39
[PELATIHAN SIG TINGKAT DASAR] Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Dasar menggunakan perangkat lunak utama ArcGIS 9.3 ISI MODUL : KONSEP EDITING INPUT DATA LABELING LAYOUT

Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MODUL APLIKASI GIS

Citation preview

Page 1: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

[PELATIHAN SIG TINGKAT DASAR]

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Dasar menggunakan perangkat lunak utama ArcGIS 9.3

ISI MODUL : KONSEP

EDITING INPUT DATA LABELING

LAYOUT

Page 2: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 1

BAB I

KONSEP PEMETAAN DIGITAL

DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

1.1 Peta

Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas

maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan

proyeksi tertentu. Adanya batasan skala, proyeksi, dan unsur (baik obyek maupun

fenomena) yang dipetakan menyebabkan peta tidak akan pernah selengkap dan

sedetail aslinya (permukaan bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan

pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.

1.2 Proyeksi Peta

Proyeksi peta adalah proses pemindahan detil permukaan bumi (globe) yang

merupakan bentuk 3 dimensi ke bidang datar yaitu bentuk 2 dimensi. Pada

dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan

sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-

langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan

distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar.

1.2.1 Beberapa Jenis Proyeksi Peta

1.2.1.1 Mempertahankan Sifat Aslinya

1. Luas permukaan yang tetap (ekuivalen)

2. Bentuk yang tetap (konform)

3. Jarak yang tetap (ekuidistan)

Perbandingan perbedaan sistem proyeksi peta untuk daerah yang sama dapat

dilihat pada jaring-jaring proyeksi peta berikut:

Gambar 1. Beberapa jaring-jaring proyeksi untuk daerah pemetaan yang sama.

Page 3: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 2

1.2.1.2 Berdasar Bidang Proyeksi yang Digunakan

Bidang Datar Bidang Silinder

Bidang Kerucut

Gambar 2. Proyeksi Peta berdasarkan bidang yang digunakan

1.2.2 Proyeksi Universe Transverse Mercator (UTM)

Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi UTM

menjadi standar untuk pemetaan topografi.

1.2.2.1 Sifat-sifat Proyeksi UTM

Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola

bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar.

Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.

Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6° sehingga

bola bumi dibagi menjadi 60 zone.

Perbesaran (faktor skala) pada meridian tengah adalah 0,9996.

Daerah yang memiliki akurasi skala paling tinggi adalah pada garis

meridian standar (faktor skala 1).

Sistem Proyeksi UTM memakai unit meter.

Page 4: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 3

1.2.2.2 Sistem Koordinat UTM

Gambar 3. Sistem Koordinat pada suatu zona UTM

Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah

dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah

utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk

perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.

Gambar 4. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia

Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone UTM,

dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian

sentral 93° – 141° BT).

Page 5: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 4

1.3 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya

akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan

untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).

Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:

”Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data

geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk

memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,

mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi

berbasis geografis ”

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik

tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan

hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah

data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem

koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat

menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan.

Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.

1.3.1 Data Spasial

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu

sebuah data yang memiliki orientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu

sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang

membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi

deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini :

1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat

geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi

datum dan proyeksi.

2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang

memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis

vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

1.3.1.1 Representasi Data Spasial

Obyek maupun fenomena di permukaan bumi ini dapat direpresentasikan ke dalam 3

buah unsur; yaitu: titik (point), garis (garis), dan poligon (area). Pemilihan unsur data

spasial ditentukan oleh beberapa hal, seperti tujuan pemetaan dan skala pemetaan

(aspek generalisasi). Sebagai gambaran, obyek bangunan secara individual dapat

Page 6: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 5

direpresentasikan sebagai poligon pada skala pemetaan 1:5.000, tetapi ketika

dipetakan pada skala 1:25.000 bangunan lebih representatif bila dipetakan secara titik.

