20
35 Bab 4 Merantau dan Bekerja di Jayapura Pengantar Orang Makassar pertama kali datang dan berdomisili di Jayapura sejak tahun 1964. Kedatangan mereka ke Jayapura, merupakan wujud pelaksanaan perintah Trikora, yang dikumandangkan Presiden Sukarno. Sehingga mereka yang datang ketika itu adalah sukarelawan yang terdiri dari para dokter, perawat, guru, dan para teknisi. Namun seiring perkembangan pembangunan di Jayapura, maka pada tahun-tahun 1970-an hingga 1980-an. Orang Makassar yang datang ke Jayapura bukan lagi sukarelawan, melainkan para nelayan dan pedagang. Dengan demikian sejak saat itu mulai muncul wirausaha-wirausaha orang Makassar di Jayapura. Sedangkan pada tahun-tahun 1990-an hingga tahun 2000-an (saat ini). Orang Makassar yang datang ke Jayapura, yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan di Makassar. Sehingga tujuan kedatangan mereka tidak lain adalah mencari kerja, dan bekerja di Jayapura 1 . Diantara orang Makassar yang datang pada tahun 1990-an hingga tahun 2000-an. Ada nama Rauf Muchsin, Muhajdril Ismail, Sulaiman Baco, Jalnudin Ramli dan Nursama Asmi. Mereka merupakan contoh orang Makassar yang hingga saat ini masih berdomisili di Jayapura, dan telah mapan menjalani kehidupan di Jayapura. 1 Sejarah ini, diceritakan oleh Bapak Julham, pada wawancara tanggal 17 September 2012.Bapak Julham adalah salah satu sesepuh orang Makassar di Jayapura, yang sedang mengarap buku sejarah orang Makassar di Jayapura, dengan Judul “Berawal dari sukarelawan hingga pengangguran”.

Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

  • Upload
    vodung

  • View
    220

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

35

Bab 4

Merantau dan Bekerja di Jayapura

Pengantar

Orang Makassar pertama kali datang dan berdomisili di Jayapura sejak tahun 1964. Kedatangan mereka ke Jayapura, merupakan wujud pelaksanaan perintah Trikora, yang dikumandangkan Presiden Sukarno. Sehingga mereka yang datang ketika itu adalah sukarelawan yang terdiri dari para dokter, perawat, guru, dan para teknisi.

Namun seiring perkembangan pembangunan di Jayapura, maka pada tahun-tahun 1970-an hingga 1980-an. Orang Makassar yang datang ke Jayapura bukan lagi sukarelawan, melainkan para nelayan dan pedagang. Dengan demikian sejak saat itu mulai muncul wirausaha-wirausaha orang Makassar di Jayapura.

Sedangkan pada tahun-tahun 1990-an hingga tahun 2000-an (saat ini). Orang Makassar yang datang ke Jayapura, yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan di Makassar. Sehingga tujuan kedatangan mereka tidak lain adalah mencari kerja, dan bekerja di Jayapura1.

Diantara orang Makassar yang datang pada tahun 1990-an hingga tahun 2000-an. Ada nama Rauf Muchsin, Muhajdril Ismail, Sulaiman Baco, Jalnudin Ramli dan Nursama Asmi. Mereka merupakan contoh orang Makassar yang hingga saat ini masih berdomisili di Jayapura, dan telah mapan menjalani kehidupan di Jayapura. 1 Sejarah ini, diceritakan oleh Bapak Julham, pada wawancara tanggal 17 September 2012.Bapak Julham adalah salah satu sesepuh orang Makassar di Jayapura, yang sedang mengarap buku sejarah orang Makassar di Jayapura, dengan Judul “Berawal dari sukarelawan hingga pengangguran”.

Page 2: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

36

Untuk itu, pada pembahasan ini akan membahas tentang pengalaman mereka merantau dan bekerja di Jayapura. fokus pembahasan pada bagian ini, terbagai atas tiga bagian, yaitu potret kehidupan mereka di daerah asal (Makassar), kemudian proses mereka merantau, dan kehidupan awal mereka di Jayapura.

Potret Informan di Daerah Asal Rauf Muchsin, Muhajdril Ismail, Sulaiman Baco, Jalnudin Ramli

dan Nursama Asmi, merupakan migran Makassar, yang menjadi informan dari penelitian ini. Karena itu, bagian ini akan memberikan gambaran tentang latar belakang, dan konsisi keluarga mereka. Serta sekilas mengenai profesi mereka di daerah asal.

Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang berasal dari kampung nelayan Mariso, Makassar Sulawasi Selatan. Muchsin lahir pada tanggal 3 juni 1971, di rumahnya di kampung Mariso. Dia terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Avaf dan Ibu Hannah.

Ayah dari Muchsin berprofesi sebagai nelayan, dan ibunya membantu menafkahi keluarga dengan membuka warung makan di rumah mereka. Penghasilan kedua orang tuanya cukup terbatas, hal ini sesuai dengan pengakuan Muchsin dalam penggalan wawancara berikut;

“Soal penghasilan orang tua saya, saya tidak bisa prediksi. Cuma saya tahu kalau penghasilan mereka rendah. Karena bayangkan saja, untuk beli pakian seragam SMP saja, Bapa sampai harus jual dia punya radio kesayangan. Jadi kalau mau bilang rendah, ya..memang rendah”.

Walaupun penghasilan orang tuanya terbatas, tetapi dia sangat

bersyukur memiliki orang tua seperti Bapak Avaf dan Ibu Hannah. Karena di tengah keterbatasan ekonomi keluarga yang mereka alami, orang tuanya tetap mengusahakan pendidikan baginya, hingga tamat dari sekolah menengah atas (SMA), pada tahun 1991. Hal inilah yang

Page 3: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

37

dianggap Muchsin sebagai salah satu bekal berharga dari kedua orang tuanya yang kini telah tiada.

