171
PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK PEMBANGUNAN CENTRAL NATURAL GAS (Studi Kasus : Stasiun Gas Induk Bitung-Tangerang) Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana S1 Jurusan Teknik Sipil-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa M.FADHIL CHOLIQ (3336100371) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON - BANTEN 2014

m.fadhil Choliq(3336100371) (Perencanaan Pondasi Tiang Bor Pada Proyek Central Natural Gas)

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK

    PEMBANGUNAN CENTRAL NATURAL GAS

    (Studi Kasus : Stasiun Gas Induk Bitung-Tangerang)

    Tugas Akhir

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana S1 Jurusan

    Teknik Sipil-Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    M.FADHIL CHOLIQ

    (3336100371)

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

    CILEGON - BANTEN

    2014

  • iv

    PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan

    karunia-Nya laporan tugas akhir dengan judul Perencanaan Pondasi Tiang Bor

    Pada Proyek Pembangunan Central Natural Gas (Studi kasus: Stasiun Gas Induk

    Bitung-Tangerang) dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula syalawat

    serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW

    beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Penulisan tugas akhir ini dilakukan

    dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S-

    1) pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    Laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan dengan baik atas bantuan dan

    kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

    1. Ibu Enden Mina, ST., MT dan Bapak Rama Indera Kusuma, ST., MT

    selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya serta

    meluangkan waktunya hingga selesainya laporan tugas akhir ini.

    2. Bapak Zulmahdi Darwis, ST.,M.Eng dan Ibu Restu Wigati, ST, M. Eng

    selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

    untuk memberi masukan-masukan yang membantu saya dalam

    penyusunan laporan tugas akhir ini.

    3. Bapak M.Fakhruriza Pradana, ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    4. Ibu Irma Suryani ST,M.Sc Selaku Koordinator tugas akhir Jurusan Teknik

    Sipil.

    5. Pihak PT Surya Cipta Teknik, Tangerang yang telah banyak membantu

    dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.

  • v

    6. Untuk seluruh mahasiswa sipil Untirta, khususnya Durisapu, terima kasih

    banyak untuk bantuan dan dukungan baik moril dan materil.

    Penulis selaku insan yang tidak pernah jauh dan luput dari kesalahan,

    menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan-kekurangan

    dan masih jauh dari kesempurnaan. Diharapkan saran dan kritik yang membangun

    untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Cilegon, Juli 2014

    Muhammad Fadhil Choliq

  • Halaman Persembahan

    Karya skripsi ini akan ku persembahkan khusus untuk kedua orang tua ku, Muhamad

    Annas dan Tini Suhastini. Hanya karena merekalah aku bisa jadi seperti ini,

    sebagai motivator terhebat dalam perjalanan hidupku. Kedua adikku tercinta, Siti

    Sarah Choirunnisa dan Siti Aisyah Noor Salma, yang tak henti mendoakan aku

    sehingga menjadi bahan bakar semangat dalam menjalani hidup ini.

    Seluruh keluarga besarku yang telah mendukung perjalanan pendidikanku.

    Tak ada kata yang sempurna, tak ada kalimat seindah apapun untuk

    menggambarkan rasa terima kasihku.

    Muhammad Fadhil Choliq

  • vii

    PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK

    PEMBANGUNAN CENTRAL NATURAL GAS

    (Studi Kasus : Stasiun Gas Induk Pertamina Bitung-Tangerang)

    Muhammad Fadhil Choliq

    INTISARI

    Studi perencanaan pondasi tiang bor dilakukan pada Proyek

    Pembangunan CNG Mother and Daughter Station berbasis di Bitung-

    Tangerang. Pondasi tiang bor pada proyek ini direncanakan untuk menahan beban kompresor gas. Tujuan dari studi ini adalah menghitung daya dukung

    kelompok pondasi tiang bor dan penurunan, serta merencanakan pile cap dan

    pondasi tiang bor dengan menentukan dimensi dan menghitung kebutuhan

    tulangan yang dibutuhkan dalam perencanaan pondasi tiang bor. Metode-metode

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Meyerhof (1976) dengan

    data hasil Standar Penetration Test, dan metode Skempton (1966) dan Oneil Reese (1989) dengan data hasil uji laboratorium. Peneliti juga membandingkan

    hasilnya dengan menggunakan software GEO5 v.17.

    Hasil analisis perhitungan daya dukung pondasi tiang bor dalam penelitian

    menunjukan bahwa daya dukung kelompok tiang berdasarkan Meyerhof

    (1976) untuk data SPT adalah 272,78 ton dengan SF = 5,65 dan penurunannya

    0,67 cm, berdasarkan Skempton (1966) dan Oneil Reese (1989) dengan data hasil uji laboratorium adalah 321,664 ton dengan SF = 6,67 dan penurunannya

    1,176 cm, dan berdasarkan program GEO5 v.17 adalah 716,543 ton dengan SF =

    6,24 dan hasil penurunannyan 1,09 cm. Hasil analisis perhitungan tahanan beban

    lateral pondasi tiang bor dalam penelitian menunjukan tahanan beban lateral

    pada tiang kelompok didapat Hu = 65,911 ton dan defleksi tiang kelompok

    0,00355 cm.

    Hasil perencanaan pondasi tiang bor didapat dimensi tiang bor 0,4 m

    dengan tulangan longitudinal tekan lentur sebesar 8 D19, serta tulangan geser

    (sengkang spiral) sebesar D19-150. Hasil perencanaan pile cap didapat dimensi

    pile cap 2,6 x 7 x 0,85 m dengan tulangan tarik dua arah sebesar D22-100 dan

    tulangan tekan dua arah sebesar D19-100 dengan jarak sengkang sebesar 250 mm.

    Berdasarkan analisis besar faktor keamanan daya dukung pondasi memenuhi

    syarat keamaan untuk daya dukung baik untuk beban vertikal maupun horizontal

    karena nilai SF > 3,5 dan hasil penurunan pondasi kelompoknya memenuhi syarat

    keamanan karena nilai penurunannya < 4 cm.

    Kata kunci : Tiang bor, daya dukung, penurunan, beban lateral, pile cap

  • viii

    DESIGN OF BORED PILE FOUNDATION OF CENTRAL

    NATURAL GAS DEVELOPMENT PROJECT

    (Case study : Main Gas Station of Bitung Pertamina - Tangerang)

    Muhammad Fadhil Choliq

    ABSTRACT

    The study of design bored pile foundation was conducted on the " Project of

    Mother and Daughter CNG Station located in Bitung-Tangerang". Bored pile

    foundation used in this project to support the weight of the gas compressor.The

    purpose of this study was to calculate the bearing capacity and displacement the

    pile group foundation, as well as design pile cap and bored pile with determining

    the dimensions and calculate the required reinforcement in the design of bored pile.

    The Methode that is used in this study are Meyerhof (1976) method with Standard

    Penetration Test (SPT) result data, and (1966) and Oneil Reese (1989) method from laboratory test results data. The Study also compared manual results with

    GEO5 v.17 software result.

    The result of the analysis of the calculation of pile foundation bearing capacity in this study showed that the bearing capacity of the pile group based on

    Meyerhof (1976) for SPT data is 272,78 tons with SF = 5,65 and 0,67 cm

    displacement, based Skempton (1966) and Oneil Reese (1989) method from laboratory test results data is 321,664 tons with SF = 6,67 and displacement 1.176

    cm. Otherwise based on GEO5 v.17 program the bearing capacity is 716,543 tons

    with SF = 6,24 and displacement 1,09 cm. The results of the analysis of lateral load

    resistance calculation bored pile in the study showed lateral load resistance on the

    pile group obtained Hu = 65.911 tons and 0.00355 cm deflection of pile group.

    The result of design bored pile be obtained dimensions 0.4 m with flexural

    compressive longitudinal reinforcement at 8 D19, as well as shear reinforcement

    (cross bar spiral) of D19-150. Based on the results of desain pile cap the dimension

    is 2,6 x 7 x 0,85 m with tensile reinforcement two way directions for D22-100 and

    reinforcement two way directions for D19-100 with a cross bar spacing of 250 mm

    and Based on the analysis of large safety factor of foundation bearing capacity to

    meet the security requirements for load bearing capacity either vertically or

    horizontally for SF values > 3.5 and the result of settlement in foundation safety

    group qualify for the settlement value < 4 cm.

    Keywords: Bored Pile, bearing capacity, displacement, lateral load resistance,

    pile cap

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

    LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................ii

    LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................iii

    PRAKATA .........................................................................................................iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vi

    INTISARI ...........................................................................................................vii

    ABSTRACT .......................................................................................................viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................ix

    DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv

    DAFTAR NOTASI .............................................................................................xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xix

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .....................................................................................1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................3

    C. Lokasi Penelitian ..................................................................................3

    D. Tujuan Penelitian .................................................................................4

    E. Manfaat Penelitian ...............................................................................4

    F. Batasan Masalah ..................................................................................5

    G. Keaslian Penelitian................................................................................5

    II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................6

    III. LANDASAN TEORI

    A. Definisi Tanah .......................................................................................10

    B. Penyelidikan Lapangan dengan Pengeboran .......................................12

    C. Macam-Macam Pondasi .......................................................................21

    D. Pengertian Pondasi Tiang Bor ..............................................................21

    E. Keuntungan dan Kerugian Pondasi Tiang Bor .....................................23

    F. Metode Dasar Dalam Pelaksanaan Tiang Bor ......................................24

  • x

    G. Pembebanan Pondasi Tiang Bor ...........................................................27

    H. Dimensi Tiang Bor ................................................................................34

    I. Kapasitas Dukung Tiang Bor ................................................................34

    J. Kapasitas Tahanan Beban Lateral Ultimit ............................................44

    K. Penurunan Pondasi Tiang Bor ..............................................................52

    L. Faktor Aman Tiang Bor ........................................................................64

    M. Perencanaan Pile Cap ...........................................................................65

    N. Perencanaan Tulangan Pondasi Tiang Bor ...........................................67

    O. Program GEO5 v.17..............................................................................69

    IV. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Data Umum ..........................................................................................73

    B. Lokasi Pengujian Lapangan .................................................................73

    C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................74

    D. Proses Perancangan ..............................................................................74

    E. Flow Chart Metodologi Penelitian ......................................................76

    F. Waktu Penelitian ..................................................................................78

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Data Perencanaan Pondasi ...................................................................80

