33
NASKAH UJIAN I. IDENTITAS PASIEN Ny. SM, perempuan, 56 tahun, lahir pada tanggal 26 Januari 1960, Islam, belum menikah, bekerja sebagai guru SD, pendidikan terakhir SPG, suku Jawa, tinggal di Tumijajar Tulang Bawang Barat, masuk rumah sakit pada tanggal 13 Februari 2016 dengan nomor CM. 024XXX. Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 28 Februari 2016 pada pukul 08.00 WIB. II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI Dilakukan autoanamnesis dari pasien dan alloanamnesis dari Tn. B, 52 tahun pendidikan terakhir SMA (adik kandung pasien). II.1 Keluhan Utama Murung terus menerus. II.2 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke UGD RSJ Provinsi Lampung diantar keluarga dengan keluhan murung terus menerus, tidak mau bicara dengan orang lain, tetapi terkadang berbicara sendiri, sering mendengar bisikan, merasa minder, malas beraktivitas, dan sulit tidur. 1

NASKAH UJIAN JIWA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhkyui7gvviytfytukyofdrtfuuhityftdfcgjhbjhuyuytftyfghukjhyufvhgjhhiut5dt

Citation preview

Page 1: NASKAH UJIAN JIWA

NASKAH UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN

Ny. SM, perempuan, 56 tahun, lahir pada tanggal 26 Januari 1960, Islam, belum

menikah, bekerja sebagai guru SD, pendidikan terakhir SPG, suku Jawa, tinggal

di Tumijajar Tulang Bawang Barat, masuk rumah sakit pada tanggal 13 Februari

2016 dengan nomor CM. 024XXX. Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 28

Februari 2016 pada pukul 08.00 WIB.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Dilakukan autoanamnesis dari pasien dan alloanamnesis dari Tn. B, 52 tahun

pendidikan terakhir SMA (adik kandung pasien).

II.1 Keluhan Utama

Murung terus menerus.

II.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD RSJ Provinsi Lampung diantar keluarga dengan

keluhan murung terus menerus, tidak mau bicara dengan orang lain, tetapi

terkadang berbicara sendiri, sering mendengar bisikan, merasa minder,

malas beraktivitas, dan sulit tidur.

Menurut keluarga pasien, pasien mengalami perubahan sikap sejak 34 tahun

yang lalu. Pada saat 34 tahun yang lalu pasien mempunyai calon suami dan

akan segera menikah, tetapi calon suami pasien meninggalkan pasien dan

memilih menikah dengan perempuan lain. Sejak kejadian itu pasien

mengalami perubahan sikap yaitu pasien menjadi pendiam dan sering

murung. Pasien tidak ingin menikah sampai sekarang karena peristiwa

tersebut. Pasien bekerja sebagai guru SD sampai sekarang. Sekitar 10 tahun

yang lalu pasien pernah berobat satu kali ke dokter umum tentang kesehatan

kejiwaan nya. Sekitar 1 tahun yang lalu pasien sering menyendiri, selalu

sedih, murung, merasa minder, merasa orang-orang disekitar membicarakan

1

Page 2: NASKAH UJIAN JIWA

pasien sehingga pasien mudah tersinggung. Kemudian keluarga membawa

pasien ke rumah sakit jiwa dan dirawat sekitar 1 bulan. Pasien mengalami

perbaikan dan diperbolehkan pulang.

Menurut keluarga pasien, pasien selama rawat jalan pasien tidak rutin

kontrol dan tidak rutin meminum obat. Setelah dirawat pasien masih bekerja

sebagai guru SD, tetapi tidak setiap hari berangkat bekerja. Sekitar 2 bulan

yang lalu adik kandung pasien yang tinggal serumah dengan pasien

meninggal dunia dan sekitar 1 bulan yang lalu ibu pasien meninggal dunia.

Pasien merasa bahwa suami dari adik pasien yang meninggal tersebut adalah

yang membunuh ibu dan adik pasien. Karena peristiwa tersebut keluhan

pasien muncul kembali pasien menjadi murung terus menerus, tidak mau

bicara dengan orang lain, terkadang berbicara sendiri, sering mendengar

bisikan, merasa minder, malas beraktivitas, dan sulit tidur. Kemudian pasien

dibawa oleh keluarga ke rumah sakit jiwa.

