MIOMA UTERI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NIFAS

Citation preview

BAB I

BAB I

LANDASAN TEORI

A. MIOMA UTERI

Mioma uteri merupakan kelainan tumor jinak ginekologis yang paling sering dijumpai. Pada usia reproduksi 20-25% wanita mengidap penyakit tersebut dan kejadiannya meningkat 40% pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan setiap 4-5 wanita mengidap kelainan ini dan menunjukkan kecenderungan pertumbuhan pada dekade usia ke-3 dan ke-4 dalam kurun kronologi kehidupan wanita. Usia termuda yang pernah dijumpai adalah 13 tahun dan tumor jinak ini mempunyai kecenderungan untuk regresi pada masa post menopause.Pada kepustakaan menyebutkan berdasarkan hasil otopsi, ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.Dalam penulisan ini hanya kasus mioma uteri yang akan dibahas lebih lanjut. Kasus mioma uteri menarik untuk dipelajari karena umumnya adanya mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologis. Penderita datang umumnya bukan karena adanya tumor ini, tetapi karena keluhan lain, misalnya perdarahan pervaginam yang abnormal atau rasa nyeri pada perut bagian bawah yang seringkali mengganggu. Gejala yang muncul sangat tergantung pada lokasi, besarnya tumor, dan komplikasi yang terjadi.1. DefinisiMioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.Penyebab pembesaran uterus tersering disamping kehamilan adalah mioma uteri. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal.

2. Angka Kejadian

Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,3011,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma Uteri merupakan tumor pada pelvis yang paling sering dijumpai. Diperkirakan 1 dibanding 4 atau 5 wanita yang berumur lebih dari 35 tahun terdapat mioma uteri. Meskipun umumnya mioma tidak menunjukkan gejala, diperkirakan 60% dari laparotomi pelvis pada wanita dikerjakan dengan alasan Mioma Uteri. Lesi ini sering ditemukan pada dekade 4 atau 5. Umumnya Mioma Uteri tidak akan terdeteksi sebelum masa pubertas dan tumbuh selama masa reproduksi. Jarang sekali Mioma Uteri ditemukan pada wanita berumur 20 tahun atau kurang, paling banyak pada umur 35 45 tahun yaitu kurang dari 25 %. Dan setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri lebih sering dijumpai pada wanita nullipara atau yang kurang subur.

3. PatogenesisMeyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.

4. Patologi Anatomi

Sarang mioma di uterus berasal dari korpus uterus dan serviks uterus. Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:

a) Mioma Submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.b) Mioma Intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.c) Mioma Subserosum: mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran servik (mioma geburt). Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.5. Perubahan Sekunder

a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan.

d) Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.

e) Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

f) Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.6. Keluhan Utama

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada umumnya adalah :a) Perdarahan abnormal

Pada banyak kasus, perdarahan pervaginam yang abnormal sering menjadi keluhan utama penderita mioma uteri.(2) Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia.Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus. Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium. Tetapi saat ini pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma. Permukaan endometrium yang lebih luas. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium. Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium.b) Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.c) Efek penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai.

7. Komplikasi

a. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause.

b. AnemiaAnemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.c. Torsi

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah dan shock.d. InfertilitasInfertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.

8. Diagnosis

Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan mnyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadangkala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri. Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.

9. Penanganan

Pemilihan penanganan dari mioma uteri tergantung pada usia penderita, paritas, status kehamilan, ukuran tumor, lokasi dan derajat keluhan. Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan. Tetapi walaupun demikian pada penderita-penderita ini tetap memerlukan pengawasan yang ketat sampai 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera. Dalam dekade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofifis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma. Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.

Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi:

a. Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat

b. Ukuran tumor yang besar

c. Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah menopause

d. Retensio urin

e. Tumor yang menghalangi proses persalinan

f. Adanya torsi.

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan. Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi berkisar 30% sampai 50%. Selain alasan tersebut, miomektomi juga dilakukan pada kasus mioma yang mengganggu proses persalinan. Metode lain dari miomektomi adalah dengan ekstirpasi yang dilanjutkan dengan curetage. Metode ini dilakukan pada kasus mioma geburt dengan melakukan ekstirpasi lewat vagina. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan yang jelas mengganggu. Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran tumor yang kecil. Tetapi pada umumnya histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti. Radioterapi bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterusB. HISTEREKTOMIHisterektomi dalam kebidanan dapat dilakukan sesudah: a) seksio sesaria; b) persalinan per vaginam; c) terjadi ruptur uteri.Pengangkatan uterus sesudah seksio sesaria diselenggarakan pada infeksi intrapartum yang berat, pada perdarahan karena atonia uteri yang tidak dapat diatasi oleh tindakan lain, pada uterus miomatasus dengan mioma yang besar dan/atau banyak, dan pada karsinoma servisis uteri yang masih dapat dioperasi dalam hal yang terakhir ini sebaiknya dilakukan histerektomi menurut Wertheim.Apabila sebelum operasi sudah ada maksud untuk melakukan histerektomi, umumnya lebih mudah untuk melahirkan janin dengan seksio sesarea klasik; sesudah luka pada dinding uterus ditutup dengan beberapa jahitan pembedahan diteruskan.Terapi yang terbaik pada ruptur adalah histerektomi, walaupun pada kasus tertentu kadang-kadang dapat dilakukan jahitan pda robekan tersebut. Dalam hal yang terakhir ini sebaiknya dilakukan sterilisasi. Pada ruptura uteri janin sudah meninggal dan sering kali untuk sebagian atau seluruhnya masuk dalam rongga perut. Dalam keadaan demikian dilakukan laparotomi janin dan plasenta apabila yang akhir ini sudah lepas dilahirkan, dan seterusnya uterus diangkat supravagina.

