 11 cal 4.186 3.087 2.613 � 1019

1 Btu 1.055 � 103 7.779 � 102 6.585 � 1021

1 kWh 3.600 � 106 2.655 � 106 2.247 � 1025

cal Btu kWh

1 joule 0.238 9 9.481 � 10�4 2.778 � 10�7

1 ft lb 0.323 9 1.285 � 10�3 3.766 � 10�7

1 eV 3.827 � 10�20 1.519 � 10�22 4.450 � 10�26

1 cal 1 3.968 � 10�3 1.163 � 10�6

1 Btu 2.520 � 102 1 2.930 � 10�4

1 kWh 8.601 � 105 3.413 � 102 1

Pressure

Pa atm

1 pascal 1 9.869 � 10�6

1 atmosphere 1.013 � 105 11 centimeter mercurya 1.333 � 103 1.316 � 10�2

1 pound per inch2 6.895 � 103 6.805 � 10�2

1 pound per foot2 47.88 4.725 � 10�4

cm Hg lb/in.2 lb/ft2

1 newton per meter2 7.501 � 10�4 1.450 � 10�4 2.089 � 10�2

1 atmosphere 76 14.70 2.116 � 103

1 centimeter mercurya 1 0.194 3 27.851 pound per inch2 5.171 1 1441 pound per foot2 3.591 � 10�2 6.944 � 10�3 1

a At 0°C and at a location where the acceleration due to gravity has its “standard” value, 9.806 65 m/s2.

Page 102: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Appendix A A.3

TABLE A.2 Symbols, Dimensions, and Units of Physical Quantities

Common Unit in Terms ofQuantity Symbol Unita Dimensionsb Base SI Units

Acceleration a m/s2 L/T 2 m/s2

Amount of substance n mole molAngle �, � radian (rad) 1Angular acceleration � rad/s2 T�2 s�2

Angular frequency � rad/s T�1 s�1

Angular momentum L kg m2/s ML2/T kg m2/sAngular velocity � rad/s T�1 s�1

Area A m2 L2 m2

Atomic number ZCapacitance C farad (F) Q2T2/ML2 A2 s4/kg m2

Charge q, Q , e coulomb (C) Q A sCharge density

Line � C/m Q /L A s/mSurface C/m2 Q /L2 A s/m2

Volume C/m3 Q /L3 A s/m3

Conductivity 1/� m Q2T/ML3 A2 s3/kg m3

Current I AMPERE Q /T ACurrent density J A/m2 Q /T 2 A/m2

Density kg/m3 M/L3 kg/m3

Dielectric constant �Displacement r, s METER L m

Distance d, hLength , L

Electric dipole moment p C m QL A s mElectric field E V/m ML/QT 2 kg m/A s3

Electric flux E V m ML3/QT 2 kg m3/A s3

Electromotive force � volt (V) ML2/QT 2 kg m2/A s3

Energy E, U, K joule (J) ML2/T 2 kg m2/s2

Entropy S J/K ML2/T 2 K kg m2/s2 KForce F newton (N) ML/T2 kg m/s2

Frequency f hertz (Hz) T�1 s�1

Heat Q joule ( J) ML2/T2 kg m2/s2

Inductance L henry (H) ML2/Q2 kg m2/A2 s2

Magnetic dipole moment � N m/T QL2/T A m2

Magnetic field B tesla (T)( Wb/m2) M/QT kg/A s2

Magnetic flux B weber (Wb) ML2/QT kg m2/A s2

Mass m, M KILOGRAM M kgMolar specific heat C J/mol K kg m2/s2 mol KMoment of inertia I kg m2 ML2 kg m2

Momentum p kg m/s ML/T kg m/sPeriod T s T sPermeability of space �0 N/A2( H/m) ML/Q2T kg m/A2 s2

Permittivity of space �0 C2/N m2( F/m) Q2T2/ML3 A2 s4/kg m3

Potential V volt (V)( J/C) ML2/QT2 kg m2/A s3

Power watt (W)( J/s) ML2/T3 kg m2/s3

continued���

����������

����

����

����

����

����

������

�����

������

���

��

Page 103: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.4 A P P E N D I X A

TABLE A.2 Continued

Common Unit in Terms ofQuantity Symbol Unita Dimensionsb Base SI Units

Pressure P pascal (Pa) � (N/m2) M/LT 2 kg/m s2

Resistance R ohm (�)( V/A) ML2/Q2T kg m2/A2 s3

Specific heat c J/kg K L2/T2 K m2/s2 KSpeed v m/s L/T m/sTemperature T KELVIN K KTime t SECOND T sTorque � N m ML2/T 2 kg m2/s2

Volume V m3 L3 m3

Wavelength � m L mWork W joule ( J)( N m) ML2/T2 kg m2/s2

a The base SI units are given in uppercase letters.b The symbols M, L, T, and Q denote mass, length, time, and charge, respectively.

���

��

������

TABLE A.3 Table of Atomic Massesa

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

0 (Neutron) n 1* 1.008 665 10.4 min1 Hydrogen H 1.007 9 1 1.007 825 99.985

Deuterium D 2 2.014 102 0.015Tritium T 3* 3.016 049 12.33 yr

2 Helium He 4.002 60 3 3.016 029 0.000 144 4.002 602 99.999 866* 6.018 886 0.81 s

3 Lithium Li 6.941 6 6.015 121 7.57 7.016 003 92.58* 8.022 486 0.84 s

4 Beryllium Be 9.012 2 7* 7.016 928 53.3 days9 9.012 174 100

10* 10.013 534 1.5 � 106 yr5 Boron B 10.81 10 10.012 936 19.9

11 11.009 305 80.112* 12.014 352 0.020 2 s

6 Carbon C 12.011 10* 10.016 854 19.3 s11* 11.011 433 20.4 min12 12.000 000 98.9013 13.003 355 1.1014* 14.003 242 5 730 yr15* 15.010 599 2.45 s

7 Nitrogen N 14.006 7 12* 12.018 613 0.011 0 s13* 13.005 738 9.96 min14 14.003 074 99.6315 15.000 108 0.3716* 16.006 100 7.13 s17* 17.008 450 4.17 s

Page 104: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Appendix A A.5

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

8 Oxygen O 15.999 4 14* 14.008 595 70.6 s15* 15.003 065 122 s16 15.994 915 99.76117 16.999 132 0.03918 17.999 160 0.2019* 19.003 577 26.9 s

9 Fluorine F 18.998 40 17* 17.002 094 64.5 s18* 18.000 937 109.8 min19 18.998 404 10020* 19.999 982 11.0 s21* 20.999.950 4.2 s

10 Neon Ne 20.180 18* 18.005 710 1.67 s19* 19.001 880 17.2 s20 19.992 435 90.4821 20.993 841 0.2722 21.991 383 9.2523* 22.994 465 37.2 s

11 Sodium Na 22.989 87 21* 20.997 650 22.5 s22* 21.994 434 2.61 yr23 22.989 770 10024* 23.990 961 14.96 h

12 Magnesium Mg 24.305 23* 22.994 124 11.3 s24 23.985 042 78.9925 24.985 838 10.0026 25.982 594 11.0127* 26.984 341 9.46 min