Menurut pasien, pasien dibawa ke rumah sakit jiwa karena merasa dirinya

lupa ingatan setelah kejadian ibu dan adik kandung pasien meninggal dunia.

Kemudian pasien menjadi lingloung dan bersedih. Pasien mendengar

bisikan-bisikan sejak tahun 1982, bisikan tersebut menyuruh pasien untuk

“pergi kesana”, “pulang pulang”. Bisikan tersebut menyuruh untuk pergi ke

tempat calon suaminya dulu. Bisikan tersebut tidak ada wujudnya. Pasien

pernah membanting badan nya sendiri tanpa sadar. Pasien pernah memanjat

naik ke atap untuk mengambil kunci. Pasien melakukan hal tersebut karena

merasa ada pikiran yang masuk kedalam pikiran pasien. Pasien merasa

kepala sekolah sering melarang pasien. Pasien merasa terkadang merasa

takut, dan merasa bahwa orang-orang disekitar pasien melarang pasien.

Pasien merasa teman-teman gurunya tidak menyukai pasien, termasuk

kepala sekolah. Pasien merasa kakinya sering diinjak-injak oleh teman-

teman kerja nya. Pasien pernah merasa tempat tidur nya seperti bergetar

pada saat pasien dirawat di rumah sakit jiwa sebelumnya. Menurut pasien,

pasien kontrol ke rumah sakit jiwa karena kepala nya pusing.

2

Page 3: NASKAH UJIAN JIWA

II.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya

II.3.1 Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti ini

sebelumnya. Pada tahun 2014 di rawat di RSJ provinsi Lampung

selama 1 bulan.

II.3.2 Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Tidak ada riwayat penggunaan merokok, penggunaan zat psikotropika

dan minuman beralkohol.

II.3.3 Riwayat Penyakit Medis Umum

Pasien sering mengalami batuk. Tidak ada riwayat trauma kepala

/penurunan kesadaran, riwaya kejang dan tumor.

II.4 Riwayat Tumbuh Kembang

II.4.1 Periode Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)

Tidak didapatkan informasi.

II.4.2 Periode Sebelum Masa Kanak (1-6tahun)

Tidak didapatkan informasi.

II.4.3 Periode Masa Kanak awal - akhir (6-12 tahun)

Menurut keluarga, pasien rajin dalam mengikuti pelajaran, cukup

pintar. Pasien juga mempunyai banyak teman dan bermain bersama

teman-temannya.

II.4.4 Periode Masa Remaja awal- akhir (12-18 tahun)

Menurut keluarga, pasien rajin dalam mengikuti pelajaran, cukup pintar

sehingga pasien melanjutkan sekolah nya dan mengambil jurusan

keguruan.

3

Page 4: NASKAH UJIAN JIWA

II.5 Periode Dewasa

II.5.1 Riwayat Pendidikan

Pasien merupakan lulusan SPG, menempuh pendidikan SMP dalam

kurun waktu 3 tahun dan SD dalam kurun waktu 6 tahun. Selama ini

pasien terlihat sama seperti anak yang lain saat bersekolah. Pasien

selalu naik kelas.

II.5.2 Riwayat Pekerjaan

Setelah lulus SPG, pasien mulai bekerja sebagai guru di SD sampai

sebelum masuk rumah sakit.

II.5.3 Riwayat Hukum

Pasien tidak pernah terjerat masalah hukum.

II.5.4 Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah sampai sekarang.

II.5.5 Riwayat Kehidupan Beragama

Pasien beragama islam, namun pasien tidak rutin melaksanakan

ibadah seperti sholat 5 waktu dan puasa.

II.5.6 Riwayat Keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sebelum ibu

dan asik pasien meninggal. Pasien tinggal bersama ibu, kakak, adik

dan suami dari adik pasien serta empat anak-anak dari adik pasien.

Kakak kandung pasien yang tinggal serumah dengan pasien

mengalami gangguan jiwa dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit

jiwa.

Skema pedigree

4

Page 5: NASKAH UJIAN JIWA

Keterangan:

= Laki-Laki

= perempuan

atau = meninggal dunia

= penyakit yang sama

= pasien

= tinggal 1 rumah

II.5.7 Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga

Biaya hidup ditanggung oleh pasien sendiri. Pasien juga membantu

biaya keponakan-keponakan pasien.

