31
PTK MENINGKATKAN KEMAMPUANN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan berpikir anak usia Taman Kanak-kanak atau Pra Sekolah juga yang disebut dengan masa keemasan ( golden age ) berkembang sangat pesat.Perkembangan intelektual anak sangat pesat terjadi pada kurun waktu usia nol sampai usia pra sekolah. Masa usia Taman Kanak-Kanak itu dapat disebut sebagai masa peka belajar. Dalam masa-masa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dari bantuan orang-orang yang berada di lingkungan anak-anak tersebut, misalnya dengan bantuan orang tua dan guru. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang pesat saat usia taman kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa. Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak memang masih jauh dari sempurna, namun demikian potensinya dapat di rangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi dalam ketrampilan berbicara dan berbahasa. Di TK guru merupakan salah seorang yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Guru taman kanak-kanak harus dapat mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Pengembangan kemampuan berbahasa anak di TK ASY-SYIFA Gunung Selan Argamakmur merupakan prioritas dan merupakan tujuan dari sekolah. Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang muncul dan teridentifikasi dalam pelaksanaan program tersebut. Permasalahan yang dapat teridentifikasi antara lain:1) hasil belajar yang kurang memuaskan pada kegiatan menyanyi; 2) anak pasif dalam kegiatan bercakap-cakap; 3) kurangnya minat anak dalam bermain peran; 4) kurangnya kemampuan anak dalam berbicara. Dari keempat masalah yang teridentifikasi tersebut maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam berbicara. Hal ini dapat

METODE BERMAIN PERAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembelajaran bermain peran

Citation preview

PTK MENINGKATKAN KEMAMPUANN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN

BAB IPENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANGPerkembangan berpikir anak usia Taman Kanak-kanak atau Pra Sekolah juga yang disebut dengan masa keemasan ( golden age ) berkembang sangat pesat.Perkembangan intelektual anak sangat pesat terjadi pada kurun waktu usia nol sampai usia pra sekolah. Masa usia Taman Kanak-Kanak itu dapat disebut sebagai masa peka belajar. Dalam masa-masa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dari bantuan orang-orang yang berada di lingkungan anak-anak tersebut, misalnya dengan bantuan orang tua dan guru. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang pesat saat usia taman kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa.Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak memang masih jauh dari sempurna, namun demikian potensinya dapat di rangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi dalam ketrampilan berbicara dan berbahasa. Di TK guru merupakan salah seorang yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Guru taman kanak-kanak harus dapat mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak.Pengembangan kemampuan berbahasa anak di TK ASY-SYIFA Gunung Selan Argamakmur merupakan prioritas dan merupakan tujuan dari sekolah. Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang muncul dan teridentifikasi dalam pelaksanaan program tersebut. Permasalahan yang dapat teridentifikasi antara lain:1) hasil belajar yang kurang memuaskan pada kegiatan menyanyi; 2) anak pasif dalam kegiatan bercakap-cakap; 3) kurangnya minat anak dalam bermain peran; 4) kurangnya kemampuan anak dalam berbicara.Dari keempat masalah yang teridentifikasi tersebut maka permasalahan yang akan dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam berbicara. Hal ini dapat terlihat dari databahwa dari 20 orang siswa hanya 8 orang yang bisa aktif dalam kegiatansementara 12 orang yang lainnya mengalami permasalahan. Penyebab dari masalah tersebut adalah kemungkinan metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran kurang tepat. Masalah kurangnya kemampuan anak dalam berbicara dapat diupayakan dengan menggunakan metode yang tepat yaitu metode bermain peran, dengan menggunakan metode bermain peran diduga sangat efektif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan berbicara, dengan asumsi proses yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula.

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas adapun rumasan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK.ASY-SYIFA Gunung Selan Argamakmur?

C. TUJUAN PERBAIKANTujuan perbaikanyang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untukmeningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK Asy Syifa Gunung Selan melalui metode bermain peran.

D. MANFAAT PERBAIKANPenelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:1. Bagi anak agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui kegiatan yangbermakna dalam rangka mengembangkan kemanpuan berbahasa.2. Bagi guru dan teman sejawat :a)Dapat mengetahui perkembangan anak didik dan dapat mengukur seberapa besar kemampuan yang telah dicapai oleh anak dan juga dapat mengetahui sejauh mana minat anak terhadap kegiatan bermain peranb)Dapat menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang dan meningkatkan minat anak dalam bermain peran.c)Dapat menciptakan beragam media dan kegiatan sesuai situasi dan kebutuhan dalam bermain peran.3.Manfaat bagi sekolah:a)Dapat meningkatkan mutu pendidikan;b)Menghasilkan anak didik yang kompeten;c)Dapat membentuk kepibadian anak dan menjadi sarana bagi anak untuk berinteraksi sosial dengan teman-teman dan lingkungan sekolah.4.Manfaat bagi Kepala Sekolah adalah dengan mengadopsi hasil penelitian sehingga dapat mengembangkan guru-guru untuk dapat lebih mengoptimalkan kemampuan dalam kegiatan belajar mengajar serta memperbaiki proses pembelajaran dengan memperhatikan hasil penelitian ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Bermain Peran

Pengertian metode bermain peran menurut buku Metode Pengembangan Bahasa (Universitas Terbuka 2006:7.38) adalah memerankan tokohtokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.Metode Bermain Peran ini dikategorikan sebagai metode mengajar yang berumpun pada metode perilaku yang diterapkan dalam pengajaran Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, kongkrit dan dapat diamati. Secara eksplisit dapat dikatakan bahwa bermain peran dapat ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan antar manusia (human relations problems) yang berkaitan dengan kehidupan anak didik.Bermain peran dalam Metode Pengembangan Bahasa (Universitas Terbuka 2006:7.38) bertujuan: 1) melatih daya tangkap; 2) melatih anak berbicara lancar; 3) melatih daya konsentrasi; 4) melatih membuat kesimpulan; 5) membantu pengembangan intelegensi dan; 6 ) membantu perkembangan fantasi.Kegiatan bermain peran disamping fantasi dan emosi yang menyertai permainan itu, anak juga belajar berbicara sesuai dengan peran yang dimainkan, belajar bermain dengan baik dan melihat hubungan antara berbagai peran yang dimainkan bersama.

