Upload
ayu-natasha
View
64
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MODUL APLIKASI GIS
Citation preview
[PELATIHAN SIG TINGKAT DASAR]
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Dasar menggunakan perangkat lunak utama ArcGIS 9.3
ISI MODUL : KONSEP
EDITING INPUT DATA LABELING
LAYOUT
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 1
BAB I
KONSEP PEMETAAN DIGITAL
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
1.1 Peta
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas
maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan
proyeksi tertentu. Adanya batasan skala, proyeksi, dan unsur (baik obyek maupun
fenomena) yang dipetakan menyebabkan peta tidak akan pernah selengkap dan
sedetail aslinya (permukaan bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan
pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.
1.2 Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah proses pemindahan detil permukaan bumi (globe) yang
merupakan bentuk 3 dimensi ke bidang datar yaitu bentuk 2 dimensi. Pada
dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan
sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-
langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan
distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar.
1.2.1 Beberapa Jenis Proyeksi Peta
1.2.1.1 Mempertahankan Sifat Aslinya
1. Luas permukaan yang tetap (ekuivalen)
2. Bentuk yang tetap (konform)
3. Jarak yang tetap (ekuidistan)
Perbandingan perbedaan sistem proyeksi peta untuk daerah yang sama dapat
dilihat pada jaring-jaring proyeksi peta berikut:
Gambar 1. Beberapa jaring-jaring proyeksi untuk daerah pemetaan yang sama.
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 2
1.2.1.2 Berdasar Bidang Proyeksi yang Digunakan
Bidang Datar Bidang Silinder
Bidang Kerucut
Gambar 2. Proyeksi Peta berdasarkan bidang yang digunakan
1.2.2 Proyeksi Universe Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi UTM
menjadi standar untuk pemetaan topografi.
1.2.2.1 Sifat-sifat Proyeksi UTM
Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola
bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar.
Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.
Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6° sehingga
bola bumi dibagi menjadi 60 zone.
Perbesaran (faktor skala) pada meridian tengah adalah 0,9996.
Daerah yang memiliki akurasi skala paling tinggi adalah pada garis
meridian standar (faktor skala 1).
Sistem Proyeksi UTM memakai unit meter.
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 3
1.2.2.2 Sistem Koordinat UTM
Gambar 3. Sistem Koordinat pada suatu zona UTM
Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah
dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah
utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk
perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.
Gambar 4. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia
Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone UTM,
dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian
sentral 93° – 141° BT).
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 4
1.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya
akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan
untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).
Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:
”Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk
memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi
berbasis geografis ”
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah
data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat
menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.
1.3.1 Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang memiliki orientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu
sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang
membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi
deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi
datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis
vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
1.3.1.1 Representasi Data Spasial
Obyek maupun fenomena di permukaan bumi ini dapat direpresentasikan ke dalam 3
buah unsur; yaitu: titik (point), garis (garis), dan poligon (area). Pemilihan unsur data
spasial ditentukan oleh beberapa hal, seperti tujuan pemetaan dan skala pemetaan
(aspek generalisasi). Sebagai gambaran, obyek bangunan secara individual dapat
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 5
direpresentasikan sebagai poligon pada skala pemetaan 1:5.000, tetapi ketika
dipetakan pada skala 1:25.000 bangunan lebih representatif bila dipetakan secara titik.
1.3.1.2 Format Data Spasial
Format Data Vektor
Format data vektor merepresentasikan gambaran obyek/fenomena
permukaan bumi yang dipetakan melalui kumpulan titik (vertex) yang secara
matematis posisinya dapat dihitung dengan diagram cartesian. Obyek garis
digambarkan dengan kumpulan beberapa titik yang saling tergabung, memiliki
ujung dan pangkal. Sementara obyek poligon digambarkan dengan kumpulan
titik yang membentuk garis di mana titik ujung dan pangkal garis tersebut
berada pada posisi yang sama. Format vektor memiliki keunggulan pada presisi
yang tinggi dalam pengukuran (panjang, luas, keliling), dengan asumsi data
tersebut dibuat dengan metode yang benar. Selain itu secara visual
tampilan data vektor relatif lebih baik dibandingkan format data
raster.
