25
1 MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN BIAYA AGENSI Linda Fakultas Ekonomi Unsyiah ABSTRACT This study examines the impact of internal corporate governance mechanisms on agency cost. Agency theory define agency costs as the cost incurred by organization an organization that are association with problem arising from conflict of interests between management and shareholder. Proxy for agency cost used in this study: operating cost ratio and asset utilization ratio. This analysis uses a PLS technique. The results show that audit committee reduces agency cost, but short debt ratio, commissioner and executive committee increase agency costs. Based on this result: internal corporate governance mechanisms have little effect on reduce agency cost. Keywords: agency cost, governance mechanism 1. Pendahuluan Mekanisme corporate governance dan pengawasan di perlukan untuk mengurangi ketidakefisienan yang timbul dari bahaya moral dan pilihan-pilihan buruk. Sebagai salah satu contoh nyata yaitu: permasalahan keagenan (agency problem), yang timbul ketika pihak manajer yang memiliki informasi unggul bertindak sebagai agen untuk pemilik. Konflik ini memungkinkan pihak manager untuk mengeksploitasi ataupun mengambil alih sumberdaya bisnis yang lain, yang kalau tidak akan memberikan pengembalian (return) kepada pemilik (Miller dan Breton, 2006; Ang, Cole, & Lin, 2000). Keputusan keuangan, keputusan investasi dan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh konflik antara pihak investor dengan pihak manager perusahaan (konflik keagenan), yang pada tahap selanjutnya akan menimbulkan biaya agensi. Jensen (1986) mengemukakan, biaya agensi timbul dari ketidakseimbangan kepentingan pemilik dan manajer perusahaan, pemisahan antara pemilik dan manajer mutlak terjadi dan perlu adanya pengawasan.

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN BIAYA … · Menurut Myers (1977), hutang jangka pendek lebih efektif dibandingkan hutang jangka panjang dalam mengurangi ekspektasi biaya pada

Embed Size (px)

Citation preview

1

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN BIAYA AGENSI

Linda

Fakultas Ekonomi Unsyiah

ABSTRACT

This study examines the impact of internal corporate governance mechanisms on agency

cost. Agency theory define agency costs as the cost incurred by organization an

organization that are association with problem arising from conflict of interests between

management and shareholder. Proxy for agency cost used in this study: operating cost

ratio and asset utilization ratio. This analysis uses a PLS technique. The results show that

audit committee reduces agency cost, but short debt ratio, commissioner and executive

committee increase agency costs. Based on this result: internal corporate governance

mechanisms have little effect on reduce agency cost.

Keywords: agency cost, governance mechanism

1. Pendahuluan

Mekanisme corporate governance dan pengawasan di perlukan untuk mengurangi

ketidakefisienan yang timbul dari bahaya moral dan pilihan-pilihan buruk. Sebagai salah

satu contoh nyata yaitu: permasalahan keagenan (agency problem), yang timbul ketika

pihak manajer yang memiliki informasi unggul bertindak sebagai agen untuk pemilik.

Konflik ini memungkinkan pihak manager untuk mengeksploitasi ataupun mengambil

alih sumberdaya bisnis yang lain, yang kalau tidak akan memberikan pengembalian

(return) kepada pemilik (Miller dan Breton, 2006; Ang, Cole, & Lin, 2000). Keputusan

keuangan, keputusan investasi dan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh konflik

antara pihak investor dengan pihak manager perusahaan (konflik keagenan), yang pada

tahap selanjutnya akan menimbulkan biaya agensi. Jensen (1986) mengemukakan, biaya

agensi timbul dari ketidakseimbangan kepentingan pemilik dan manajer perusahaan,

pemisahan antara pemilik dan manajer mutlak terjadi dan perlu adanya pengawasan.

2

Mekanisme peranan pihak internal dan eksternal corporate governance

perusahaan dapat membantu mengurangi ekspektasi biaya yang berpengaruh negative

terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang penerapan corporate governance belum

maksimal memiliki permasalahan keagenan yang besar. Untuk itu perlu bagi perusahaan

untuk membangun mekanisme corporate governance, baik dari sisi internal maupun

eksternal perusahaan.

Dari beberapa penelitian corporate governance, menunjukkan peran penting

yang dilakukan oleh dewan direksi dalam memonitor pihak manager perusahaan (Fama

and Jensen, 1983; Weisbach, 1988). Keefektifan mekanisme corporate governance

ditentukan oleh ukuran dan komposisi dewan, yang dapat mengurangi biaya agensi.

Susunan dewan yang lebih besar akan lebih kuat, karena akan membuat koordinasi,

komunikasi dan pengambilan keputusan yang lebih praktis dibandingkan susunan dewan

yang kecil (Beiner et al, 2004). Menurut Florackis dan Ozkan (2004), keseimbangan

proporsi non eksekutif direktur dengan eksekutif direktur dapat membatasi kebijakan

manajer dalam pengekspolitasian pengawasan dan melindungi reputasi mereka sendiri

sebagai pengambil keputusan yang independen.