TeknikHisterektomi dalam kebidanan biasanya dilakukan dengan meninggalkan adneksa kanan dan kiri. Ligamenta rotunda kanan dan kiri dipotong kira-kira 1,5 cm dari uterus dan diikat pada potongan medial dan lateral. Jari telunjuk penolong ditekankan kedepan mulai dari dinding belakang ligamentum latum di bawah ligamentum ovari proprium dekat pada pinggir uterus dan menembus ligamentum latum pada tempat pemotongan ligamentum rotundum, setelah dipasang dua cunam, tuba dan ligamentum ovari proprium dipotong dan diikat pada potongan media dan lateral. Tindakan yang sama dilakukan disebelah yang lain. Kemudian peritoneum pada plika vesiko-uterina pada garis tengah dibuka, dan insisi diteruskan ke lateral kanan dan kiri sampai potongan ligamentum rotundum. Dengan jari dibungkus, dengan kain kassa, kandung kencing dan peritoneum dengan hati-hati didorong kebawah dan dilepas dari bagian bawah uterus; disamping itu jaringan ligamentum latum yang terbuka didorong ke bawah lateral untuk menjauhkan ureter dari uterus. Peritoneum pada lapisan belakang ligamentum latum digunting p[ada pinggir uterus kanan dan kiri, kemudian vasa uterina kanan dan kiri dengan cabang-cabangnya dapat dijepit dekat pada uterus, digunting dan diikat dan dengan catgut yang kuat.Pada histerktomi supravaginal atau subtotal, servik uteri bagian atas dipegang dengan cunam serviks;dibawahnya dipasang 1 cunam lagi dan serviks dipotong diantara 2 cunam tersebut. Setelah perdarahan yang ada rawat, luka pada serviks uteri yang ditinggalkan dijahit dengan catgut kuat, dan akhirnya diadakan peritoneisasi sisa serviks, ujung ligamentum rotundum dan adneksa yang telah dipotong, di sebelah kiri dan kanan. Akhirnya luka dinding perut ditutup secara biasa.Pada histerektomi total kandung kencing dilepaskan lebih ke bawah lagi sampai vagina bagian atas; pada dinding belakang uterus sedikit di atas hubungannya dengan ligamenta sakro-uterina, diadakan insisi melintang sepanjang kira-kira 1,5 cm, dan dari lobang itu dilakukan pelepasan vagina dari rectum. Ujung ligamentum sakrouterina kanan dan kiri dipotong dan diikat, dan setlah pinggir serviks uteri kanan dan kiri dipisahkan dari jaringan parametrium (setelah dijepit dengan cunam lurus), vagina didepan dibuka, dan dari luka itu uterus dipotong dari vagina. Setelah semua perdarahan dirawat dengan seksama, vagina ditutup dengan menjahitkan dinding depan dengan dinding belakang. Akhirnya dilakukan peritoneisasi seperti disebut diatas.Pada hamil tua, khususnya jika persalinan sudah berlangsung dan sudah ada pembukaan serviks uteri yang cukup besar, kadang-kadang sulit untuk menetapkan di mana serviks berhenti dan vagina mulai. Kadang-kadang dikira menyelenggarakan histerektomi total, teapi kemudian ternyata masih ada sisa serviks uteri.Pada ruptur uteri perdarahan yang masih ada dirawat dahulu, kemudian ligamenta rotunda dan adneksa kanan dan kiri dipotong seperti dikemukakan di atas. Pada tempat ruptur biasanya peritoneum di depan uterus terbuka. Pembukaan ini diteruskan ke sebelah yang tidak sobek, dan kandung kencing didorong ke bawah. Setelah vasa uterina di sebelah yang tidak robek dipotong dan diikat, dan pinggir serviks uteri dipisahkan dari jaringan parametrium, mulai dari ujung depan ruptur uteri dilakukan pemotongan uterus dari jaringan di bawahnya dengan pengikisan sirkuler sampai ujung belakang robekan. Perdarahan dirawat dengan seksama dan luka di bawah uterus yang telah diangkat ditutup dengan jahitan simpul. Akhirnya dilakukan peritoneisasi, dan luka dinding perut ditutup secara biasa.

