30
i MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) Ir.Ahmad Damiri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 KODE: 26/1801.018/011/D/RDHP/2013

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

  • Upload
    dangnga

  • View
    234

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

i

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI)

Ir.Ahmad Damiri

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013

KODE: 26/1801.018/011/D/RDHP/2013

Page 2: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119

4. Diusulkan Melalu DIPA : BPTP 2012

5. Status Kegiatan : Lanjutan

6. Penanggung jawab : a. Nama : Ir. Ahmad Damiri, M. Si b. Pangkat/Golongan : Pembina/IV.a c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan sawah dan lahan kering

9. Jangka Waktu : Tahunan

10. Tahun Dimulai : 2011

11. Biaya : 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah)

Koordinator Program Penanggung Jawab RDHP

Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP Ir. Ahmad Damiri, M. Si NIP. 19690427 199803 1 001 NIP.19630920 199203 1 001 Mengetahui, Menyetujui, Kepala Balai besar Pengkajian Kepala BPTP Bengkulu Dan Pengembangan teknologi Pertanian Dr. Ir. Agung Hendriadi, M. Eg Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 196108021 198903 1 011 NIP. 19590206 198603 1 002

Page 3: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

iii

RINGKASAN

1. Judul : Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI) 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119 4. Diusulkan Melalu DIPA : BPTP 2013 5. Status Kegiatan : Lanjutan 6. Tujuan : 1. Penyebaran informasi adopsi melaui

implementasi inovasi teknologi

implementasi integrasi intensifikasi sapi-

padi sawah.

2. Perluasan pembinaan kelompok tani melalu

penyebaran informasi teknologi

menggunakan berbagai media.

3. Pembinaan kelompok tani terkait komoditas

Kentang Merah.

4. Mendiseminasikan inovasi teknologi

produksi Kentang Merah.

5. Mendukung program pembangunan

pertanian tannaman pangan dan

hortikultura

7. Keluaran : 1. Tersebarnya informasi adopsi melaui

implementasi inovasi teknologi

implementasi integrasi intensifikasi sapi-

padi sawah.

2. Semakin luas pembinaan kelompok tani

melalu penyebaran informasi teknologi

menggunakan berbagai media.

3. Kelompok tani mendapat binaan terkait

komoditas Kentang Merah.

4. Terdiseminasinya inovasi teknologi

produksi Kentang Merah.

Page 4: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

iv

5. Terdukungnya program pembangunan

pertanian tannaman pangan dan

hortikultura

8. Hasil tahun Lalu : 1. Telah diadopsi berbagai komponen paket

teknologi budidaya padi seperti sistem

tanam legowo, penggunaan Caplak Roda

untuk membuat pola garis tanam, efisiensi

penggunaan benih, efisiensi penggunaa

pupuk, penggunaan varietas padi unggul

baru (Inpari 6, 10, dan 13).

2. Tumbuhkan penangkar padi.

3. Terlaksananya spektrum diseminasi multi

channel (SDMC) seperti pertemuan (temu

lapang, sosialisasi), media cetak nasional

(Sinar Tani), media cetak lokal (Koran

Rakyat Bengkulu), pameran nasional pada

Penas XIII Kalimantan Timur, peragaan

teknologi budidaya padi.

4. Adopsi teknologi telah berlangsung di 13

kelompoktani dengan jumlah anggota

kelompok ± 200 orang. Adopsi ini terjadi

pada desa binaan dan lima desa dampak

berupa penggunaan Caplak Roda, sistem

tanam legowo, varietas unggul baru Inpari

dan Inpara, dosis dan waktu pemupukan,

efisiensi penggunaan bibit.

5. Adopsi Caplak Roda juga sudah dilakukan

di Kabupaten Bengkulu Utara dan

Kabupaten Rejang Lebong.

6. Adopsi teknologi budidaya jagung komposit

dengan penggunaan benih varietas Lamuru

dan Sukmaraga.

9. Perkiraan Manfaat : 1. Meluasnya diadopsi berbagai komponen

paket teknologi budidaya padi seperti

Page 5: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

v

sistem tanam legowo, penggunaan Caplak

Roda untuk membuat pola garis tanam,

efisiensi penggunaan benih, efisiensi

penggunaa pupuk, penggunaan varietas

padi unggul baru (Inpari 6, 10, dan 13), .

2. Berkembangnya spektrum diseminasi multi

channel (SDMC) pada berbagai tempat.

4. Berkembangnya adopsi teknologi oleh

anggota kelompok di dalam 13

kelompoktani.

5. Terdiseminasinya informasi adopsi melaui

implementasi inovasi teknologi

implementasi integrasi intensifikasi sapi-

padi sawah.

6. Terdiseminasinya inovasi teknologi

produksi Kentang Merah.

7. Terdukungnya program pembangunan

pertanian tannaman pangan dan

hortikultura

10. Perkiraan Dampak : Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan

petani melalui adopsi berbagai teknologi

usahatani.

11. Prosedur : Seminar RDHP dan RODHP

Pertemuan Tim pelaksana kegiatan

Pelaksanaan kegiatan

12. Jangka Waktu : 3 Tahun

13. Biaya : 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta Rupiah)

Page 6: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

vi

SUMMARY

1. Title : Model of Village Agricultural Development By

Inovation 2. Implementation Unit : Instutute of Assesment of Agricultural

Technology 3. Location : Bengkulu Province 4. Agrosystem : low land rice and dry land 5. Status (L/B) : Continued 6. Objective : 1. Disemination adoption information by

technology innovation implementation

intensification cow-paddy integrated.

2. To increase farmer group study by many

media technology information.

3. Knowledge increas of red potato farmer

group.

4. Inovation tecknology disemination Red

Potato product.

5. To support of food and horticulture

Agricultural building program

7. Output : 1. Diseminated adoption information by

technology innovation implementation

intensification integrated cow-lowland rice.

2. Increased farmer group study by many

media technology information.

3. Knowledge increasing of red potato farmer

group.

4. Inovation tecknology diseminated Red

Potato product.

5. Supported of food and horticulture

Agricultural building program

Page 7: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

vii

8. Outcome : 1. Increased of skill and knowledge of low

land rice and dry land farmers

2. Tecknology adoption diseminated

9. Expected Benefit : 1. Difusien, adopted of agronomy component

packet of paddy agronomy tecknology,

seed eficien, fertilizer eficien, applied of

new varities (Inpari 6, 10, dan 13), orange

cultivation and post harves and cow-paddy

integated.

2. Extention of multy channel disemination

system.

10. Expected impact : Increasing of farmers knowledge by tecknology

adoption and disemination of farming system .