Sebelum Muchsin merantau dan berdomisili di Kota Jayapura. Muchsin sempat menganggur selama tiga bulan, setelah dia tamat dari bangku sekolah. Ketika itu, Muchsin hanya mengisi waktunya dengan mencari dan melamar pekerjaan, sambil membantu mengelola usaha warung makan dan kios milik ibunya. Tetapi karena kondisi demikian tak kunjung berubah, akhirnya dia memutuskan untuk merantau ke Jayapura.

Sahabat Muchsin yang juga menjadi wirausaha di Kota Jayapura adalah Muhajril Ismail. Ismail merupakan orang asli Makassar yang berasal dari daerah Mamajang. Ismail lahir pada tanggal 21 desember 1972, dan terlahir sebagai anak pertama dari dua orang bersaudara. Ayah dari Ismail bernama bapak Zainal Junaid, dan ibunya bernama Nurul Mukhlisah.

Kedua orang tua dari Ismail berprofesi sebagai pedagang, dan memiliki pendapatan yang tidak menentu. Hal ini seperti yang diceritakan oleh Ismail dalam kutipan wawancara berikut;

“Saya ingat betul kalau dulu bapa jualan ikan, dan mama jualan baju-baju. penghasilan juga tidak menentu, kadang bagus, kadang tidak. Jadi kondisi ekonomi keluarga juga waktu itu pas-pasan, tapi jujur saja dulu itu untuk beli beras saja, biasa harus utang, kalau sudah ada uang baru bayar”.

Sebagai seorang anak yang dilahirkan oleh keluarga yang memiliki

kondisi ekonomi yang tidak menentu, Ismail patut mengucap syukur. Karena walaupun dia harus menjalani hidup yang penuh perjuangan dan keterbatasan. Tetapi dia dapat merasakan dan menempuh pendidikan hingga tamat dari sekolah menengah atas (SMA).

Setelah tamat dari bangku sekolah, Ismail kemudian bekerja sebagai seorang juru saji pada salah satu restoran di Makassar. Dari pekerjaannya ini, Ismail mendapat penghasilan perbulannya sebesar Rp 200.000/bulan. Itulah profesi awal yang ditekuni Ismail, sebelum akhirnya merantau ke Kota Jayapura.

Page 4: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

38

Migran Makassar lainnya yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu Sulaiman Baco. Baco merupakan pria kelahiran Panambungan Makassar, 27 April 1970. Baco lahir sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Hamdan dan Ibu Jumaeda, yang berprofesi sebagai pedagang. Karena itu, pendapatan keluarga mereka juga tidak menentu, hal itu seperti yang diakui oleh Baco, dalam kutipan wawancara berikut;

“saya punya bapa dulu buka warung coto dan kondro, kalau mama bikin kue atau roti baru jual. Kita punya penghailan tergantung hasil jualan dari bapa dan mama. Jadi waktu itu saya biasa terlambat bayar uang sekolah, dan juga saya tidak bisa kuliah”.

Walaupun Baco memiliki impian untuk bisa menempuh pendidikan di

perguruan tingggi. Tetapi karena keterbatasan ekonomi keluarga, akhirnya dia harus puas sebagai tamatan sekolah menengah atas (SMA). Itulah ijasah terakhir yang dimiliki Baco, dari pendidikan formal yang ditempuhnya.

Dengan ijasah SMA yang dimilikinya, Baco ketika itu bercita-cita ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Tetapi karena tidak tembus dalam seleksi PNS di Makassar. Akhirnya Baco memutuskan untuk merantau ke Kota Jayapura.

Teman baik Baco yang juga menjadi informan dalam penelitian ini adalah Jalnudin Ramli. Ramli lahir pada tanggal 18 April 1971, di desa Lette, Makassar, Sulawesi Selatan. Dia terlahir sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Amin dan Ibu Nurjanah, yang berprofesi sebagai pegawai honorer, di salah satu unit pelayanan kesehatan di Makassar (sekarang disebut, UPTD PUSKESMAS).

Kendati kedua orang tuanya adalah pegawai honorer, namun hal itu tidak menjamin tingkat pendapatan keluarganya. Karena menurut Ramli;

“Biar mama dan bapa saya itu bekerja sebagai pegawai di puskesmas. Tapi namanya juga pegawai di puskesmas, jadi ya gajinya juga paling pas-pas untuk makan. Untuk kebutuhan lainnya seperti bayar sekolah saya dan Ridwan itu biasanya mereka pinjam dari puskesmas baru nanti dikembalikan pelan-pelan”.

Page 5: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

39

Kehidupan pereokonomian keluarga yang pas-pasan, tidak membuat Ramli gentar dalam belajar. Buktinya dia mendapat prestasi terbaik dari sekolahnya, dan diberikan kesempatan untuk masuk secara gratis pada salah satu perguruan tinggi negeri di Makassar. Tetapi sayangnya karena keterbatasan orang tua untuk membiayai kuliahnya lebih lanjut, akhirnya dia tidak dapat menyelesaikan kuliahnya, dan harus puas dengan ijasah SMA yang dimilikinya.

Sesaat setelah dia putus kuliah, dia lalu memilih profesi sebagai supir ambulance di salah satu puskesmas di Makassar. Penghasilan yang diterimanya ketika itu sebesar Rp 150.000/bulan. Profesi inilah yang dikerjakan oleh Ramli sebelum akhirnya merantau dari Makassar, Ke Kota Jayapura.

Selain pria, ada juga wanita asal Makassar yang menjadi informan dalam peneltian ini. Wanita itu adalah Nursama Asmmi, yang merupakan istri dari Ridwan (adik kandung dari Ramli). Nursana Asmi lahir di desa Masale Makkasar, pada tanggal 12 Maret 1977. Dia terlahir sebagai anak pertama dari tiga orang bersaudara dan merupakan anak perempuan tunggal dari pasangan Bapak Yusuf dan Ibu Sulminah.

