1
18 | MINGGU, 17 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Merayakan Merayakan Revolusi Portugal drama yang menunjukkan kehidupan bangsa Portugis zaman dahulu di kota terse- but. Drama yang seluruhnya dimainkan warga yang beru- sia 30 tahun ke atas tersebut Redaksi menerima tulisan dan hasil karya kamu. Kirimkan ke: [email protected] Cantumkan subjek: KOM untuk komunitas. JUR (Jurnalistik) untuk naskah dari tim jurnalistik kampus/SMA/ SMP. CREA (Creative Move) hadir tiga kali sebulan. Kirimkan karya desain produk, komik, artwork, dan lain-lain. FOTO (Klinik Foto) hadir sebulan sekali. Kirimkan foto-foto terbaik kalian untuk di-review. FOTO-FOTO: DOK REZA Benteng Vredeburg setelah 250 Tahun mendapat antusiasme yang meriah dengan berkali-kali tepuk tangan pengunjung. Selain berbagai pertunjukan seni, ada berbagai permainan tradisional yang saya ingat per- CREATIVE MOVE PARTISIPASI B ERUNTUNG saya berkesempatan meli- hat langsung perayaan Implementation of the Republic Portugal ke-100. Meskipun berbeda dengan Hari Kemerdekaan Portugal setiap 1 Desember, masyarakat Portugal tetap memelihara makna revolusi penggulingan monarki menjadi republik pada 5 Oktober tersebut. Sejarah Portugal memang menarik dengan lika-liku se- putar perang, kemerdekaan, pengakuan, hingga penjajah- an. Apakah sejarah hubungan dengan Indonesia termasuk di dalamnya? Kalau dibaca lagi, sejarah kerajaan Portugal pernah tidak diakui, hingga menjadi daerah kekuasaan Spanyol. Pada tang- gal tersebut, Raja Alvonso VII mengakui keberadaan kerajaan Portugal 1143. Selain itu, sea- bad lalu, bentuk negara Portu- gal berubah menjadi republik dalam sebuah revolusi besar tahun 1910. Sejak seminggu sebelumnya, di city center kota berpenduduk terpadat ketiga di Portugal, Braga, telah didirikan stan-stan tradisional dalam rangka mem- peringati tanggal yang menjadi titik balik bentuk pemerintahan negara Portugal. Warga menge- nakan pakaian tradisional sambil menjual sayur-mayur, sembako, mainan tradisional, berbagai kerajinan tradisional, hingga memajang mobil pem- adam kebakaran kuno di tengah pusat kota tersebut. Ternyata, acara puncak akan dimulai pukul 14.30 hingga 17.00. Untuk Portugal, yang selisih 7 jam lebih lambat, tentu waktu tersebut masih belum terlalu sore. Carla Sousa, anggota march- ingband yang ternyata sekam- pus dengan saya di Universi- dade do Minho, menjelaskan pada acara puncak, ia bersama teman-temannya akan unjuk kebolehan di panggung yang terletak di satu sudut tempat tersebut. Sambil menunggu acara pun- cak, saya menghampiri satu kerumunan lain. Ternyata ada pertunjukkan tari tradisional dari Group Folclorico Dr Gon- calo Sampaio. Bukan hanya remaja, tapi anggotanya mulai dari anak 10 tahun hingga kakek dan nenek-nenek. Tiba- tiba, di satu sesi, mereka me- narik para penonton untuk menari bersama. Satu sudut yang lain, ada SAYA melihat banyak sekali tutup botol yang dibuang peda- gang minuman di depan sekolah. Saya berpikir, mungkin tutup botol tersebut bisa dikembangkan dan enggak kebuang gitu saja. Maka, jadilah pin lucu ini. Pin ini saya gunakan sebagai ornamen baju yang saya desain. Butuh waktu satu sampai dua minggu untuk menyelesaikannya di tengah-tengah kegiatan sekolah. Tetapi, karena pin ini saya memenangi kompetisi lomba fesyen tersebut, sebagai juara favorit. ALAT DAN BAHAN: Tutup botol soft drink Karton/kardus bekas yang tebal Lem tembak Gunting Tinta