1.3.1.2 Format Data Spasial

Format Data Vektor

Format data vektor merepresentasikan gambaran obyek/fenomena

permukaan bumi yang dipetakan melalui kumpulan titik (vertex) yang secara

matematis posisinya dapat dihitung dengan diagram cartesian. Obyek garis

digambarkan dengan kumpulan beberapa titik yang saling tergabung, memiliki

ujung dan pangkal. Sementara obyek poligon digambarkan dengan kumpulan

titik yang membentuk garis di mana titik ujung dan pangkal garis tersebut

berada pada posisi yang sama. Format vektor memiliki keunggulan pada presisi

yang tinggi dalam pengukuran (panjang, luas, keliling), dengan asumsi data

tersebut dibuat dengan metode yang benar. Selain itu secara visual

tampilan data vektor relatif lebih baik dibandingkan format data

raster.

Dalam modul pelatihan kali ini data vektor yang dipelajari terbagi dan

merepresentasikan data :

- Point : Titik administrasi (Ibukota, kota-kota), Titik Trasnportasi (Bandara, Pelabuhan)

- Line : Jalan, Batas Administrasi (Batas Provinsi, Kabupaten, Kecamatan)

- Poligon : Wilayah/area (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan)

Format Data Raster

Format data raster merepresentasikan gambar dengan menggunakan piksel

atau cell sebagai penyusun gambar terkecil. Format data raster banyak

berkaitan dengan data hasil pengolahan Penginderaan Jauh. Semakin kecil

ukuran piksel artinya resolusinya semakin tinggi. Ukuran piksel selalu

berkaitan dengan tingkat kedetilan pemetaan dan skala pemetaan yang

diperkenankan. Ukuran piksel juga menentukan tingkat akurasi pada

pengukuran (panjang, luas, keliling) yang dilakukan. Walaupun secara visual

tampilannya lebih ‘kasar’ bila dibandingkan dengan format data vektor, tetapi

format raster jauh lebih powerful dan lebih fleksibel saat digunakan untuk

pemodelan yang berbasis grid dan membutuhkan analisa yang bersifat

gradatif.

Page 7: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 6

1.3.1.3 Sumber Data Spasial

Sebagai komponen utama dalam SIG, data spasial dapat diperoleh melalui berbagai

sumber maupun proses, antara lain sebagai berikut:

1. Peta Analog (versi cetak)

Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta

dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik

kartografi, umumnya memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala,

arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG, sebagai keperluan

sumber data peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara

mengkonversi peta raster (hasil scanning peta analog) menjadi peta vektor

ataupun peta raster yang terklasifikasi. Salah satunya melalui proses digitasi.

2. Data Penginderaan Jauh

Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya),

merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya

secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam

satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa

memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data

ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

3. Hasil Pengukuran Lapangan

Data primer hasil pengukuran lapangan dapat diintegrasikan dengan peta

dalam SIG. Proses spasialisasi data ini dapat berupa interpolasi, pengolahan

data atribut, dan sebagainya. Contoh dari data hasil pengukuran lapangan

misalnya data GPS, tekstur tanah, kedalaman tanah, dsb.

1.3.2 Fungsi SIG

Beberapa fungsi SIG antara lain adalah:

1. Mapping

SIG dapat berfungsi sebagai alat untuk melakukan proses pemetaan. SIG dapat

mengakomodasi semua proses pemetaan, mulai dari penyiapan data,

pengolahan, simbolisasi dan layout peta, hingga analisis dasar pada peta.

2. Measuring

SIG mampu mengakomodasi berbagai proses ekstraksi dasar pada peta,

yaitu proses pengukuran. Dengan berbasis pada sistem proyeksi, SIG dapat

melakukan berbagai pengukuran baik yang bersifat dasar (posisi, panjang, luas)

Page 8: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 7

hingga pengukuran yang sifatnya spasial, misalnya pengukuran pola sebaran

obyek titik (mengukur tingkat klusterisasi obyek), dsb.

3. Modelling

SIG dapat berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan kondisi atau fenomena

yang telah maupun akan terjadi di permukaan bumi melalui pemodelan

spasial. Misalnya pemodelan raster untuk memetakan zonasi rawan banjir,

pemodelan tumpang susun untuk memetakan arahan penggunaan lahan, dsb.

