42
i LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian Ilmu Kesehatan Masyarakat : ” Gambaran antara Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral ( OHO ) dengan Kejadian Komplikasi Kronis ( Hipertensi, Neuropati, Sellulitis dan atau Ganggren ) pada Penderita Diabetes Mellitus di RT 13 – 16 di Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo ” Laporan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Surabaya, Juni 2008 Menyetujui Kepala Puskesmas Sedati Pembimbing dr. Indah Suwarni dr. Gembong Nuswanto NIP :140.100.751

Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian Ilmu Kesehatan Masyarakat :

” Gambaran antara Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral ( OHO ) dengan

Kejadian Komplikasi Kronis ( Hipertensi, Neuropati, Sellulitis dan atau Ganggren ) pada

Penderita Diabetes Mellitus di RT 13 – 16 di Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten

Sidoarjo ”

Laporan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian profesi

dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Surabaya, Juni 2008 Menyetujui

Kepala Puskesmas Sedati Pembimbing

dr. Indah Suwarni dr. Gembong Nuswanto NIP :140.100.751

Page 2: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kami dapat

menyelesaikan laporan penelitian dengan judul ” Gambaran antara Kepatuhan Minum Obat

Hipoglikemik Oral ( OHO ) dengan Kejadian Komplikasi Kronis

( Hipertensi, Neuropati Diabetik, Sellulitis dan atau Ganggren ) pada Penderita Diabetes

Mellitus di RT 13 - 16 di Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo ” yang

diselenggarakan tanggal 19 Mei 2008 sampai 14 Juni 2008.

Kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

3. Pimpinan dan Staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

4. dr.Indah Suwarni, selaku Kepala Puskesmas Sedati Kabupaten Sidoarjo.

5. dr.Gembong Nuswanto, selaku Dosen Pembimbing di Puskesmas Sedati yang telah

banyak memberikan bimbingan, saran dan kritik sehingga laporan penelitian ini dapat

terselesaikan.

6. Staf Puskesmas Sedati yang membantu kami selama membuat laporan penelitian ini.

7. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Kami selaku penyusun telah berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan laporan

penelitian ini. Meskipun demikian kami sadar bahwa tidak ada satu karyapun yang sempurna

yang dibuat oleh manusia, begitu pula dengan laporan penelitian ini. Sehingga saran dan kritik

yang membangun akan kami perhatikan demi mencapai kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Sidoarjo, Juni 2008

Penyusun

Page 3: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

iii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. i KATA PENGANTAR............................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................ iii DAFTAR TABEL.................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah..................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian...................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian.................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5 BAB III OBYEK DAN METODE................................................................ 24

A. Jenis Penelitian.......................................................................... 24 B. Populasi...................................................................................... 24 C. Waktu dan Tempat Penelitian................................................. 24 D. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data......................... 24

1. Cara Pengumpulan Data.............................................. 24 2. Cara Pengolahan Data.................................................. 24 3. Cara Analisa Data......................................................... 25 4. Variabel Penelitian........................................................ 25

E. Definisi Operasional.................................................................. 25 F. Kerangka Konsep...................................................................... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 27 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian..................................... 27 B. Karateristik Populasi............................................................... 28 BAB V PEMBAHASAN............................................................................... 33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 34

A. Kesimpulan.............................................................................. 34 B. Saran........................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 35 LAMPIRAN............................................................................................................. 36

- KUISIONER............................................................................... 36 - NAMA RESPONDEN DAN LAMA MINUM OBAT

..................................................................................................... 38

Page 4: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel distribusi frekuensi tingkat kepatuhan penderita Diabetes Mellitus minum

OHO………………………………………………………………. 28

Tabel 2. Tabel distribusi frekuensi tingkat kejadian hipertensi pada penderita Diabetes

Mellitus terhadap kepatuhan minum OHO…………………... 29

Tabel 3. Tabel distribusi frekuensi tingkat kejadian neuropati pada penderita Diabetes

Mellitus terhadap kepatuhan minum OHO………………….. 30

Tabel 4. Tabel distribusi frekuensi tingkat kejadian sellulitis dan atau ganggren pada

penderita Diabetes Mellitus terhadap kepatuhan minum OHO… 31

Page 5: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

v

GAMBARAN ANTARA KEPATUHAN MINUM OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL ( OHO )

DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI KRONIS ( HIPERTENSI, NEUROPATI DIABETIK, SELLULITIS DAN

ATAU GANGGREN ) PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RT 13 – 16 DESA BETRO KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

( STUDI KASUS )

DISUSUN OLEH:

M. Mosjab, S. Ked 01700032 Nuki Herdiana, S. Ked 01700041 Rahma Eka Y, S. Ked 01700106 Idayati, S. Ked 01700182

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN ILMU

KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2008

Page 6: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus ( DM ) merupakan suatu penyakit menahun, yang ditandai oleh

kadar gula lebih tinggi dari batas normal. ( Haris Fadilah, 2005 )

Penyakit DM merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang dan

seumur hidup. Setiap tahun jumlah penderita diabetes kian meningkat. Berdasarkan data Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah

penderita diabetes melitus di dunia.

Pada tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari

jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% diantaranya

melakukan pengobatan secara teratur. ( Sidartawan, 2007 )

Menurut Herawati Sudoya, peneliti dari lembaga Eijkman, prevalensi diabetes terhitung

tinggi penduduk pada daerah tropis seperti di Indonesia. Di tahun 1994 terdapat 110,4 juta

penderita. Memasuki tahun 2000, meningkat menjadi 4 juta orang dan pada tahun 2010

diperkirakan mencapai minimal 5 juta orang. Bukan hanya itu, prevalensi di daerah perkotaan

cukup tinggi sebesar 2,8 %, sedangkan di daerah pedesaan jumlahnya mencapai 0,9 %.

Meskipun jumlah penderita diabetes di Indonesia tidak begitu besar dibandingkan dengan

jumlah penduduk Indonesia, tetapi kecenderungan meningkat terus. ( Irna Yunia, 2007 )

Telah terbukti bahwa komplikasi kronis pada DM umumnya terjadi akibat gangguan

pembuluh darah ( angiopati ) dan kelainan pada saraf ( neuropati ). Sampai saat ini penyebab

kematian dan komplikasi penyakit DM terbanyak di Indonesia adalah penyakit

kardiovaskuler. Sedangkan neuropati merupakan komponen penyebab luka pada kaki DM

yang paling sering, dimana > 82 % penderita kaki DM didapatkan gejala neuropati kaki

diabetes menyebabkan seseorang kehilangan kakinya akibat amputasi dan ini merupakan

salah satu komplikasi kronis diabetes yang paling ditakuti oleh pasien diabetes.( Slamet Yuwono,

Page 7: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

vii

1999 )

Meski beresiko terkena berbagai gangguan kesehatan lain, masih banyak penderita

diabetes mellitus yang sulit mematuhi aturan diet, konsumsi obat, maupun olahraga. Data

yang ditemukan ternyata tingkat kepatuhan terapi jangka panjang pada penderita DM hanya

mencapai sekitar 50%. Padahal menurut penelitian penderita diabetes 2 kali lebih beresiko

terkena serangan jantung dan 29 kali lebih beresikountuk kena ganggren.( Evy, 2005 )

Di lain pihak, komplikasi akibat diabetes tersebut dapat diminimalkan, asal saja kita

tahu caranya, yaitu dengan berperilaku hidup sehat, seperti berolah raga teratur, makan

dengan gizi seimbang sesuai keperluan, tidak merokok, hidup mengatur dengan mengelola

stress, dan yang tak kalah penting yaitu mematuhi peraturan konsumsi obat anti diabetes. (

Haris Fadilah, 2005 ).

