Nefrotik Syndrom

Embed Size (px)

Citation preview

NEFROTIK SYNDROM

ASKEP ANAK dengan NEFROTIC SYNDROME

Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.

Konsep Nefrotik Syndrome (NS)

Pengertian.

Nefrotik Syndrom adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

Etiologi

Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi :

1. Nefrotic syndrome bawaan: Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.

2. Nefrotic syndrome sekunder Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK, bahan kimia dan amiloidosis.

3. Nefrotic syndrome idiopatik

4. Sklerosis glomerulus.

Patofisiologi.

Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.

Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.

PATHWAY SYNDROM NEFROTIK

Download DISINIGejala klinis.

1. Edema, sembab pada kelopak mata

2. Rentan terhadap infeksi sekunder

3. Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan

4. Kadang-kadang sesak karena ascites

5. Produksi urine berkurang

Pemeriksaan Laboratorium

1. BJ urine meninggi

2. Hipoalbuminemia

3. Kadar urine normal

4. Anemia defisiensi besi

5. LED meninggi

6. Kalsium dalam darah sering merendah

7. Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.

Penatalaksanaan

1. Istirahat sampai edema sedikit

2. Protein tinggi 3 4 gram/kg BB/hari

3. Diuretikum

4. Kortikosteroid

5. Antibiotika

6. Punksi ascites

7. Digitalis bila ada gagal jantung.

Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome

Pengkajian

1. Identitas. Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.

2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan utama. Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun

b. Riwayat penyakit dahulu Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.

c. Riwayat penyakit sekarang. Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.

3. Riwayat kesehatan keluarga. Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.

4. Riwayat kehamilan dan persalinan Tidak ada hubungan.

5. Riwayat kesehatan lingkungan. Endemik malaria sering terjadi kasus NS.

6. Imunisasi. Tidak ada hubungan.

7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir. Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah. Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu. Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana. Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa. Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.

8. Riwayat nutrisi Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

9. Pengkajian persistem.

a. Sistem pernapasan. Frekuensi pernapasan 15 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen

b. Sistem kardiovaskuler Nadi 70 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.

c. Sistem persarafan. Dalam batas normal.

d. Sistem perkemihan. Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.

e. Sistem pencernaan. Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.

f. Sistem muskuloskeletal. Dalam batas normal.

g. Sistem integumen Edema periorbital, ascites.

h. Sistem endokrin Dalam batas normal

i. Sistem reproduksi Dalam batas normal.

j. Persepsi orang tua Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

Diagnosa dan Rencana Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.

Tujuan

Volume cairan tubuh akan seimbang

Kriteria hasil:

Penurunan edema, ascites,

Kadar protein darah meningkat,

Output urine adekuat 600 700 ml/hari,

Tekanan darah dan nadi dalam batas normal.

Intervensi:

NoINTERVENSIRASIONAL

1Catat intake dan output secara akuratEvaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan

2Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urineTekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi

3Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang samaMencegah edema bertambah

4Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garamEstimasi penurunan edema tubuh

5Diet protein 1-2 gr/kg BB/hariPembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal

2. Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan.

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi akan terpenuhi

Kriteria hasil:

NaFsu makan baik

Tidak terjadi hipoproteinemia

Porsi makan yang dihidangkan dihabiskan

Eema dan ascites tidak ada

Intervensi

NoINTERVENSIRASIONAL

1Catat intake dan output makanan secara akuratMonitoring asupan nutrisi bagi tubuh

2Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diareGangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

3Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukupMencegah status nutrisi menjadi lebih buruk

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.

Tujuan:

Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil:

Tanda-tanda infeksi tidak ada

Tanda vital dalam batas normal

Ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan

Intervensi:

NoINTERVENSIRASIONAL

1Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjungMeminimalkan masuknya organisme

2Tempatkan anak di ruangan non infeksiMencegah terjadinya infeksi nosokomial

3Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakanMencegah terjadinya infeksi nosokomial

4Lakukan tindakan invasif secara aseptikMembatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

4. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).

Tujuan:

Kecemasan anak menurun atau hilang

Kiteria hasil:

Kooperatif pada tindakan keperawatan

Komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takut

Intervensi

NoINTERVENSIRASIONAL

1Validasi perasaan takut atau cemasPerasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya

2Pertahankan kontak dengan klienMemantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan

3Upayakan ada keluarga yang menungguDukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi

4Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga.Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga

DAFTAR PUSTAKA

1. Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

2. Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, Jakarta

3. Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

4. Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

5. Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

6. Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

7. -------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.