Sebaliknya penelitian Agrawal dan Knocker (1996), menemukan non-executive

direktur yang selalu dikarakteristikkan dengan kurang informasi mengenai perusahaan,

tidak bisa menjadi tenaga yang diperlukan perusahaan karenanya lebih memilih peran

yang kurang konfrontatif dari pemantauan lebih kritis. Hasil penelitian Mcknight dan

Weir (2008), menemukan pengaturan dari komite nominasi pada suatu perusahaan terkait

dengan tingginya biaya agensi bukan rendahnya biaya agensi.

3

Disamping ukuran dan komposisi dewan perusahaan, mekanisme corporate

governance juga termasuk didalamnya struktur hutang. Struktur hutang dapat berperan

sebagai alat monitoring biaya agensi. Menurut Myers (1977), hutang jangka pendek lebih

efektif dibandingkan hutang jangka panjang dalam mengurangi ekspektasi biaya pada

problem kekurangan investasi, yang juga akan mengurangi ekspektasi biaya agensi antara

pihak investor dan debitur. Sejalan dengan pendapat Ang et al (2000), utang bank dapat

menciptakan eskternalitas positif dalam bentuk biaya agensi yang lebih rendah.

Akan tetapi menurut hasil penelitian Florackis dan Ozkan (2004)di UK, hutang

jangka pendek meminimumkan biaya agensi melalui arus kas perusahaan, namun untuk

perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi tidak mengalami permasalahan dengan

arus kas perusahaan. Oleh karena itu efisiensi hutang jangka panjang sebagai mekanisme

corporate governance dalam meminimumkan biaya agensi tidak memiliki nilai signifikan

yang besar. Di satu sisi tingginya pertumbuhan perusahaan menyebabkan biaya agensi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya

rendah. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang besar, kemungkinan asimetri

informasi yang terjadi diantara manajer, investor dan kreditur akan tinggi.

Dari berbagai hasil penelitian terdahulu dari berbagai negara yang kontradiktif,

maka menarik untuk dikaji apakah implementasi mekanisme internal corporate

governance pada perusahaan manufaktur di Indonesia dapat meminimumkan biaya

agensi?

2. Kerangka teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Keefektifan mekanisme corporate governance dapat meminimumkan agensi

4

problem sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)

selanjutnya mengembangkan aspek teoritis dan empiris dari keuangan perusahaan dengan

memformulasikan biaya agensi sebagai hasil dari konflik kepentingan antara pihak

manajer perusahaan dengan pihak investor luar perusahaan dan pihak kreditur. Biaya

agensi timbul ketika suatu bagian, principal, pihak penyewa, agen bertindak sebagai

principal. Biaya agensi didefinisikan sebagai jumlah dari 1) perjanjian, 2) biaya

monitoring dan perjanjian dalam mengurangi biaya yang timbul karena konflik

kepentingan dan 3) residual loss yang terjadi, karena tidak mungkin secara general untuk

menyelesaikan kepentingan pihak agen dengan prinsipal secara sempurna.

Ang, Cole dan Lin (2000) menggunakan dua alternatif rasio efisiensi untuk

proxy biaya agensi:

1. Rasio beban, yaitu beban operasi yang dibagi dengan total penjualan tahunan.

Jika rasio beban ini mengukur ketidakefisienan pengontrolan biaya operasi oleh pihak

manajerial, rasio yang tinggi (merupakan indikator operasi yang tidak efisien) yang

dihubungkan dengan biaya agensi yang tinggi.

2. Rasio penggunaan asset, yaitu: total penjualan tahunan dibagi dengan total asset.

Rasio ini mengukur sejauhmana keefektifan manajemen perusahaan menggunakan

asset. Ketika total penjualan perusahaan rendah terhadap total asset, ini berarti manajer

tidak efisien dengan keputusan investasinya, bonus bagi para eksekutif dan lain-lain.

Hasil penelitian Florackis dan Ozkan (2004), pada perusahaan yang tingkat

pertumbuhannya tinggi mengindikasikan biaya agensi yang tinggi dibandingkan

perusahaan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah karena kemungkinan

asimetri informasi yang terjadi diantara manajer, shareholder dan kreditur.

5

Miller dan Breton (2006) dari hasil penelitiannya menyimpulkan pengeliminasian

konflik ataupun pemisahan antara principal dan manajer dapat meminimumkan biaya

agensi yang erat hubungannya dengan saving dan surplus sumber daya yang akan

memberikan pengembalian (return) yang besar.

Beberapa mekanisme corporate governance dapat memecahkan problem agensi.

terdapat dua katagori mekanisme corporate governance: internal dan eksternal

mekanisme. Menurut Jensen (1993) keberadaan mekanisme corporate governance di US,

UK, Jeman dan Jepang menggambarkan empat katagori dari setiap mekanisme corporate

governance: (1) mekanisme peraturan hukum yang legal; (2) mekanisme internal control;

(3) mekanisme eksternal konrol; (4) kompetisi produk pasar.

Menurut Knight dan Weir (2007), terdapat tiga kunci mekanisme corporate

governance; persentase non-eksekutif direktur, dualitas dan pengaturan subkomite dewan.

