43
MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- DAERAH KHUSUS ATAU ISTIMEWA DI INDONESIA SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGAIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA DALAM SATU ILMU HUKUM OLEH: PARAS WIKAN RIPTADI NIM: 09340084 DOSEN PEMBIMBING: NURAINUN MANGUNSONG, S.H., M.Hum. Dr. SITI FATIMAH, S.H., M.Hum. ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH-DAERAH KHUSUS ATAU ISTIMEWA DI INDONESIA

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTAUNTUK MEMENUHI SEBAGAIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR

SARJANA STRATA DALAM SATU ILMU HUKUM

OLEH:PARAS WIKAN RIPTADI

NIM: 09340084

DOSEN PEMBIMBING:NURAINUN MANGUNSONG, S.H., M.Hum.

Dr. SITI FATIMAH, S.H., M.Hum.

ILMU HUKUMFAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

2016

Page 2: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

ii

ABSTRAK

Di Indonesia diberlakukan otonomi daerah yang dipayungi dengan UU No. 9Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Di Indonesia terdapat empat daerah yangmemiliki undang-undang sendiri dalam otonominya. Keempat daerah tersebut adalahDKI Jakarta dengan UU No. Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Provinsi Papuadengan UU No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Acehdengan UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh, dan Daerah IstimewaYogyakarta dengan UU No. 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah IstimewaYogyakarta. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakahpemilihan gubernur di daerah khusus/istimewa sesuai dengan UU No. 9 Tahun 2015tentang Pemerintahan Daerah. Dan bagaimanakah pelaksanaan model-model PemilihanGubernur di daerah khusus/istimewa tersebut.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research) denganmenggunakan pendekatan yuridis historis yaitu suatu penelitian yang secara deduktifdiawali menganalisis dari pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang berlakudihubungkan kesejarahan. Sifat penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif tentangpemilihan gubernur di daerah-daerah khusus/istimewa terkait kesesuaian dengan UU No.9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan gubernur di daerah-daerahkhusus/istimewa sudah sesuai dengan UU No. 9 Tahun 2015 tentang PemerintahanDaerah. Kesesuaian tersebut adalah terletak pada makna otonomi daerah yaitu: “mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat”. Adapun pemilihan gubernur di daerah-daerah khusus berbeda. Di DKI Jakartamenggunakan pemilihan umum namun harus mendapat lebih dari 50% suara pemilihan,jika terdapat lebih dari dua kandidat Cagub dan belum melebihi 50% suara maka akanada putaran kedua yang hanya menyisakan dua kandidat cagub. Di Provinsi Papuagubernur dipilih oleh DPRP (Dewan Perwakilan Rakyat Papua), namun pada PemilihanGubernur tahun 2013 melalui Pemilihan Langsung berdasarkan UU No. 9 Tahun 2015tentang Pemerintahan Daerah. Di Aceh pemilihan gubernur menggunakan modelpemilihan umum namun tidak ada ketentuan harus mempunyai dukungan lebih dari 50%suara, jadi berlangsung dalam satu putaran dan juga adanya keterlibatan partai lokal Acehsesuai dengan pasal 65 UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Di DaerahIstimewa Yogyakarta Pemilihan gubernur dilakukan dengan mekanisme penetapan. Halini sesuai dengan Pasal 18 Ayat (1) tentang syarat, bahwa yang bertakhta SultanHamengku Buwono untuk Calon Gubernur dan yang bertakhta sebagai Adipati PakuAlam untuk Calon Wakil Gubernur.

Page 3: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Page 4: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Page 5: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Page 6: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Page 7: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

vii

HALAMAN MOTTO

Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi.

Tapi jika kamu menyerah, semuanya selesai”

Semangat dan kekuatan jiwa adalah kekuatan yang luar biasa. “Dengan kedua

hal itu kita bisa menapaki kehidupan ini dengan tegak seiring cobaan-cobaan

yang ada dalam perjalanan menuju keberhasilan.”

Suatu hal yang kita kerjakan terkadang tidak membuahkan hasil

seperti yang kita harapkan, untuk itu kita harus mencoba, mencoba

dan selalu bangkit dari sebuah kegagalan. Dan janganlah berputus

asa dan menyerah dengan segala ujian, karena itulah kunci

kesuksesan.._.

Page 8: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsiku ini ku persembahkan untuk:

Keluargaku tercinta terkusus untuk Ibu, Bapak dan Kakak-kakakku yangsenantiasa memberikan do’a dan dukunngannya kepadaku dengan segenapupayanya;

Dosen-dosen dan seluruh tenaga pengajar di UIN Senan KalijagaYogyakarta;

Teman-Teman di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Almamterku Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UINSunan Kalijaga Yogyakarta._.