13 Aluminum Al 26.981 54 26* 25.986 892 7.4 � 105 yr27 26.981 538 10028* 27.981 910 2.24 min

14 Silicon Si 28.086 28 27.976 927 92.2329 28.976 495 4.6730 29.973 770 3.1031* 30.975 362 2.62 h32* 31.974 148 172 yr

15 Phosphorus P 30.973 76 30* 29.978 307 2.50 min31 30.973 762 10032* 31.973 908 14.26 days33* 32.971 725 25.3 days

16 Sulfur S 32.066 32 31.972 071 95.0233 32.971 459 0.7534 33.967 867 4.2135* 34.969 033 87.5 days36 35.967 081 0.02

17 Chlorine Cl 35.453 35 34.968 853 75.7736* 35.968 307 3.0 � 105 yr37 36.965 903 24.23

continued

Page 105: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.6 A P P E N D I X A

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

18 Argon Ar 39.948 36 35.967 547 0.33737* 36.966 776 35.04 days38 37.962 732 0.06339* 38.964 314 269 yr40 39.962 384 99.60042* 41.963 049 33 yr

19 Potassium K 39.098 3 39 38.963 708 93.258 140* 39.964 000 0.011 7 1.28 � 109 yr41 40.961 827 6.730 2

20 Calcium Ca 40.08 40 39.962 591 96.94141* 40.962 279 1.0 � 105 yr42 41.958 618 0.64743 42.958 767 0.13544 43.955 481 2.08646 45.953 687 0.00448 47.952 534 0.187

21 Scandium Sc 44.955 9 41* 40.969 250 0.596 s45 44.955 911 100

22 Titanium Ti 47.88 44* 43.959 691 49 yr46 45.952 630 8.047 46.951 765 7.348 47.947 947 73.849 48.947 871 5.550 49.944 792 5.4

23 Vanadium V 50.941 5 48* 47.952 255 15.97 days50* 49.947 161 0.25 1.5 � 1017 yr51 50.943 962 99.75

24 Chromium Cr 51.996 48* 47.954 033 21.6 h50 49.946 047 4.34552 51.940 511 83.7953 52.940 652 9.5054 53.938 883 2.365

25 Manganese Mn 54.938 05 54* 53.940 361 312.1 days55 54.938 048 100

26 Iron Fe 55.847 54 53.939 613 5.955* 54.938 297 2.7 yr56 55.934 940 91.7257 56.935 396 2.158 57.933 278 0.2860* 59.934 078 1.5 � 106 yr

27 Cobalt Co 58.933 20 59 58.933 198 10060* 59.933 820 5.27 yr

28 Nickel Ni 58.693 58 57.935 346 68.07759* 58.934 350 7.5 � 104 yr60 59.930 789 26.22361 60.931 058 1.14062 61.928 346 3.63463* 62.929 670 100 yr64 63.927 967 0.926

Page 106: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Appendix A A.7

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

29 Copper Cu 63.54 63 62.929 599 69.1765 64.927 791 30.83

30 Zinc Zn 65.39 64 63.929 144 48.666 65.926 035 27.967 66.927 129 4.168 67.924 845 18.870 69.925 323 0.6

31 Gallium Ga 69.723 69 68.925 580 60.10871 70.924 703 39.892

32 Germanium Ge 72.61 70 69.924 250 21.2372 71.922 079 27.6673 72.923 462 7.7374 73.921 177 35.9476 75.921 402 7.44

33 Arsenic As 74.921 6 75 74.921 594 10034 Selenium Se 78.96 74 73.922 474 0.89

76 75.919 212 9.3677 76.919 913 7.6378 77.917 307 23.7879* 78.918 497 � 6.5 � 104 yr80 79.916 519 49.6182* 81.916 697 8.73 1.4 � 1020 yr

35 Bromine Br 79.904 79 78.918 336 50.6981 80.916 287 49.31

36 Krypton Kr 83.80 78 77.920 400 0.3580 79.916 377 2.2581* 80.916 589 2.1 � 105 yr82 81.913 481 11.683 82.914 136 11.584 83.911 508 57.085* 84.912 531 10.76 yr86 85.910 615 17.3

37 Rubidium Rb 85.468 85 84.911 793 72.1787* 86.909 186 27.83 4.75 � 1010 yr

38 Strontium Sr 87.62 84 83.913 428 0.5686 85.909 266 9.8687 86.908 883 7.0088 87.905 618 82.5890* 89.907 737 29.1 yr

39 Yttrium Y 88.905 8 89 88.905 847 10040 Zirconium Zr 91.224 90 89.904 702 51.45

91 90.905 643 11.2292 91.905 038 17.1593* 92.906 473 1.5 � 106 yr94 93.906 314 17.3896 95.908 274 2.80

continued

Page 107: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.8 A P P E N D I X A

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

41 Niobium Nb 92.906 4 91* 90.906 988 6.8 � 102 yr92* 91.907 191 3.5 � 107 yr93 92.906 376 10094* 93.907 280 2 � 104 yr

42 Molybdenum Mo 95.94 92 91.906 807 14.8493* 92.906 811 3.5 � 103 yr94 93.905 085 9.2595 94.905 841 15.9296 95.904 678 16.6897 96.906 020 9.5598 97.905 407 24.13

100 99.907 476 9.6343 Technetium Tc 97* 96.906 363 2.6 � 106 yr

98* 97.907 215 4.2 � 106 yr99* 98.906 254 2.1 � 105 yr

44 Ruthenium Ru 101.07 96 95.907 597 5.5498 97.905 287 1.8699 98.905 939 12.7

100 99.904 219 12.6101 100.905 558 17.1102 101.904 348 31.6104 103.905 428 18.6

45 Rhodium Rh 102.905 5 103 102.905 502 10046 Palladium Pd 106.42 102 101.905 616 1.02

104 103.904 033 11.14105 104.905 082 22.33106 105.903 481 27.33107* 106.905 126 6.5 � 106 yr108 107.903 893 26.46110 109.905 158 11.72

47 Silver Ag 107.868 107 106.905 091 51.84109 108.904 754 48.16

48 Cadmium Cd 112.41 106 105.906 457 1.25108 107.904 183 0.89109* 108.904 984 462 days110 109.903 004 12.49111 110.904 182 12.80112 111.902 760 24.13113* 112.904 401 12.22 9.3 � 1015 yr114 113.903 359 28.73116 115.904 755 7.49

49 Indium In 114.82 113 112.904 060 4.3115* 114.903 876 95.7 4.4 � 1014 yr

50 Tin Sn 118.71 112 111.904 822 0.97114 113.902 780 0.65115 114.903 345 0.36116 115.901 743 14.53117 116.902 953 7.68

Page 108: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Appendix A A.9

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

(50) (Tin) 118 117.901 605 24.22119 118.903 308 8.58120 119.902 197 32.59121* 120.904 237 55 yr122 121.903 439 4.63124 123.905 274 5.79

51 Antimony Sb 121.76 121 120.903 820 57.36123 122.904 215 42.64125* 124.905 251 2.7 yr

52 Tellurium Te 127.60 120 119.904 040 0.095122 121.903 052 2.59123* 122.904 271 0.905 1.3 � 1013 yr124 123.902 817 4.79125 124.904 429 7.12126 125.903 309 18.93128* 127.904 463 31.70 � 8 � 1024 yr130* 129.906 228 33.87 � 1.25 � 1021 yr

53 Iodine I 126.904 5 127 126.904 474 100129* 128.904 984 1.6 � 107 yr

54 Xenon Xe 131.29 124 123.905 894 0.10126 125.904 268 0.09128 127.903 531 1.91129 128.904 779 26.4130 129.903 509 4.1131 130.905 069 21.2132 131.904 141 26.9134 133.905 394 10.4136* 135.907 215 8.9 � 2.36 � 1021 yr