Perlu diselidiki sebelum peritoneisasi apakah pada ruptur uteri kandung kencing tidak ikut terbuka. Apabila terbuka, luka ditutup dengan 2 lapisan jahitan chroomcatgut yang tidak menembus selaput lender, dan kemudian dipasang dauercatbetter untuk 1 minggu.

BAB II

TINJAUAN KASUSASUHAN KEBIDANAN PADA NY Z

POST SALPINGO OVOROTOMI SINISTRA (SOS)

OLEH KARENA MYOMA UTERI

DI RUANG NIFAS RSUP NTB

TANGGAL 09-06-2012

I. PENGUMPULAN DATA

Waktu pengumpulan data : 09 Juni 2012 Pukul 12.00 wita

Nomor register pasien : 561550 Tempat pengumpulan data : Ruang nifas RSUP NTB Tanggal masuk ruang nifas : 08 Juli 2009A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas

Nama Ibu

: Ny N

Nama Suami: Tn S

Umur

: 40 th

Umur

: 50 th

Pendidikan:: SD

Pendidikan: SMPAgama

: Hindu

Agama

: HinduPekerjaan

: IRT

Pekerjaan: PeternakAlamat

: Narmada

Alamat

: Narmada2. Keluhan utama saat ini : Ibu mengatakan terasa nyeri disekitar luka operasi dan kedua kakinya tidak dapat digerakkan.

3. Riwayat perjalanan penyakit : ibu mengatakan mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak tanggal 21-05-2009. Ibu juga mengeluh keluar darah dari jalan lahir dan nyeri tekan pada perut bagian bawah. Ibu datang ke Puskesmas Narmada untuk memeriksakan keluhannya, di Puskesmas ibu tidak diberikan terapi, kemudian oleh Puskesmas dilakukan rujukan ke RSUP NTB. Di Poli Kandungan pada tanggal 08-06-2009 dilakukan pemeriksaan abdomen ditemukan massa padat, nyeri, berukuran 10x12 cm, hasil pemeriksaan USG tanggal 08-06-2009 yaitu uterus membesar ukuran 10,1x7,8 cm, kesan Myoma Uteri, dan oleh Dr spesialis di Instrusikan untuk MRS di Ruang Melati karena saat itu di didapatkan Hb ibu 8,6 grm% ibu dirawat selama 8 hari dengan mendapatkan 3 kolf transfusi, setelah Hb stabil pasien dipulangkan dan dijadwalkan tanggal 06-07-2009 untuk dilakukan Histerektomi Subtotal dengan 2 hari sebelumnya MRS lagi untuk persiapan pre operasi SOS.4. Riwayat menstruasi :

a. Menarche: 15 tahunb. Siklus Haid: 28 haric. Lama haid: 7 hari

d. Jumlah : 2 kali ganti pembalut sehari

e. Flour albus: tidak ada

f. Masalah : 1 bulan ini keluar darah terus menerus diluar

Haid

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang lalu

NoTempat persalinanUKJenis persalinanPenolong persalinanRiwayat penyakitJKBB lahir (gram)umur

HamilBersalinNifas

1.RS 9 bln SCDokter---P2.80014 th

6. Riwayat penyakit

a. Penyakit kardiovaskuler

:Tidak ada

b. Penyakit hipertensi

:Tidak ada

c. Penyakit diabetes

:Tidak ada

d. Penyakit hepatitis

:Tidak dilakukan pemeriksaan

e. Penyakit kelamin/HIV/AIDS:Tidak dilakukan pemeriksaan

f. Penyakit malaria

:Tidak ada

g. Penyakit campak

:Tidak ada

h. Penyakit TBC

:Tidak ada

i. Penyakit ginjal

:Tidak ada

j. Anemia berat

:Tidak ada

k. Gangguan mental

:Tidak ada

l. Penyakit asma

:Tidak ada

m. Riwayat penyakit keturunan :Tidak ada

n. Riwayat kembar

:Tidak ada

7. Riwayat BioPsikososial :

a. Konsumsi Obat-obatan: ibu tidak pernah mengkonsumsi obat apapunb. Kebutuhan Nutrisi