11. Methodology : RDHP and RODHP Seminar

Meeting group

Implementation of Activities in field

12. Duration : three Years

13. Budget : Rp 300.000.000,-

Page 8: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu solusi untuk membangun perdesaan dengan inovasi

pertanian dengan muatan teknologi dan kelembagaan tentu yang harus

dimulai dengan menyusun rancangannya terlebih dahulu dalam bentuk

percontohan. Percontohan yang dibuat akan menjadi model untuk

dikembangkan lebih luas. Model tersebut harus menunjukkan penggunaan

inovasi pertanian yang menyediakan pilihan terbaik mengatasi permasalahan

pertanian yang dihadapi petani di perdesaan. Fokus kegiatan berbasis pada

isu sekitar peningkatan produksi, serta peningkatan nilai tambah ekonomi

dari komoditas yang dikembangkan. Permintaan pasar harus menjadi

pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan. Dari sisi teknologi, yang

ditampilkan sebagai percontohan itu adalah teknologi yang sudah matang

dalam arti siap digunakan dalam skala pengembangan serta mempunyai

potensi untuk memberikan dampak. Untuk teknologi yang belum mantap,

perlu dilakukan pengujian guna mendapatkan produktivitas terbaik.

Inovasi teknologi maupun kelembagaan yang dikembangkan dalam

percontohan harus bisa membantu petani menyelesaikan permasalahan baik

dalam budi daya maupun pemasaran hasil. Disamping itu dilakukan adaptasi

teknologi pada kondisi lingkungan sosial budaya, lingkungan, sosial ekonomi,

biofisik dan memiliki dukungan ketersediaan tenaga kerja. Target dari

membangun perdesaan melalui inovasi pertanian ini tiada lain untuk

mendukung visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian

unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk

meningkatkan kemandirian, nilai tambah, daya saing eksport dan

kesejahteraan petani (Hendayana, 2011).

Guna mendukung pembangunan pertanian menuju terwujudnya

pertanian unggulan berkelanjutan, Salah satu aktivitas Kementerian

Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian adalah Model Pengembangan

Pertanian Perdesan Melalui Inovasi (M-P3MI). Konsep Model M-P3MI berada

dalam koridor tupoksi Badan Litbang Pertanian sesuai Kepres Nomor :

177/2000 dan Kepmentan Nomor : 01/Kpts/OT.210/1/2001. Meskipun

Page 9: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

2

arahnya menuju perluasan jangkauan penggunaan inovasi, akan tetapi fokus

M-P3MI tetap pada model percontohan, dan bukan pada pemasalan inovasi.

Wujud model yang akan dibangun adalah visualisasi atau peragaan

inovasi yang akan dikembangkan. Tampilan model berbentuk unit

percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis terpadu. Model

bersifat dinamis dalam arti pemodelan senantiasa mengikuti dinamika

perkembangan kebijakan inovasi, mengakomodasi peluang penggunaan

input atau proses yang berpengaruh terhadap output, disertai dengan

kemungkinannya. Disamping itu model percontohan yang dibangun juga

mengembangkan solusi-solusi optimum dalam menghadapi situasi yang tidak

pasti (Kementerian Pertanian. 2010).

Inovasi teknologi yang diujicobakan dalam unit percontohan M-P3MI

pada tahun 2011 dan 2012 ini meliputi teknologi budidaya padi, merupakan

teknologi yang matang dan siap digunakan pada skala pengembangan serta

mempunyai potensi untuk memberikan dampak terutama dampak produksi

yang tinggi. Teknologi ini terkait dengan Badan Litbang Pertanian sebagai

penyalur langsung teknologi kepada petani, sehingga sasarannya untuk

mendapatkan nilai tambah sebesar-besarnya melalui pengembangan usaha

terdiversifikasi seluas mungkin (Badan Litbang Pertanian. 2012).

Dalam bidang penyebaran informasi teknologi pertanian untuk

mendukung percepatan akses informasi teknologi. Syarat yang diperlukan

adalah data base tentang berbagai inovasi teknologi pertanian yang dikelola

sedemikian rupa sehingga mudah untuk diakses oleh pengguna. Praktek

penyalurannya bisa dilakukan melalui berbagai kanal/saluran. Dalam bidang

pertanian, bisa dicontohkan misalnya diseminasi jarak tanam dalam

bedengan, dan paket dosis pemupukan.

Penyaluran informasi teknologi harus sesuai dengan perencanaan,

yaitu apa yang disalurkan dapat dengan mudah diterima pengguna. Untuk

itu agar diseminasi itu lebih efektif, mutlak menggunakan berbagai saluran

komunikasi dan media yang merupakan komponen penting pada SDMC

seperti yang telah dilakukan pada M-P3MI Provinsi Bengkulu tahun 2011

dan 2012 seperti berikut:

1. Pameran/Peragaan berupa petak percontohan dengan teknologi

terapannya,

Page 10: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

3

2. Forum Pertemuan berupa temu lapang, pelatihan dan sosialisasi,

3. Media Cetak berupa petunjuk pelaksanaan pemeliharaan tanaman, dan

Media Elektronik/Digital berupa internet dalam bentuk webside BPTP

Bengkulu.

Pada tahun 2011, melalui kegiatan M-P3MI telah diadopsi berbagai

komponen teknologi budidaya padi seperti sistem tanam legowo,

penggunaan Caplak Roda untuk membuat pola garis tanam, efisiensi

penggunaan benih, efisiensi penggunaa pupuk, penggunaan varietas padi

unggul baru (Inpari 6, 10, dan 13). Selain adopsi teknologi, kegiatan M-P3M

juga menumbuhkan penangkar padi, terlaksananya spektrum diseminasi

multi channel (SDMC) seperti pertemuan (temu lapang, pelatihan, dan

sosialisasi), media cetak nasional (Sinar Tani), media cetak lokal (Koran

Rakyat Bengkulu), pameran nasional pada Penas XIII Kalimantan Timur,

peragaan teknologi budidaya padi.

Adopsi teknologi telah berlangsung di 13 kelompoktani dengan

jumlah anggota kelompok ± 260 orang. Adopsi ini terjadi pada desa binaan

dan empat desa dampak berupa penggunaan Caplak Roda, sistem tanam

legowo, varietas unggul baru Inpari, dosis dan waktu pemupukan, efisiensi

penggunaan bibit. Selanjutnya penggunaan Caplak Roda juga sudah diadopsi

di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Rejang Lebong. Adopsi lain

yang telah terjadi berupa teknologi budidaya jagung komposit dengan

penggunaan benih varietas Lamuru dan Sukmaraga.

