Upload
hadat
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Morfologi Aksesi Sagu di
Hiripau, Distrik Mimika Timur,
Timika, Provinsi Papua
Muhammad Iqbal Nurulhaq1, Muhammad Hasjim Bintoro2, Supijatno2
Pendahuluan
Sagu merupakantanaman penghasilkarbohidrat yang
potensial rata-rata pati yang dihasilkan300 kg-600 kg/pohon
Di indonesia Sagutersebar di wilayah
Sumatera, KepulauanRiau, Kalimantan,
Sulawesi, KepulauanMaluku, Papua, dan
Jawa.
DAERAH LUAS (Ha)
Maluku 60 000
Sulawesi 30 000
Kalimanta 20 000
Sumatera 30 000
Kepulauan Riau 20 000
Scale 1 : 35.000.000
Sago area
Bintoro et al, 2014
DAERAH LUAS (Ha)
Kep Mentawai 10 000
Papua 4 749 424
Papua Barat 510 213
Lain-lain 150 000
Total 5 519 637
Keragaman populasitanaman sagu di indonesiamerupakan yang terbesar
di dunia.
Lebih dari 50% populasisagu dunia dimiliki
Indonesia dan 90% daripopulasi tersebut
ditemukan di papua danpapua barat (Bintoro et al
2010)
Papua merupakan center of origin dari tanaman sagu, akan tetapi masih sedikit penelitian mengenaikarakterisasi aksesi sagu yang terdapat di papua
Tujuan
Mengetahui Keragaman jenis sagudi Kampung hiripau
Mengetahui jenis sagu denganpotensi hasilnya
Mengetahui kekerabatan berbagaijenis sagu
Hipotesis
Terdapatnya perbedaan karakter(morfologi, genetika, dan fisiologi) pada
setiap aksesi sagu
Metodologi
Waktu dan tempat
Waktu : Juli-September 2016
Tempat :
area tegakkan alami sagu
kampong Hiripau, Disrtrik Mimika
Timur, Kab. Mimika
analisis Laboratorium dilakukan di
Lab Biologi molekuler Fakultas
Pertanian IPB
Pengumpulan data melalui
pengamatan di Lapangan dan
wawancara kepada petani lokal
hiripau
timika
METODELOGI
Aksesi sagu yang diamati yaitu aksesi yang telah
memasuki fase siap tebang (panen). Sample yang
diamati berupa tinggi batang, diameter batang,
lingkar batang, jumlah daun, jumlah anak daun,
luas daun, luas anak daun, ada tidaknya duri,
tebal kulit, warna daun, batang dan sample
empulur.
Warna daun dan batang setiap aksesi ditentukan
dengan menggunakan Royal Horticultur Society
Colour Chart sedangkan pengambilan sample
empulur menggunakan ring sample yang
sebelumnya telah diketahui volumenya
EMPULUR
Warna empulur (RHS Color Chart)
Ekstraksi
Penghitungan bobotpati (rendemen)
Penujian komposisikimia pati (ujiProksimat)
Royal Horticultur Society color chart
Hasil dan Pembahasan
Nakowai Mapartaro Tuhai Korearipi
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani local diketahui terdapat 4 aksesi sagu
di kampung Hiripau yang terbagi atas 3 aksesi berduri (Nakowai, Mapartaro, dan
Tuhai) dan 1 aksesi tidak berduri (Korearipi
Key informant
Benedictus
Mapeko
Batang
No Aksesi Kondisi batang Tinggi (m) Diameter
(cm)
Keterangan
1 NakowaiBerlumut, batang
tinggi, sisa pelepah
masih menempel dan
berbentuk lurus
12. 28 45.6 Aksesi berduri
2 Mapartaro Berlumut, sisa
pelepah berduri