    B. Pembebanan Pondasi ...........................................................................80

    C. Korelasi Data Tanah untuk Menghitung Daya Dukung dan Penurunan .......83

    D. Analisis Pondasi Tiang Bor ..................................................................86

    E. Perhitungan Tahanan Beban Lateral Pada Tiang Bor ...........................93

    F. Perencanaan Pile Cap dengan Empat Pile ............................................104

    G. Perencanaan Tulangan Pondasi Tiang Bor ...........................................112

    H. Menghitung Penurunan Tiang dan Penurunan Ijin ...............................120

    I. Analisis Program GEO5 v.17 ...............................................................126

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ..........................................................................................142

    B. Saran ....................................................................................................143

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Mesin Compressor ......................................................................... 2

    Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 4

    Gambar 3. Layout Lokasi Penelitian ............................................................... 4

    Gambar 4. Posisi Penelitian terhadap Peneliti Sebelumnya ............................ 9

    Gambar 5. Splint Barrel Sampler Untuk Penyelidikan SPT ............................ 14

    Gambar 6. Contoh Palu yang Biasa Digunakan Dalam Uji SPT ..................... 14

    Gambar 7. Skema Urutan Pengujian Penetrasi Standar (SPT) ........................ 15

    Gambar 8. Formulir Pengujian SPT ................................................................ 17

    Gambar 9. Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir .................................................... 21

    Gambar 10. Bored Pile dengan metode kering .................................................. 24

    Gambar 11. Bored Pile dengan metode acuan ................................................... 25

    Gambar 12. Bored Pile dengan metode adonan ................................................ 26

    Gambar 13. Wilayah Gempa Indonesia dengan Periode Ulang 500 Tahun ...... 32

    Gambar 14. Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana ................................. 33

    Gambar 15. Definisi Tiang Ujung Jepit dan Ujung Bebas ................................ 44

    Gambar 16. Tiang Ujung Jepit dalam Tanah Kohesif ....................................... 48

    Gambar 17. Tahanan Lateral Ultimit Tiang dalam Tanah Kohesif ................... 49

    Gambar 18. Variasi nilai Ax, Am, Bx, Bm untuk Tiap Kedalaman z .......... 51

    Gambar 19. Faktor Penurunan I0 ....................................................................... 55

    Gambar 20. Koreksi Kompresi Rk ..................................................................... 56

    Gambar 21. Koreksi kedalaman Rh ................................................................... 56

    Gambar 22. Koreksi Angka Poisson R ............................................................. 57

    Gambar 23. Koreksi Kekakuan Lapisan Pendukung, Rb ................................... 57

    Gambar 24. Gambar Grafik Faktor Koreksi ..................................................... 62

    Gambar 25. Susunan Kelompok Tiang dalam Pelat Penutup Tiang ................. 65

    Gambar 26. Penulangan Tiang Bor ................................................................... 69

    Gambar 27. Hasil output daya dukung tiang tunggal ....................................... 71

    Gambar 28. Hasil output penurunan tiang tunggal ............................................ 71

  • xii

    Gambar 29. Hasil output daya dukung tiang kelompok ................................... 72

    Gambar 30. Hasil output penurunan tiang kelompok ........................................ 72

    Gambar 31. Titik pengujian Sondir dan SPT yang ditinjau ............................... 74

    Gambar 32. Flow Chart Metodologi penelitian................................................. 76

    Gambar 33. Detail potongan rencana pondasi ................................................... 79

    Gambar 34. Susunan pondasi tiang kelompok .................................................. 91

    Gambar 35. Defleksi tiang ujung jepit akibat beban lateral .............................. 100

    Gambar 36. Momen pada tiang ujung jepit akibat beban lateral ....................... 100

    Gambar 37. Penampang bundar kolom pendek dengan penampang persegi dan

    aktual ekivalen ............................................................................... 116

    Gambar 38. Hasil Pengujian konsolidasi ........................................................... 125

    Gambar 39. Pola beban dan penurunan konsolidasi .......................................... 126

    Gambar 40. Tampilan Awal program GEO5 v.17 (Pile Group) ....................... 127

    Gambar 41. Tampilan settings pada program GEO5 v.17(Pile Group) ............ 127

    Gambar 42. Tampilan structure pada program GEO5 v.17(Pile Group) .......... 128

    Gambar 43. Tampilan geometry pada program GEO5 v.17(Pile Group) .......... 129

    Gambar 44. Tampilan material beton pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ........ 130

    Gambar 45. Tampilan material tulangan pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .. 131

    Gambar 46. Tampilan load pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ... 131

    Gambar 47. Menu input profile pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ....... 132

    Gambar 48. Kedalaman lapisan 1 pada program GEO5 v.17(Pile Group) ....... 132

    Gambar 49. Kedalaman lapisan 2 pada program GEO5 v.17(Pile Group) ....... 133

    Gambar 50. Kedalaman lapisan 3 pada program GEO5 v.17(Pile Group) ....... 133

    Gambar 51. Tampilan profile pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ...... 133

    Gambar 52. Menu input soils pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .......... 134

    Gambar 53. Spesifikasi tanah lapisan 1 pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .... 134

    Gambar 54. Spesifikasi tanah lapisan 2 pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .... 135

    Gambar 55. Spesifikasi tanah lapisan 3 pada program GEO5 v.17 (Pile Group) .... 136

    Gambar 56. Menu input water pada program GEO5 v.17 .............................. 137

    Gambar 57. Tampilan water pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) . 137

  • xiii

    Gambar 58. Tampilan Stage settings pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group) ....... 138

    Gambar 59. Tampilan hasil analisis daya dukung vertikal pondasi pada program

    GEO5 v.17 (Pile Group) ................................................................ 138

    Gambar 60. Tampilan hasil analisis penurunan pondasi pada program GEO5

    v.17 (Pile Group) ........................................................................... 139

    Gambar 61. Tampilan output pondasi pada program GEO5 v.17 (Pile Group)........ 139

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Perbandingan Penelitian Tugas Akhir Sebelumnya .............................. 8

    Tabel 2. Nilai berat jenis tanah dari berbagai macam tanah ...............................10

    Tabel 3. Nilai n, e, w, d, b untuk tanah keadaan asli lapangan .........................11

    Tabel 4. Hubungan indeks plastis dengan plastisitas dan jenis tanah .................11

    Tabel 5. Hubungan N dengan kerapatan relatif (Dr) tanah pasir ........................18

    Tabel 6. Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah

    lempung jenuh .......................................................................................19

    Tabel 7. Beban Mati pada Struktur ....................................................................27

    Tabel 8. Beban Hidup pada Struktur ..................................................................28

    Tabel 9. Faktor Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan ......30

    Tabel 10.Faktor Daktilitas Maksimum (m), Faktor Reduksi Gempa Maksimum

    (Rm), Faktor Tahanan Lebih Struktur (f1) beberapa jenis sistem/subsistem

    struktur gedung .....................................................................................31

    Tabel 11.Jenis tanah berdasarkan SNI 03-1726 tanah sedang dan tanah lunak

    apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 meter paling atas dipenuhi

    syarat-syarat yang tercantum dalam tabel 11.-2002 ...........................32

    Tabel 12.Faktor reduksi kekuatan ......................................................................34

    Tabel 13.Nilai rata-rata untuk memperkirakan tahanan kulit tiang bor tiang yang

    dibor dalam tanah lempung ...................................................................37

    Tabel 14. Perkiraan qd Untuk Tiang yang Dicor Ditempat ...............................39

    Tabel 15. Intensitas Gaya Geser Dinding Tiang ................................................40

    Tabel 16. Faktor Kapasitas Dukung Ujung Nc dan Nq .....................................43

    Tabel 17. Nilai-nilai nh Untuk Tanah Kohesif ...................................................46

    Tabel 18. Kriteria tiang kaku dan tiang tidak kaku ...........................................46

    Tabel 19. Nilai Modulus Elastis .........................................................................46

    Tabel 20. Koefisien momen dan defleksi pada tiang bor untuk tanah granuler .50

  • xv

    Tabel 21. Ketentuan Penurunan Maksimum Pada Suatu Bangunan Jenis

    bangunan .............................................................................................53

    Tabel 22. Angka poison () untuk masing-masing jenis tanah ...........................53

    Tabel 23. Hubungan Untuk Indeks Pemampatan(Cc).........................................63

    Tabel 24. Faktor aman untuk tiang bor ...............................................................64

    Tabel 25. Rencana Waktu penelitian...................................................................79

    Tabel 26. Beban mati yang bekerja pada pondasi mesin kompresor ..................80

    Tabel 27 Data tanah pada pondasi mesin kompresor ..........................................83

    Tabel 28. Hasil Daya dukung ultimit tiang dan SF untuk kapasitas tiang tunggal ......91

    Tabel 29. Hasil Daya dukung ultimit tiang dan SF untuk kapasitas tiang kelompok ...93

    Tabel 30. Nilai defleksi dan momen tiang tunggal akibat beban lateral .............101

    Tabel 31. Perkiraan penurunan tiang tunggal .....................................................122

    Tabel 32. Hasil analisis daya dukung vertikal dan penurunan tiang bor kelompok ...140

    Tabel 33.Perbandingan Hasil Analisis Perencanaan dengan Kondisi di Lapangan .... 141

  • xvi

    DAFTAR NOTASI

    Ab = Luas penampang ujung bawah tiang (m2)

    As = Luas Selimut Tiang (m2)

    bw = Lebar Pile Cap (m)

    = Koefisien Gesek

    C = Faktor Respon Gempa

    Cu = Kohesi Undrained (ton/m2)

    D = Diameter Tiang (m)

    Dr = Kerapatan Relatif

    Eg = Efisiensi Kelompok Tiang

    Ep = Modulus Elastis Tiang (kN/m2)

    Es = Modulus Elastis Tanah (kN/m2)

    e = Angka Pori

    e = Eksentrisitas (m)

    eb = Eksentrisitas Balanced (m)

    f = Kedalaman Tiang Pada Keadaan Momen Maksimum (m)

    fb = Tahanan Ujung Neto per Satuan Luas (kPa)

    fc = Kuat Tekan Beton (MPa)

    fi = Besar gaya geser maksimum dari lapisan tanah (ton/m2)

    fs = Tahanan Gesek Satuan (ton/m2)

    fy = Kuat Tarik Baja (MPa)

    H = Kedalaman total lapisan tanah ujung tiang ke muka tanah (m)