55 Cesium Cs 132.905 4 133 132.905 436 100134* 133.906 703 2.1 yr135* 134.905 891 2 � 106 yr137* 136.907 078 30 yr

56 Barium Ba 137.33 130 129.906 289 0.106132 131.905 048 0.101133* 132.905 990 10.5 yr134 133.904 492 2.42135 134.905 671 6.593136 135.904 559 7.85137 136.905 816 11.23138 137.905 236 71.70

57 Lanthanum La 138.905 137* 136.906 462 6 � 104 yr138* 137.907 105 0.090 2 1.05 � 1011 yr139 138.906 346 99.909 8

58 Cerium Ce 140.12 136 135.907 139 0.19138 137.905 986 0.25140 139.905 434 88.43142* 141.909 241 11.13 � 5 � 1016 yr

59 Praseodymium Pr 140.907 6 141 140.907 647 100continued

Page 109: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.10 A P P E N D I X A

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

60 Neodymium Nd 144.24 142 141.907 718 27.13143 142.909 809 12.18144* 143.910 082 23.80 2.3 � 1015 yr145 144.912 568 8.30146 145.913 113 17.19148 147.916 888 5.76150* 149.920 887 5.64 � 1 � 1018 yr

61 Promethium Pm 143* 142.910 928 265 days145* 144.912 745 17.7 yr146* 145.914 698 5.5 yr147* 146.915 134 2.623 yr

62 Samarium Sm 150.36 144 143.911 996 3.1146* 145.913 043 1.0 � 108 yr147* 146.914 894 15.0 1.06 � 1011 yr148* 147.914 819 11.3 7 � 1015 yr149* 148.917 180 13.8 � 2 � 1015 yr150 149.917 273 7.4151* 150.919 928 90 yr152 151.919 728 26.7154 153.922 206 22.7

63 Europium Eu 151.96 151 150.919 846 47.8152* 151.921 740 13.5 yr153 152.921 226 52.2154* 153.922 975 8.59 yr155* 154.922 888 4.7 yr

64 Gadolinium Gd 157.25 148* 147.918 112 75 yr150* 149.918 657 1.8 � 106 yr152* 151.919 787 0.20 1.1 � 1014 yr154 153.920 862 2.18155 154.922 618 14.80156 155.922 119 20.47157 156.923 957 15.65158 157.924 099 24.84160 159.927 050 21.86

65 Terbium Tb 158.925 3 159 158.925 345 10066 Dysprosium Dy 162.50 156 155.924 277 0.06

158 157.924 403 0.10160 159.925 193 2.34161 160.926 930 18.9162 161.926 796 25.5163 162.928 729 24.9164 163.929 172 28.2

67 Holmium Ho 164.930 3 165 164.930 316 100166* 165.932 282 1.2 � 103 yr

68 Erbium Er 167.26 162 161.928 775 0.14164 163.929 198 1.61166 165.930 292 33.6

Page 110: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Appendix A A.11

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

(68) (Erbium) 167 166.932 047 22.95168 167.932 369 27.8170 169.935 462 14.9

69 Thulium Tm 168.934 2 169 168.934 213 100171* 170.936 428 1.92 yr

70 Ytterbium Yb 173.04 168 167.933 897 0.13170 169.934 761 3.05171 170.936 324 14.3172 171.936 380 21.9173 172.938 209 16.12174 173.938 861 31.8176 175.942 564 12.7

71 Lutecium Lu 174.967 173* 172.938 930 1.37 yr175 174.940 772 97.41176* 175.942 679 2.59 3.78 � 1010 yr

72 Hafnium Hf 178.49 174* 173.940 042 0.162 2.0 � 1015 yr176 175.941 404 5.206177 176.943 218 18.606178 177.943 697 27.297179 178.945 813 13.629180 179.946 547 35.100

73 Tantalum Ta 180.947 9 180 179.947 542 0.012181 180.947 993 99.988

74 Tungsten W 183.85 180 179.946 702 0.12(Wolfram) 182 181.948 202 26.3

183 182.950 221 14.28184 183.950 929 30.7186 185.954 358 28.6

75 Rhenium Re 186.207 185 184.952 951 37.40187* 186.955 746 62.60 4.4 � 1010 yr

76 Osmium Os 190.2 184 183.952 486 0.02186* 185.953 834 1.58 2.0 � 1015 yr187 186.955 744 1.6188 187.955 832 13.3189 188.958 139 16.1190 189.958 439 26.4192 191.961 468 41.0194* 193.965 172 6.0 yr

77 Iridium Ir 192.2 191 190.960 585 37.3193 192.962 916 62.7

78 Platinum Pt 195.08 190* 189.959 926 0.01 6.5 � 1011 yr192 191.961 027 0.79194 193.962 655 32.9195 194.964 765 33.8196 195.964 926 25.3198 197.967 867 7.2

79 Gold Au 196.966 5 197 196.966 543 100continued

Page 111: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.12 A P P E N D I X A

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

80 Mercury Hg 200.59 196 195.965 806 0.15198 197.966 743 9.97199 198.968 253 16.87200 199.968 299 23.10201 200.970 276 13.10202 201.970 617 29.86204 203.973 466 6.87

81 Thallium Tl 204.383 203 202.972 320 29.524204* 203.973 839 3.78 yr205 204.974 400 70.476

(Ra E�) 206* 205.976 084 4.2 min(Ac C �) 207* 206.977 403 4.77 min(Th C �) 208* 207.981 992 3.053 min(Ra C�) 210* 209.990 057 1.30 min

82 Lead Pb 207.2 202* 201.972 134 5 � 104 yr204* 203.973 020 1.4 � 1.4 � 1017 yr205* 204.974 457 1.5 � 107 yr206 205.974 440 24.1207 206.975 871 22.1208 207.976 627 52.4

(Ra D) 210* 209.984 163 22.3 yr(Ac B) 211* 210.988 734 36.1 min(Th B) 212* 211.991 872 10.64 h(Ra B) 214* 213.999 798 26.8 min

83 Bismuth Bi 208.980 3 207* 206.978 444 32.2 yr208* 207.979 717 3.7 � 105 yr209 208.980 374 100

(Ra E) 210* 209.984 096 5.01 days(Th C) 211* 210.987 254 2.14 min

212* 211.991 259 60.6 min(Ra C) 214* 213.998 692 19.9 min

215* 215.001 836 7.4 min84 Polonium Po 209* 208.982 405 102 yr

(Ra F) 210* 209.982 848 138.38 days(Ac C �) 211* 210.986 627 0.52 s(Th C �) 212* 211.988 842 0.30 �s(Ra C�) 214* 213.995 177 164 �s(Ac A) 215* 214.999 418 0.001 8 s(Th A) 216* 216.001 889 0.145 s(Ra A) 218* 218.008 965 3.10 min

85 Astatine At 215* 214.998 638 � 100 �s218* 218.008 685 1.6 s219* 219.011 294 0.9 min

86 Radon Rn(An) 219* 219.009 477 3.96 s(Tn) 220* 220.011 369 55.6 s(Rn) 222* 222.017 571 3.823 days

87 Francium Fr(Ac K) 223* 223.019 733 22 min

Page 112: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Appendix A A.13

TABLE A.3 Continued

MassNumber Half-Life

Atomic Chemical (* Indicates (IfNumber Atomic Radioactive) Atomic Percent Radioactive)

Z Element Symbol Mass (u) A Mass (u) Abundance T1/2

88 Radium Ra(Ac X) 223* 223.018 499 11.43 days(Th X) 224* 224.020 187 3.66 days(Ra) 226* 226.025 402 1 600 yr(Ms Th1) 228* 228.031 064 5.75 yr