Pada tahun 2012, kegiatan M-P3MI mengalami perbaikan dan

penajaman. Perbaikan dan penajaman tersebut yaitu dari pengembangan

komoditas padi dan jagung, menjadi komoditas padi saja. Pemilihan hanya

pada satu komoditas saja yaitu padi, dimaksudkan agar kegiatan menjadi

lebih tajam. Selama ini pada kelompok tani binaan, di awal sebelum

mendapat binaan dan kelompok tani lain yang betul-betul belum mendapat

binaan, permasalahan pada petani padi yang banyak dijumpai di lapangan

adalah produktivitas yang rendah sekaligus menjadi penyebab rendahnya

tingkat pendapatan petani. Hal ini disebabkan oleh :

Page 11: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

4

1. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani,

2. Penggunaan varietas yang telah ditanam berulang-ulang dalam waktu

yang lama sehingga produktivitasnya rendah dan rentan terhadap hama

dan penyakit,

3. Penggunaan benih dalam jumlah yang banyak,

4. Sistem tanam belum efisien,

5. Serangan hama dan penyakit,

6. Pemupukan yang tidak rasional.

Padi merupakan komoditas strategis dan politis. Oleh karena itu agar

keberhasilan program perberasan nasional dapat berlangsung, perlu adanya

dukungan :

1. Adanya trobosan teknologi yang berkelanjutan,

2. Kemauan dan kemampuan petani untuk menerapkan teknologi baru,

3. Keterjangkauan petani pada teknologi dan ketersediaan sarana pen-

dukung penerapan teknologi,

4. Ketersediaan modal bagi petani untuk menerapkan paket teknologi,

5. Pengembangan prasarana pendukung penerapan teknologi maju,

6. Kelembagaan petani yang kondusif dengan teknoologi maju, dan

7. Tersedianya pasar bagi produk pertanian.

Berbasis Integrasi Sapi-Padi Sawah

Guna meningkatkan daya saing berbagai komoditi pertanian, maka

pada era globalisasi ini pendekatan pembangunan pertanian menuntut

pengembangan teknologi pertanian secara bersinergi dan terpadu untuk

mendapatkan nilai tambah. Pendekatan ini, mempunyai sasaran untuk

pengembangan dan efisiensi penggunaan sumberdaya pertanian,

meningkatkan daya saing produk pertanian serta memperbaiki kesejahteraan

masyarakat berdasarkan model usaha pertanian terpadu.

Pengembangan ternak pola integrasi dalam suatu sistem pertanian

merupakan suatu strategi yang sangat penting dalam usahatani yang ramah

lingkungan dalam mewujudkan kesejahteraan rumah tangga petani dan

masyarakat pedesaan, terutama untuk menghasilkan sapi bakalan sekaligus

memperbaiki kualitas lahan yang sakit. Pengembangannya berdasarkan

prinsip zero waste dengan pemanfaatan potensi limbah tanaman sebagai

sumber pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk

Page 12: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

5

organik, penciptaan lapangan kerja baru di pedesaan dan peningkatan

partisipasi masyarakat dalam mewujutkan usaha agribisnis berdaya saing,

ramah lingkungan dan mandiri (Diwjanto dan Eko, 2004).

Dengan inovasi teknologi yang tepat, limbah tanaman dapat diubah

menjadi bahan pakan sumber serat bagi ternak ruminansia (sapi). Dalam hal

ini ternak sapi berperan sebagai pabrik kompos dengan bahan baku limbah

tanaman, yang pada akhimya kompos tersebut dipergunakan sebagai bahan

pupuk organik bagi tanaman. Dalam upaya meningkatkan populasi ternak

sapi potong dengan biaya produksi yang layak, pendekatan pola integrasi

ternak tanaman padi menjadi keharusan untuk dikembangkan baik secara

teknis, ekonomis maupun sosial. Teknologi ini mempunyai nilai keuntungan

hasil utama berupa kompos untuk perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis

tanah sawah dan dari aspek ekonomi model teknologi ini dapat menekan

perkembangan penyakit ternak, menghindari pencurian ternak dan

peningkatan kepercayaan petani karena usaha yang mereka miliki menjadi

bertambah.

Berbasis Kentang Merah

Kentang adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang

dikonsumsi umbinya dan dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran

umbi. Kentang banyak mengandung zat karbohidrat, protein, mineral dan

vitamin yang cukup baik, sedikit lemak dan tidak mengandung kolesterol,

sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat

menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat

mensubstitusi bahan pangan lain yang berasal dari beras, jagung

(Departemen Pertanian. 2009).

Menurut Adiyoga, W. Dkk. (2004), beberapa penelitian di negara

berkembang mengindikasikan adanya hubungan positif antara pendapatan

dan konsumsi kentang. Pada tingkat pendapatan per kapita yang relatif

rendah, konsumsi kentang ternyata masih jauh dari titik saturasi. Dengan

demikian, sejalan dengan peningkatan pendapatan, konsumsi kentang di

negara-negara berkembang juga akan semakin meningkat. Disamping

pendapatan per kapita, pertumbuhan konsumsi kentang per kapita juga

dipengaruhi oleh harga relatif dan ketersediaan bahan substitusi. Tingkat

pertumbuhan ini juga merupakan fungsi dari selera, preferensi serta

Page 13: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

6

berbagai faktor demografis dan kultural. Di negara maju, kentang secara

tipikal dianggap sebagai komoditas murah yang merupakan bahan baku

pati/tepung, sedangkan di negara berkembang cenderung dikategorikan

sebagai sayuran mahal dan terkadang mewah. Sejalan dengan membaiknya

perekonomian di Asia serta meningkatnya pendapatan pada beberapa

dekade terakhir, konsumen semakin terdorong untuk melakukan diversifikasi

pangan dan peningkatan konsumsi kentang termasuk di dalam upaya

tersebut.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil kentang

sumatera, dimana produksi kentang Bengkulu banyak dijual ke provinsi

tetangga selain dijual di dalam provinsi Bengkulu sendiri, hal ini karena

Provinsi Bengkulu memiliki dataran tinggi yang cocok untuk pengembangan

kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Rejang Lebong terletak di

punggung pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian antara 600 sampai

lebih dari 1.000 meter di atas permukaan air laut, sebagai daerah penghasil

sayuran. berbagai sayuran yang dihasilkan diantaranya adalah cabe, wortel,

terung, timun, kacang panjang, buncis selain kentang itu sendiri.

Kabupaten Rejang Lebong mempunyai karakteristik wilayah dan

agroekosistem yang sesuai, namun untuk pengembangannya, masih

mempunyai keterbatasan teknologi produksi. Kentang yang banyak

dilkembangkan masyarakat adalah Varietas Granola Cipanas dan Lembang.