B. Bermain PeranBermain Peran merupakan suatu aktifitas anak yang alamiah karena sesuai dengan cara berpikir anak usia dini, yaitu berpikir simbolik (menurut teori Piaget). Banyak ahli yang meneliti dan memberi perhatian terhadap aktivitas ini sehingga menghasilkan penemuan dan teori yang menjadi dasar keilmuan bagi kajian bermain peran.Tahap-tahap perkembangan bermain peran adalah; 1) awal pura-pura; 2) pura-pura dengan dirinya; 3) pura-pura dengan yang lain; 4) pengganti; 5) pura-pura dengan obyek atau orang; 6) agen aktif ; 7) urutan yang belum berbentuk cerita; 8 ) urutan cerita; 9) perencanaan.MenurutFein dan Smilanskydalam Gunarti (2008,10.18) dalam bermain peran anak menggunakan simbol, seperti kata-kata, gerakan dan mainan anak mewakili dunia yang sesungguhnya. Bermain peran sering digunakan untuk melatih ketrampilan berbicara anak melalui dialog-dialog yang di bawakannya.Untuk berdialog, sekurang-kurangnya anak harus dapat memahami apa yang dikatakan kepadanya dan berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh teman sebayanya. Dengan demikian dalam bermain peran harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) menyiapkan naskah, alat, media dan konstum yang akan digunakan dalam bermain peran; 2) menerangkan teknik bermain peran dengan cara sederhana; 3) memberi kebebasan pada anak untuk memilih peran yang disukainya; 4) menetapkan peran pendengar (anak yang tidak ikut bermain); 5) menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus mereka mainkan; 6) menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk memulai; 7 ) menghentikan permainan pada detik-detik situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum.( Gunarti, 2008, 10.19 )Kunci keberhasilan bermain peran dalam pengembangan bahasa di taman kanak-kanak adalahanak didik dapat mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi diakhir kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan.

C.Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain PeranKemampuan yang diharapkan dalam penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berbicara dapat dilaksanakan melalui penguasaan materi, keterlibatan guru, pemberian motivasi pada anak, mengeksplorasi dan pengayaan.Upaya peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran adalah sebagai berikut: 1) Bermain Peran harus diberikan secara bertahap dan tidak boleh menilai baik buruk terhadap peran yang dimainkan terutama dalam hal perasaan anak didik; 2) guru harus mampu sebagai dinamisator sehinggamampu mengeksplorasi permasalahan dari berbagai dimensi dengan kata lain guru harus bisa menangkap esensi dan pandangan peserta didik, merefleksinya dan menyesuaikannya dengan baik; 3) anak didik harus dibuka wawasannya karena terdapat beberapa alternatif pemeran dalam suatu alur cerita dengan konsekuensi yang menyertainya, 4) mengkaji ketepatan masalah.( Nurbiana, 2005, 7.6 )Dengan diterapkannyametode bermain peran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar, anak aktif dan kreatif.

BAB IIIPELAKSANAAN PERBAIKAN

Penelitian iniadalah penelitian tindakan (action research), dimana menurut Hisley (1972) Penelitian tindakan merupakan bentuk intervensi skala kecil dalam hal fungsinya dunia nyata ini (kegiatan nyata di lapangan) dan pemeriksaan dengan cermat apakah intervensi ini efektif atau tidak. Dengan demikian penelitian tindakan bukan merupakan eksperimental, tetapi merupakan penelitian yang berdasarkan permasalahan. Desain rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti langkah-langkah yang dikembangkanoleh Kemmis dan McTogart (Dalam Zuriah:2003;73) yang terdiri dari planning, action, observation dan reflection, yang selanjutnya dikaji dengan siklus spiral berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini dipilih karena pendekatan ini banyak memberikan manfaat kepada guru. Sukarya (2000:6) mengemukakan manfaat PTK bagi guru antara lain (1) guru dapat melihat kembali, mengkaji secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam usahanya menemukan kelemahan dalam proses belajar mengajar dan sekaligus mencari jalan keluar untuk memperbaiki kelemahan tersebut; (2) guru dapat mengelola kegiatan pendidikan agar menjadi sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat didaerahnya; (3) pelaksanaan PTK tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pembelajaran di kelas dan juga tidak menghambat pelaksanaan kurikulum di sekolah, dan (4) dapat menjembatani kesenjangan antara teori yang bersifat umum, abstrak ,ideal dengan praktik pembelajaran di kelas yang bersifat spesifik karena teori yang sifatnya umum, abstrak dan ideal menyebabkan tidak dapat sepenuhnya dapat dilaksanakan dalam praktek, diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar relevan dengan kondisi yang terjadi di kelas sehingga memberikan manfaat optimal.A. Subyek PenelitianSubyek penelitian dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Asy-Syifa Gunung Selan Argamakmur pada semester 1 tahun pelajaran 2010/2011, yang dilakukan secara kolaborasi antara dua orang guru dan satu orang kepala sekolah. Jumlah siswa di kelompok B terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan. Adapun tema yang diangkat yaitu Kebutuhan waktu pelaksanaan terdiri dari 2 siklus dan kedua siklus tersebut dilaksanakan pada tanggal 26 sampai dengan 29 Oktober (siklus 1) dan tanggal 01 sampai dengan 05 November 2010 (siklus 2).Anak kelompok B berasal dari berbagai masyarakat dan budaya yang berbeda mereka mayoritas berasal dari orang tua yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, petani, buruh, wiraswasta dan PNS. Dilihat dari struktur budaya mereka menggunakan bahasa rejang sebagai alat komunikasi sehari-hari, dan rata-rata beragama islam serta memiliki hubungan yang sangat akrab diantara sesama mereka.Tabel 3.1Jadwal PelaksanaanNoSiklus keTanggal PelaksanaanKelasNama Tk