89 Actinium Ac 227* 227.027 749 21.77 yr(Ms Th2) 228* 228.031 015 6.15 h

90 Thorium Th 232.038 1(Rd Ac) 227* 227.027 701 18.72 days(Rd Th) 228* 228.028 716 1.913 yr

229* 229.031 757 7 300 yr(Io) 230* 230.033 127 75.000 yr(UY) 231* 231.036 299 25.52 h(Th) 232* 232.038 051 100 1.40 � 1010 yr(UX1) 234* 234.043 593 24.1 days

91 Protactinium Pa 231* 231.035 880 32.760 yr(Uz) 234* 234.043 300 6.7 h

92 Uranium U 238.028 9 232* 232.037 131 69 yr233* 233.039 630 1.59 � 105 yr234* 234.040 946 0.005 5 2.45 � 105 yr

(Ac U) 235* 235.043 924 0.720 7.04 � 108 yr236* 236.045 562 2.34 � 107 yr

(UI) 238* 238.050 784 99.274 5 4.47 � 109 yr93 Neptunium Np 235* 235.044 057 396 days

236* 236.046 560 1.15 � 105 yr237* 237.048 168 2.14 � 106 yr

94 Plutonium Pu 236* 236.046 033 2.87 yr238* 238.049 555 87.7 yr239* 239.052 157 2.412 � 104 yr240* 240.053 808 6 560 yr241* 241.056 846 14.4 yr242* 242.058 737 3.73 � 106 yr244* 244.064 200 8.1 � 107 yr

a The masses in the sixth column are atomic masses, which include the mass of Z electrons. Data are from the National Nuclear Data Center,Brookhaven National Laboratory, prepared by Jagdish K. Tuli, July 1990. The data are based on experimental results reported in Nuclear DataSheets and Nuclear Physics and also from Chart of the Nuclides, 14th ed. Atomic masses are based on those by A. H. Wapstra, G. Audi, and R. Hoek-stra. Isotopic abundances are based on those by N. E. Holden.

Page 113: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.15

APPENDIX B • Mathematics Review

These appendices in mathematics are intended as a brief review of operations andmethods. Early in this course, you should be totally familiar with basic algebraictechniques, analytic geometry, and trigonometry. The appendices on differentialand integral calculus are more detailed and are intended for those students whohave difficulty applying calculus concepts to physical situations.

SCIENTIFIC NOTATIONMany quantities that scientists deal with often have very large or very small values. For example, the speed of light is about 300 000 000 m/s, and the ink required to make the dot over an i in this textbook has a mass of about 0.000 000 001 kg. Obviously, it is very cumbersome to read, write, and keep trackof numbers such as these. We avoid this problem by using a method dealing withpowers of the number 10:

and so on. The number of zeros corresponds to the power to which 10 is raised,called the exponent of 10. For example, the speed of light, 300 000 000 m/s, canbe expressed as 3 � 108 m/s.

In this method, some representative numbers smaller than unity are

10�5 �1

10 � 10 � 10 � 10 � 10� 0.000 01

10�4 �1

10 � 10 � 10 � 10� 0.000 1

10�3 �1

10 � 10 � 10� 0.001

10�2 �1

10 � 10� 0.01

10�1 �110

� 0.1

105 � 10 � 10 � 10 � 10 � 10 � 100 000

104 � 10 � 10 � 10 � 10 � 10 000

103 � 10 � 10 � 10 � 1000

102 � 10 � 10 � 100

101 � 10

100 � 1

B.1

Page 114: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.16 A P P E N D I X B

In these cases, the number of places the decimal point is to the left of the digit 1equals the value of the (negative) exponent. Numbers expressed as some power of10 multiplied by another number between 1 and 10 are said to be in scientific no-tation. For example, the scientific notation for 5 943 000 000 is 5.943 � 109 andthat for 0.000 083 2 is 8.32 � 10�5.

When numbers expressed in scientific notation are being multiplied, the fol-lowing general rule is very useful:

(B.1)

where n and m can be any numbers (not necessarily integers). For example,The rule also applies if one of the exponents is negative:

When dividing numbers expressed in scientific notation, note that

(B.2)

EXERCISES

With help from the above rules, verify the answers to the following:

1. 86 400 � 8.64 � 104

2. 9 816 762.5 � 9.816 762 5 � 106

3. 0.000 000 039 8 � 3.98 � 10�8

4. (4 � 108)(9 � 109) � 3.6 � 1018

5. (3 � 107)(6 � 10�12) � 1.8 � 10�4

6.

7.

ALGEBRA

Some Basic Rules

When algebraic operations are performed, the laws of arithmetic apply. Symbolssuch as x, y, and z are usually used to represent quantities that are not specified,what are called the unknowns.

First, consider the equation

If we wish to solve for x, we can divide (or multiply) each side of the equation bythe same factor without destroying the equality. In this case, if we divide both sidesby 8, we have

x � 4

8x8

�328

8x � 32

B.2

(3 � 106)(8 � 10�2)(2 � 1017)(6 � 105)

� 2 � 10�18

75 � 10�11

5 � 10�3 � 1.5 � 10�7

10n

10m � 10n � 10�m � 10n�m

103 � 10�8 � 10�5.102 � 105 � 107.

10n � 10m � 10n�m

Page 115: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.2 Algebra A.17

Next consider the equation

In this type of expression, we can add or subtract the same quantity from eachside. If we subtract 2 from each side, we get

In general, if then Now consider the equation

If we multiply each side by 5, we are left with x on the left by itself and 45 on theright:

In all cases, whatever operation is performed on the left side of the equality must also be per-formed on the right side.

The following rules for multiplying, dividing, adding, and subtracting frac-tions should be recalled, where a, b, and c are three numbers:

x � 45

� x5 � (5) � 9 � 5

x5

� 9

x � b � a.x � a � b,

x � 6

x � 2 � 2 � 8 � 2

x � 2 � 8

Rule Example

Multiplying

Dividing

Adding23

�45

�(2)(5) � (4)(3)

(3)(5)� �

215

ab

�cd

�ad � bc

bd

2/34/5

�(2)(5)(4)(3)

�1012

(a/b)(c/d)

�adbc

� 23 � � 4

5 � �815� a

b � � cd � �

acbd

EXERCISES

In the following exercises, solve for x :

Answers

1.

2.

3.

4.

Powers

When powers of a given quantity x are multiplied, the following rule applies:

(B.3)xnxm � xn�m

x � �117

52x � 6

�3

4x � 8

x �7

a � bax � 5 � bx � 2

x � 63x � 5 � 13

x �1 � a

aa �

11 � x

Page 116: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.18 A P P E N D I X B

For example, When dividing the powers of a given quantity, the rule is

(B.4)

For example, A power that is a fraction, such as corresponds to a root as follows:

(B.5)

For example, (A scientific calculator is useful for such calcula-tions.)

Finally, any quantity xn raised to the mth power is

(B.6)

Table B.1 summarizes the rules of exponents.

EXERCISES

Verify the following:

1.2.3.4. (Use your calculator.)5. (Use your calculator.)6.