Khusus Kentang Merah adalah Varietas lokal yang belum dilepas secara

resmi namun disenangi masyarakat setempat dan konsumen tertentu

(Bahar, 2009).

Sebagai daerah penghasil kentang, saat ini banyak petani yang

menanam Kentang Merah selain Granola. Selama ini pemasaran kentang

merah mengalami kesulitan karena banyak masyarakat yang belum

mengenal Kentang Merah bahkan masih banyak yang menganggap kentang

merah sebagai ubi rambat. Sejalan dengan perkembangan waktu, semakin

banyak masyarakat yang sudah mengenal kentang merah dan

pemasarannya sudah tidak mengalami permasalahan lagi, bahkan harganya

dipasaran lebih mahal dibandingkan dengan kentang lain yang lebih dahulu

dikenal masyarakat. Saat ini sebagian petani mencoba menanam Kentang

Page 14: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

7

Merah, sehingga dari waktu kewaktu petani yang menanam Kentang Merah

semakin banyak.

1.2. Dasar Pertimbangan

Berbasis Integrasi Sapi-Padi Sawah

Komoditas tanaman pangan khusunya padi, memiliki peranan pokok

sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri yang

setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi

ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.

Permasalahan pada usatani padi, kebanyakan petani melakukan

pembakaran jerami di lahan dan tidak mengembalikan sisa jerami ke dalam

tanah karena harus melalui proses pengomposan yang dirasa merepotkan

dan menambah tenaga kerja. Apabila belum menjadi kompos langsung

ditebar di lapangan, akan mengganggu proses pengolahan lahan. Melalui

kegiatan integrasi sapi – padi, jerami dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi

dan kotoran sapi digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman padi di

sawah. Kotoran sapi yang strukturnya lebih halus dibandingkan jerami tidak

akan mengganggu proses pengolahan lahan.

Dengan integrasi sapi – padi sawah, maka bukan hanya produktivitas

lahan yang ditingkatkan, tetapi sekaligus juga merupakan tindakan

konservasi vegetatif. Sisa tanaman bila dimulsakan atau dibenamkan dapat

mensuplai unsur hara, mempertinggi stabilitas agregat tanah. Sistem

usahatani berkelanjutan merupakan suatu usaha pengelolaan lahan-tanaman

yang dapat meningkatkan produksi tanaman persatuan luas dan waktu,

melindungi tanah dari kerusakan, meningkatkan kesuburan tanah dan bahan

organik.

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman akan

mengalami dekomposisi dan terangkut ke lapisan bawah. Sedangkan Sumber

sekunder bahan organik adalah hewan. Hewan terlebih dahulu harus

menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan

pula bahan organik.

Berbasis Kentang Merah

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil kentang

sumatera, dimana produksi kentang Bengkulu banyak dijual ke provinsi

Page 15: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

8

tetangga selain dijual di dalam provinsi Bengkulu sendiri, hal ini karena

Provinsi Bengkulu memiliki dataran tinggi yang cocok untuk pengembangan

kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Rejang Lebong terletak di

punggung pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian antara 600 sampai

lebih dari 1.000 meter di atas permukaan air laut, sebagai daerah penghasil

sayuran. berbagai sayuran yang dihasilkan diantaranya adalah cabe, wortel,

terung, timun, kacang panjang, buncis selain kentang itu sendiri.

Kabupaten Rejang Lebong mempunyai karakteristik wilayah dan

agroekosistem yang sesuai, namun untuk pengembangannya, masih

mempunyai keterbatasan teknologi produksi. Kentang yang banyak

dilkembangkan masyarakat adalah Varietas Granola Cipanas dan Lembang.

Khusus Kentang Merah adalah Varietas lokal yang belum dilepas secara

resmi namun disenangi masyarakat setempat dan konsumen tertentu

(Bahar, 2009).

Sebagai daerah penghasil kentang, saat ini banyak petani yang

menanam Kentang Merah selain Granola. Selama ini pemasaran kentang

merah mengalami kesulitan karena banyak masyarakat yang belum

mengenal Kentang Merah bahkan masih banyak yang menganggap kentang

merah sebagai ubi rambat. Sejalan dengan perkembangan waktu, semakin

banyak masyarakat yang sudah mengenal kentang merah dan

pemasarannya sudah tidak mengalami permasalahan lagi, bahkan harganya

dipasaran lebih mahal dibandingkan dengan kentang lain yang lebih dahulu

dikenal masyarakat. Saat ini sebagian petani mencoba menanam Kentang

Merah, sehingga dari waktu kewaktu petani yang menanam Kentang Merah

semakin banyak.

1.3. Tujuan

1. Penyebaran informasi adopsi melaui implementasi inovasi teknologi

implementasi integrasi intensifikasi sapi-padi sawah.

2. Perluasan pembinaan kelompok tani melalu penyebaran informasi

teknologi menggunakan berbagai media.

3. Pembinaan kelompok tani terkait komoditas Kentang Merah..

4. Mendiseminasikan inovasi teknologi produksi Kentang Merah.

Page 16: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

9

5. Mendukung program pembangunan pertanian tanaman pangan dan

hortikultura

1.4. Keluaran

1. Tersebarnya informasi adopsi melaui implementasi inovasi teknologi

implementasi integrasi intensifikasi sapi-padi sawah.

2. Semakin luas pembinaan kelompok tani melalu penyebaran informasi

teknologi menggunakan berbagai media.

3. Kelompok tani mendapat binaan terkait komoditas Kentang Merah.

4. Terdiseminasinya inovasi teknologi produksi Kentang Merah.

5. Terdukungnya program pembangunan pertanian tannaman pangan dan

hortikultura

1.5. Hasil yang Diharapkan

1. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani

2. Diadopsinya inovasi teknologi integrasi sapi-padi sawah dan produksi

Kentang Merah.

1.6. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.6.1. Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh yaitu; a) terjadinya percepatan

penyebaran inovasi teknologi pertanian, khususnya teknologi integrasi sapi -

padi sawah, teknologi budidaya dan pascapanen jeruk dan budidaya Kentang

Merah, b) terjadinya perluasan jangkauan penggunaan teknologi integrasi

sapi - padi sawah dan budidaya Kentang Merah bagi pengguna utama dan

pengguna usaha di sektor pertanian, dan c) terjadinya penyebaran jumlah

kelompok binaan guna meningkatkan produksi dan produktivitas sapi – padi

dan budidaya Kentang Merah.