1I25 s/d 29 -10-2010BTK Asy-SyifaGunung SelanArgamakmur

2II01 s/d 05-11-2010BTK Asy-SyifaGunung SelanArgamakmur

B. Deskripsi PersiklusUntuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:1.SIKLUS I1)Tahap Perencanaan Kegiatan, meliputi:a)Rencana yang akan dilaksanakan:oMenentukan kelas subyek penelitianoMenyiapkan rencana pembelajaran(skm,skh,materi,alokasi waktu, metode, pendekatan, alat evaluasi.oMenetapkan fokus obserfasi dan aspek-aspek yang akan diamatioMenetapkan jenis data dan cara penggumpulannyaoMenentukan pelaku observasi ,alat bantu observasi ,pedoman obsevasi dan cara pelaksanaan observasioMenetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksioMenetapkan criteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.2)Tahap PelaksanaanTindakanPelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang bersumber pada program semester kelompok B semester 1 Tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan tindakan siklus 1 direncanakan terdiri dari 5 kali tatap muka, evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti bekerja sama dengan pengamat yaitu teman sejawat dan supervisor. Tugas supervisor adalah untuk membimbing peneliti dalam kegiatan tutorial sedangkan teman sejawat yang terdiri dari rekan guru dan kepala sekolah bertugas sebagai penilai, memberikan masukan, arahan dan membantu merencanakandalam pelaksanaan kegiatan perbaikanRencana pelaksanaan tindakan siklus 11.Kegiatan AwaloPendahuluanoGuru membuka pembelajaran dengan mengunakan apersepsioGuru menyampaikan tujuan dan kegiatan hari ini.2.Kegiatan intioGuru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan.oGuru mempersiapkan alat atau bahan yang akan digunakan untuk bermain peran.oGuru meminta anak untuk bermain peran (fokus pengembangan).oGuru mengadakan diskusi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, membahas, mencoba dan menggali materi.3.Kegiatan akhiroPada akhir pembelajaran guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan di atas.oGuru menarik kesimpulan, refleksi dan tindak lanjut.oGuru menutup pembelajaran3)Tahap observasi dan evaluasiDalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini akan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah pelaku tindakan itu sendiri, teman sejawat dan kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk penggumpulan data. Data yang akan dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan evaluasi. Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Alat bantu observasi yang akan digunakan adalah lembar observasi yaitu berupa APKG-1dan APKG-2. Evaluasi akan dilakukan melalui pelaksanaan proses berbicara anak dalam kegiatan pembelajaran.4)Tahap RefleksiPada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kepala sekolah mengkaji hasil pelaksanaan pembelajaran. Data yang terkumpul, diolah untuk disederhanakan, membuat tabulasi data dan menyimpulkan data. Hasil analisis data akan digunakansebagai bahan refleksi. Analisis dan refleksi dilakukan setiap setelah pembelajaran selesai. Hal ini dilakukan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan suatu tindakan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini, peneliti dan observer dapat melakukun revisi untuk melakukan rencana siklus berikutnya agar pelaksanaan pembelajaran semakin baik dan diharapkan hasil pembelajaran meningkat.Keempat tahapan dalam satu siklus dilakukan berulang hingga 2 siklus untuk mendapatkan kesimpulan dari yang telah dilakukan, yaitu apakah penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK Asy-Syifa Gunung Selan Argamakmur.

2.SIKLUS II1)Tahap Perencanaan Kegiatan, meliputi:a)Rencana yang akan dilaksanakan:oMenentukan kelas subyek penelitianoMenyiapkan rencana pembelajaran (SKM, SKH, materi, alokasi waktu, metode, pendekatan, alat evaluasi)oMenetapkan fokus obserfasi dan aspek-aspek yang akan diamatioMenetapkan jenis data dan cara penggumpulannyaoMenentukan pelaku observasi, alat bantu observasi, pedoman obsevasi dan cara pelaksanaan observasioMenetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksioMenetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.2) Tahap Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang bersumber pada program semester kelompok B semester 1 Tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan tindakan siklus 2 direncanakanterdiri dari 5 kali tatap muka, evaluasi dilakukan pada saat proses pembelajaran dan perbaikan siklus 2 ini akan dilaksanakan pada tanggal 01 sampai dengan 05 Nopember 2010. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti bekerja sama dengan pengamat yaitu teman sejawat dan supervisor. Tugas supervisor adalah untuk membimbing peneliti dalam kegiatan tutorial sedangkan teman sejawat yang terdiri dari rekan guru dan kepala sekolah bertugas sebagai penilai, memberikan masukan, arahan dan membantu merencanakandalam pelaksanaan kegiatan perbaikan.Prosedur Kegiatan Pembelajaran/Rencana pelaksanaan tindakan siklus2.1.Kegiatan AwaloPendahuluanoGuru membuka pembelajaran dengan mengunakan apersepsioGuru menyampaikan tujuan dan kegiatan hari ini.

2.Kegiatan inti.oGuru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan.oGuru mempersiapkan alat atau bahan yang akan digunakan untuk bermain peran.oGuru meminta anak untuk bermain peran (fokus pengembangan).oGuru mengadakan diskusi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, membahas, mencoba dan menggali materi.3.Kegiatan akhiroPada akhir pembelajaran guru mengadakan tanya jawab tentangkegiatan di atas.oGuru menarik kesimpulan, refleksi dan tindak lanjut.oGuru menutup pembelajaran3)Tahap observasi dan evaluasiDalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini akan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah pelaku tindakan itu sendiri, teman sejawat dan kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk pengumpulan data. Data yang akan dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan evaluasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlansung. Alat bantu observasi yang akan digunakan adalah lembar observasi yaitu berupa APKG-1 dan APKG-2. Evaluasi dilakukan melalui pelaksanaan proses berbicara anak selama kegiatan pembelajaran berlangsung.4)Tahap RefleksiPada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kepala sekolah mengkaji hasil pelaksanaan pembelajaran. Data yang terkumpul, diolah untuk disederhanakan, membuat tabulasi data dan menyimpulkan data. Hasil analisis data akan digunakansebagai bahan refleksi. Analisis dan refleksi dilakukan setiap setelah pembelajaran selesai. Hal ini dilakukan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan suatu tindakan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini, peneliti dan observer dapat melakukan revisi untuk melakukan rencana siklus berikutnya agar pelaksanaan pembelajaran semakin baik dan diharapkan hasil pembelajaran meningkat.

C.Pengumpulan dataData yangdikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Untuk menggumpulkan data kualitatif, dilakukan melalui observasi dan evaluasi. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan anak berbicara selama pelaksanaan pembelajaran dan juga untuk melihat interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru yang dilakukan oleh observer dengan bantuan alat lembar observasi.Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan diamati dan menjadi fokus utama untuk diteliti dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor guru, anak, metode pembelajaran yang berimplikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Faktor utama yang diamati dari guru adalah penguasaan dalam penggunaan metode bermain peran, yang meliputi:1)Penguasaan guru pada saat pembukaan, yaituoMemberi perhatian pada siswaoMenarik perhatian siswaoPelaksanaan Apersepsi2)Penguasaan guru pada tahap kegiatan inti, yaituoTahap orientasioTahap implementasioTahap review3)Penguasaan guru saat penutupoMenciptakan suasana anak untuk bertanya jawaboPelaksanaan post test pembelajaranSedang faktor siswa yang diamati adalah sebagai berikut:1) Respon anak terhadap pembelajaran, meliputi:oInteraksi antar siswa dan atau dengan guruoKeaktifan anak dalam pembelajaran setiap tahap pembelajaran (awal, inti, penutup)2)Daya serap siswa dalam pembelajaranUntuk merekam daya serap siswa terhadap pembelajaran akan dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi yang pada akhirnya merupakan data kualitatif. Dalam menetapkan kriteria keberhasilan belajar di kelompokkan menjadi 5 kriteria yaitu (> 80% ) sangat tinggi, (60-70 %)tinggi, (40-59 %) sedang, (20-39 %) rendah, dan (< 20% ) sangat rendah (Diadopsi dari Wardani, 2008, PTK, hal 5.10)