Page 9: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah

memberikan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model-Model Pemilihan Gubernur di

Daerah-Daerah Khusus/Istimewa di Indonesia”. Shalawat serta salam semoga

selalu tercurah kepada kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti syafaatnya

di hari kiamat.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi

persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu

Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud

sebagaimana yang diharapkan, tanpa bimbingan dan bantuan serta tersedianya

fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, penyusun

ingin mempergunakan kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih dan

hormat kepada :

1. Bapak Prof. Kiyai. Yudian Wahyudi, MA. Ph.D., selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

2. Bapak Dr. H. Moh. Najib, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 10: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

x

3. Bapak Dr. Ahmad Bahiej, SH., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Bapak Faisal Luqman Hakim, SH., M.Hum., selaku Sekretaris

Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Ibu Nurainun Mangunsong, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing

Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan

motivasi, dukungan, masukan serta kritik-kritik yang membangun sehingga

penyusun dapat menyelesaikan Studi di Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

5. Ibu Dr. Siti Fatimah, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan serta kritik-kritik yang

membangun sehingga penyusun dapat menyelesaikan Studi di Program Studi

Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta

6. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Pengajar atau Dosen yang telah dengan tulus

ikhlas membekali dan membimbing penyusun untuk memperoleh ilmu yang

bermanfaat sehingga penyusun dapat menyelasikan studi di Program Studi

Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

7. Untuk almarhum Ayahku (Sukiran) semasa hidupnya dan Ibuku (Sri Maryati)

yang selalu mendidik saya dengan segenap jiwa dan raga, Saudara-Saudaraku

semua, Mas Prasetyo, Mas Tyastomo Tsukmadi, Mbak Tyas, Mbak Paras,

Page 11: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Page 12: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

ABTRAK ......................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... iii

SURAT PERSETUJUAN .............................................................................. vi

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

C. Tujuan dan Keguanaan Penelitian .............................................. 7

D. Telaah Pustaka ........................................................................... 8

E. Kerangka Teoretik ...................................................................... 10

F. Metode Penelitian ....................................................................... 18

G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 23

BAB II OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA TEORI DAN

KONTEKS DAERAH-DAERAH KHUSUS ATAU

ISTIMEWA ..................................................................................... 24

A. Otonomi Daerah .......................................................................... 24

Page 13: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

xiii

B. Otonomi Khusus ......................................................................... 31

C. Sejarah Daerah-Daerah Khusus atau Istimewa ........................... 32

D. Pemilihan Kepala Daerah............................................................ 52

E. Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota)............................. 57

BAB III PEMILIHAN KEPALA DAERAH (GUBERNUR ATAU

WAKIL GUBERNUR) DALAM KONSTITUSI ......................... 60

A. Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (UU No. 8 Tahun

2015) ........................................................................................... 60

B. Peraturan KPU No. 3 Tahun 2016 tentang Tahapan, Program,

dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan

Wakil Walikota Tahun 2017 ....................................................... 65

C. Undang-Undang Daerah Khusus Atau Istimewa ........................ 70

D. Otonomi Daerah Khusus Atau istimewa..................................... 76

E. Pemilihan Kepala Daerah Khusus Atau Istimewa ...................... 91

BAB IV ANALISA BENTUK PEMILIHAN GUBERNUR DI

DAERAH KHUSUS ATAU ISTIMEWA DI INDONESIA ........ 110

A. Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Atau Istimewa Menurut

UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah................. 110

B. Model Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Atau Istimewa

Menurut Undang-Undang Daerah Masing-Masing .................... 118

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 141

A. Kesimpulan ................................................................................ 141

Page 14: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

xiv

B. Saran ............................................................................................ 142

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 143

CURRICULUM VITAE

Page 15: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002,

konsep Negara yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD

1945,1dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 Ayat (3) yang menyatakan,

“Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam Konsep Negara Hukum

itu, diidealkan bahwa yang harusdijadikan panglima dalam dinamika

kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politikataupun ekonomi.Karena

itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggris untukmenyebut prinsip

Negara Hukum adalah the rule of law, not of man.2 Pemerintahan pada

pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yanghanya

bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki

kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.3 Dalam bernegara ada

yang namanya pemilihan pemimpin, dimana setiap orang yang berkumpul

kemudian memilih seorang pemimpin diantara mereka, dan yang paling hebat

1Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, paper, Seminar PembangunanHukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan BerkelanjutanDiselenggarakan Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HakAsasi Manusia RI (Denpasar, 14-18 Juli 2003), hlm. 3.

2Ibid.,hlm 3.3Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),

hlm. 17.

Page 16: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

2

menjadi pemimpin. Itulah konsep dimana kedaulatan pemerintah berasal dari

rakyat. Dari sinilah konsep demokrasi dimulai, kekuasaan diberikan oleh

rakyat pada pemimpinnya. dan sesuai dengan prinsip demokrasi yaitu dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Soehino menyatakan apabila ditinjau dari segi susunannya, maka akan

ditemukan dua jenis bentuk susunan negara, yakni negara yang bersusun

tunggal yang disebut Negara Kesatuan dan negara yang bersusun jamak yang

disebut Negara Federasi.4 Negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun

dari beberapa negara, melainkan hanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak

ada negara di dalam negara. Dengan demikian dalam Negara Kesatuan hanya

ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta

wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara, menetapkan

kebijaksanaan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah-daerah.5

Sedangkan negara Serikat atau Federal adalah negara yang tersusunan

jamak maksudnya negara ini terdiri dari beberapa negara yang semula berdiri

sendiri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, mempunyai undang-

undang dasar sendiri serta pemerintahan sendiri.6 Negara-negara bagian itu

kemudian menyerahkan sejumlah tugas dan kewenangan untuk

diselenggarakan oleh suatu pemerintahan federal, sedangkan urusan-urusan

lain tetap menjadi kewenangan negara bagian. Dan dalam negara serikat

4Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm. 224.5Ibid.6Ibid. hlm 226.