Sebagai seorang anak sulung, Asmi cukup memahami kondisi perekonomian keluarganya, yang ketika itu hanya bergantung dari penghasilan ayahnya sebagai pegawai di perkebunan swasta. Hal ini seperti yang dia sampaikan berikut;

“keluarga saya waktu itu hanya mengharapkan penghasilan dari bapa saya, karena ibu saya tidak kerja. Bapa waktu itu kerja sebagai pegawai di perkebunan swasta. Gajinya tidak besar, jadi biasanya kita cuma makan makanan hasil kebun. Biar uang yang ada bisa pakai bayar sekolah saya dan adik-adik saya”.

Di antara mereka berlima, Nursama Asmi adalah yang kurang

beruntung dalam hal pendidikan. Karena dia terpaksa harus putus sekolah setelah lulus dari sekolah menengah pertama (SMP), demi membantu ayahnya untuk mengurus kedua adiknya, setelah ibunya meninggal.

Page 6: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

40

Sekalipun Asmi kurang beruntung dalam hal pendidikan, tetapi dia lebih beruntung dalam hal pekerjaan. Karena setelah Asmi memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya, pada tahun 1995, Asmi langsung mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan marmer di kampungnya. Penghasilan yang diterima Asmi dari pekerjaannya tersebut, yaitu sebesar Rp 250.000/bulan.

Merantau Ke Kota Jayapura

Mengapa Muchsin, Ismail, Baco, Ramli, dan Asmi memilih untuk merantau, dan bagaimana mereka dapat merantau ke Kota Jayapura. Jawaban atas kedua pertanyaan itulah, yang akan menjadi fokus pembahasan pada bagian ini. Artinya bagian ini akan membahas secara empiris alasan para informan merantau, dan proses mereka merantau ke Kota Jayapura.

Merantau Untuk Bekerja

Kisah merantau dari Muchsin, diawali pada suatu siang di pertengahan bulan Oktober 1991, ketika Muchsin sedang menjaga kios milik ibunya. Pada saat itu dia sedang asik membaca surat kabar, tiba-tiba datang seorang pembeli menyapanya. Muchsin lalu menoleh ke arah pembeli itu, dan ternyata pembeli itu adalah Arijal Yusman, kerabat dari Muchsin yang sudah dua tahun merantau dan bekerja di Jayapura.

Mereka kemudian saling bercakap-cakap, seraya melepas rindu dan membagi cerita. Dalam percakapan itulah, Muchsin menceritakan bahwa dia belum mendapat pekerjaan, walaupun telah tiga bulan lulus dari SMA. Mendengar hal itu, Yusman tergugah untuk membantu Muchsin. Yusman lalu menawarkan Muchsin untuk ikut dengannya ke Jayapura, dan bekerja di sana.

Niat baik Yusman, disambut gembira oleh Muchsin yang ketika itu memang sangat membutuhkan pekerjaan. Muchsin kemudian mendiskusikan tawaran itu dengan ibunya, ketika hendak makan malam. Mengetahui hal itu, Ibunya dengan yakin mengijikan Muchsin

Page 7: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

41

untuk pergi merantau, karena ibunya tahu betul bahwa Muchsin sudah terbiasa bekerja keras sejak ayahnya meninggal pada tahun 1987 (ketika Muchsin berada di bangku kelas tiga SMP). Dengan adanya persetujuan Ibunya, akhinya pada penghujung bulan Oktober 1991, Muchsin bersama dengan Yusman bertolak menuju Kota Jayapura dengan menggunakan kapal KM. UMSINI.

Dalam wawancara bersama Muchsin, dia lalu mengemukakan alasanya merantau adalah sebagai berikut;

“saya merantau dari Makassar, karena memang di Makassar, saya tidak punya pekerjaan, dan saya mau ke Jayapura karena Yusman cerita kalau di Jayapura banyak orang Makassar yang sukses-sukses, dan saya yakin bahwa saya juga pasti bisa sukses di sini.

Cerita yang senada juga disampaikan oleh Baco, yang ditemui di

rumahnya. Menurut Baco, sejak dia masih menempuh pendidikan di SMA, dia memang sudah berkeinginan untuk bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Sehingga begitu lulus SMA, Baco kemudian mencoba mengikuti tes PNS, untuk wilayah Makassar.

Tetapi sepertinya kenyataan berbicara lain, karena Baco akhirnya dinyatakan tidak lulus dalam tes pegawai negeri itu. Kenyataan itu membuat Baco begitu terpukul dan sering murung. Melihat kondisi anaknya demikian, orang tua Baco tidak tinggal diam. Mereka kemudian menghubungi bapak Aliudin. Bapak Aliudin adalah adik dari ibunya Baco, yang telah bekerja sebagai guru di Jayapura, sejak tahun 1988.

Tujuan orang tua Baco menghubungi bapak Aliudin adalah agar bapak Aliudin bersedia membawa Baco, guna mengikuti tes PNS di Jayapura. Mengetahui keinginan orang tua dari Baco, bapak Aliudin lalu berangkat ke Makassar untuk menjemput Baco. Setelah tiba di Makassar, bapak Aliudin kemudian berdiskusi Baco, sambil terus meyakinkannya untuk ikut ke Jayapura. Pendekatan yang dilakukan oleh pamanya, membuat Baco akhirnya bersedia ikut ke Jayapura. Dengan demikian pada pertengahan bulan November 1990, berbekal

Page 8: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

42

doa dari kedua orang tuanya, Baco lalu berangkat bersama pamannya, dengan mengunakan pesawat udara, menuju Kota Jayapura.