III. STATUS MENTAL

III.1 Deskripsi Umum

III.1.1 Penampilan

Seorang perempuan sesuai dengan usia, berperawakan tinggi, kesan gizi

cukup, terlihat rapi, memakai pakaian seragam RSJ Provinsi Lampung

berwarna biru, kulit sawo matang, kuku rapi, perawatan diri cukup.

III.1.2 Sikap terhadap pemeriksaan : kooperatif

III.1.3 Kesadaran: jernih (compos mentis)

III.1.4 Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik,

sesekali menggerakkan kedua matanya untuk melirik orang

disekitarnya, sering menggerakkan rahangnya.

III.1.5 Pembicaraan

Spontan, lancar, intonasi normal, volume cukup , kualitas cukup,

artikulasi jelas, kuantitas cukup, amplitudo baik.

5

Page 6: NASKAH UJIAN JIWA

III.1.6 Keadaan Afektif

a. Mood : hipotimia

b. Afek : terbatas

c. Keserasian : appropriate

III.1.7 Persepsi :

a. Halusinasi : Auditorik (+),

b. Ilusi : tidak ada

c. Depersonalisasi : tidak ada

d. Derealisasi: Riw (+)

III.1.8 Proses Berpikir :

a. Produktivitas : Cukup

b. Arus pikiran : Sirkumtansial,

c. Isi pikiran : waham curiga (+), Riw. waham dikendalikan (+)

III.1.9 Kognisi

a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai

dengan taraf pendidikan pasien

b. Daya konsentrasi : kurang

c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik

d. Daya ingat : jangka panjang baik, jangka menengah kurang, jangka

pendek baik dan jangka segera kurang

e. Pikiran abstrak : kurang

III.1.10 Daya Nilai

a. Norma sosial : baik

b. Uji daya nilai : baik

c. Penilaian realitas : terganggu

6

Page 7: NASKAH UJIAN JIWA

III.1.11 Tilikan

Tilikan 1 (satu). Penyangkalan total terhadap penyakitnya.

III.1.12 Taraf dapat dipercaya  : dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan tanda vital dan kondisi umum dalam keadaan baik.

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Ny. SM, perempuan, 56 tahun, lahir pada tanggal 26 Januari 1960, Islam,

belum menikah, bekerja sebagai guru SD, pendidikan terakhir SPG, suku

Jawa, tinggal di Tumijajar Tulang Bawang Barat, masuk rumah sakit pada

tanggal 13 Februari 2016. Pasien datang ke UGD RSJ Provinsi Lampung

diantar keluarga dengan keluhan murung terus menerus, tidak mau bicara

dengan orang lain, tetapi terkadang berbicara sendiri, sering mendengar

bisikan, merasa minder, malas beraktivitas, dan sulit tidur.

Menurut keluarga pasien, pasien mengalami perubahan sikap sejak 34 tahun

yang lalu. Pada saat 34 tahun yang lalu pasien mempunyai calon suami dan

akan segera menikah, tetapi calon suami pasien meninggalkan pasien dan

memilih menikah dengan perempuan lain. Sejak kejadian itu pasien

mengalami perubahan sikap yaitu pasien menjadi pendiam dan sering murung.

Pasien tidak ingin menikah sampai sekarang karena peristiwa tersebut. Pasien

bekerja sebagai guru SD sampai sekarang.. Sekitar 1 tahun yang lalu pasien

sering menyendiri, selalu sedih, murung, merasa minder, merasa orang-orang

disekitar membicarakan pasien sehingga pasien mudah tersinggung. Kemudian

keluarga membawa pasien ke rumah sakit jiwa dan dirawat sekitar 1 bulan.

Pasien mengalami perbaikan dan diperbolehkan pulang.

Menurut keluarga pasien, pasien selama rawat jalan pasien tidak rutin kontrol

dan tidak rutin meminum obat. Setelah dirawat pasien masih bekerja sebagai

guru SD, tetapi tidak setiap hari berangkat bekerja. Sekitar 2 bulan yang lalu

7

Page 8: NASKAH UJIAN JIWA

adik kandung pasien yang tinggal serumah dengan pasien meninggal dunia

dan sekitar 1 bulan yang lalu ibu pasien meninggal dunia. Pasien merasa

bahwa suami dari adik pasien yang meninggal tersebut adalah yang

membunuh ibu dan adik pasien. Karena peristiwa tersebut keluhan pasien

muncul kembali pasien menjadi murung terus menerus, tidak mau bicara

dengan orang lain, terkadang berbicara sendiri, sering mendengar bisikan,

merasa minder, malas beraktivitas, dan sulit tidur. Kemudian pasien dibawa

oleh keluarga ke rumah sakit jiwa.