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran antara kepatuhan minum OHO pada sekelompok masyarakat

Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo yang menderita Diabetes Mellitus

terhadap kejadian komplikasi kronis Diabetes Mellitus yang sering terjadi diantaranya

Hipertensi, Neuropati, Sellulitis dan atau Ganggren.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran antara kepatuhan minum OHO pada penderita Diabetes

Mellitus terhadap kejadian komplikasi kronis Diabetes Mellitus.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat kepatuhan minum OHO pada penderita Diabetes

Mellitus.

b. Mengetahui gambaran antara kepatuhan minum OHO pada penderita Diabetes

Mellitus terhadap kejadian Hipertensi.

c. Mengetahui gambaran antara kepatuhan minum OHO pada penderita Diabetes

Mellitus dengan Neuropati.

d. Mengetahui gambaran antara kepatuhan minum OHO pada penderita Diabetes

Mellitus dengan Sellulitis dan atau Ganggren.

Page 8: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

viii

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi penderita :

Dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang pentingnya kepatuhan

minum OHO serta komplikasi kronis Diabetes Mellitus.

2. Bagi puskesmas:

Sebagai bahan pertimbangan guna menyusun strategi lebih lanjut dalam

pencegahan komplikasi kronis diabetes mellitus.

3. Bagi peneliti:

Melatih untuk sikap objektif mencegah terjadinya komplikasi Diabetes Mellitus

lebih lanjut.

Page 9: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

ix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik ( kebanyakan herediter ) sebagai akibat

dari kurangnya insulin efektif ( DM Tipe 2 ) atau insulin absolut ( DM Tipe 1 ) di dalam

tubuh, dengan tanda – tanda hiperglikemi dan glukosuria, disertai dengan atau tidaknya

gejala klinik akut poliuri, polidipsi, penurunan berat badan, ataupun gejala kronik,

gangguan primer metabolisme karbohidrat dan sekunder pada metabolisme lemak dan

protein.(Askandar Tjokroprawiro, 2007)

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI ( 2003, 2006 ) adalah sesuai dengan

klasifikasi DM oleh American Diabetes Association (ADA).

Klasifikasi etiologi DM ( ADA 2006 ) : (Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

I. DM Tipe 1 ( destruksi sel beta, biasanya menjurus ke defisiensi insulin

absolut ) :

Autoimun

Idiopatik

2. DM Tipe 2 ( biasanya berawal dari resistensi insulin yang predominan dengan

defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan dengan

resistensi insulin )

3. DM tipe sfesifik lain :

a. Defek genetik fungsi sel beta

Maturity Onset Diabetes of The Young ( MODY )

DNA mitokondria

Dan lain-lain

b. Defek genetik kerja insulin

c. Penyakit eksokrin pankreas

Page 10: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

x

Pankreatitis

Pankreatopati fibrokalkulus

d. Endokrinopati

Akromegali

Cushing sindrom

Hipertiroidism dan lain-lain

e. Karena obat/zat kimia

Vacor, pentamidin

Glukokortikoid, hormon tiroid

Tiazid, dilantin

f. Infeksi

Rubela kongenital, Citomegalo virus

Dan lain-lain

g. Sebab imunologi yang jarang

Antibodi anti insulin

Dan lain-lain

h. Sindroma genetik yang lain yang berkaitan dengan DM

Sindrom Down, Sindrom Kleinefelter, Sindrom Turner

Dan lain-lain

4. Diabetes Mellitus Gestasional

C. PATOFISIOLOGI

DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )

DMT 1 merupakan Diabetes Mellitus yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan

terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu sintesis

dan sekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang

tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara

absolut.(Askandar Tjokroprawiro, 2007)

Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya cukup

atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000-35.000 ) jumlah reseptor insulin

pada orang normal ± 35.000. sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin. (

Page 11: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xi

Askandar Tjokroprawiro, 2007)

DM Tipe 2 ( diabetes mellitus tidak tergantung insulin = DMT 2 )

DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan

terletak pada jaringan perifer ( resistensi insulin ) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel

beta pankreas ( defek pada fase pertama sekresi insulin ), yaitu sebagai berikut : ( Askandar

Tjokroprawiro, 2007)

1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, namun terdapat

keterlambatan sekresi insulin fase 1 ( fase cepat ), sehingga glukosa sudah

diabsorbsi masuk darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum memadai.

2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang ( antara 20.000-30.000 ) pada obesitas

jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.

3. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja

insulin tidak efektif ( insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin terganggu

).

4. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler

terganggu.

5. Adanya kelainan campuran diantara nomer 1,2,3 dan 4.

D. GEJALA KLINIS

Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan berat badan naik ( fase

kompensasi ). Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Fase

Dekompensasi (“Dekompensasi Pankreas”), yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria,

polidipsi, dan berat badan turun. Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS

SINDROM DIABETES AKUT” bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan

mual-muntah dan Ketoasidosis Diabetik. ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan, kesemutan, kaku otot,

penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang sering berubah, sakit sendi dan

lain-lain. ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

Page 12: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xii

E. DIAGNOSIS

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok tersebut dibawah ini (

Committe Report ADA-2006 ): ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

1. Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )

2. Obesitas BB ( kg ) > 110% BB ideal atau IMT > 25 ( kg/m2 )

3. Tekanan darah tinggi ( > 140/90 mmHg )

4. Riwayat DM dalam garis keturunan

5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau abortus berulang

6. Riwayat DM pada kehamilan

7. Dislipidemia ( HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl )

8. Pernah TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu ) atau glukosa darah puasa terganggu (

GDPT )

Kriteria Diagnosis DM ( Konsensus PERKENI 2002 )

Dinyatakan DM apabila terdapat :

1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) ≥ 200 mg/dl, ditambah gejala klasik :

poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya atau

2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) ≥ 126 mg/dl atau

3. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban glukosa

75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di

klinik. Untuk penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan memakai kriteria

diagnosis kadar glukosa darah puasa.