Menurut Denis (2001), empat mekanisme corporate governance: yaitu (1) mekanisme

peraturan hukum yang legal; (2) mekanisme internal control dalam suatu perusahaan,

termasuk didalamnya susunan dewan, kompensasi eksekutif dan kepemilikan,

kepemilikan non eksekutif dan hutang; (3) mekanisme eksternal control seperti

pengakusisian perusahaan; dan (4) kompetisi produk pasar.

Pada penelitian corporate governance internasional pada berbagai negara, selain

US, menggunakan dua klasifikasi mekanisme corporate governance yang dilakukan oleh

Denis dan McConnell (2003), yaitu: (1) mekanisme internal governance, termasuk di

dalamnya dewan direksi dan struktur kepemilikan dan (2) mekanisme eksternal

governance, termasuk didalamnya akuisisi pasar dan sistem perundang-undangan legal.

6

Suatu perusahaan dapat saja beroperasi untuk keuntungan pihak manajernya saja,

daripada keuntungan pihak pemilik perusahaan ketika biaya monitoring sangat besar

ataupun perusahaan tidak transparan (Pantzalis dan Park, 2006). Susunan dewan dalam

suatu mekanisme corporate governance memegang peran penting dalam memonitor

manajer, keefektifan para dewan tergantung pada ukuran dan komposisinya. Jumlah

dewan yang besar, akan lebih kuat dari pada jumlah dewan yang kecil, karena lebih

mempertimbangkan keperluan untuk keefektifan organisasi (Florackis dan Ozkan: 2004).

Sejalan dengan pendapat Pearce dan Zahra (1991), dewan yang mempunyai kuasa

membantu dalam menguatkan hubungan antara perusahaan dengan lingkungannya,

memberikan saran mengenai opsi strategik untuk perusahaan dan berperan penting dalam

menciptakan indentitas perusahaan. Susunan dewan yang lebih besar akan lebih kuat,

karena akan membuat koordinasi, komunikasi dan pengambilan keputusan yang lebih

praktis dibandingkan susunan dewan yang kecil (Beiner et al, 2004).

Keberadaan dewan direksi eksternal pada susunan corporate governance

meningkatkan monitoring sekaligus juga memperbaiki nilai perusahaan (Fama (1980),

Fama and Jensen (1983), and Bhagat, Brickley, and Coles (1987). Hasil penelitian yang

lainnya juga mengemukakan reputasi dan ancaman dapat memotivasi pihak direksi

eksternal untuk bertindak yang lebih baik dalam mementingkan kepentingan investor.

Selanjutnya Coles dan Hoi (2003), juga mengemukakan pentingnya pengawasan bagi

pihak non-eksekutif direktur yang dapat membatasi manajer perusahaan dalam

melakukan manajemen laba. Sejalan dengan penelitian Dahya, McConnell, and Travlos (2003),

kombinasi struktur komite dimayoritas oleh non-eksekutif direktur karena pentingnya

pengawasan, peningkatan signifikan pada proporsi non-eksekutif direktur terjadi pada perusahaan

di Negara UK.

7

Akan tetapi menurut McKnight dan Weir (2008), keefektifan dan efisiensi komite akan

ada pada keseimbangan direktur eksekutif dan non-eksekutif. Keefektifan susunan corporate

governance akan tercapai apabila direktur non-eksekutif dan dewan komite memiliki

kepentingan yang sama dengan pemegang saham, yang juga membantu mengurangi

biaya agensi.

Maka hipotesis yang dapat diturunkan dari kerangka pemikiran di atas adalah:

H1: besarnya persentase non eksekutif direktur pada susunan dewan perusahaan dapat

meminimumkan biaya agensi

H2: keberadaan eksekutif direktur pada komite perusahaan dapat meminimumkan biaya

agensi

Komite audit sebagai salah satu bagian non-eksekutif corporate governance

dipandang sebagai persyaratan mekanisme pasar, dalam rangka mempertahankan

kepercayaan masyarakat terhadap mekanisme akuntansi, auditing serta sistem

pengendalian lainnya. Komite audit sebagai mekanisme monitoring dapat meningkatkan

fungsi audit untuk pelaporan eksternal perusahaan. Para dewan perusahaan sering

memberikan tanggung jawab kepada komite audit terhadap kesalahan pelaporan

keuangan agar laporan keuangan dapat dipercaya (relevance dan relialible). Oleh karena

itu komite audit dapat memonitoring mekanisme yang dapat memperbaiki kualitas

informasi bagi pemilik perusahaan (shareholders) dan manajemen perusahaan, karena

kedua belah pihak tersebut memiliki level informasi yang berbeda (Effendy, 2005).

Sejalan dengan pendapat Jensen (1993) dan Bronson et al, (2009) minimnya anggota

dewan dapat meningkatkan pengawasan oleh dewan tersebut, jumlah dewan yang besar

menimbulkan permasalahan dalam komunikasi dan koordinasi yang akan mengurangi

8

keefektifan dewan, namun kualitas audit dipercaya dapat meningkatkan keefektifan

mekanisme corporate governance.

