24
Laporan Tutorial Kelompok 7 “Manajemen Praktek” Anggota kelompok: Galang Rikung E.S (111610101043) R.Aj. Mahardhika S. P (111610101049) Vanda Ayu Kartika H (111610101050) Dian Fajariani (111610101061) Khamda Rizki Dhamas (111610101069) Cicik Khildar Rizqi (111610101075) Yunita Sazkia (111610101078) Anggi Faradiba (111610101080) Musriatul Wahida (111610101081) Yurike Fitriasari (111610101082) Istibsyaroh (111610101084) Sisca Arifianti (111610101086) Fakultas Kedokteran Gigi

Musculoskeletal Disorder

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Musculoskeletal Disorder

Laporan Tutorial Kelompok 7

“Manajemen Praktek”

Anggota kelompok:

Galang Rikung E.S (111610101043)

R.Aj. Mahardhika S. P (111610101049)

Vanda Ayu Kartika H (111610101050)

Dian Fajariani (111610101061)

Khamda Rizki Dhamas (111610101069)

Cicik Khildar Rizqi (111610101075)

Yunita Sazkia (111610101078)

Anggi Faradiba (111610101080)

Musriatul Wahida (111610101081)

Yurike Fitriasari (111610101082)

Istibsyaroh (111610101084)

Sisca Arifianti (111610101086)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2013-2014

Page 2: Musculoskeletal Disorder

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan hidayah dan inayahnya-Nya berupa kemampuan berpikir dan analisis sehingga

laporan tutorial skenario II blok Manajemen Pelayanan Kesehatan dapat selesai dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasan-alasan penting

yang menjadi pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensi-referensi yang

mendukung. Makalah ini juga untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu dan

teknologi di lingkungan Universitas Jember dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Laporan ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan, text book dan

dari beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Makalah ini tidak mungkin terwujud

tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang harmonis diantara para pihak yang terlibat. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. drg. Agus Sumono, M.Kes

Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari usaha yang

kecil. Semoga makalah ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa Universitas Jember sendiri

dan di ,luar lingkungan Universitas Jember. Sebagai penanggung jawab dan pembuat

makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan serta

pemyempurnaan lebih lanjut pada masa yang akan datang.

Jember, 24 Desember 2013

Penulis

Page 3: Musculoskeletal Disorder

SKENARIO

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai pasien

yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang berkunjung sekitar 15 orang. Semua

kegiatan perawatan gigi pasien dia tangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi

tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher, dan pergelangan

tangannya. Dia merasakan sakit yang luar biasa, bahkan dia tidak bisa beraktivitas secara

normal seperti biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia mengalami

musculoskeletal disorders karen adokter gigi bekerja tidak secara ergonomi. Saran dari dokter

yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga bekerja

secara four handed dentistry.

Page 4: Musculoskeletal Disorder

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah penyakit yang

menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Seseorang yang menderita gangguan

muskuloskeletal merasakan keluhan mulai dari yang ringan sampai berat jika ototmenerima

beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama. Timbulnya gangguan

muskuloskeletal ini terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan cara kerja mendukung

sehingga dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada otot, syaraf, tendon,

persendian, kartilago, dan diskus vertebralis.

Gangguan muskuloskeletal yang kerap terjadi pada praktisi kesehatan. Hal ini terjadi

akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama

serta berulangulang. Di antara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi adanya

ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis pekerjaan dokter

gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan

terhadap pasien. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi

harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini

menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman

di daerah leher, bahu dan tulang punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain

gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain).

Ergonomik berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos berarti

hukum. Definisi ergonomik menurut Occupational Safety and Health Administration

(OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu

gangguan. Secara garis besarnya ergonomik berarti terciptanya sistem kerjayang sehat, aman,

dan nyaman bagi manusia. Pada dasarnya kondisi ergonomik sangat menguntungkan karena

dapat mencegah terjadinya gangguan muskuloskeletal dan dapat mengurangi kesalahan yang

dapat mengakibatkan cedera pada para pekerja.

Page 5: Musculoskeletal Disorder

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja dampak dari bekerja tidak menerapkan sistem ergonomi?

2. Bagaimana manajemen tata ruang praktek dokter gigi?

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan dampak dari bekerja tidak menerapkan sistem ergonomi

2. Mampu menjelaskan manajemen tata ruang praktek dokter gigi

Page 6: Musculoskeletal Disorder

PEMBAHASAN

2.1 Dampak dari Bekerja Tidak Menerapkan Sistem Ergonomi

Musculosceletal disorder

Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain, diantaranya:

1. Repetitive Strain Injuries (RSIs);

2. Cumulative Trauma Disorders (CTDs);

3. Overuse Injuries;

4. Repetitive Motion Disorders;

5. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs).

Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah suatu kumpulan

gangguan atau cedera yang mengenai sistem muskuloskeletal. Umumnya gejala

timbulnya gangguan muskuloskeletal terlihat dalam berbagai bentuk sehingga hal

inilah yang menyebabkan sulitnya mengidentifikasi penyebab awal. Rasa sakit atau

gangguan muskuloskeletal ini biasanya dikaitkan dengan pekerjaan seseorang yang

disertai adanya rasa tidak nyaman pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang

punggung akibat posisi saat bekerja dengan postur tubuh yang tetap selama bekerja.

Gangguan muskuloskeletal dapat terjadi pada dokter gigi dikarenakan saat

melakukan perawatan pasien berada dalam posisi berdiri, duduk atau membungkuk.

Gangguan muskuloskeletal dapat disebabkan oleh tekanan fisik maupun psikis.

Adapun faktor penyebab gangguan muskuloskeletal sangat sulit untuk

ditentukan, namun perlu diketahui bahwa belum tentu suatu faktor risiko akan

menjadi penyebab. Banyak faktor yang menjadi penyebab dan lamanya waktu dari

mulai terjadinya faktor risiko sampai timbulnya gangguan muskuloskeletal. Namun

besar kecilnya derajat faktor risiko dapat menunjukkan timbulnya gangguan

muskuloskeletal.

Faktor risiko tersebut meliputi adanya pengulangan gerakan yang terus

menerus; kekuatan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan otot dan

menimbulkan rasa nyeri; tekanan mekanis yang disebabkan oleh cedera akibat benda

Page 7: Musculoskeletal Disorder

tajam, peralatan atau instrumen; sikap kerja selama melakukan pekerjaan; getaran

akibat penggunaan peralatan dengan frekuensi getar di atas 5.000 Hz; suhu udara yang

tidak nyaman; dan tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar.

Faktor risiko lainnya meliputi usia, penyakit tertentu, dan aktivitas lainnya di

luar pekerjaan. Selain itu dari beberapa penelitian, diketahui bahwa ada hubungan

faktor risiko penyebab gangguan muskuloskeletal dengan rancangan kursi dokter gigi,

kursi asisten, pasien, teknik kerja dan pencahayaan.

Tubuh manusia adalah dinamis dan dirancang untuk dapat melakukan gerakan,

hal ini tidak akan berfungsi secara optimal kecuali jika sendi dan otot bergerak secara

teratur. Bila seseorang duduk agak lama, maka posisi ini akan menekan discus

spinalis, mengurangi cairan di sendi dan menurunkan aliran darah dan nutrisi ke

discus spinalis. Perubahan ini menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak, dan

bilamana berlangsung lama maka dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

muskuloskeletal.

Hal inilah yang sering terjadi pada dokter gigi selama melakukan perawatan

pada pasien, dan kadang-kadang tidak disadari dokter gigi tersebut. Untuk

menghindari posisi duduk yang terlalu kaku, operator perlu senantiasa secara teratur

mengubah posisi kerja. Perubahan posisi ini akan memindahkan beban kerja dari satu

otot ke otot yang lain, serta memungkinkan otot beristirahat dan mengisi kembali

nutrisi ke otot yang digunakan tersebut. Perubahan posisi berdiri, kemudian duduk

atau sekali-kali meregangkan otot yang tegang akan sangat bermanfaat dalam usaha

pencegahan terjadinya gangguan muskuloskeletal.

Posisi yang fleksibel merupakan bagian integral dalam usaha pencegahan dan

kontrol sakit bagi dokter gigi yang paling sering mengalami peradangan dan

kehilangan oksigen akibat kontraksi yang statis dan menetap. Posisi dokter gigi saat

melakukan perawatan pada pasien dapat menyebabkan kontraksi otot secara terus

menerus yang menghasilkan suatu pola ketidakseimbangan otot yang merupakan ciri

khas yang terjadi pada profesi dokter gigi.

Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat

maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap terjadinya

MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:

Page 8: Musculoskeletal Disorder

Tahap 1       : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala

ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh

pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat;

Tahap 2 :  Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah

bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan

berkurangnya performance kerja;

Tahap 3 :  Gejala ini tetap  ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika

bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan,

kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) antara lain:

a.   Sakit Leher

Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,

peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna

komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan

berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan

postur yang kaku;

b.   Nyeri Punggung

Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri

punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri

punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat

menggunakan komputer;

c.  Carpal  Tunnel Syndrome

Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan

yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas

berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini

antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang

penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan

pada nervus medianus;

d.   De Quervains Tenosynovitis

Page 9: Musculoskeletal Disorder

Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan

bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu

jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bardengan ibu

jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi

pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan

bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah;

e.  Thoracic Outlet Syndrome

Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang

ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika

lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic Outlet

Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan.

Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang

dalam menggunakan keyboard dan mouse;

f.   Tennis Elbow

Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang

berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis

elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.

g.  Low Back Pain

Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan

L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka

akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang

janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan

antopometri pekerja.

Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal

Usaha pencegahan gangguan muskuloskeletal dengan sistem ergonomik bukan

saja terbatas pada perbaikan posisi dan postur dokter gigi saat melakukan perawatan

pada pasien, namun juga melibatkan peralatan di ruang perawatan dan bagaimana

dokter gigi bekerja secara bebas di dalam suatu ruang yang sempit. diantaranya:

1) Peralatan Ergonomik

Page 10: Musculoskeletal Disorder

Peralatan yang ergonomik membantu operator dan asisten dapat bekerja

dengan posisi dan postur tubuh, lengan dan bahu yang baik agar selama melakukan

perawatan yang membutuhkan waktu yang panjang dan posisi tubuh yang menetap.

Peralatan seperti kursi dokter gigi, kursi asisten dan dental unit menunjang

tubuh dari kemungkinan terjadinya ketegangan otot yang dapat menyebabkan

gangguan muskuloskeletal.

2) Operating Stool: adalah kursi yang digunakandokter gigi.

- Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dengan

spinal yang tegak dan dekat dengan kursi gigi.

- Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian

bawah tetap tegak dan lengkungannya dipertahankan.

- Sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan kelelahan pada

otot-otot punggung bagian atas, leher dan bahu dengan membentuk sudut tegak lurus

terhadap siku lengan dokter gigi.

3) Operator Table: adalah meja dari kursi dental yang memungkinkan

pergerakan posisi vertikal dan horisontal, sehingga dapat disesuaikan dengan posisi

operator berada.

- Kursi dental dengan sandaran kepala dan belakang yang lebar serta tebal

akan menyulitkan operator bekerja lebih dekat dengan pasien, sehingga cenderung

membungkuk ke arah pasien.

- Kursi dental yang ergonomik adalah dengan sandaran kepala yang sempit

dan tipis. Bentuk demikian memungkinkan operator meletakkan tangannya dengan

mudah di bawah pasien, memudahkan pandangan ke daerah operasi, dan tetap

mempertahankan postur yang optimal.

4) Dental-loupe: adalah alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang

dilihat sehingga memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman dengan postur

leher dan bahu yang optimal.

- Pembesaran paling kurang dua kali sudah cukup menghasilkan jarak

penglihatan yang baik dengan posisi pasien.

Page 11: Musculoskeletal Disorder

- Pembesaran yang lebih tinggi ditambah dengan sistem pencahayaan yang

optimal dapat meningkatkan efisiensi penglihatan yang lebih rinci dan tidak ada

hambatan bayangan pada daerah operasi.

5) Handpiece/ultra sonic scaler/endodontic

- Permukaan handpiece yang halus.

- Tangkai handpiece membentuk sudut 15o dengan permukaan daerah kerja.

- Jarak minimal 26 mm dari ujung handpiece yang masuk di dalam mulut

pasien sampai ke tangkai yang bersudut.

- Peralatan tersebut diharapkan ringan dan tidak terlalu besar diameternya.

6) Dental light

Dental light yang dianjurkan adalah jangan terlalu besar dan lebar, pilih yang

sempit dan fokus hanya pada mulut pasien dan tidak menghasilkan bayangan yang

mengganggu. Lebih dianjurkan menggunakan dental light dengan sensor, atau

monitor untuk lampu ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai tanpa harus

memegang tangkai lampu.

Pada dental unit yang dirancang dengan sistem ergonomik, tombol untuk

menyalakan dan memadamkan dental light sudah menyatu pada meja kursi dental dan

pada assistant console, sehingga mudah dijangkau. Operator tidak perlu lagi

menyentuh tombol dental light untuk mengatur posisinya.

2.2 Manajemen Tata Ruang Praktek Dokter Gigi

Tata letak ruang praktik dokter gigi adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan

dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh

ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman pada operator yang kerja serta pasien

yang menerima pelayanan.

2.1.2 Desain

Jalur Kerja Dan Pergerakan

Page 12: Musculoskeletal Disorder

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar

Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12

terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone,

arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer

Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat

pergerakan Dokter Gigi

Clock Concept (Nusanti, 2000)

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta

tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile

Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien.

Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini

dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada

Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan

antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai

tempat pergerakan Dokter Gigi.

Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu

diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien,

dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan

dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi,

Page 13: Musculoskeletal Disorder

Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari

Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi.

Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974)

Tata Letak Penempatan Alat

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip

ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan

baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik

fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata

letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsure

ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,

serta desain peralatan yang digunakan.

Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan

dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi,

Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang

Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat

dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool. Unsur

penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien

yang sedang dirawat.

Page 14: Musculoskeletal Disorder

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental

Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi

rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan

ruang sebesar 1 Meter untuk Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal

antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang

diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit

dengan dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter,

bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari

tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operator’s Zone dan Asistant’s Zone.

Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada

saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak

dianatara Operator’s Zone dan Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat

Gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan.

Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator’s

Zone.

Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai

tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet

setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi,

lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static

Zone dan Assistant’s Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang

diperlukan untuk menempatkannya.

Page 15: Musculoskeletal Disorder

2.1.3 Syarat

Syarat Tata Ruang Dental Office :

1. Temperatur

Temperatur ideal ruang receptionis sebaiknya 72° F

Temperatur ideal untuk ruang klinisi lebih rendah yaitu 68°F sampai 70°F karena

ruangb tersebut tertutup dan memiliki penerangan yang hangat

Pergantian udara sebaiknya konstan

2. Pencahayaan

Pada ruangan reseptionis pencahayaan yang lebih decorative dipilih, misalnya meja,

floor lamps yang cukup untuk membaca

Ruang bisnis, laboratorium dan ruang sterilisasi sebaiknya menggunakan fluorescent

lighting yang memilki radiasi yang sedikit panas

Pencahayaan tambahan dibutuhkan di ruang klinisi untuk prosedur dan di

laboratorium

3. Wall dan floor covering

Penggunaan warna yang menenangkan, relaxing, dan tidak terkesan terlalu ramai

Wall covering termasuk cat wallpaper atau keduanya

Pemilihan floor covering dengan karpet yang tahan lama cocok untuk ruang

reseptionis, administrative dan dentist’s private office

Material untuk control infeksi seperti vinyl cocok untuk ruang sterilisasi

Page 16: Musculoskeletal Disorder

4. Traffic control

Perabot ruangan sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga ketika pasien masuk ke

dalam klinik akan menimbulkan kesan yang nyaman

Ruangan yang trepisah sebaiknya disediakan untuk pasien yang akan check in dan

check out

Di bagian belakang klinik sebaiknya didesain untuk kemudahan masuknya dan

keluarnya dental team tanpa timbul kekacauan

5. Sound control

Ruang praktik sebaiknya meminimalkan suara dari ruang yang satu dengan yang lain

Music sebaiknya diputar untuk mengalihkan perhatian

6. Privacy

Ruang khusus membutuhkan privasi

Ruang administrative sebaiknya didesain dengan privasi yang baik khususnyua jika

pasien akan mendiskusikan masalah keuangan dengan staff bisnis

7. Ruangan

Pada dental office sebaiknya memillih ruangan : reception area, sterilization area,

administrative area, clinical treatment area, the dentist’s private office, dental

laboratory

Kriteria fisik yang harus dipertimbangkan ketika merancang peralatan gigi :

1. Peralatan gigi harus sesuai dengan berbagai pasien

2. Interval penyesuaian ketinggian

3. Peralatan gigi harus memungkinkan penempatan peralatan lainnya

4. Warna, bentuk, tekstur, dan arah gerakan yang diperlukan untuk beroperasi yang dipilih

dalam batas kapasitas manusia

Page 17: Musculoskeletal Disorder

DAFTAR PUSTAKA

Arief Cahyanto. ―Makalah: Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi‖. Fakultas

Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran. Bandung. 2003.

Bethany Valachi and Keith Valachi. Mechanisms Leading to Musculoskeletal Disorders in

Dentistry. Jam Dent Assoc, Vol. 134 No. 10. 2003. p. 1344-1350.

Finkbeinr BL. Four-handed Dentistry Revisited. J Contemp Dent Pract 2000; 1(4):3-5.

Lederas S, Felsenfeld AL, Ergonomic and the Dental Office: an overview and consideration

of regulatory influence. J Calif Dent Assoc (online) 2002. Available from

http://www.cda.org/member/pubs/journal/regu latory.html.

Manji I. Designing Better Dentistry: The Ergonomic Approach. J Can Dent Assoc 1992;

58(3):172-3.

Mito RS, Fernandez K. Why is Ergonomic An Issue In Dentistry? J Calif Dent Assco (online)

2002. Available from http://www.cda.org/member/puns/journal/introduction.html.

Pargali, N. Jowkar, N. Prevalence of Musculoskeletal Pain Among Dentists in Shiraz,

Southern Iran. www.theijoem.com/ijoem/index.php/ijoem/artic le/download/26/59. International

Journal of Occupational and Environmental Medicine. Vol. 1 No. 2. 2010.

Rahmaniyah Dwi Astuti. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan beban Angkat Terhadap

Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik, No. 2. Tahun X, Juli 2007.