Upload
adriana-murray
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
1/9
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali logam yang kita temui yang dimanfaatkan untukmembantu dan meringankan kegiatan kita.Contohnya adalah alumunium pada panci dan wajan
untuk memasak, baja pada mata pisau cutter atau silet dan masih banyak lainnya. Tentunya
logam-logam yang dibutuhkan dalam membantu aktivitas adalah logam yang kuat, tangguh, ulet
dan dapat dipakai dalam waktu yang relatif lama. Namun, logam dengan kriteria seperti itu tidak
diperoleh dengan mudah.Tidak mungkin suatu unsure logam yang diperoleh di alam langsung
dapat digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.Dari suatu unsur atau paduan
logam perlu diproses terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan. Pengerasan pada baja
karbon, precipitation hardening pada paduan Al-Cu, dan rekristalisasi pada logam tembaga
adalah contoh dari proses yang harus dilakukan untuk dapat medapatkan logam yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan.
Tujuan Praktikum
1. Mengukur kekerasan baja karbon rendah dan baja karbon tinggi setelah dipanaskan dandicelupkan ke dalam air
2. Mengukur kekerasan paduan Al-Cu setelah dipanaskan dan dicelupkan ke dalam air3. Mengukur kekerasan logam Cu setelah dipanaskan dan didinginkan di udara4. Mengetahui pengaruh temperature dan waktu terhadap kekerasan paduan Al-Cu pada
proses precipitation hardening5. Mengetahui pengaruh temperature dan waktu terhadap kekerasan logam Cu pada proses
rekristalisasi
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
2/9
BAB II
TEORI DASAR
Pada dasarnya proses pengerasan logam dilakukan dengan menghambat pergerakan dislokasi sehingga
logam yang bersangkutan akn semakin sulit untuk dideformasi plastis, atau dengan kata lain ia
menjadi lebih keras dari keadaan sebelumnya. Untuk menghambat pergerakan dislokasi ini digunakan
beberapa metode antara lain : pengerasan dengan mekanisme mpembentukan martensit pada baja,
precipitation hardening, pengerasan dengan cold working dan sebagainya. Dalam praktikum ini
dilakukan proses pengerasan baja , precipitation pada paduan Al-Cu. Selain itu pada praktikum ini
juga dilakukan proses rekristalisasi pada logam Cu.
a. Pengerasan Baja KarbonBaja dapat dikeraskan dengan menerapkan proses perlakuan panas atau heat treatment. Proses heat
treatment sendiri merupakan prose pengubahan sifat logam melalui pengubahan struktur mikro dengan
cara pemanasan dan penganturan laju pendinginan.
Pengerasan baja ini dilakukan dengan pemanasan baja tersebut sampai terbentuk fasa austenit pada
baja tersebut. Setelah dilakukan holding time untuk membuat temperature bersifat homogen di
seluruh baja, baja tersebut kemudian didinginkan secara cepat sehingga timbul fasa martensit yang
keras.
T b
a : Pemanasan
a b : Holding time
c
c : Quenching
b. Precipitation Hardening pada paduan Al-CuPrecipitation hardening adalah proses perlakuan panas yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
dan kekerasan material dengan pembentukan precipitat yang tersebar secara seragam di dalam matrik.
Precipitatio hardening memiliki 2 tahapan Antara lain :
1. Solution heat treating2. Precipitation heat treating
Pada tahap solution heat treating, unsur Cu akan melarut dalam paduan yang dilakukan dengan
memanaskannya hingga batas kelarutannya. Setelah dilakukan holding time maka akan terbentuk
larutan padat lewat jenuh (super saturated solid solution). Kemudian paduan tersebut diquenching.
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
3/9
Tahapan selanjutnya adalah Precipitation heat treating. Pada tahapan ini paduan tersebut kemudian di
aging sehingga terbentuk precipitat yang nantinya akan menghambat pergerakan dislokasi. Dengan
terhambatnya pergerakan dislokasi inilah paduan Al-Cu tersebut akan menjadi lebih keras.
T a
b
a : Solution Heat Treatment
b : Precipitation Heat Treatment
c. RekristalisasiMaterial kristalin yang mengalami deformasi plastis pada temperature rendah (cold work) akan
mengalami perubahan bentuk butir dan terjadi peningkatan kekerasan meningkatnya kerapatan
dislokasinya. Rekristalisasi sendiri merupakan proses perlakuan panas yang ditandai dengan terbentuknya
butir baru yang berbentuk equiaksial dengan kerapatan dislokasi yang kecil disertai dengan penurunan
kekerasan. Temperatur rekristalisasi dipengaruhi oleh deformasi plastis yang dialami oleh material.
Semakin banyak ia mengalami deformasi plastis maka temperature rekristalisainya akan semakin turun.
Rekristalisasi ini merupakan fungsi dari temperature dan waktu.
