37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi. Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 1

metabolisme air.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biokimia

Citation preview

Page 1: metabolisme air.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk

multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.

Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk

plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi

jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang

memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu

jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan

cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi.

Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh

manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat

juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.

Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya.

Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat,

400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100

ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,

konsumsi antara 8-10 gelas (1gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai

pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat Mengetahui Peran Cairan yang ada didalam Tubuh.

2. Dapat Mengetahui Fisiologi Keseimbangan Air dengan Elektrolit.

3. Dapat Mengetahui Distribusi Cairan di Tubuh.

1

Page 2: metabolisme air.docx

1.3 Manfaat

Memberikan informasi kepada pembaca tentang :

1. Peran Cairan yang ada didalam Tubuh.

2. Dapat Mengetahui Fisiologi Keseimbangan Air dengan Elektrolit.

3. Dapat Mengetahui Distribusi Cairan di Tubuh.

2

Page 3: metabolisme air.docx

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2

fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin

dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam

sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk

mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2)

dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang

terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain

sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung,

pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ

dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan

konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan

normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk

menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°C (Irawan,

2007). Semua cairan tubuh adalah air (larutan pelarut), substansi terlarut (zat

terlarut).

2.1.1 Air

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air

tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi

standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273.15 K (0°C). Zat

kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan

untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,

beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Anonim, 2010). Air

(H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh

manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.

3

Page 4: metabolisme air.docx

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat

berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada

bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi

usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan

seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun

yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badasedangkan pada wanita dewasa

50% berat badan.

Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di

dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat

badan orang dewasa. Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa

berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak

air jika dibandingkan tubuh non atlet. 1

Faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam tubuh :

a. Sel-sel lemak: Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan

peningkatan lemak tubuh.

b. Usia: Sesuai aturan, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.

c. Jenis kelamin: Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proposional,

karena lebih banyak mengandung lemak tubuh.

Tabel 2.1 Perubahan pada air dalam tubuh sesuai usia

4

Page 5: metabolisme air.docx

Untuk mempertahankan status hidrasi, setiap orang dalam sehari rata-rata

memerlukan 2.5 L air. Jumlah tersebut setara dengan cairan yang dikeluarkan

tubuh baik berupa keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja

(Irianto, 2007). Pemasukan air dalam tubuh terdiri dari air minum dan air yang

terkandung dalam makanan. Air metabolisme diproduksi oleh proses oksidasi

dari karbohidrat, protein, dan lemak. (Eastwood, 2003 ; Unit Pendidikan

Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Menurut

Eastwood (2003) 1 gram karbohidrat, protein, dan lemak masing-masing

memproduksi 0.60 gram, 0.41 gram, dan 1.07 gram air. Air yang diminum atau

air dalam makanan diserap di usus, masuk ke pembuluh darah, beredar ke seluruh

tubuh. Di kapiler air difiltrasi ke ruang interstisium, selanjutnya masuk ke dalam

sel secara difusi, dan sebaliknya, dari dalam sel keluar kembali. Dari darah

difiltrasi di ginjal dan sebagian kecil dibuang sebagai urin, ke saluran cerna

dikeluarkan sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali), ke kulit dan

saluran nafas keluar sebagai keringat dan uap air (Unit Pendidikan Kedokteran-

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007). Keringat dihasilkan

kelenjar keringat yang tersebar di sebagian besar kulit. Bila suhu tubuh

meningkat, secara refleks terjadi sekresi keringat. Komposisi air keringat mirip

dengan cairan ekstraseluler tetapi kadar garamnya lebih rendah (hipotonis).

Keringat lebih berperan sebagai pengatur suhu tubuh, bukan sebagai pengatur

cairan tubuh.

5

Page 6: metabolisme air.docx

Tabel 2.2 Jumlah pengeluaran cairan tubuh (mL)

6

Page 7: metabolisme air.docx

Kebutuhan air sangat dipengaruhi aktivitas fisik, suhu lingkungan serta

suhu tubuh (Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan FKUI, 2007; Eastwood, 2003). Bila udara panas, keringat lebih

banyak dihasilkan. Saat berolahraga atau kerja berat, dimana suhu tubuh

meningkat, dihasilkan pula keringat yang lebih banyak. Air berasal dari minuman,

makanan dan hasil metabolisme (karbohidrat, protein dan lemak) (Unit

Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007).

Namun menurut Eastwood (2003) selain dipengaruhi oleh suhu udara, kebutuhan

air dapat pula dipengaruhi oleh aktivitas, diet, dan kesehatan.

2.1.2 Elektrolit

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat

terlarut) yaitu elekt rolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah substansi yang

menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif

dan diukur dengan kapasitasannya untuk saling berikatan satu sama lain.

