152

NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

  • Upload
    ledieu

  • View
    273

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf
Page 2: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf
Page 3: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf
Page 4: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf
Page 5: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

i

ABSTRAK

Nely Rahmawati

NIM. 1110051100020

Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah di Media Umat

Konflik Suriah yang berlangsung dari tahun 2011 hingga hari ini telah

menarik perhatian dunia internasional. Adanya perlawanan dari pelbagai

kelompok masyarakat Suriah terhadap tindakan represif rezim pemerintahan telah

menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat. Turut sertanya negara asing

dengan segala kepentingannya dalam konflik ini menambah pelik situasi di

Suriah. Masing-masing pihak yang terlibat konflik mencoba mempertahankan

kepentingan mereka terhadap Suriah. Perbedaan ideologi yang diusung oleh

masin-masing aktor yang terlibat konflik ini dibangun oleh media massa sebagai

perang ideologi yang tercermin dari wacana serta teks berita yang dihasilkan.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana wacana perang

ideologi pada konflik Suriah dikonstruksi oleh Media Umat? Tujuan penelitian

Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah

dikonstruksi lewat oleh Media Umat.

Teori Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah hirarki pengaruh

yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese yang

mengemukakan bahwa ada pelbagai faktor yang mempengaruhi isi media atau

agenda media. Kemudian untuk menganalisis objek penelitian dengan

menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani.

Metodologi Penelitian dalam skripsi ini antara lain menggunakan:

paradigma kronstruktivis, pendekatan kualitatif, dan metode penelitian

menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani. Sedangkan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi

sebagai sumber referensi melakukan penelitian.

Hasil penelitian menunjukan, Tabloid Media Umat sebagai media

komunikasi yang berideologi Islam mengkonstruksi wacana perang ideologi

dengan menampilkan dan menonjolkan kebengisan rezim pemerintah, masuknya

negara asing yang ingin membajak revolusi Suriah, dan para pejuang Islam

(mujahidin) di Suriah yang tak bergeming dengan kebrutalan rezim Asad serta

ide-ide revolusi negara asing.

Keyword: Konflik, Ideologi, Suriah, Media Umat, Wacana, Framing Gamson

dan Modigliani

Page 6: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat

dan magfirah-Nya yang selalu tercurahkan. Berkat pertolongan dan karunia-Nya,

akhirnya peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul

“Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah Di Media Umat”.

Shalawat serta salam terlantunkan kepada kekasih Allah, Nabi

Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita semua

mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhir.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih banyak

kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suprapto, M.Ed selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum, dan Dr. Sunandar, M.A selaku Pembantu Dekan

Bidang Kemahasiswaan.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekertaris

Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfiroh Nurlaily, M.A atas dukungan

dan bantuannya dalam administrasi maupun segala hal dalam proses

penulisan skripsi.

Page 7: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

iii

3. Dr. Rulli Nashrullah, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, petunjuk, dan pemikirannya kepada peneliti. Juga

menyemangati untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik serta memberikan beragam ilmu. Semoga pengorbanan para

dosen dibalas dengan kebaikan yang tak terhingga dari Allah.

5. Seluruh Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

6. Kepada pihak Tabloid Media Umat yang turut berperan dalam selesainya

penelitian, khususnya kepada Ust. Farid Wadjdi selaku Pimpinan Redaksi,

dan Ust. Mujiyanto selaku Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat

sebagai narasumber yang sudah meluangkan waktunya dan memberikan

kesempatan untuk wawancara terkait penelitian ini.

7. Orangtua tercinta, Ibundo Neny Nizam dan Baba Sumardi. Terimakasih

atas cinta, kasih sayang, perhatian, kepercayaan, kesabaran, ketulusan doa

yang tak ada hentinya, serta dukungan moril dan materil selama ini.

Terimakasih selalu memberikan dan mengorbankan yang terbaik ditengah

segala keterbatasan.

8. Makdang Syabnikmat dan Makwo Vidriani, Uni Resti, Ilham, Uni Dina,

Devi solehah, dan seluruh keluarga besar Nizam. Hanya Allah yang

mampu segala kebaikan dan ketulusan cinta kalian dengan yang lebih

baik.