Factoring

Some useful formulas for factoring an equation are

Quadratic Equations

The general form of a quadratic equation is

(B.7)

where x is the unknown quantity and a, b, and c are numerical factors referred toas coefficients of the equation. This equation has two roots, given by

(B.8)

If the roots are real.b2 � 4ac,

x ��b � !b2 � 4ac

2a

ax2 � bx � c � 0

a2 � b2 � (a � b)(a � b) differences of squares

a2 � 2ab � b2 � (a � b)2 perfect square

ax � ay � az � a(x � y � x) common factor

(x4)3 � x12601/4 � 2.783 15851/3 � 1.709 975x10/x�5 � x15x5x�8 � x�332 � 33 � 243

(xn)m � xnm

41/3 � !3 4 � 1.5874.

x1/n � !n

x

13 ,

x8/x2 � x8�2 � x6.

xn

xm � xn�m

x2x4 � x2�4 � x6.

TABLE B.1Rules of Exponents

(xn)m � xnmx1/n � !

nx

xn/xm � xn�mxnxm � xn�m

x1 � xx0 � 1

Page 117: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.2 Algebra A.19

EXERCISES

Solve the following quadratic equations:

Answers

1.2.3.

Linear Equations

A linear equation has the general form

(B.9)

where m and b are constants. This equation is referred to as being linear becausethe graph of y versus x is a straight line, as shown in Figure B.1. The constant b,called the y-intercept, represents the value of y at which the straight line intersectsthe y axis. The constant m is equal to the slope of the straight line and is alsoequal to the tangent of the angle that the line makes with the x axis. If any twopoints on the straight line are specified by the coordinates (x1 , y1) and (x2 , y2), asin Figure B.1, then the slope of the straight line can be expressed as

(B.10)

Note that m and b can have either positive or negative values. If thestraight line has a positive slope, as in Figure B1. If the straight line has anegative slope. In Figure B.1, both m and b are positive. Three other possible situa-tions are shown in Figure B.2.

EXERCISES

1. Draw graphs of the following straight lines:(a) (b) (c)

2. Find the slopes of the straight lines described in Exercise 1.

Answers (a) 5 (b) � 2 (c) � 3

y � �3x � 6y � �2x � 4y � 5x � 3

m � 0,m � 0,

Slope �y2 � y1

x2 � x1�

yx

� tan

y � mx � b

x� � 1 � !22/2x� � 1 � !22/22x2 � 4x � 9 � 0x� � 1

2x� � 22x2 � 5x � 2 � 0x� � �3x� � 1x2 � 2x � 3 � 0

EXAMPLE 1The equation has the following roots corresponding to the two signs ofthe square-root term:

where x� refers to the root corresponding to the positive sign and x� refers to the rootcorresponding to the negative sign.

�4x� ��5 � 3

2��1x� �

�5 � 32

x ��5 � !52 � (4)(1)(4)

2(1)�

�5 � !92

��5 � 3

2

x2 � 5x � 4 � 0

y

(x1, y1)θ

(x2, y2)

∆y

∆x(0, b)

θ(0, 0) x

y(1)

(2)

(3)

m > 0b < 0

m < 0b > 0

m < 0b < 0

x

Figure B.1

Figure B.2

Page 118: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.20 A P P E N D I X B

3. Find the slopes of the straight lines that pass through the following sets ofpoints:(a) (0, � 4) and (4, 2), (b) (0, 0) and (2, � 5), and (c) (� 5, 2) and (4, � 2)

Answers (a) 3/2 (b) � 5/2 (c) � 4/9

Solving Simultaneous Linear Equations

Consider the equation which has two unknowns, x and y. Such anequation does not have a unique solution. For example, note that (

and are all solutions to this equation.If a problem has two unknowns, a unique solution is possible only if we have

two equations. In general, if a problem has n unknowns, its solution requires nequations. In order to solve two simultaneous equations involving two unknowns,x and y, we solve one of the equations for x in terms of y and substitute this expres-sion into the other equation.

(x � 2, y � 9/5)(x � 5, y � 0),x � 0, y � 3),

3x � 5y � 15,

EXAMPLE 2Alternate Solution Multiply each term in (1) by thefactor 2 and add the result to (2):

�3 y � x � 2 �

x � �1

12x � �12

2x � 2y � 4

10x � 2y � �16

Solve the following two simultaneous equations:

(1)

(2)

Solution From (2), Substitution of this into (1)gives

�1x � y � 2 �

y � �3

6y � �18

5(y � 2) � y � �8

x � y � 2.

2x � 2y � 4

5x � y � �8

Two linear equations containing two unknowns can also be solved by a graphi-cal method. If the straight lines corresponding to the two equations are plotted ina conventional coordinate system, the intersection of the two lines represents thesolution. For example, consider the two equations

These are plotted in Figure B.3. The intersection of the two lines has the coordi-nates This represents the solution to the equations. You should checkthis solution by the analytical technique discussed above.

EXERCISES

Solve the following pairs of simultaneous equations involving two unknowns:

Answers

1.x � y � 2

x � 5, y � 3x � y � 8

x � 5, y � 3.

x � 2y � �1

x � y � 2

54321

x – 2y = –1

1 2 3 4 5 6

(5, 3)

x

x – y = 2

y

Figure B.3

Page 119: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.3 Geometry A.21

2.

3.

Logarithms

Suppose that a quantity x is expressed as a power of some quantity a:

(B.11)

The number a is called the base number. The logarithm of x with respect to thebase a is equal to the exponent to which the base must be raised in order to satisfythe expression

(B.12)

Conversely, the antilogarithm of y is the number x :

(B.13)

In practice, the two bases most often used are base 10, called the common loga-rithm base, and base . . . , called Euler’s constant or the natural loga-rithm base. When common logarithms are used,

(B.14)

When natural logarithms are used,

(B.15)

For example, log10 52 � 1.716, so that antilog10 1.716 � 101.716 � 52. Likewise, lne 52 � 3.951, so antilne 3.951 � e 3.951 � 52.

In general, note that you can convert between base 10 and base e with theequality

(B.16)

Finally, some useful properties of logarithms are

GEOMETRYThe distance d between two points having coordinates (x1 , y1) and (x2 , y2) is

(B.17)d � !(x2 � x1)2 � (y2 � y1)2

B.3

log(ab) � log a � log blog(a/b) � log a � log blog(an) � n log aln e � 1ln ea � a

ln� 1a � � � ln a

lne x � (2.302 585) log10 x

y � lne x (or x � e y)

y � log10 x (or x � 10y)

e � 2.718

x � antiloga y

y � loga x

x � a y :

x � a y

8x � 4y � 28x � 2, y � �36x � 2y � 6

T � 49 � 5aT � 65, a � 3.2798 � T � 10a

Page 120: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.22 A P P E N D I X B

Radian measure: The arc length s of a circular arc (Fig. B.4) is proportionalto the radius r for a fixed value of (in radians):

(B.18)

Table B.2 gives the areas and volumes for several geometric shapes used through-out this text:

s � r

�sr

TABLE B.2 Useful Information for Geometry

Shape Area or Volume Shape Area or Volume

Rectangle

w

r

Circle

Triangle

h

Sphere

r

Cylinder

Rectangular box

r

Volume = πr 2�

Surface area = 4πr 2

Area =2(�h + �w + hw)Volume = �whw

h

Area = πr 2

(Circumference = 2πr)

Area = �w

b �

Area = bh12

Volume = 4πr3

3

ππ

π

ππ

Lateral surfacearea = 2πr �π

The equation of a straight line (Fig. B.5) is

(B.19)

where b is the y-intercept and m is the slope of the line.The equation of a circle of radius R centered at the origin is

(B.20)

The equation of an ellipse having the origin at its center (Fig. B.6) is

(B.21)

where a is the length of the semi-major axis (the longer one) and b is the length ofthe semi-minor axis (the shorter one).