Dalam modul pelatihan kali ini data vektor yang dipelajari terbagi dan
merepresentasikan data :
- Point : Titik administrasi (Ibukota, kota-kota), Titik Trasnportasi (Bandara, Pelabuhan)
- Line : Jalan, Batas Administrasi (Batas Provinsi, Kabupaten, Kecamatan)
- Poligon : Wilayah/area (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan)
Format Data Raster
Format data raster merepresentasikan gambar dengan menggunakan piksel
atau cell sebagai penyusun gambar terkecil. Format data raster banyak
berkaitan dengan data hasil pengolahan Penginderaan Jauh. Semakin kecil
ukuran piksel artinya resolusinya semakin tinggi. Ukuran piksel selalu
berkaitan dengan tingkat kedetilan pemetaan dan skala pemetaan yang
diperkenankan. Ukuran piksel juga menentukan tingkat akurasi pada
pengukuran (panjang, luas, keliling) yang dilakukan. Walaupun secara visual
tampilannya lebih ‘kasar’ bila dibandingkan dengan format data vektor, tetapi
format raster jauh lebih powerful dan lebih fleksibel saat digunakan untuk
pemodelan yang berbasis grid dan membutuhkan analisa yang bersifat
gradatif.
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 6
1.3.1.3 Sumber Data Spasial
Sebagai komponen utama dalam SIG, data spasial dapat diperoleh melalui berbagai
sumber maupun proses, antara lain sebagai berikut:
1. Peta Analog (versi cetak)
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta
dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik
kartografi, umumnya memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala,
arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG, sebagai keperluan
sumber data peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara
mengkonversi peta raster (hasil scanning peta analog) menjadi peta vektor
ataupun peta raster yang terklasifikasi. Salah satunya melalui proses digitasi.
2. Data Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),
merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya
secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam
satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa
memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data
ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.
3. Hasil Pengukuran Lapangan
Data primer hasil pengukuran lapangan dapat diintegrasikan dengan peta
dalam SIG. Proses spasialisasi data ini dapat berupa interpolasi, pengolahan
data atribut, dan sebagainya. Contoh dari data hasil pengukuran lapangan
misalnya data GPS, tekstur tanah, kedalaman tanah, dsb.
1.3.2 Fungsi SIG
Beberapa fungsi SIG antara lain adalah:
1. Mapping
SIG dapat berfungsi sebagai alat untuk melakukan proses pemetaan. SIG dapat
mengakomodasi semua proses pemetaan, mulai dari penyiapan data,
pengolahan, simbolisasi dan layout peta, hingga analisis dasar pada peta.
2. Measuring
SIG mampu mengakomodasi berbagai proses ekstraksi dasar pada peta,
yaitu proses pengukuran. Dengan berbasis pada sistem proyeksi, SIG dapat
melakukan berbagai pengukuran baik yang bersifat dasar (posisi, panjang, luas)
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 7
hingga pengukuran yang sifatnya spasial, misalnya pengukuran pola sebaran
obyek titik (mengukur tingkat klusterisasi obyek), dsb.
3. Modelling
SIG dapat berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan kondisi atau fenomena
yang telah maupun akan terjadi di permukaan bumi melalui pemodelan
spasial. Misalnya pemodelan raster untuk memetakan zonasi rawan banjir,
pemodelan tumpang susun untuk memetakan arahan penggunaan lahan, dsb.
4. Monitoring
Sistem basis data yang terstruktur pada SIG dapat menjadi alat yang penting
dalam memanajemen dan mengolah data yang bersifat temporal dan spasial,
khususnya dalam kaitannya dengan proses pengawasan.
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 8
BAB II
PENGAKTIFAN TOOLBAR
1. Buka Arcmap dan diperoleh tampilan layar yang merupakan basic default dari instalasi awal Arggis 9.3
2. Aktifkan atau memunculkan “Toolbar” yang akan digunakan
3. Atur “Toolbar” yang telah dipilih dengan cara klik – tahan pada bagian toolbar yang telah dimunculkan dan geser ke tempat yang diinginkan atau dapat sesuai dengan gambar dibawah ini.
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 9
BAB III
MEMBUKA PROJECT DAN MUNCULKAN LOKASI WILAYAH
1. Klik “File” pada bagian pojok kiri atas lalu pilih “Open”
2. Buka Folder “Wilayah 3 Indonesia” lalu pilih wilayah 3 Indoneia Project (1) dan klik Open (2)
3. Penampilan setelah klik “Open”
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 10
4. Pada “layer Provinsi” hilangkan centang wilayah provinsi dan pulau lain yang tidak ingin ditampilkan dan hanya ingin menampilkan Provinsi masing-masing
5. Untuk memunculkan wilayah kabupaten saja, caranya :
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 11
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 12
6. Hasil penampakan setelah di “Zoom To Layer” contoh gambar : Kab. Wajo, Prov. Sulawesi Selatan
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 13
BAB IV
ADD FIELD DATA ATRIBUT
1. Tambahkan kolom pada tabel atribut di layer “Jaringan Jalan Wilyah” untuk menambahkan informasi yang ingin ditampilkan
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 14
2. Tulis “Name” = No_Ruas, pilih “Type” = Text dan “Length” = 10, kemudian Klik “OK”
3. Invalid Field bila pengisian “Name” menggunakan spasi, bila terjadi seperti ini klik “Yes”
4. Tambahkan “Field” lagi sesuai urutan no.1 gambar kedua di atas, tetapi Tulis “Name” = Nama_Ruas, pilih “Type” = Text dan “Length” = 50, kemudian Klik “OK”. Dapat dilihat gambar dibawah ini setelah ditambahkan dua field baru pada tabel atribut. Setelah itu klik tanda silang dan lanjutkan proses Bab V
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 15
BAB V
PROSES EDITING (MEMBAGI RUAS JALAN)
1. Fungsi-fungsi dari “Editor Tools”
1. Menu untuk melakukan edit
2. “Edit Tool” untuk memilih objek yang ingin di edit
3. “Sketch Tool” untuk menggambar titik, garis, dan poligon
4. Fungsi untuk mengedit
5. Feature yang dipilih untuk di edit
6. “Split” untuk memisah feature line/garis menjadi dua atau beberapa bagian
7. “Rotate” untuk memutar feature
8. Untuk membuka data atribut feature yang sedang di edit
9. Untuk melihat koordinat tiap titik digitasi yang dibuat dalam proses editing
10.