H3: keberdaan komite audit perusahaan dapat meningkatkan monitoring yang juga

meminimumkan biaya agensi

Disamping ukuran dan komposisi dewan perusahaan, mekanisme corporate

governance juga termasuk didalamnya struktur hutang. Struktur hutang dapat berperan

sebagai alat monitoring biaya agensi. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat, bahwa

hutang berpengaruh penting terhadap biaya agensi. Perusahaan dengan tingkat hutang

yang tinggi akan lebih terkontrol oleh pihak debitur dan karenanya pihak manajer hanya

memiliki kesempatan kecil untuk melakukan aktivitas yang tidak bernilai. Menurut

McConnell and Servaes (1990), meningkatnya proporsi hutang akan menambah resiko

investasi usaha dalam menutupi pembayaran bunga. Oleh karena itu, pembayaran bunga

yang besar karena besarnya pinjaman hutang akan memperbaiki pengawasan dan

karenanya akan mengurangi biaya agensi.

Menurut Myers (1977), hutang jangka pendek lebih efektif dibandingkan

hutang jangka panjang dalam mengurangi ekspektasi biaya pada problem kekurangan

investasi, yang juga akan mengurangi ekspektasi biaya agensi antara pihak investor dan

kreditor. Sejalan dengan pendapat Ang et al (2000), utang bank dapat menciptakan

eskternalitas positif dalam bentuk biaya agensi yang lebih rendah.

Hutang bank juga memberikan karakteristik sinyal penting yang dapat

meminimalkan asimetri informasi antara pihak manajer dan pemilik perusahaan (Jensen,

1986; Stulz, 1990; and Ross, 1977). Khususnya, pengumuman kesepakatan suatu kredit

9

bank merupakan berita baik bagi pasar saham akan kelayakan kredit. Fama (1985), juga

berpendapat pinjaman bank memiliki keuntungan yang komparatif dalam

meminimumkan biaya informasi dan mendapatkan informasi (yang tidak tersedia secara

umum). Penelitian Signh dan Davidson (2003) dengan sampel perusahaan yang tingkat

pertumbuhan tinggi (high-growth) menemukan bukti bahwa adanya kemudahan

mengakses informasi hutang oleh pihak masyarakat, sehingga total hutang pada suatu

perusahaan dapat meminimumkan biaya agensi.

Hasil penelitian Berlin dan Mester (1992) yaitu, kesediaan bank untuk

bernegosiasi dan memperpanjang kembali pinjaman mengindikasikan eksistensinya

hubungan baik antara pihak perusahaan dengan bank dan ini merupakan sinyal yang baik

bagi kualitas perusahaan dimasa yang akan datang.

H4: Biaya agensi akan rendah dengan tingginya struktur hutang jangka pendek.

Dari empat hipotesis penelitian di atas, model penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1 Model Penelitian

Eksekutif

Direktur

Non-eksekutif

direktur

Komite

audit

Short-

Debt

Biaya

Agensi

Rasio beban

operasi

Rasio penggunaan

asset

10

3. Metode Penelitian

3.1. Populasi Peneitian

Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Pada teknik ini sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki kriteria-kriteria

tertentu:

1. Masih terdaftar (listing) di BEI pada tahun 2007.

2. Tetap terdaftar (listing) selama periode penelitian yaitu tahun 2007 sampai 2010.

3. Tidak terdapat peristiwa lain selama periode penelitian seperti merger atau

akuisisi, karena pada penelitian ini tidak membahas mengenai akuisisi. Menurut

Kelly, Cook dan Spitzer (1999) akuisisi pada perusahaan mengindikasikan biaya

agensi yang digunakan oleh direktur untuk pendanaan proyek dengan net present

value negatif dan tidak adanya positif return yang diperoleh oleh pihak investor.

4. Perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi, yang diukur dengan proxy

Tobin’s Q.

Perusahaan yang nilai Tobin’s Q kurang dari 1 mengindikasikan tingkat

pertumbuhan yang rendah demikian juga sebaliknya. Perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan kecil konflik agensi juga kecil dan hutang jangka pendek lebih

berperan pada perusahaan tingkat pertumbuhan tinggi. (Florackis dan Ozkan,

2004; McKnight dan Weir, 2008)

Dari kriteria di atas didapat 37 perusahaan manufaktur sebagai sampel pada

penelitian ini. Data diperoleh dari ICMD dan di download dari internet melalui situs

www.idx.com dan www.finance.yahoo.com.

11

3.2. Pengukuran dan Operasional variabel

Terdapat empat konstruk yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Biaya Agensi, dengan indikator

a. EXPR, yaitu rasio beban yang mengukur ketidakefisienan manajer mengontrol

biaya operasi. Tingginya EXPR berarti tingginya biaya agensi.

Operating Sales i,t

EXPRi,t =

Sales i,t

b. AUR, yaitu rasio penggunaan aset yang mengukur efektifitas management

perusahaan dalam menggunakan aset, tingginya rasio. Rasio aset terhadap

penjualan (AUR) yang tinggi mengindikasikan asset secara signifikan

meningkatkan penjualan yang juga meminimumkan biaya agensi. Rasio AUR

yang rendah berarti manajement perusahaan mengimplimentasikan kebijakan

yang tidak efektif dan efisien. Rendahnya rasio ini mengindikasikan tingginya

biaya agensi dan penggunaan aset yang tidak efisien dan efektif (McKnight dan

Weir, 2008).