Page 17: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

3

pemerintah negara bagian bukanlah bawahan dan tidak bertanggung jawab

kepada pemerintah federal.7

Indonesia adalah negara yang berbentuk Kesatuan yaitu Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan Utama dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia 1945.8

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertibandunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilansosial …"

Indonesia adalah sebuah negara kesatuan namun terdapat pembagian

kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini adalah untuk

mendorong otonomi daerah dan mendorong pembangunan daerah menjadi

lebih pesat. Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dapat dijalankan

secara langsung. Undang-undang yang mengatur tegas adalah UU No.9 Tahun

2015 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2014 tentangPemerintah

Daerah.

Di Indonesia diberlakukan dua otonomi daerah, yaitu otonomi daerah

dan otonomi khusus. Dalam UU No.9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua

Atas UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,9 Otonomi Daerah

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengaturdan

7Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 216.8Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea 4.9UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dengan Perubahan atas UU No.12

Tahun 2008.

Page 18: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

4

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan otonomi khusus secara politis dapat diartikanada perlakuan

khusus bagi wilayah atau bangsa. Secara politis Otonomi khusus biasanya

diberikan kalau ada negara yang didirikan dengan berbagai macam suku

bangsa dengan beragam latar belakang sejarah, politik atau hukumnya.Daerah

yang diberikan otonomi khusus adalah DKI Jakarta, Provinsi Papua, Provinsi

Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).10 Atau bisa diartikan juga

bahwa otonomi khusus merupakan “varian dari otonomi daerah”.11

Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan

Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah

dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan.

Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui

pemilihan umum. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai

Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara

demokratis.

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota,

10http://inginbegini-inginbegitu.blogspot.com/2013/01/otonomi-daerah-dan-otonomi-khusus.html, diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 13.00 WIB.

11Agung Djojosoekarto dkk, Otonomi Khusus Papua, (Jakarta: Kemitraan, 2008), hlm.10.

Page 19: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

5

diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan

keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan

sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras

berdasarkan undang-undang.

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan

daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan

undang-undang. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD

1945.

Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi

dan DPRD Provinsi. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kotaterdiri atas

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota

Pembentukan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota

ditetapkan dengan undang-undang. Pembentukan daerah dapat berupa

penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau

pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Daerah dapat

Page 20: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

6

dihapus dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan

tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Penghapusan dan

penggabungan daerah beserta akibatnya ditetapkan dengan undang-undang.

Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus

bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus

dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota.

Dalam Pemilihan Gubernur di daerahmemiliki beberapa keragaman.

Di Aceh dilakukan dengan menggunakan pemilihan secara langsung oleh

masyarakat Aceh sendiri seperti tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh. Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Gubernur dipilih berdasarkan penetapan seperti tertuang dalam UU No.13

Tahun 2012 tentang Keismewaan Yogyakarta. Begitu juga dengan daerah

yang lainya seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan Provinsi Papua

mempunyai model pemilihan gubernur/ kepala daerah yang berbeda dengan

daerah yang lainya, berdasarkan atas latar belakang dia atas maka kami

mengajukan judul “Model-Model Pemilihan Gubernur Di Daerah-Daerah

Khusus/Istimewa Di Indonesia”. Setiap daerah khusus/istimewa di Indonesia

mempunyai model pemilihan gubernur yang berbeda-beda, hal ini tentunya

mempunyai latar belakang dan sejarah yang berbeda-beda, oleh sebab itu

maka judul ini akan memberikan gambaran kepada kita tentang

keanekaragaman yang ada di Indonesia.

Page 21: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

7

B. Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat

diangkat beberapa pokok masalah antara lain:

1. Apakahpemilihan Gubernur di daerah-daerah khusus atau istimewa di

Indonesaia sudah sesuai dengan UU No. 9 Tahun 2015 tentang perubahan

keduaatas UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah?

2. Bagaimanakah pelaksanaan model-model pemilihan Gubernur di daerah-

daerah khusus atau istimewa tersebut?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang akan di capai dalam Penelitian ini adalah:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan bagaimana pemilihan gubernur didaerah khusus

atau istimewa tersebut telah sesuai atau belum dengan UU No. 9

Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan model-model Pemilihan Gubernur

didaerah khusus atau istimewa di Indonesia.

2. Kegunaan Penelitian

a. Penelitian ini berkontribusi untuk memberikan wawasan tentang

model-model pemilihan gubernur di daerah khusus atau istimewa di

Indonesia dengan perbedaan latar belakang di masing-masing daerah

Page 22: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

8

dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang pemilihan

gubernur.

b. Penelitian ini bermanfaat bagi setiap orang yang mempunyai

ketertarikan untuk mengkaji tentang pemilihan gubernur di daerah

khusus atau istimewa.

D. Telaah Pustaka

Setelah melakukan penelusuran, penulis telah menemukan beberapa

literatur yang membahas tentang permasalahan-permasalahan yang

berhubungan dengan pemilihan gubernur didaerah khusus atau istimewa.