2. Memulai proses editing data/feature jalan, Klik “Editor” pada Toolbar, kemudian Klik “Start Editing”, lalu pilih Feature Jalan sebagai objek yang ingin di edit dan Klik “OK”
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 16
3. Aktifkan “Snapping” terlebih dahulu, agar target feature yang di edit dapat menempel secara presisi atau pas.
4. Memulai editing dengan cara memotong feature line “Jaringan Jalan Wilayah 3” dengan Menggunakan “Split” untuk membagi ruas-ruas jalan
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 17
5. Setelah terpisah isi data atribut masing-masing feature pada field “No_Ruas” dan “Nama_Ruas”
6. Setelah data atribut sudah diisi (Contoh salah satu ruas jalan di Kab. Wajo, Prov. Sulawesi Selatan)
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 18
BAB VI
PROSES EDITING (MENAMBAH TITIK ANTAR RUAS JALAN)
1. Menambahkan Titik/Point pada tiap ruas jalan agar terlihat batasan antara ruas jalan satu dengan ruas jalan lainnya, pertama munculkan feature “Titik Antar Ruas” dengan ikuti langkah 1,2,3,4 dibawah ini
2. Setelah feature dimunculkan, mulai proses dengan merubah simbol “Titik Antar Ruas” yang akan ditampilkan pada peta
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 19
3. Kemudian mulai proses editing dengan memilih “Sketch Tool” dan merubah target feature menjadi “Titik Antar Ruas”
4. Arahkan dan tekan “Klik” pada ujung tiap feature yang sudah di potong atau sudah melalui proses “Split” sebagai batas tiap ruas
Titik/Point Ruas
Titik/Point Ruas
Titik pemotongan/Split
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 20
BAB VII
PROSES EDITING
(MENAMBAHKAN DAN MENGGABUNGKAN RUAS JALAN)
1. Menambahkan dan menggabungkan (Merge) ruas jalan dengan memulai digitasi, kembali ke “Editor Tools” pilih pada “Sketch Tools” dan rubah “Target” menjadi “Jaringan Jalan Wilayah 3”
2. Memulai digitasi pada bagian yang ingin ditambahkan jalannya
3. Selesai mendigitasi atau ”Finish Sketch”
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 21
4. Dua feature jalan yang masih terpisah
5. Proses penggabungan ruas jalan (Merge)
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 22
6. Setelah ruas jalan sudah digabungkan (Merge), dua feature menjadi satu kesatuan dan memiliki isi data atribut yang sama
7. Save edit (Menyimpan hasil editing), dapat dilakukan sesering mungkin dalam proses editing
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 23
BAB VIII
PROSES EDITING (LABELING)
1. Labeling merupakan cara untuk memunculkan informasi atau isi data dalam tabel atribut agar terlihat/muncul pada peta
2. Pilih informasi dari data atribut yang ingin dimunculkan di peta pada settingan “Labels” dalam “Layer Properties”. Pilih “No_Ruas” pada Label Field
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 24
3. Informasi yang muncul pada peta merupakan “No_Ruas” dari isi data atribut
4. Stop Editing
Informasi “No_Ruas” yang muncul
sesuai ketetapan ukuran font 4
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 25
BAB IX
MENAMBAHKAN DATA PENDUKUNG
(TITIK ADMINISTRASI / TITIK PUSAT TRANSPORTASI)
1. Menambahkan point/titik pada feature seperti titik administrasi (Kota dan Ibukota) ataupun pusat transportasi (Bandara dan Pelabuhan) dan cara yang dilakukan sama dengan cara penambahan “Titik Antar Ruas Jalan” seperti yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, hanya berbeda pada pengisian pada isi data atribut. Contoh pada gambar dibawah ini penambahan Point “Titik Transportasi”