masih menempel,
batang lurus, dan
berukuran besar
7.9 54.3 Aksesi berduri
3 Thuai Batang tumbuh
bersusun dengan
munculnya anakan
pada pertengahan
batang
11.8 45.6 Aksesi berduri
4 Korearipi Terdapat sisa
pelepah mati yang
menempel
dipermukaan batang
13.2 40.3 Aksesi tidak
berduri
Tabel 1 Ciri batang pada berbagai aksesi sagu di Kampung Hiripau
Batang
Nakowai Mapartaro Tuhai Korearipi
JenisTebal kulit (mm) rata-rata
(mm)Bawah tengah ujung
Nakowai 1,96 1,185 1,48 1,54
Mapartaro 1,74 1,66 1,23 1,54
Korearipi 2,01 1,84 1,85 1,90
Tuhai 2,02 1,68 1,27 1,65
Tabel 2 tebal kulit tiap aksesi
Cara masyarakat kampong Hiripau membedakan setiap aksesi sagu
yang ada
Daun
Daun pada setiap aksesi sagu di Kampung Hiripau tidak
terlalu berbeda nyata kecuali antara aksesi berduri
dengan tidak berduri. Pada aksesi Korearipi terdapat pita
putih pada bagian tengah pelepah bagian belakang
Pita putih
Duri Duri pada aksesi sagu (Nakowai, Mapartaro, Tuhai)
terdapat pada setiap pelepah daun pada setiap fase
terkecuali difase siap panen (Adult phase) yang hanya
meninggalkan bekas duri.
Duri juga terdapat pada setiap sisi dan tulang anak daun
(midrib)
Nakowai Mapartaro Tuhai Korearipi
Nakowai Mapartaro Tuhai Korearipi
Anak daun tanaman induk
Anak daun anakan sagu
Pada aksesi Mapartaro terdapat duri di bekas pelepah
daun yang masih menempel di sisi batang, hal tersebut
menjadi ciri khas bagi masyarakat untuk membedakan ak
Duri pada bekas
pelepah yang masih
menempel
Berdasarkan Novero et all (2012) bahwa kemunculan
duri pada sagu merupakan sifat epigenetik
TUHAINAKOWAI
MAPARTARO
KOREARIPI
4 cm6 cm
8 cm
Potensi produksi tiap aksesi
jenisvolume batang
(cm3)
volume ring
(cm3)
bobot pati
kering per ring
(g)
produksi
per pohon
(Kg)
nakowai 1748023,761 181,36 10,83 104,38
mapartaro 1628650,857 181,36 12,97 116,47
korearipi 1383000,021 181,36 26,68 203,45
tuhai 1661601,427 181,36 30,02 275,04
Tabel 3 Potensi produksi pati kering tiap aksesi
Hasil uji kandungan pati
No Aksesi Kadar abu
(%)
Kadar air
(%)
Kadar lemak
(%)
Protein
(%)
Karbohidrat
(%)
1 Nakowai 0,23 15,6 0,16 0,52 83,1
2 Mapartaro 0,63 15,7 0,29 0,53 82,7
3 Tuhai 2,1 17,7 0,29 1,53 78,1
4 Korearipi 0,58 15,6 0,18 0,53 83.08
Tabel 4 kopmposisi kimia pati tiap aksesi sagu
Kesimpulan
1. Masyarakat kampung hiripau masih secara sederhana
dalam mengklasifikasikan akse-aksesi sagu.
2. Secara umum masyarakat hanya membedakan sagu
berdasarkan ada tidaknya duri
3. Dalam studi ini terdapat 4 aksesi lokal sagu diantaranya :
Nakowai, Mapartaro, Tuhai dan Korearipi.
4. Terdapat keragaman morfologi diantara keempat aksesi
berdasarkan bentuk batang, sesuai dengan model
klasifikasi masyarakat setempat
saran
Diperlukannya penelitian lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan
keragaman genetic pada setiap aksesi dengan melakukan analisis keragaman
gentik (RAPD, SSAR, dll)