Beberapa literatur tersebut diantaranya adalah:

Ismanda, dalam skripsinya Kedudukan calon anggota DPRD

Aceh/kabupaten (DPRA/DPRK) kuota 120% ditinjau dalam perspektifper-

undang-undangan. Dengan hasil penelitian tentang permasalahan-

permasalahan selama pemilihan kepala daerah dari persiapan logistik hingga

masalah sengketa.12Di dalam penelitian yang dilakuakan oleh Ismanda

menfokuskan pada kedudukan anggota DPRD aceh atau kabupaten dalam

perundang-undangan sedangkan penelitian yang penyusun lakukan

menfokuskan padamodel pemilihan gubernur pada daerah khusus atau

istimewa di Indonesia.

12Ismanda , “Kedudukan Calon Anggota DPRD Aceh/Kabupaten (DPRA/DPRK) Kuota120 % Ditinjau Dalam Perspektif Perundang-Undangan, skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga,2013.

Page 23: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

9

Rio Prihatnolo, dalam skripsinya Penerapan Prinsip Demokrasi

Dalam Penetapan Gubernur Dan Wakil Gubernur Di Daerah Istimewa

Yogyakarta Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.13Dengan hasil penelitian bahwa penetapan Sri Sultan Hamengku

Buwono X sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sudah sesuai

dengan prinsip-prinsip demokrasi dan sesuai dengan Pasal 18 Ayat (4) dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di dalam

penelitian yang dilakukan oleh Rio Prihatnolo ini membatasi permasalahan

tentang Penetapan Gubernur DIY saja, berbeda dengan penelitian yang

penyusun lakukan yang mencakup daerah khusus atau istimewa di Indonesia.

Rasadi, dalam skripsinya Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala

Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Secara Langsung Tahun 2006.14Dengan

hasil penelitian yaitu pertentangan dua kandidat peserta pemilihan kepala

daerah.Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Rasadi ini membatasi

permasalahan tentang konflik elit politik dalam pemilihan kepala daerah di

kabupaten Aceh Tenggara, berbeda degan penelitian yang penyusun lakukan

yang mencangkup daerah khusus atau istimewa di Indonesia.

Dari beberapa penelitian diatas yang berhasil dilacak penulis,berdasar

pembacaan yang mendalambelum ada yang fokus membahastentangmodel-

model pemilihan gubernur didaerahkhusus atau istimewa di Indonesia.

13Rio Prihatnolo” Penerapan Prinsip Demokrasi Dalam Penetapan Gubernur Dan WakilGubernur Di Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945”, skripsi, Fakultas Hukum Universitas Jember 2011.

14Rasadi, Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh TenggaraSecara Langsung Tahun 2006, skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas SumateraUtara Medan 2008.

Page 24: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

10

Penelitian yang sudah ada hanya sebatas membahas pemilihan kepala daerah

itu sendiri.

E. Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori,

diantaranya:

1. Teori Negara Hukum

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada Tahun

2002, konsep Negara hukum yang sebelumnya hanya tercantum dalam

Penjelasan UUD 1945,15kemudian dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1

Ayat (3) yang menyebutkan: Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

Dalam konsep Negara hukum, diidealkan bahwa yang harus dijadikan

panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan

politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam

bahasa Inggris untukmenyebut prinsip Negara hukum adalah the rule of

law, not of man.16Yang disebutpemerintahan pada pokoknya adalah

hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yanghanya bertindak

sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.

15Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Paper, Seminar PembangunanHukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan BerkelanjutanDiselenggarakan Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HakAsasi Manusia Ri Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm.3.

16Ibid.,hlm.3.

Page 25: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

11

Gagasan Negara hukum itu dibangun dengan mengembangkan

perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan

berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra struktur dan infra

struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur,17

serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang

rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making) dan

ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya,18 dimulai dengan

Konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Untuk

menjamin tegaknya Konstitusi itu sebagai hukum dasar yang

berkedudukan tertinggi (the supreme law of the land), dibentuk pula

sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai the guardian dan

sekaligus the ultimate interpreter of the constitution.19

Gagasan, cita, atau ide Negara hukum, selain terkait dengan konsep

rechtsstaat dan the rule of law,20 juga berkaitan dengan konsep nomocracy

yang berasal dari kata nomos dan cratos. “Kata” nomokrasi itu dapat

dibandingkan dengan demos dan cratos atau kratien dalam demokrasi

17Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Paper, Seminar PembangunanHukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan BerkelanjutanDiselenggarakan Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HakAsasi Manusia Ri Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm.3.

18 Ibid, hlm.4.19Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Paper, Seminar Pembangunan

Hukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan BerkelanjutanDiselenggarakan Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HakAsasi Manusia Ri Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 7.

20Ibid., hlm. 5.

Page 26: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

12

Nomos berarti norma, sedangkan cratos adalah kekuasaan.21 Yang

dibayangkan sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan

adalah norma atau hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat

dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan

tertinggi. Dalam istilah Inggris yang dikembangkan oleh A.V. Dicey, hal

itu dapat dikaitkan dengan prinsiprule of law yang berkembang di

Amerika Serikat menjadi jargon the Rule of Law, and not of Man. Yang

sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin adalah hukum itu sendiri,

bukan orang.22 Dalam buku Plato berjudul Nomoi yang kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Laws, jelas

tergambar bagaimana ide nomokrasi itu sesungguhnya telah ada sejak

lama dan dikembangkan dari zaman Yunani Kuno.23

Dalam sistem Konstitusi Negara Indonesia, cita-cita Negara hukum

Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan

gagasan kenegaraan Indonesia sejak kemerdekaan. Meskipun dalam Pasal-

Pasal UUD 1945 sebelum perubahan, ide Negara hukum itu tidak

dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam penjelasan ditegaskan bahwa

Indonesia menganut ide ‘rechtsstaat’,24 bukan ‘machtsstaat’,25 Dalam

21 Ibid., hlm. 11.22 Ibid., hlm. 6.23Ibid,,hlm.7.24Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, Paper, Seminar Pembangunan

Hukum Nasional VIII Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan BerkelanjutanDiselenggarakan Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan HakAsasi Manusia Ri Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 16.