Sales i,t

AURi,t =

Total Asset i,t

Non eksekutif direktur, yang menurut Mc Knight dan Weir (2008) diukur dengan

rasio total non eksekutif direktur bagi total dewan pada suatu perusahaan. Pada

penelitian ini non eksekutif direktur adalah total dewan komisaris dibagi total dewan.

Komite Audit, jumlah komite audit pada suatu perusahaan dibagi 3. Minimal komite

audit dalam suatu perusahaan 3 orang (Effendy, 2005)

12

Rasio hutang jangka pendek, yaitu total hutang jangka pendek terhadap total hutang

(Florackis dan Ozkan,2004)

3.3 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan yang dilakukan dengan menggunakan Structural

Equation Model (SEM): metode Partial Least Squre (PLS). Pemilihan metode PLS

berdasarkan pertimbangan bahwa dalam penelitian ini terdapat konstruk yang dibentuk

dengan indikator formatif. Pada penelitian ini konstruk biaya agensi dibentuk dengan dua

indikator.

PLS merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan pada

banyak asumsi (contohnya: asumsi klasik). Analisis PLS digunakan untuk

mengkonfirmasi teori, untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar konstruk dan

menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif maupun formatif baik

pada sampel besar ataupun kecil (Ghozali, 2008; Hair et al, 2010).

Analisis PLS melakukan uji outer model dan inner model. Uji outer model pada

konstruk formatif menganalisis hubungan dari indikator ke konstruk. Uji inner model

atau structural model untuk melihat hubungan antar konstruk (Ghozali, 2008).

4. Hasil Empiris

Uji Outer Model dan Inner model

Konstruk formatif pada dasarnya merupakan hubungan regresi dari indikator ke

konstruk, maka cara menilainya adalah dengan melihat nilai koefisien regresi dan

signifikansi. Meurut Ghozali (2008) nilai validitas indikator ke konstruk boleh pada pada

p < 0,10 (t hitung di atas 1,282).

13

Pengujian inner model atau model structural dilakukan untuk melihat R-square

dan hubungan antar konstruk sebagai dasar menerima atau menolak hipotesis. Dalam

penelitian ini batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan adalah t-

hitung diatas 1.645 dengan p<0.05.

Hasil pengujian hipotesis terlihat pada gambar 2, tabel 1, tabel 2 dan tabel 3

Gambar 2 Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil pengujian Outer weigh

Original Sample Sample Mean Standard Deviation Standard Error T Statistics

Short Debt -> Hutang 3.7602 4.0020 0.7490 0.7490 5.0206

AUR -> Biaya agensi 1.4839 1.4960 0.3221 0.3221 4.6065

Direksi -> executive auditor 0.4383 0.4479 0.0516 0.0516 8.4909 EXPR -> Biaya agensi 2.9321 3.4757 2.3875 2.3875 1.2881

Komite audit -> Komite audit 3.0412 3.1542 0.4432 0.4432 6.8624 non executive -> non executive 4.3270 4.4012 0.3560 0.3560 12.1544

Tabel 2 Hasil pengujian Inner model

Original Sample Sample Mean Standard Deviation Standard Error T Statistics

Hutang -> Biaya agensi 0.0342 0.0069 0.1569 0.1569 0.2181

Komite audit -> Biaya agensi -0.2623 -0.2981 0.1895 0.1895 1.6840

execu auditor -> Biaya agensi 0.2477 0.1930 0.2368 0.2368 1.0460 non executive -> Biaya agensi 0.8509 0.9527 0.3597 0.3597 2.3656

14

Tabel 3. R-Square

R-Square Biaya agensi 0.8379

Hutang 0.0000

Komite audit 0.0000 Executive auditor 0.0000

Non executive 0.0000

Hasil pengujian outer model menunjukkan indikator rasio EXPR, valid pada

konstruk biaya agensi pada p < 0.10 t hitung di atas 1.282, dengan nilai weight 2.932

yang berartinya tingginya rasio EXPR mengindikasikan tingginya biaya agensi.

Hubungan positif yang signifikan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ang,

Cole dan Lin (2000) dan Pantzalis dan Park (2006).

Pengujian outer model untuk indikator AUR, valid pada konstruk biaya agensi

pada p<0.05 dengan t hitung 4.61 (t hitung diatas 1.645) dengan nilai weigth 1.48

hubungan positif ini mengindikasikan penggunaan asset oleh pihak manajemen

perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI belum efektif, yang

mengindikasikan biaya agensi yang tinggi.

Pengujian inner model untuk model struktural hubungan persentase non-

eksekutif direktur dalam meminimumkan biaya agensi signifikan pada p<0.05 dengan t-

hitung 2.37 (t hitung diatas 1,645). Namun hubungan positif ini menolak hipitesis H1,

yang mengindikasikan keberadaan non-eksekutif direktur dalam dewan perusahaan tidak

dapat meminimumkan biaya agensi, bahkan meningkatkan biaya agensi. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Agrawal dan Knocker (1996), non-executive direktur yang

selalu dikarakteristikkan dengan kurang informasi mengenai perusahaan, tidak bisa

menjadi tenaga yang diperlukan perusahaan karenanya lebih memilih peran yang kurang

konfrontatif dari pemantauan lebih kritis. Hasil penelitian Mcknight dan Weir (2008),

menemukan pengaturan dari komite nominasi pada suatu perusahaan terkait dengan

15

tingginya biaya agensi bukan rendahnya biaya agensi.