    Hu = Tahanan Lateral Ultimit Tiang (ton)

    Hi = Beban Horizontal per 1 tiang (kN)

    I = Faktor Keutamaan Gedung

    Ip = Momen Inersia Tiang (m4)

  • xvii

    I0 = Faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat

    K = Faktor Kekakuan Tiang

    k = Modulus Reaksi Subgrade

    lw = Panjang Pile Cap (m)

    L = Panjang Tiang (m)

    Li = Tebal Lapisan Tanah dengan Memperhitungkan Geseran Dinding

    Tiang (m)

    m = Jumlah Baris Tiang

    Mmak = Momen dimana tiang mencapai batas maksimum (ton.m)

    Mg = Momen Pada Dasar Muka Tanah (ton.m)

    Mu = Momen Ultimit Penampang (ton)

    My = Tahanan Momen Batas Tiang (ton.m)

    Mz = Momen Tiang untuk Tiap Lapisan (ton.m)

    n = Jumlah Tiang

    n = Jumlah Tiang Dalam Satu Baris

    = Rasio Tulangan

    min = Rasio Tulangan Minimum

    o = Tekanan Overburden di Tengah Lapisan Tanah (ton/m2)

    p = Keliling Tiang (m)

    P = Beban Total (ton)

    Pr = Kuat Rencana Penampang (ton)

    Pu = Kuat Nominal Penampang (ton)

    qd = Unit Tahanan Ujung (ton/m2)

    Q = Beban yang Bekerja (ton)

    Qb = Tahanan Ujung Tiang (ton)

    Qs = Tahanan Gesek Dinding (ton)

    Qpg = Daya Dukung Kelompok Tiang (ton)

  • xviii

    Qult = Daya Dukung Ultimit Tiang (ton)

    R = Faktor Reduksi Gempa

    R = Faktor Kekakuan untuk modulus tanah konstan

    Rk = Faktor koreksi kemudahan mampatan tiang

    Rh = Faktor koreksi untuk kelebihan lapisan yang terletak pada tanah keras.

    R = Faktor koreksi angka poison

    Rb = Faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung

    s = Jarak antar Pusat Tiang (m)

    S = Penurunan Tiang Tunggal (cm)

    Sc = Penurunan Konsolidasi (cm)

    T = Faktor Kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan

    Vu = Gaya Geser Ultimit (ton)

    Vc1 = Gaya Geser Satu Arah (ton)

    Vc2 = Gaya Geser Dua Arah (ton)

    = Arc tan d/s (derajat)

    = Faktor Reduksi Kekuatan

    = Koefisien dari Skin Friction

    = Kadar Air (%)

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 Berkas-Berkas Sidang Tugas Akhir

    LAMPIRAN 2 Gambar Detail Tulangan

    LAMPIRAN 3 Data Penyelidikan Tanah

    LAMPIRAN 4 Gambar Mesin Kompresor

  • 1

    BAB I

    PEDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan suatu konstruksi pertama sekali yang dilaksanakan dan

    dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan struktur bawah baru kemudian

    melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar

    fungsinya pada suatu konstruksi. Pondasi didefinisikan sebagai bangunan bawah

    tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri dan

    beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang ada disekitarnya.

    Industri didaerah Bitung dan daerah sekitarnya berkembang dengan pesat

    membuat pertamina gas mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya.

    Pertamina membangun sebuah proyek Pembangunan CNG mother and daughter

    station berbasis di Bitung-Tangerang yaitu sebuah proyek penyediaan gas alam

    yang diharapkan bisa memasok kebutuhan gas untuk industri Bitung dan

    sekitarnya.

    Proyek Pembangunan CNG mother and daughter station bertempat di

    Bitung-Tangerang terdapat beberapa bangunan salah satunya bangunan

    kompresor, pondasi pada bangunan kompresor menggunakan pondasi tiang

    pancang grup dengan 6 buah tiang dengan diameter 0,3m x 0,3m. Dari hasil

    penyelidikan tanah pada titik sondir 1 dan dept boring 1 diperoleh data bahwa

    lapisan tanah bagian atas adalah tanah lunak dengan konsistensi rendah sehingga

    daya dukung tanahnya juga rendah, sedangkan lapisan tanah keras terdapat pada

    kedalaman 4-5 meter dari permukaan tanah. Dalam pelaksanaannya proyek ini

    juga memerlukan tanah urugan setinggi 2,1-2,5 meter dari permukaan jalan.

    Bangunan kompresor menampung beban mesin kompresor, kompresor

    sendiri merupakan alat penampung dan penyaluran gas dimana bahan yang

    ditampung sudah menjadi gas natural. Berat bersih kompresor 11 ton, dengan

    tinggi 2,802 m, panjang 6,954 m, dan lebar 2,18 m. Alat ini di datangkan langsung

    dari Buenos Aires, Argentina.

  • 2

    Gambar 1. Mesin Compressor

    (Sumber: Data Observasi Lapangan, 2013)

    Beban yang bekerja adalah beban vertikal dan beban horizontal, beban

    vertikal yaitu berat sendiri kompresor karena dalam penelitian ini fokus pada daya

    dukung dan penurunan pondasi tiang bor akibat beban vertikal dari kompresor itu

    sendiri dan beban horizontal yaitu beban gempa pada pondasi tiang bor. Dalam

    perencanaan pondasi tiang bor, ada beberapa metode yang dapat digunakan.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Skempton (1966)

    karena metode ini digunakan untuk tanah lempung sesuai dengan karakteristik

    tanah di lapangan yaitu lanau kelempungan. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode Oneill dan Reese(1989) karena metode ini

    digunakan untuk tanah pasir sesuai dengan karakteristik tanah di lapangan yaitu

    lanau kepasiran. Metode lainnya yang digunakan adalah metode Meyerhof (1976),

    metode ini digunakan untuk menganalisis data dari penyelidikan SPT dimana

    metode ini telah lama muncul dan banyak digunakan dalam penelitian daya

    dukung tiang bor. Metode lainnya menggunakan metode statis, yaitu perhitungan

    yang dilakukan menurut teori Mekanika Tanah, yaitu dengan mempelajari sifat-

    sifat teknis tanah ( strength parameter) yang diperoleh dari hasil uji lapangan

    (SPT atau CPT) dan data hasil uji laboratorium.

    Dalam penelitian, penulis ingin membuat suatu pondasi jenis tiang bor untuk

    bangunan kompresor, hasilnya akan dibandingkan dengan penggunaan pondasi

    tiang pancang yang sebelumnya sudah di analisis oleh Anwar (2013) dengan

  • 3

    menggunakan 2 metode yaitu Meyerhof (1976) untuk menganalisis data dari

    penyelidikan SPT (Standard Penetration Test dan Aoki de alencer (1986) untuk

    menganalisis data dari penyelidikan CPT(Cone Penetration Test). Dengan safety

    factor (FS) safety factor ijin dan hasil penurunan pondasi kelompoknya

    memenuhi syarat keamanan karena nilai penurunannya < penurunan ijin.

    B. Perumusan Masalah

    Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :

    1. Bagaimana menentukan dimensi pile cap dan pondasi, serta banyaknya

    tulangan pile cap dan pondasi yang akan digunakan.

    2. Berapa besar nilai ketahanan tanah dan daya dukung pondasi

    tiang bor terhadap beban kompresor.

    3. Bagaimana menganalisa dan mendapatkan angka penurunan yang terjadi

    pada tiang bor yang menahan beban kompresor dengan perhitungan

    manual dan menggunakan software GEO5 v.17.

    C. Lokasi penelitian

    Penelitian berlokasi di daerah Bitung-Tangerang, tepatnya di proyek

    pembangunan CNG mother and Daughter station berbasis di Bitung terletak di

    Jalan raya serang km 10,4 Bitung, Tangerang Batas-batas lokasi proyek adalah

    sebagai berikut:

    1. Sebelah Utara : Perumahan dinas karyawan Pertamina Gas

    2. Sebelah Selatan : Jalan Raya Serang Km 10,4 Bitung, Tangerang

    3. Sebelah Barat : PT. SBR

    4. Sebelah Timur : Lapangan sepak bola

  • 4

    Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

    (Sumber : Google Map, 2014)

    Gambar 3. Layout Lokasi Penelitian

    (Sumber : Data kontraktor pelaksana,2013)

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Merencanakan pile cap dan pondasi tiang bor pada proyek pembangunan

    CNG mother and Daughter station berbasis di Bitung.

    2. Mendapatkan hasil analisa daya dukung pondasi tiang bor terhadap berat

    kompresor sesuai data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan

    manual dan software GEO5 v.17.

    3. Dapat membandingkan angka penurunan secara hitungan manual dan

    menggunakan software GEO5 v.17.

    E. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat:

    1. Mengetahui penulangan pondasi dan pile cap sesuai dengan dimensi

    pondasi dan pile cap yang direncanakan.

  • 5

    2. Mengetahui daya dukung, penurunan pondasi dan mampu

    mengaplikasikan program GEO5 v.17.

    3. Menjadikan referensi sebagai salah satu contoh perhitungan pondasi

    tiang bor untuk mahasiswa Teknik Sipil UNTIRTA.

    F. Batasan Masalah

    Batasan masalah dari penelitian adalah :

    1. Pada proyek pembangunan CNG mother and Daughter station berbasis

    di Bitung ini, peneliti bermaksud hanya merencanakan pondasi tiang

    bor pada pondasi bangunan kompresor dengan data penyelidikan tanah

    pada titik sondir 1 dan dept boring 1.

    2. Analisis menggunakan metode yang sesuai dengan data penyelidikan

    tanah yang telah dilakukan yaitu metode statis, Meyerhof (1976), Oneill

    Reese (1989) dan Skempton (1966) .

    3. Beban horizontal yang ditinjau adalah beban gempa.

    4. Tidak menghitung rancangan anggaran biaya pada banguan kompresor.

    5. Karena kompresor ini berfungsi sebagai penampung gas maka

    diasumsikan beban kompresor adalah beban statis, oleh karena itu dalam

    penelitian ini tidak menghitung akibat beban getaran mesin.