Ketiga kriteria diagnosis tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain atau

esok harinya, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia yang jelas tinggi dengan

dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat. (

Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

Page 13: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xiii

Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi GlukosaLangkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa(Konsensus Perkeni 2006)(Konsensus Perkeni 2006)

Keluhan Khas (-)Keluhan Khas (+)

GDP

GDSatau

GDP

GDSatau

> 126

> 200

< 126

< 200

GDP

GDSatau

> 126

> 200

< 126

< 200

Kel uhan Khas (+)

> 126

> 200< 110

110-125

110-199

TTGOGD 2 Jam

D I A B E T E S M E L L I T U S TGT GDPT Normal

> 200 140-199 < 140

- Evaluasi Status Gizi- Evaluasi Penyulit DM

- Nasihat Umum- Perencanaan Makan

GDP = Glukosa Darah PuasaGDS = Glukosa Darah Sewaktu

Keluhan Kli nis Diabetes

Askandar Tjokroprawiro, 2007 ( Konsensus Perkeni 2006 )

Keterangan gambar :

GDP : Glukosa darah puasa, GDS : Glukosa darah sewaktu,

GDPT : Gula Darah Puasa Terganggu, IFG : Impaired Fasting Glucose,

TGT : Toleransi Gula Terganggu.

F. TERAPI

Penatalaksanaan dasar terapi DM meliputi pentalogi terapi DM : ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

Terapi primer :

1. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM ) tentang DM.

2. Latihan Fisik ( LF ) : primer dan sekunder

3. Diet

Terapi Sekunder :

4. Obat hipoglikemia ( OHO dan insulin )

5. Cangkok pankreas

Page 14: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xiv

I. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat tentang Diabetes Mellitus

PKM dapat dilaksanakan melalui : ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

1. Perorangan ( antar dokter dengan penderita ), bila tidak ada waktu ber”PKM”lah

waktu memeriksa atau pun menulis resep.

2. Penyuluhan melalui TV.

3. Kaset video : penjelasan tentang DM, komplikasinya, terapi DM termasuk peragaan

macam-macam diet dengan berbagai jenis kandungan kalorinya.

4. Diskusi kelompok.

5. Poster.

6. Leaflet dan lain-lain.

II. Latihan Fisik ( LF ) untuk Diabetes Mellitus : LF Primer dan Sekunder

Semua penderita DM dianjurkan latihan ringan teratur setiap harinya pada saat 1

jam sesudah makan, termasuk penderita yang dirawat di Rumah Sakit ( Bed Exercise ).

Misalnya : makan pagi jam 07.00, makan siang jam 12.30, makan malam jam 18.30,

maka latihan fisik harus dilaksanakan berturut-turut jam 08.00, 13.30, dan 19.30. Latihan

fisik

( LF ) ini disebut LF primer. ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

LF sekunder untuk penderita DM, terutama DM dengan obesitas. Selain LF primer

sesudah makan, juga dianjurkan LF sekunder agak berat setiap hari, pagi dan sore (

dengan tujuan menurunkan berat badan ) sebelum mandi pagi dan sore agar penderita

tidak lupa. ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

III. Diet Diabetes Mellitus

Diet DM untuk Indonesia pertama dihasilkan oleh Prof. DR. Askandar

Tjokroprawiro, dr., Sp.PD, K-MED, yaitu: Diet-B, Diet-B puasa, Diet-B1 dan B1 puasa,

B2, B3, Be, Diet-M, Diet-M puasa, Diet-G, Diet-KV, Diet-GL, Diet-H, Diet KV-T1, Diet

KV-T2, Diet KV-T3, Diet KV-L, Diet B1-T1, Diet B1-T2, Diet B1-T3, Diet B1-L. (

Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

IV. Obat Hipoglikemi ( Obat Hipoglikemi Oral dan Insulin )

Page 15: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xv

Tablet OHO

Atas dasar pengalaman klinis, pembagian macam Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

dapat dibedakan berdasarkan cara kerjanya : ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

1. Insulin Secretagogues : yaitu OHO yang memicu sekresi insulin. Golongan obat

ini dibedakan menjadi 2 kelompok.

a. Sulphonylureas, yang sampai saat ini ada 3 generasi

i. Sulphonylurea generasi I : Tolbutamide, Chlorpropamide

ii. Sulphonylurea generasi II : Glibenclamide, Glipizide-GITS,

Gliclazide, Gliclazide MR, Gliquidon.

iii. Sulphonylurea generasi III : Glimepiride.

b. Non-Sulphonylurea

Nateglinide

Repaglinde

GLP-1 analouges

2. Insulin Sensitizer : yaitu OHO yang memperbaiki sensivitas insulin, terbagi dalam

2 kelompok.

a. Thiazolidinediones ( klas glitazon ) bekerja melalui aktivasi PPAR-γ yang

terdiri atas :

1. Ciglitazone

2. Englitazone

3. Troglitazone (R/Resulin)

4. Rosiglitazone (R/Avandia) telah diakui oleh FDA mei 1999

5. Pioglitazone (R/Actos) diakui oleh FDA juli 1999

6. Darglitazone

b. Non-TZDs ( klas glitazar ), bekerja melalui aktivasi PPAR α dan γ yang

terdiri atas :

1. Muraglitazar

2. Ragaglitazar

3. Tesaglitazar

c. Metaglidasen

d. Biguanides

Page 16: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xvi

1. Metformin

2. 3-Guanidinopropionic-acid

3. Intestine Enzyme Inhibitors : yaitu bekerja dengan menghambat enzym di usus

sehingga dengan menghambat penyerapan glukosa.

a. α-Glucosidase Inhibitors : Acarbose, Vogiblose ( AD-128 ), Miglitol, MG-

73945, Castanospermine

b. α-Amylase Inhibitor : Tendaminase

4. Other Specific Types:

a. Insulin mimetic drugs, mempunyai efek seperti insulin

( Glimepiride, chromium, α-Lipoid Acid, Vanadium ).

b. Β-Cell Replacers ( GIP, GLP-1, GLP-1 analogues seperti Exendine-4,

Liraglutide ).

c. Inhibitor dari Dipeptidyl Peptidase-IV ( DPP-IV ) : Metformin, Liraglutide,

Vildagliptin.

d. Penghambat sekresi glukagon : Amylin Analogues antara lain Pramintide.

5. Fixed Dose Combination Types : merupakan kemasan kombinasi dari 2 macam

OHO dengan menggunakan teknologi baru, sehingga dicapai efek terapeutik yang

menguntungkan. Ada beberapa kombinasi obat yang disaat ini beredar di pasaran

Indonesia antara lain :

a. Kombinasi Glimepirid + Metformin : Amamet

b. Kombinasi Metformin + Thiazolidinedione : Avandamet

c. Kombinasi Glibenclamide + Metformin : Glucovance

Insulin

Indikasi mutlak untuk penggunaan insulin adalah Diabetes Mellitus Tipe-1, namun

demikian pada keadaan tertentu meskipun bukan Diabetes Mellitus Tipe -1 sering pula

terapi insulin diberikan dengan tujuan agar tubuh memiliki jumlah insulin efektif pada saat

yang tepat. Berikut ini adalah rangkuman beberapa indikasi suntikan insulin.