1.6.2. Dampak

1. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani melalui adopsi

berbagai teknologi usahatani dan pascapanen.

2. Berkembangnya jumlah petani yang mengadopsi inovasi teknologi yang

di diseminasikan.

Page 17: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

10

3. Bertambahnya tingkat kepercayaan Pemerintah Provinsi maupun

Pemerintah Kabupaten terhadap kemampuan BPTP Bengkulu.

4. Semakin berkembangnya program Kementerian Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berbasis Integrasi Sapi-Padi Sawah

Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang strategis dan menjadi

prioritas dalam menunjang program pertanian, dimana sampai saat ini usahatani

padi di Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu masih menjadi tulang punggung

perekonomian perdesaan. Terjadinya penciutan lahan sawah akibat konversi

lahan untuk kepentingan non-pertanian maupun usahatani lain selain padi sawah

dan pengelolaan sawah yang kurang tepat karena keterbatasan pengetahuan

petani serta perkembangan inovasi teknologi yang belum terikuti dengan baik

oleh petani, menyebabkan produktivitas padi sawah cenderung melandai, bahkan

mungkin menurun. Belum stabilnya laju pertumbuhan produksi padi, apabila

ditelaah lebih lanjut ternyata disebabkan oleh masih tergantungnya sumber

pertumbuhan produksi yang berasal dari peningkatan produktivitas (Departemen

Pertanian. 2005).

Pola integrasi sapi – padi sawah dalam suatu sistem pertanian merupakan

suatu strategi yang sangat penting dalam usahatani yang ramah lingkungan

dalam mewujudkan kesejahteraan rumah tangga petani dan masyarakat

pedesaan, terutama untuk menghasilkan sapi bakalan sekaligus memperbaiki

kualitas lahan. Perbaikan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan

organik yang berasal dari kotoran ternak.

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.

Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan

sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik

merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam

pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap

agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah

yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Demikian

pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah

(porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

Page 18: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

11

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak

besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar

sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia

merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber

energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan

tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh

karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.

Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu

memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik

dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah

membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melalui

mekanisme:

- Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme

tanah, diantaranya jamur atau cendawan, karena bahan organik digunakan

oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya.

Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi

agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan

agregat.

- Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan

aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat

dapat terjadi dalam tanah.

- Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada

senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.

- Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif

liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara

basa dan ikatan hidrogen.

- Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif

liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.

Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak

terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada

proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari

senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang

terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh

miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa

Page 19: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

12

organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan

hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat,

lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral,

sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.

Sebagai limbah tanaman, jerami padi dapat diubah menjadi bahan pakan

sumber serat bagi ternak ruminansia (sapi). Dalam upaya meningkatkan populasi

ternak sapi potong dengan biaya produksi yang layak, pendekatan pola integrasi

ternak tanaman padi menjadi keharusan untuk dikembangkan baik secara teknis,

ekonomis maupun sosial. Teknologi ini mempunyai nilai keuntungan hasil utama

yang dapat menekan perkembangan penyakit ternak dan peningkatan

kepercayaan petani karena usaha yang mereka miliki menjadi bertambah.

Berbasis Kentang Merah

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

sayuran yang mendapat prioritas untuk dapat dikembangkan di Indonesia.

Berdasarkan valumenya, kentang merupakan tanaman pangan ke empat dunia

setelah padi, gandum, dan jagung. Sebagai tanaman dari suku Solanaceae yang

memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut kentang. Umbi kentang

sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun

pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan (Wikipedia,2009)

Di Indonesia, kentang di tanam di dataran tinggi (1.000 – 3.000 m dpl)

dengan sentra produksi kentang Indonesia di : Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jambi. Walaupun

Provinsi Bengkulu tidak termasuk sebagai sentra produksi kentang di Indonesia,

tetapi Provinsi Bengkulu juga memiliki dataran tinggi yang cocok untuk

pengembangan kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Pemerintah Provinsi

Bengkulu telah menetapkan Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong dan

Kabupaten Kapahiang sebagai Kawasan Produksi Kentang, karena mempunyai

karakteristik wilayah dan agroekosistem yang sesuai, namun untuk

pengembangannya, masih mempunyai keterbatasan teknologi produksi,

manajemen usahatani dan pemasaran. Kentang yang banyak dilkembangkan

masyarakat adalah Varietas Granola Cipanas dan Lembang. Khusus kentang

merah adalah Varietas lokal yang belum dilepas secara resmi namun disenangi

masyarakat setempat dan konsumen tertentu (Bahar, 2009).

Page 20: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

13

Rejang Lebong memiliki dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1000

m dpl. Topografi daerah bergelombang sampai berbukit, dengan curah hujan

cukup tinggi. Tingkat produktivitas kentang baru 13,65 ton/ha masih jauh

dibawah produktivitas nasional (16,09 ton/ha), tingkat produktivitas di sentra

produksi di pulau Jawa sebesar 17,81 ton/ha ataupun rekomendasi teknologi

yang bisa diatas 30 ton/ha. Dengan demikian dalam penerapan budidaya di

daerah ini masih belum begitu baik, sementara potensi pegembangan produksi

melalui perluasan areal maupun peningkatan produktivitas masih sangat

memungkinkan di daerah ini (Bahar, 2009).

Produksi kentang yang rendah di Kabupaten Rejang Lebong diduga

karena petani selalu menggunakan benih yang berasal dari tanaman produksi

sebelumnya yang disisihkan. Pengulangan penanaman kentang yang berasal dari

umbi akan meningkatkan akumulasi penyakit yang menyebabkan produksi

semakin menurun. Kebiasaan petani tersebut diduga karena penjualan benih

sehat jarang tersedia, dan kalaupun tersedia benih yang sehat berasal dari

penangkaran, harganya sangat tinggi. Permasalahan secara umum yang

menyebabkan produktivitas rendah adalah penerapan teknologi budidaya

tasnaman seperti pemeliharaan dan pengaturan tanam yang belum tepat. Untuk

itu perlu diatur jarak tanam dan dosis pupuk yang tepat untuk penanaman

kentang.

Kentang merupakan tanaman pangan bernilai ekonomi tinggi yang dapat

mendatangkan keuntungan (cash crop) bagi pengusaha industri makanan

olahan, pedagang dan petani yang membudidayakannya. Kentang adalah

makanan yang bernilai gizi tinggi dan lengkap serta dapat digunakan sebagai

bahan pangan alternatif pengganti beras. Kentang juga merupakan salah satu

makanan siap hidang (instant food) dan cepat hidang (fast food) di Indonesia

saat ini. Permintaan kentang terus meningkat sementara pasokannya masih

kurang, sehingga perluasan budidaya kentang masih dapat terserap pasar.