x2

a2 �y2

b2 � 1

x2 � y2 � R2

y � mx � b

s

Figure B.4

b

0

y

m = slope = tan

θ

x

θ

Figure B.5

y

0

b

ax

Figure B.6

Page 121: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.4 Trigonometry A.23

The equation of a parabola the vertex of which is at (Fig. B.7) is

(B.22)

The equation of a rectangular hyperbola (Fig. B.8) is

(B.23)

TRIGONOMETRYThat portion of mathematics based on the special properties of the right triangle iscalled trigonometry. By definition, a right triangle is one containing a 90° angle. Con-sider the right triangle shown in Figure B.9, where side a is opposite the angle , side bis adjacent to the angle , and side c is the hypotenuse of the triangle. The three basictrigonometric functions defined by such a triangle are the sine (sin), cosine (cos), andtangent (tan) functions. In terms of the angle , these functions are defined by

The Pythagorean theorem provides the following relationship between thesides of a right triangle:

(B.27)

From the above definitions and the Pythagorean theorem, it follows that

The cosecant, secant, and cotangent functions are defined by

The relationships below follow directly from the right triangle shown in Figure B.9:

Some properties of trigonometric functions are

The following relationships apply to any triangle, as shown in Figure B.10:

� � � � � 180�

tan (�) � � tan

cos (�) � cos

sin (�) � �sin

cot � tan(90� � )

cos � sin(90� � )

sin � cos(90� � )

csc �1

sin sec �

1cos

cot �1

tan

tan �sin cos

sin2 � cos2 � 1

c 2 � a2 � b 2

(B.24)

(B.25)

(B.26)

sin �side opposite

hypotenuse�

ac

cos �side adjacent to

hypotenuse�

bc

tan �side opposite

side adjacent to �

ab

B.4

xy � constant

y � ax2 � b

y � b y

b

0x

Figure B.7

0

y

x

Figure B.8

a = opposite sideb = adjacent sidec = hypotenuse

90°–θca

b

90°θ

θ

Figure B.9

Page 122: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.24 A P P E N D I X B

Law of cosines

Law of sines

Table B.3 lists a number of useful trigonometric identities.

asin �

�b

sin ��

csin

a2 � b 2 � c 2 � 2bc cos �b 2 � a2 � c 2 � 2ac cos �c 2 � a2 � b 2 � 2ab cos

a = 2c

θb = 5

Figure B.11

TABLE B.3 Some Trigonometric Identities

cos(A � B) � cos A cos B � sin A sin Bsin(A � B) � sin A cos B � cos A sin B

tan

2�! 1 � cos

1 � cos tan 2 �

2 tan 1 � tan2

1 � cos � 2 sin2

2cos 2 � cos2 � sin2

cos2

2� 1

2(1 � cos )sin 2 � 2 sin cos

sin2

2� 1

2(1 � cos )sec2 � 1 � tan2

csc2 � 1 � cot2 sin2 � cos2 � 1

EXAMPLE 3where tan�1 (0.400) is the notation for “angle whose tangentis 0.400,” sometimes written as arctan (0.400).

Consider the right triangle in Figure B.11, in which and c is unknown. From the Pythagorean theorem, we

have

To find the angle , note that

From a table of functions or from a calculator, we have

21.8� � tan�1 (0.400) �

tan �ab

�25

� 0.400

5.39 c � !29 �

c 2 � a2 � b 2 � 22 � 52 � 4 � 25 � 29

b � 5,a � 2,

EXERCISES

1. In Figure B.12, identify (a) the side opposite and (b) the side adjacent to �and then find (c) cos , (d) sin �, and (e) tan �.

Answers (a) 3, (b) 3, (c) (d) and (e)

2. In a certain right triangle, the two sides that are perpendicular to each otherare 5 m and 7 m long. What is the length of the third side?

Answer 8.60 m

43

45 ,4

5 ,

a b

c

β α

γ

Figure B.10

5

4

3

θ

φ

Figure B.12

Page 123: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.6 Differential Calculus A.25

3. A right triangle has a hypotenuse of length 3 m, and one of its angles is 30°.What is the length of (a) the side opposite the 30° angle and (b) the side adja-cent to the 30° angle?

Answers (a) 1.5 m, (b) 2.60 m

SERIES EXPANSIONS

x in radians

For the following approximations can be used1:

DIFFERENTIAL CALCULUSIn various branches of science, it is sometimes necessary to use the basic tools ofcalculus, invented by Newton, to describe physical phenomena. The use of calcu-lus is fundamental in the treatment of various problems in Newtonian mechanics,electricity, and magnetism. In this section, we simply state some basic propertiesand “rules of thumb” that should be a useful review to the student.

First, a function must be specified that relates one variable to another (suchas a coordinate as a function of time). Suppose one of the variables is called y (thedependent variable), the other x (the independent variable). We might have afunction relationship such as

If a, b, c, and d are specified constants, then y can be calculated for any value of x.We usually deal with continuous functions, that is, those for which y varies“smoothly” with x.

y(x) � ax3 � bx2 � cx � d

B.6

ln(1 � x) � �x tan x � x

ex � 1 � x cos x � 1

(1 � x)n � 1 � nx sin x � x

x V 1,

tan x � x �x3

3�

2x5

15� ��� � x � � �/2

cos x � 1 �x2

2!�

x4

4!� ���

sin x � x �x3

3!�

x5

5!� ���

ln(1 � x) � �x � 12x2 � 1

3x3 � ���

ex � 1 � x �x2

2!�

x3

3!� ���

(1 � x)n � 1 � nx �n(n � 1)

2! x2 � ���

(a � b)n � an �n1!

an�1b �n(n � 1)

2! an�2b2 � ���

B.5

1 The approximations for the functions sin x, cos x, and tan x are for x � 0.1 rad.

Page 124: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.26 A P P E N D I X B

The derivative of y with respect to x is defined as the limit, as x approacheszero, of the slopes of chords drawn between two points on the y versus x curve.Mathematically, we write this definition as

(B.28)

where y and x are defined as and (Fig. B.13). It isimportant to note that dy/dx does not mean dy divided by dx, but is simply a nota-tion of the limiting process of the derivative as defined by Equation B.28.

A useful expression to remember when where a is a constant and nis any positive or negative number (integer or fraction), is

(B.29)

If y(x) is a polynomial or algebraic function of x, we apply Equation B.29 toeach term in the polynomial and take d[constant]/dx � 0. In Examples 4 through7, we evaluate the derivatives of several functions.

dydx

� naxn�1

y(x) � axn,

y � y2 � y1x � x2 � x1

dydx

� limx:0

yx

� limx:0

y(x � x) � y(x)

x

EXAMPLE 4so

Substituting this into Equation B.28 gives

3ax2 � b dydx

dydx

� limx:0

yx

� limx:0

[3ax2 � 3xx � x2] � b

� bx

y � y(x � x) � y(x) � a(3x2x � 3xx2 � x3)

Suppose y(x) (that is, y as a function of x) is given by

where a and b are constants. Then it follows that

� b(x � x) � c

y(x � x) � a(x3 � 3x2x � 3xx2 � x3)

� b(x � x) � c

y(x � x) � a(x � x)3

y(x) � ax3 � bx � c

EXAMPLE 5

40x4 � 12x2 � 2dydx

Solution Applying Equation B.29 to each term indepen-dently, and remembering that d/dx (constant) � 0, we have

dydx

� 8(5)x4 � 4(3)x2 � 2(1)x0 � 0

y(x) � 8x5 � 4x3 � 2x � 7

Special Properties of the Derivative

A. Derivative of the product of two functions If a function f (x) is given by theproduct of two functions, say, g(x) and h(x), then the derivative of f(x) is definedas