Page 8: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

iv

9. Kak Wiwit, Umi Atik, Kak Wini, Kak Wita, Teh Sely, Kak Aminah, Kak

Tirta, Kak Deci, dan teman-teman seperjuangan Muslimah Hizbut Tahrir

Indonesia (MHTI) Kampus Ciputat yang tak kenal peluh memberikan

semangat untuk terus berjuang hingga akhir. Benar, Allah akan menolong

apapun kesulitan kita saat kita bersedia menolong agama-Nya. Semoga

hati kita semakin dikuatkan, langkah kita semakin diteguhkan, segala

pengorbanan dibalas dengan kebaikan, dan berkumpulnya kita karena

ikatan akidah kembali dipesatukan dalam Jannah-Nya. Aamiin.

10. Keluarga Jurnalistik A angkatan 2010, perhatian dan semangat yang kalian

berikan sejak awal pertemuan tak pernah terlupakan. Semoga ilmu dan

pengalaman kita semua bermanfaat dunia dan akhirat.

Akhirnya teriring salam dan doa, semoga segala motivasi dan kebaikan

kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang lebih baik dan

berlipat ganda. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

wacana keilmuan dan ke-Islaman. Kepada-Nya lah segala urusan kembali dan

kepada-Nya lah kita memohon hidayah dan taufiq serta ampunan.

Jakarta, 25 Agustus 2014

Nely Rahmawati

Page 9: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ ......5

D. Metodologi Penelitian ................................................................ 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Media dan Ideologi

1. Pengertian Media................................................................ 15

2. Media dan Ideologi............................................................. 16

3. Teori Hirarki Pengaruh....................................................... 19

B. Media Islam ............................................................................. 29

C. Analisis Wacana

1. Konsep Analisis Wacana .................................................... 33

2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa........................ 34

Page 10: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

vi

D. Analisis Framing

1. Konsep Analisis Framing................................................... 39

2. Jenis Framing ..................................................................... 40

3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre

Modigliani .......................................................................... 41

E. Konseptualisasi Berita

1. Pengertian Berita ................................................................ 44

2. Nilai-Nilai Berita ................................................................ 46

3. Jenis-Jenis Berita ................................................................ 47

4. Sumber Berita ..................................................................... 48

BAB III SURIAH DAN PEMBERITAANNYA

A. Suriah

1. Syam dan Suriah................................................................. 49

2. Suriah “Pra Islam-Islam” ................................................... 51

3. Kondisi Geografis Suriah ................................................... 55

B. Konflik Suriah .......................................................................... 57

C. Konstruksi Pemberitaan Konflik Suriah .................................. 63

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Profil Tabloid Media Umat ...................................................... 68

B. Hirarki Pengaruh Dalam Pemberitaan Konflik Suriah Di Media

Umat ......................................................................................... 72

C. Konstruksi Wacana Perang Ideologi Pada Konflik

Page 11: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

vii

Suriah Di Media Umat ............................................................ 75

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi ............................... 79

2. Tahap Sebaran Konstruski .................................................. 80

3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas ........................... 81

3.1 Analisis Teks Berita I .................................................. 86

3.2 Analisis Teks Berita II ................................................ 94

3.3 Analisis Teks Berita III ............................................... 99

3.4 Analisis Teks Berita IV .............................................106

3.5 Analisis Teks Berita V ..............................................112

3.6 Analisis Teks Berita VI .............................................118

3.7 Analisis Teks Berita VII ............................................125

4. Tahap Konfirmasi ............................................................. 132

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………....133

B. Saran………………………………………………………..134

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...135

LAMPIRAN

Page 12: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Tabel 1. 1: Perangkat Framing Model William Gamson dan Andre

Modigliani ............................................................................................... 9

Tabel 1.2: Daftar Narasumber ................................................................................ 11

Tabel 4.1: Daftar Judul Berita Mengenai Konflik Suriah di Tabloid

Media Umat ........................................................................................... 76

Tabel 4.2: Analisis Berita 1 “Bashar Asad, Rezim Keji Menanti Mati”................ 92

Tabel 4.3: Analisis Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Asad” ..................................... 97

Tabel 4.4: Analisis Berita 3 “Pertarungan Barat dan Timur” .............................. 104