Elektrolit terdiri dari kation dan anion (Horne, 2001).

Elektrolit adalah molekul anorganik terlarut yang berperan sebagai ion

dalam konduksi aliran listrik.1 Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan

menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan

ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama

(diukur dalam miliekuivalen).2

1. Kation

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na)+, sedangkan

kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K)+. Suatu system

pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium

ini.

2. Anion

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl)- dan

bikarbonat (HCO3)-, sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah

ion fosfat (PO4)3-. Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan

7

Page 8: metabolisme air.docx

interstitial pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan

komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi

cairan intraseluler.2

a. Natrium

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling

berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma:

135-145mEq/liter. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa

mekanisme:

- Left atrial stretch reseptor

- Central baroreseptor

- Renal afferent baroreseptor

- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)

- Atrial natriuretic factor

- Sistem renin angiotensin

- Sekresi ADH

- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau

40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine

100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap

hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).3

Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial

maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium

(muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan

dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma

akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan

cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume

plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.

b. Kalium

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler

berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.

8

Page 9: metabolisme air.docx

Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-

ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan

protein didalam sel.5

Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3

mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+

ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter

dan keringat 10 mEq/liter.

c. Kalsium

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%

dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini

tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium

sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da

hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan

ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel. 3

d. Magnesium

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk

pertumbuhan +10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.

e. Karbonat

Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu

hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit

sekalibikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh

paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.3

Non elektrolit merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak

terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan

bilirubin.2

9

Page 10: metabolisme air.docx

Gambar 2.1 Susunan Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler

2.2 Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit

Air adalah senyawa esensial untuk semua makhluk hidup dan mempunyai

beberapa karakteristik fisiologik:

- Media utama pada reaksi intrasel

- Diperlukan oleh sel untuk mempertahankan kehidupan. Hampir semua reaksi

biokimia tubuh terjadi dalam media air, sehingga dapat dikatakan bahwa air

merupakan pelarut untuk kehidupan.

- Pelarut terbaik untuk solut polar dan ionik.

- Media transpor pada sistem sirkulasi, ruang di sekitar sel (ruang intravaskuler,

interstisium), dan intra sel.

- Mempunyai panas jenis, panas penguapan, dan daya hantar panas yang tinggi

sehingga berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh.1

Total body water (air tubuh total) dapat ditentukan melalui beberapa

perhitungan yang menerapkan teknik dilusi dengan menggunakan berbagai zat

seperti duterium, tritium, dan antipirin. Penentuan jumlah cairan ekstrasel

biasanya diukur secara langsung akan tetapi lebih sulit dibandingkan pengukuran

air tubuh total. Hal ini disebabkan bahan yang digunakan dalam proses dilusi

harus hanya terdapat pada cairan ekstrasel dan tersebar pada seluruh

10

Page 11: metabolisme air.docx

kompartemen ekstrasel.Beberapa cara mengukur kompatemen cairan tubuh,

yaitu:1

a. Pengukuran cairan kompartemen tubuh berdasarkan konsentrasi suatu zat di

dalam kompartemen:

b. Dalam melakukan pengukuran jumlah air di kompartemen, perlu dilakukan

perhitungan (koreksi) zat zat yang dieskresikan dalam kurun waktu yang

dibutuhkan oleh zat tersebut sejak disuntikkan dan terdistribusi ke dalam

kompatemen.

c. Untuk mengukur volume cairan kompartemen, diperhitungkan zat tertentu yang

terdistribusi dengan sendirinya di dalam kompartemen. Sementara pengukuran

volume kompartemen yang tidak mengandung zat tertentu, dilakukan dengan

melakukan pengurangan.1

- Untuk mengukur jumlah total air tubuh (total body water, TBW) dibubuhkan zat

deuterium atau disebut deuterated water (D2O), tritium atau disebut tritiated water

(THO), dan antipirin.

- Volume ekstraseluler (extracellular fluid volume, ECFV) diukur dengan

melakukan pemberian label dengan inulin, sukrosa, mannitol dan sulfat.

- Volume plasma (plasma volume, PV) diukur dengan melakukan pemberian label

radioaktif, yaitu radiolabeled albumin atau zat warna biru Evans (Evans blue dye

yang berikatan dengan albumin).