Indikasi suntikan insulin : ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

1. DM Tipe-1 ( DMT 1 )

2. Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi ( DMTM )

Page 17: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xvii

3. DM tipe X ( DM tergantung insulin dan OHO )

4. Koma Diabetik

5. DM tipe 2 pada keadaan tertentu

DM dengan Secondary Failure dari OHO

DM + Kehamilan

DM + Sellulitis / Ganggren / infeksi lainnya

DM Kurus

DM + Fraktur

DM + Hepatitis Kronis

DM + Operasi

DM + TBC Paru

DM + Graves Disease

DM + Kanker

V. Cangkok Pankreas

Belum dilakukan di Indonesia, tapi sudah pernah di USA dan beberapa negara

di Eropa. ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

G. KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

Jika diabetes mellitus dibiarkan tidak terkendali, akan menimbulkan komplikasi-

komplikasi yang dapat berakibat fatal. Komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda atau

diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah. Mengontrol kadar gula darah dapat

dilakukan dengan terapi misalnya patuh meminum obat.. ( Sidartawan, 2007 )

Komplikasi DM adalah semua penyakit yang timbul sebagai akibat dari DM, baik

sistemik, organ ataupun jaringan tubuh lainya. (Askandar Tjokroprawiro, 2007)

Proses glikosilasi ( pengaruh gukosa pada semua jaringan yang mengandung protein )

sangat berpengaruh pada timbulnya komplikasi kronis. Akhir-akhir ini AGE ( Advanced

Glycosylated Endoproduct ) diduga yang bertanggung jawab atas timbulnya komplikasi

kronis. Karena AGE inilah yang merusak jaringan tubuh terutama yang mengandung protein,

dan juga disebabkan disfungsi endotel dan disfungsi makrofag. ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

Sedangkan klasifikasi komplikasi Diabetes Mellitus dibagi menjadi : ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

Page 18: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xviii

1. Komplikasi Akut

a. Hipoglikemi

Hipoglikemi merupakan komplikasi yang serius pada pengelolaan DM Tipe 2

terutama pada penderita DM usia lanjut, pasien dengan insufisiensi renal, dan pada

pasien dengan kelainan mikro maupun makroangiopati berat. Di dalam upaya untuk

mencegah terjadinya komplikasi diperlukan kendali gula darah yang berat mendekati

normal, sedangkan akibat dari kendali gula darah yang berat resiko terjadinya

hipoglikemi semakin bertambah berat.

Diagnosis hipoglikemi umumnya berdasarkan atas Trias Whipple yaitu adanya

gejala hipoglikemi, dengan darah berkadar gula yang rendah dan akan membaik bila

kadar gula kembali normal setelah pemberian gula dari luar. Yang disebut gula darah

yang rendah adalah bila gula darah vena < 60 mg/dl.

Penyebab terjadinya hipoglikemi :

- olah raga yang berlebih dari biasanya

- dosis obat diabetes berlebihan

- jadwal makan yang tidak tepat dengan obat diabetes yang diminum

- menghilangkan atau tidak menghabiskan makan atau snack

- minum alkohol

- tidak pernah kontrol sehingga obat yang diberikan dosisnya tidak tepat

Bagaimana untuk mencegah terjadinya hipoglikemi :

- makan tepat pada waktunya

- jangan melewatkan makan atau snack

- belajar untuk menyesuaikan olah raga dengan makanan dan obat diabetes

- test gula darah sesuai dengan jadwal yang ada

- kerjakan test gula darah diluar jadwal jika merasa berbeda dengan keadaan

normal catat hasilnya di dalam buku catatan

b. Keto Asidosis Diabetes ( KAD )

Tabel klasifikasi KAD :

Stadium Macam KAD pH darah Bikarbonat darah

( BIK )

Page 19: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xix

Ringan

Sedang

Berat

Sangat Berat

KAD ringan

Prekoma diabetik

Koma Diabetik ( KD )

KD berat

7,30 – 7,35

7,20 – 7,30

6,90 – 7,20

< 6,90

15-20 mEq / l

12-15 mEq / l

8-12 mEq / l

< 8 mEq / l

Sumber : Askandar Tjokroprawiro, 2007

Kriteria diagnosis KAD adalah sebagai berikut :

Klinis : poliuria, polidipsia, mual dan atau muntah, pernafasan Kussmaul ( dalam dan

frekuen ), lemah, dehidrasi, hipotensi sampai syok, kesadaran terganggu sampai

koma.

Darah : hiperglikemi lebih dari 300 mg/dl ( biasanya melebihi 500 mg/dl ).

Bikarbornat kurang dari 20 mEq/l dan pH < 7,35 ( asidosis metabolik ), ketonemia.

Urine : glukosuria, ketonuria.

c. Koma Hiperosmoler Non – Ketotik ( K. HONK )

Diagnosis klinis dikenal dengan sebutan tetralogi HONK : 1 yes, 3 no, yaitu :

1. Glukosa > 600 mg/dl ( hiperglikemia YES ) dengan tidak ada riwayat DM

sebelumnya ( NO DM ), bikarbonat > 15 mEq/l, tidak ada Kussmaul, pH darah

normal ( NO Asidosis Metabolik ), tidak ada ketonemia atau ketonuria ( NO

ketonemia ).

2. Dehidrasi berat, hipotensi sampai terjadi syok hipovolemi, didapatkan gejala

neurologi.

3. Diagnosis pasti ditegakkan apabila terdapat gejala klinis ditambah dengan

osmoloritas darah > 325-350 mOSM/l.

Faktor pencetus KAD dan HONK:

- injeksi

- penghentian insulin atau terapi insulin yang tidak adekuat

- penderita baru

- infark miokard akut

- pemakaian obat steroid

Page 20: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xx

2. Komplikasi Kronis

Komplikasi kronis pada DM pada umumnya terjadi gangguan pembuluh darah atau

angiopati dan kelainan pada saraf atau neuropati. Angiopati pada pembuluh darah besar

disebut makroangiopati dan bila kena pembuluh darah kecil disebut mikroangiopati,

sedangkan neuropati bisa merupakan neuropati perifer maupun neuropati otonom. Pada

penelitian UKPDS ( United Kingdom Prospective Diabetes Study ) umumnya penderita

DM yang datang berobat 50 % sudah mengalami komplikasi kronis ini. Manifestasi klinis

komplikasi kronis DM pada :

a. Infeksi ( furunkel, karbunkel, TBC paru, UTI, mikosis ) ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

b. Mata ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

- Lensa cembung sewaktu hiperglikemia ( miopi – reversible, tetapi katarak –

irreversible )

- Retinopati DM = RD ( Non – Prolifeverative Retinopathy, dan Proliferative

Retinopathy )

- Glaucoma

- Perdarahan Corpus Vitreum

c. Mulut ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

- Ludah ( kental, mulut kering = Xerostamia Diabetes )

- Gingiva ( udematus, merah tua, gingivitis )