25Ibid., hlm. 13.

Page 27: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

13

sejarah Indonesia Konstitusi RIS Tahun 1949 pada masa Soekarno, ide

negara hukum itu bahkan tegas dicantumkan. Demikian pula dalam UUDS

Tahun 1950, kembali rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum

dicantumkan dengan tegas. Oleh karena itu, dalam Perubahan Ketiga

tahun 2001 terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,26

ketentuan mengenai ini kembali dicantumkan dengan tegas dalam Pasal 1

Ayat (3) yang berbunyi:Negara Indonesia adalah Negara hukum. Kiranya,

cita-cita Negara hukum menurut ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 itu

dapat terwujud.

2. Teori Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bentuk negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka

dan berdaulat, yang di dalam seluruh wilayah negaranya hanya ada satu

pemerintahan yang berkuasa (pusat). Negara kesatuan merupakan

kebulatan tunggal dan yang berpusat satu (monosentris)27.

Menurut pendapat Fred Isjwara bahwa:28

Negara kesatuan adalah bentuk kenegaraan yang paling kokoh jikadibandingkan dengan federal atau konfederasi. Dalam negarakesatuan terdapat, baik persatuan (union) maupun kesatuan (unity).Dilihat dari segi susunan negara kesatuanmaka negara kesatuanbukan negara tersusun dari beberapa negara melainkan negaratunggal.

Sedangkan menurut Abu Daud Busroh mengutarakan bahwa:29

26 Ibid., hlm 6.27Ni'matul Huda, Hukum Pemerintah Daerah, (Nusamedia, Bandung: 2012), hlm 27.28Ibid.29Ibid.

Page 28: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

14

Negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun daripadabeberapa negara, seperti halnya dalam negara federasi, melainkannegara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidakada negara di dalam negara. Jadi dengan demikian, di dalam negarakesatuan itu juga hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintahanpusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalamsegala lapangan pemerintahan.Pemerintahan pusat inilah yang padatingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatudalam negara tersebut.

Negara Kesatuan dapat dibedakan dalam dua bentuk, yakni Negara

kesatuan dengan sistem sentralisasi dan Negara kesatuan dengan sistem

desentralisasi. Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, segala

sesuatu dalam negara langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat

dan daerah-daerah hanya tinggal melaksanakan segala apa yang telah

diinstruksikan oleh Pemerintah Pusat. Sedangkan dalam negara kesatuan

dengan sistem desentralisasi, kepada daerah-daerah diberikan kesempatan

dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiriyang dinamakan dengan Daerah otonom.30

3. Teori Pemerintahan Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.31 Secara lebih spesifik dalam

30Ibid., hlm.28.31Pasal 1 Ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 29: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

15

Pasal 1 ayat (3) UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah,

menjelaskan “Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota,

dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah”.

Selanjutnya pada UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah

menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan

kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah, dimana dalam

rangka mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dan pemerintahan daerah diberikan

otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

pelayanan umum, dan daya saing daerah.Ruang lingkup pemerintah daerah

terdapat dalam Pasal 3 ayat (1) dan (2) UU No. 9 Tahun 2015 tentang

Pemerintah Daerah. ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah:

a. Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah

provinsi dan DPRD provinsi;

b. Pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah

daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.

Pada ayat (2) dijelaskan bahwa “Pemerintah daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah”.

Page 30: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

16

4. Teori Otonomi Daerah

Otonomi daerah berasal dari kata “autonomy” dimana “auto”

artinya sedia dan “nomy”artinya aturan atau undang-undang, jadi

autonomy artinya hak untuk mengatur dan memerintah daerah sendiri atas

inisiatif sendiri dan kemampuan sendiri dimana hak tersebut diperoleh dari

pemerintah pusat.32

Dalam ketentuan umum UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, pengertian otonomi daerah adalah pemberian

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara

proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan

pemamfaatan sumberdaya nasional sertaperimbangan keuangan pusat dan

daerah sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,

pemerataan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang

dilaksanakan dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia.33

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa otonomi daerah

adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.34

Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan

pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan

32Edwin, Donni, Pheni Chalid, Anugerah Panji Dkk, Pilkada Langsung, DemokratisasiDan Mitos Good Governance, (Jakarta:UI, 2005), hlm. 15.

33UUNo.22 Tahun 1999Tentang Pemerintahan Daerah.34Edwin, Donni, Pheni Chalid, Anugerah Panji Dkk, Pilkada Langsung, Demokratisasi

Dan Mitos Good Governance, (Jakarta: UI, 2005), hlm. 18.