Tabel 4.5: Analisis Berita 4 Suriah Mulia dengan Khilafah” ............................. 111

Tabel 4.6: Analisis Berita 5 “Upaya Amerika Menagborsi Perjuangan

Umat Islam” ......................................................................................... 116

Tabel 4.7: Analisis Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ............... 123

Tabel 4.8: Analisis Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan

Antara Keimanan dan Kekufuran” .................................................... 130

Page 13: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Skema Hierarchy of Influence ......................................................... 20

Gambar 4.1 : Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati” ....................... 87

Gambar 4.2 : Berita 2 “ Rezim Jahat Bashar Assad” ............................................. 94

Gambar 4.3 : Berita 3 “Pertarungan Barat dengan Timur” .................................... 99

Gambar 4.4 : Berita 4 “Suriah Mulia Dengan Khilafah” ..................................... 106

Gambar 4.5 : Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan

Umat Islam”.................................................................................. 112

Gambar 4.6 : Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” ........................ 118

Gambar 4.7 : Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan

Antara Keimanan dan Kekufuran” ............................................ 125

Page 14: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Pengesahan Proposal Skripsi

Lampiran 2 Surat Keterangan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Keterangan Permohonan Penelitian/Wawancara

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Narasumber

Lampiran 6 Company Profile Media Umat

Lampiran 7 Curriculum Vitae Narasumber

Lampiran 8 Dokumentasi Cover dan Teks Berita Konflik Suriah

Page 15: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sarana dari komunikasi massa, media

massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk

memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat

dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang juga

dibaurkan dengan informasi dan hiburan.1 Melalui media massa, baik

cetak maupun elektronik, masyarakat bisa mendapatkan pelbagai

informasi mengenai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara,

mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, maupun politik.

Media massa di antaranya tabloid berperan menampilkan berbagai

realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah kehidupan lewat penyajian

berita dan informasi. Dengan menyajikan realitas inilah masyarakat

memperoleh gambaran tentang kondisi kehidupan yang ada.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tabloid merupakan surat

kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak

membuat berita secara singkat, padat dan bergambar, mudah dibaca

umum, selain itu tabloid merupakan tulisan dalam bentuk ringkas dan

padat (tentang kritik, paparan dan sebagainya).2

1 Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Mass (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 3.

2 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 987.

Page 16: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

2

Dari sekian banyak tabloid yang beredar di Indonesia, Media Umat

merupakan salah satu media cetak Islam yang fokus menyajikan informasi

tentang keadaan kaum Muslim di seluruh dunia. Adanya konflik di

negeri-negeri Muslim tentu tak luput dari perhatian Media Umat, termasuk

konflik yang sedang berkecamuk di Suriah hingga hari ini. Dalam

penyajian informasinya, media yang memiliki tagline: “Melanjutkan

Kehidupan Islam” ini berupaya mengarahkan para pembaca untuk melihat

konflik Suriah sebagai pertarungan ideologi antara Islam dan Barat.

Fenomena revolusi negara-negara Timur Tengah yang dikenal

dengan Arab Spring telah membawa pengaruhnya hingga ke Suriah.

Perlawanan rakyat Suriah yang selama ini dipimpin oleh rezim diktator

direspon brutal oleh pemerintah, sehingga membuat rakyat Suriah berani

untuk mengangkat senjata. Perlawanan bersenjata ini terus berlangsung

dan menarik perhatian dunia internasional. Pihak-pihak asing yang

mempunyai kepentingan terhadap Suriah pun terjun dalam konflik ini.

Yang membuat menarik, ternyata perlawanan rakyat ini bukan hanya

sekedar ingin menumbangkan rezim Assad, tapi juga perjuangan atas

nama Islam, perjuangan yang ingin mengembalikan kehidupan Islam

dengan terbentuknya Khilafah3.