D.Analisis DataSetelah data terkumpul, hasil observasi dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif sedangkan hasil belajar didokumentasikan kemudian dianalisis melalui proses pembelajaran dengan membandingkan hasil yang dicapai pada siklus 1 dan siklus 2 dengan rumus sebagai berikut:NK= ----x 100%nKeteranganK:KecenderunganN:Jumlah hasil observasin:Jumlah sampel seluruh anak100%:Bilangan Konstanta(Diadopsi dari Wardani, 2008, PTK, hal 5.10)

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi PersiklusSelama pelaksanaan tindakan kelas berlangsung diupayakan untuk direkam. Sarana untuk merekam kegiatan tersebut dilakukan melalui observasi, baik menyangkut guru maupun siswa. Data yang terkumpulyaitu data kualitatif. Data kualitatif dilakukan melalui observasi dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran, yang dilakukan oleh observer dengan alat bantu lembar observasi APKG 1 dan APKG 2.1.Pelaksanaan Siklus 1a.PerencanaanHasil refeksi awal sebelum penelitianini dilakukan adalah di kelompok Bterdapat permasalahan siswa dalam belajar, yaitu kurangnya kemampuan berbicara. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut maka ditetapkan penggunaan metode bermain peran dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam perencanaan penelitiaan ini telah dilakukan persiapan rencana pembelajaran (SKM, SKH, media, alokasi waktu, metode, alat evaluasi dan lembar kerja anak). Menetapkan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati, meliputi siswa, guru dan penggunaan metode, menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan perilaku refleksi dan menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.b.Tahap Pelaksanaan TindakanDilaksanakan tanggal 25 sampai dengan 29 Oktober 2010, dengan TemaKebutuhan sedangkan sub temanya adalah Makanan Kesukaan, Metode yang digunakan adalah Bermain Peran.Adapun langkah-langkah yang telah di laksanakan adalah:1.Kegiatan PembukaanoSalam, doa, bernyanyioTanya jawab tentang makanan kesukaanoMenyanyi lagu Tukang Bakso.2. Kegiatan IntioMenggambar bebas macam-macam makanan kesukaanoBermain peran Penjual Bakso.oMeniru bentuk tulisan kata bakso.3. IstirahatoCuci tangan, doa, makanoBermain4.Kegiatan PenutupoMeniru bunyi kalimat saya suka makan bakso.oDiskusi dan Tanya jawab.oBernyanyi, doa, salam.c.Tahap Observasiatau PengamatanPelaksanaan observasi dilakukan bersamaan denganpelaksanaan tindakan. Hasil observasi pada siklus 1 menunjukkan : 1)guru belum terlalu optimal dalam menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran; 2) pada tahap kegiatan inti tidak dilakukan pengelolaan interaksi kelas secara optimal sehingga anak ada yang masih ribut sendiri; dan 3) pengunaan waktu juga belum ditepati sesuai dengan yang direncanakan, sehingga tidak dilaksanakan kegiatan mengulas kembali atau review dan siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya.d.Tahap RefleksiBerdasarkan hasil observasi dan hasil belajar siswa pada siklus 1, ditemukan sejumlah permasalahan anak, yaitu pada proses dan hasil belajar anak. Pada proses kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan bermain peran sebagian anak masih takut mengungkapkan imajinasinya dan masih kurang aktif dalam berbicara/berdialog. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan persentase 50%. Pada pra perbaikan jumlah anak yang mencapai indikator sebanyak 8 orang dan setelah diadakan perbaikan jumlah anak yang dapat mencapai indikator sebanyak 10 orang, jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, hal ini telah menunjukkan suatu kemajuan yaitu adanya kenaikan sebanyak 2 orang. Namun masih rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan. Karena hanya ada 10 orang anak dari 20 anak yang dapat meningkatkan kemampuannya. Untuk meningkatkan aspek yang masih kurang pada siklus 1, maka perlu adanya perbaikan untuk tindakan selanjutnya dengan cara sebagai berikut:1). Mengoptimalkanpenggunaan metode yang dipakai guru.2). Penggelolaan interaksi kelas harus tepat sehingga anak dapat belajardengan baik dan menyenangkan.3). Penggunaan alokasi waktu harus sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan sehingga ada waktu untuk diskusi dan tanya jawab.Tabel data hasil perbaikan siklus 1NoAspek yang dievaluasiHasil Evaluasi

1Kegiatan membuka pembelajaranBaik

2Kegiatan inti pembelajaranBaik

3Kegiatan penutup pembelajaranBaik

4Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan guruBaik

5Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran anakBaik

Hasil perbaikan sebagaimana tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pembelajaran yang dilakukan guru baik dan hasil pembelajaran anak juga baik.2.PelaksanaanSiklus 2a).PerencanaanBerdasarkan hasil refleksi pada siklus 1 masih terdapat permasalahan dalamkegiatan pembelajaran dan hasil belajar anak, rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan dengan pencapaian persentase belajar 50%. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut maka strategi guru dalam penggunaan metode bermain peran perlu diperhatikan. Oleh kerena itu dalam perencanaan siklus 2, direncanakan penggunaan metode bermain peran akan dilaksanakan dengan seoptimal mungkin, meliputi rencana kegiatan pembelajaran(materi/tema, alokasi waktu, metode, media, alat evaluasi dan lembar kerja anak).b).Tahap pelaksanaan tindakanPelaksanaan siklus 2 dilaksanakan tanggal 01 sampai dengan 05 November 2010, dengan tema Kebutuhan dan sub tema Minuman Kesukaan, dengan mengunakan metode bermain peran . Adapun lankah langkah yang telah dilaksanakan pada siklus ke 2 iniadalah:1). Kegiatan PembukaanoSalam, doa, bernyanyi.oTanya jawab tentang guna air minumoPraktek langsunh memantulkan bola tenis2). Kegiatan intioBermain peran Penjual Es Krim.oMewarnai gambar es krimoMenghitung jumlah gambar es krim3). IstirahatoCuci tangan, doa, makanoBermain4 ). Kegiatan penutupoMenyebutkan empat nama kitab AllohoMenggulas kegiatan dan Tanya jawab.oBernyanyi, doa, salam.c).Tahap ObservasiPelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan Hasil observasi pada siklus 2 menunjukkan: 1) guru sudah berupaya mengoptimalkan kegiatan dengan metode bermain peran; 2) guru sudahmeningkatkan penggunaan waktu dan mengelola interaksi kelas dengan baik; 3) kegiatan pembelajaran dimulai dengan tahap orientasi, implementasi dan review serta anak diberi kesempatan untuk bertanya.