timbul Cat pylox Peniti CARA MEMBUAT: Bahan utama yang digunakan adalah tutup botol soft drink. Sesudah dikumpulkan, tutup-tutup botol soft drink dicuci terlebih dulu. Dhenok Pratiwi Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Penulis SEJAK dibangun pada 1760, Loji Gede atau Benteng Vre- deburg menyimpan ban- yak reeksi sejarah bangsa ini. Salah satu situs paling dikenal di Yogyakarta ini menawarkan pengalaman wisata sejarah bagi pengunjung- nya. Begitu memasuki pelataran benteng, kita akan disambut bangunan bergaya arsitektur kolonial. Sebagai situs sejarah, Benteng Vredeburg memiliki koleksi sangat lengkap. Koleksi dibagi empat, yaitu bangunan, realia, foto, miniatur, replika, lukisan, serta minirama. Koleksi bangu- nan terdiri atas selokan, jembatan, tembok atau benteng, pintu gerbang, serta bangunan di bagian tengah. “Pengelola Museum Benteng Vredeburg mengemban tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, pe- nelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberi bimbingan edukatif tentang sejarah bangsa,” tutur Kepala Museum Benteng Vredeburg, Sri Ediningsih. Selain sebagai situs sejarah, Vredeburg kini juga dimanfaat- kan sebagai lokasi event berskala lokal, nasional, maupun inter- nasional. Misalnya lokasi pergelaran Festival Seni Yogyakarta setiap tahun. Otomatis ini menjadikan benteng sebagai salah satu ikon pengembangan kebudayaan di Yogyakarta. “Saya mendapat pengetahuan yang banyak tentang kebu- dayaan dan sejarah Indonesia hanya dengan sekali kunjungan ke Vredeburg. Saya harap bisa mengunjunginya lagi kelak,” komentar Patrick, 33, turis Australia. Riwayat Awalnya Vredeburg dinamai Rustenberg, artinya ‘Benteng Peristirahatan’. Setelah direhabilitasi seusai gempa 1876, na- manya diganti menjadi Vredeburg. Bangunan kuno ini awalnya dipakai Belanda sebagai markas pasukan. Namun pada 1811- 1816, dikuasai Inggris yang sempat menguasai Indonesia. Pada 1942, Vredeburg jatuh ke tangan Jepang yang memanfaatkan- nya sebagai gudang senjata dan mesiu, tahanan politik, dan markas kempetai yang terkenal kejam. Pada saat gema proklamasi tercetus, Benteng Vredeburg tu- rut menjadi salah satu aset asing yang dinasionalisasi tentara Indonesia. Namun, untuk benar-benar menguasai benteng secara penuh, Indonesia harus berusaha lebih keras karena Belanda merebutnya kembali saat agresi militer. Akan tetapi, benteng kembali jatuh ke tangan Indonesia seba- gai dampak Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Perjanjian Roem Royen. Sejak dikelola militer Indonesia, benteng dijadikan tem- pat tahanan terkait peristiwa gugurnya Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono. Namun, Ki Hajar Dewantara mengusulkan untuk mengubah Vredeburg sebagai ajang kebudayaan. Ide itu direalisasikan setelah mantan Presiden Soeharto me- nyetujui pemugaran benteng dan bersedia menjadi pembina utama Yayasan Budaya Nusantara dan sekaligus memberikan dana. Benteng Vredeburg selanjutnya menjadi pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara. Benteng Vredeburg juga ditetapkan menjadi benda cagar budaya pada 1981. Menurut mantan Mendikbud Prof Dr Nugroho Notosusanto, pemugaran Benteng Vredeburg tidak dimaksudkan untuk me- lestarikan simbol keperkasaan dan kejayaan kolonial Belanda, melainkan untuk fungsi baru, yaitu sumber inspirasi perjuan- gan nasional bagi generasi mendatang. Jadi, mari berkunjung ke Vredeburg! (M-2) FOTO-FOTO: DOK