- Volume intraselular (intracellular fluid volume, ICFV) diukur dengan

melakukan substraksi :

11

Page 12: metabolisme air.docx

- Volume cairan interstisium (interstitial fluid volume, ISFV) diukur dengan melakukan

substraksi :

Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55-60% dari berat badan dan persentase ini

berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin dan umur. Pengaruh

terbesar berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Kandiungna air di dalam sel lemak

lebih rendah dibandingkan kandungan air dalam sel otot, sehingga cairan tubuh total pada

orang yang gemuk lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk. Pada bayi dan anak,

persentase cairan tubuh total lbih besar dibanding dengan orang dewasa dan akan

menurun sesuai dengan pertambahan usia. Pada bayi prematur jumlah cairan tubuh total

sebesar 70-75% dari berat badan, sedangkan pada bayi normal dan pada orang dewasa

sebesar 55-60% dari berat badan. Kadar lemak pada wanita umumnyalebih bayak

dibadning dengan pria, sedangkan kadar air pada pria lebih besar dari pada wanita. Makin

tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya meningkat sedngkan jumlah airnya makin

berkurang. 1

Bila diperkirakan sekitar 55% berat tubuh merupakan air, maka perhitungan

cairan tubuh total menggunakan rumus :

Perhitungan ini hanya berlaku untuk individu dalam keadaan keseimbagnan air

tubuh normal. Untuk orang dewasa obesitas hasil penghitungan rumus ini dikurangi 10%,

sedangkan untuk orang kurus ditambahkan 10%. Pada keadan dehidrasi berat, air tubuh

total berkurang sekitar 10% maka pada keadaan dehidrasi berat air tubuh total dihitung

dengan menggunakan rumus:

Perhitungan di atas tidak dapat digunakan pada keadaan edema karena kemungkinan

kesalahan sangat besar.

12

Page 13: metabolisme air.docx

2.3. Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan

kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan

intravaskular dan intersisial.

a. Cairan intraselular

Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada

orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di

intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan

sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya

merupakan cairan intraselular.4

Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler melalui membran

sel. Air, elektrolit, komponen nutrisi dan produk sisa harus melewati membran

untuk mempertahankan fungsi sel. 10

Tiap kompartemen mempunyai elektrolit utama yaitu kation natrium dan

anion klorida dan bikarbonat pada cairan ekstraseluler sedangkan pada cairan

intraseluler terdiri dari kation utama kalium dan anion fosfat.

13

Page 14: metabolisme air.docx

b. Cairan ekstraselular

Gambar 2.2Distribusi Cairan Intraseluler

Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif

cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar

setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,

jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total.

Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70

kg. Cairan ekstraselular dibagi menjadi 3 :

Cairan Interstitial

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar

11- 12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume

interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2

kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.4

14

Page 15: metabolisme air.docx

Cairan Intravaskular

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya

volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L

dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah

merah, sel darah putih dan platelet.4

Cairan transeluler

Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu

seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular

dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan

transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak

dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.4

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada

perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun

perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan

tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah,

maka resiko penderita menjadi lebih besar.2

Cairan ekstrasel berperan sebagai :

- Pengantar semua keperluan sel (nutrien, oksigen, berbagai ion, trace mierals,

dan regulator hormon/molekul).

- Pengangkut CO2 sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah

mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.1

Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus,

masuk ke pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler,

air mengalami filtrasi ke ruang interstisium dan selanjutnya masuk ke dalam sel

melalui proses difusi, sebaliknya air dari dalam sel keluar kembali ke ruang

interstisium dan masuk ke pembuluh darah.Pergerakan air juga meliputi filtrasi air

di ginjal (sebagian kecil dibuang sebagai urin), ekskresi air ke saluran cerna

sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali) serta pergerakan air ke kulit

dan saluran nafas yang keluar sebagai kerinat dan uap air. Pergerakan cairan

tersebut bergantung kepada tekanan hidorostatik dan osmotik. 1

15

Page 16: metabolisme air.docx

Diagram 2.1 Distribusi Cairan dalam Tubuh

Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus,

masuk ke pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler,

air mengalami filtrasi ke ruang interstisium dan selanjutnya masuk ke dalam sel

melalui proses difusi, sebaliknya air dari dalam sel keluar kembali ke ruang

interstisium dan masuk ke pembuluh darah.Pergerakan air juga meliputi filtrasi air

di ginjal (sebagian kecil dibuang sebagai urin), ekskresi air ke saluran cerna

sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali) serta pergerakan air ke kulit

dan saluran nafas yang keluar sebagai kerinat dan uap air. Pergerakan cairan

tersebut bergantung kepada tekanan hidorostatik dan osmotik. 1

2.4 Perubahan Cairan Tubuh

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1. Perubahan volume

16

Page 17: metabolisme air.docx

Gambar 2.3 Perubahan Volume

a. Defisit volume

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh

yang paling umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah

kehilangan cairan di gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare

dan drainase fistula. Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada

cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan

luka bakar. Keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda

gangguan pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang

lambat lebih dapat ditoleransi sampai defisi volume cairan ekstraselular yang

berat terjadi.5

Dehidrasi

Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari

natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau

hipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling

siring terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar

5-10% dari kasus.7

Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir

sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium

besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen

17

Page 18: metabolisme air.docx

ekstravaskular. Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan

cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan

hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak

dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di

kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga

menyebabkan penurunan volume intravascular. 7

Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan

dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis).

Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium

yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular

berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan

volume intravaskular. 7

18

Page 19: metabolisme air.docx

Tabel 2.3 Tanda-tanda Klinis Dehidrasi

Table 2.4 Derajat Dehidrasi

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan

kebutuhan cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang

berlangsung.9

19

Page 20: metabolisme air.docx

Tabel 2.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit.9

Tabel 2.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar 7

Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan, cairan

rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung disesuaikan. 8

Cara rehidrasi :

1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang

diberikan (D) = derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc

2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40

cc/kgBB/24 jam atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)

3. Pemberian cairan :

a. 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot)

b. 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot)

b. Kelebihan volume

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenik

20

Page 21: metabolisme air.docx

(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl

ataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupun

dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal

jantung kongestif.5.9

Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi

jumlah NaCl tetap atau berkurang.

2. Perubahan konsentrasi

Hiponatremia

Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,

letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L

maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh

euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal,

diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).

Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ = 125 mg/L) atau NaCl

3% sebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.12 Koreksi

hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahanlahan,

sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. 19

Untuk menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:

Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)

Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan

Na0 = Na serum yang aktual

TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)

21

Page 22: metabolisme air.docx

Hipokalemia

Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium

dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total kalium

tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG

(QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal,

poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi

(alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infus potasium klorida sampai 10 mEq/jam

(untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam

dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan

EKG, kelemahan otot yang hebat). 6

Rumus untuk menghitung defisit kalium :

K = kalium yang dibutuhkan

K1 = serum kalium yang diinginkan

K0 = serum kalium yang terukur

BB = berat badan (kg)

Hiperkalemia

Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atau

obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik).

Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan

otot) dan system kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk hiperkalemia

dapat berupa intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100

mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis. 6

22

Page 23: metabolisme air.docx

3. Perubahan komposisi

Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg) Kondisi ini

berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkan ventilasi alveolar

pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat dari ventilasi yang tidak adekuat

termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis, pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi

abdomen atas, distensi abdomen dan penggunaan narkose yang berlebihan.

Manajemennya melibatkan koreksi yang adekuat dari defek pulmonal, intubasi

endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila perlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene

trakeobronkial saat post operatif adalah sangat penting. 5,6

Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg) Kondisi ini disebabkan

ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi yang dibantu. Pada fase akut,

konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis terjadi sebagai hasil dari penurunan

PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang mendasari

termasuk sedasi yang sesuai, analgesia, penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik,

dan koreksi defisit potasium yang terjadi. 5,6

Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)

Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan bikarbonat.

Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus kecil, diabetik

ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang terjadi adalah peningkatan

ventilasi dan depresi PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok, diabetik ketoasidosis,

kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol. Terapi sebaiknya ditujukan

terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi

penanganan asidosis berat dan hanya setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.

Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)

Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan bikarbonat dan

diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada pasien bedah adalah

hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular. Terapi yang digunakan

adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis

harus gradual selama perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit

yang sering. 5,6

23

Page 24: metabolisme air.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsumsi cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh

manusia adalah 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat

juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.

Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya.

Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat,

400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100

ml keluar bersama dengan feces (tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,

konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas = 240 ml) biasanya dijadikan sebagai

pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan 1 gelas per harinya.

Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam

tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab

jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan

sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh

serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat

terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di

dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu

tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37°

3.2 Saran

Diharapkan para pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini. Dan

juga dapat meneruskan penelitian lebih lanjut tentang pentingnya cairan dalam

tubuh manusia.

24

Page 25: metabolisme air.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis, dan

Tatalaksana. Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesioan Berkelanjutan. FKUI. 2007

2. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th edition. Missouri:

Elsevier-mosby; 2005.p3-227

3. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative dehydrationdoes it improve

outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93

4. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh. 2003;47(5):380-387.

5. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2nd edition. Pennsylvania: Springhouse;

2002:3-189.

6. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. 2nd edition. Farmedia; 2003. Co.p 17-40.

7. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th edition. New york:

McGraw-Hill; 1999:53-70.

8. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003

9. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar (Diakses tanggal 21 Januari

2009).

10. Stipanuk, Martha H. 2000. Biochemical and Physiological Aspects of Human Nutrition. 9th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company

25