- Periodontium ( rusak biasanya karena mikroangiopati periodontitis DM, ( semua

menyebabkan gigi mudah goyah – lepas )

- Lidah ( tebal, rugae, gangguan rasa akibat dari neuropati )

d. Jantung (Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

- Penyakit Jantung Koroner ( komplikasi makroangiopati ), terjadinya penyempitan

atau sumbatan pembuluh darah koroner sehingga menyebabkan iskemi sampai

terjadinya nekrosis pada otot jantung dengan manifestasi klinik adanya tanda-

tanda angina pektoris dan infark miokard adalah rasa tidak enak ( discomfort )

atau nyeri di daerah dada kiri, epigastrium, dijalarkan di lengan dan di tangan kiri

dan mungkin disertai dengan rasa mual, muntah, sesak nafas, kepala pusing dan

badan terasa lemah yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

Penyakit jantung koroner sampai saat ini menempati peringkat yang sangat tinggi

Page 21: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxi

dalam prioritas pelayanan kesehatan setelah penyakit infeksi dan gizi. Selama ini

faktor resiko PJK yang utama adalah rokok, hipertensi dan hiperlipidemia.

Penelitian epidemiologi sampai saat ini umumnya menyokong pendapat bahwa

hipertensi lebih banyak dijumpai pada diabetes dibanding dengan non diabetes

dimana kekerapan hipertensi pada diabetes berkisar antara 10 – 80 % .

- Kardiomiopati ( merupakan komplikasi mikroangiopati ) didapatkan penurunan

fungsi otot jantung sehingga didapatkan gambaran jantung membesar.

Kardiomiopati ini sering berakhir dengan dekompensasi kordis.

e. Traktus Urogenetalis ( Askandar Tjokroprawiro, 2007 )

- Nefropati Diabetik, Sindrom Kiemmelstiel Wilson, Pielonefritis, Necrotizing

Papillitis, UTI, DNVD Diabetic Neorogenic Vesical Dysfunction = Diabetic

Bladder ( dapat manyebabkan retensio / inkontinensia ).

- Impotensi Diabetik.

f. Saraf ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

Neuropati Diabetik ( ND ) merupakan gambaran keluhan dan gambaran gejala

fisik dari gangguan fungsi saraf tepi pada pasien DM setelah disingkirkan

penyebab lainnya. Terdapat berbagai jenis ND, namun yang tersering adalah

Polineuropati Simetrik Distal ( PND ) dan Neuropati Autonom Diabetik (

NAD ). PND merupakan penyebab tersering dari amputasi non traumatik pada

pasien DM. Sekitar 50 % PND bisa tanpa keluhan, akan tetapi beresiko terkena

luka kaki tanpa nyeri.

PND merupakan suatu bentuk ND tersering ( sekitar 75 % ) yang dapat mengenai

saraf sensorik dan motorik dan dapat mengenai saraf besar dan kecil. Gangguan

sensorik terbesar dalam pola sarung tangan ( gloves ) dan kaos kaki ( stocking ),

sedangkan gejala motorik kurang menonjol.

Neuropati serabut saraf besar ditandai oleh parestesia tanpa nyeri, dengan

gangguan persepsi getaran, sentuhan / tekanan, posisi sendi dan reflek kaki,

bahkan keadaan lanjut dapat terjadi ataksi sensorik. Neuropati serabut besar

menyebabkan gangguan konduksi saraf, penurunan aktifitas sehari – hari dan

penurunan kualitas hidup.

Neuropati serabut halus menyebabkan rasa nyeri, rasa terbakar, gangguan sensasi

Page 22: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxii

nyeri dan sering bersamaan dengan NAD. Pada jenis ini konduksi saraf biasanya

normal namun didapatkan kelainan bila dilakukan pemeriksaan fungsi sensorik

dan autonom. Neuropati diabetik nyeri ( painful diabetic neuropathy ) dapat

timbul secara spontan atau atas stimulus, dapat berat dan sukar diobati. Rasa nyeri

seperti terbakar, seperti ditusuk jarum, seperti berdenyut, memukul, menyayat.

Keluhan dan gejala fisik neuropati somatik dan autonom merupakan modal utama

dalam menegakkan diagnosis ND. Pada pemeriksaan fisik dinilai kekuatan otot,

sensibilitas tusuk jarum, getaran, suhu, sentuhan / tekanan, posisi sendi dan reflek

kaki. Untuk getaran dilakukan pemeriksaan dengan garputala 128 Hz, sedangkan

untuk sentuhan digunakan monofilamen 10 gr.

g. Kaki ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

- Kaki diabetes dapat terjadi akibat interaksi antara neuropati perifer ( termasuk

disfungsi autonomik ), mikroangiopati, makroangiopati higiene kaki yang jelek.

Neuropati merupakan komponen penyebab luka pada kaki DM yang paling

sering, dimana > 82 % penderita kaki DM didapatkan gejala neuropati kaki

diabetes menyebabkan seseorang kehilangan kakinya akibat amputasi dan ini

merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes yang paling ditakuti oleh pasien

diabetes.

Pada populasi diabetes pada umumnya mempunyai resiko 15 – 40 kali lebih besar

untuk amputasi pada kaki ini merupakan alasan yang paling banyak pada pasien

diabetes rawat inap yaitu lebih dari 25 % pasien diabetes yang masuk rumah sakit

di United States dan Great Britian. Sebagian besar komplikasi pada kaki yang

berakhir dengan amputasi biasanya dilakukan dengan pembentukan ulkus pada

kulit. Deteksi dini dan terapi yang adekuat pada ulkus ini dapat mencegah

terjadinya amputasi kaki sebanyak lebih dari

85 %, serta komplikasi ini dapat dicegah dengan penanganan diabetes yang

agresif.

Page 23: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxiii

H. PENCEGAHAN

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang ditujukan pada kelompok yang

memiliki faktor resiko yaitu pada mereka yang belum terkena tetapi berpotensi menjadi

diabetes mellitus dan kelompok prediabetes. ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

Prediabetes atau intoleransi glukosa merupakan suatu keadaan yang mendahului

timbulnya diabetes. Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh

Departement of Health and Human Services ( DHHS ) dan The American Diabetes

Association ( ADA ). Keadaan intoleransi glukosa adalah TGT ( Toleransi Glukosa

Terganggu ) dan GDPT (Gula Darah Puasa Terganggu). Setiap tahun 4 – 9 % orang dengan

intoleransi glukosa akan menjadi DM. ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan dengan pemeriksaan TTGO setelah puasa 8

jam. Pada pasien dengan intoleransi glukosa anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

dilakukan ditujukan untuk mencari faktor resiko yang dapat dimodifikasi . ( Sri Murtiwi Aryono,

2008 )

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah :

- ras dan etnik

- riwayat keluarga dengan diabetes

- umur, resiko untuk menderita diabetes meningkat seiring dengan meningkatnya usia,

usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM

- riwayat pernah menderita DM gestasional

- riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah, kurang dari 2,5 kg

- riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi > 4000 gr

Faktor resiko yang bisa dimodifikasi :

- berat badan lebih ( IMT > 23 )

- kurangnya aktifitas fisik

- hipertensi ( > 140/90 mmHg )

- dislipidemia ( HDL < 35 mg/dl dan trigliserida > 250 mg/dl )

Page 24: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxiv

- diet tidak sehat yaitu diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan

resiko menderita prediabetes dan diabetes tipe 2

Yang harus dilakukan untuk pencegahan primer yaitu penyuluhan. Penyuluhan ditujukan

kepada kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi dan intoleransi glukosa.