    G. Keaslian Penelitian

    Penelitian perencanaan pondasi dan analisa daya dukung pondasi telah diteliti

    oleh banyak orang. Namun setiap penelitian mempunyai lokasi dan tinjauan

    gedung yang berbeda. Perencanaan pondasi kompresor menggunakan pondasi

    tiang bor pada proyek pembangunan CNG mother and Daughter station berbasis

    di Bitung ini belum pernah dilakukan oleh orang lain.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Penelitian yang dilakukan oleh Putro (2011) yang meneliti tentang

    Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Proyek Gedung Menara Palma yang

    berlokasi di Jl. HR. Rasuna Said Kav. 6, Kuningan, Jakarta Selatan. Dari hasil

    penelitian didapat hasil Analisa penurunan dengan menggunakan program FB-

    PIER = 0.001 m. Daya dukung 1 tiang diameter 0,8 m kedalaman 14 m= 105 ton

    dan daya dukung kelompok = 1575.024 ton. Daya dukung 1 tiang diameter 0,8 m

    kedalaman 16 m= 226.31 ton dan daya dukung kelompok = 5092.452 ton. Daya

    dukung 1 tiang diameter 1 m kedalaman 14 m= 152.45 ton dan daya dukung

    kelompok = 2271.63 ton . Daya dukung 1 tiang diameter 1 m kedalaman 16 m=

    339.43 ton dan daya dukung kelompok = 7637.265 ton. Menggunakan pondasi

    tiang pancang dengan material beton: dimensi 0,8 x 0,8 m dan panjang tiang 14

    m dan 16 m.

    Penelitian yang dilakukan oleh Danuatmaja (2009) yang meneliti tentang

    Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Gedung Kampus STIE-IBS yag berlokasi di

    Kemang, Jakarta Selatan. Didalam proyek ini peneliti menghitung dengan

    beberapa metode dan diperoleh hasil perhitungan dengan menggunakan metode

    Vesic untuk daya dukung ujungnya dan untuk daya dukung selimutnya

    menggunakan metode Lambda(). Untuk penurunannya menggunakan metode

    semi empiris sehingga di dapat penurunan untuk masing-masing diameter tiang

    bor, untuk diameter 0,6 m 1 tiang didapat nilai penurunan sebesar 0,0158 m dan

    kelompok tiang sebesar 0,0317 m, untuk diameter 0,8 m 1 tiang didapat nilai

    penurunan sebesar 0,0191 m dan kelompok tiang sebesar 0,0382 m. Untuk

    penulangan pondasi dan pile cap mengacu pada peraturan SK SNI T-15-1991-03,

    didapat diameter dan penulangan pada pondasi tiang bor sebesar 0,6 m dengan

    tulangan pokok sebanyak 10 batang diameter tulangan 22 mm(10D22) dan 0,8 m

    dengan tulangan pokok sebanyak 13 batang diameter tulangan 25 mm(13D25).

  • 7

    Penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2010) yang meneliti tentang

    Analisa Pondasi Tiang Bor Pada Proyek Jembatan Tambalan II yang berlokasi di

    Bantul, Yogyakarta. Didalam proyek ini peneliti menganalisis kapasitas dukung

    dan penurunan pondasi tiang bor pada proyek jembatan tambalan II. Fondasi

    tiang bor dipilih karena penggunaan pondasi tiang bor merupakan suatu

    keharusan demi tercapai suatu struktur yang aman. Analisis yang digunakan

    adalah dengan metode statis yaitu dengan data uji laboratorium dan data SPT

    (lapangan). Dalam analisis ini digunakan tiang bor dengan diameter 0,60 m ;

    0,80 m dan 1,00 m. dengan kuat tekan beton K-250 dan panjang efektif tiang

    bor 15 m. Dari perhitungan analisis yang telah dilakukan didapatkan berat

    total struktur atas hasil analisis SAP 2000 sebesar 766,43 ton. Berdasarkan data

    SPT hasil analisis fondasi tiang bor diameter tiang 0,60 m sebesar 1281,707 ton

    lebih kecil daripada beban total 1288,85 ton sehingga tidak aman digunakan.

    Untuk diameter tiang 0,80 m mempunyai kapasitas dukung kelompok tiang

    sebesar 1612,00 ton lebih besar daripada beban total 1352,16 ton sehingga aman

    digunakan. Untuk diameter tiang 1,00 m mempunyai kapasitas dukung kelompok

    tiang sebesar 1864,462 ton lebih besar daripada beban total 1433,55 ton

    sehingga aman digunakan.. Dan penurunan fondasi tiang bor diameter tiang

    0,60 m adalah 0,28 m. Untuk diameter 0,80 m adalah 0,31 m. Untuk diameter

    1,00 m pada tanah lempung adalah 0,35 m. Semakin besar jarak antar tiang

    atau luasan kelompok tiang maka semakin kecil penurunan yang terjadi.

    Berdasarkan hasil penelitian dari referensi di atas, penulis tertarik untuk

    meneliti Perencanaan pondasi tiang bor pada proyek pembangunan central natural

    gas (Studi kasus: Stasiun gas induk Bitung-Tangerang) yang menahan beban

    kompresor gas. Analisis yang di pakai menggunakan metode perhitungan daya

    dukung pondasi dan penurunan manual serta menggunakan program GEO5 v.17.

  • 8

    Tabel 1. Perbandingan penelitian dengan penelitian yang berhubungan

    Peneliti Galeh

    A Putro

    Yunida

    Danuatmaja

    Febri Yoga

    Anggara

    Muhammad

    Fadhil Choliq

    Metode

    Penelitian

    Perencanaan

    pondasi

    tiang bor

    pada struktur

    gedung

    Perencanaan

    pondasi tiang bor

    pada struktur

    gedung

    Analisa daya

    dukung pondasi

    tiang bor pada

    struktur jembatan

    Perencanaan

    pondasi tiang

    bor pada

    kompresor

    Analisa

    menggunakan

    software

    FB-PIER Tidak SAP 2000 GEO5 v.17

    Lokasi

    penelitian

    Jl. HR.

    Rasuna Said

    Kav. 6,

    Kuningan,

    Jakarta

    Selatan

    Gedung Kampus

    STIE-IBS

    Kemang

    Jembatan

    Tambalan II

    Bantul

    Pondasi

    kompresor di

    stasiun gas

    induk Bitung-

    Tangerang

    Metode

    peerhitungan

    LCPC

    (Laboratoire

    Central des

    Ponts et

    Chaussees),

    Vesic dan N-

    SPT, SKSNI

    T15-1991-03

    Vesic, Lambda,

    Semi Empiris,

    SK SNI T-15-

    1991-03

    Metode Statis

    dengan

    menggunakan uji

    laboratorium dan

    SPT

    Metode Statis

    dengan

    menggunakan

    uji

    laboratorium

    dan N-SPT,

    Skempton,

    Meyerhof, SNI

    03-2847-2002,

    SNI 03-1726-

    2002

  • 9

    Keterangan:

    Penelitian yang bersifat mendukung

    dan dapat digunakan sebagai

    referensi

    Penelitian tidak sejenis/berhubungan

    Penelitian sejenis yang digunakan

    sebagai referensi

    Gambar 4. Posisi penelitian terhadap peneliti sebelumnya

    Galeh A Putro (2011) dengan judul

    Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Proyek Gedung

    Menara Palma

    Isi tugas akhir:

    1. Menghitung penulangan pada pondasi.

    2. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor group

    pada pondasi.

    3. Menghitung penulangan dan ukuran pada pile cap.

    4. Sotware yang digunakan yaitu FB-PIER.

    Muhammad Fadhil Choliq

    Perencanaan pondasi tiang bor pada proyek

    pembangunan central natural gas (Studi kasus:

    Stasiun gas induk Bitung-Tangerang

    Isi tugas akhir

    1. Menghitung penulangan pada pondasi dan

    penulangan pada pile cap.

    2. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor

    pada kompresor

    3. Data yang digunakan adalah N-SPT, dan

    laboratorium.

    4. Gaya horizontal yang ditinjau adalah beban

    gempa

    5. Software yang digunakan yaitu Geo5 v.17

    Febri Yoga Anggara (2010) dengan judul

    Analisa Pondasi Tiang Bor Pada Proyek Jembatan

    Tambalan II Bantul

    Isi tugas akhir:

    1. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor pada

    pondasi bangunan gedung.

    2. Metode perhitungan yang digunakan yaitu metode

    statis yaitu dengan uji laboratorium dan data SPT.

    3. Analisis struktur bangunan atas menggunakan

    program SAP 2000

    Yunida Danuatmaja (2009) dengan judul

    Perencanaan Pondasi Tiang Bor pada Gedung Kampus

    STIE-IBS Kemang

    Isi Tugas Akhir:

    1. Menghitung penulangan pada pondasi.

    2. Meneliti daya dukung dan penurunan tiang bor group

    pada pondasi.

    3. Menghitung penulangan dan ukuran pada pile cap.

    4. Tidak menggunakan software sebagai bahan

    perbandingan

  • 10

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    A. Definisi Tanah

    Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara

    dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi

    sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya

    dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah

    dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada

    kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak

    mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.

    Karakteristik dan parameter tanah sangat penting dalam merencanakan tipe

    pondasi yang di pakai, karena tidak semua karakteristik dan parameter tanah

    cocok digunakan dalam perencanaan pondasi, apabila tidak sesuai dapat di

    lakukan dengan cara rekayasa pondasi. Parameter tanah yang berpengaruh

    terhadap kapasitas daya dukung pondasi adalah berat isi tanah, nilai kohesi, sudut

    geser tanah, berat jenis tanah, nilai uji sondir, nilai N pada uji SPT.

    Tanah sendiri memiliki berat jenis bermacam-macam, berat jenis dari

    berbagai macam tanah tersebut berkisar antara 2,65 sampai 2,75. Nilai berat jenis

    sebesar 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak berkohesi. Sedang untuk

    tanah kohesif tak organik berkisar diantara 2,68 sampai 2,72. Nilai-nilai berat

    jenis tanah diberikan dalam tabel 2 berikut.