By. Kapukhttp://kapukpkusolo.blogspot.com/2010/01/nefrotik-syndrom.htmlASKEP NEFROTIK SYNDROM

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangWHO telah menetapkan suatu program yang disebut dengan HFA (health For ALL) tahun 2000, artinya pada tahun 2000 setiap penduduk dunia berhak untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Sedangkan untuk Indonesia, pemerintah telah merencanakan program Indonesia Sehat 2010.Salah satu indicator keberhasilan tercapainya program Indonesia 2010, adalh infant Mortality Rate (IMR), berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang kesehatan (RPJK) yang terdapat dalam Sistem Kesehatan Nasional, dijelaskan bahwa kematian anak balita menurun dari 40 per 1000 balita dewasa ini menjadi setinggi-tingginya 15 per 1000 anak balita pada tahun 2000.Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang anak-anak dan memerlukan perawatan di rumah sakit sindrom nefrotik lebih sering dijumpai.Pada anak usia 1 5 tahun dengan perbandingan antara wanita dan pria adalah 1:2 .Penyakit sindrom nefrotik ini dapat kambuh kembali apabila pengobatan dan perawatannya tidak teratur. Di samping itu sindrom nefrotik perlu pengobatan yang relatif lama.Pengobatan steroid yang lama dapat menimbulkan efek samping. Nancy pomerhn Nelson dan Julie deckle, menerangkan beberapa efek samping dari penggunaan steroid yaitu: distensi abdomen, wajah bulat, ulkus gaster, gagal dalam pertumbuhan, hipertensi, panu dan demineralisasi tulang.Tidak jarang penderita sindrom nefrotik dengan komplikasi berakhir dengan kematian. Masalah utama pada penderita sindrom nefrotik adalah penimbunan cairan dan rentan terhadap infeksi sekunder. Perawat sebagai profesi yang memiliki ilmu dan ketrampilan khusus , diharapkan dapat berperan dalam pelaksanaan perawatan yang paripurna melalui proses keperawatan.B. Tujuan1. Tujuan UmumUntuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom nefrotik.2. Tujuan Khususa. Untuk mengidentifikasi masalah yang diharapkan masalah yang dihadapi oleh pasien dengan sindrom nefrotik.b. Untuk mengetahui rumusan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan sindrom nefrotik.c. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom nefrotik.d. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom nefrotik.e. Untuk mengetahui tanggapan pasien setelah diberikan asuhan keperawatan.

C. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu terdiri dari tiga Bab. Dimana Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang, tujuan, sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan teoritis yang menguraikan tentang pengertian, penyebab, tanda dan geja, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, prognosa, pencegahan, pengobatan. Bab III Asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan, dan intervensi. Dan Bab IV berisi tentang rangkuman.

BAB IILANDASAN TEORITIS

A. Pengertian- Sindrom nefrotik adalah sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh perubahan generatif ginjal tanpa peradangan. (susan martin tucker)- Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesteronemia (Dr. Rusepno Hasan dkk).Dari dua pendapat tersebut di atas, sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesteronemia yang disebabkan oleh kelainan generatif tanpa adanya peradangan pada ginjal, dimana terjadinya peningkatan permeabilitas membran basalis glomrolus terhadap protein.

B. Etiologia. Penyakit parenkim ginjal primer- glomeulonephritis akut pasca streptokokus- glomeulonephritis idiopatikb. Penyakit metabolic dan jaringan kolagen (sistemik)- Diabetes mellitus - Amiloidosis- Henoch Schoelein Purpura- Lupus eritematosus Sistemikc. Gangguan sirkulasi sistemik- Gangguan sirkulasi mekanik- Right heart syndrom : kelainan katub trikuspidalis.- Perikarditis dan tamponade jantung, penyakit jantung kongesti refrakter- Trombosis vena renalisd. Penyakit keganasan- Penyakit Hodkin- Limposarkoma- Mieloma Multiplee. Penyakit infeksi- Malaria- Syphilis- Typoid abdominal- Herpes zozter- Hepatitis Bf. Toksin spesifik- Logam berat : emas, bismuth, mecuri.- Obat-obatan : trimetadion, parametadion, penisilamin.g. Kelainan congenital- syndrom nefrotik herediterh. Sirosis hepatis, kahamilan, obesitas, transplantasi ginjal.