Untuk itu, Baco kemudian mengungkapkan alasan dia merantau dari Makassar ke Jayapura, adalah sebagai berikut;

“jadi kalau kau tanya; mengapa saya merantau dari Makassar ke sini? ya,,jelas, karena saya tidak ada pekerjaan, dan saya ke sini, waktu itu untuk cari pekerjaan. Tapi kalau kau tanya kenapa saya mau ke Jayapura? itu karena ada om saya, dan juga karena om saya bilang waktu itu, di sini, gampang jadi PNS, makanya saya mau ikut om Ali ke sini”.

Itulah alasan yang membuat Baco akhirnya memutuskan untuk

merantau ke Jayapura. Seperti halnya Baco, Asmi juga memiliki alasan yang tidak jauh berbeda. Hal ini seperti yang dia tuturkan pada pengalan wawancara berikut;

“Alasan saya tinggalkan Makassar, karena di sana, saya dan suami sudah tidak punya pekerjaan lagi, dan saya ambil keputusan untuk ke sini karena ada abang Ramli yang mau kasi pekerjaan untuk saya dan suami saya”.

Pernyataan ini disampikan oleh Asmi, setelah dia bercerita bahwa

pada awalnya, dia dan suaminya bekerja pada salah satu perusahaan marmer di Makassar. Namun perusahaan itu kemudian harus ditutup, karena terbentur masalah perizinan dan utang. Hal itu membuat Asmi dan suaminya harus menerima kenyataan pahit, yaitu kehilangan pekerjaan mereka, dan menanggung hidup sebagai pengangguran.

Menurut Asmi, pada kondisi demikian, dia dan suaminya merasa begitu berat menjalani hari-hari kehidupan mereka, bahkan sempat merasa kuatir akan hari depan mereka. Namun semua itu seolah sirna, setelah Ramli (kakak ipar dari Asmi), menghubungi mereka via telepon, lalu menawari mereka untuk bekerja di Jayapura. Atas tawaran tersebut, Asmi dan suaminya kemudian berangkat ke Jayapura, pada bulan april tahun 2001, dengan menggunakan kapal laut.

Page 9: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

43

Dari alasan yang telah dikemukakan baik oleh Asmi, Baco, maupun Muchsin. Dapat dikatakan bahwa ketika mereka berada di Makassar, mereka tidak memiliki pekerjaan. Sehingga mereka memilih untuk merantau ke Jayapura, agar dapat memperoleh pekerjaan, dan nafkah.

Merantau Demi Penghasilan Lebih Baik

Terkadang dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai kenyataan bahwa ada orang yang bekerja dengan keras, tetapi justru penghasilannya rendah. Kenyataan semacam inilah yang dialami oleh Ramli, ketika dia masih bekerja sebagai supir ambulance, pada salah satu PUSKESMAS, di Makassar. Karena walaupun tiap hari Ramli harus mengantar dan menjemput pasien yang ada di PUSKESMAS, tetapi dia hanya diberi gaji sebesar Rp 150.000 tiap bulan.

Meski demikian, pekerjaan sebagai supir ambulance, tetap dia kerjakan secara bertanggung jawab. Hingga pada suatu sore, ketika dia sedang asik mencuci mobil ambulance, di pelataran rumahnya, tiba-tiba dia dihampiri oleh seorang tukang pos, yang kemudian memberika sepucuk telegram. Ketika dia Membaca telegram itu, dia begitu senang, karena telegram itu berasal dari Baco, dan berisi tawaran pekerjaan.

Tanpa membuang-buang waktu, Ramli langsung pulang dan membicarakan hal itu dengan orang tuanya. Akhirnya setelah mempertimbangkan tentang masa depan dari anaknya, orang tua Ramli kemudian mengijinkan Ramli untuk pergi merantau. Dengan restu itulah, maka Ramli lalu berangkat ke Jayapura untuk menemui Baco, pada bulan April 1994.

Terkait alasan mengapa Ramli memilih untuk merantau, adapun penyampainnya berikut;

“sebelum saya ke sini, saya kerja jadi supir mobil ambulance di puskesmas. cuma namanya juga supir ambulance di puskesmas, biar kerjannya banting tulang juga tapi soal gaji yang dihitung cuma,

Page 10: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

44

golongan berapa, punya tanggungan keluarga atau tidak, pegawai tetap atau honorer, dan lain-lain. Jadi karena saya belum menikah dan juga pegawai honor, makanya gaji yang saya terima hanya kecil saja. Jangankan untuk makan satu bulan, beli rokok saja mungkin tidak cukup. Untung waktu itu saya masi tinggal dengan orang tua, jadi soal makan saya tidak pikir. Karena gaji saya di sana kecil jadi saya mau ikut Baco ke sini, soalnya waktu itu Baco mau kasi gaji besar untuk saya, hampir empat kali lipat dari gaji saya di Makassar. jadi saya mau ke sini bukan saja karena ada Baco, tapi karena di sini saya dapat gaji besar”.

Cerita yang kurang lebih sama, juga disampikan oleh Ismail, yang

merupakan sahabat dari Muchsin. Menurut Ismail, dia pertama kali menginjakan kaki di Kota Jayapura pada bulan mei 1994. Dia berangkat ke Kota Jayapura bersama dengan Muchsin, dengan menggunakan kapal laut.

Keputusannya untuk merantau ke Jayapura berawal dari pertemuanya dengan Muchsin, dua hari setelah upacara pemakaman Ibunda dari Muchsin. Ketika itu, Ismail datang ke rumahnya Muchsin sebagai kawan untuk menghibur rasa duka dari Muchsin. Mereka kemudian bercerita, seraya menghabiskan waktu dipelataran rumah dari Muchsin. Cerita mereka kemudian berujung pada tawaran pekerjaan dari Muchsin. Dengan adanya tawaran itulah, sehingga Ismail lalu memutuskan untuk berangkat ke Jayapura.