    Tabel 2. Nilai berat jenis tanah dari berbagai macam tanah

    Macam tanah Berat jenis (Gs)

    Kerikil 2,65 -2,68

    Pasir 2,65 2,68

    Lanau Tak Organik 2,62 2,68

    Lempung Organik 2,58 2,65

  • 11

    Lempung Tak Organik 2,68 2,75

    Humus 1,37

    Gambut 1,25 -1,80

    Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, dalam buku mekanika tanah 1, 1992

    Nilai-nilai porositas, angka pori dan berat volume total pada keadaan tanah

    asli dari berbagai jenis tanah, diberikan oleh terzaghi (1947), terdapat pada tabel

    3. berikut:

    Tabel 3. Nilai n, e, w, d, b untuk tanah keadaan asli lapangan

    Macam tanah n (%) e (%) d

    (g/cm)

    b (g/cm)

    Pasir seragam, tidak padat 46 0,85 32 1,43 1,89

    Pasir seragam, padat 34 0,51 19 1,75 2,09

    Pasir berbutir campuran,

    tidak padat 40 0,67 25 1,59 1,99

    Pasir berbutir campuran,

    padat 30 0,43 16 1,86 2,16

    Lempung lunak sedikit

    organik 66 1,90 70 - 1,58

    Sumber : Terzaghi (1947), dalam buku mekanika tanah 1, Hary Christady 1992

    Indeks plastisitas merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat

    plastis. Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis yang kecil, maka

    keadaan ini disebut dengan tanah kurus. Kebalikannya, jika tanah mempunyai

    interval air daerah yang besar, maka keadaan ini disebut dengan tanah gemuk.

    Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah, dan kohesinya diberikan

    Atterberg terdapat dalam tabel 4 berikut:

    Tabel 4. Hubungan indeks plastis dengan plastisitas dan jenis tanah

    PI Tingkat plastisitas Jenis Tanah Kohesi

    0 Tidak plastis / non PI Pasir Non kohesif

    0

  • 12

    B. Penyelidikan Lapangan dengan Pengeboran

    Penyelidikan lapangan yang dilaksanakan ini adalah dengan menggunakan

    jenis peralatan bor mesin. Pengeboran yang dilakukan dalam proyek ini adalah

    untuk menentukan profil lapisan tanah terhadap kedalaman dan juga untuk

    menentukan sifat - sifat fisis tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat

    plastisitas tanah, serta juga untuk pengambilan sampel tanah dalam tabung untuk

    dilakukan pengujian di laboratorium. Lebih terperinci penyelidikan dengan

    pengeboran ini bertujuan :

    1. Untuk mengevaluasi keadaan tanah secara visual terperinci

    2. Untuk mengambil sampel tak terganggu (undisturbed) dan sampel

    terganggu (disturbed) untuk diselidiki di laboratorium.

    3. Untuk melaksanakan test penetrasi SPT yang digunakan untuk

    menduga kedalaman tanah keras.

    Penyelidikan lapangan diproyek ini yang dilakukan adalah 2 titik uji sondir dan

    satu titik uji N-SPT (Deep boring).

    Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat. Pengawas

    lapangan yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil

    yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti: pergantian alat dan

    tipenya, kedalaman lubang pada waktu penggantian alat, metode penahanan

    lubang bor agar tetap stabil atau penahan tebing lubang uji. Sesudah contoh tanah

    diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan lapangan bersama

    dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum sedemikian hingga batas

    batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi yang benar, menurut

    skala vertikal yang ditentukan. Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam

    laporan hasil pengeboran (atau disebut boring log), yang berisi antara lain:

    1. Kedalaman lapisan tanah.

    2. Elevasi permukaan titik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.

    3. Simbol jenis tanah secara grafis.

    4. Deskripsi tanah.

    5. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh

    terganggu atau tak terganggu.

  • 13

    6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan

    pengeboran.

    1. Penyelidikan Lapangan dengan Standar Penetrasi Test (SPT)

    Metode SPT adalah metode pemancangan batang (yang memiliki ujung

    pemancangan) ke dalam tanah dengan menggunakan pukulan palu dan

    mengukur jumlah pukulan perkedalaman penetrasi. Cara ini telah dibakukan

    sebagai ASTMD 1586 sejak tahun 1958 dengan revisi revisi secara

    berkala sampai sekarang.

    Sifat-sifat tanah ditentukan dari pengukuran kerapatan relatif

    secara langsung di lapangan. Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika

    kedalaman pengeboran telah mencapai lapisan tanah yang akan diuji, mata

    bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut tabung belah standar

    (standard split barrel sampler). Gambar Splint Barrel Sampler dapat

    dilihat pada gambar 5.

    Tabung dipasang bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan

    sampai ujungnya menumpu lapisan tanah dasar, kemudian dipukul dari atas.

    Pukulan diberikan oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg (140 pon),

    yang ditarik naik turun dengan tinggi jatuh 76,2 cm (30). Gambar palu yang

    digunakan untuk pengujian SPT dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

  • 14

    Gambar 5. Splint Barrel Sampler Untuk Penyelidikan SPT

    Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

    Gambar 6. Contoh Palu Yang Biasa Digunakan Dalam Uji SPT

    Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

  • 15

    Pemancangan biasanya dilakukan dengan beban 140 lbs ( 63.5 kg ) yang

    dijatuhkan dari ketinggian 30" atau 75 cm.

    Pengamatan dan perhitungan dilakukan sebagai berikut :

    1. Mula-mula tabung SPT dipukul kedalam tanah sedalam 45 cm yaitu

    kedalaman yang diperkirakan akan terganggu oleh pengeboran.

    2. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm dicatat jumlah pukulan yang

    dibutuhkan untuk memasukkannya. Jumlah pukulan untuk memasukkan

    split spoon 15 cm pertama dicata sebagai N 1 . jumlah pukulan untuk

    memasukkan 15 cm kedua adalah N2 dan jumlah pukulan untuk

    memasukkan 15 cm ketiga adalah N3. jadi total kedalaman setelah

    pengujian SPT adalah 45 cm dan menghasilkan N1, N2 dan N3.

    3. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan terakhir

    (N2+N3) pada setiap interval pengujian dan dicatat pada lembaran

    Drilling Log.

    4. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor

    kepermukaan tanah untuk diambil contoh tanahnya dan dimasukan

    kedalam kantong plastik untuk diamati di laboratorium.

    Gambar 7. Skema Urutan Pengujian Penetrasi Standar (SPT)

    Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

  • 16

    a. Tujuan Percobaan SPT

    1. Menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari

    pengambilan contoh tanah dengan tabung, dapat diketahui jenis

    tanah dan ketebalan tiap tiap lapisan kedalaman tanah

    tersebut.

    2. Memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi

    tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak

    berkohesi yang biasanya sulit diambil sampelnya.

    b. Kegunaan hasil penyelidikan SPT

    1. Menentukan kedalaman dan tebal masing - masing lapisan

    tanah tersebut.

    2. Alat dan cara operasinya relatif sederhana.

    3. Contoh tanah terganggu dapat diperoleh untuk identifikasi jenis

    tanah, sehingga interpretasi kuat geser dan deformasi tanah

    dapat diperkirakan dengan baik.

    c. Cara Interpretasi hasil uji SPT

    Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu

    dengan log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti

    diperlihatkan dalam gambar 8, yang antara lain memuat hal-hal sebagai

    berikut:

    1. Deskripsi tanah meliputi : jenis tanah, warna tanah, tingkat

    plastisitas dan ketebalan lapisan tanah masing masing.

    2. Pengambilan contoh tanah asli / Undisturbed sample (UDS)

    3. Pengujian Standart Penetration Test (SPT)

    4. Muka air tanah

    5. Tanggal pekerjaan dan berakhirnya pekerjaan.

  • 17

    Gambar 8. Formulir Pengujian SPT

    Sumber: SNI 4153:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan SPT

    Jumlah N pukulan memberikan petunjuk tentang kerapatan relatif dilapangan

    khususnya tanah pasir atau kerikil dan hambatan jenis tanah terhadap penetrasi.

    Uji ini biasanya digunakan untuk tanah yang keras.

    Nilai N pada perancangan pondasi dapat dipakai sebagai indikasi

    kemungkinan model keruntuhan pondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck,

    1948). Kondisi keruntuhan geser lokal (local shear failure) dapat dianggap

  • 18

    terjadi, bila nilai N < 5, dan keruntuhan geser umum (general shear failure)

    terjadi pada nilai N > 30. Untuk nilai N antara 5 dan 30, interpolasi linier dari

    koefisien kapasitas dukung tanah Nc, Nq, N dapat dilakukan. Bila nilai-nilai

    kerapatan relatif (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati dengan persamaan

    (Meyerhof, 1957):

    N = 1,7 Dr2 (14,2 po + 10)...................................................................................(1)

    Dengan:

    Dr : Kerapatan relatif

    Po

    : Tekanan vertikal akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah yang

    ditinjau, atau tekanan overbudurden efektif.

    Hubungan nilai N dengan kerapatan relatif (Dr) yang diusulkan oleh

    Terzaghi dan Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 5.

    Tabel 5. Hubungan N dengan kerapatan relatif (Dr) tanah pasir

    Nilai N Kondisi Kerapatan relatif

    (Dr)

    < 4 Sangat tidak padat < 0,2

    4 s.d

    10 Tidak padat 0,2-0,4

    10 s.d

    30 Kepadatan sedang 0,4-0,6

    30 s.d

    50 Padat 0,6-0,8

    > 50 Sangat padat > 0,8 Sumber:Terzaghi dan Peck, 1948

    Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948) memberikan hubungan N

    secara kasar dengan kuat tekan bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 6.

    Kuat tekan bebas ( qu) diperoleh dari uji tekan bebas, dengan cu = 0,5.qu dan =

    0. Hubungan empiris antara cu dan N:

    Cu = 6 N (kN/m2).................................................................................................(2)

    Penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada

    Tabel 6. tersebut hanya pendekatan kasar. Peck et al.(1953) menyatakan bahwa

  • 19

    nilai N hasil uji SPT untuk tanah lenpung hanyalah sebagai pendekatan

    kasar, sedang pada tanah pasir, nilai N hasil uji SPT dapat dipercaya. Untuk

    menentukan kuat geser tanah lempung jenuh di lapangan, lebih baik jika nilainya

    diperoleh dari uji geser kipas (vane shear test) di lapangan atau dari pengujian

    contoh tanah tak terganggu di laboratorium.

