14
MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN UMBI INFERIOR Sukma Perdana Prasetya (Fakultas Ilmu Sosial-Unesa), email: [email protected] Endryansyah (fakultas Teknik-Unesa), email: [email protected] Retnani (Fakultas Bahasa dan Seni-Unesa), email: [email protected] Absrtrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan keterampilan sumber daya manusia di bidang kripik; (2) peningkatan produktivitas kripik melalui rekayasa dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut, akan dilakukan penelitian dengan metode survai, observasi, wawancara dan eksperimen di lokasi UKM, yaitu di Ds. Bangsal, Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto yang digunakan sebagai role model dalam penelitian ini. Penelitian direncanakan dilakukan selama tiga tahun. Pada tahun pertama ini, mencakup tahapan: (1) Optimalisasi kesadaran pengusaha UKM produsen kripik dalam mengupayakan merek dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi UKM; (2) peningkatan produksi kripik melalui rekayasa dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna . Penelitian pada tahun pertama memperoleh hasil sebagai berikut: (1) kesadaran para produsen kripik terhadap merk dagang sudah bagus, sehingga bagi produsen kripik yang belum memiliki merk dagang, diharapkan segera mengurusnya; (2) pemanfaatan Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik (MPKBBK) dapat meningkatkan kapasitas produksi sebesar 366,66%; (3) pemanfaatan Mesin Perajang Bahan Baku Kripik (MPBBK) dapat meningkatkan produktivitas rajangan bahan baku kripik sebesar 340 %; (4) pemanfaatan Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku Kripik (MPRBBK) produktivitas meningkat sebesar 400 %,; (5) pemanfataan Mesin Peniris Air (MPA) dapat meningkatkan produktivitas sebesar 337,50 %; (6) pemanfaatan Mesin Peniris Minyak (MPM) dapat meningkatkan produktivitas penirisan sebesar 250%. Kata Kunci: Umbi Inferior, UKM, Produsen Kripik

MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI

PEMANFAATAN UMBI INFERIOR

Sukma Perdana Prasetya (Fakultas Ilmu Sosial-Unesa), email:

[email protected]

Endryansyah (fakultas Teknik-Unesa), email: [email protected]

Retnani (Fakultas Bahasa dan Seni-Unesa), email: [email protected]

Absrtrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan keterampilan sumber

daya manusia di bidang kripik; (2) peningkatan produktivitas kripik melalui

rekayasa dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Untuk dapat mencapai sasaran

tersebut, akan dilakukan penelitian dengan metode survai, observasi, wawancara dan

eksperimen di lokasi UKM, yaitu di Ds. Bangsal, Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto

yang digunakan sebagai role model dalam penelitian ini. Penelitian direncanakan

dilakukan selama tiga tahun. Pada tahun pertama ini, mencakup tahapan: (1)

Optimalisasi kesadaran pengusaha UKM produsen kripik dalam mengupayakan

merek dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi UKM; (2) peningkatan produksi

kripik melalui rekayasa dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna .

Penelitian pada tahun pertama memperoleh hasil sebagai berikut: (1)

kesadaran para produsen kripik terhadap merk dagang sudah bagus, sehingga bagi

produsen kripik yang belum memiliki merk dagang, diharapkan segera mengurusnya;

(2) pemanfaatan Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik (MPKBBK) dapat

meningkatkan kapasitas produksi sebesar 366,66%; (3) pemanfaatan Mesin Perajang

Bahan Baku Kripik (MPBBK) dapat meningkatkan produktivitas rajangan bahan

baku kripik sebesar 340 %; (4) pemanfaatan Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku

Kripik (MPRBBK) produktivitas meningkat sebesar 400 %,; (5) pemanfataan Mesin

Peniris Air (MPA) dapat meningkatkan produktivitas sebesar 337,50 %; (6)

pemanfaatan Mesin Peniris Minyak (MPM) dapat meningkatkan produktivitas

penirisan sebesar 250%.

Kata Kunci: Umbi Inferior, UKM, Produsen Kripik

Page 2: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

PENDAHULUAN

Umbi inferior merupakan umbi yang belum banyak dibudidayakan dan belum

banyak diolah menjadi produk turunannya. Ketersediaan umbi inferior di Indonesia

sangat berlimpah, sebab umbi inferior tumbuh secara liar dan mudah dibudidayakan.

Sebagian besar jenis umbiinferior yang dibudidayakan diantaranya adalah: garut,

ganyong, gadung, uwi, gembili, uwi katak, kimpul, talas belitung, suwek, yang

masing-masing mempunyai ragam pada tingkat spesiesnya (Kasno, dkk, 2006).