C. Tanda dan GejalaGejala klinik yang nampak adalah 1. Kenaikan berat badan secara progresif dalam beberapa hari/minggu.2. Edema dapat mencapai 40 % dari berat badan.3. Edema disekitar mata, perut, genetalia dan ekstremitas bawah lebih menonjol 4. Edema anasarka biasanya pada pasien dengan hipoalbuminemia berat (kurang dari 1,5 gr/100 ml)5. Biasanya timbul asites dimana pasien mengeluh sesak nafas karena pleural effusion.6. Sering dijumpai kulit ekstremitas pucat, mudah terjadi kerusakan dan rentan terhadap infeksi sekunder.7. klien mudah lelah atau lethargie tapi tidak kelihatan sakit payah.8. volume urin berkurang, warna agak keruh dan berbusa, selama beberapa minggu mungkin terdapat hemturiaD. PatofisiologiPERMEABILITAS GLOMERULUS MENINGKAT

Kebocoran PBH melualui urin Kenaikan filtrasi LIPIDURIA(protein-bound hormon) plasma protein

Penurunan plasma T-4 HIPERKOLESTROLEMIA

Kenaikan rebsorbsi ALBUMINURIA Kenaikan sintesisPlasma protein protein dlm sel hepar

Katabolisme albumin HIPOPROTEINEMIA Penurunan volumeDalam sel tubulus intravaskular

Malnutrisi Kenaikan volumeCairan interstisialKehilangan proteinMelalui usus (enteropati)

Kerusakan sel tubulus

AMINOASIDURIA SEMBAB/EDEMA

(Ilmu Penyakit Dalam, Soeparman, Hal 286, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1990)

SINDROM NEFROTIK

PROTEIURIA MASIF

HIPOALBUMINEMIA

TEKANANAN ONKOTIK KAPILER

Volume darah efektif

Aktivasi Simaptetik Renin angiotensinCirculating CatecholamineHumoralTahanan Vaskular GinjalAktivasi AldosteronDesakan Starling & TekananKapiler PeritubularReabsorpsi Na+ pada tubulus

LFGNATRIURESIS

VCES

SEMBAB

Patogenesis Sembab/edema pada sindrom nefrotik

(Ilmu Penyakit Dalam, Soeparman, Hal 292, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1990)

E. Pemeriksaan Diagnostik- Urinalisa- Urine 24 jam- Biopsi ginjal- Serum kimia

F. PrognosaPrognosa untuk kesemuhan akhir pada umunya baik walaupun kemungkinan berulangnya penyakut lazim terjadi dan keadaan seperti septicemia, peritonitis, atau syok dapat terjadi, akan tetapi sebagian besar pasien seperti alergi dan mempunyai harapan sehat di masa depan.G. Pencegahan1. IstirahatIstirahat baribg dapat mempercepatnya hilangnya edema, ditujukan terutama pada pasien dengan edema anasarka dan infeksi.2. DietDiet rendah garam (0,5 1 gr sehari) membantu menghilangkan edema. Minum tidak perlu dibatasi karena akan mengganggu fungsi ginjal kecuali bila terdapat hiponatremia. Diet tinggi protein teutama protein dengan ilai biologik tinggi untuk mengimbangi pengeluaran protein melalui urine, jumlah kalori harus diberikan cukup banyak.H. Pengobatan1. DiuretikumBoleh diberikan diuretic jenis saluretik seperti hidroklorotiasid, klortahidon, furosemid atau asam ektarinat. Dapat juga diberikan antagonis aldosteron seperti spironolakton (alkadon) atau kombinasi saluretik dan antagonis aldosteron.2. AntibiotikAntibiotik diberikan bila terdapat infeksi harus diperiksa kemungkinan adanya TBC3. DigitalisDiberikan pada pasien yang disertai gagal jantung4. Tindakan mekanikFungsi asites, fungsi pleura dan fungsi pericardial dilakukan apabila ada indikasi vital5. Pengobatan kortikosteroida. selama 28 hari, prednison diberikan peroral sebanyak 2 mg/kg/BB/hari dengan dosis maksimum sehari 80 mg.b. Kemudian 28 hari kedua, prednison diberikan peroral sebanyak 1,5 mg/kg BB/ hari setiap 3 hari dalam satu minngu dengan dosis maksimum 60 mg/sehari. Bila terdapat respon, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minngu.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A. PengkajianDs : - Apakah terjadi perubahan pola berkemih?- Apakah orang pernah sakit kepala dan mual?- Apakah selera berubah? Apakah anoreksia?- Apakah suka kecapaian?Do :- oedema : besar, lokasi, tingkat lekukan.- Intake dan output : pemantauan tiap 6 jam sampai stabil- Penimbangan berat badan dan pengukuran lingkar perut.- Kondisi kulit : pengkajian yang sering dari menghebatnya edema yang bisa memecahkan kulit.- Status respiratori : pemantauan tiap giliran dinas sekali (karena memburuknya kegagalan ginjal, oedema paru-paru)- Tanda-tanda dan gejala infeksi- Hasil pemeriksaan lab:proteinuria, LDL (Low Density Lipoprotein) dan VLDL selalu meninggi (Very Low Density Lipoprotein) meninggi, HDL normal atau menurun.