    Tabel 6. Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung

    jenuh

    Nilai N Konsistensi Kuat Tekan Bebas (qu)

    (kN/m2)

    < 2 Sangat

    Lunak < 25

    2 s.d 4 Lunak 25 s.d 50

    4 s.d 8 Sedang 50 s.d 100

    8 s.d 15 Kaku 100 s.d 200

    15 s.d 30 Sangat

    Kaku 200 s.d 400

    > 30 Keras > 400 Sumber: Terzaghi dan Peck , 1948

    2. Penyelidikan lapangan dengan Cone Penetrometer Test (CPT, Sondir)

    Penyondiran adalah suatu proses memasukkan alat sondir secara tegak

    turns kedalam tanah untuk mengetahui besarnya perlawanan penetrasi tanah

    terhadap kedalaman lapisan tanah yang ditembus alat sondir tersebut. Alat sondir

    adalah suatu alat yang berbentuk silinder dengan ujungnya berupa suatu konus.

    Dimana pada pengujian sondir, alat ini ditekan kedalam tanah untuk mengukur

    perlawanan tanah pada ujung sondir ( tahanan ujung ) dan gesekan pada selimut

    sondir ( hambatan lekat atau gesekan selimut ).

    a. Kegunaan uji sondir adalah :

    1. Untuk menentukan profil dan karakteristik tanah.

    2. Merupakan pelengkapan bagi informasi dari pengeboran tanah.

    3. Menentukan daya dukung pondasi.

    4. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta daya

    dukung maupun daya lekat setiap kedalaman.

    5. Untuk memeberikan gambaran jenis tanah secara kontinu

    6. Untuk mengevaluasi (meninjau kembali) karakteristik teknis tanah.

  • 20

    b. Tujuan uji sondir adalah :

    Tujuan praktis :

    - Untuk mengetahui kedalaman dan kekuatan lapisan- lapisan tanah

    Tujuan teoritis :

    - Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus ( penetrasi terhadap

    ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas )

    - Untuk mengetahui jumlah hambatan lekat tanah ( perlawanan geser

    atau friction tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam

    gaya persatuan panjang )

    c. Cara Interpretasi hasil uji sondir

    Cara pelaporan hasil uji sondir biasanya dilakukan dengan

    menggambarkan variasi tahanan ujung (qc) dengan gesekan selimut (fs)

    terhadap kedalamannya. Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya

    dukung tiang, maka diperlukan harga komulatif gesekan (jumlah hambatan

    lekat), yaitu dengan menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap

    kedalaman, sehingga pada kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan

    total yang dapat digunakan untuk menghitung gesekan pada kulit tiang.

    Besaran gesekan komulatif ( total friction ) diadaptasikan dengan sebutan

    jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi

    tanah, maka cara pelaporan hasil sondir ang diperlukan adalah

    menggambarkan tahanan ujung (qc), gesekan selimut (fs), dan ratio gesekan

    ( FR ) terhadap kedalaman tanah. Data sondir tersebut digunakan untuk

    mengidentifikasi dari profil tanah terhadap kedalaman. Cara pelaporan uji

    sondir tercantum pada gambar 9.

  • 21

    Gambar 9. Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir

    Sumber: SNI 2728:2008 Tentang cara uji penetrasi dengan alat sondir

    C. Macam Macam Pondasi

    Pondasi adalah bagian paling bawah dari suatu bangunan yang meneruskan

    beban bangunan bagian atas kelapisan tanah atau batuan yang berada dibawahnya.

    Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:

    1. Pondasi dangkal

    Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung

    seperti : Pondasi setempat dan pondasi menerus

    2. Pondasi dalam

    Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah

    keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:

    Pondasi sumuran (pier foundation), Pondasi tiang (pile foundation).

    D. Pengertian Pondasi Tiang Bor

    Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya

    dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored pile dipasang

    ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi

  • 22

    tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan

    kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat

    bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding

    lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang

    keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan

    dukung ujung tiang. Bagian struktural ini disebut juga

    a. Sumuran yang dibor (drilled shaft)

    b. Kaison yang digali (drilled caisson) atau sering disrbut kaison saja.

    c. Tiang pancang yang dibor (bored pile) biasanya dibatasi D > 760 mm.

    d. Pilar dengan dasar berbentuk lonceng (belled pier) atau kaison dengan

    dasar berbentuk lonceng (belled caisson).

    Pelaksanaan pondasi tiang bor tanah dilubangi dahulu dengan ukuran

    diameter sesuai desain, menggunakan alat bor, dasar lubang pada

    akhir pengeboran dibersihkan (disedot dengan pompa) kemudian lubang tersebut

    diisi dengan pembesian / penulangan dan selanjutnya dicor dengan beton

    (menggunakan pipa tremi).

    Lubang dibuat dengan alat bor mesin. Untuk kondisi tanah yang mudah

    longsor, sebelum pengeboran dipasang pipa casing terlebih dahulu

    (biasanya untuk lapisan atas saja). Untuk menjaga kelongsoran pada bagian

    bawah pipa diisi dengan lumpur bentonit. Untuk tiang bor ini, perlu

    dikendalikan dengan cermat tentang kedalaman pengeboran agar dapat

    mengendalikan waste beton. Kedalaman final biasanya ditetapkan atas

    persetujuan konsultan pengawas dengan antara lain melihat sampel tanah hasil

    pengeboran terakhir. Pada umumnya daya dukung tiang bor lebih

    tinggi daripada tiang pancang. Bahkan tiang bor pada ujungnya dapat dibuat

    benjolan / pedestal untuk keperluan menambah daya dukung dan

    memiliki ketahanan terhadap beban tarik.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tiang bor ini adalah :

    1. Urutan pengeboran titik tiang dengan teratur agar gerakan/ maneuver

    peralatan bor tidak terganggu oleh tiang bor yang telah

    selesai (umumnya gerakan mundur).

    2. Selama proses pengeboran akan dihasilkan (pada umumnya)

  • 23

    lumpur hasil pengeboran. Oleh karena itu lumpur tersebut

    harus dapat dialirkan ketempat tertentu agar lokasi bersih dan tidak

    menghambat proses pekerjaan.

    3. Sistem pengecoran menggunakan system tremi untuk

    menghindari segresi.

    E. Keuntungan dan Kerugian Pondasi Tiang Bor

    1. Keuntungan pemakaian pondasi tiang bor :

    a. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang

    membahayakan bangunan sekitarnya.

    b. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup

    tiang (pile cap). Kolom dapat secara langsung di letakkan di puncak

    tiang bor.

    c. Kedalaman tiang dapat divariasikan.

    d. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.

    e. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan.

    f. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah

    tiang dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.

    g. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah.

    h. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan.

    2. Kerugian pemakaian pondasi tiang bor :

    a. Pengecoran tiang bor dipengaruhi kondisi cuaca.

    b. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu

    beton tidak dapat dikontrol dengan baik.

    c. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di

    sepanjang badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor,

    terutama bila tiang bor cukup dalam.

    d. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah

    berupa pasir atau tanah yang berkerikil.

    e. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan

    gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang.

  • 24

    f. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan

    tidak dilakukan.

    F. Metode Dasar Dalam Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor

    1. Metode Kering

    Urutan pelaksanaan pekerjaan pada metode ini sebagai berikut :

    1) Pertama-tama dibuat lubang dengan cara mengebor tanah dengan

    alat bor sedalam yang diinginkan.

    2) Dasar dari lubang diisi beton secukupnya untuk kedudukan

    besi tulangan. Pengecoranya dapat dilakukan dengan cara jatuh

    bebas dengan ketinggian yang dibatasi.

    3) Penulangan besi diturunkan ke dalam lubang.

    4) Seluruh lubang diisi dengan beton, sampai dengan elevasi

    yang ditetapkan.

    Cara ini dilakukan pada kondisi tanah yang cohesive dan dengan muka

    air tanah (MAT) di bawah dasar lubang atau tanah mempunyai

    permaebilitas yang rendah, sehingga air tanah tidak menyulitkan

    pelaksanaan. Oleh karena itu, cara ini disebut dengan metode kering (dry

    method) lihat gambar 10.

    Gambar 10. Bored Pile Dengan Metode Kering

    Sumber : Joseph E Bowles, dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat

    jilid 2,1998

  • 25

    2. Metode Acuan

    Metode ini digunakan, bila kondisi tanah mudah terjadi deformasi

    ke arah lubang galian, sehingga dapat menutup sebagian dari lubang.

    Cara ini juga digunakan bila menginginkan untuk menahan aliran air

    tanah ke dalam lubang, tetapi ujung casing harus dapat mencapai tanah

    yang kedap (impermeable).

    Untuk memelihara kondisi lubang bor, maka ketika memasang

    casing disertai dengan pengisian lumpur (slurry) ke dalam lubang

    bor. Setelah casing duduk pada tempatnya, maka slurry dipompa

    keluar dari lubang bor. Banyanya slurry yang dipakai tergantung dari

    kebutuhan proyek. Di bawah dasar casing digali lagi dengan diameter

    yang lebih kecil dari diameter dalam casing, kurang-lebih antara 25-

    50 mm. ada 2 alternatif tentang casing yaitu, casing ditinggal dan casing

    dicabut kembali selama proses pengecoran beton (Gambar 11.).

    Beton dimasukan dengan tekanan untuk dapat mengganti slurry yang

    ada diantara casing bagian luar dengan tanah. Bila dipilih alternatif casing

    dicabut lagi, harus dilakukan dengan hati-hati. Saat penarikan dilakukan

    harus dalam keadaan beton masih cair, dan beton betul-betul dapat

    mendesak slurry keluar.

    Gambar 11. Bored Pile Dengan Metode Acuan

    Sumber : Joseph E Bowles,dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat

    jilid 2,1998

  • 26

    3. Metode Adonan

    Metode ini dapat diaplikasikan pada semua situasi penggunaan

    casing. Adonan disini juga difungsikan untuk menahan air tanah yang

    dapat masuk ke dalam lubang. Perlu dicatat dalam metode ini, bahwa

    kecukupan slurry (harus ditambah bila kurang), atau dengan

    menambah densitinya agar dapat memperoleh kekuatan untuk

    menahan runtuhnya tanah ke dalam lubang bor.

    Material bentonite dibuat dengan cara dicampur dengan air

    sehingga merupakan cairan lumpur (slurry bentonite).

    Diperlukan percobaan pencampuran bentonite untuk memperoleh

    jumlah prosentase yang optimum. Bentonite dan air harus dicampur

    dengan benar agar tidak terlalu kental.

    Secara umum dengan metode adonan ini diharapkan agar adonan

    tidak terlalu lama dalam lubang, karena akan dapat membentuk

    dinding yang tipis yang sulit untuk dihilangkan/ diganti dengan beton

    selama pengecoran beton. Selama proses pengecoran, pipa tremi harus

    selalu terbenam dalam beton, sehingga harus diperhatikan antara

    kecepatan pengecoran beton dengan kecepatan menarik pipa tremi.