Potensi biologik jenis tanaman umbi-inferioradalah sangat besar,

karena jenis atau ragamnya banyak, persyaratan tumbuhnya tidak terlalu tinggi dan

mampu menghasilkan energi yang cukup tinggi. Akan tetapi pemanfaatan dan

pengolahan umbi inferior selama ini, belum dilakukan secara optimal. Pada

umumnya umbi-inferior hanya diolah dengan cara perebusan dan penggorengan.

Menurut Ginting (1994) jenis produk olahan umbi-inferior

umumnya masih berbentuk olahan segar berupa ubi rebus (49,1%), ubi goring

(27,2%), kolak (15,5%), sawut (4,5%), getuk (3,4%) dan carang mas (<1%).

Pengolahan dengan cara yang masih tradisional tersebut, belum mampu

menciptakan nilai tambah ekonomi yang signifikan, lantaran umur produk olahan

tersebut masih sangat pendek. Fenomena ini menunjukkan, betapa pemanfaatan

umbi-inferior masih dalam skala yang sangat terbatas, dan belum dipikirkan

bagaimana membuat produk olahan dengan umur yang yang lebih panjang. Pada hal

umbi-inferior dapat diolah menjadi berbagai produk makanan seperti kripik talas,

kripik ketela ungu, kripik ganyong dan lain-lain, yang memiliki umur yang relative

panjang. Hal ini terjadi karena para UKM Produsen kripik, adalah mereka yang pada

umumnya penuh dengan segala kelemahan dan keterbatasan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pemanfaatan umbi-inferior untuk maksud

pangan masih sangat terbatas. Pada hal para UKM dapat dengan mudah mengolah

umbi inferior tersebut menjadi aneka produk makanan (seperti kripik talas, kripik

ketela ungu, kripik ganyong, kripik ketela madu, kripik gadung, roti wortel dan lain-

lain). Namun UKM produsen kripik (pengolah umbi-inferior) pada umumnya

memiliki berbagai keterbatasan. Berdasarkan survai awal di Sentra Industri Kripik

(Ds. Bangsal, Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto), beberapa keterbatasan UKM produsen

kripik adalah: (1) Merek Dagang yang belum menjadi perhatian para pelaku UKM

Page 3: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

(dari sebanyak 90-an lebih UKM produsen kripik, hanya 2 (dua) UKM yang telah

memiliki merek dagang secara resmi; (2) alat-alat produksi yang masih

konvensional; (3) keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah; (4)

terbatasnya pengetahuan tentang diversifikasi produk; (5) model kemasan yang

masih tradisonal; (6) rendahnya kemampuan menjalin kerjasama dagang; dan (7)

model pemasaran yang juga masih tradisional. Kelemahankelemahan seperti itu,

harus dicarikan solusi, mengingat kontribusi UKM terhadap pertumbuhan dan

ketahanan ekonomi nasional sangatlah besar. Melalui kegiatan PENPRINAS MP3EI

2011- 2025, akan diadakan evaluasi terhadap kelemahan UKM produsen kripik di

Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

Penelitian ini meliputi tiga tahun pelaksanaan. Pada tahun pertama ini

penelitian bertujuan untuk (1) Optimalisasi kesadaran pengusaha UKM produsen

kripik dalam mengupayakan Merek Dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi

UKM kripik; (2) peningkatan produksi kripik melalui rekayasa dan pemanfaatan

Teknologi Tepat Guna (TTG) yaitu mesin (pengupas, perajang, pencuci dan peniris).

UKM Produsen kripik yang telah dikembangkan tersebut, diharapkan

menjadi UKM yang: (1) tangguh dan mampu mengolah umbi-inferior secara efektif

dan efesien melalui pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG), sehingga harga satuan

produksi menjadi murah, yang berarti memiliki daya saing yang tinggi; (2) mampu

meningkatkan kuantitas dan kualitas produk olahan dengan bahan baku umbi-

inferior; (3) mampu berperan sebagai mesin pencipta lapangan kerja baru, dalam

rangka pemerataan pendapatan masyarakat; (4) mampu meningkatkan kontribusi

terhadap ketahanan pangan nasional; dan (5) makin mampu meningkatkan diri

sebagai mesin penggerak ekonomi nasional.

Page 4: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

METODE PENELITIAN

Untuk dapat mencapai sasaran tersebut, akan dilakukan penelitian dengan

metode survai, observasi, wawancara dan eksperimen di lokasi UKM, yaitu di Ds.

Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto yang digunakan sebagai

rolemodel dalam penelitian ini.

Gambar 1. Tahapan Kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan

Page 5: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

HASIL

A. Sosialisasi dan optimalisasi atas kesadaran para pengusaha UKM yang

tergolong dalam kelompok produsen kripik dalam mengupayakan

Merek Dagang serta pengaruhnya terhadap eksistensi UKM kripik

Telah diadakan sosialisasi dan pemahaman terhadap merk dagang

bagi para produsen kripik di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten

Mojokerto. Para produsen kripik, perlu mengupayakan “Merek Dagang”

dalam rangka menjaga keberlangsungan UMKM Kripik termasuk UMKM

“Dian Putri Jaya”. Sosialisasi diadakan terhadap 35 orang peserta. Pada akhir

acara sosialisasi, kesadaran dan pemahaman produsen kripik diukur dengan

menggunakan instrument survai. Dari 35 orang peserta sosialisasi, yang dapat

diukur kesadaran dan pemahamannya terhadap “merk dagang” adalah

sebanyak 32 orang, dengan hasil seperti tampak pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1 Kesadaran Produsen Kripik terhadap Merk Dagang (N=35)

Dari Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa terhadap pernyataan butir

1, responden menyatakan setuju sebanyak 5 orang dan sangat setuju sebanyak

28 orang atau sebanyak 33 orang (94,28 %) menyatakan setuju dan sangat

setuju terhadap pernyataan bahwa “masyarakat akan ragu membeli suatu

produk termasuk produk kripik, jika produk tersebut tidak memiliki nama

atau merk”. Terhadap butir 2, responden menyatakan setuju sebanyak 3 orang

dan sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebanyak 32 orang ( 91,42%)

Page 6: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa “untuk

dikenal oleh masyarakat, suatu produk termasuk produk kripik perlu memiliki

nama atau merk”. Terhadap pernyataan butir 3, sebanyak 3 orang menyatakan

setuju, dan sebanyak 29 orang menyatakan sangat setuju, atau sebanyak 32

orang (91,42 %) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan

bahwa “dengan merk, kemasan produk kripik bisa dibuat dengan baik dan

menarik”. Jika digambar dalam bentuk diagram batang, tampak seperti

Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Diagram Batang Kesadaran Produsen Kripik terhadap

“Merk Dagang” (1)

Dari Tabel 1 juga dapat diketahui bahwa terhadap pernyataan butir 4,

responden menyatakan setuju sebanyak 7 orang dan sangat setuju sebanyak

27 orang atau sebanyak 34 orang (97,14 %) menyatakan setuju dan sangat

setuju terhadap pernyataan bahwa “Dengan merk, produk kripik mudah

diingat oleh masyarakat”. Terhadap butir 5, responden menyatakan setuju

sebanyak 6 orang dan sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebanyak 35

orang (100 %) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan

“Dengan merk, produk kripik mudah dipesan”. Terhadap pernyataan butir 6,

sebanyak 10 orang menyatakan setuju, dan sebanyak 25 orang menyatakan

sangat setuju, atau sebanyak 35 orang (100 %) menyatakan setuju dan sangat

setuju terhadap pernyataan bahwa “dengan merk, hak produsen kripik dapat

dilindungi”. Jika digambar dalam bentuk diagram batang, tampak seperti

Gambar 2 di bawah ini.

Page 7: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

Gambar 2 Diagram Batang Kesadaran Produsen Kripik terhadap “Merk

Dagang” (2)

Gambar 3 Diagram Batang Kesadaran Produsen Kripik terhadap “Merk

Dagang” (3)

Masih dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa terhadap pernyataan butir

7, responden menyatakan setuju sebanyak 8 orang dan sangat setuju sebanyak

22 orang atau sebanyak 30 orang (85,71%) menyatakan setuju dan sangat

setuju terhadap pernyataan butir 7. Terhadap butir 8, responden menyatakan

setuju sebanyak 12 orang dan sangat setuju sebanyak 22 orang atau sebanyak

34 orang (97,14%) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan

butir 8. Terhadap pernyataan butir 9, sebanyak 14 orang menyatakan setuju,

dan sebanyak 21 orang menyatakan sangat setuju, atau sebanyak 35 orang

(100 %) menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan butir 9,

Page 8: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

bahwa “dengan merk, produk kripik mudah dipasarkan melalui webb/blok,

sehingga dikenal masyarakat secara global’. Jika digambar dalam bentuk

diagram batang, tampak seperti Gambar 3 di atas.