4. Monitoring

Sistem basis data yang terstruktur pada SIG dapat menjadi alat yang penting

dalam memanajemen dan mengolah data yang bersifat temporal dan spasial,

khususnya dalam kaitannya dengan proses pengawasan.

Page 9: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 8

BAB II

PENGAKTIFAN TOOLBAR

1. Buka Arcmap dan diperoleh tampilan layar yang merupakan basic default dari instalasi awal Arggis 9.3

2. Aktifkan atau memunculkan “Toolbar” yang akan digunakan

3. Atur “Toolbar” yang telah dipilih dengan cara klik – tahan pada bagian toolbar yang telah dimunculkan dan geser ke tempat yang diinginkan atau dapat sesuai dengan gambar dibawah ini.

Page 10: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 9

BAB III

MEMBUKA PROJECT DAN MUNCULKAN LOKASI WILAYAH

1. Klik “File” pada bagian pojok kiri atas lalu pilih “Open”

2. Buka Folder “Wilayah 3 Indonesia” lalu pilih wilayah 3 Indoneia Project (1) dan klik Open (2)

3. Penampilan setelah klik “Open”

Page 11: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 10

4. Pada “layer Provinsi” hilangkan centang wilayah provinsi dan pulau lain yang tidak ingin ditampilkan dan hanya ingin menampilkan Provinsi masing-masing

5. Untuk memunculkan wilayah kabupaten saja, caranya :

Page 12: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 11

Page 13: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 12

6. Hasil penampakan setelah di “Zoom To Layer” contoh gambar : Kab. Wajo, Prov. Sulawesi Selatan

Page 14: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 13

BAB IV

ADD FIELD DATA ATRIBUT

1. Tambahkan kolom pada tabel atribut di layer “Jaringan Jalan Wilyah” untuk menambahkan informasi yang ingin ditampilkan

Page 15: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 14

2. Tulis “Name” = No_Ruas, pilih “Type” = Text dan “Length” = 10, kemudian Klik “OK”

3. Invalid Field bila pengisian “Name” menggunakan spasi, bila terjadi seperti ini klik “Yes”

4. Tambahkan “Field” lagi sesuai urutan no.1 gambar kedua di atas, tetapi Tulis “Name” = Nama_Ruas, pilih “Type” = Text dan “Length” = 50, kemudian Klik “OK”. Dapat dilihat gambar dibawah ini setelah ditambahkan dua field baru pada tabel atribut. Setelah itu klik tanda silang dan lanjutkan proses Bab V

Page 16: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 15

BAB V

PROSES EDITING (MEMBAGI RUAS JALAN)

1. Fungsi-fungsi dari “Editor Tools”

1. Menu untuk melakukan edit

2. “Edit Tool” untuk memilih objek yang ingin di edit

3. “Sketch Tool” untuk menggambar titik, garis, dan poligon

4. Fungsi untuk mengedit

5. Feature yang dipilih untuk di edit

6. “Split” untuk memisah feature line/garis menjadi dua atau beberapa bagian

7. “Rotate” untuk memutar feature

8. Untuk membuka data atribut feature yang sedang di edit

9. Untuk melihat koordinat tiap titik digitasi yang dibuat dalam proses editing

10.

2. Memulai proses editing data/feature jalan, Klik “Editor” pada Toolbar, kemudian Klik “Start Editing”, lalu pilih Feature Jalan sebagai objek yang ingin di edit dan Klik “OK”

Page 17: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 16

3. Aktifkan “Snapping” terlebih dahulu, agar target feature yang di edit dapat menempel secara presisi atau pas.

4. Memulai editing dengan cara memotong feature line “Jaringan Jalan Wilayah 3” dengan Menggunakan “Split” untuk membagi ruas-ruas jalan