    Urutan pelaksanaan metode ini dapat dilihat pada gambar 12.

    Gambar 12. Bored Pile Dengan Metode Adonan

    Sumber : Joseph E Bowles,dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat

    jilid 2,1998

  • 27

    Mutu beton yang digunakan biasanya antara 25 Mpa 35 M pa,

    tergantung diameter lubang bor. Sedangkan slump beton digunakan

    antara 12,5 sampai dengan 18 cm.

    G. Pembebanan Pondasi Tiang Bor

    Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu

    adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang

    bekerja pada struktur. Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara

    beban-beban yang bersifat statis dan dinamis.

    1. Beban Statis

    Beban statis adalah beban yang memiliki perubahan intensitas beban

    terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis beban statis

    menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan Gedung

    1987 adalah sebagai berikut:

    a. Beban mati (dead load/ DL)

    Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat

    bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan

    satu kesatuan dengannya. Besaran beban mati di jelaskan pada tabel

    7.

    Tabel 7. Beban Mati pada Struktur

    Beban Mati Besar Beban

    Batu alam 2600 kg/m3

    Beton Bertulang 2400 kg/m3

    Dinding Pasangan Bata 250 kg/m2

    Langit-langit + penggantung 18 kg/m2

    Lantai ubin dari semen Portland 24 kg/m2

    Spesi per cm tebal 21 kg/m2

    Kolam renang 1000 kg/m2

    Sumber: PPURG 1987

    b. Beban Hidup ( Live Load/LL)

    Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban

  • 28

    angin, beban gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan

    oleh selisih suhu, pemasangan (erection), penurunan pondasi,

    susut, dan pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Meskipun dapat

    berpindah- pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja

    perlahan-lahan pada struktur. Beban hidup diperhitungkan

    berdasarkan perhitungan matematis dan menurut kebiasaan yang

    berlaku pada pelaksanaan konstruksi di Indonesia. Untuk menentukan

    secara pasti beban hidup yang bekerja pada suatu lantai bangunan

    sangatlah sulit, dikarenakan fluktuasi beban hidup bervariasi,

    tergantung dari banyak faktor. Oleh karena itu faktor pengali

    pada beban hidup lebih besar jika dibandingkan dengan faktor

    pengali pada beban mati. Besaran beban hidup di jelaskan pada tabel

    8.

    Tabel 8. Beban Hidup pada Struktur

    Beban Hidup Pada Lantai Bangunan Besar Beban

    Lantai Apartemen 250 kg/m2

    Tangga dan Bordes 300 kg/m2

    Plat Atap 100 kg/m2

    Lantai Ruang rapat 400 kg/m2

    Beban Pekerja 100 kg

    Sumber: PPURG 1987

    2. Beban Dinamik

    Beban dinamik adalah beban dengan variasi perubahan intensitas

    beban terhadap waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari beban

    gempa dan beban angin.

    a. Beban Gempa

    Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan

    kejutan pada kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan

    oleh banyak hal, tetapi salah satu faktor utamanya adalah

    benturan/pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi

  • 29

    permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut fault zone. Kejutan

    tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini

    menyebabkan permukaan bumi dan bangunan di atasnya

    bergetar. Pada saat bangunan bergetar timbul gaya-gaya pada

    struktur bangunan karena adanya kecenderungan dari massa

    bangunan untuk mempertahankan dirinya dari gerakan. Gaya

    yang timbul disebut gaya inersia, besar gaya tersebut bergantung

    pada banyak faktor yaitu:

    1. Massa Bangunan

    2. Pendistribusian massa bangunan

    3. Kekuatan struktur

    4. Jenis tanah

    5. Mekanisme redaman dari struktur

    6. Perilaku dan besar alami getaran itu sendiri

    7. Wilayah kegempaan

    8. Periode getar alami

    Dalam tugas akhir ini, faktor-faktor yang berpengaruh antara lain:

    1) Faktor Keutamaan Struktur (I)

    Menurut SNI Gempa 2002, pengaruh Gempa Rencana harus

    dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan ( I ) menurut

    persamaan 3 di bawah ini :

    I = I1.I2..................................................................................(3)

    Dimana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan

    periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas

    terjadinya gempa selama umur rencana dari gedung. Sedangkan I2

    adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan umur rencana dari

    gedung tersebut. Faktor-faktor Keutamaan I1, I2dan I ditetapkan

    menurut Tabel 9.

  • 30

    Tabel 9. Faktor Keutamaan untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

    Kategori gedung

    Faktor Keutamaan

    I1 I2 I Gedung umum seperti untuk

    penghunian, perniagaan dan

    perkantoran

    1,0

    1,0

    1,0

    Monumen dan bangunan monumental

    1,0

    1,6

    1,6

    Gedung penting pasca gempa seperti

    rumah sakit, instalasi air bersih,

    pembangkit tenaga listrik, pusat

    penyelamatan dalam keadaan darurat,

    fasilitas radio dan televisi.

    1,4

    1,0

    1,4

    Gedung untuk menyimpan bahan

    berbahaya seperti gas, produk

    minyak bumi, asam, bahan beracun.

    1,6

    1,0

    1,6

    Cerobong, tangki di atas menara

    1,5

    1,0

    1,5

    Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

    Gedung , 2002

    Besarnya beban Gempa Rencana yang direncanakan untuk

    berbagai kategori bangunan gedung, tergantung pada probabilitas

    terjadinya keruntuhan struktur bangunan selama umur rencana

    yang diharapkan. Karena gedung sekolah merupakan bangunan

    yang memiliki fungsi biasa, serta dengan asumsi probabilitas

    terjadinya gempa tersebut selama kurun waktu umur gedung

    adalah 10%, maka berlaku I1= 1,0.

    2) Faktor Reduksi Gempa (R)

    Nilai Faktor Daktilitas Struktur ( ) di dalam perencanaan

    struktur bangunan gedung dapat dipilih menurut kebutuhan,

    tetapi harganya tidak boleh diambil lebih besar dari nilai Faktor

    Daktilitas Maksimum m yang dapat dikerahkan oleh masing-

    masing sistem atau subsistem struktur gedung. Pada Tabel 10.

    ditetapkan nilai m dari beberapa jenis sistem dan subsistem

    struktur gedung, berikut Faktor Reduksi Maksimum Rm yang

    bersangkutan.

  • 31

    Jenis tanah Kec rambat gelombang

    geser rata-rata v s (m/det)

    Nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata

    Kuat geser niralir rata-rata

    S u (kPa)

    Tanah Keras v s 350 N 50 S u 100

    Tanah Sedang

    175 v s < 350 15 N < 50 50 S u < 100

    Tanah Lunak

    v s < 175 N < 15 S u < 50

    Atau, setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan

    PI > 20, wn 40% dan Su < 25 kPa

    T. anah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

    Tabel 10. Faktor Daktilitas Maksimum (m), Faktor Reduksi Gempa

    Maksimum (Rm), Faktor Tahanan Lebih Struktur (f1) beberapa jenis

    sistem/subsistem struktur gedung

    Sumber : SNI 03-1726.Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung, 2002

    3) Faktor Respon Gempa (C)

    Faktor respon gempa ini bergantung pada spektrum respon

    gempa yang besarnya dipengaruhi oleh:

    a. Zona gempa

    Lokasi pembangunan bangunan kompresor ini adalah di

    kabupaten Tangerang yang termasuk zona kegempaan 4

    b. Penentuan Jenis Tanah

    Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras,

    Tabel 11. Jenis tanah berdasarkan SNI 03-1726 tanah sedang dan tanah lunak apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 meter paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam tabel 11.SNI GEMPA-2002

    Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

    Struktur Gedung , 2002

    m Rm fi

    5,2 8,5 2,8

    5,2 8,5 2,8

    2. Rangka pemikul momen menengah

    2,7 4,5 2,8

    2,1 3,5 2,8

    4.Rangka batang baja pemikul

    momen khusus (SRBPMK)

    3,3 5,5 2,8

    4,0 6,5 2,8

    3. Rangka pemikul momen biasa

    pemikul momen terutama melalui

    mekanisme lentur)

    Sistem dan subsistem stuktur gedung Uraian sistem pemikul beban gempa

    1. Rangka pemikul momen khusus

    a. Baja

    b.Beton bertulang

    a.Baja

    b.Beton bertulang

    Beton (SRPMM)

    Sistem rangka pemikul momen

    (sistem struktur yang pada

    dasarnya memiliki rangka ruang

    pemikul beban gravitasi secara

    lengkap.

    Beban lateral dipikul rangka

  • 32

    Wilayah gempa menurut SNI Gempa 2002 di tentukan

    berdasarkan gambar 13.

    Gambar 13. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan batuan dasar

    dengan periode ulang 500 tahun

    Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

    Gedung , 2002

    Setelah dihitung waktu getar dari struktur bangunan pada arah-X

    (TX) dan arah-Y (TY), maka harga dari Faktor Respon Gempa C

    dapat ditentukan dari Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana

    (Gambar 14).

  • 33

    Gambar 14. Diagram Spektrum Respon Gempa Rencana

    Sumber: SNI 03 1726, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

    Gedung , 2002

    b. Beban Angin

    Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Rumah dan

    Gedung 1987, muatan angin diperhitungkan dengan menganggap

    adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja

    tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan

    positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2,

    ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup (velocity pressure) yang

    ditentukan dalam pasal 4.2 dengan koefisien- koefisien angin yang

    ditentukan dalam pasal 4.3.

    3. Faktor Reduksi Kekuatan

    Dalam menentukan kuat rencana suatu struktur, kuat minimalnya harus

    direduksi dengan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan sifat beban yang

    bekerja. SNI 03-2847-2002 menetapkan berbagai nilai reduksi kekuatan ()

    untuk berbagai jenis besaran gaya dalam perhitungan struktur. Faktor reduksi

    kekuatan tertera pada tabel 12.