(B.30)ddx

f(x) �ddx

[g(x)h(x)] � g dhdx

� h dgdx

y

y2

y1

x1 x2x

∆x

∆y

Figure B.13

Page 125: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.7 Intergral Calculus A.27

B. Derivative of the sum of two functions If a function f (x) is equal to the sumof two functions, then the derivative of the sum is equal to the sum of the deriv-atives:

(B.31)

C. Chain rule of differential calculus If y � f (x) and x � g(z), then dy/dz canbe written as the product of two derivatives:

(B.32)

D. The second derivative The second derivative of y with respect to x is definedas the derivative of the function dy/dx (the derivative of the derivative). It isusually written

(B.33)d2ydx2 �

ddx

� dydx �

dydz

�dydx

dxdz

ddx

f(x) �ddx

[g(x) � h(x)] �dgdx

�dhdx

EXAMPLE 6

dydx

�3x2

(x � 1)2 �2x3

(x � 1)3

� (x � 1)�23x2 � x3(�2)(x � 1)�3 Find the derivative of y(x) � x3/(x � 1)2 with respect to x.

Solution We can rewrite this function as y(x) �x3(x � 1)�2 and apply Equation B.30:

dydx

� (x � 1)�2 ddx

(x3) � x3

ddx

(x � 1)�2

EXAMPLE 7

�h

dgdx

� g dhdx

h2

� �gh�2 dhdx

� h�1 dgdx

ddx

� gh � �

ddx

(gh�1) � g ddx

(h�1) � h�1 ddx

(g)A useful formula that follows from Equation B.30 is the deriv-ative of the quotient of two functions. Show that

Solution We can write the quotient as gh�1 and then applyEquations B.29 and B.30:

ddx

� g(x)h(x) � �

h dgdx

� g dhdx

h2

Some of the more commonly used derivatives of functions are listed in TableB.4.

INTEGRAL CALCULUSWe think of integration as the inverse of differentiation. As an example, considerthe expression

(B.34)

which was the result of differentiating the function

y(x) � ax 3 � bx � c

f(x) �dydx

� 3ax2 � b

B.7

Page 126: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.28 A P P E N D I X B

in Example 4. We can write Equation B.34 as and ob-tain y(x) by “summing” over all values of x. Mathematically, we write this inverseoperation

For the function f(x) given by Equation B.34, we have

where c is a constant of the integration. This type of integral is called an indefiniteintegral because its value depends on the choice of c.

A general indefinite integral I(x) is defined as

(B.35)

where f(x) is called the integrand and

For a general continuous function f(x), the integral can be described as the areaunder the curve bounded by f(x) and the x axis, between two specified values of x,say, x1 and x2 , as in Figure B.14.

The area of the blue element is approximately If we sum all thesearea elements from x1 and x2 and take the limit of this sum as we obtainthe true area under the curve bounded by f(x) and x, between the limits x1 and x2 :

(B.36)

Integrals of the type defined by Equation B.36 are called definite integrals.

Area � limxi:0

�i

f(x i) x i � x 2

x 1

f(x) dx

x i : 0,f(x i)x i .

f(x) �dI(x)

dx .

I(x) � f(x) dx

y(x) � (3ax2 � b) dx � ax 3 � bx � c

y(x) � f(x) dx

dy � f(x) dx � (3ax2 � b) dx

∆xi

x2

f(xi)

f(x)

x1

Figure B.14

One common integral that arises in practical situations has the form

(B.37)

This result is obvious, being that differentiation of the right-hand side with respectto x gives directly. If the limits of the integration are known, this integralbecomes a definite integral and is written

(B.38)x 2

x 1

xn dx �x2

n�1 � x1

n�1

n � 1 (n � �1)

f(x) � xn

xn dx �xn�1

n � 1� c (n � �1)

TABLE B.4Derivatives for SeveralFunctions

Note: The letters a and n are con-stants.

ddx

(ln ax) �1x

ddx

(csc x) � �cot x csc x

ddx

(sec x) � tan x sec x

ddx

(cot ax) � �a csc2 ax

ddx

(tan ax) � a sec2 ax

ddx

(cos ax) � �a sin ax

ddx

(sin ax) � a cos ax

ddx

(e ax) � ae ax

ddx

(axn) � naxn�1

ddx

(a) � 0

Page 127: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.7 Intergral Calculus A.29

EXAMPLES

1.

2.

3.

Partial Integration

Sometimes it is useful to apply the method of partial integration (also called “inte-grating by parts”) to evaluate certain integrals. The method uses the property that

(B.39)

where u and v are carefully chosen so as to reduce a complex integral to a simplerone. In many cases, several reductions have to be made. Consider the function

This can be evaluated by integrating by parts twice. First, if we choose we get

Now, in the second term, choose which gives

or

The Perfect Differential

Another useful method to remember is the use of the perfect differential, in whichwe look for a change of variable such that the differential of the function is the dif-ferential of the independent variable appearing in the integrand. For example,consider the integral

This becomes easy to evaluate if we rewrite the differential as The integral then becomes

If we now change variables, letting we obtain

cos2 x sin x dx � � y2dy � �y3

3� c � �

cos3 x3

� c

y � cos x,

cos2 x sin x dx � � cos2 x d(cos x)

d(cos x) � �sin x dx.

I(x) � cos2 x sin x dx

x2ex dx � x2ex � 2xex � 2ex � c2

x2ex dx � x2ex � 2xex � 2 ex dx � c1

v � ex,u � x,

x2ex dx � x2 d(ex) � x2ex � 2 exx dx � c1

v � ex,u � x2,

I(x) � x2ex dx

u dv � uv � v du

5

3 x dx �

x2

2 �5

3�

52 � 32

2� 8

b

0 x 3/2 dx �

x 5/2

5/2 �b

0�

25

b 5/2

a

0 x2 dx �

x 3

3 �a

0�

a3

3

Page 128: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.30 A P P E N D I X B

Table B.5 lists some useful indefinite integrals. Table B.6 gives Gauss’s proba-bility integral and other definite integrals. A more complete list can be found invarious handbooks, such as The Handbook of Chemistry and Physics, CRC Press.

TABLE B.5 Some Indefinite Integrals (An arbitrary constant should be added to each of these integrals.)

x dx

(x2 � a2)3/2 � �1

!x2 � a2 eax dx �1a

eax

dx

(x2 � a2)3/2 �x

a2!x2 � a2 x(!x2 � a2) dx � 13 (x2 � a2)3/2

cos�1 ax dx � x(cos�1 ax) �!1 � a2x2

a !x2 � a2 dx � 1

2 [x!x2 � a2 � a2 ln(x � !x2 � a2)]

sin�1 ax dx � x(sin�1 ax) �!1 � a2x2

a x!a2 � x2 dx � �1

3 (a2 � x2)3/2

cot2 ax dx � �1a

(cot ax) � x !a2 � x2 dx � 12 �x!a2 � x2 � a2 sin�1

xa �

tan2 ax dx �1a

(tan ax) � x x dx

!x2 � a2� !x2 � a2

dx

cos2 ax�

1a

tan ax x dx

!a2 � x2� �!a2 � x2

dx

sin2 ax� �

1a

cot ax dx

!x2 � a2� ln(x � !x2 � a2)

cos2 ax dx �x2

�sin 2 ax

4a

dx

!a2 � x2� sin�1 x

a� �cos�1

xa

(a2 � x2 � 0)