Materi penyuluhan meliputi antara lain :

Program penurunan berat badan. Pada seseorang yang mempunyai resiko DM dan

mempunyai berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk

menurunkan resiko terkena DM tipe 2 atau intoleransi glukosa. Beberapa penelitian

menunjukkan penurunan berat badan 5 – 10 % dapat mencegah atau memperlambat

munculnya DM Tipe 2.

Diet sehat, dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai faktor resiko.

Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Karbohidrat

komplek merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga

tidak menimbulkan puncak ( peak ) glukosa darah yang tinggi setelah makan. Selain

itu juga dianjurkan untuk makan yang mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi

serat larut.

Latihan jasmani secara teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,

mempertahankan berat badan, serta dapat meningkatkan kolesterol HDL. Latihan

jasmani yang dianjurkan adalah dikerjakan sedikitnya selama 150 menit / minggu

dengan latihan aerobik sedang

( mencapai 50 – 70 % denyut jantung maksimal ) atau 90 menit /minggu.

Menghentikan merokok. Merokok merupakan salah satu dari resiko munculnya

gangguan kardiovaskuler. Mesti merokok tidak berkaitan langsung dengan resiko

timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi

kardiovaskuler dari penderita intoleransi glukosa dan DM Tipe 2.

Pengelolaan kelompok intoleransi glukosa sering berkaitan dengan sindroma

metabolik yang ditandai dengan adanya obesitas sentral, dislipidemia dan hipertensi.

Sebagian besar penderita intoleransi glukosa dapat diperbaiki dengan perubahan gaya

hidup, menurunkan berat badan, mengkonsumsi diet sehat serta melakukan latihan

jasmani yang cukup dan teratur. Hasil penelitian Diabetes Prevention Program

Page 25: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxv

menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup lebih efektif untuk mencegah mulculnya

DM Tipe 2 dibandingkan dengan penggunaan obat – obatan.

II. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya

penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan

yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. ( Sri

Murtiwi Aryono, 2008 )

Dalam upaya pencegahan sekunder, program penyuluhan memegang peran penting

untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan program pengobatan dan dalam

menuju perilaku sehat. Penyuluhan pencegahan sekunder terutama ditujukan kepada pasien

baru. Penyuluhan dilakukan sejak kontak pertama dan perlu selalu diulang pada

kesempatan pertemuan berikutnya. Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah

penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian pada penderita DM.

Selain pengobatan terhadap tingginya kadar gula darah, pengendalian berat badan, tekanan

darah, profil lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan resiko

timbulnya kelainan kardiovaskuler penderita DM. ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

III. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok DM yang telah mengalami penyulit

dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. ( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan

menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah dapat diberikan secara rutin bagi penderita

diabetes yang sudah mengalami komplikasi makroangiopati. Pada upaya pencegahan

tersier juga tetap dilakukan penyuluhan pada pasien. Materi penyuluhan termasuk upaya

rehabilitasi termasuk yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. ( Sri

Murtiwi Aryono, 2008 )

Page 26: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxvi

Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi

antara disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar

para ahli di berbagai disiplin ( jantung, ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler,

radiologi, rehabilitasi medis, gizi dll ) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan

pencegahan tersier.( Sri Murtiwi Aryono, 2008 )

Page 27: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxvii

BAB III

OBYEK DAN METODE

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini termasuk cross sectional study yang menggambarkan kepatuhan

minum Obat Hipoglikemi Oral ( OHO ) dengan kejadian komplikasi kronis pada kelompok

masyarakat yang menderita Diabetes Mellitus di Desa Betro RT 13 -16, Kecamatan Sedati,

Kabupaten Sidoarjo sejumlah 26 orang.

B. POPULASI

Populasi yang diambil adalah seluruh penderita Diabetes Mellitus usia 25 – 59 tahun

yang minum OHO di Desa Betro RT 13 - 16, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Di Desa Betro RT 13 – 16, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo tanggal 9 Juni

2008.

D. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Pengumpulan Data

a. Data primer : dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan acuan

kuisoner dengan responden penderita Diabetes Mellitus di Desa Betro RT 13 –

16, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo.

b. Data sekunder : data yang diperoleh dari Puskesmas Sedati berupa daftar

kunjungan pasien kontrol dengan Diabetes Mellitus Bulan Januari – Maret

2008.

2. Pengolahan Data

Data mentah dari kuisoner yang telah diisi oleh responden bila telah lengkap

Page 28: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxviii

diolah untuk memperoleh tabel frekuensi.

3. Analisa Data

Analisa sesuai dengan jenis penelitian deskriptif dilakukan dengan interpretasi

data dan tabel frekuensi untuk memberikan gambaran hasil penelitian sesuai dengan

tujuan penelitian.

4. Variabel Penelitian

a. Tingkat kepatuhan penderita Diabetes Mellitus minum obat OHO

b. Kejadian Hipertensi pada penderita Diabetes Mellitus

c. Kejadian Neuropati Diabetik pada penderita Diabetes Mellitus

d. Kejadian Sellulitis dan atau Ganggren pada penderita Diabetes Mellitus

E. DEFINISI OPERASIONAL.

1. Patuh jika :

1. Waktu minum obat sesuai yang dianjurkan.

2. Tidak mengganti obat lain yang tidak dianjurkan.

3. Jumlah obat yang diambil sesuai dengan yang ditentukan.

Jika tidak memenuhi 3 kriteria diatas, maka dikategorikan tidak

patuh.

2. Definisi komplikasi kronis ( neuropati diabetik, hipertensi, sellulitis dan gangren

) penderita DM tipe 2 yaitu komplikasi kronis yang didapat pada saat wawancara

dan pengisian kuisioner karena ketidakpatuhan minum OHO.

3. Hipertensi

Jika tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 80

mmHg.

Jika < 130/80 mmHg : Normal.

4. Neuropati Diabetik

1. Parestesi tanpa nyeri dengan pola sarung tangan ( gloves ) dan

kaos kaki ( stocking ).

2. Terdapat gangguan persepsi sentuhan / posisi sendi / reflek kaki.

Dikatakan neuropati diabetik jika memenuhi salah satu kriteria

Page 29: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxix

Kejadian hipertensi sebagai komplikasi kronis DM

Kejadian Neuropati diabetik sebagai komplikasi kronis DM

Kejadian Sellulitis dan atau Ganggren sebagai komplikasi kronis DM

diatas.