DHENOK PRATIWI nah saya mainkan juga ketika kecil di Indonesia. Misalnya lempar gelang, lempar batu, atau mendorong roda dari besi dengan tongkat. Selain itu, saya sangat terkesan den- gan toko mainan tradisional yang menjual banyak alat per- mainan tradisional Indonesia. Jangan-jangan ini salah satu bentuk akulturasi budaya dari masa lalu hubungan Portugal- Indonesia. Semua warga terlihat me- nikmati dan sangat apresiatif sepanjang hari itu. Bahkan ketika sekawanan remaja ber- pakaian ala bangsawan berde- klamasi menceritakan sejarah Portugal, walaupun ada se- orang yang tidak begitu lan- car, warga tetap memberikan aplaus meriah. Dari hasil perbincangan dan pengamatan saya, tidak ada seorang pun yang tidak bangga berpartisipasi di selebrasi terse- but. Bahkan, seorang kenalan memohon-mohon foto hasil je- pretan saya dipasang di prolle picture Facebook-nya. Pengisi atau penonton, semua mem- baur dengan tertib dan meng- hargai. Ketika seorang difabel dengan kursi rodanya berada di tengah-tengah kerumunan, mereka minggir dan memper- silakan tempat terdepan. Akhirnya, sekitar pukul 17.20, saya beranjak pulang ber- sama beberapa warga. Aneh, biasanya acara seperti itu di Indonesia dipadati para rem- aja. Namun, tidak di Portugal. Hampir 75% pengunjung ada- lah mbah-mbah yang dengan semangat memainkan segala permainan tradisional, menari bersama, bertepuk tangan riuh, atau bercerita panjang lebar tentang sejarah. Tanggal tersebut bukan hanya peringatan. Namun, makna pe- mersatulah yang membuatnya tetap eksis dan menyemangati nasionalisme warga. Memori masa lalu bahwa mereka per- nah berjuang bersama untuk merdeka menjadi kekuatan agar tetap memelihara simbol- simbol tersebut. Sayang, semangat lansia yang ada di tempat tersebut tidak diimbangi para remaja. Lebih sayang lagi, tidak ada seorang pun yang saya ajak berbincang tahu tentang In- donesia. Namun, buat saya, hubungan masa lalu tidak lebih penting daripada apa yang akan kita buat saat ini untuk membuat masa depan lebih baik. (M-2) nah ke lem ata be itu ga yan ma Jan ben ma Ind nik sep ket pa kla Po ora car ap D pe seo ber bu me pre pic ata bau ha de di me sila A 17. sam S FOTO-FOTO: DOK REZA Ind aja Ha lah sem pe ber ata ten T pe me tet na ma na me ag sim S ya tid Le seo bia Kemudian beri warna dasar pada permu- kaan tutup botol dengan cat pylox. Setelah kering, hias dengan menggunakan tinta timbul sehingga akan muncul gambar- gambar yang timbul pada tutup botol saat sudah kering. Hiaslah sesuai dengan kreativi- tas kalian. Lalu, potong karton/kardus bekas yang tebal membentuk lingkaran untuk mengisi bagian belakang tutup botol yang cekung ke dalam. Tiap satu tutup botol memerlukan 2-3 lapis karton. Tempelah karton tersebut ke bagian cekungan tutup botol. Selanjutnya, tempelkan peniti pada karton yang sudah ditempel tadi. Bisa menggunakan lem tembak. Ternyata, tutup botol yang biasanya di- buang begitu saja bisa dibuat pin-pin yang cukup menarik. Pin bisa dipasang di pakaian, tas, kotak pensil, sesuai keinginan. Pin dari Tutup Botol Bekas Natalia Gunawan SMA Santa Theresia Pemenang Favorit Film and Fashion Binus International Competition 2010 Reza Praditya Yudha Erasmus Mundus External Cooperation Windows Student di Universidade do Minho, Portugal Penulis Menari, merayakan revolusi penggulingan monarki. Mainan tradisional Portugal. Drama kehidupan bangsa Portugis100 tahun lalu. FOTO-FOTO: DOK NATALIA