Dengan demikian berdasarkan data-data dan analisis seperti

dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran para produsen kripik

di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto terhadap merk

dagang, sudah bagus. Dengan kesadaran tersebut diharapkan bagi produsen

kripik yang belum memiliki merk dagang segera mengurusnya. Dengan merk

dagang tersebut, keberlangsungan produsen kripik dapat dipertahankan,

bahkan peluang peningkatan pendapatan produsen kripik UKM/UD Dian

Putri Jaya menjadi sangat terbuka lebar.

B. Mesin Teknologi Tepat Guna (TTG) Pengolah Kripik

Hasil rancang bangun mesin teknologi tepat guna (TTG) pengolah kripik ini

terdiri dari mesin pengupas kulit bahan baku kripik (MPKBBK), mesin perajang

kripik (MPK), mesin pencuci rajangan kripik (MPRK), mesin peniris air (MPA) dan

mesin peniris minyak (MPM). Sebelum dioperasikan secara terus-menerus, mesin

TTG ini perlu diuji secara teknis (baik secara umum, maupun secara khusus).

Metode yang dikembangkan adalah uji kelayakan teknis dan uji kinerja masing-

masing mesin TTG pengolah kripik. Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan

data-data kinerja mesin pada kondisi optimum, sedangkan manfaatnya adalah untuk

memberikan rekomendasi tentang pengoperasian mesin pada kondisi/titik optimum

yang dapat dicapai. Masing-masing mesin beserta pengujiannya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik (MPKBBK)

Sebelum digunakan operasional secara penuh, dalam rangka meningkatkan

produktivitas UKM Dian Putri Jaya, perlu diadakan uji kelayakan teknis dan

kinerja terhadap MPKBBK. Hasil uji kelayakan teknis seperti tampak pada

Tabel 2 di bawah ini.

Page 9: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

Tabel 2 Hasil uji Kelayakan Teknis Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku

Kripik (MPKBBK) dengan Putaran Mesin (n) =2800 rpm

Berdasarkan hasil uji kelayakan teknis seperti tampak pada Tabel 2,

dapat disimpulkan bahwa Mesin Pengupas Kulit Bahan Baku Kripik

(MPKBBK) dapat dioperasionalkan secara penuh dalam rangka mengupas

bahan baku kripik UKM/UD. Dian Putri Jaya. Mesin MPKBBK, memiliki

kapasitas 35 kg/jam. Mesin ini dapat meningkatkan kapasitas produksi

sebesar (35-7,5) :7,5 x 100% = 366,66% dibanding kapasitas produksi secara

manual tradisional 7,5 kg/jam. Dengan kenaikan kapasitas produksi ini,

maka ongkos satuan produksi menjadi lebih murah, yang berarti

meningkatkan daya saing produk, sesuai dengan tuntutan era pasar bebas

Asean (MEA) 2015.

2. Mesin Perajang Bahan Baku Kripik (MPBBK)

Tabel 3. Uji Kinerja Mesin Perajang Bahan Baku Kripik (MPBBK) dengan

7 (tujuh) Variasi Ketebalan (Putaran mesin =2800 rpm)

Page 10: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

Berdasarkan hasil uji kinerja disimpulkan bahwa MPBBK dapat

dioperasikan secara penuh dalam rangka meningkatkan produktivitas kripik.

Dengan pemanfaatan MPBBK, produktivitas kripik dapat ditingkatkan rata-

rata menjadi 55 kg/jam atau (55-12,5): 12,5 x 100% = 340 % atau

produktivitas rata-rata meningkat sebanyak 340 % dibanding produktivitas

secara manual tradisional sebanyak 10kg/jam. Dengan kenaikan

produktivitas ini, harga satuan produksi menjadi rendah, yang berarti

kemampuan daya saing produksi menjadi meningkat.

3. Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku Kripik (MPRBBK)

Bahan baku kripik yang telah dirajang, perlu dicuci dengan

menggunakan mesin pencuci rajangan kripik (MPRBBK).