Kentang tumbuh di dataran tinggi 1.000 m dpl, sehingga dapat dikembangkan

pada lahan kering di pegunungan dan tidak bersaing dengan tanaman pangan

utama lainnya (Anton Gunarto, 2003).

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ukuran jarak tanam yang lebar

akan menghasilkan umbi kentang berukuran besar dengan harga lebih tinggi

dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil. Selain itu dosis pupuk yang tepat

Page 21: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

14

perlu diketahui agar usahatani kentang menjadi efisien. Untuk itu perlu adannya

pengujian dosis pupuk tersebut.

III. PROSEDUR

3.1. Pendekatan (kerangka pemikiran)

Lokasi kegiatan tersebar pada tiga kabupaten yaitu : 1) Kabupaten

Seluma untuk kegiatan integrasi sapi - padi sawah dan 2) Kabupaten

Rejang Lebong untuk budidaya Kentang Merah.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi yang

dipilih merupakan sentra komoditas dari masing-masing komoditas

kegiatan M-P3MI.

Pada tahun sebelumnya (2011 daan 2012), kegiatannya adalah

komoditas padi, lokasi kegiatan terletak di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan

Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Penentuan lokasi kegiatan telah

memenuhi beberapa persyaratan yang harus dimiliki calon lokasi seperti :

1. Lokasi merupakan sentra produksi padi atau kawasan pengembangan

pertanian untuk Kabupaten Seluma.

2. Lokasi merupkan tempat sinergi program Kementerian Pertanian

seperti PUAP dan Pengembangan padi IP 400.

3. Letak lokasi strategis, baik dari aspek jarak yang hanya 50 km dari

pusat kota Bengkulu, maupun aksesibilitas dalam advokasi kepada

pemerintah daerah.

4. Gapoktan yang akan mengadakan percontohan merupakan Gapoktan

yang sedang melaksanaakan program Kementerian Pertanian seperti

PUAP.

Pada tahun 2013 lokasi kegiatan M-P3MI mengalami perkembangan

karena adanya perubahan dan penambahan komoditas sebagai berikut : 1)

perubahan kegiatan padi sawah menjadi integrasi sapi – padi sawah, 2)

penambahan komoditas Kentang Merah, sehingga lokasi disesuaikan

dengan sentra dari masing-masing komodiatas. Sentra komoditas sapi dan

padi ada di Kabupaten Seluma dan komoditas Kentang Merah ada di

Kabupaten Rejang Lebong.

Page 22: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

15

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan M-P3MI ini disusun secara

bertahap selama 3 tahun masing-masing kegiatan yaitu :

1. tahun pertama telah dilakukan kegiatan penumbuhan minat petani

dalam menerapkan teknologi budidaya tanaman padi, pola tanam untuk

produksi dengan penerapan komponen teknologi PTT, penyebaran

inovasi teknologi melalui sistem diseminasi multi channel (SDMC),

2. tahun ke dua melakukan pemantapan penerapan inovasi teknologi yang

telah dilakukan pada tahun sebelumnya untuk tanman padi.

3. tahun ke tiga melakukan pengembangan melalui perluasan petani/

kelompoktani yang menerapkan inovasi teknologi dan kelembagan

sesuai dengan komoditas.

Pelaksanaan Rancangan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan

Melalui Inovasi (M-P3MI), berorientasi komoditas berbasis budidaya

tanaman. Penyusunan model diawali dengan percontohan budidaya padi,

selanjutnya menginventarisir komponen teknologi yang digunakan dilokasi

M-P3MI yang merupakan komponen teknologi pendekatan PTT, selanjutnya

penerapan saluran komunikasi spectrum diseminasi multi channel (SDMC).

Model yang dibangun yaitu : “Model M-P3MI Berbasis integrasi sapi

- Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu”, dan

budidaya Kentang Merah. Model yang dibangun merupakan unit

percontohan penggunaan inovasi teknologi yang merupakan solusi terbaik

terhadap persoalan peningkatan produksi sapi dan padi sawah dan

budidaya Kentang Merah.

3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan

berbasis integrasi sapi - padi sawah yaitu :

1. persiapan dan konsolidasi tim kegiatan

2. penelusuran dan mengumpulkan data

3. penetapan lokasi pengembangan model diseminasi

4. melakukan sosialisasi

5. percontohan

6. gelar teknologi

7. pencetakan dan penyebaran informasi

8. pengumpulan data/tabulasi

Page 23: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

16

9. analisis melalui pendekatan dan pencatatan menggunakan metode

diskusi (FGD)

10. percontohan dan membandingkan petani dan peternak yang

mengadopsi inovasi teknologi integrasi ternak sapi disentra tanamam

padi secara thout and without dengan inovasi belum terintegrasi.

Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. Peningkatan produktivitas ternak sapi dan tanaman padi sawah

2. Pengembangan pemanfaatan limbah ternak sapi dan limbah jeramai

padi

3. Analisa usahatani terhadap penigkatan pendapatan komoditas ternak

sapi, tanaman padi sawah dan integrasi sapi-padi sawah

4. Tingkat penerapan masyarakat terhadap inovasi teknologi sistem

integrasi sapi- tanaman padi disekitar lokasi kegiatan

Analisis data yang dilakukan meliputi :

Hasil akhir data terkumpul berupa gambaran lengkap pengawalan

penyebaran adopsi inovasi integrasi sapi-tanaman padi terhadap

peningkatan; produksi ternak sapi dan lahan sawah, pemanfaatan limbah

tanaman dan ternak, perekonomian masyarakat dilokasi kegiatan serta

permasalahannya. Kemudian dianlisis secara deskriptif menggunakan

persentasi tabel maupun variabel-variabel dan analisis SWOT untuk

mendapatkan gambaran pengembangan sumberdaya integrasi sapi-

tanaman padi menuju penguatan perekonomian dan pengembangan model

diseminasi inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan di perdesaan.

berbasis budidaya Kentang Merah yaitu :

1. Menentukan lahan petani kooperator dan masing-masing petani yang

terlibat sebanyak 4 orang.

2. Untuk setiap petani menerapkan komponen teknologi : a) jarak tanam

dalam bedengan 35 dan 40 cm, b) jarak antar bedengan 1 m , dan c)

paket pemupukan : (1) NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 = 400

kg/ha, (2) NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg/ha, dan (3)

NPK Phonska = 1.500 kg.