Page 31: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

17

aspirasi masyarakat. Dengan demikian desentralisasi sebenarnya

menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai

masalah dan pemberian layanan kesejahteraan masyarakat yang

bersangkutan. Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam kegiatan

percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Peranan yang diberikan selain dalam bentuk sarana dan prasarana

baik itu yang berupa sarana fisik maupun subsidi langsung, yang juga

tidak kalah pentingnya adalah pemerintah daerah juga harus memberikan

bimbingan teknis dan non teknis secara terus menerus kepada masyarakat

yang sifatnya mendorong dan memberdayakan masyarakat agar mereka

dapat merencanakan, membangun, dan mengelola sendiri prasarana dan

sarana untuk mendukung upaya percepatan pembangunan di daerah

tertinggal serta melaksanakan secara mandiri kegiatan pendukung lainnya.

Dalam upaya mengoptimalkan perannya, pemerintah daerah juga

perlu mendorong partisipasi pihak lain yang berkompeten dalam upaya

percepatan pembangunan daerah tertinggal, seperti pihak swasta dan

lembaga swadaya masyarakat. Daerah juga perlu mendorong terjadinya

koordinasi dan kerjasama antar wilayah yang melibatkan dua atau lebih

wilayah yang berbeda. Penting juga diperhatikan adalah kesiapan

pemerintah daerah dalam menyediakan data dan informasi yang mudah

diakses oleh masyarakat serta berperan sebagai mitra konsultasi dalam

proses percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Page 32: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

18

5. Teori Kedaulatan Rakyat

Pada zaman Renaissance timbul teori yang mengajarkan bahwa

dasar hukum itu ialah "akal" manusia. Jean Jacques Rousseau

memperkenalkan bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah "perjanjian

masyarakat"(contrat social) yang diadakan oleh dan antara anggota

masyarakat untuk mendirikan suatu negara. Teori ini mengajarkan bahwa

negara bersandar atas kemauan rakyat, demikian pula halnya semua

peraturan-peraturan adalah penjelmaan kemauan rakyat tersebut.

Hukum adalah kemauan orang seluruhnya yang telah mereka

serahkan kepada suatu organisasi(negara) yang terlebih dahulu mereka

bentuk dan diberi tugas membentuk hukum yang berlaku dalam

masyarakat. Orang menaati Hukum, karena orang sudah berjanji

mentaatinya. Teori ini dapat juga disebut Teori Perjanjian Masyarakat.35

F. Metode Penelitian

Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan baik maka perlu

menggunakan suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Metodologi

merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan.36 Langkah-langkah yang diambil dalam

metode penelitian antara lain:

35 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka. 1986), hlm. 62.

36 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UII Press. 2006), hlm. 7.

Page 33: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

19

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian

hukum kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder

yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier. Bahan bahan tersebut kemudian disusun secara sistematis,

dikaji, kemudian ditarik kesimpulan dalam hubungannya terhadap Model-

Model Pemilihan Gubernur di Daerah-daerah Khusus/Istimewa Di

Indonesia.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu dengan

memaparkan materi-materi sejarah tentang daerah-daerah khusus di

Indonesia dan pengaruh sosial masyarakat yang terbentuk sehingga di

tetapkan sebagai daerah khusus dengan pembahasan secara sistematis

melalui berbagai macam sumber, untuk kemudian dianalisis secara cermat

guna memperoleh hasil bentuk model-model pemilihan gubernur di daerah

khusus/istimewa di Indonesia yang dapat dipertanggung jawabkan.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penyusun menggunakan pendekatan yuridis-

historis, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji secara hukum

dan sejarah yang berdampak pada pemberian daerah khusus bagi daerah

tersebut dari pemerintah pusat danpengaruhnya dalam model pemilihan

gubernur yang dipilih dari daerah khusus tersebut.

Page 34: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

20

4. Teknik Pengumpulan Data bahan buku

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

hukum ini adalah studi kepustakaan yaitu berupa pengumpulan data

primer, sekunder, dan tersier. Dalam penelitian hukum ini, penyusun

mengumpulkan data yang memiliki hubungan dengan masalah yang

diteliti.Selanjutnya data yang diperoleh kemudian dipelajari,

diklarifikasikan serta dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan dan

permasalahan penelitian.

a. Data dan bahan hukum yang dibutuhkan

Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang

diperlukan, yaitu data dan bahan hukum Primer dan Sekunder tentang

Model-model pemilihan gubernur di daerah-daerah khusus/istimewa di

Indonesia.

b. Sumber data dan bahan hukum

1) Bahan hukum primer

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan hukum

primer berupa:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

hasil amandemen.

b. UU No. 8 Tahun 2015 tentang Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi

Undang-Undang.

Page 35: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

21

c. UU No. 9 Tahun 2015 atas perubahan kedua UU No. 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

d. UU keistimewaan daerah DIY, Daerah Khusus Ibukota Jakarta,

Daerah istimewa Aceh dan Otonomi Khusus Papua, yang

tertuang di dalam undang-undang sebagai berikut:

1) UU No. 29 Tahun 2009 tentang Daerah Istimewa Ibukota

Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia sebagai ibu kota

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) PERPPU No. 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU

No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi KhususPropinsi

Papua.

3) UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

4) UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keismewaan Yogyakarta.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder37merupakan bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang

didapatkan dari literatur, majalah, maupun informasi, baik dari

media cetak maupun media elektronik yang mendukung penelitian

ini. Data sekunder ini terdiri dari literatur-literatur dan makalah-

makalah, karya-karya ilmiah, jurnal serta artikel-artikel yang

berkaitan dengan objek penelitian, termasuk artikel-artikel yang

didapatkan lewat penelusuran internet: Buku-buku tentang

37Soerjono Soekanto, Pengukuran Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010), hlm. 25.

Page 36: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

22

Otonomi Daerah, Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta,

Keistimewaan Aceh, DKI Jakarta, dan Papuadan desentralisasi.

3) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier38 adalah bahan hukum yang

melengkapi bahan hukum primer dan sekunder misalnya, kamus,

Jurnal, skripsi, buku-buku, website di internet yang membahas

tentang “Model-Model Pemilihan Gubernur di Daerah-daerah

Khusus/Istimewa Di Indonesia”.

5. Metode Analisis Data

Analisis data yang di gunakan setelah data terkumpul kemudian

dibentuk dan dianalisis dengan menggunakan metode deduktif, pendekatan

yang menggunakan logika untuk menarik kesimpulan pengaruh hukum

dan sejarah ditiap daerah yang memberikandaerah tersebut diberikan

daerah khusus/istimewa dan pengaruhnya dalam model pemilihan

gubernuryang ada. Pendekatan ini juga sering disebut analisis dari sesuatu

yang umum ke sesuatu yang khusus. Terhadap penelitian ini adalah

memahami hukum dan sejarah masyarakat yang terbentuk sehingga

diberikannya daerah khusus/istimewa utuk mengelola daerahnya sendiri

(otonomi khusus).

38Ibid., hlm.26.

Page 37: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

23

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, penyusun

membuat sistematika sementara sebagai berikut:

Bab PertamaadalahPendahuluan, adapun di dalam pendahuluan

berisilatar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

Bab Keduaadalah Otonomi Daerah Dalam Kerangka Teori Dan

Konteks Daerah-Daerah Khusus Atau Istimewa yang membahas tentang

prinsip-prinsip otonomi daerah dan pemilihan daerah.

Bab Ketiga membahas tentangPemilihan Kepala Daerah (Gubernur

Atau Wakil Gubernur) Dalam Konstitusi.

Bab Keempat adalah analisis Analisa Bentuk Pemilihan Gubernur Di

Daerah Khusus Atau Istimewa Di Indonesia.

Bab Kelima adalah Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-

saran.

Page 38: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

141

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan atas uraian yang telah dikemukakan maka dapat

disimpulkan bahwa pembentukan daerah istimewa tidak terlepas akan sejarah

daerah tersebut di masa lalu dan pera serta daerah tersebut dalam sejarah

panjang bangsa indonesia, dalam bentuk keistimewaan tersebut pastinya akan

mempengaruhi dalam berbagai macam hal terutama dalam pemilihan kepala

daerah ataupun pemilihan gubernur.

Otonomi khusus bagian dari varian otonomi, merupakan bagian

penting bagi perjalanan Indonesia karena kebijakan yang ada tidak

memberikan kejelasan akan keberadaan suatu daerah dengan otonomi yang

berbeda dengan yang lain. Otonomi khusus diberlakukan karena ada daerah

yang sejak sebelum kemerdekaan sudah mempunyai status “mandiri” atau

“kawasan berotonomi khusus”, karena ada daerah yang diperlukan untuk

berotonomi khusus, dan karena ada daerah yang memaksa untuk memperoleh

otonomi khusus. Pertentangan di antara fakta-fakta obyektif ini akan terus

menjadi bagian dari pergulatan Indonesia memasuki masa depan. Isu ini

bukan saja menjadi bagian penting bagi kemajuan Indonesia, tetapi bagian

yang menentukan. Karena itu, menjadi relevan mengangkatnya sebagai isu

strategis dan bukan sebagai isu politis.

Page 39: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

142

Pada saat ini, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Papua, dan Provinsi

Aceh adalah tiga daerah di Indonesia yang ditatakelola dengan model

“otonomi khusus.” Selain ketiganya, yang sedang dalam proses, adalah

Yogyakarta. Dari keempat daerah khusus tersebut mempuyai model pemilihan

gubernur yang berbeda-beda dikarenakan latar belakang kondisi dan sejarah

yang berbeda-beda dari masing-masing daerah.

B. Saran

Di dalam penelitian ini penyusun menyarankan perlu adanya penelitian

yang lebih mendalam terhadap yang mencul dari pemberlakuan Pemilihan

Gubernur di tiap daerah khusus atau istimewa.

Page 40: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

143

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Asshiddiqie, Jimly, Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi,Konstitusi Press, Jakarta, 2005

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, SinarGrafika, Jakarta, 2011

Asshiddiqie, Jimly, Pengantar Hukum Tata Negara, Sekretaris JendralMahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006

Bappeda Provinsi Papua, Rencana Aksi Percepatan Pembangunan ProvinsiPapua Tahun 2011 – 2014, papua 2011

Budiardjo, Miriam, Dasar Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama.Jakarta: 2008.

Chalid, Pheni, Otonomi Daerah Masalah, Pemberdayaan, Dan Konflik,Kemitraan,Jakarta:2005.