Merayakan Benteng Vredeburg setelah 250 Tahun Revolusi ... filedrama yang menunjukkan kehidupan bangsa Portugis zaman dahulu di kota terse-but. Drama yang seluruhnya ... menarik dengan

  • Upload
    vongoc

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Merayakan Benteng Vredeburg setelah 250 Tahun Revolusi ... filedrama yang menunjukkan kehidupan bangsa Portugis zaman dahulu di kota terse-but. Drama yang seluruhnya ... menarik dengan

18 | MINGGU, 17 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Merayakan Merayakan Revolusi Portugal

drama yang menunjukkan kehidupan bangsa Portugis zaman dahulu di kota terse-but. Drama yang seluruhnya dimainkan warga yang beru-sia 30 tahun ke atas tersebut

Redaksi menerima tulisan dan hasil karya kamu. Kirimkan ke: [email protected]

Cantumkan subjek: KOM untuk komunitas.JUR (Jurnalistik) untuk naskah dari tim jurnalistik kampus/SMA/SMP.CREA (Creative Move) hadir tiga kali sebulan. Kirimkan karya desain produk, komik, artwork, dan lain-lain.

FOTO (Klinik Foto) hadir sebulan sekali. Kirimkan foto-foto terbaik kalian untuk di-review.

FOTO-FOTO: DOK REZA

Benteng Vredeburg setelah 250 Tahun

mendapat antusiasme yang meriah dengan berkali-kali tepuk tangan pengunjung.

Selain berbagai pertunjukan seni, ada berbagai permainan tradisional yang saya ingat per-

CREATIVE MOVE

PARTISIPASI

BERUNTUNG saya berkesempatan meli-hat langsung pe rayaan Implementation of

the Republic Portugal ke-100. Meskipun berbeda dengan Hari Kemerdekaan Portugal setiap 1 Desember, masyarakat Portugal tetap memelihara makna revolusi penggulingan monarki menjadi republik pada 5 Oktober tersebut.

Sejarah Portugal memang menarik dengan lika-liku se-putar perang, kemerdekaan, pengakuan, hingga penjajah-an. Apakah sejarah hubungan dengan Indonesia termasuk di dalamnya?

Kalau dibaca lagi, sejarah kerajaan Portugal pernah tidak diakui, hingga menjadi daerah kekuasaan Spanyol. Pada tang-gal tersebut, Raja Alvonso VII mengakui keberadaan kerajaan Portugal 1143. Selain itu, sea-bad lalu, bentuk negara Portu-gal berubah menjadi republik dalam sebuah revolusi besar tahun 1910.

Sejak seminggu sebelumnya, di city center kota berpenduduk terpadat ketiga di Portugal, Braga, telah didirikan stan-stan tradisional dalam rangka mem-peringati tanggal yang menjadi titik balik bentuk pemerintahan negara Portugal. Warga menge-nakan pakaian tradisional sambil menjual sayur-mayur, sembako, mainan tradisional, berbagai kerajinan tradisional, hingga memajang mobil pem-adam kebakaran kuno di tengah pusat kota tersebut.

Ternyata, acara puncak akan dimulai pukul 14.30 hingga 17.00. Untuk Portugal, yang selisih 7 jam lebih lambat, tentu waktu tersebut masih belum terlalu sore.

Carla Sousa, anggota march-ingband yang ternyata sekam-pus dengan saya di Universi-dade do Minho, menjelaskan pada acara puncak, ia bersama teman-temannya akan unjuk kebolehan di panggung yang terletak di satu sudut tempat tersebut.

Sambil menunggu acara pun-cak, saya menghampiri satu kerumunan lain. Ternyata ada pertunjukkan tari tradisional dari Group Folclorico Dr Gon-calo Sampaio. Bukan hanya remaja, tapi anggotanya mulai dari anak 10 tahun hingga kakek dan nenek-nenek. Tiba-tiba, di satu sesi, mereka me-narik para penonton untuk menari bersama.

Satu sudut yang lain, ada

SAYA melihat banyak sekali tutup botol yang dibuang peda-gang minuman di depan sekolah. Saya berpikir, mungkin tutup botol tersebut bisa dikembangkan dan enggak kebuang gitu saja. Maka, jadilah pin lucu ini. Pin ini saya gunakan sebagai ornamen baju yang saya desain. Butuh waktu satu sampai dua minggu untuk menyelesaikannya di tengah-tengah kegiatan sekolah. Tetapi, karena pin ini saya memenangi kompetisi lomba fesyen tersebut, sebagai juara favorit.