3. Luas lahan masing-masing petani kooperator seluas 1.125 m2 terdiri

dari dua luas lahan yang berbeda tergantung jarak tanam dalam

Page 24: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

17

bedengan. Luas lahan 525 m2 untuk jarak tanam dalam bedengan 35

cm dan Luas lahan 600 m2 untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm.

4. Luas lahan 525 m2, dibuat bedengan sebanyak 20 bedengan,

selanjutnya dibagi 3 dengan setiap bagian diberi pupuk dengan dosis

sebagai berikut : (1) NPK Phonska = 1.000 kg dan SP-36 = 400 kg/ha,

(2) NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-36 = 400 kg/ha, dan (3) NPK

Phonska = 1.500 kg. Demkian juga dengan luas lahan 600 m2, dibuat

bedengan sebanyak 20 bedengan, selanjutnya dibagi 3 dengan setiap

bagian diberi pupuk dengan dosis sebagai berikut : (1) NPK Phonska =

1.000 kg dan SP-36 = 400 kg/ha, (2) NPK Phonska = 1.400 kg dan SP-

36 = 400 kg/ha, dan (3) NPK Phonska = 1.500 kg.

5. Lahan masing-masing petani merupakan ulangan dari perlakuan yang

diberikan.

6. Sebagai pupuk orgnik, setiap lahan diberi kompos sebanyak 3 ton/ha

Pengamatan yang dilakukan meliputi :

1. data komponen pertumbuhan (tinggi tanaman umur 7 dan 9 mst,

jumlah cabang umur 7 dan 9 mst),

2. komponen hasil (berat umbi per tanaman, persentase ukuran berat

umbi per tanaman) dan

3. produktivitas.

Analisis data yang dilakukan meliputi :

Metode analisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

yang, terdiri 6 kombinasi perlakuan yaitu 3 paket dosis pupuk dan 2 jarak

tanam dalam bedengan yang ulangan sebanyak 4 kali. Selanjutnya di uji

lanjut menggunakan LSD bila menunjukan perbedaan yang nyata antar

perlakuan. Data yang diamati terdiri dari komponen pertumbuhan tanaman

(tinggi tanaman), komponen hasil (hasil per tanaman dan rata-rata bobot

umbi berdasarkan ukurannya), dan hasil per hektar.

Page 25: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

18

IV. ANALISIS RISIKO

4.1. Daftar Risiko

No Tahap Kegiatan Identifikasi Resiko Penyebab Dampak

1.

Integrasi Sapi – Padi Sawah

Koordinasi dan sosialisasi

Pengembangan ternak sapi pada sentra padi belum terdata

Informasi perkembangan sapi disentra padi belum lengkap

Analisis kajian tidak sesuai yang diharapkan

2. Hunting lokasi Permasalahan lapangan tidak sesuai dengan informasi terdahulu

Rekapan informasi tidak menggambarkan permasalahan sebenarnya

Terkendala penetapan kooperator dan lokasi kegiatan

3. Identifikasi teknologi eksisting

Sulit mendapatkan informasi dari masyarakat

Masyarakat belum memahami pentingnya informasi yang sudah ada

Terkendala menetapkan paket teknologi anjuran

4. Implementasi kegiatan di lapangan

Kooperator belum memahami teknologi integrasi

Belum adanya sosialisasi inovasi integrasi ternak-tanaman

Tujuan kegiatan tidak tercapai

1.

Kentang Merah Sosialisasi

Petani belum memahami kegiatan

Kurang memahami juknis yang diberikan (bagikan)

Pelaksanaan tidak sesuai perencanaan

2. Perbenihan Produktivitas yang dicapai rendah

Benih telah ditanam berulang-

ulang dalam waktu lamam mengalami

Produksi rendah

3. Hama dan penyakit

Petani banyak belum memahami jenis pestisida yang digunakan

Petani belum mengerti bahan aktif dari pestisida yang digunakan

Penggunaan pestisida sembarangan dan pengaruhnya kurang efektif dan efisien serta tergantung hanya pada merek dagang

4. Pemupukan Petani belum memahami konversi pupuk tunggal ke pupuk majemuk

Petani belum mendapat informasi cara menghitung konversi pupuk tunggal ke pupuk majemuk

Tidak efisiennya penggunaan pupuk

5. Pemerataan informasi teknologi

Sebagian kecil petani dalam kelompok yang memahami teknologi budidaya kentang merah

Informasi terbatas pada ketua kelompok tani saja

Banyak anggota kelompok yang belum mengetahui informasi teknologi budidaya padi secara utuh

6. Keyakinan terhadap teknologi

Petani tidak mau menerapkan sebelum melihat sendiri kekuatan teknologi

Kurangnya percontohan-percontohan kegiatan budidaya kentang merah yang produktivitas tinggi

Produktivitas yang dicapai tetap rendah

Page 26: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

19

4.2. Daftar Penanganan Risiko

No Tahap Kegiatan Identifikasi Resiko Penyebab Penanganan Resiko

1.

Integrasi Sapi – Padi Sawah

Koordinasi dan sosialisasi

Pengembangan ternak sapi pada sentra padi belum terdata

Informasi perkembangan sapi disentra padi belum lengkap

Melengkapi berbagai data informasi ternak sapi dan sentra padi sawah

2. Hunting lokasi Permasalahan lapangan tidak sesuai dengan informasi terdahulu

Rekapan informasi tidak menggambarkan permasalahan sebenarnya

Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan permasalahan yang ada

3. Identifikasi

teknologi eksisting

Sulit mendapatkan

informasi dari masyarakat

Masyarakat belum

memahami pentingnya informasi yang sudah ada

Melakukan

pengggalian melalui pertemuan terfokus

4. Implementasi kegiatan di lapangan

Kooperator belum memahami teknologi integrasi

Belum adanya sosialisasi inovasi integrasi ternak-tanaman

Pemahaman tentang inovasi teknologi integrasi

1.