Hipotesis H2 hubungan eksekutif direktur dalam meminimumkan biaya agensi

tidak dapat diterima, karena t hitung dibawah 1.645. Tidak diterimanya hipotesis H1 dan

H2 yang berarti ukuran struktur non eksekutif dan eksekutif governance tidak bisa

meminimumkan biaya agensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mcknight

dan Weir (2008), pengaturan dari komite nominasi pada suatu peraturan terkait dengan

tingginya biaya agensi bukan rendahnya biaya agensi. Begitu juga dengan keberadaan

eksekutif direktur yang selalu meningkatkan biaya agensi dalam mekanisme biaya agensi

yang tidak memberikan keuntungan signifikan kepada pihak investor dalam

meminimumkan biaya agensi. Biaya potensial yang terjadi berhubungan dengan jasa

pelayanan dewan direksi yang ditutupi dengan keuntungan potensial yang ia rasa.

Selanjunya hasil penelitiannya juga membuktikan kesibukan CEO, duality posisi yang

dijabat oleh dewan governance, lamanya masa jabatan tidak dapat meminimalkan biaya

agensi. Sejalan dengan penelitian Florackis dan Ozkan (2004), biaya agensi juga tinggi

pada besarnya ukuran CEO dan ukuran struktur dewan yang besar kurang efisien dalam

penggunaan asset.

Model struktural hubungan komite audit dengan biaya agensi yang negative

dengan nilai estimasi -0.262 mengindikasikan komite audit dapat meminimumkan biaya

agensi secara signifikan (t hitung diatas 1.645) yang berarti menerima hipotesis H3.

Keberadaan komite audit dapat memonitoring pihak manajer perusahaan, sehingga

komunikasi dan koordinasi pada dewan perusahaan dapat menjadi efektif yang kemudian

dapat meminimumkan biaya agensi. Jumlah dewan yang besar menimbulkan

permasalahan dalam komunikasi dan koordinasi yang akan mengurangi keefektifan

16

dewan, namun kualitas audit dipercaya dapat meningkatkan keefektifan mekanisme

corporate governance, keefektifan mekanismae corporate governance dengan keberadaan

komite audit dapat meminimumkan biaya agensi.

Hipotesit H4 yang menganalisis hubungan rasio hutang jangka pendek dalam

meminimumkan biaya agensi tidak dapat dibuktikan secara signifikan (nilai t hitung

dibawah 1.645), yang berarti hutang jangka pendek tidak dapat meminimumkan

tingginya biaya agensi yang terjadi pada perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi.

Temuan penelitian ini sama dengan penelitian Florackis dan Ozkan (2004), hutang jangka

pendek meminimumkan biaya agensi melalui hubungannya dengan arus kas operasi.

Mengingat bahwa perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi tidak bermasalah

dengan arus kas perusahaan maka efisiensi hutang jangka pendek dalam meminimumkan

biaya agensi sangat kecil ataupun tidak ada pada perusahaan yang tinggi

pertumbuhannya. Hasil ini juga didukung oleh temuan McConnell dan Servaes (1995)

adanya hubungan positif tingkat pertumbuhan rendah suatu perusahaan dengan hutang,

dan hubungan negatif tingkat pertumbuhan tinggi suatu perusahaan dengan hutang.

Tabel 3 menunjukkan nilai R-square 0.84 yang berarti mekanisme internal

corporate governance mampu menjelaskan biaya agensi sebesar 84%. Signifikannsi

parameter yang diestimasi memberikan informasi mengenai hubungan antar variable

penelitian. Nilai R-squre yang besar menunujukkan semakin baik persamaan structural.

Mekanisme internal corporate governance untuk variable non eksekutif direksi

menyebabkan peningkatan biaya agensi secara signifikan. Variable komite audit pada

mekanisme internal corporate governance dapat meminimumkan biaya agensi secara

signifikan.

17

5. Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan Penelitian

5.1. Kesimpulan

Mekanisme corporate governance dan pengawasan mutlak diperlukan untuk

mengurangi ketidakefisienan yang timbul dari bahaya moral dan pilihan-pilihan buruk

sebagai akibat dari permasalahan keagenan antara pihak manajer perusahaan dengan

pihak prinsipal (pemilik). Konflik ini memungkinkan pihak manajer untuk

mengeksploitasi ataupun mengambil alih sumber daya bisnis perusahaan.

Ketidakseimbangan kepentingan pemilik dan manajer perusahaan akan menimbulkan

biaya agensi. Untuk biaya agensi di proksikan dengan (1) rasio beban, yang mengukur

ketidakefisienan manajer mengontrol biaya operasi, (2) rasio penggunaan aset, yang

mengukur efektifitas management perusahaan dalam menggunakan aset.