Sebelum operasi

Setelah operasi

Frekuensi3x sehariIbu belum makan setelah operasi

KomposisiNasi, sayur, ikan laut, tempe, tahuMinum hangat

Porsi1 piring gelas

PantanganTidak adaDiit bebas

MasalahTidak adaIbu masih merasa sedikit mual

c. Pola Eliminasi BAK

Sebelum operasi

Setelah operasi

Frekuensi 3-4 kali/hariIbu menggunakan kateter

KonsistensiCair cair

WarnaKuningkuning

MasalahTidak adaIbu belum bisa berkemih sendiri

BAB

Sebelum operasi

Setelah operasi

Frekuensi 1-2 kali/hari Ibu belum BAB

KonsistensiPadatIbu belum BAB

WarnaKekuninganIbu belum BAB

MasalahTidak adaIbu belum BAB

d. Mobilisasi

Miring kiri/miring kanan: belum dilakukan

Duduk : belum dilakukan

Berdiri : belum dilakukan

Berjalan : belum dilakukan

e. Personal Hygiene

Mandi

: Belum dilakukan

Gosok gigi

: Belum dilakukan

Ganti pakaian

: Belum dilakukan

f. Riwayat dan rencana KB: Riwayat KB Tidak ada B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum: LemahKesadaran: Composmentis

Emosi: Stabil

2. Tanda vital

Nadi: 80 x/menit

Suhu: 35,3 oC

Tekanan darah: 130/90 mmHg

Respirasi: 22x/mnt

3. Pemeriksaan fisik

a. Wajah: tidak ada edema, tidak pucat

b. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera: tidak ikterus

c. Leher: Tidak ada tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid dan tidak ada pembengkakan vena jugularis

d. Payudara. dan ketiak: simetris, putting susu menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa atau benjolan

e. Abdomen

luka bekas operasi: ada

kandung kemih: kosongdistensi

: tidak ada

nyeri tekan

: tidak ada

perdarahan

: tidak adaf. Genetalia

keadaan labia mayor dan minor: tidak ada pembesaran kelenjar bartholin dan klenjar scene, tidak ada pengeluaran darah atau cairan lain, terpasang kateter dengan Urine Tampung 400 cc. g. Ekstremitas

: Tidak varises, tidak ada warna kemerahan pada betis, tidak ada nyeri tekan, terpasang infus RL di tangan kanan4. Pemeriksaan penunjang ( tanggal 04-07-2009 pukul 10.30 WITA)HB

: 11,3 gram %

Jumlah leukosit

: 6.500

Jumlah trombosit: 344.000 /mm3Hemotokrit

: 36,5Eritrosit

: 4,78 juta/ mm3HbsAg

: (-)

MLT

: BT : 5,00 menit CT : 2,30 menitII. INTERPRETASI DATA DASAR

a. Diagnosa: Post SOS oleh karena Myoma Uteri hari pertamaDasar

:

1. Salpingotomi sinistra dilakukan tanggal 09-07-2009 pukul 08.00 WITA

2. Tekanan darah : 120/90 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu : 35,3 oC, Respirasi : 20x/mnt

3. Terdapat luka operasi di abdomen

4. kandung kemih kosong (terpasang kateter), perdarahan 400cc

5. Terpasang infuse RL

b. Masalah

: ketidaknyamanan akan rasa nyeri dan ganguan aktivitas

Dasar

: Ibu mengatakan masih terasa nyeri disekitar jahitannya dan ibu belum bisa bergerak hanya bisa berbaring di tempat tidurc. Kebutuhan: Jelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dirasakan dan cara mengatasinya serta informasikan kepada ibu baaahwa ibu bisa miring kiri dan miring kana

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Anemia berat, SyokIV. KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA

Mandiri: tidak ada Kolaborasi: tidak adaRujukan : tidak ada

V. RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH

1. Jelaskan pada ibu hasil pemerikaan

2. Jelaskan pada ibu penyebab ketidaknyamanan yang dialaminya dan cara mengatasinya

3. Lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis untuk melakukan terapi

4. Laksanakan advis dokter

5. Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium6. Tunggu hasil dari laboratorium untuk tindakan selanjutnya7. Observasi Tanda-tanda vital, tetesan infuse, jumlah urine tampung8. Jelaskan pada ibu apabila tidak muntah anjurkan untuk makan dan minum

9. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini VI. PELAKSANAAN ASUHAN

1. Menjelaskan pada ibu bahwa keadaannya saat ini lemahTekanan darah : 90/60 mmHg, Nadi: 98 x/menit, Suhu : 36,1 oC, Respirasi : 20x/mnt

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri yang ibu rasakan saat ini akibat luka operasi yang ibu alami,3. Melakukan kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian terapi kemudian dokter memberikan terapi Ampicilin 3 x 1 gram/ 6 jam selama 1 hari pada pukul : 16.00 wita, pukul : 22.00 wita, 04.00 wita4. Melaksanakan advis dokter dalam memberikan terapi Ampicilin 3 x 1 gram/ 6 jam selama 1 hari pada pukul : 16.00 wita, pukul : 22.00 wita, 04.00 wita5. Mengambil darah intravena 2cc untuk pemeriksaan DL. Pukul 12.10 wita tanggal 06-07-09 hasil pemeriksaan DL didapatkan

Hb

: 7,6 gr %

Leukosit: 24.700Trombosit: 321.000/mm3

Hematokrit: 25,2

HbsAg: (-)

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian transfusi dan dokter menginstruksikan untuk memberikan PRC 1 kolf.