B. Diagnosa keperawatan1. Gangguan volume cairan (lebih) b/d kerusakan permeabilitas glomerolus terhadap protein, sodium dan air.2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.kehilangan protein melalui urin.3. intoleran aktivitas b/d lethargi, kelemahan fiik dan bedrest.4. Resiko terhadap infeksi b/d efek pemakaian steroid, bedrest dan edema

C. TujuanTujuan umum : Untuk mengurangi proteinuria, koreksi hipoalbuminemia, menghilangkan sembab dan mencegah penyulit-penyulit.Tujuan khusus:- Dx I : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan- Dx II : Kebutuhan nutrisi (protein) tubuh terpenuhi.- Dx.III : Klien dapat berpartisipasi dalam melakukan aktivitas untuk mencegah kebosanan dan klien tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitas - Dx.IV : Tidak terjadi infeksi

D.RENCANA TINDAKANDiagnosa Keperawatan Kriteia Hasil Rencana Tindakan RasionalDx. I Gangguan Volume cairan (lebih) b/d kerusakan permeabilitas glomerolus terhadap protein, sodium dan air.( Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Hal. 615)

Kriteria hasil :- edema anasarka- intake dan output seimbang- tidak terjadi proteinuria.

- 1.1 kaji tanda tanda kelebihan cairan (ukur tekanan darah, timbang berat badan, periksa adanya edema)

1.2 catat intake dan output setiap hari pada waktu yang sama

1.3 berikan diit rendah garam tinggi protein sesuai aturan.

1.4 Test berat jenis urin dan adanya protein dalam urin

1.5 Test jumlah protein, albumin dalam darah.

1.6 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.

1.1 Pada nefrotik syndrom terjadi hypoalbuminemia sehingga tekanan osmotic plasma berkurang dengan tekanan hidrostatik kapiler meningkat sehingga terjadi kebocoran plasma ke jaringan intertisia dan terjadilah edema.1.2 Pemantauan cairan peroral dengan parenteral serta output yang cermat diperlukan untuk pengendalian edema, selain mengetahui jumlah dan komposisi zat gizi yang masuk ke dalam tubuh untuk mengimbangi kehilangan protein yang terjadi1.3 Pemberian diit rendah garam tinggi protein diperlukan untuk mengurangi edema dan untuk mengganti protein melalui urine, sehingga protein dalam tubuh mencukupi kebutuhan.1.4 Peningkatan derajat jenis urin menunjukkan kepekatan urine dan banyaknya elektrolit yang keluar melalui urine. Protein dalam urine meninjukkan adanya kerusakan pada glomerolus.1.5 Untuk mengetahui banyaknya penurunan protein yang terjadi.1.6 Pemberian obat yang tepat dan cepat akan mempercepat proses penyembuhan penyakit.Diagnosa Keperawatan Kriteia Hasil Rencana Tindakan RasionalDx. IIGangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, kehilangan protein melalui urine(Rencana Askep, Doenges, hal 620) Kriteria hasil :- Nafsu makan meningkat- Wajah tidak pucat- Albumin dalam batas normal (3,5 5,5 gr/dl) 2.1 Kaji staus nutrisi kien