Menurut pasien, pasien dibawa ke rumah sakit jiwa karena merasa dirinya lupa

ingatan setelah kejadian ibu dan adik kandung pasien meninggal dunia.

Kemudian pasien menjadi lingloung dan bersedih. Pasien mendengar bisikan-

bisikan sejak tahun 1982, bisikan tersebut menyuruh pasien untuk “pergi

kesana”, “pulang pulang”. Bisikan tersebut tidak ada wujudnya. Pasien pernah

membanting badan nya sendiri tanpa sadar. Pasien pernah memanjat naik ke

atap untuk mengambil kunci. Pasien merasa terkadang merasa takut, dan

merasa bahwa orang-orang disekitar pasien melarang pasien. Pasien merasa

teman-teman gurunya tidak menyukai pasien, termasuk kepala sekolah. Pasien

pernah merasa tempat tidur nya seperti bergetar pada saat pasien dirawat di

rumah sakit jiwa sebelumnya. Menurut pasien, pasien kontrol ke rumah sakit

jiwa karena kepala nya pusing.

Selama wawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik, sesekali

menggerakkan kedua matanya untuk melirik orang disekitarnya, sering

menggerakkan rahangnya, tidak merubah posisi arah badannya serta terlihat

percaya diri dan bersemangat. Wawancara secara pontan, lancar, intonasi

normal, volume keras, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas banyak,

amplitudo baik.

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang

bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability

8

Page 9: NASKAH UJIAN JIWA

(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial, sehingga dapat disimpulkan

bahwa mengalami gangguan metal dan emosional.

Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya

ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat penggunaan zat psikoaktif.

Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan

mental organik (F0) dan penggunaan zat psikoaktif (F1).

Pada pasien didapatkan waham curiga dan riwayat waham dikendalikan. Selain

itu ditemukan pula gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Pembicaraan

dan perilaku pasien menjadi kacau. Data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis

aksis I skizofrenia paranoid (F.20.0).

Satu tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJ dengan keluhan yang sama

dan telah mendapatkan pengobatan selama 4 bulan, 1 bulan intensif di RS dan 3

bulan kontrol ke poliklinik RSJ. Lalu pasien putus obat. Gejala tersebut muncul

kembali 8 bulan kemudian. Dari data ini diagnosis merujuk pada skizofrenia

paranoid remisi parsial (F20.04).

Pasien dapat menyelesaikan pendidikan hingga lulus SPG, tidak pernah tinggal

kelas, kemudian setelahnya tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses

pendidikan bahkan pasien dikenal sebagai anak paling rajin diantara teman-

temannya. Sehingga dapat disingkirkan kemungkinan aksis II diagnosis

retardasi mental (F70). Sedangkan jenis kepribadian pasien belum dapat

didiagnosis karena pemeriksa hanya bertemu dengan pasien sebanyak satu kali.

Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik.

Oleh karena itu aksis III tidak ada diagnosis.

Pemahaman keluarga terhadap kondisi pasien masih kurang, hal ini ditandai

dengan pasien yang sejak 34 tahun yang lalu sudah remaja mengalami halusinasi

9

Page 10: NASKAH UJIAN JIWA

auditorik, dan pasien pendiam, sering menyendiri hanya dianggap hal yang

biasa. Kurangnya kepatuhan pasien minum obat dan keluarga pasien tidak selalu

mengawasi pasien untuk meminum obat, dan keluarga memberikan obat kepada

pasien apabila sikap pasien yang berubah. Lingkungan kerja pasien kurang

berkomunikasi dengan pasien dan sering membicarakan pasien, serta melarang

pasien mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu didapatkan aksis IV masalah

berkaitan dengan pemahaman keluarga kemungkinan kurang memahami

tentang penyakit dan pengobatan pasien serta masalah berkaitan dengan

lingkungan sosial yang sering membicarakan pasien.

Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya

menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning) Scale. Menurut PPDGJ

III, pada aksis V didapatkan GAF saat dirawat (GAF current) adalah 60-51,

yaitu gejala sedang dan disabilitas sedang dalam menjalani aktivitas sehari-

hari. GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 80-71, yaitu gejala sementara

dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dan lain-

lain.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia paranoid remisi parsial (F20.04)

Aksis II : Belum dapat ditentukan

Aksis III : Belum dapat ditentukan

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan pemahaman keluarga kemungkinan

kurang memahami tentang penyakit dan pengobatan pasien serta

masalah berkaitan dengan lingkungan sosial yang sering

membicarakan pasien.

Aksis V : GAF 60 – 51 (current)

GAF 80 – 71 (HLPY)

10

Page 11: NASKAH UJIAN JIWA

VIII. DAFTAR PROBLEM

a. Organobiologik:  Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,

tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter. Oleh karena itu

pasien memerlukan psikofarmakologi.

b. Psikologik: Ditemukan hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi

auditorik membutuhkan psikoterapi.

c. Psikoedukasi: Ditemukan adanya hendaya dalam pemahaman keluarga

terhadap keadaan pasien sehingga keluarga membutuhkan psikoedukasi.

IX. PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : Dubia ad bonam

b. Quo ad functionam : Dubia ad malam

c. Quo ad sanationam : Dubia ad malam

X. RENCANA TERAPI

a. Psikofarmaka :

Antipsikotik atypical (Risperidone 2 x 2 mg)

Risperidone 2 x 1 mg diberikan selama 5 hari, dipertimbangkan

peningkatan dosis berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan

b. Psikoterapi

Ventilasi:

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan

dan isi hati serta pikiran sehingga mengurangi beban pasien.

Konseling:

Memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan

memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat

teratur.

Sosioterapi:

Memberi penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien

untuk memberi dorongan dan menciptakan lingkungan yang

kondusif.

11

Page 12: NASKAH UJIAN JIWA

XI. DISKUSI

1. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

Diagnosa pada pasien ini sudah tepat, karena pada pasien ditemukan adanya

gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu

distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan

kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini

mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis dan pemeriksaan

fisik tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang

sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat

penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk

menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F0) dan

penggunaan zat psikoaktif (F1).

Pada pasien didapatkan waham curiga dan riwayat waham dikendalikan.

Selain itu ditemukan pula gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik.

Pembicaraan dan perilaku pasien menjadi kacau. Data ini menjadi dasar

untuk mendiagnosis aksis I skizofrenia paranoid (F.20.0).

Satu tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJ dengan keluhan yang

sama dan telah mendapatkan pengobatan selama 4 bulan, 1 bulan intensif di

RS dan 3 bulan kontrol ke poliklinik RSJ. Lalu pasien putus obat. Gejala

tersebut muncul kembali 8 bulan kemudian. Dari data ini diagnosis merujuk

pada skizofrenia paranoid remisi parsial (F20.04).

Hal ini sesuai dengan pedoman diagnosis dalam PPDGJ III yang dapat

dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada

sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala – gejala itu kurang tajam atau jelas).1

12

Page 13: NASKAH UJIAN JIWA

1. Salah satu dari:

a. “thought of echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

b. “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

c. “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga

orang lain atau umum mengetahuinya;

2. Salah satu dari:

a. “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

b. “delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

c. “delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau (tentang “dirinya” :

secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke

pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus;

d. “delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik

atau mukjizat;

3. Halusinasi auditorik:

a. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

b. Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

c. Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian

tubuh

4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

13

Page 14: NASKAH UJIAN JIWA

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).1

Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila

disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,

atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan terus-menerus;

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme;

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor;

d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.1

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodormal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam

mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.1

Kriteria diagnostik skizofrenia tipe paranoid: 

14

Page 15: NASKAH UJIAN JIWA

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,

atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,

mendengung, atau bunyi tawa. 

b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol. 

c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau

“Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas.1

Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya

waham kejar atau waham kebesaran. Pasien skizofrenik paranoid biasanya

lebih tua daripada pasien skizofrenik katatonik jika mereka mengalami

episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau

30 tahunan biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu

mereka melewati penyakitnya. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan

regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan

perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.2 

Pasien skizofrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati

dan tidak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif.