sin2 ax dx �x2

�sin 2 ax

4a

x dxa2 � x2 � �1

2 ln(a2 � x2)

csc ax dx � 1a

ln(csc ax � cot ax) �1a

ln�tan ax2 �

dxx2 � a2 �

12a

ln x � ax � a

(x2 � a2 � 0)

sec ax dx � 1a

ln(sec ax � tan ax) �1a

ln�tan� ax2

��

4 �� dx

a2 � x2 �12a

ln a � xa � x

(a2 � x2 � 0)

cot ax dx � 1a

ln(sin ax) dx

a2 � x2 �1a

tan�1 xa

tan ax dx � 1a

ln(cos ax) �1a

ln(sec ax) dx

(a � bx)2 � �1

b(a � bx)

cos ax dx � 1a

sin ax dx

x(x � a)� �

1a

ln x � a

x

sin ax dx � �1a

cos ax x dx

a � bx�

xb

�ab2 ln(a � bx)

dx

a � becx �xa

�1ac

ln(a � becx) dx

a � bx�

1b

ln(a � bx)

xeax dx �eax

a2 (ax � 1) dxx

� x�1 dx � ln x

ln ax dx � (x ln ax) � x xn dx �xn�1

n � 1 (provided n � �1)

Page 129: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

B.7 Intergral Calculus A.31

TABLE B.6 Gauss’s Probability Integral and OtherDefinite Integrals

(Gauss’s probability integral)

I2n�1 � (�1)n dn

dan I1

I2n � (�1)n dn

dan I0

���

I5 � �

0 x5e�ax2

dx �d2I1

da2 �1a3

I4 � �

0 x4e�ax2

dx �d2I0

da2 �38

! �

a5

I3 � �

0 x3e�ax2

dx � �dI1

da�

12a2

I2 � �

0 x2e�ax2

dx � �dI0

da�

14

! �

a3

I1 � �

0 xe�ax2

dx �1

2a

I0 � �

0 e�ax2

dx �12

! �

a

0 xn e�ax dx �

n!an�1

Page 130: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.32

APPENDIX C • Periodic Table of the Elements

*Lanthanide series

**Actinide series

Atomic numberSymbol

Electron configuration

20CaAtomic mass †

58

90

57

89

3

11

19

37

55

87

20

38

56

88

21

39

57-71*

89-103**

22

40

72

104

23

41

73

105

24

42

74

106

25

43

75

107

26

44

76

108

27

45

77

109

4

12

59 60 61 62

94939291

1

Li

Na

K

Rb

Cs

Fr

Ca

Sr

Ba

Ra

Sc

Y

Ti

Zr

Hf

Rf

V

Nb

Ta

Db

Cr

Mo

W

Sg

Mn

Tc

Re

Bh

Fe

Ru

Os

Hs

Co

Rh

Ir

Mt

Be

Mg

Ce Pr Nd Pm Sm

PuNpUPaTh

H

La

Ac

4s2

5f 66d 07s25f 46d 17s25f 36d17s25f 26d17s26d 27s26d17s2

4f 66s24f 56s24f 46s24f 36s25d14f 16s25d16s2

6d 37s26d 27s27s27s1

5d 76s25d 66s25d 56s25d 46s25d 36s25d 26s26s26s1

4d 85s14d 75s14d 55s24d 55s14d 45s14d 25s24d15s25s25s1

3d 74s23d 64s23d 54s23d 54s13d 34s23d 24s23d14s24s24s1

3s23s1

2s22s1

1s1

(261) (262) (263) (262) (265) (266)

6.94 9.012

1.008 0

22.99

39.102

85.47

132.91

(223)

40.08

87.62

137.34

(226)

44.96

88.906

47.90

91.22

178.49

50.94

92.91

180.95

51.996

95.94

183.85

54.94

(99)

186.2

55.85

101.1

190.2

58.93

102.91

192.2

24.31

140.12 140.91 144.24 (147) 150.4

(239)(239)(238)(231)(232)

40.08

138.91

(227)

GroupI

GroupII Transition elements

Atomic mass values given are averaged over isotopes in the percentages in which they exist in nature. † For an unstable element, mass number of the most stable known isotope is given in parentheses. †† Elements 110, 111, 112, and 114 have not yet been named.††† For a description of the atomic data, visit physics.nist.gov/atomic

Page 131: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

Periodic Table of the Elements A.33

1.008 0

26.98 28.09 30.97 32.06 35.453 39.948

58.71

106.4

195.09

63.54

107.87

196.97

65.37

112.40

200.59

114.82

204.37

118.69

207.2

121.75

208.98

127.60

(210)

126.90

(218)

131.30

(222)

162.50 164.93 167.26 168.93 173.04

(255)(255)(253)(254)(249)

158.92

(247)

157.25

(245)

152.0

(243)

69.72 72.59 74.92 78.96 79.91 83.80

10.81 12.011 14.007 15.999 18.998 20.18

4.002 6

174.97

(257)

1

13 14 15 16 17 18

28

46

78

29

47

79

30

48

80

49

81 82 83

52

84

53

85

54

86

66 67 68 69 70

1021011009998

65

97

64

96

63

95

31 33 34 35 36

5 6 7 8 9 10

2

50 51

32

71

103

In

Ga

H

Al Si P S Cl Ar

Ni

Pd

Pt

Cu

Ag

Au

Zn

Cd

Hg Tl Pb Bi

Te

Po

I

At

Xe

Rn

Dy Ho Er Tm Yb

NoMdFmEsCf

Tb

Bk

Gd

Cm

Eu

Am

As Se Br Kr

B C N O F Ne

He

Sn Sb

Ge

Lu

Lr

GroupIII

GroupIV

GroupV

GroupVI

GroupVII

Group0

6d17s26d 07s25f 136d 07s25f 126d 07s25f 106d 07s25f 86d17s25f 76d17s25f 76d 07s2

5d14f 146s24f 146s24f 136s24f 126s24f 116s24f 106s25d14f 86s25d 14f 76s24f 76s2

6p66p56p46p36p26p15d106s25d106s15d 96s1

5p65p55p45p35p25p14d105s24d105s14d10

4p64p54p44p34p24p13d104s23d104s13d 84s2

3p63p53p43p33p23p1

2p62p52p42p32p22p1

1s21s1

5f 116d 07s2

(269) (272) (277)

110†† 111†† 112††

(289)

114††

Page 132: MEKANIKA TERAPAN - adib-hasan.com · Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus Gambar 1.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu

A.34

APPENDIX D • SI Units

TABLE D.1 SI Units

SI Base Unit

Base Quantity Name Symbol

Length Meter mMass Kilogram kgTime Second sElectric current Ampere ATemperature Kelvin KAmount of substance Mole molLuminous intensity Candela cd

TABLE D.2 Some Derived SI Units

Expression in Expression inTerms of Base Terms of Other

Quantity Name Symbol Units SI Units

Plane angle radian rad m/mFrequency hertz Hz s�1

Force newton N kg m/s2 J/mPressure pascal Pa kg/m s2 N/m2

Energy; work joule J kg m2/s2 N mPower watt W kg m2/s3 J/sElectric charge coulomb C A sElectric potential volt V kg m2/A s3 W/ACapacitance farad F A2 s4/kg m2 C/VElectric resistance ohm � kg m2/A2 s3 V/AMagnetic flux weber Wb kg m2/A s2 V sMagnetic field intensity tesla T kg/A s2

Inductance henry H kg m2/A2 s2 T m2/A����

�����

����

��

���