ALAT DAN BAHAN: Tutup botol soft drink Karton/kardus bekas yang tebal Lem tembak Gunting Tinta timbul Cat pylox Peniti

CARA MEMBUAT: Bahan utama yang digunakan adalah tutup botol soft drink. Sesudah dikumpulkan, tutup-tutup botol soft drink dicuci terlebih dulu.

Dhenok PratiwiDepartemen Ilmu Komunikasi

Universitas Gadjah Mada

PenulisSEJAK dibangun pada 1760, Loji Gede atau Benteng Vre-deburg menyimpan ban-yak refl eksi sejarah bangsa ini. Salah satu situs paling dikenal di Yogyakarta ini menawarkan pengalaman wisata sejarah bagi pengunjung-nya. Begitu memasuki pelataran benteng, kita akan disambut bangunan bergaya arsitektur kolonial.

Sebagai situs sejarah, Benteng Vredeburg memiliki koleksi sangat lengkap. Koleksi dibagi empat, yaitu bangunan, realia, foto, miniatur, replika, lukisan, serta minirama. Koleksi bangu-nan terdiri atas selokan, jembatan, tembok atau benteng, pintu gerbang, serta bangunan di bagian tengah.

“Pengelola Museum Benteng Vredeburg mengemban tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, pe-nelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberi bimbingan edukatif tentang sejarah bangsa,” tutur Kepala Museum Benteng Vredeburg, Sri Ediningsih.

Selain sebagai situs sejarah, Vredeburg kini juga dimanfaat-kan sebagai lokasi event berskala lokal, nasional, maupun inter-nasional. Misalnya lokasi pergelaran Festival Seni Yogyakarta setiap tahun. Otomatis ini menjadikan benteng sebagai salah satu ikon pengembangan kebudayaan di Yogyakarta.

“Saya mendapat pengetahuan yang banyak tentang kebu-dayaan dan sejarah Indonesia hanya dengan sekali kunjungan ke Vredeburg. Saya harap bisa mengunjunginya lagi kelak,” komentar Patrick, 33, turis Australia.

RiwayatAwalnya Vredeburg dinamai Rustenberg, artinya ‘Benteng

Peristirahatan’. Setelah direhabilitasi seusai gempa 1876, na-manya diganti menjadi Vredeburg. Bangunan kuno ini awalnya dipakai Belanda sebagai markas pasukan. Namun pada 1811-1816, dikuasai Inggris yang sempat menguasai Indonesia. Pada 1942, Vredeburg jatuh ke tangan Jepang yang memanfaatkan-nya sebagai gudang senjata dan mesiu, tahanan politik, dan markas kempetai yang terkenal kejam.

Pada saat gema proklamasi tercetus, Benteng Vredeburg tu-rut menjadi salah satu aset asing yang dinasionalisasi tentara Indonesia. Namun, untuk benar-benar menguasai benteng secara penuh, Indonesia harus berusaha lebih keras karena Belanda merebutnya kembali saat agresi militer.

Akan tetapi, benteng kembali jatuh ke tangan Indonesia seba-gai dampak Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Perjanjian Roem Royen. Sejak dikelola militer Indonesia, benteng dijadikan tem-pat tahanan terkait peristiwa gugurnya Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono. Namun, Ki Hajar Dewantara mengusulkan untuk mengubah Vredeburg sebagai ajang kebudayaan.

Ide itu direalisasikan setelah mantan Presiden Soeharto me-nyetujui pemugaran benteng dan bersedia menjadi pembina utama Yayasan Budaya Nusantara dan sekaligus memberikan dana. Benteng Vredeburg selanjutnya menjadi pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara. Benteng Vredeburg juga ditetapkan menjadi benda cagar budaya pada 1981.