7. Melaksanakan advis dokter untuk memberikan transfusi dsn memberikan KIE pada keluarga untuk mncari golongan darah yang sesuai dengan ibu atau langsung datang ke bank darah untuk mengambl darah. Keluarga mendapatkan darah pukul 15.30 wita kemudian dilakukan transfusi pukul 16.00 wita dan selesai pukul 22.45 wita.

8. Mengobservasi efek tranfusi dan 6 jam setelah pemberian transfusi cek DL ulang tanggal 07-07-.2009 dan mengambil darah pukul 06.00 wita kemudian meminta salah satu keluarga mengantar ke laboratorium.

9. Mengobservasi tanda-tanda vital, tetesan infuse, dan jumlah urine tampung, TD: 100/70 mmHg, N: 86 x/menit, suhu: 36,4(C, RR : 20x/menit, infus RL terpasang 20 tetes/menit, UT: 300 cc10. Menjelaskan kepada ibu apabila tidak muntah, untuk mulai makan dan minum.11. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti miring kiri dan miring kanan.VII. EVALUASI HASIL ASUHAN

Tanggal : 06-07-2009 Jam

: 14.00 WITA

1. Keadaan umum ibu membaik, TD : 100/70 mmHg, N: 86 x/menit, suhu: 36,4(C, RR : 20x/menit, infus RL terpasang 20 tetes/menit, UT: 400 cc

2. Ibu mengetahuai hasil pemeriksaan dan keadaan dirinya 3. Keluarga mendapatkan darah pukul 15.30 wita kemudian dilakukan transfusi pukul 16.00 wita dan selesai pukul 22.45 wita.

4. Ibu mengatakan tidak muntah dan sudah mulai makan dan minum5. Ibu sudah mulai belajar miring kiri dan miring kananDOKUMENTASI SOAP HARI KE 2Tanggal : 07-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

a. Ibu mengatakan masih terasa nyeri di luka operasinya

b. Ibu mengatakan sudah bisa miring kiri dan miring kanan dan belajar dudukc. Ibu mengatakan sudah bisa makan dan minum

d. Ibu mengatakan masih khawatir dengan kondisi tubuhnya

Objektifa. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 38,6 0C, Respirasi : 20 x/menit

b. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

c. Abdomen : ada luka operasi, masih basah, kandung kemih kosong (kateter masih terpasang), perdarahan tidak ada, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak adad. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan laine. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat, infuse masih terpasang ditangan kanan.AssasementPost SOS hari keduaPlanning, Tanggal 07-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 38,6 0C, Respirasi : 20 x/menit

b. Melakukan perawatan luka operasi untuk proses penyembuhan luka operasi

c. Melepas Dower kateter yang terpasang

d. Mengambil darah pukul 10.00 wita untuk cek ulang DLe. Mengobservasi tanda-tanda vital pukul 12.00 wita, Tekanan darah: 100/70mmHg, Nadi : 82 x/menit, Suhu : 38,50C, Respirasi : 20 x/menitf. Mnginformasikan keluarga untuk melakukan kompres hangat untuk menurunkan panas.g. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan mobilisasi agar proses penyembuhan akan semakin cepat.

h. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum agar panas tubuh ibu cepat hilangi. Pukul 14.00 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya Ibu mau melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan, Dower kateter sudah di aff, infuse masih terpasang, panas (+), suhu 38,70C, hasil cek DL: Hb 11,5 gr%, Leukosit 5100 /mm3, eritrosit 4,68 juta/mm3, trombosit 244.000/mm3, hematokrit 36,7, transfuse di stop.DOKUMENTASI SOAP HARI KE 3Tanggal : 08-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

a. Ibu mengatakan masih terasa nyeri di luka operasinyab. Ibu mengatakan tubuhnya masih terasa panas

c. Ibu mengatakan badanya terasa lemas dan merasa tidak mampu bangun dari tempat tidur karena ibu diared. Ibu mengatakan BAB encer, keluar sendiri sebanyak 2 kali dalam sehari e. Ibu mengatakan sudah makan tapi sedikit 2-3 suap dan minum 4-5 gelas per hariObjektif

a. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 39,0 0C, Respirasi : 20 x/menit

b. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus, kelopak mata tidak cekungc. Abdomen : ada luka operasi, masih basah, kandung kemih kosong, perdarahan tidak ada, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada

d. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan lain

e. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat, turgor kulit cepat kembaliAssasement