Kentang Merah Sosialisasi

Petani belum memahami kegiatan

Kurang memahami juknis yang diberikan (bagikan)

Penjelasan lebih rinci tentang pelaksanaan kegiatan

2. Perbenihan Produktivitas yang dicapai rendah

Benih telah ditanam berulang-ulang dalam waktu lamam mengalami

Seleksi tanaman sehat untuk dijadikan sumber benih pertanaman

selanjutnya

3. Hama dan penyakit

Petani banyak belum memahami jenis pestisida yang digunakan

Petani belum mengerti bahan aktif dari pestisida yang digunakan

Penjelasan tentang pestisida dan bahan aktif yang menjadi pedoman dalam penggunaan pestisida

4. Pemupukan Petani belum memahami konversi pupuk tunggal ke pupuk majemuk

Petani belum mendapat informasi cara menghitung konversi pupuk tunggal ke pupuk majemuk

Memberikan pelatihan cara menghitung konversi pupuk tunggal ke pupuk majemuk

5. Pemerataan informasi teknologi

Sebagian kecil petani dalam kelompok yang

memahami teknologi budidaya kentang merah

Informasi terbatas pada ketua kelompok tani saja

Melakukan pertemuan pada semua anggota kelompok dan

penjelasan informasi teknologi secara utuh

6. Keyakinan terhadap teknologi

Petani tidak mau menerapkan sebelum melihat sendiri kekuatan teknologi

Kurangnya percontohan-percontohan kegiatan budidaya kentang merah yang produktivitas tinggi

Mengundang anggota kelompok tani setiap ada pertemuan dan pelaksanaan tahapan kegiatan sampai pane

Page 27: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

20

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan

No

Penjab

Kegiatan/Anggota

Peneliti/Gelar

NIP Bidang

Keahlian Jenjang

Fungsional

Alokasi

waktu

(%)

1 Ir. Ahmad Damiri,

MSi

19630920 199203 1 001 Agronomi Penyuluh

Pertanian Madya

15

2 Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr

19630805 198703 2 007 Ilmu Tanah Penyuluh Pertanian Madya

15

3 Ir. Ruswendi, MP 19610320 198903 1003 Sosek

Peternakan

Penyuluh

Pertanian Madya

15

4 Ir. Eddy Makruf 10561005 198803 1 001 Agronomi Penyuluh

Pertanian Madya

15

5 Yartiwi, SP 19791030 200901 2 004 Agronomi Calon Peneliti 10

6 Yoyo 19620415 199303 1 001 Perlengkapan Teknisi 10

7 Adianto, A.Md 19610531 199003 2 001 Komputer Penyuluh

Pertanian Muda

10

8 Wawan Ekaputra 19771021 200112 1 002 Keuangan Teknisi 10

9 Lina Ifanti, STP 19841004 200901 2 004 Teknologi

Pasca Panen

Calon Peneliti 10

10 Kusmea Dinata,SP 19831024 201101 1 001 Hama Penyakit

Calon Peneliti 10

11 Irma Calista ST 19810716 200501 2 002 Ilmu Kimia Calon Peneliti 10

12 Bunaiyah Honorita, SP

19890530 201101 2 009 Sosek Calon Penyuluh 10

13 Robiyanto 19800103 200710 1 001 SLA Teknisi 10

14 Ir. Siswani Dwi Daliani

19600730 198903 2 001 Peternakan Penyuluh Pertanian Pertama

10

15 Alfayanti, SP 19830305 200912 2 001 Sosek Calon Peneliti 10

16 Taufik Rahman,S.Si 19880808 201101 1 003 Teknik Kimia Calon Peneliti 10

Page 28: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

21

5.2. Jangka waktu kegiatan

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan: Desk study/pengumpulan data sekunder

Penyempurnaan proposal

2. Pelaksanaan:

Hunting dan pemantapan lokasi

Sosialisasi

Penentuan kooperator

Pengenalan perlakuan

Pembinaan

3. Pengolahan data

4. pelaporan

Page 29: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

22

5.3. Pembiayaan

KODE

M-P3MI

Volume Satuan Jumlah

300.000.000

521211 Belanja Bahan 60.000.000

Sarana Produksi Demplot dan Bahan Pendukung lain 1 Tahun 42.000.000 42.000.000

ATK, Komputer Suplies, Bahan Informasi, Penggandaan, Bahan

Diseminasi

1 Tahun 6.000.000 6.000.000

Foto copy dokumen 1 Tahun 4.500.000 4.500.000

Pencetakan bahan informasi 1 Tahun 3.000.000 3.000.000

Pertemuan Petani 3 kali 1.000.000 3.000.000

521213 Honor output kegiatan 14.000.000

Honor Petani 440 OH 25.000 11.000.000

Entry data 150 OK 20.000 3.000.000

521219

Belanja Barang Non Operasional

lainnya 25.000.000

FGD Pertemuan 2 kali 1.000.000 2.000.000

Pertemuan melalui Focus Group 1 kali 3.500.000 3.500.000

Temu Lapang, Temu Usaha, Kemitraan 3 kali 6.000.000 18.000.000

Pengiriman, porto 3 kali 500.000 1.500.000

522151 Belanja jasa Profesi 10.160.000

Narasumber/Pengarah 10 OJ 500.000 5.000.000

Analisa Tanah 1 Unit 1.160.000 1.160.000

Analisa Lab 2 Unit 2.000.000 4.000.000

524119 Belanja Perjalanan Lainnya 190.840.000

Perjalanan ke pusat 9,00 OP 5.000.000 45.000.000

Perjalanan kekabupaten dan kota 396,0 OP 365.000 144.540.000

Perjalanan pendek 13 OP 100.000 1.300.000

Page 30: MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/RODHP/RODHP... · Pertemuan Tim pelaksana kegiatan Pelaksanaan kegiatan 12. Jangka Waktu

23

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W., Rachman, S., T. Agoes, S. Budi, J,. Bagus, K. U., Rini, R. Dan Darkam, M. 2004. Profil komoditas Kentang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Anton Gunarto, 2003. Prospek Agribisnis Kentang G4 Sertifikat di Kabupaten

Sukabumi. Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. II, hal. 61-65 /HUMAS-BPPT/ANY.

Badan Litbang Pertanian. 2012. Laporan Akhir Tahun. Model Pengembangan

Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

Bahar, Y.H. 2009. Panen Perdana Kentang Granola.

http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?itemid=39&id=43&option=com content&task=view[03 Nov 09].

Departemen Pertanian. 2009. Prosiding Seminar Nasional Pekan Kentang 2008,

Lembang 20 s.d 21 Agustus 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005

– 2010. Lima komoditas : 1. Beras : Swasembada Berkelanjutan, 2. Jagung : Swasembada 2007, 3. Kedelai : Swasembada 2015 (2010 = 65%), 4. Gula : Swasembada 2009, 5. Daging Sapi : Swasembada 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Diwjanto K. dan Eko Handiwirawan, 2004. Peran Litbang dalam Agribisnis Pola

Integrasi Tanaman – Ternak. Makalah Seminar – Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak. Denpasar Bali Juli 2004.

Hendayana R. 2011. Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan Inovasi

Pertanian. http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian/[22 Juni 2011]

Kementerian Pertanian. 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang

pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah Tahun 2010.

Wikipedia, 2009. Kentang.

http://agricenter.jogjaprov.go.id/index.php?action=generic_content.main&id_gc=166[1 OKT 09].