Penelitian ini menganalisis hubungan mekanisme internal corporate governance

dalam meminimumkan biaya agensi pada perusahaan manufaktur yang tingkat

pertumbuhannya tinggi di BEI. Persentase non eksekutif dan eksekutif direktur, komite

audit, rasio hutang jangka pendek sebagai proksi mekanisme internal corporate

governance (CG) hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil dalam meminimumkan

biaya agensi. Minimumnya biaya agensi dengan hubungannya mekanisme internal CG ini

di pengaruhi oleh peran komite audit dalam meningkatkan kualitas audit sehingga dapat

meningkatkan keefektifan CG.

Sedangkan keberadaan dewan komisaris menyebabkan peningkatan biaya agensi.

Kurangnya informasi mengenai perusahaan menyebabkan kesulitan bagi dewan

komisaris dalam melakukan pemantauan dan lebih memilih untuk melakukan peran yang

kurang konfrontafif (Agrawal dan Knocker,1996).

18

Rasio hutang jangka pendek juga tidak dapat meminimumkan tingginya biaya

agensi, kemungkinan karena sample pada penelitian ini adalah perusahaan dengan tingkat

pertumbuhannya yang tinggi yang tidak bermasalah dengan arus kas perusahaan. Oleh

karena itu efisiensi hutang jangka pendek dalam meminimumkan biaya agensi tidak

berpengaruh pada perusahaan tidak mengalami masalah dengan kas perusahaan.

5.2. Implikasi dan Keterbatasan Penelitian

- Sample pada penelitian ini membatasi pada perusahaan yang tidak mengalami merger

ataupun akuisisi. Di satu sisi perusahaan yang merger atau akuisisi mengindikasikan

adanya biaya yang digunakan oleh direktur untuk pendanaan proyek.

- Sampel untuk penelitian ini mengambil perusahaan yang tingkat pertumbuhnnya tinggi.

- Proksi untuk biaya agensi hanya rasio beban operasi dan rasio penggunaan aset.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, A. and C. R. Knoeber (1996), "Firm Performance and Mechanisms to Control

Agency Problems Between Managers and Shareholders." Journal of Financial and

Quantitative Analysis 31 , 377-397.

Ang, J. S., Cole, R. A., & Lin, J. W. 2000. Agency costs and ownership structure. Journal of Finance, 55, 81–106.

Barako, G.Dulacha. 2007. Determinant of Voluntary Disclosure in Kenyan Companies

Annual Reports. African Journal of Business Management Vol. 1(5) pp. 113-128

Bhagat, Sanjai, James A. Brickley, and Jeffrey L. Coles. 1987. Managerial

Indemnification and Liability Insurance: The Effect on Shareholder Wealth,

Journal of Risk and Insurance 54, 721-736.

Bhagat, Sanjai, James A. Brickley, and Ronald C. Lease. 1985. Incentive Effects of Stock Purchase Plans, Journal of Financial Economics 14, 195-2

Beiner, S., W. Drobetz, F. Schmid, and H. Zimmermann (2003), Is board size an

independent corporate governance mechanism? Working Paper, University of

Basel.

19

Bronson, Scot N; Carello, Joseph V; Holling Sworth, Carl W; dan Neal, Terry L. 2009.

Are Fully Independent Audit Committees Really Necessary?. Journal of

Accounting and Public Policy

Berlin M. and L. Mester. 1992. Debt Covenants and Renegotiation. Journal of

Financial Intermediation 2, 95-133.

Chung, Kee H., and Stephen W. Pruitt. 1994. A simple approximation of Tobin’s q,

Financial Management 23, 70-74.

Coles, J., & Hoi, C. 2003. New evidence on the market for directors: Board membership

and Pennsylvania senate bill 1310. Journal of Finance, LVIII, 197–230.

Denis, D. 2001. Twenty–five years of corporate governance research and accounting.

Review of Financial Economics, 10, 191-212. Denis, D., and McConnell J. (2003), International corporate governance. ECGI, working

paper No.5.

Dahya, J., McConnell, J. and N. Travlos .2002. “The Cadbury Committee,

Corporate Performance and Top-Management Turnover, Journal of Finance 57,

461-483/

Effendi, Muharief. 2005. Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja

Perusahaan. Jurnal Akuntansi Pemerintah

Fama, Eugene F., 1980, Agency Problems and the Theory of the Firm, Journal of

Political Economy 88, 715-732.

Fama, Eugene F., and Kenneth R. French. 1993. Common Risk Factors in the Returns on

Stocks and Bonds, Journal of Financial Economics 33, 3-56.

Fama, Eugene F., and Kenneth R. French. 1996. Multifactor Explanations of Asset

Pricing Anomalies, Journal of Finance 51, 55-84.

Fama, Eugene F., and Michael C. Jensen, 1983, Separation of Ownership and Control,

Journal of Law and Economics 26, 301-325.

Fama, Eugene F., and James D. Macbeth.1973. Risk, Return and Equilibrium: Empirical

tests. Journal of Political Economy 81, 607-636.

Fama, E.F., and M. Jensen (1983), “Separation of ownership and control”, Journal of

Law and Economics 88, 301-325

20

Fama, E .1985. “What’s different about banks?”, Journal of Monetary Economics 15, 29-

39.

Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan PLS.

Badan Penerbit Undip. Edisi 2.