d.)Tahap RefleksiHasil observasi dan hasil belajar anak pada siklus 2 menunjukkan adanyaperbaikan, baik hasil belajar maupun proses belajar. Pada proses kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, sedangkan hasil belajar anak pada siklus 2 telah mencapai 80%, jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, hal ini telah menunjukkan suatu kemajuan karena nilai persentase telah mencapai 80% dan hal ini sudah menunjukan ketercapaian indikatorIndikator yang nampak pada keberhasilan siklus 2 adalah:1.Anak rata-rata tertarik dan antusias terhadap kegiatan bermain peran2. Anak menjadi berani tampil dan dapat mengungkapkan imajinasinyadalam bermain peran.3.Anak mampu memainkan beberapa peran dengan baik.4.Anak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas.5.Anak dapat melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan melaluibermain peran.Tabel data hasil perbaikansiklus 2NoAspek yang dievaluasiHasil Evaluasi

1Kegiatan membuka pembelajaranBaik

2Kegiatan inti pembelajaranBaik

3Kegiatan penutup pembelajaranBaik

4Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan guruBaik

5Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran anakBaik

Hasil perbaikan sebagaimana tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pembelajaran yang dilakukan guru baik dan hasil pembelajaran anak juga baik.B.Pembahasan Hasil Perbaikana) Siklus 1Dari hasil perbaikan siklus 1 ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terbukti dari perbandingan antara pra perbaikan dan setelah perbaikan. Dari data terlihat bahwa sebelum perbaikan jumlah anak yang dapat mencapai indikator hanya 8 orang sedangkan data setelah perbaikan naik menjadi 10 orang dari jumlah anak yaitu 20 orang, ini menggambarkan bahwa ada kenaikan sekitar 10% dari sebelum perbaikan.Refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus inimenunjukkan hasil siklus yang lebih baik,kelebihan dihitung melalui rumus:NK= ----- x 100%n10= ------ x 100%20= 50%Faktor-faktor keberhasilan dan kelemahan yang tampak pada siklus I :1.50% anak dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermainperan2.Sebagian besar anak belum bisa aktif dalam bermain peran3.Sebagian besar anak masih takut dalammengungkapkan imajinasinya.4.Guru belum bisa mengoptimalkan metode yang digunakan dalambermain peranDari temuan-temuan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa secara keseluruhan anak belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan, sehingga diperlukan perbaikan siklus ke 2.b) Siklus 2Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka pada siklus 2 pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan baik, ini dapat dilihat pada data dari 20 orang anak hanya 4 orang anak yang belum mencapai indikator yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari prosentase perbandingan antara siklus 1 dan siklus 2, yaitu 50% pada siklus 1 dan 80% di siklus 2.Refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus inimenunjukkan hasil siklus yang lebih baik,kelebihan dihitung melalui rumus:NK= ----- x 100%n16= ------ x 100%20= 80%

Faktor-faktorkeberhasilan pada siklus 2 ini dapat di capai karena:1.80% anak dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui metodebermain peran.2.Anak menjadi berani tampil dan berani mengungkapkan imajinasinyaketika bermain peran.3.Anak mampu memainkan beberapa macam peran dengan baik.4.Anak aktif dalam pembelajaran karena mempunyai minat yang besarpada kegiatan bermain peran.5.Anak dapat melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan pada kegiatan bermain peran.Dengan demikianberdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran bermain peran yang dimulai dengan siklus 1 hingga siklus 2 telah menunjukkanterjadinya perbaikan proses pembelajaran, terbukti dari hasil observasi oleh teman sejawat bahwa pada pra perbaikan jumlah anak yang mencapai indikator hanya 8 orang sedang pada siklus 1 ada kenaikan menjadi 10 orang dan pada siklus 2 anak yang mencapai indikator sebanyak 16 orang.Secara umum hasil belajar yang terlihat dari kedua siklus ini adalah adanya peningkatan kemampuan berbicara anak. Hal ini terbukti dari hasil perbandingan antara pra perbaikan dengan setelah perbaikan. Keberhasilan perbaikan ini dapat dilihat dari hasil belajar siklus 1 dan siklus 2, yaitu 50% meningkat menjadi 80%. Dengan demikianterjadi kenaikan sebagai berikut dari siklus 1 ke siklus 2 kenaikannya 30% (80%-50%=30%)Tingkat keberhasilan pelaksanaan siklus 1 adalah 50% anak aktif mengikuti pembelajaran, sedangkan pada siklus 2 anak berhasil 80%. Jika kedua siklus tadi dibandingkan maka siklus 2lebih berhasil dari siklus 1, maka pada siklus 2 terdapat keunggulan-keunggulan sebagai berikut: 1) menunjukkan rata-rata anak tertarikpada kegiatan bermain peran; 2) anak menjadi berani tampil dan dapat mengungkapkan imajinasinya dalam bermain peran; 3) anak mampu memainkan beberapa peran dengan baik; 4) anak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas; 5) anak dapat melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan melalui bermain peran.Melihat hasil dari penelitian tindakan kelas ini, maka dapat dikatakan metode bermain peran ini baik untuk diterapkan dalam pembelajaran terutama dalam pengembangan kemampuan berbicara dan berbahasa. Namun harus diperhatikan dalam penyediaan alat bermain peran haruslah yang dapat menarik minat anak, walaupun alat atau media tersebut dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun.Sehingga untuk menerapkan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut antara lain: 1) kesiapan guru dalam pengguasan metode yang akan digunakan; 2) ketersediaan media; 3) kemampuan guru mengelola pembelajaran.Berdasarkan hasil belajarsecara klasikal individual dan kelompok serta pencapaian indikator yang ditetapkan maka penelitian ini masih menyisakan permasalahan, untuk itu penelitian tindakan kelas ini perlu ditindaklanjuti.