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
4/9
BAB III
PROSEDUR DAN DATA PERCOBAAN
PROSEDUR PERCOBAAN(menunggu dari rayvan,wawan, dan leon)
TIMELINE PERCOBAANTungku
800oC
Tungku
400oC
Tungku
200oC
Tungku
100oC
Jam masuk Jam keluar Lama
pemanasan(menit)
Al-Cu4 14.00 16.00 120
Cu1 14.00 16.00 120
Cu6 14.30 16.00 90
Al-Cu3 15.00 16.00 60
Cu2 15.00 16.00 60
Cu3 15.15 16.00 45
BKR 15.30 16.00 30
BKT 15.30 16.00 30
Al-Cu2 15.30 16.00 30
Cu4 15.30 16.00 30
Cu5 15.45 16.00 15
Al-Cu1 15.50 16.00 10
Keterangan :
BKR = Baja Karbon Rendah BKT = Baja Karbon Tinggi Spesimen yang dipanaskan pada tungku 800 oC lama pemanasannya tidak sesuai di tabel,
karena saat pengambilan spesimen ternyata tungku tersebut telah mati. Selain itu
temperatur tungku tersebut pada awalnya 800oC, tetapi saat dinyalakan kembali karenatelah mati terlebih dahulu temperatur menunjukkan angka 638
oC.
DATA PERCOBAANSpesimen T (
oC) t (menit) Kekerasan
awalKekerasanakhir
Tembaga
1 800 120 86.3 HRH 4 HRH
2 400 60 86.3 HRH 4 HRH
3 400 45 86.3 HRH 5 HRH
4 400 30 86.3 HRH 2 HRH5 400 15 86.3 HRH 96 HRH
6 100 90 86.3 HRH 91 HRH
Al - Cu
1 200 10 43.17 HRE 46 HRE
2 200 30 43.17 HRE 34 HRE
3 200 60 43.17 HRE 38 HRE
4 200 120 43.17 HRE 46 HE
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
5/9
BKR 800 30 12.2 HRA 16,67 HRA
BKT 800 30 5.56 HRC 4,5 HRC
Keterangan gambar : BKT dan BKR setelah mengalami proses transformasi martensitic, paduan
Al-Cu setelah mengalami proses precipitation hardening, dan tembaga (Cu) setelah mengalami
proses rekristalisasi.
BKTBKR
Al-Cu
Cu
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
6/9
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Pengerasan Baja KarbonPada baja karbon, data yang terukur dalam praktikum adalah sebagai berikut.
Dapat dilihat bahwa baja karbon rendah mengalami kenaikan kekerasan dari 12.2 HRA
menjadi 16.67 HRA, sedangkan baja karbon tinggi justru mengalami penurunan kekerasan
dari 5.56 HRC menjadi 4.5 HRC. Pada dasarnya, bila dilihat dari praktikum-praktikum
sebelumnya dan berdasarkan teori dan literature, seharusnya baja karbon, baik dalam kadar
karbon yang rendah ataupun tinggi, bila dipanaskan hingga temperature austenitenya lalu
diquenching dengan dicelupkan ke dalam air, maka kekerasannya akan meningkat cukup
signifikan. Namun teori tersebut tidak berlaku dalam praktikum kali ini. Hal ini disebabkan
adanya kesalahan dalam melakukan proses pemanasan. Pada saat dilakukan pemanasan yang
seharusnya selama 30 menit, tungku api yang digunakan sudah terlebih dahulu dimatikan oleh
teknisi laboratorium tanpa sepengetahuan praktikan. Waktu saat tungku dimatikan pun
praktikan tidak mengetahuinya dengan pasti.Selain itu, temperature pemanasan yang tertera
pada layar tungku tidak pas 800 derajat Celcius.Yang tertera adalah 638 derajat Celcius.Hal
ini memungkinkan baja karbon tersebut tidak mencapai temperature austenitenya sehingga
saat didinginkan dengan cepat dengan diquenching ke dalam air, baja karbon tersebut tidakmencapai fasa martensitnya.
2. Precipitation HardeningProses precipitation hardening ini dilakukan pada paduan Al-Cu. Setelah dilakukan proses
precipitation hardening dengan lama waktu pemanasan yang kedua berbeda-beda, maka
didapatkanlah grafik seperti di bawah ini.
Sebelum dipanaskan
dengan waktu yangberbeda-beda,
keempat specimen ini
telah dipanaskan
hingga temperature
550 derajat Celcius
selama 12 jam. Harga
Spesimen T (oC) t (menit) Kekerasan
awalKekerasanakhir
BKR 800 30 12.2 HRA 16,67 HRA
BKT 800 30 5.56 HRC 4,5 HRC
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
7/9
kekerasan setelah proses tersebut adalah 43.17 HRE untuk masing-masing specimen. Setelah
melalui pemanasan kedua, terlihat bahwa masing-masing specimen memiliki harga kekerasan
yang berbeda-beda.Pada waktu pemanasan yang hanya 10 menit, kekerasan meningkat
menjadi 46 HRE.Setelah dipanaskan selama 30 menit kekerasan menurun menjadi 34
HRE.Kekerasan juga menurun setelah dipanaskan selama 60 menit dengan harga kekerasan
menjadi 38 HRE.Akan tetapi, harga kekerasan meningkat menjadi 46 HRE setelah dipanaskan
selama 120 menit. Berdasarkan literature seperti gambar di atas, seharusnya kekerasan
meningkat terus hingga mencapai titik tertingginya lalu menurun karena mengalami
overaging. Perbedaan hasil praktikum dengan literature ini dapat disebabkan kesalahan dalam
melakukan uji keras di tahap awal dan tahap akhir terhadap specimen.Permukaan specimen
yang tidak rata dan kurang bersih berpengaruh terhadap kekerasan.Selain itu, adanya
pendinginan di udara selama beberapa saat sebelum diquenching juga dapat berpengaruh
terhadap harga kekerasan dari masing-masing specimen yang berupa paduan Al-Cu tersebut.