Berikut merupakan alasan Ismail merantau, yang dia ungkapkan ketika penulis mewawancarainya;

“waktu itu saya memang sudah mau berheti kerja dari rumah makan dan cari pekerjaan lain. Habis biar saya sudah kerja dua tahun juga saya punya gaji cuma 150/bulan. Jadi waktu Muchsin tawar saya kerja dengan dia di sini, saya terima. Karena dia mau kasi saya gaji yang dua kali lebih besar, waktu itu kalau tidak salah 450/bulan. Itu yang bikin sampai mau pindah ke sini”.

Dari berbagai alasan yang telah disampikan oleh Ismail maupun

Ramli. Nampak bahwa permasalah utama mereka di daerah asal (Makassar) adalah minimnya penghasilan yang mereka peroleh.

Page 11: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

45

Permasalahaan inilah yang membuat sehingga mereka memilih untuk merantau, guna memperoleh penghasilan yang lebih baik.

Kehidupan Awal Di Jayapura

Setelah mengetahui tentang bagaimana dan mengapa para informan merantau. Tentu muncul pertanyaan di benak kita tentang dimana awalnya mereka tinggal di Kota Jayapura, dan apa profesi awal mereka di Kota Jayapura. Serta bagaimana cara mereka bergaul di Kota Jayapura. Untuk menjawab pertanyan-pertanyaan itu, maka pembahasan pada bagian ini akan memberikan penjelasan secara empiris tentang tempat tinggal serta profesi awal mereka di Jayapura. Serta cara mereka bergaul dengan sesama Makassar, dan warga lainnya di Kota Jayapura.

Memulai Langkah Bersama Teman/Kerabat

Perjalanan menuju Kota Jayapura, ditempuh oleh Muchsin dan temannya (Yusman), selama empat hari. Mereka tiba di Kota Jayapura, pada malam hari, dan langsung menuju tempat kos dari Yusman, yang terletak di daerah Waena. Di tempat itulah, Muchsin kemudian bermalam untuk pertama kalinya di Kota Jayapura.

Keesokan harinya, Yusman lalu mendaftarkan Muchsin, untuk dapat bekerja bersamannya, di salah satu perusahaan penambangan golongan c, yang terletak di daerah padang bulan. Berkat bantuan dari Yusman, akhirnya Muchsin dapat diterima bekerja sebagai staf pemasara. Untuk itu, Muchsin resmi diterima sebagai karyawan pada perusahaan tersebut, terhitung mulai tanggal 28 Oktober 1991.

Hari berikutnya, Yusman dan Muchsin bergegas untuk bertemu dengan pemilik kos, guna meminta satu kamar kos bagi Muchsin. Melalui pertemuan dan perundingan dengan pemiliki kos, akhirnya Muchsin diijinkan untuk menghuni kamar kosong, yang berada persis di sebelah kamar dari Yusman. Kamar ini kemudian menjadi tempat tinggal Muchsin yang pertama di Kota Jayapura.

Page 12: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

46

Pada bulan Mei 1993, Yusman mengalami suatu kecelakan lalu lintas serius, dan akhirnya meninggal. Peristiwa itu sangat membuat Muchsin terpukul, dan sangat sedih. Untuk menghilangkan rasa kerinduannya terhadap Yusman, akhirnya pada bulan juni 1993, Muchsin memutuskan untuk pindah dari tempat kosnya, dan mengontrak sebuah rumah di daerah padang bulan.

Belum ada setahun Muchsin pindah ke rumah barunya, dia harus segera pulang ke Makassar, karena ibundanya meninggal. Setelah mengikuti upacara pemakaman ibunya, Muchsin akhirnya kembali ke Jayapura, guna melanjutkan usaha rumah makan yang telah dia rintis sejak Maret 1993. Pada saat dia kembali ke Jayapura, dia tidak sendiri, tetapi dia ditemani oleh sahabatnya, Ismali.

Muchsin dan Ismail melakukan perjalanan dari Makassar, ke Jayapura selama empat hari. Begitu mereka tiba di Jayapura, mereka kemudian menuju rumah kontrakan dari Muchsin. Karena rumah kontrakan tersebut, terdiri dari tiga kamar tidur, maka Muchsin lalu mengijinkan Ismail untuk menempati satu kamar di rumah itu. Sejak saat itulah, Ismail tinggal bersama dengan Muchsin di rumah kontrakan itu.

Setelah puas beristrihat selama seharian, maka pada hari berikutnya mereka lalu mengunjungi rumah makan milik Muchsin. Mereka kemudian membagi tugas untuk membersihkan tempat itu, dan mempersiapkan bahan-bahan untuk membuka kembali rumah makan tersebut. Dengan persiapan yang mereka lakukan, maka pada hari berikutnya, mereka dapat membuka kembali rumah makan itu. Sejak saat itulah, Ismail resmi bekerja pada usaha milik sahabatnya itu.

Pada akhir tahun 1996, karena Muchsin telah menikah dengan ulfah, dan mereka harus tinggal bersama. Sehingga Ismail akhirnya memilih untuk pindah dari kontrakan itu, dan menyewa satu kamar kos, di daerah Merpati-Abepura. Tetapi pada saat itu, Ismail tetap bekerja di usaha rumah makan milik Muchsin.

Page 13: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

47

Jika Ismail harus mengawali langkahnya dengan tinggal bersama Muchsin di rumah kontrakan, maka tidak demikian dengan Baco. Karena setelah Baco tiba di Jayapura, bersama dengan pamannya. Dia langsung diboyong untuk tinggal bersama pamannya, di rumah yang cukup megah, yang berada di daerah Furia Kota Raja. Baco kemudian diminta untuk tetap tinggal bersama paman dan tantenya, karena mereka tidak memiliki anak. Akhrinya selama di Jayapura Baco memutuskan untuk tinggal di rumah pamannya.