BAB VKESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa:1.Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran yang dilakukandengan baik dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK Asy-Syifa Gunung Selan.2. Daya serap siswa terhadap pembelajaran rata rata tinggi yang mencapai 50% pada siklus pertama, dan 80% pada siklus kedua

B.Saran

1. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan terhadap hasil belajar anak.2. Guru hendaknya menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalammerangsang dan meningkatkan kemapuan berbicara , dan seharusnya guru lebih kreatif dalam menciptakan baragam media dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran.3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutupendidikan di TK ASY-SYIFA

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas (2004)Kurikulum Pedoman Penyusunan SilabusJakarta : Depdiknas

Dhieni Nurbiana. dkk. (2005)Metode Pengembangan BahasaJakarta :Universitas Terbuka

Gunarti Winda,Suryani Lilis,Muis Azizah (2008)Metode PengembanganPerilaku dan Kemampuan Dasar AUD, Jakarta: UniversitasTerbuka

Tim PKP PG-PAUD (2009)Panduan Kemantapan Kemampuan Mengajar ProfesionalJakarta : Universitas Terbuka

Wardhani Igak, Wihardit Kuswaya, (2008)Penelitian Tindakan KelasJakarta :Universitas Terbuka

MAKALAH METODE PENGEMBANGAN BAHASATugas ini disusun guna memenuhi matakuliah: Metode Pengembangan BahasaDosen pengampu : Mila Karmila,S.Pd

Di susun oleh :1.Aisyah Nur Hidayatun ( 11150005)2.Indah Dewi Andani (11150049)3.Coryza Nursyahbani (11150050)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKANPENDIDIKAN ANAK USIA DINIIKIP PGRI SEMARANG2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan limpahan kasih karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen kami Mila Karmila,S.Pd yang sudah membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Serta orang tua dan teman-teman yang sudah mendukung dalam berbagai aspek. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pengembangan Bahasa AUD. Makalah ini berisi tentang metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa pada anak usia dini. Kami berharap melalui makalah kami pembaca dapat mengetahui metode-metode pembelajaran apa yang cocok untuk di terapkan oleh pembaca. Demikian sepatah kata dari kami penulis, penulis berharap makalah ini dapat menjadi makalah sumber belajar untuk pembaca. Apabila ada banyak kesalahan dalam kami mengerjakan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih. Selamat membaca, dan mempelajarinya.

Penulis,

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangDalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi. Dalam makalah ini akan dibahas secara rinci mengenai :metode-metode pengembangan bahasa yang dapat digunakan untuk Anak Usia Dini (metode karya wisata, metode bermain peran dan sosiodrama, metode proyek).

B.Rumusan MasalahAdapunbeberaparumusanmasalahmengenaimetode pengembanganBahasaadalahsebagaiberikut :1.Apa pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode karya wisata ?2.Bagaimana langkah-langkah penerapan (rencana persiapan karya wisata) ?3.Apa pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode bermain peran dan sosiodrama ?4.Bagaimana langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran dan sosiodrama ?5.Apa pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode proyek ?

C.TujuanAdapuntujuanmengenaimetode pengembangan bahasaadalahsebagaiberikut :

1.Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode karya wisata2.Mengetahui langkah-langkah penerapan (rencana persiapan karya wisata)3.Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode bermain peran dan sosiodrama.4.Mengetahui langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan metodebermain peran dan sosiodrama.5.Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode proyek.

BAB IIPEMBAHASAN

a.Metode Pengembangan BahasaDisini penulis akan menuliskan beberapa metode yang digunakan untuk pengembangan bahasa pada anak usia dini, yaitu diantaranya :A.Metode Karya Wisataa.PengertianBagi anak usia dini karyawisata berarti memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi atau mengkaji segala sesuatu secara langsung.Karya wisata berarti juga membawa anak didik ke obyek-obyek tertentu sebagai pengayaan pengajaran, pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas.Anak sangat senang melihat langsung berbagai kenyataan yang ada di masyarakat melalui kunjungan. Berbagai macam kunjungan seperti ke perpustakaan, ke kepolisian, dinas pemadam kebakaran memberi inspirasi anak untuk mengembangkan cita-citanya. Misalnya menjadi polisi, TNI, pemadam kebakaran dan lain sebagainya.Pengertian karya wisata menurutSagala (2006) menyatakan bahwakaryawisata atau studi wisatasebagai metode pembelajaran adalahsiswa dibawah bimbingan gurumengunjungi tempat-tempat tertentudengan maksud untuk mempelajariobyek belajar yang ada di tempat itu.

b.Tujuan Metode Karya WisataMengkaji materi pembelajaran tertentu sebagaimana direncanakan dalam kurikulum/silabus. Misalnya untuk mempelajari cara berternak sapi perah dan pengelolahan susunya, maka siswa diajak berkaryawisata ke peternakan sapi perah.Melengkapi materi pelajaran yang tertulis di buku sehingga pemahaman siswa menjadi lebih jelas dan konkretMemupuk rasa cinta lingkungan, daerah, tanah air, dan penghargaan terhadap pahlawan serta pemimpin yang berjasa dimasa silam.

c.Keunggulan Metode Karya WisataSangat efektif dalam memperluas wawasan anak sebagai perubahan perilaku ranah kognitif tentang bidang pekerjaan sesuai dengan profesinya kelak.Memperkuat pemahaman tentang aplikasi berbagai teori dan praktek yang dipelajari siswa di sekolah.Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena memperoleh gambaran nyata tentang lapangan pekerjaan tempat mereka akan berkecimpung sebagai profesional kelak setelah menamatkan pendidikannya.Memberikan masukan praktis dan baru bagi guru serta sekolah guna meningkatkan program pembelajaran yang akan di terapkan di sekolah.Menjadi sarana hubungan kerja sama yang lebih luas dan saling menguntungkan antara sekolah dan lembaga atau perusahaan yang bersangkutan.Menjadi sarana promosi sekolah dan tamatan kepada lembaga atau perusahaan yang bersangkutan.d.Kelemahan Metode Karya Wisata1. Memerlukan biaya yang relatif tinggi untuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi peserta karya wisata.2. Kegiatan di lembaga atau di perusahaan sasaran karya wisata tidak selalu sesuai denagn kompetensi yang akan di capai oleh siswa sebagai mana yang termuat di dalam kurikulum.3. Lokasi lembaga atau perusahaan sasaran karya wisata tidak selalu berada dalam jarak yang mudah dan murah di jangkau dari lokasi sekolah.4. Perencanaan dan persiapan karya wisata yang kurang matang justru akan mengalihkan tujuan karya wisata menjadi sekedar wisata tanpa manfaat yang memadai dari sudut pandang pendidikan.e.Langkah-Langkahpenerapan (rencana persiapan karya wisata)1.Menetapkan sasaran tempat sesuai dengan tema kegiatan belajar2.Merumuskan program kegiatan melaluikarya wisata3.Mengadakan hubungan dan pengenalan medan sasaran karya wisata4.Koordinasi dengan pihak tempat karya wisata5.Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan6.Membuat kesepkatan bersama dengan anak tentang tata tertib7.Permintaan izin dan partisipasi orang tua8.Apresiasi pendidik di kelas kepada anak tentang tempat wisata yang akan dituju