3.RekristalisasiProses rekristalisasi ini dilakukan dengan specimen berupa tembaga sebanyak 6 buah.
Data yang diperoleh dalam praktikum adalah sebagai berikut.
Spesimen T (oC) t (menit) Kekerasan
awal
Kekerasan
akhir
Tembaga
1 800 120 86.3 HRH 4 HRH
2 400 60 86.3 HRH 4 HRH
3 400 45 86.3 HRH 5 HRH
4 400 30 86.3 HRH 2 HRH
5 400 15 86.3 HRH 96 HRH
6 100 90 86.3 HRH 91 HRH
Dapat dilihat bahwa specimen nomer 1 sampai dengan nomer 4 mengalami penurunan harga
kekerasan, sedangkan specimen nomer 5 dan 6 mengalami kenaikan harga kekerasan. Sesuai
dengan prinsip rekristalisasi yang terdapat proses recovery, recrystallization, grain growth, di
mana akan tercipta butir-butir baru pada specimen dan butir-butir tersebut akan terus
berkembang dan membesar menggantikan butir-butir lama yang cacat atau rusak. Lalu sesuai
dengan persamaan Half-Petch di mana bila ukuran butir membesar maka harga kekerasan
akan menurun, specimen 1 sampai dengan specimen 4 telah mengalaminya. Untuk specimen
5 dan 6 yang harga kekerasannya justru meningkat, dapat disebabkan oleh waktu pemanasan
yang kurang lama dan temperature pemanasan yang kurang tinggi.
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
8/9
Berdasarkan grafik dari literatur, spesimen yang dipanaskan pada temperatur 425oC berada di daerah
rekristalisasi.Pada saat rekristalisasi seharusnya sifat material mulai kembali ke saat sebelum
mengalami cold working sehingga seharusnya kekerasan menurun. Kenaikan kekerasan pada spesimen
mungkin disebabkan karena rekristalisasi belum terjadi secara sempurnaUntuk specimen 5 dan 6
yang harga kekerasannya justru meningkat, dapat disebabkan oleh waktu pemanasan yang
kurang lama dan temperature pemanasan yang kurang tinggi.
7/31/2019 Modul a - Laporan 2
9/9
BAB V
KESIMPULAN
1. Kekerasan baja karbon rendah dan baja karbon tinggi setelah dipanaskan pada temperature800C dan diquenching dengan dicelupkan ke dalam air masing-masing adalah 16,67 HRA
dan 4,5 HRC.
2. Harga kekerasan paduan Al-Cu setelah melalui pemanasan dengan waktu 10, 30, 60, dan120 menit lalu diquenching dengan dicelupkan ke dalam air adalah 46, 34, 38, dan 46 HRE.
3. Logam Cu yang dipanaskan dengan waktu 15, 30, 45, dan 60 menit pada temperature 400 Cmemiliki kekerasan akhir sebesar 96, 2, 4, dan 5 HRH. Lalu yang dipanaskan pada
temperature 800C selama 120 menit memiliki kekerasan 4 HRH, sedangkan yang
dipanaskan pada temperature 100C selama 90 menit, harga kekerasan yang didapat adalah
91 HRH.
4. Setelah dipanaskan pada temperature 550C, paduan Al-Cu kembali dipanaskan padatemperature 200C agar terbentuk presipitat CuAl2yang akan meningkatkan kekerasanpaduan tersebut. Lama waktu pemanasan juga berpengaruh terhadap kekerasan paduan ini.
Jika terlalu lama dipanaskan maka paduan akan mengalami overaging yang justru akan
menurunkan harga kekerasan.
CU terlebih dahulu dipanaskan pada 800C lalu dilakukan pengerolan dengan reduksi sebesar50%.Setelah itu logam Cu ini kembali dipanaskan dengan temperature dan waktu yang berbeda-
beda. Bila dipanaskan di bawah setengah dari temperature meltingnya, maka proses rekristalisasitidak akan terjadi. Lalu, meskipun sudah dipanaskan di atas setengah dari temperature
meltingnya, jika terlalu cepat dipanaskan maka tidak akan terjadi rekristalisasi pula. Maka dari
itu, untuk mencapai proses rekristalisasi dibutuhkan temperature dan waktu yang sesuai.