Tabel 4 Hasil Uji Kinerja Mesin Pencuci Rajangan Bahan Baku Kripik

(MPRBBK) dengan 5 (lima) Variasi Berat Rajangan Kripik (kg) (n =

2800 rpm)

Berdasarkan hasil uji kinerja MPRBBK seperti tampak pada Tabel 5.6

di atas, bahwa untuk mencuci dengan kualitas baik rajangan bahan baku

kripik seberat 3 kg, dibutuhkan waktu selama 2,5 menit, MPRBBK

membutuhkan daya listrik sebesar 85 watt. Selanjutnya untuk mencuci

dengan kualitas baik, secara berturut-turut rajangan kripik seberat 4 kg, 5 kg,

6 kg, dan 7 kg, masing-masing membutuhkan waktu selama 3,5 menit, 4

menit, 4,5 menit dan lima menit, dan membutuhkan daya listrik (P), masing-

masing secara berturut-turut adalah sebesar 95 watt, 100 watt, 110 watt, dan

120 watt. Dari data ini dapat diketahui bahwa makin berat rajangan bahan

baku kripik yang dicuci, makin lama waktu pencucian, dan makin besar daya

listrik yang dibutuhkan.

Page 11: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

Dengan pemanfaatan MPRBBK, produktivitas rata-rata pencucian

rajangan bahan baku kripik dapat ditingkatkan menjadi 50 kg/jam atau

produktivitas rata-rata meningkat sebanyak (50-10):10 x 100% % =400 %,

dibanding produktivitas secara manual tradisional sebanyak 10kg/jam.

Dengan kenaikan produktivitas ini, maka harga satuan produksi menjadi

rendah, yang berarti kemampuan daya saing produksi menjadi lebih

meningkat.

4. Mesin Peniris Air (MPA)

Tabel 5 Hasil Uji Kinerja Mesin Peniris Air (MPA)

Untuk memperoleh hasil penirisan rajangan bahan baku kripik

dengan baik, maka makin berat rajangan bahan baku kripik yang telah dicuci,

waktu yang diperlukan untuk penirisan makin lama, dan daya listrik (P) yang

dibutuhkan juga makin besar. Kapasitas MPA adalah 35kg/jam, yang berarti

dapat meningkatkan produktivitas= (35-8):8x100%=250% dibanding

produktivitas secara manual sebanyak 8kg/jam.

Jika rajangan kripik yang telah dicuci, dapat ditiriskan dengan baik

(kadar air yang terkandung kecil), maka waktu rata-rata penggorengan kripik

dapat dilakukan lebih cepat, dan pemakaian minyak goreng rata-rata menjadi

lebih hemat, yang berarti menurunkan harga satuan produksi, sehingga

kemampuan daya saing lebih meningkat. Hal ini sejalan dengan tuntutan era

pasar besar Asean (MEA), dimana Indonesia harus mampu bersaing dengan

negara-negara di kawasan Asean.

Page 12: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

5. Mesin Peniris Minyak (MPM)

Rajangan bahan baku kripik yang telah ditiriskan (untuk mengurangi

kadar airnya), proses selanjutnya rajangan bahan baku kripik tersebut adalah

digoreng. Untuk mengurangi kadar minyak pada kripik, perlu dilakukan

penirisan dengan mesin peniris minyak (MPM).

Tabel 6 Hasil Uji Kinerja Teknis Mesin Peniris Minyak (MPM) (n= 2800

rpm)

Kapasitas MPM adalah 30kg/jam, yang berarti dapat meningkatkan

produktivitas= (30-10):10x100% =250% dibanding produktivitas secara

manual sebanyak 10 kg/jam. Penirisan minyak terhadap kripik yang telah

digoreng, menjadi titik kritis dari seluruh proses pembuatan kripik, dan

seberapa banyak tingkat kadar minyak dalam kripik menjadi penentu kualitas

dan umur kripik yang bersangkutan. Karena itu wajar jika titik kritis ini perlu

mendapat perhatian UD. Dian Putri Jaya, dan para pengusaha kripik pada

umumnya.

Jika kripik yang telah digoreng dapat ditiriskan dengan baik (kadar

minyak yang terkandung adalah kecil), maka kualitas kripik akan lebih bagus,

tidak tengik, dan umur rata-rata kripik akan menjadi lebih lama. Jika kualitas

kripik seperti itu dapat dicapai, maka kemampuan daya saing produk kripik

menjadi lebih meningkat, yang berarti akan mampu bersaing di lingkungan

pasar bebas Asean (MEA).