  • 34

    Tabel 12. Faktor reduksi kekuatan

    Kondisi Pembebanan Faktor Reduksi ( )

    Beban lentur tanpa gaya aksial

    Gaya aksial tarik, aksial tarik dengan lentur

    Gaya aksial tekan, aksial tekan dengan lentur

    Dengan tulangan spiral

    Dengan tulangan biasa

    Lintang dan torsi

    Tumpuan pada beton

    0,8

    0,8

    0,7

    0,70

    0,65

    0,65 Sumber: SNI 03 2847, 2002

    H. Dimensi Tiang Bor

    Untuk menghitung dimensi pondasi tiang bor digunakan rumus berikut ini:

    Ds = 2,257

    ......................................................................................(4)

    Dengan: Ds : Diameter pondasi tiang bor (mm)

    Qw : Beban pondasi tiang bor (ton)

    fc : Kuat tekan beton pada umur 28 hari (MPa)

    I. Kapasitas Dukung Tiang Bor

    Besarnya kapasitas dukung pondasi tiang bor pada tanah tergantung pada

    kapasitas dukung ujung dan kapasitas gesekan antara struktur pondasi

    dengan lapisan tanah. Kemampuan geser tanah dipengaruhi oleh panjang tiang

    sehingga kemampuan geser tanah semakin tinggi dengan bertambahnya

    kedalaman tiang di dalam tanah.

    Kapasitas dukung tiang merupakan besarnya beban yang diperoleh oleh

    pondasi. Analisis kapasitas dukung pada tiang bor dilakukan dengan

    terlebih dahulu mengetahaui data tanah. Dimensi tiang dan pile cap, jarak

    antar tiang, kedalaman pondasi dan data pendukung seperti mutu beton.

    Kapasitas dukung pondasi tiang dapat dibedakan menjadi kapasitas dukung tiang

  • 35

    tunggal dan kapasitas dukung kelompok tiang.

    1. Kapasitas Dukung Tiang Tunggal

    Kapasitas dukung tiang tunggal terdiri dari kapasitas dukung ujung

    tiang bor (Qb) dan daya dukung selimut tiang (Qs). Penentuan kapasitas

    dukung tiang dapat dilakukan dengan metode statis.

    a. Berdasarkan Data Laboratorium

    Kapasitas dukung pada tanah kohesif (lempung, lempung

    berlanau, lempung berpasir atau berkerikil yang sebagian besar

    butiran tanahnya terdiri dari butiran halus) (Hary C. H) dihitung

    dengan rumus sebagai berikut :

    1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang

    a) Tanah Lempung

    Pekerjaan pengeboran tanah pada pemasangan tiang

    menyebabkan perubahan kuat geser tanah lempung. Selain

    itu, pengecoran beton juga menambah kadar air lempung

    sehingga mengurangi kuat geser lempung. Tahanan ujung tiang

    bor (Qb) menurut Skempton(1966) dapat dinyatakan dengan

    persamaan:

    Qb = . Ab . Nc . Cb .............................................................(5)

    Dengan:

    Qb = Tahanan ujung ultimit (ton)

    = Faktor koreksi, dengan = 0,8 untuk d < 1 m, dan =

    0,75 untuk d > 1 m

    Ab = Luas penampang ujung bawah tiang (m2)

    Cb = Kohesi tanah di bawah ujung tiang pada kondisi

    (undrained) (ton/m2)

    Nc = Faktor kapasitas dukung (Nc = 9)

    Untuk menghitung tahanan ujung, faktor kapasitas

    dukung Nc = 9 dapat digunakan (Skempton, 1966).

    Kedalaman penembusan tiang pada lapisan pendukung

    disarankan paling sedikit 5 kali diameter tiang. Jika tanah

  • 36

    termasuk jenis tanah lempung retak-retak, maka Cb diambil

    nilai minimnya.

    b) Tanah Pasir

    Pemancangan tiang dengan cara dipancang, getaran dan

    beban kejut yang terjadi saat pemancangan menyebabkan

    tanah granuler memadat, sehingga menambah tahanan

    ujungnya. Namun, kejadian ini tidak terjadi bila tiang

    dipasang dengan mengebor tanah lebih dulu. Akibat

    pengeboran, tanah granuler di sekitar lubang bor dapat

    terganggu kepadatannya. Tahanan ujung tiang bor (Qb)

    menurut Oneill and Reese(1989) dapat dinyatakan dengan

    persamaan:

    Qb = b fb.................................................................................(6)

    Dengan:

    Ab = Luas penampang ujung bawah tiang (m2)

    fb = tahanan ujung neto per satuan luas (kPa)

    fb = 0,60.rN60 4500 kPa......................................................(7)

    Dengan:

    N60 = nilai N-SPT rata rata antara ujung bawah tiang bor sampai

    2db di bawahnya. Tidak perlu dikoreksi terhadap

    overbudden.

    db = diameter ujung bawah tiang bor (m)

    r = tegangan referensi = 100 kPa

    2) Kapasitas Dukung Selimut Tiang

    a) Tanah Lempung

    Untuk menghitung Tahanan gesek dinding tiang bor,

    Skempton (1966) menyarankan faktor adhesi () 0,45 sehingga

    persamaan tahanan gesek dinding tiang bor, menjadi :

    Qs = 0,45 . Cu . As................................................................. (8)

    Dengan :

  • 37

    Qs = Tahanan gesek dinding ultimit (ton).

    Cu = Kohesi rata-rata tanah pada kondisi tak terdrainase

    disepanjang tiang (ton/m2).

    As = Luas selimut tiang (m2).

    Faktor adhesi () pada tiang bor yang ujung bawahnya

    dibesarkan dapat diambil lebih kecil. Hal ini karena waktu

    pelaksanaan pekerjaanya yang lebih lama. Umumnya, tiang

    harus segera dicor sesudah pengeboran. Air yang dipakai untuk

    membantu proses pengeboran mengakibatkan penurunan

    faktor adhesi. Untuk tiang bor yang bentuknya membesar pada

    bagian bawah disarankan agar tahanan geseknya (Qs)

    diabaikan pada lokasi sejarak 2 kali diameter tiang,

    dihitung dari batas atas bagian yang dibesarkan.

    Selain Skempton, Reese (1976) juga memberikan nilai

    berdasarkan metode konstruksi tiang yang digunakan untuk

    tiang yang di bor dalam tanah lempung, seperti terlihat pada

    tabel 13 di bawah ini:

    Tabel 13. Nilai rata-rata untuk memperkirakan tahanan kulit tiang bor tiang yang dibor

    dalam tanah lempung ( setelah Reese (1976))

    Metode konstruksi pilar Limiting (fs+)

    ksf

    Kering atau memakai adonan ringan 0,5 1,8

    Memakai lumpur bor dimana pemindahan lapisan penyaring tidak

    tertentu 0,3

    Tiang-tiang dengan dasar berbentuk lonceng pada tanah yang kira-kira

    sama dengan tanah di sisi tiang bor

    Dengan metode kering 0,3 0,8

    Memakai lumpur bor dimana pemindahan lapisan penyaring tak tertentu 0,15 0,5

    Tiang lurus atau dengan dasar lonceng pada tanah lebih kokoh dari pada

    tanah di sekeliling tiang bor. 0 Sumber : Joseph E Bowles, dalam buku Analisis dan Desain Pondasi edisi keempat jilid 2,1998

    Catatan:

    Untuk tanah ke beton gunakan nilai-nilai 0,25 hingga 1 untuk tiang acuan yang merupakan

    pelekatan untuk selubung baja. Gunakan nilai-nilai yang lebih tinggi untuk acuan yang didorong.

  • 38

    b) Tanah Pasir

    Tahanan gesek tiang bor (Qs) menurut Oneill dan

    Reese(1989) dapat dinyatakan dengan persamaan:

    Qs = fs .As............................................................................. (9)

    Dengan :

    Qs = Tahanan gesek dinding ultimit (ton).

    fs = tahanan gesek satuan (kN/m2)

    As = Luas selimut tiang (m2).

    fs = . po............................................................................. (10)

    Dengan :

    = Koefisien gesek

    po = tekanan overburden di tengah-tengah lapisan tanah (kN/m2)

    = 1,5-0,135

    dengan 0,25............................................ (11)

    Dengan :

    z = kedalaman di tengah-tengah lapisan tanah (m)

    dr = lebar referensi = 300 mm

    po = sat.z............................................................................... (12)

    Dengan :

    sat = berat isi tanah dalam keadaan jenuh (ton/m3)

    3) Kapasitas Dukung Ultimit Tiang

    Kapasitas ultimit tiang bor dinyatakan dalam persamaan :

    Qult =Qb+Qs..............................................................................(13)

    Dengan :

    Qult = Kapasitas ultimit tiang bor (ton)

    Qb = Tahanan ujung ultimit (ton)

    Qs = Tahanan gesek dinding ultimit (ton)

  • 39

    4) Kapasitas Ijin Tiang Bor

    Kapasitas ijin tiang bor, diperoleh dari jumlah tahanan ujung

    dan tahanan gesek dinding yang dibagi dengan faktor aman

    tertentu.

    1) Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter d< 2 m

    Qa =

    .............................................................................(14)

    2) Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya

    Qa =

    . ...........................................................................(15)

    b. Berdasarkan Data Lapangan (Berdasarkan Uji N-SPT)

    1) Kapasitas Dukung Ujung Tiang Bor

    Qb = Ab.qd............................................................................(16)

    Dengan : Qb = Kapasitas dukung ujung (ton)

    Ab = Luas penampang tiang (m2)

    qd = Unit tahanan ujung (ton/m2) (ditentukan pada

    Tabel 14)

    Tabel perkiraan qd untuk tiang yang dicor ditempat dapat

    dilihat pada tabel 14 dan hubungan nilai N, konsistensi, dan kuat

    tekan bebas (qu) untuk tanah lempung jenuh dapat dilihat pada

    tabel 6.

    Tabel 14. Perkiraan qd Untuk Tiang yang Dicor Ditempat

    Intensitas daya dukung

    ultimate pada ujung tiang

    (qd)

    Lapisan kerikil1)

    N 50

    50 > N 40

    40 > N 30

    750

    525

    300

    Lapisan berpasir1) N 30 300

    Lapisan lempung keras 3qu2)

    1.Perbedaan antara lapisan kerikil dengan lapisan berpasir dapat dipertimbangkan berdasarkan

    hasil penyelidikan pada sejumlah kecil tanah tersebut. Lapisan berpasir yang bercampur dengan

    kerikil dianggap sama dengan lapisan berpasir tanpa kerikil. Harga N diperoleh dari

    penyelidikan.

    2.Pada lapisan lempung keras, intensitas daya dukung ditetapkan berkenaan dengan