Walaupun Baco tinggal di rumah megah, tapi dia tidak seberuntung Ismail, yang langsung mendapat pekerjaan. Karena ketika dia tiba di Jayapura, pendaftaran pegawai negeri di Jayapura, sudah ditutup. Hal itu membuat Baco tentu harus menunggu waktu pendaftaran pegawai negeri berikutnya. Untuk mengisi waktu, Baco kemudian membuat kue dan menjualnya di depan rumah pamanya. Kegiatan ini ternyata memberikan penghasilan yang memuaskan pada Baco. Sehingga Baco akhirnya terus menekuni profesinya ini, dan tidak lagi tertarik untuk menjadi pegawai negeri.

Pada tahun 1994, ketika usaha dari Baco telah berkembang cukup besar. Dia lalu mendatangkan Ramli dari Makassar dengan mengunakan kapal laut. Sesudah Ramli tiba di Jayapura, Baco segera menjemput dan membawanya untuk tinggal di salah satu tempat kos di daerah Abepura. Tempat kos itu memang sengaja dipersiapkan oleh Baco sebagai tempat tinggal Ramli.

Setelah dua hari Ramli beristrahat, dia lalu menemui Baco, untuk mendapat penjelasan tentang pekerjaan apa yang harus dia lakukan. Baco kemudian memberikan penjelasan pada Ramli tentang tugasnya, yaitu sebagai penjaga toko kue milik Baco. Pada hari itulah Ramli memulai pekerjaannya sebagai penjaga toko kue. Itulah profesi awal Ramli di Kota Jayapura.

Setelah kurang lebih lima bulan Ramli bekerja sebagai penjaga toko kue, dia lalu mendapat tugas baru dari Baco. Tugas atau pekerjaan baru yang diemban oleh Ramli adalah menjemput kue dari para

Page 14: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

48

distributor, dan mengantar kue kepada pelanggan. Profesi ini ditekuni oleh Ramli selama kurang lebih tiga tahun.

Tahun 1997, Setelah Ramli menikah, dia lalu memutukan untuk mendirikan usaha sendiri. Berselang empat tahun kemudian, Ramli mendengar kabar bahwa adiknya (Ridwan) dan istri adiknya (Asmi), kehilangan pekerjaan mereka. Sebagai kakak, tentu Ramli berkewajiban untuk membantu adiknya itu. Dengan demikian dia berinisiatif mendatangkan Ridwan dan Asmi ke Jayapura.

Tetapi sebelum Ramli mendatangkan Ridwan dan Asmi ke Jayapura. Terlebih dahulu Ramli menyiapkan tempat tinggal bagi mereka. Tempat tinggal yang disediakan oleh Ramli adalah salah satu rumah sewa yang terletak di daerah pasar lama Abepura. Sehingga ketika Ridwan dan Asmi tiba di dermaga Jayapura, Ramli langsung mengiring mereka menuju rumah sewa itu. Disanalah Ridwan dan Asmi tinggal untuk pertama kalinya di Kota Jayapura.

Tiga hari kemudian, Ramli mengajak Ridwan dan Asmi untuk pergi ke toko miliknya, yang merupakan tempat kerja Ridwan dan Asmi nantinya. Sesampainya mereka di toko itu, Ramli lalu menjelaskan tentang keberdaan toko itu, dan bagaimana nantinya Ridwan dan Asmi bekerja. Melalui penjelasan Ramli, mereka berdua lalu mengerti pekerjaan apa yang harus mereka lakukan. Sejak saat itulah Ridwan dan Asmi, dipercaya oleh Ramli, untuk mengelola tokonya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pekerjaan (profesi) awal Asmi di Jayapura, adalah sebagai penjaga toko.

Menjadi Anggota IKBM

Setelah seminggu tinggal dan bekerja di Kota Jayapura, Asmi meresakan kurang nyaman. Karena walaupun di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja mereka, banyak dijumpai orang Makassar. Tetapi orang Makassar yang mereka jumpai, selalu bersikap seolah acuh dan tak pernah menyapa Asmi dan suaminya. Kondisi ini lalu dikeluhkan oleh Asmi pada Ramli, ketika mereka mengunjungi Ramli dan Istrinya.

Page 15: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

49

Menanggapi hal itu, Ramli tersenyum lalu menceritakan bahwa dulu ketika pertama kali dia datang ke Jayapura, dia juga mengalami hal yang sama. Kemudian Baco mengajaknya untuk ikut bergabung sebagai anggota Ikatan Keluarga Besar Makassar (IKBM) di Kota Jayapura. Sejak saat itulah, dia dikenal dan diperlakukan selayaknya saudara oleh orang Makassar yang ada di Jayapura. Untuk itu, Ramli menyarankan pada Asmi dan suaminya untuk ikut dengannya pada silaturami IKBM yang akan diadakan pada tiga hari berikut. Saran dari Ramli diterima dengan baik oleh Asmi dan suaminya. Sehingga berselang tiga hari berikut, mereka kemudian mengikuti Ramli untuk pergi ke silaturami IKBM.

Dalam silaturahmi itu, Asmi dan suaminya diminta untuk mengisi formulir ke-anggotaan, dan memperkenalkan diri di hadapan para anggota IKBM yang hadir. Akhirnya sejak saat itu, mereka resmi menjadi anggota IKBM, dan dikenal oleh orang Makassar yang ada di Jayapura. Dengan demikian mereka tidak lagi diacuhkan oleh orang-oarng Makassar yang mereka temui, baik di tempat kerja, maupun tempat tinggal mereka.