5. Sellulitis dan atau Ganggren

1. Terdapat luka pada bagian distal extremitas atas / bawah yang

sulit sembuh.

2. Terdapat penurunan sensasi nyeri ( sensasi nyeri pada luka

tidak sebanding dengan besarnya luka ).

F. KERANGKA KONSEP

Tingkat kepatuhan :

Patuh

Tidak patuh

Page 30: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxx

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. Data Desa

a. Desa / kelurahan : Desa Betro

b. No : 404.5.3

c. Kecamatan : Sedati

d. Kabupaten : Sidoarjo

e. Propinsi : Dati I Jawa Timur

2. Data Khusus

a. Data geografi

Luas desa : 137,279 Ha

Batas utara : Desa Sedati Agung

Batas selatan : Desa Kwangsan

Batas barat : Desa Wedi

Batas timur : Desa Pulungan

Jumlah RW : 8

Jumlah RT : 16

b. Data demografi

Jumlah penduduk desa Betro

Jumlah penduduk pria : 2540

Jumlah penduduk perempuan : 2592

Jumlah total : 5132

Page 31: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxi

B. KARAKTERISTIK POPULASI.

TABEL 1

Tabel distribusi frekuensi tingkat kepatuhan penderita diabetes mellitus minum

OHO.

JUMLAH KEJADIAN PROSENTASE

Patuh

Tidak patuh

10

16

38

62

Jumlah 26 100 Sumber : Hasil Survey

PROSENTASE TINGKAT KEPATUHAN PENDERITA DIABETES MELLITUS MINUM OHO

38%

62%

PATUHTIDAK PATUH

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui prosentase kepatuhan penderita diabetes

mellitus minum OHO sebesar 38 % sedangkan penderita diabetes mellitus yang tidak

patuh minum OHO sebesar 62 %. Hal ini memperlihatkan kecenderungan penderita

diabetes mellitus yang tidak patuh minum OHO di Desa Betro.

Page 32: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxii

TABEL 2

Tabel distribusi frekuensi tingkat kejadian Hipertensi pada penderita Diabetes

Mellitus terhadap kepatuhan minum OHO

KEJADIAN PROSENTASE

Patuh 5 36

Tidak patuh 9 64

Jumlah 14 100 Sumber : Hasil Survey

PROSENTASE KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENDERITA DM MINUM OHO

36%

64%

PATUHTIDAK PATUH

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui prosentase kejadian hipertensi pada penderita

diabetes mellitus yang patuh minum OHO sebesar 36 % sedangkan kejadian hipertensi

pada penderita diabetes mellitus yang tidak patuh minum OHO sebesar 64%. Hal ini

memperlihatkan kecenderungan terjadi hipertensi pada penderita diabetes mellitus yang

tidak patuh minum OHO di Desa Betro.

Page 33: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxiii

TABEL 3

Tabel distribusi frekuensi tingkat kejadian Neuropati pada penderita Diabetes

Mellitus terhadap kepatuhan minum OHO

KEJADIAN PROSENTASE

Patuh 5 45

Tidak patuh 6 55

Jumlah 11 100 Sumber : Hasil Survey

PROSENTASE KEJADIAN NEUROPATI PADA PENDERITA DM MINUM OHO

45%

55%

PATUHTIDAK PATUH

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui prosentase kejadian neuropati pada penderita

diabetes mellitus yang patuh minum OHO sebesar 45 % sedangkan kejadian neuropati

pada penderita diabetes mellitus yang tidak patuh minum OHO sebesar 55%. Hal ini

memperlihatkan kecenderungan terjadi neuropati pada penderita diabetes mellitus yang

tidak patuh minum OHO di Desa Betro.

Page 34: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxiv

TABEL 4

Tabel distribusi frekuensi tingkat kejadian Sellulitis dan atau Ganggren pada

penderita Diabetes Mellitus terhadap kepatuhan minum OHO

KEJADIAN PROSENTASE

Patuh 0 0

Tidak patuh 5 100

Jumlah 5 100 Sumber : Hasil Survey

PROSENTASE KEJADIAN SELLULITIS DAN ATAU GANGGREN PADA PENDERITA DM MINUM OHO

0%

100%

PATUHTIDAK PATUH

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui prosentase kejadian Sellulitis dan atau

Ganggren pada penderita diabetes mellitus yang patuh minum OHO sebesar 0 %

sedangkan kejadian sellulitis dan atau ganggren pada penderita diabetes mellitus yang

tidak patuh minum OHO sebesar 100%. Hal ini memperlihatkan kecenderungan terjadi

Sellulitis dan atau Ganggren pada penderita diabetes mellitus yang tidak patuh minum

OHO di Desa Betro.

Page 35: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxv

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa atau interpretasi data yang diperoleh dalam penelitian

sebagaimana yang disajikan dalam Bab IV. Maka di pandang dari tingkat kepatuhan

penderita diabetus mellitus minum OHO di Desa Betro RT 13-16, Kecamatan Sedati,

Kabupaten Sidoarjo maka didapatkan 62 % penderita diabetes mellitus tidak patuh

minum OHO. Hal ini cenderung berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penderita

Diabetus Mellitus dengan komplikasi yang dapat di tunjukkan pada tabel 2 dimana

prosentase kejadian hipertensi pada pasien diabetes mellitus yang tidak patuh minum

OHO sebesar 64 %. Dari tabel 3 didapatkan prosentase kejadian neuropati pada penderita

diabetus mellitus yang tidak patuh sebesar 55 %, dari tabel 4 didapatkan prosentase

kejadian sellulitis dan atau ganggren pada penderita diabetes mellitus yang tidak patuh

sebesar 100%.

Sedangkan dari tabel 1 juga didapatkan 38% penderita diabetes mellitus patuh

minum OHO, hal ini cenderung berpengaruh terhadap turunnya jumlah penderita diabetes

mellitus dengan komplikasi seperti yang ditunjukkan pada tabel 2 dimana prosentase

kejadian hipertensi pada pasien diabetes mellitus yang patuh minum OHO sebesar 36 %.

Dari tabel 3 didapatkan prosentase kejadian neuropati pasien diabetes mellitus yang patuh

minum OHO sebesar 45% dan dari tabel 4 didapatkan prosentase sellulitis dan atau

ganggren pada pasien diabetes mellitus yang patuh minum OHO sebesar 0 %.

Dari kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan cenderung

berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan jumlah penderita diabetes

mellitus dengan komplikasi. Dimana dengan pemakaian obat secara rutin ( patuh )

cenderung mengurangi kejadian komplikasi, demikian sebaliknya, pada penderita yang

tidak rutin minum obat ( tidak patuh ) cenderung meningkatkan kejadian komplikasi.

Page 36: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxvi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa gambaran antara kepatuhan minum

OHO dengan kejadian komplikasi pada pasien Diabetes Mellitus di Desa Betro RT 13-16

Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :

1. Masih rendahnya tingkat kepatuhan minum OHO penderita Diabetes Mellitus di Desa

Betro.