Page 13: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

SIMPULAN

1. Berdasarkan hasil survai terhadap peserta sosialisasi merk dagang, kesadaran para

produsen kripik di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto

terhadap merk dagang, sudah bagus. Dengan kesadaran tersebut diharapkan bagi

produsen kripik yang belum memiliki merk dagang segera mengurusnya. Dengan

merk dagang tersebut, keberlangsungan produsen kripik dapat dipertahankan,

bahkan peluang peningkatan pendapatan produsen kripik termasuk UKM/UD

Dian Putri Jaya menjadi sangat terbuka lebar;

2. Hasil rancang bangun mesin teknologi tepat guna (TTG) pengolah kripik terdiri

dari mesin pengupas kulit bahan baku kripik (MPKBBK), mesin perajang bhan

baku kripik (MPBBK), mesin pencuci rajangan kripik (MPRK), mesin peniris air

(MPA) dan mesin peniris minyak (MPM) telah teruji kelayakan dan kinerjanya;

3. Pengaruh pemanfaatan masing-masing mesin TTG terhadap kapasitas dan

peningkatkan produktivitas kripik UD. Dian Putri Jaya adalah sebagai berikut: a.

Pemanfaatan MPKBBK dapat meningkatkan kapasitas produksi pengupasan kulit

bahan baku kripik sebesar 35kg/jam atau sebesar 366,66% dibanding kapasitas

produksi secara manual sebanyak 7,5 kg/jam; b. Pemanfaatan MPBBK, dapat

meningkatkan produktivitas rata-rata rajangan bahan baku kripik menjadi 55

kg/jam atau produktivitas rata-rata meningkat sebesar 340 % dibanding

produktivitas secara manual sebanyak 12,5kg/jam; c. Pemanfaatan MPRBBK,

dapat meningkatkan produktivitas rata-rata pencucian rajangan bahan baku kripik

menjadi 50 kg/jam atau produktivitas rata-rata meningkat sebesar 400 %,

dibanding produktivitas secara manual sebesar 10kg/jam; d. Pemanfataan MPA

dapat meningkatkan produktivitas rata-rata penirisan air menjadi 35kg/jam atau

produktivitas rata-rata meningkat sebesar 337,50 % dibanding produktivitas secara

manual sebanyak 8 kg/jam; e. Pemanfaatan MPM dapat meningkatkan

produktivitas penirisan minyak terhadap kripik menjadi 30kg/jam atau terjadi

peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 250% dibanding produktivitas secara

manual sebanyak 10 kg/jam; f. Kandungan kadar minyak yang rendah pada kripik,

akan meningkatkan kualitas produk kripik, produk kripik tidak tengik, dan umur

rata-rata produk kripik akan menjadi lebih lama.

Page 14: MODEL UKM PRODUSEN KRIPIK MELALUI OPTIMALISASI …

DAFTAR PUSTAKA

Arfiningsih, Y. 2004. Perencanaan Usaha Cepiring Kimpul. Tugas Akhir. Jurusan

Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.

Ginting, E. 1994. Proporsi Penggunaan Ubi Jalar dalam Menu Sehari-hari dalam

Rangka Pengurangan Konsumsi Beras. Edisi khusus Balittan Malang 3 : 136-

144.

Kasno, A., N. Saleh dan E. Ginting. 2006. Pengembangan Pangan Berbasis Kacang-

Kacangan dan Umbi-Umbian Guna Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional.

Buletin Palawija no 12. 43-45.

Marinih,M. 2005. Pembuatan Keripik Kimpul Bumbu Balado dengan Tingkat Pedas

yang berbeda. Tugas Akhir. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Fakultas

Teknik. Univeristas Negeri Semarang.

Muliawan, D. (1991). Pengaruh berbagai Tingkat Kadar Air terhadap

Pengembangan Kripik Sagu Goreng. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan

Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.

Muslim, Supari. (2009). “Pengembangan model pemberdayaan masyarakat miskin

perkotaan di Surabaya”. Laporan Penelitian. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Kristiastuti, D. (2011). Model Pemasaran UKM Produsen Kripik lewat kerjasama

dagang dan pemasaran online di Kabupaten Sidoarjo” . Surabaya: Laporan

Penelitian. Bappeprov Jawa Timur.

Subekti, E.I. (1998). Optimasi Perencanaan Produksi Industri Kripik Udang/Ikan di

Perusahaan Kripik Indrasari Indramayu Jawa Barat. Skripsi. Jurusan

Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Bogor.

Sulistiyowati, A. 1999. Membuat Keripik Buah dan Sayur. Jakarta: Puspa Swara.

Witjaksono, A.D. 2011. Perkuatan Usaha Kripik Jamur Champignon Organik

Berbahan Limbah Industri Pengalengan Jamur Sebagai Upaya Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Di Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten

Pasuruan. Laporan Kemajuan Pengabdian Kepada Masyarakat. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.