Cerita dari Asmi, dibenarkan oleh Ramli dan Baco, ketika mereka ditemui di Café Prima Garden Abepura. Dalam pertemuan itu, Baco bercerita bahwa pada awalnya dia mengetahui adanya organisasi IKBM, karena diperkenalkan oleh Pamannya. Kemudian dia dapat bergabung menjadi anggota IKBM, karena dia diajak oleh pamanya, untuk mengikuti silaturahmi IKBM. Berikut kutipan pengakuan Baco;

“Waktu om Ali cerita-cerita tentang IKBM, saya itu tidak terlalu pusing untuk dengar. Terus Om Ali bilang saya ikut Om ke Silaturahmi IKBM, memang waktu itu saya bilang iya, tapi saya sebenarnya mau cari alasan untuk tinggal. Tapi waktu Om bilang kalau di sini orang Makassar semua itu anggota IKBM, jadi kalau saya tidak mau jadi anggota IKBM, nanti pas saya susah mereka tidak mau bantu. Saya dengar itu, langsung saya mau ikut Om ke silaturahmi itu, dan saya akhirnya jadi anggota”.

Page 16: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

50

Setelah Baco menceritakan kisahnya, Baco lalu menambahkan bahwa ketika Ramli baru datang dan bekerja di Jayapura. Ramli sempat mengalami kondisi yang sama dengan Asmi, yaitu diacuhkan oleh beberapa orang Makassar yang sering datang ke toko kue miliknya. melihat kondisi itu Baco sadar bahwa para pelanggan dari sesama Makassar, bersikap demikian pada Ramli, karena mereka mengira Ramli bukan orang Makassar. Untuk itu, dia lalu mengajak Ramli ke silaturahmi IKBM, dan memasukan Ramli sebagai anggota IKBM. Pada saat itulah Ramli mulai dikenal dikalangan orang Makassar yang ada di Jayapura. Cerita ini dibenarkan oleh Ramli, yang mengatakan;

“Apa yang Baco bilang itu betul, bulan pertama waktu saya baru datang ke sini. Orang-orang Makassar macam tidak mau tegur saya. Tapi setelah Baco ajak saya ke silaturahmi IKBM, terus saya perkenalkan diri kalau saya juga orang Makassar. Baru mulai dari situ, kalau mereka datang ke toko, mereka tegur dan bicara-bicara dengan saya, padahal sebelumnya te’na (tidak).

Apa yang dialami oleh Ramli, juga dialami oleh Ismail, ketika dua

bulan pertama dia bekerja di rumah makan milik Muchsin. Pada waktu itu, Ismail mengaku begitu merasa seperti diacuhkan oleh sesama orang Makassar yang datang ke rumah makan itu. Karena walaupun mereka (pelangan orang Makassar) telah mengenalnya sebagai sahabat Muchsin yang datang dari Makassar. Tetapi setiap kali mereka datang ke rumah makan itu, mereka selalu bersikap acuh padanya.

Melihat situasi yang terjadi, dia kemudian bertanya pada Muchsin, mengapa orang-orang itu bersikap demikian. Dari penjelasan Muchsin, barulah dia tahu bahwa hal itu terjadi karena dia belum menjadi anggota IKBM. Dengan demikian dia lalu memutukan untuk menjadi anggota IKBM Jayapura. Hal seperti yang dia sampaikan dalam kutipan wawancara berikut;

“saya waktu itu rasa macam bagaimana begitu, karena setiap orang Makassar kalau datang ke warung, selalu tanya mana Muchsin?, kalau saya bilang Muchsin keluar, mereka langsung diam saja. Padahal kalau ada Muchsin, mereka biasa cerita banyak. Saya pertama kira, itu biasa, karena mereka belum kenal. Tapi saya pikir

Page 17: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

51

lagi, masa setiap kali mereka datang itu Muchsin sudah bilang kalau saya ini dia punya teman dari Makassar. Tapi mereka tetap saja sikap seperti itu, terus dua bulan lebih saya kerja di situ, masa belum cukup kenal? Apalagi ada beberapa orang makassar yang hampir tiap hari makan di warung itu. saya lihat begitu, saya tahu ada yang tidak beres, jadi saya tanya Muchsin. Terus Muchsin bilang, kalau di sini itu, orang Makassar biasanya anggap orang Makassar yang tidak gabung di IKBM, itu orang yang tidak tahu diri, dll. Dari situ saya tahu, mereka buat begitu ke saya, karena saya belum gabung dengan IKBM. Makanya saya langsung tanya Muchin, bagaimana bisa jadi anggota IKBM. Muchin bilang cukup datang satu kali di silaturahmi IKBM, terus perkenalkan diri dan isi formulir. Saya dengar itu dan pas silaturahmi IKBM bulan Februari 1995, saya langsung ikut dan daftar jadi anggota. Dari situ baru kelihatan orang-orang Makassar yang biasa datang ke warung itu, terus bikin muka tembok, akhirnya mulai akrab dengan saya”.

Itulah cerita yang dituturkan oleh Ismail, dalam wawancara di

kediamannya. Cerita ini kembali dipertegas oleh Muchsin, sehari kemudian, ketika penulis mewawancari Muchsin. Menurut Muchin, dia memang menyampaikan pada Ismail, seperti apa yang Ismail sampaikan. Karena, ketika dia baru datang ke Jayapura, Yusman juga menjelaskan hal yang sama untuknya. Hal ini seperti yang dia sampaikan dalam kutipan wawancara berikut;

“saya pertama tidak mau bergabung dengan IKBM, karena saya pikir; saya datang untuk kerja, bukan untuk ikut segala macam. Tapi akhirnya saya gabung dengan IKBM, karena Yusman bilang ke saya; ‘Muchsin, kita ini kan dirantau, jadi kita harus cari teman, makanya kau harus ikut IKBM, supaya orang makassar lain bisa kenal kau, dan anggap kau juga orang Makassar, biar kalau kau susah, mereka mau bantu’. Kata-kata itu juga yang saya pakai untuk ajak ismail gabung dengan IKBM”.