2.2 Berikan diit tinggi protein

2.3 Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering

2.4Catat intake makanan setiap habis makan.2.5Berikan suasana yang menyenangkan dan santai saat makan.2.1Status nutrisi ditegakkan sebagai perbandingan dalam menentukan perubahan nutrisi klien selama sakit.2.2 Diit tinggi protein diperlukan untuk menggantikan hilangnya protein dalam urine.2.3 Dengan porsi makan yang kecil tapi sering akan membantu klien untuk tetap dapat mempertahankan staus nutrisinya.2.4 Untuk mengevaluasi jumlah kalori yang masuk2.5 Suasana yang menyenangkan dan santai akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis klien.

Diagnosa Keperawatan Kriteia Hasil Rencana Tindakan RasionalDx. IIIIntoleran aktivitas b/d lethargi, kelemahan fisik dan bedrest(Rencana Askep, Doenges, 536)Kriteria hasil :- Tubuh tidak terasa lemah lagi- Wajah tidak pucat dan nampak segar- Bisa melakukan aktivitas fisik sendiri. 3.1 Kaji tingkat respon terhadap aktivitas

3.2 Pantau nadi selama dan sesudah aktivitas.

3.3 Rencanakan perawatan untuk memberikan istirahat yang optimal

3.4 Berikan dorongan dan ajarkan pernafasan bibir aktifitas.

3.5 Panatu terhadap tanda keletihan ekstremitas, nyeri dada atau diaforesis selama dan sesudah aktifitas.3.1Peningkatan toleransi aktifitas-altifitas menunjukkan ketidaktergantungan klien sehingga perawat mampu merencanakan intervensi berikutnya.3.2 Vital sign dapat berubah apabila beraktifitas berlebihan sehingga menimbulkan kelelahan3.3 Klien harus beristirahat optimal sehingga tidak melakukan aktifitas berat yang memerlukan energi lebih banyak.3.4 Pernafasan bibir mempertahankan jalan nafas yang terbuka lebih lama selam ekhshalasi dan pengeluaran.3.5 Keletihan ektremitas menandakan ketergantungan penuh terhadap perawat sehingga perawat mampu menentukan intervensi selanjutnya.

Diagnosa Keperawatan Kriteia Hasil Rencana Tindakan RasionalDx. IVResiko terhadap infeksi b/d pemakaian steroid, bedrest dan edema(Rencana Askep. Doenges, Hal. 622) Kriteria hasil :- Tidak terdapat protein dalam urine- Edema berkurang- Urine berwarna kuning jernih- Suhu dan tubuh dalam batas normal. 4.1 Kaji tanda-tanda infeksi

4.2 Pantau kadar leukosit dalam darah

4.3 lakukan perawatan kulit secara teratur (mandi teratur, masase kulit dll)

4.4 Anjurkan klien ambulasi dini

4.5 Penuhi nutrisi secara optimal4.1. Pemantauan tanda-tanda infeksi dini akan memperoleh proses penanganan selanjutnya4.2 Peningkatan leukosit menandakan adanya infeksi dalam tubuh.4.3 Perawatan kulit meningkatkan kulit tetap kering dan bersih sehingga tidak mudah terjadi infeksi.4.4 Ambulasi dini mencegah dari atrofi otot, penekanan yang lama pada salah satu bagian tubuh dapat menyebabkan gangguan sirkulasi.4.5 Nutrisi optimal dapat mencukupi kebutuhan tubuh sebagai proteksi alami dari tubuh.

BAB IVPENUTUP

A. RangkumanDalam makalah ini penulis telah menyimpulkan sebagi berikut :- Sindrom nefrotik adalah sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh perubahan generatif ginjal tanpa peradangan.- Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesteronemia.- Adapun tanda dan gejalanya adalah kenaikan berat badan secara progresif , edema, asites, kulit ekstremitas pucat, klien mudah lelah, volume urin berkurang- Prinsip asuhan keperawatan pada klien dengan nefrotik sindrom adalah didasarkan pada permasalahan yaitu mengatasi perubahan volume cairan, perubahan nutrisi,intoleran aktifitas dan potensial infeksi. http://keperawatantakim.blogspot.com/2009/04/askepnefrotiksyndrom.html Askep Sindrom Nefrotik( Asuhan Keperawatan pada Klien Sindrom Nefrotik )Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Sindrom Nefrotik

Secara umum etiologi dibagi menjadi sindrom nefrotik bawaan, sekunder, idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien sindrom nefrotik sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.