B.Metode Sosiodrama dan Bermain Peran1.PengertianMetode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakainya sering disilihgantikan. Sosiodrama adalah suatu cara memerankan beberapa peran dalam suatu cerita tertentu yang menunjukkan kerjasama diantara para pemerannya. Biasanya kegiatan ini dikemas sebagai kegiatan pentas akhir tahun.Bermain peran : metode pengembangan yang efektif dimana seseorang memerankan karakter orang lain dan mencoba berfikir/berbuat dengan cara/sudut pandang sosok yang diperankan. Bermain peran memberikan contoh alamiah terhadap perilaku manusia yang rill dan dapat digunakan untuk membangun sikap menuju nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri. Yang membedakan bermain peran dan sosiodrama adalah sosiodrama menekankan pada tanggungjawab individu dan kerjasama antar pemeran dalam memerankan tokoh-tokohguna kelancaran jalannya alur cerita yang ditampilkan, peran yang dimainkan biasanya diangkat dari kehidupan sehari-hari, contoh : tema rumah tangga, tema perawatan dan keselamatan, tema fantasi yang mengancam. Metode sosiodrama membuat anak belajar memikirkan cara-cara menyelesaikan masalah, membuat anak belajar menyatakan sikap dan perasaan melalui drama, menyusun ide dan melatih mereka menanggapi secara spontan.Tujuan dan manfaatManfaatsosiodramaserupa dengan bermain peran. Metode ini dapat dipakai sebagai kegiatan yang mengutamakan pengembangan kemampuan berekspresi, imajinasi, kreativitas. yang dapat di capai dengan metode sosiodrama di antaranya :a.Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan hubungan sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai, mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.b.Melalui permainan sosiodrama, anak diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian sosial.c.Mengajarkan anak saling membantu dan bekerja sama dalam permainan sosiodrama.d.Membantu menghilangkan rasa malu, rendah diri, dan kemmurungan pada anak.

2.Metode sosiodrama dan bermain peranan di lakukan :a.Apabila kita ingin menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, kita beranggapan lebih baik di dramatisasikan dari pada di ceritakan, karena akan lebih jelas.b.Apabila kita ingin melatih anak-anak agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psikologis.c.Apabila kita akan melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberikan kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

3.Saran-saran dalam melakukan metode sosiodrama :a.Guru harus mempunyai tujuan yang jelas pola tingkah laku atau watak tertentu ang hendak di tanamkan.b.Guru menceritakan suatu peristiwa sosial dengan jelas yang akan dapat di mainkan.c.Guru memilih murid-murid untu menjadi pelaku memegang peranan tertentu memberi contoh dan melatih.d.Guru menetapkan peranan mendengar.e.Guru harus menghentikan apabila dramatisasi itu telah mencapai puncaknya yaitu sampai kepada adegan yang kita tuju.

4.Implikasi pada Pembelajaran SosiodramaPada pembelajaran sosiodrama guru lebih bersifat sebagai fasilitator.Fasilitator merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran dengan model sosiodrama. Guru dalam pembelajaran ini bisa bertindak sebagai aktor, sutradara atau penonton. Peranan Fasilitator dalam pembelajaran ini menyampaikan sebuah prolog memperkenalkan topik yang disesuaikan dengan audiens yang spesifik. kemudian memperkenalkan para aktor dan memberikan gambaran dari TKP. Selama aksi dan antar-tindakan, fasilitator memandu peserta dan juga mengarahkan dan mengendalikan aktor untuk memastikan semua tema dibahas. Terdapat delapan langkah yang dianjurkan Torrance (dalam Waluyo: 2001) dalam mengefektifkan sosiodrama untuk menghadapi problem dan tantanganMenetapkan problemMendeskripsikan sosial konflikPemilihan pemainMemberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat.Memerankan situasi tersebut.Memotong adegan (jika aktor meniggalkan peran dan tidak dapat di teruskan. Membuat kesimpulan. Jia pemimpin tidak dapat melihat perkembangan adegan dapat diganti.Mendiskusikan, menganalisis situasi kelakuan dan gagasan yang diproduksi.Menusun rencana untuk testing lebih atau implementasi gagasan baru (Treffingger: 1982. 62-63)

Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sosiodrama :a.Guru sebagai fasilitator memulai pembelajaran dengan memberi gambaran singkat mengenai situasi. Situasi ini meliputi suatu profesi atau budaya. Pada proses ini biasanya siswa sebagai aktor melakukan pengenalan karakter dan mengatur panggung, masing-masing dari sudut pandangnya sendiri.b.Setelah aktor atau siswa membangun karakter dan situasi, guru sebagai fasilitator bersikap lebih pasif dengan membiarkan siswa untuk berimprovisasi.c.Pada akhir sosiodrama, fasilitator akan membuat kunci poin pembelajaran berdasarkan apa yang telah terjadi dan tentang subjek di tangan. Para penonton diajak untuk terlibat baik fasilitator atau aktor dalam diskusi.

5.Kelebihan metode sosiodrama :a.Melatih kemampuan anak untuk memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan.b.Anak akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.c.Bakat yang terdapat pada anak dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.d.Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.e.Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.f.Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

6.Kekurangan metode sosiodramaa.Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatifb.Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pamahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukanc.Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebasd.Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.