Post SOS hari ketiga

Planning, Tanggal 08-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 39,0 0C, Respirasi : 20 x/menit

b. Melakukan perawatan luka operasi untuk proses penyembuhan luka operasi

c. Melepas infuse yang terpsangd. Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 39,0 0C, Respirasi : 20 x/menite. Menginformasikan ibu untuk makan makanan berserat seprti makan banyak sayuran, biji-bijian, dan buah-buahan agar BAB ibu tidak encer serta banyak minum air putih 8 gelas per hari untuk menggantikan cairan tubuh ibu yang hilang dan panas tubuh ibu cepat hilang.f. Melaporkan kepada dokter jaga bahwa suhu badan ibu hipertermim advis berikan ekstra paracetamol 3x1 selama 3 hari untuk mengatasi panas

g. Melaksanakan advis dokter dalam pemberian terapi paracetamol 3x1 selama 3 hari h. Pukul 14.30 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu saat ini baik hanya suhu ibu yang tinggi, Tekanan darah: 100/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 39,0 0C, Respirasi : 20 x/menit, infuse sudah di aff, obat sudah diberikan, ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan,DOKUMENTASI SOAP HARI KE 4Tanggal : 09-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

a. Ibu mengatakan batuk sejak kemarin sore dan keluar darah dari luka operasinya sejak tadi pagi pukul 05.00 wita

b. Ibu mengatakan tubuhnya sudah tidak terasa panas

c. Ibu mengatakan BAB sudah tidak encer lagi d. Ibu mengatakan nafsu makannya baik dan sejak tadi malam ibu menghabiskan 1 piring nasi.

Objektif

f. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 36,8 0C, Respirasi : 20 x/menit

g. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

h. Abdomen : ada luka operasi, masih basah, keluar darah dari luka jahitan, kandung kemih kosong, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada

i. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan lainj. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat.Assasement

Post SOS hari keempatPlanning, Tanggal 09-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 36,8 0C, Respirasi : 20 x/menit

b. Melakukan perawatan luka operasi BWC (Bored Water Clean) 3 kali dalam sehari untuk proses penyembuhan luka operasic. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 8 gelas per hari agar kondisi tubuh ibu cepat pulih.d. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap melakukan mobilisasi, seperti duduk dan bejalan ke kamar mandi untuk memperlancar peredaran darah, mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan mencegah terjadinya infeksi.e. Menginformasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu sehat.

f. Pukul 14.00 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu saat ini baik, Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 36,8 0C, Respirasi : 20 x/menit, BWC sudah dilakukan 1x, masih keluar darah dari luka jahitan operasi, makan/minum (+/+), istirahat (+), BAB/BAK(+/+), ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan,DOKUMENTASI SOAP HARI KE 5Tanggal : 10-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

a. Ibu mengatakan sudah tidak batuk lagi tapi masih keluar darah dari luka jahitan operasinya.b. Ibu mengatakan BAB normalc. Ibu mengatakan mendapatkan perawatan luka operasi 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam.

d. Ibu sudah belajar berjalan ke kamar mandi dengan bantuan keluargae. Ibu mengatakan nafsu makannya baik

Objektif

a. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 120/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Respirasi : 18x/menit

b. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

c. Abdomen : ada luka operasi, masih basah, keluar darah dari luka jahitan, kandung kemih kosong, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada

d. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan laine. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat.Assasement

Post SOS hari kelimaPlanning, Tanggal 10-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 120/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Respirasi : 18x/menitb. Melakukan perawatan luka operasi BWC (Bored Water Clean) 3 kali dalam sehari untuk proses penyembuhan luka operasic. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 8 gelas per hari agar kondisi tubuh ibu cepat pulih.d. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap melakukan mobilisasi, seperti duduk dan bejalan ke kamar mandi untuk memperlancar peredaran darah, mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan mencegah terjadinya infeksi.

e. Menginformasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu sehat.

f. Pukul 14.00 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu saat ini baik, Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 36,8 0C, Respirasi : 20 x/menit, BWC sudah dilakukan 1x, masih keluar darah dari luka jahitan operasi, makan/minum (+/+), istirahat (+), BAB/BAK(+/+), ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan,DOKUMENTASI SOAP HARI KE 6Tanggal : 11-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

a. Ibu mengatakan masih keluar darah sedikit dari luka jahitan operasinya.

b. Ibu mengatakan BAB dan BAK lancarc. Ibu mengatakan masih mendapatkan perawatan luka operasi 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam.

d. Ibu sudah belajar berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa bantuan orang lain.e. Ibu mengatakan nafsu makannya baik

Objektif

a. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Respirasi : 18x/menit

b. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

c. Abdomen : ada luka operasi, masih basah, keluar darah sedikit dari luka jahitan, kandung kemih kosong, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada

d. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan laine. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat.Assasement