Konsep Sindrom NefrotikPengertian Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

Sindrom Nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004).

Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).Sindrom nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria masif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).

Etiologi Sindrom NefrotikSebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi :

a. Sindrom nefrotik bawaan.

Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.

b. Sindrom nefrotik sekunder

Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK, bahan kimia dan amiloidosis.

c. Sindrom nefrotikidiopatik

d. Sklerosis glomerulus.

Insiden Sindrom Nefrotika.Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.b.Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatanc.Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahund.Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 - 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik pada anake.Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan pemberian steroid.f.Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi ginjal. (Cecily L Betz, 2002)

Patofisiologi Sindrom NefrotikAdanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.

Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.

a.Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.b.Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.c.Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasmad.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)e.Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)

Gejala Klinis Sindrom Nefrotik- Edema, sembab pada kelopak mata Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.

- Rentan terhadap infeksi sekunder

- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan

- Kadang-kadang sesak karena ascites

- Produksi urine berkurang

- Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.

- Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.

Pemeriksaan Laboratorium - BJ urine meninggi

- Hipoalbuminemia

- Kadar urine normal

- Anemia defisiensi besi

- LED meninggi

- Kalsium dalam darah sering merendah

- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.

Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik- Istirahat sampai edema tinggal sedikit

- Diet protein 3 - 4 gram/kg BB/hari

- Diuretikum : furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25 - 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.

- Kortikosteroid : Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp) dengan maksimum 80 mg/hari.Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu

- Antibiotika bila ada infeksi

- Punksi ascites

- Digitalis bila ada gagal jantung.

Komplikasi Sindrom Nefrotika. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.

b. Syok : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan syok.

c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen plasma.

d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.(Rauf, .2002 : .27-28).

Konsep Asuhan Keperawatan pada Sindrom Nefrotik1. Pengkajian

a. Identitas.

Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.

b. Riwayat Kesehatan.

1) Keluhan utama.

Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun

2) Riwayat penyakit dahulu.

Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.

3) Riwayat penyakit sekarang.

Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.

c. Riwayat kesehatan keluarga.

Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan

Tidak ada hubungan.

e. Riwayat kesehatan lingkungan.

Endemik malaria sering terjadi kasus NS.

f. Imunisasi.

Tidak ada hubungan.

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8

Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.

Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.

Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.

Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.

Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.

Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.

h. Riwayat nutrisi.

Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

i. Pengkajian persistem.

a) Sistem pernapasan.

Frekuensi pernapasan 15 - 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena distensi abdomen

b) Sistem kardiovaskuler.

Nadi 70 - 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 - 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.

c) Sistem persarafan.

Dalam batas normal.

d) Sistem perkemihan.

Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.

e) Sistem pencernaan.

Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.

f) Sistem muskuloskeletal.

Dalam batas normal.

g) Sistem integumen.

Edema periorbital, ascites.

h) Sistem endokrin

Dalam batas normal

i) Sistem reproduksi

Dalam batas normal.

j. Persepsi orang tua

Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Sindrom Nefrotik

a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.

Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 - 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.

Intervensi :

1. Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan

2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional : Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi

3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional : Estimasi penurunan edema tubuh

4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema bertambah berat

5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.

b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.

Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.

Intervensi :

1. Catat intake dan output makanan secara akurat. Rasional : Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

2. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Rasional : Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup. Rasional : Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk.

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.

Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.

Intervensi :

1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan pengunjung. Rasional : Meminimalkan masuknya organisme.

2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

d) Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).

Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.

Intervensi :

1. Validasi perasaan takut atau cemas. Rasional : Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.

2. Pertahankan kontak dengan klien. Rasional : Memantapkan hubungan, meningkatan ekspresi perasaan.

3. Upayakan ada keluarga yang menunggu. Rasional : Dukungan yang terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.

4. Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga. Rasional : Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKABerhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

-, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA, Surabaya.

http://nursingbegin.com/askep-sindrom-nefrotik/