2. Menambahkan point/titik
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 26
3. Mengisi data atribut titik baru
4. Hasil setelah data atribut sudah terisi
5. Jangan lupa untuk melakukan “Save Edit” dan “Stop Edit” bila sudah selesai melakukan editing pada feature.
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 27
BAB X
MENAMBAHKAN DATA PENDUKUNG
(INPUT DATA KOORDINAT XY DARI EXCEL MAUPUN GPS)
1.1 Input Data Koordinat
Langkah Kerja :
Ketik data seperti pada kolom di bawah dengan software exel. Pada koordinat Y nilai
dalam tabel diberi tanda ( – ) didepannya agar software dapat membaca informasi
tersebut.
Setelah selesai disimpan di folder xls dan diberi nama ‘koordinat’ dan tutup program
excel save DBF4 (.*dbf)
1.2 Menampilkan titik-titik koordinat UTM pada peta
1. Buka program ArcMap dari Start Menu => Programs => ArcGIS => ArcMap atau dari
Desktop ArcCatalog dengan mengklik icon
2. Untuk menampilkan titik koordinat, dapat diakses melalui menu Tools => Add XY
Data, maka akan muncul dialog box seperti dibawah ini, cari data koordinat yang
disimpan dalam folder xls.
X Y
110.6790 -7.761
110.6680 -7.755
110.6720 -7.757
110.6680 -7.759
110.6690 -7.764
110.6830 -7.768
110.6640 -7.77
110.6780 -7.775
110.6820 -7.777
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 28
Koordinat tersebut belum memiliki satuan atau Unknown Coordinate System, maka klik
edit select Geographic Coordinate SystemsWorldWGS 1984.prj seperti pada
gambar dibawah ini.
3. Klik OK dan sekarang perhatikanlah bahwa pada kotak posisi dibawah koordinat baca
akan berubah dari satuan Unknown Units berubah kesatuan Meters
4. Ekspor Data agar data XY dapat menjadi feature atau shapefile yang terbaca di
Arggis, dengan cara Klik kanan pada layer yang menampilkan data XY
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 29
1.3 INPUT DATA DARI GPS
Langkah Kerja
- Nyalakan GPS
- Masukkan kabel data kedalam slot USB
- Input data GPS dengan menggunakan software DNR Garmin
- Buka software DNR Garmin
- Klik File – Load From File – cari penyimpanan data GPS dengan format (*.gpx) – Open
- Pilih “Feature Type” Waypoint – Klik Oke
- Setelah itu simpan File dengan cara Klik File – Save To – Arcmap – Shapefile Layer
(Pada saat penyimpanan file dengan format Shapefile, software Arggis dalam posisi
terbuka)
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 30
BAB XI
EDITING LAYOUT PETA
1. Fungsi-fungsi dari “Layout Tools”
1. “Zoom in” secara manual
2. “ Zoom out” secara manual
3. “Pan” untuk menggeser layout bukan peta
4. “Zoom in” secara otomatis/langsung
5. “ Zoom out” secara otomatis/langsung
6. “Zoom To Whole Page” untuk menampilkan layout secara keseluruhan
7. “Zoom To 100%” untuk menampilkan ukuran yang sebenarnya
2. Merubah tampilan dari “Data View” menjadi “Layout View”
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 31
3. “Zoom To Layer” pada wilayah yang ingin di layout
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 32
4. Cara Zoom pada saat melakukan layout dengan menggunakan “Layout Tools”
5. “Zoom In” terhadap data yang ingin di edit
6. “Zoom In” terhadap data yang ingin di edit, kemudian klik kanan pada bagian text yang ingin diubah, lalu pilih “Properties”
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 33
7. Setelah itu merubah isi konten text sesuaikan dengan wilayah yang sedang dikerjakan, dan hanya merubah konten text yang diberi blog warna biru seperti dibawah ini, kemudian Klik “OK”
8. Lakukan hal serupa pada konten-konten text lain yang perlu dirubah
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 34
9. Melakukan editing pada “Scale Bar” agar dapat disesuaikan
10. Editing Layer pada “INSET”
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 35
11. Tampilkan wilayah pada INSET sesuai dengan Provinsi atau Kabupaten masing-masing, sesuai langkah-langkah pada gambar dibawah ini
12. “Zoom In” pada wilayah yang ingin ditampilkan pada INSET
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 36
13. Menggeser ke kanan, kiri, atas, bawah dengan menggunakan tombol “Pan”
14. Menambahkan informasi/Keterangan nama laut atau keterangan-keterangan yang lain. Contoh dibawah ini adalah pemberian Keterangan Nama Laut
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 37
Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 38
15. Export hasil Layout Peta