Pasien skizofrenia paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka

sendiri secara adekuat didalam situasi sosial. Kecerdasan mereka tidak

terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.2

Pasien dapat menyelesaikan pendidikan hingga lulus SPG, tidak pernah

tinggal kelas, kemudian setelahnya tidak mengalami kesulitan dalam

mengikuti proses pendidikan bahkan pasien dikenal sebagai anak paling

rajin diantara teman-temannya. Sehingga dapat disingkirkan kemungkinan

aksis II diagnosis retardasi mental (F70). Sedangkan jenis kepribadian

15

Page 16: NASKAH UJIAN JIWA

pasien belum dapat didiagnosis karena pemeriksa hanya bertemu dengan

pasien sebanyak satu kali.

Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit

fisik. Oleh karena itu aksis III tidak ada diagnosis. Pemahaman keluarga

terhadap kondisi pasien masih kurang, hal ini ditandai dengan pasien yang

sejak 34 tahun yang lalu sudah remaja mengalami halusinasi auditorik, dan

pasien pendiam, sering menyendiri hanya dianggap hal yang biasa.

Kurangnya kepatuhan pasien minum obat dan keluarga pasien tidak selalu

mengawasi pasien untuk meminum obat, dan keluarga memberikan obat

kepada pasien apabila sikap pasien yang berubah. Pasien yang merasa

terancam dan takut oleh suami dari alm adik pasien. Lingkungan kerja

pasien kurang berkomunikasi dengan pasien dan sering membicarakan

pasien, serta melarang pasien mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu

didapatkan aksis IV masalah berkaitan dengan pemahaman keluarga

kemungkinan kurang memahami tentang penyakit dan pengobatan

pasien serta masalah berkaitan dengan lingkungan sosial yang sering

membicarakan pasien.

Pada aksis V. Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam

kehidupannya menggunakan GAF (Global Assessment of Functioning)

Scale. Menurut PPDGJ III, pada aksis V didapatkan GAF saat dirawat

(GAF current) adalah 60-51, yaitu gejala sedang dan disabilitas sedang

dalam menjalani aktivitas sehari-hari. GAF HLPY (Highest Level Past

Year) adalah 80-71, yaitu gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dan lain-lain.

16

Page 17: NASKAH UJIAN JIWA

2. Bagaimanakah hubungan fungsi keluarga dengan keluaraga yang memiliki

gangguan mental dan emosional?

Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha

dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluraganya. Keluarga

selain dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental anggota

keluarga, juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang

mengalami persoalan kejiwaan keluarganya.3

Berdasarkan penelitian dari bahan National Mental Health Assosiation

diperoleh bahwa banyak ketidakmengertian ataupun kesalahpahaman

keluarga mengenai gangguan jiwa, keluarga menganggap bahwa seseorang

yang mengalami gangguan jiwa tidak akan pernah sembuh lagi. Namun

faktanya, NHMA mengemukakan bahwa orang yang mengalami gangguan

jiwa dapat sembuh dan dapat mulai kembali melakukan aktivitasnya.4

NMHA mengemukakan hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga agar

dapat menyikapi dan mengontrol emosi dalam menghadapi anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa, yaitu :

Membangun harapan yang realistis dalam keluarga dan kepada

penderita gangguan jiwa sehingga keluarga memiliki kesabaran dan

tetap mendukung anggota keluarganya yang mengalami gangguan

jiwa.

Pendekatan secara spiritual membantu keluarga dalam menghadapi

penderita gangguan jiwa.

Mencari bantuan dari petugas kesehatan ataupun sumber media

lainnya dalam mendapatkan informasi yang benar tentang gangguan

jiwa.

Komunikasi sangat penting untuk membangun kepercayaan antara

keluarga dengan penderita gangguan jiwa. Komunikasi yang baik

secara tidak langsung dapat membuat penderita gangguan jiwa dapat

mengungkapkan perasaan yang dirasakannya dan kelurga diharapkan

mengerti bahwa kondisi yang mereka alami.4

17

Page 18: NASKAH UJIAN JIWA

Fungsi dasar keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan anggota

keluarganya dan masyarakat yang lebih luas, meliputi :

Fungsi afektif adalah fungsi mempertahankan kepribadian dengan

memfasilitasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan

psikologis anggota keluarga, peran keluarga dilaksanakan dengan

baik dengan penuh kasih sayang.

Fungsi sosial adalah memfasilitasi sosialisasi primer anggota

keluarga yang bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang

produktif dan memberikan status pada anggota keluarga, keluarga

tempat melaksanakan sosialisasi dan interakasi dengan anggotanya.