2. Kecenderungan tingginya angka kejadian Hipertensi pada penderita Diabetes Mellitus

yang tidak patuh minum OHO di Desa Betro.

3. Kecenderungan tingginya angka kejadian Neuropati pada penderita Diabetes Mellitus

yang tidak patuh minum OHO di Desa Betro.

4. Kecenderungan tingginya angka kejadian Sellulitis dan atau Ganggren pada penderita

Diabetes Mellitus yang tidak patuh minum OHO di Desa Betro.

B. SARAN

Untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi pada penderita

Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan meningkatkan kepatuhan penderita pada

pengobatan. Hal ini ditunjang dengan memberikan penyuluhan secara intensif kepada

masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, penatalaksanaannya ( termasuk diet )

dan komplikasi yang mungkin timbul sehingga menyebabkan keadaan yang lebih

fatal.

Selain upaya pencegahan baik primer, sekunder dan tersier berupa

penyuluhan tersebut diatas maka untuk meningkatkan kepatuhan perlu ada tujuan

yang sama antara pasien dan dokternya, keyakinan terhadap kesehatan, dan yang tak

kalah penting adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Dengan demikian

komplikasi Diabetes Mellitus dapat diminimalkan.

Page 37: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Aryono Sri Murtiwi, Komplikasi Diabetes Mellitus, Seminar dan Workshop Care of Diabetes

Mellitus, Surabaya 10-11 Mei 2008.

Aryono Sri Murtiwi, Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2, Seminar dan Workshop Care of

Diabetes Mellitus, Surabaya 10-11 Mei 2008.

Evy, http://64.2003.71.11/kompas-cetak/humaniora/1858574.html, 2005.

Fadilah Haris, http://www.gemari.or.id/cetakartikel.php?id=172, 2005.

http://www.thamrinhospital.com/old/services.html, 2008.

Jusinta Kristella, www.SMAN-2mks.com/index2.php?option=com-content&do-tdf=1&aid=597,

2007.

Soegondo Sidartawan, Prof. Dr. dr, Sp.PD,

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=914&tbl=kesling, 2008.

Suyono Slamet, Masalah Diabetes Mellitus di Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I,

Edisi Ketiga, Penerbit FKUI, Jakarta, 1999, p 577-578.

Sugiyono, Dr. Prof, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Kedua Belas, Alfabeta, Bandung, 2007,

p. 29-45.

Tjokroprawiro Askandar DKK, Diabetes Mellitus, Buku Ajar Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya, Cetakan I, Airlangga

University Press, Surabaya, 2007, p. 32-38, 46-70.

Yunia Irma, http://sehatorganik,wordpress.com, 2007.

Page 38: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxviii

LAMPIRAN

KUISIONER

Nama :

Umur : th (L/P)

Alamat :

1. Apa yang anda ketahui tentang penyakit kencing manis ?

..............................................................................................................................

2. Sudah berapa lama anda minum obat kencing manis ?………......(bulan/tahun)

3. Apa anda tahu tentang komplikasi / bahaya kencing manis ?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya sebutkan komplikasinya : -

-

-

-

4. Berapa kali obat kencing manis yang harus anda minum sesuai anjuran dokter?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

5. Berapa macam obat yang diberikan dokter untuk mengobati kencing manis anda ?

a. 1 macam

b. 2 macam

c. 3 macam

6. Apa anda teratur minum obat kencing manis sesuai anjuran dokter setiap hari ?

a. Ya b. Tidak

7. Jika anda mendapat resep untuk kencing manis apa yang anda lakukan ?

a. Membiarkan / tidak membeli obat tersebut

b. Membeli separuh dari jumlah yang dianjurkan

c. Membeli semua

8. Jika obat tersebut habis, apa yang anda lakukan ?

Page 39: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xxxix

a. Membeli obat yang sama secepatnya di apotik terdekat

b. Kontrol ke dokter dengan tujuan di beri resep obat

c. Tunggu dulu, lain waktu bisa beli

9. Apakah anda masih minum obat kencing manis sampai sekarang ?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah anda sering merasa kesemutan di tangan atau kaki ?

a. Ya b. Tidak

11. Apakah anda mempunyai tekanan darah tinggi ?................................................

Berapa lama ?......................................................................................................

12. Apakah anda mempunyai luka pada kaki atau bagian tubuh yang lain yang

tidak diketahui penyebabnya ?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah luka tersebut sulit sembuh ?

a. Ya b. Tidak

PEMERIKSAAN (diisi oleh petugas)

TD :……….mmHg

Pemeriksaan untuk neuropati diabetik :

- Parestesia tanpa nyeri dengan pola gloves dan atau stoking ( Ya / Tidak )

- Gangguan persepsi sentuhan / posisi sendi / reflek kaki ( Ya / Tidak )

Sellulitis dan atau Ganggren:

- Sensasi nyeri pada luka tidak sebanding dengan besarnya luka sensasi nyeri

menurun ( Ya / Tidak )

Page 40: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xl

NAMA – NAMA RESPONDEN LAMA MINUM OBAT

1. Ny. Kasminah / 59 tahun ( 5 tahun )

2. Ny. Eni / 41 tahun ( 2 tahun )

3. Ny. Dasima / 59 tahun ( 3 bulan )

4. Ny. Ana / 35 tahun ( 6 bulan )

5. Ny. Emi / 35 tahun ( 2 tahun )

6. Ny. Sabatih / 47 tahun ( 6 bulan )

7. Ny. Rosidah / 57 tahun ( 4 tahun )

8. Tn. Samsoel Huda / 50 tahun ( 9 tahun )

9. Ny. Suminingsih / 58 tahun ( 8 tahun )

10. Ny. Wasiah / 58 tahun ( 2 tahun )

11. Ny. Sutami / 53 tahun ( 17 tahun )

12. Ny. Damarsih / 58 tahun ( 3 tahun )

13. Ny.Munifah /52 tahun ( 6 tahun )

14. Tn. Sanuri / 52 tahun ( 14 bulan )

15. Ny. Musyarofah / 55 tahun ( 3 tahun )

16. Ny.Hj. Subiati / 57 tahun ( 16 tahun )

17. Tn. Soeprapto / 45 tahun ( 3 bulan )

18. Ny. Sri Jatmini / 53 tahun ( 18 tahun )

19. Ny. Srianing / 56 tahun ( 1 tahun )

20. Ny. Nur Aini / 52 tahun ( 3 tahun )

21. Tn. Hasan Bisri / 46 tahun ( 7 tahun )

22. Tn. Budi S / 46 tahun ( 6 tahun )

23. Ny. Siti Fatimah / 55 tahun ( 18 bulan )

24. Tn Abdul Wahid / 47 tahun ( 5 bulan )

25. Ny. Julaikah / 40 tahun ( 18 bulan )

26. Ny. Juminem / 54 tahun ( 18 bulan )

Page 41: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xli

Page 42: Minum Obat Hipoglikemik Oral ( Oho )

xlii