Hair, Joseph F., et al. 2010. Multivariate Data Análisis. Prentice-Hall,Inc.,New Jersey

Lev, Baruch and Zarowin Paul. 1999. The Boundaries of Financial Reporting and How to

Extend Them. Journal of Research Accounting.

Jensen, M., & Meckling, W. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs

and ownership structure.Journal of Financial Economics,3, 305– 360.

Jensen, M. 1986. “Agency costs of free cash flow, corporate finance and

takeovers”, American Economic Review 76, 323-39.

Jensen, M. 1993. The modem industrial revolution, exit and the failure of internal control systems. Journal of Finance 48, 831-880.

Kelly, J., Cook, C., & Spitzer, D. 1999. Unlocking shareholder value: The keys to

success. New York: KPMG LLP.

McConnell, J. J., & Servaes, H. 1990. Additional evidence on equity ownership and

corporate value.Journal of Financial Economics, 27, 595–612.

McConnell, J.J., and Servaes, H. 1995. Equity ownership and the two faces of

debt. Journal of Financial Economics 39, 131-157.

Miller, D., and Breton, L. Isabelle.2006. Family Governavce and Firm performance: Agency, Stewardship, and Capabilities Family Businesses Review, XIX no 1.

Myers, S. 1977. Determinants of Corporate Borrowing.Journal of Financial

Economics 5,147–175.

Pantaliz, Christos., dan Park, Chung,. 2006. Agency Cost and the Undeerlying Causes of

Mispricing: Informasi Asymetry versusuy Conflict of Interest.

www.google.com.

Pearce, J. A. and Zahra, S. A. 1991. The relative power of CEOs and boards of

directors: associations with corporate performance. Strategic Management

Journal 12, 135-53.

Ross, S.A. 1977. The determination of financial structure: the incentive signaling

approach,” Bell Journal of Economics and Management Science 8, 23-40.

Singh, M and W. N. Davidson III .2003. Agency costs, ownership structure and

corporate governance mechanisms. Journal of Banking & Finance 27, 793-816.

21

Stulz R. 1990. Managerial Discretion and Optimal Financing Policies.” Journal of

Financial Economics, 26, 3-28.

Weisbach, M. 1988. Outside directors and CEO turnover”, Journal of Financial

Economics 20, 431-60.

22

CURRICULUM VITAE

1. Full Name : Linda. SE. M.Si. Ak

2. Date Of Birth : 25 May 1977

3. Gender : Female

4. Address : Jl. A.Rauf No.4 Sektor Utara Darussalam Banda-Aceh 23111

Hp 085277601505; E–Mail:[email protected]

5. NIP : 19770525 200501 2 003

6. Jurusan/Prodi : Accountancy/S-1

7. Faculty : Ekonomic. Syiah Kuala University

8.Education Background:

No Education Graduate Specialist

1 Graduate 2000 Accountancy

2 Postgraduate 2004 Accountancy

9. Research that has been presented

No Date Title Presented at

1 3-4 Oktober

2004

Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku dan

Total Arus Kas dengan Market Value:

Penilaian Model Harga

International Conference,

Bengkulu-Indonesia; as a

presenter.

2 2-3 Desember

2004

The Relationships of Accounting Profit.

Book Value and Cash Flow to the Total

Market Value: (Value Relevance of

Accounting Studies)

National Accountancy

Symposium VII,

Denpasar; as a presenter.

3 22 November

2007

The influence of Budget Participation on

Agency Relationships Accounting System

(SAI) and the Performance Accountability

System for Government Agencies (SAKIP)

with the Budget Execution Accountability

Lokal Seminar

Syiah Kuala University -

Banda Aceh; as a

presenter.

4 4-5 November

2008

Corporate Social Responsibility and Firm

Performance: Sustainability Reporting

Policies

2th Accounting

Conference, 1st Doctoral

Colloquium; as a

presenter.

5 25-26

November

2010

Agency Problem and Firm Performance Malaysia-Indonesia

International Conference

on Economic management

and Accounting; as a

presenter

6 20-23 Juli 2011 Audit Committee and Frm Performance:

Agency Theory or Stewarship Theory

SNA XIV, Banda Aceh;

as a presenter

23

10. Publication

No Year Journal Title

1 2005 Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,

Vol.8 No.3 September 2005

The Relationships of

Accounting Profit. Book

Value and Cash Flow to

Total Market Value: (Value

Relevance of Accounting

Studies)

2. 2010 Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 9, Nomor

2, Agustus 2010

Firm performance in

Agency Theory and

Signaling Theory

Perspective

Banda Aceh, 15 Juni 2012

Linda, SE, M.Si, Ak

24

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa artikel yang berjudul :

Mekanisme Corporate Governance dan Biaya Agensi

Belum pernah dikirimkan dan belum pernah dipublikasikan dalam jurnal lain.

Banda Aceh, 15 Juni 2012

Linda, SE, M.Si, Ak

25

Banda Aceh, 15 Juni 2012

Kepada Yth

Panitia SNA XV Banjarmasin

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Bersama ini saya kirimkan usulan paper saya untuk Symposium Nasional Akuntansi XV

di Banjarmasin.

Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Linda, SE, M.Si, Ak