7.Langkah- langkah metode sosiodrama :1)Langkah perencanaanPelajari dengan cermat kegiatan yang akan di simulasikan dan catat bagian-bagian atau langkah-langkah yang akan di peragakan. Berikan catatan untuk bagian utama atau langkah kunci.Buatlah skenario simulasi merujuk kepda topik, dan tujuan pembelajaran serta catatan tentang bagian dan langkah- langkah utama yang telah di buat pada langkah sebelumnya. Sekenario ini meliputi :a.Alur dan prosedur kegiatan yang di simulasikan.b.Berbagai peran, karakter dan pelakunya.c.Kunci- kunci pokok dari prosedur dan kompetensi yang akan di ajarkan beserta standar keberhasilannya.Lakukan uji coba serta penyempurnaan skenario simulasi yang telah di buat menjadi skenario akhir yang akan di gunakan di kelas.2)Langkah Persiapan.a.Siapkan dan periksalah kesiapan peralatan serta perlengkapan pendukung lainnya.b.Jelaskan kepada siswa gambaran umum simulasi dan kaitannya dengan topik yang sedang di pelajari, tujuan yang akan di capai serta apa yang di harapkan dari siswa.c.Siapkan sekenario simulasi yang telah di sempurnakan.d.Bagiakn skrip kegiatan kepada siswa sesuai dengan perannya masing- masing dan berikan penjelasan tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh mereka lakukan.e.Beri kesempatan pada siswa untuk bertanya, untuk memperjelas pemahamannya tentang kegiatan simulasi dan perannya.3)Langkah Pelaksanaana.Lakukan langkah demi langkah kegiatan simulasi sesuai dengan skenario.b.Guru berperan sebagai sutradara yang mengendalikan kegiatan agar simulasi berjalan sesuai dengan sekenario dan di laksanakan dengan serius.c.Ingatkan siswa yang kuarang serius agar memfokuskan diri pada kegiatan suapaya memberikan makna bagi dirinya dan kelas.d.Guru membuat catatan- catatan tentang hal- hal yang perlu didiskusikan pada akhir pembelajaran yang meliputi hal- hal yang perlu mendapat pujian dan hal- hal yang perlu di perbaiki.e.Jika waktu masi tersedia ulangi melakukan langkah demi langkah dengan terlebih dahulu mendiskusiakan hal-hal yang perlu di perbaiki. Jika perlu buat rotasi peran di anatara sesama siswa untuk meningkatkan keluasan penguasaan kompetensi dan juga meningkatkan semangat belajar mereka.f.minta siswa menyebutkan urutan langkah demi langkah dengan kecepatan sub normal dan guru melakukan langkah sesuai dengan urutn sesuai yang di sebutkan oleh siswa.4)Langkah evaluasi dan penutupa.Lontarkan sejumlah pertanyaan ynag terkait denagn bagian atau langkah yang baru di peragakan berdasarkan catatan- catatan yang telah di buat.b.minta komentar dari siswa tentang pelaksanaan langkah- langkah yang di lakukan oleh temannya.c.Buatlah rangkuman dari kegiatan simulasi yang terkait dengan tujuan pembelajaran dengan menggalinya dari siswa.5)Perbedaan Metode Sosiodrama dan Bermain PeranTerletak pada objek pemain dan peran anak. Dalam bermain peran anak menjadi sutradara/dalang dan benda-benda menjadi pemainnya (boneka jari,wayang) tanpa skenario, dalam perkembangan anak ini disebut bermain mikro.Sedangkan sosiodrama, anak menjadi pemain yang memerankan tokoh/karakter yang diperankan dan guru sebagai sutradaranya, dalam perkembangan anak ini disebut bermain makro. Sosiodrama dan bermain peran menempatkan anak sebagai pemain, namun tema/jalan cerita pada bermain peran dapat bersifat umum/luas, bahkan imajinatif, sedangkan pada sosiodrama jalan cerita mengandung konflik sosial yang terselesaikan di akhir cerita.

C.Metode Proyeka.PengertianMetode proyek atau unit adalah cara penyajian pengajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.Metode ini melatih anak bekerja sama dengan kelompok kecil antara 3-4 anak. Setiap kelompok diberi proyek kecil, misalnya menemukan berbagai jenis daun dan mengecapnya dengan berbagai warna pada sehelai kertas manila. Anak-anak dalam satu kelompok menghasilkan satu karya. Begitu pula proyek-proyek kecil seperti pengamatan dan percobaan dapat dikerjakan anak. Metode ini melatih anak bekerja sama dan mengembangkan kemampuan sosial.b.TujuanDidalam kegiatan bersama, anak belajar mengatur diri sendiri untuk bekerja sama dengan teman dalam memecahkan suatu masalahDalam kegiatan bersama pengalaman akan sangat bermakna bagi anak. Misalnya pengalaman anak dalam melipat kertas akan menjadi sangat bermakna untuk membuat hiasan dinding dalam rangka menyiapkan ruangan untuk pesta.Berlatih untuk berprakarsa dan bertanggung jawabBerlatih menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan secara bebas dan kreatif

Hollans (1983:124) mengemukakan bahwa proyek merupakan suatu tugas yang membutuhkan gabungan dari kecakapan. Proyek-proyek biasanya mengambil suatu jumlah waktu yang diperhitungkan.Kunandar (2007:375) menyatakan bahwa:Pembelajaran basis proyek atau tugas adalah pendekatan pembelajaran dimana guru memberikan proyek atau tugas yang komplek, sulit, lengkap tetapi realistis/otentik kepada siswa dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas tersebut.c.Kelebihan metode proyek :Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupanDapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpaduMembangun pengetahuan baru yang didasari oleh pengetahuan sebelumnya,Menolong anak mengerti nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka,Menolong anak mengerti hubungan satu konsep dengan konsep yang lain,Membuat anak mengerti nilai literatur dan angka-angka dalam konteks hidup yang sebenarnya, memberikan ide-ide dalam permainan peran,Mendorong anak mencari sumber-sumber pengetahuan dan informasi yang lain selain di sekolah,Menjembatani komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip modern yang dalam pengajaran perlu diperhatikan :a.Kemampuan individu siswa dan kerja sama dalam kelompokb.Bahan pelajaran tak lepas dari kehidupan riel sehari-hari yang penuh dengan masalahc.Pengembangan aktivitas, krestivitas dan pengalaman siswa banyak dilakukand.Agar teori dan praktek, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.c. Kekurangan metode proyek :Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudahBahan pelajaran sering menjadi luar sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.Memerlukan tambahan waktu yang lebih lama diluar jadwal pelajaran.

BAB IIIPENUTUPA.KESIMPULANMetode yang digunakanuntukpengembanganbahasapadaanakusiadini, yaitumetode karya wisata, metode sosiodrama, bermain peran, dan metode proyek. Dalam penerapannya sekolah dapat memilih metode sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan yang akan dicapai oleh anak. Dalam penerapan setiap metode ini guru harus dapat merencanakan kegiatan secara sistematis dan dapat menggunakan waktu sebaik mungkin agar dapat mencapai sasaran dan tujuan pendidikan yang diinginkan.

B.KRITIK DAN SARANSemoga dengan makalah ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman para pembaca untuk lebih memahami akan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bahasa untuk anak usia dini. Mungkin makalah ini jauh dari sempurna, maka apabila ada kritik dan saran kami terima guna untuk membangun agar bisa menyusun makalah lebih baik lagi.DAFTAR PUSTAKADjamarah, Bahri, Syaiful.(1996).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.Gintings, Abdorrakhman(2008)Esensi praktis belajar dan Pembelajaran.Jakarta :humaniorGunarti, Winda.(2008).Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak UsiaDini.Jakarta: Universitas Terbuka.http://www.slideshare.net/WahyuWatt/metode-pemberian-tugas-dan-metode-karyawisatahttp://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/www.syntactsolutions.com).