Post SOS hari keenamPlanning, Tanggal 11-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Respirasi : 18x/menitb. Melakukan perawatan luka operasi BWC (Bored Water Clean) 3 kali dalam sehari untuk proses penyembuhan luka operasic. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 8 gelas per hari agar kondisi tubuh ibu cepat pulih.d. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap melakukan mobilisasi, seperti duduk dan bejalan ke kamar mandi untuk memperlancar peredaran darah, mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan mencegah terjadinya infeksi.

e. Menginformasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu sehat.

f. Pukul 14.00 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu saat ini baik, Tekanan darah: 120/80mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Respirasi : 20 x/menit, BWC sudah dilakukan 1x, masih keluar darah dari luka jahitan operasi, makan/minum (+/+), istirahat (+), BAB/BAK(+/+), ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan,DOKUMENTASI SOAP HARI KE 7Tanggal : 12-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

f. Ibu mengatakan sudah tidak keluar darah lagi dari luka jahitan operasinya.

g. Ibu mengatakan BAB dan BAK lancar

h. Ibu mengatakan masih mendapatkan perawatan luka operasi 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam.

i. Ibu sudah belajar berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa bantuan orang lain.j. Ibu mengatakan nafsu makannya baik

Objektif

f. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,5 0C, Respirasi : 18x/menit

g. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

h. Abdomen : ada luka operasi, masih basah,tidak ada keluar darah dari luka jahitan, kandung kemih kosong, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada

i. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan lainj. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat.Assasement

Post SOS hari ketujuhPlanning, Tanggal 12-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,50C, Respirasi : 18x/menit

b. Melakukan perawatan luka operasi BWC (Bored Water Clean) 3 kali dalam sehari untuk proses penyembuhan luka operasic. Mengambil darah intravena 2 cc untuk pemeriksaan DL sebelum ibu dipulangkan. Hasil labboraturium keluar pukul 12.10 wita. Hb 11,7 gr%, Leukosit 6500 /mm3, eritrosit 4,58 juta/mm3, trombosit 359.000/mm3, hematokrit 36,6.

d. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 8 gelas per hari agar kondisi tubuh ibu cepat pulih.e. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap melakukan mobilisasi, seperti duduk dan bejalan ke kamar mandi untuk memperlancar peredaran darah, mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan mencegah terjadinya infeksi.

f. Menginformasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu sehat.

g. Tanggal 13-07-09 Pukul 09.00 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu saat ini baik, Tekanan darah: 120/80mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 36,6 0C, Respirasi : 20 x/menit, BWC sudah dilakukan 1x, tidak ada keluar darah dari luka jahitan operasi, makan/minum (+/+), istirahat (+), BAB/BAK(+/+), pemeriksaan cek DL ibu normal dan besok ibu boleh pulang, ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan.DOKUMENTASI SOAP HARI KE 8Tanggal : 13-07- 2009

Pukul: 08.00 WITA

Tempat: Ruang Nifas, RSUP NTB

Subyektif

a. Ibu mengatakan sudah tidak keluar darah lagi dari luka jahitan operasinya.

b. Ibu mengatakan BAB dan BAK lancar

c. Ibu mengatakan masih mendapatkan perawatan luka operasi 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam.

d. Ibu sudah belajar berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa bantuan orang lain.e. Ibu mengatakan nafsu makannya baik

Objektif

a. K/u ibu baik, kesadaran composmentis, emosi stabil, Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5 0C, Respirasi : 20x/menit

b. Mata: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus

c. Abdomen : ada luka operasi, masih basah,tidak ada keluar darah dari luka jahitan, kandung kemih kosong, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada

d. Genetalia : tidak ada pengeluaran darah atau cairan laine. Ekstremitas tidak edema, tidak varices, kuku tangan dan kaki tidak pucat.Assasement

Post SOS hari kedelapanPlanning, Tanggal 12-07-2009, pukul : 09.00 wita

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu baik, Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5 0C, Respirasi : 20x/menitb. Melakukan perawatan luka operasi c. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang munkin terjadi pada ibu seperti keluarnya darah atau nanah dari luka operasi ibu, jahitan luka operasi terbuka, dan ibu demam tinggi dan beritahu ibu untuk segera datng ke petugas kesehatan apabila terdapat salah satu dari tanda bahaya tersebut untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.

d. Menjadwalkan kunjungan ulang pada ibu 3 hari lagi yaitu tanggal 16 juli 2009

e. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 8 gelas per hari agar kondisi tubuh ibu cepat pulih.f. Menginformasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu sehat.g. Pukul 09.30 wita Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa keadaan ibu saat ini baik, Tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,5 0C, Respirasi : 20x/menit, tidak ada keluar darah dari luka jahitan operasi, makan/minum (+/+), istirahat (+), BAB/BAK(+/+), ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan hal-hal yang telah dianjurkan, ibu berjanji akan datang control ulang sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan.h. Pukul 10.00 wita ibu sudah pulang.