Menurut mantan Mendikbud Prof Dr Nugroho Notosusanto, pemugaran Benteng Vredeburg tidak dimaksudkan untuk me-lestarikan simbol keperkasaan dan kejayaan kolonial Belanda, melainkan untuk fungsi baru, yaitu sumber inspirasi perjuan-gan nasional bagi generasi mendatang. Jadi, mari berkunjung ke Vredeburg! (M-2)

FOTO-FOTO: DOK DHENOK PRATIWI

nah saya mainkan juga ketika kecil di Indonesia. Misalnya lempar gelang, lempar batu, atau mendorong roda dari besi dengan tongkat. Selain itu, saya sangat terkesan den-gan toko mainan tradisional yang menjual banyak alat per-mainan tradisional Indonesia. Jangan-jangan ini salah satu bentuk akulturasi budaya dari masa lalu hubungan Portugal-Indonesia.

Semua warga terlihat me-nikmati dan sangat apresiatif sepanjang hari itu. Bahkan ketika sekawanan remaja ber-pakaian ala bangsawan berde-klamasi menceritakan sejarah Portugal, walaupun ada se-orang yang tidak begitu lan-car, warga tetap memberikan aplaus meriah.

Dari hasil perbincangan dan pengamatan saya, tidak ada seorang pun yang tidak bangga berpartisipasi di selebrasi terse-but. Bahkan, seorang kenalan memohon-mohon foto hasil je-pretan saya dipasang di profi lle picture Facebook-nya. Pengisi atau penonton, semua mem-baur dengan tertib dan meng-hargai. Ketika seorang difabel dengan kursi rodanya berada di tengah-tengah kerumunan, mereka minggir dan memper-silakan tempat terdepan.

Akhirnya, sekitar pukul 17.20, saya beranjak pulang ber-sama beberapa warga. Aneh, biasanya acara seperti itu di Indonesia dipadati para rem-aja. Namun, tidak di Portugal. Hampir 75% pengunjung ada-lah mbah-mbah yang dengan semangat memainkan segala permainan tradisional, menari bersama, bertepuk tangan riuh, atau bercerita panjang lebar tentang sejarah.

Tanggal tersebut bukan hanya peringatan. Namun, makna pe-mersatulah yang membuatnya tetap eksis dan menyemangati nasionalisme warga. Memori masa lalu bahwa mereka per-nah berjuang bersama untuk merdeka menjadi kekuatan agar tetap memelihara simbol-simbol tersebut.

Sayang, semangat lansia yang ada di tempat tersebut tidak diimbangi para remaja. Lebih sayang lagi, tidak ada seorang pun yang saya ajak berbincang tahu tentang In-donesia. Namun, buat saya, hubungan masa lalu tidak lebih penting daripada apa yang akan kita buat saat ini untuk membuat masa depan lebih baik. (M-2)

nahkelematabeitugayanmaJanbenmaInd

niksepketpaklaPooracarap

Dpeseoberbumeprepicatabauhadedi mesila

A17.sam

S

FOTO-FOTO: DOK REZA

biaIndajaHalahsempeberataten

Tpemetetnamanameagsim

SyatidLeseo

bia

Kemudian beri warna dasar pada permu-kaan tutup botol dengan cat pylox. Setelah kering, hias dengan menggunakan tinta timbul sehingga akan muncul gambar-gambar yang timbul pada tutup botol saat sudah kering. Hiaslah sesuai dengan kreativi-tas kalian. Lalu, potong karton/kardus bekas yang tebal membentuk lingkaran untuk mengisi bagian belakang tutup botol yang cekung ke dalam. Tiap satu tutup botol memerlukan 2-3 lapis karton. Tempelah karton tersebut ke bagian cekungan tutup botol. Selanjutnya, tempelkan peniti pada karton yang sudah ditempel tadi. Bisa menggunakan lem tembak.

Ternyata, tutup botol yang biasanya di-buang begitu saja bisa dibuat pin-pin yang cukup menarik. Pin bisa dipasang di pakaian, tas, kotak pensil, sesuai keinginan.

Pin dari Tutup Botol Bekas

Natalia Gunawan ● SMA Santa Theresia ● Pemenang Favorit Film and Fashion Binus International Competition 2010

Reza Praditya YudhaErasmus Mundus

External Cooperation Windows Student

di Universidade do Minho, Portugal

Penulis

Menari, merayakan revolusi penggulingan monarki.

Mainan tradisional Portugal.

Drama kehidupan bangsa Portugis100 tahun lalu.

FOTO-FOTO: DOK NATALIA