Page 18: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 17

5. Setelah terpisah isi data atribut masing-masing feature pada field “No_Ruas” dan “Nama_Ruas”

6. Setelah data atribut sudah diisi (Contoh salah satu ruas jalan di Kab. Wajo, Prov. Sulawesi Selatan)

Page 19: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 18

BAB VI

PROSES EDITING (MENAMBAH TITIK ANTAR RUAS JALAN)

1. Menambahkan Titik/Point pada tiap ruas jalan agar terlihat batasan antara ruas jalan satu dengan ruas jalan lainnya, pertama munculkan feature “Titik Antar Ruas” dengan ikuti langkah 1,2,3,4 dibawah ini

2. Setelah feature dimunculkan, mulai proses dengan merubah simbol “Titik Antar Ruas” yang akan ditampilkan pada peta

Page 20: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 19

3. Kemudian mulai proses editing dengan memilih “Sketch Tool” dan merubah target feature menjadi “Titik Antar Ruas”

4. Arahkan dan tekan “Klik” pada ujung tiap feature yang sudah di potong atau sudah melalui proses “Split” sebagai batas tiap ruas

Titik/Point Ruas

Titik/Point Ruas

Titik pemotongan/Split

Page 21: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 20

BAB VII

PROSES EDITING

(MENAMBAHKAN DAN MENGGABUNGKAN RUAS JALAN)

1. Menambahkan dan menggabungkan (Merge) ruas jalan dengan memulai digitasi, kembali ke “Editor Tools” pilih pada “Sketch Tools” dan rubah “Target” menjadi “Jaringan Jalan Wilayah 3”

2. Memulai digitasi pada bagian yang ingin ditambahkan jalannya

3. Selesai mendigitasi atau ”Finish Sketch”

Page 22: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 21

4. Dua feature jalan yang masih terpisah

5. Proses penggabungan ruas jalan (Merge)

Page 23: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 22

6. Setelah ruas jalan sudah digabungkan (Merge), dua feature menjadi satu kesatuan dan memiliki isi data atribut yang sama

7. Save edit (Menyimpan hasil editing), dapat dilakukan sesering mungkin dalam proses editing

Page 24: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 23

BAB VIII

PROSES EDITING (LABELING)

1. Labeling merupakan cara untuk memunculkan informasi atau isi data dalam tabel atribut agar terlihat/muncul pada peta

2. Pilih informasi dari data atribut yang ingin dimunculkan di peta pada settingan “Labels” dalam “Layer Properties”. Pilih “No_Ruas” pada Label Field

Page 25: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 24

3. Informasi yang muncul pada peta merupakan “No_Ruas” dari isi data atribut

4. Stop Editing

Informasi “No_Ruas” yang muncul

sesuai ketetapan ukuran font 4

Page 26: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 25

BAB IX

MENAMBAHKAN DATA PENDUKUNG

(TITIK ADMINISTRASI / TITIK PUSAT TRANSPORTASI)

1. Menambahkan point/titik pada feature seperti titik administrasi (Kota dan Ibukota) ataupun pusat transportasi (Bandara dan Pelabuhan) dan cara yang dilakukan sama dengan cara penambahan “Titik Antar Ruas Jalan” seperti yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya, hanya berbeda pada pengisian pada isi data atribut. Contoh pada gambar dibawah ini penambahan Point “Titik Transportasi”

2. Menambahkan point/titik

Page 27: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 26

3. Mengisi data atribut titik baru

4. Hasil setelah data atribut sudah terisi

5. Jangan lupa untuk melakukan “Save Edit” dan “Stop Edit” bila sudah selesai melakukan editing pada feature.

Page 28: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 27

BAB X

MENAMBAHKAN DATA PENDUKUNG

(INPUT DATA KOORDINAT XY DARI EXCEL MAUPUN GPS)

1.1 Input Data Koordinat

Langkah Kerja :

Ketik data seperti pada kolom di bawah dengan software exel. Pada koordinat Y nilai

dalam tabel diberi tanda ( – ) didepannya agar software dapat membaca informasi

tersebut.