Djojosoekarto, Agung, Kebijakan Otonomi Khusus di Indonesia, KemitraanBagi pembaharuan tata pemeritah di Indonesia, Kemitraan, Jakarta,2008

DKI Jakarta Dalam Angka, Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, 2012

Edwin, Donni, Pheni Chalid, Anugerah Panji Dkk, Pilkada Langsung,Demokratisasi Dan Mitos Good Governance, UI, Jakarta: 2005.

Hakim, Aziz Abdul, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia,PustakaPelajar, Yogyakarta, 2011

Huda, Ni’matul, Hukum Pemerintah Daerah, Nusamedia, Bandung: 2012.

Ibrahim, Muhammad, dkk, Sejarah Daerah Provinsi Daerah IstimewaAceh,CVTumaritis, Aceh, 1991.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Tinjauan Ekonomi Dan KeuanganDaerah Provinsi DKI Jakarta, Direktorat Jendral PerimbanganKeuangan, Jakarta,2011

Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Tinjauan Ekonomi Dan KeuanganDaerah Provinsi Diy, Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan,Jakarta,2012

Page 41: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

144

Lay, Cornelis, dkk keistimewaan Yogyakarta, Naskah Akademis DanRancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta, Jurusan IlmuPemerintah Fisipol UGM dan Program S2 Politik Lokal dan OtonomiDaerah, DIY, 2008

Marwati, Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,Sejarah IndonesiaModern 1200-2004,Serambi,Jakarta,1993

MC Ricklefs,Nusantara: Sejarah Indonesia, Gramedia, Jakarta , 2001

Nurhasim, Mochammad, Konflik dan Integrasi Politik Gerakan AcehMerdeka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008

Provinsi Papua Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Papua 2012,Provinsi Papua, 2012.

Sesung, Rusdiato, Hukum Otonomi Daerah, Negara Kesatuan, DaerahIstimewa Dan Daerah Otonomi Khusus,PT Rafika Aditama, Bandung,2013

Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2000.

Soekanto, Soerjono, Pengukuran Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2010.

Statistik Daerah Provinsi Aceh 2011, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh,Aceh 2011

Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 2010.

Wahyudi, Yudian, dkk, Pedoman teknik Penulisan Skripsi MahasiswaFakultas Syari’ah Press, Yogyakarta, 2009.

B. Sumber Undang-Undang

Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 18 B Undang-Undang Dasar 1945.

Undang –Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-UndangNomor 12 tahun 2008 Atas Perubahan AtasUndang-UndangNomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Page 42: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

145

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, PengesahanPengangkatan, Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil KepalaDaerah,dan telah berubah ketiga juncto Peraturan Pemerintah Nomor49 Tahun 2008.

Peraturan PemerintahNo.151 Tahun 2002 tentangTata Cara Pemilihan,Pengesahan,Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil KepalaDaerah.

C. Sumber Lainnya

Ahmad Reza Safitri, Jimly: UU No. 29 Tahun 2007 Tentang Pemprov DKILex Specialis, REPUBLIKA ONLINE, Jumat, 13 Juli 2012, 18:57WIB

AsshiddiqieJimly, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah PerubahanKeempat UUD Tahun 1945, paper.

Demokrasi Terbuka sebagai Pemberdayaan Politik Masyarakat Di KabupatenTolikaraProvinsiPapua”,http://Regional.Kompasiana.Com/2013/01/28/, di akses Pukul 12:00 23 Mei 2014.

http://inginbegini-inginbegitu.blogspot.com/2013/01/otonomi-daerah-dan-otonomi-khusus.html, diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul13.00 WIB.

Ismanda , “Kedudukan Calon Anggota DPRD Aceh/Kabupaten(DPRA/DPRK) Kuota 120 % Ditinjau Dalam Perspektif Perundang-Undangan, skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga, 2013.

Rasadi, Konflik Elit Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten AcehTenggara Secara Langsung Tahun 2006, skripsi, Fakultas Ilmu SosialDan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 2008.

Reza Safitri, Ahmad, Jimly: UU No 29/2007 Tentang Pemprov DKI LexSpecialis,REPUBLIKA ONLINE, Jumat, 13 Juli 2012, 18:57 WIB

Rio Prihatnolo” Penerapan Prinsip Demokrasi Dalam Penetapan GubernurDan Wakil Gubernur Di Daerah Istimewa Yogyakarta BerdasarkanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”,skripsi, Fakultas Hukum Universitas Jember 2011.

www.marxist.comDiterjemahkan dari "Hong Kong: The Fight for GenuineUniversal Suffrage" oleh Congyue Dai, 29 September 2014, dari situsIn Defence of Marxism (marxist.com). Diterjemahkan oleh TedSprague.di akses Pukul 08:00 23 Desember 2014.

Page 43: MODEL-MODEL PEMILIHAN GUBERNUR DI DAERAH- …digilib.uin-suka.ac.id/22613/1/09340084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

CURRICULUM VITAE

Identitas Diri

Nama : Paras Wikan Riptadi

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 16 September 1985

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat Asal : Suryowijayan MJ 1 nomor 31, RT 02 RW 01

Nomor HP : 085643210403

E-mail : [email protected]

Nama Orang Tua

Ayah : Almarhum Sukiran

Ibu : Sri Maryati

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri Suryowijayan

2. SLTP Muhammadiyah 1 Yogyakarta

3. Sekolah Menengah Teknologi Industri