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

dan menjaga kelangsungan hidup keluarga, dan menambah sumber

daya manusia.

Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan mengembangkan untuk

meningkatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

Fungsi perawatan mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar memiliki produktivitas yang tinggi, fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.5

3. Hubungan lingkungan sosial (masyarakat) terhadap kekambuhan pasien

skizofrenia?

Beberapa studi epidemiologi sosial yang menyebutkan jika dukunga

masyarakat dapat mengurangi efek stres, sehingga mengurangi insidensi

penyakit. Dukungan masyarakat merupakan salah satu sumber

penanggulangan terhadap stres yang penting, selain konstitusi, intelegensia,

sumber keuangan, agama, hobi dan cita-cita.2

18

Page 19: NASKAH UJIAN JIWA

Ketersediaan dukungan masyarakat berpengaruh positif pada sikap seseorang

terhadap perawatan kesehatan, membantu penyesuaian psikologis terhadap

penyakit, mencegah stres, dan bahkan meningkatkan angka kelangsungan

hidup. Dukungan masyarakat merupakan sebagai faktor yang bermakna

dalam menahan stress bagi pasien yang menderita gangguan jiwa berat

maupun bagi keluarga penderita gangguan jiwa. Adanya dukungan

masyarakat berkorelasi dengan penurunan perawatan ulang bagi penderita

gangguan jiwa berat.6

4. Bagaimana menilai prognosis pasien ini?

Prognosis pada pasien adalah dubia ad malam karena dari hasil anamnesis,

gejala yang dialami pasien lebih mengarah ke prognosis buruk.

Untuk prognosis pasien sesuai dengan teori 2

1. Good Prognosis

No. Keterangan Check List

1. Onset lambat

2. Faktor pencetus jelas √

3. Onset akut

4.Riwayat sosial dan pekerjaan pramorbid

yang baik

5. Gangguan mood √

6. Mempunyai pasangan

7. Riwayat keluarga gangguan mood

8. Sistem pendukung yang baik

9. Gejala positif √

2. Poor Prognosis

No. Keterangan Check List

1. Onset muda √

2. Faktor pencetus tidak jelas

3. Onset kronis √

19

Page 20: NASKAH UJIAN JIWA

4.Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

pramorbid jelek√

5. Perilaku menarik diri, autistic √

6. Tidak menikah, cerai/janda/duda √

7. Riwayat keluarga skizofrenia √

8. Sistem pendukung yang buruk √

9. Gejala negative √

10. Tanda dan gejala neurologis

11. Tidak ada remisi dalam 3 tahun √

12. Banyak relaps √

13. Riwayat trauma perinatal

14. Riwayat penyerangan

Gambaran klinis yang dikaitkan dengan prognosis baik:

a) Awitan gejala-gejala psikotik aktif terjadi dengan secara mendadak

b) Awitan terjadi setelah umur 30 tahun, terutama pada perempuan

c) Fungsi pekerjaan dan sosial premorbid (sebelum sakit) baik. Performa

sebelumnya tetap merupakan prediktor terbaik untuk meramalkan

performa dimasa datang

d) Kebingungan sangat jelas dan gambaran emosi menonjol, selama episode

akut (simptom positif);

e) Kemungkinan adanya stressor yang mempresipitasi psikosis akut dan

tidak ada bukti gangguan susunan saraf pusat (SSP)

f) Tidak ada riwayat keluarga menderita skizofrenia.7

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: NASKAH UJIAN JIWA

1. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-

III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.

2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri

Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta:

Binarupa Aksara.2010.

3. Notosoedirdjo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental, Konsep dan

Penerapan. Malang: UMM Press.

4. National Mental Health Assosiation/ NHMA. 2001. A literature review

report. www.nhma.org.

5. Friedman, M.M, Bowden, O & Jones,M. 2010. Keperawatan Keluarga:

Teori dan Praktek: Alih Bahasa, Achir Yani S, Hamid et al: Editor Edisi

Bahasa Indonesia, Estu Tiar Ed.5. Jakarta :EGC.

6. Fitria MS, 2013. Hubungan Antara Faktor Kepatuhan Mengkonsumsi

Obat, Dukungan Keluarga Dan Lingkungan Masyarakat Dengan Tingkat

Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di RSJD Surakarta. Fakultas Ilmu

Kesehatan:Universitas Muhammadiyah Surakarta

7. Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013

21