Setelah selesai disimpan di folder xls dan diberi nama ‘koordinat’ dan tutup program

excel save DBF4 (.*dbf)

1.2 Menampilkan titik-titik koordinat UTM pada peta

1. Buka program ArcMap dari Start Menu => Programs => ArcGIS => ArcMap atau dari

Desktop ArcCatalog dengan mengklik icon

2. Untuk menampilkan titik koordinat, dapat diakses melalui menu Tools => Add XY

Data, maka akan muncul dialog box seperti dibawah ini, cari data koordinat yang

disimpan dalam folder xls.

X Y

110.6790 -7.761

110.6680 -7.755

110.6720 -7.757

110.6680 -7.759

110.6690 -7.764

110.6830 -7.768

110.6640 -7.77

110.6780 -7.775

110.6820 -7.777

Page 29: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 28

Koordinat tersebut belum memiliki satuan atau Unknown Coordinate System, maka klik

edit select Geographic Coordinate SystemsWorldWGS 1984.prj seperti pada

gambar dibawah ini.

3. Klik OK dan sekarang perhatikanlah bahwa pada kotak posisi dibawah koordinat baca

akan berubah dari satuan Unknown Units berubah kesatuan Meters

4. Ekspor Data agar data XY dapat menjadi feature atau shapefile yang terbaca di

Arggis, dengan cara Klik kanan pada layer yang menampilkan data XY

Page 30: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 29

1.3 INPUT DATA DARI GPS

Langkah Kerja

- Nyalakan GPS

- Masukkan kabel data kedalam slot USB

- Input data GPS dengan menggunakan software DNR Garmin

- Buka software DNR Garmin

- Klik File – Load From File – cari penyimpanan data GPS dengan format (*.gpx) – Open

- Pilih “Feature Type” Waypoint – Klik Oke

- Setelah itu simpan File dengan cara Klik File – Save To – Arcmap – Shapefile Layer

(Pada saat penyimpanan file dengan format Shapefile, software Arggis dalam posisi

terbuka)

Page 31: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 30

BAB XI

EDITING LAYOUT PETA

1. Fungsi-fungsi dari “Layout Tools”

1. “Zoom in” secara manual

2. “ Zoom out” secara manual

3. “Pan” untuk menggeser layout bukan peta

4. “Zoom in” secara otomatis/langsung

5. “ Zoom out” secara otomatis/langsung

6. “Zoom To Whole Page” untuk menampilkan layout secara keseluruhan

7. “Zoom To 100%” untuk menampilkan ukuran yang sebenarnya

2. Merubah tampilan dari “Data View” menjadi “Layout View”

Page 32: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 31

3. “Zoom To Layer” pada wilayah yang ingin di layout

Page 33: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 32

4. Cara Zoom pada saat melakukan layout dengan menggunakan “Layout Tools”

5. “Zoom In” terhadap data yang ingin di edit

6. “Zoom In” terhadap data yang ingin di edit, kemudian klik kanan pada bagian text yang ingin diubah, lalu pilih “Properties”

Page 34: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 33

7. Setelah itu merubah isi konten text sesuaikan dengan wilayah yang sedang dikerjakan, dan hanya merubah konten text yang diberi blog warna biru seperti dibawah ini, kemudian Klik “OK”

8. Lakukan hal serupa pada konten-konten text lain yang perlu dirubah

Page 35: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 34

9. Melakukan editing pada “Scale Bar” agar dapat disesuaikan

10. Editing Layer pada “INSET”

Page 36: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 35

11. Tampilkan wilayah pada INSET sesuai dengan Provinsi atau Kabupaten masing-masing, sesuai langkah-langkah pada gambar dibawah ini

12. “Zoom In” pada wilayah yang ingin ditampilkan pada INSET

Page 37: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 36

13. Menggeser ke kanan, kiri, atas, bawah dengan menggunakan tombol “Pan”

14. Menambahkan informasi/Keterangan nama laut atau keterangan-keterangan yang lain. Contoh dibawah ini adalah pemberian Keterangan Nama Laut

Page 38: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 37

Page 39: Modul Pelatihan ArcGis 9.3 Ditbinlak Wilayah-3

Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis 38

15. Export hasil Layout Peta