BAB III

PEMBAHASAN

Ny Z dengan diagnosa Post SOS tanggal 6 juli 2009 telah mendapatkan perawatan selama sembilan hari di RSUP NTB dan terdapat kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan asuhan, normalnya 3 hari perawatan dengan konseling dan perawatan yang baik seharusnya ibu sudah bisa pulang, tetap pelaksanaan asuhan sudah sesuai dengan protap. pada hari pertama ibu diobservasi di ruang pasca operasi di ruang Melati, keadaan umum ibu baik, Tanda-tanda vital normal, perdarahan tidak ada, nyeri tekan tidak ada, distensi tidak ada, UT: 400cc, ibu diberi terapi oleh dokter ampicilin 3x1 gram/6jam selama 1 hari yaitu pukul 16.00 wita, 22.00 wita, dan pukul 02.00 wita. Pukul 05.00 wita ibu diseka di gantikan pembalut dan kain kotornya. Pada pukul 08.00 wita ibu mendapatkan perawatan luka operasi, Dower Kateter di Aff kemudian ibu pindah Zaal.Pada hari ke dua dan ketiga ibu mengalami hipertermi tetapi dapat diatasi dengan pemberian ekstra paracetamol dan kompres hangat,sesuai dengan rutinitas setiap pagi ibu mendapatkan perawatan luka post operasi dan infuse sudah di aff. kemudian pada hari ke 4 yaitu tanggal 9 juli 2009, ibu mengeluh keluar darah dari luka jahitan operasinya disebabkan karena kurangnya mobilisasi pada ibu karena pada hari ketiga ibu mengeluh diare dan badanya terasa lemas sehingga ibu tidak melakukan mobilisasi.untuk penanganan slanjutnya ibu mendapatkan penanganan BWC (Bored Water Clean) 3 kali sehari selama 3 hari.menganjurkan ibu untuk tetap melakukan moblisasi misalnya ke kamar mandi dengan dibantu keluarga karena mobilisasi dapat memperlancar peredaran darah , mencegah infeksi, mencegah perdarahan, dan mempercepat penyembuhan luka.

Setelah tiga hari ibu mendapatkan perawatan BWC, yaitu tanggal 12 juli 2009 sudah tidak ada pengeluaran darah lagi dari luka jahitan operasinya, luka opersai masih basah tetapi tidak nampak tanda-tanda infeksi. Pada hari yang sama dilakukan cek DL untuk memastikan keadaan ibu baik sebelum dipulangkan dan hasilnya normal. Tanggal 13 juli 2009 ibu boleh pulang, keadaan umum ibu baik, luka jahitan masih basah tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada keluar darah dari luka jahitannya, memberikan konseling sebelum ibu pulang menjelaskan tanda-tanda bahaya seperti keluar darah atau nanah dari luka jahitan, ibu demam atau panas tinggi dan luka jahitan terbuka. Menjadwalkan kunjungan ulang 3 hari lagi, ibu mengerti dengan semua penjelasan yang diberikan, pukul 10.00 wita ibu sudah pulang.BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyusun telah melakukan pengkajian pada ibu nifas patologis untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat2. Berdasarkan data dari hasil pengkajian, telah dapat diinterpretasikan dan ditetapkan diagnosa, masalah, serta kebutuhannya.

3. Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan ditemukan diagnosa dan masalah potensial yaitu anemia dan syok.

4. Pada kasus ini diberikan intervensi tindakan segera berupa kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi.

5. Penyusun dapat membuat rencana asuhan yang menyeluruh sesuai dengan diagnosa, masalah, dan kebutuhan.

6. Asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana asuah yang telah dibuat.

7. Evaluasi asuah kebidanan yang dilakukan telah sesuai dengan konsep. Dari hasil evaluasi tersebut seluruh diagnosa, masalah, kebutuhan, yang ada hampir seluruhnya dapat diatasi dengan baik.

B. Saran

1. Untuk rumah sakit :

Diharapkan RSUP NTb tetap meningkatkan kualitas pelayanan, khususnya pelayanan kebidanan sehingga angka morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal dapat diturunkan.2. Pembimbing

Diharapkan pembimbing untuk terus mempertahankan dan meningkatkan bimbingan kepda mahasiswa yang melaksanakan praktek untuk dapat menerapkan teori yang diperoleh dari institusi masing-masing dalam meberikan asuhan kebidanan

3. Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa yang melaksanakan praktek dapat menerapakan teori yang telah didapatkan sebaik-baiknya di lahan praktek.DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.Jakarta Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri & Ginekologi FK Unud/RS Sanglah

Denpasar.

Helen Varney, dkk. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:

EGC.

Gulardi Hanifa Wiknjosastro, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.Cunningham, F. Gay. 2005. Obstetri Wiliams Edisi 21. EGC. Jakarta

PAGE 24