Demikianlah pemaparan dari Muchsin, Ismail, Baco, Ramli, dan Asmi tentang mengapa dan bagaimana mereka menjadi anggota IKBM. Untuk membuktikan Apa yang telah mereka sampaikan, penulis

Page 18: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

52

kemudian mewawancarai Bapak Haji JR, selaku ketua umum IKBM Jayapura.

Dalam wawancara bersama Bapak Haji JR, di rumahnya. Bapak Haji JR menjelaskan bahwa organisasi IKBM, merupakan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Kota Jayapura. Tujuan organisasi IKBM didirikan adalah untuk menghimpun dan memberdayakan masyarakat Makassar, agar tercipta kekerabatan, keharmonisan dan kesejahkteraaan hidup warga Makassar di Jayapura.

Untuk itu, sejak didirikan pada tahun 1980-an, IKBM selalu aktif menghimpun warga Makassar yang ada di Kota Jayapura. Dia menambahkan bahwa untuk menjadi anggota IKBM, tidak memerlukan biaya ataupun syarat-syarat yang sulit. Syarat utama untuk menjadi anggota IKBM adalah harus berasal dari daerah Makassar. Kemudian, syarat kedua adalah sekali mengikuti kegiatan silaturahmi IKBM, dan mengisi formulir keanggotaan IKBM.

Bapak Haji JR juga menjelaskan bahwa walaupun hingga saat ini, anggota IKBM yang terdaftar dari segala usia, telah mencapai 28.652 jiwa. Tetapi IKBM selalu berusaha untuk mengakomodir semua kepentingan anggotanya, baik dalam bidang usaha, maupun karir politik. Menurutnya, IKBM dapat memainkan peran demikian bagi anggotanya, karena IKBM memiliki anggota yang terdiri dari segala profesi (wirausaha, PNS, birokrat, legeslatif, eksekutif, POLRI, TNI, dll). Sehingga memungkinkan IKBM untuk mendapatkan sumber daya organisasi, dan akses terhadap kebijakan pemerintah. Terbuka Tetapi Tidak Berbaur

“Terbuka tetapi tidak berbaur”, itulah kata-kata yang digunakan oleh Bapak Julham untuk melukiskan kehidupan orang Makassar yang ada di Kota Jayapura. Bapak Julham mengatakan ini, ketika penulis menanyakan padanya mengenai, bagaimana orang Makassar membentuk relasi atau hubungan dengan warga masyarakat lainnya di Kota Jayapura (selain orang Makassar).

Page 19: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

53

Menurutnya, orang Makassar di Kota Jayapura pada umumnya hidup secara terbuka dengan warga masyarakat lainnya. Artinya, mereka tidak menutup diri terhadap warga masyarakat lainnya, yang datang untuk bergaul dengan mereka. Mereka akan dengan ramah menyambut kehadiran orang dari suku lain di rumah mereka, dan menghargai orang itu.

Tetapi sebaliknya, mereka justru jarang sekali untuk berbaur dengan warga masyarakat lainnya, di sekitar mereka. Artinya, mereka enggan untuk datang ke rumah, atau bergaul dengan warga lainnya. Mereka akan lebih memilih untuk diam di rumah, atau pergi bekerja, dari pada bergaul dengan masyarakat sekitar.

Apa yang dijelaskan oleh Bapak Julham, tidak jauh berbeda dengan penjelasan yang diberikan Bapak Teo (51), tetangga dari Muchsin. Menurutnya, Muchsin dan keluarga selama tinggal bertetangga dengannya, mereka hidup rukun dan saling menghargai. Tetapi memang Muchsin jarang sekali untuk keluar rumah dan berbaur dengan warga lainnya, seperti duduk bercanda gurau bersama, atau main gaplek bersama.

Penjelasan yang senada juga disampikan oleh Bapak Viktor (57), yang merupakan tetangga dari Baco. Menurut Bapak Viktor, selama dia bertetangga dengan paman dari Baco, hingga saat ini Baco. Dia hanya melihat mereka berbaur dengan warga, ketika ada kerja bakti, atau pertemuan di lingkungan itu. Tetapi dia tidak pernah melihat Baco, atau pamannya, datang bertamu di rumah lainnya, yang ada di lingkungan mereka.

Kenyataan yang sama juga penulis temui selama melakukan pengamatan terhadap rutinitas dari Muchsin dan Baco. Karena dari hasil pengamatan selama lebih dari dua minggu. Penulis mendapati bahwa sehari-hari Baco dan Muchsin lebih sering sibuk mengurusi usaha dan keluarganya. Apabila ada waktu sengang bagi mereka, mereka lebih memilih untuk pergi ke rumah teman atau kerebat mereka sesama orang Makassar.

Page 20: Merantau dan Bekerja di Jayapura - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/5/T2... · Muchsin adalah salah satu wirausaha di Kota Jayapura yang ... Kisah merantau

54

Rutinitas keseharian yang sama juga ditunjukan oleh Ramli, Ismail dan Asmi. Tetapi dalam khasus mereka bertiga, penulis cukup memaklumi keadaan itu. Karena bila ditinjau dari posisi tempat tinggal, Ramli dan Ismail tidak dapat berinteraksi dengan warga lainnya karena tempat tinggal mereka yang berada dibibir jalan raya Sentani-Jayapura, dan tidak tergabung atau jauh dari pemukiman warga lainnya. Sedangkan bila Asmi jarang berinteraksi dengan warga lainnya, hal itu lebih karena lingkungan tempat tinggal Asmi, di pasar lama Abepura. pada umumnya dihuni oleh orang Makasssar.