Gejolak konflik di Suriah semakin menggeliat dan

mengkhawatirkan tatkala awal Maret 2011 seorang anak berusia 11 tahun

3 “Kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan

hukum-hukum perundang-undangan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”,

dijelaskan dalam Thesis Muhammad Muhsin Rodhi, “Tsaqafah dan Metode Hizbut Tahrir Dalam

Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah”

Page 17: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

3

telah memperlihatkan kebenciannya terhadap pemerintahan rezim Suriah

dengan menulis dan membuat gambar-gambar di tembok jalanan yang

mencerminkan tuntutan untuk mengganti pemerintahan Assad di kota

Dar’a. Tuntutan perubahan ini akhirnya memercikan api konflik yang luar

biasa, rezim pimpinan Assad pun meresponnya dengan brutal.4

Presiden Suriah, Bashar Assad yang menganut sekte Syiah

Alawiyah/ Nusairiyah yang dari awal sering bergesekan dengan mayoritas

Sunni di Suriah menambah pelik konflik ini. Aksi protes dan demonstrasi

muncul dimana-mana. Rezim Assad menangkapi dan menculik para

pemrotes, membunuh mereka, memotong bagian tubuh mereka, bahkan

menyiksa sampai mati anak-anak yang ikut dalam demonstrasi.5

Menurut kelompok aktivis yang berpusat di Inggris, Syrian

Observatory for Human Rights (SOHR), dalam bulan Maret 2013 saja,

291 wanita, 298 anak-anak, 1486 pejuang pemberontak dan pembelot

militer, serta 1464 pasukan pemerintahan tewas terbunuh. PBB mencatat

lebih dari 70 ribu orang telah tewas di Suriah sejak pemberontakan

dimulai. Sementara kelompok anti pemerintahan yang memonitori

pelanggaran hak asasi manusia di kedua pihak mengatakan, jumlah korban

jauh lebih tinggi dari 62.554 orang.6

4 http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 20:05

wib. 5 http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-untuk-

pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 17:20 wib. 6http://politik.pelitaonline.com/news/2013/04/02/krisis-suriah-konflik-paling-

berdarah#.UXCLOfV11YE diakses pada 17 Desember 2013, pkl. 15:38 wib.

Page 18: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

4

Tindakan represif rezim Assad ini mendapat perhatian dunia

internasional. Rusia, China serta Iran secara terang-terangan mendukung

tindakan pemerintahan Assad untuk menghakimi warganya yang

memberontak, berbagai jenis senjata, dan serta pasukan dikirim ke Suriah

untuk menyelamatkan pemerintahan Assad. Sementara Amerika dan

sekutunya menyeru agar Assad mundur dan berusaha mengganti para elit

politik di Suriah dengan orang-orang pilihannya yang lebih mampu

menjalankan pemerintahan Suriah dengan demokratis. Amerika pun

bersikukuh untuk membuat koalisi dan Dewan Keamanan Suriah untuk

menekan aksi pemberontakan.

Tapi pada faktanya, masyarakat Suriah dengan segala

perjuangannya menolak solusi yang ditawarkan dari Amerika beserta

sekutunya, masyarakat Suriah juga dengan tegas melawan gempuran

Assad yang dibantu dan dimonitori oleh Rusia, China, dan Iran.

Perlawanan sengit yang sesungghnya hanyalah dirasakan masyarakat

Suriah sendiri, penderitaan atas berlangsungnya kekuasaan Assad yang

selama ini memimpin telah membangkitkan rasa perjuangan mereka.

Perjuangan masyarakat Suriah inilah yang sebenarnya jarang

diungkapakan oleh media. Masyarakat Suriah yang memegang senjata

hanya dikatakan sebagai pemberontak, tanpa melihat lebih dalam bahwa

sebenarnya mereka bukan hanya memberontak atas kepemimpinan Assad,

tapi juga memberontak terhadap sistem pemerintahan yang selama ini

diterapkan di atas kehidupan mereka. Masyarakat Suriah ingin

Page 19: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

5

menerapkan sistem yang sesuai dengan ideologi yang mereka inginkan.

Ideologi yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh Amerika, dan

ideologi ini pula berbeda dengan ideologi yang dipaksakan oleh Rusia.

Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengangkat

dan menganalisis sejauh mana Tabloid Media Umat mengungkapakan,

menyajikan, dan mengulas wacana perang ideologi pada konflik Suriah,

maka penelitian ini berjudul “Wacana Perang Ideologi pada Konflik

Suriah di Media Umat”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini dikhususkan pada satu masalah dari sekian banyak

masalah yang diangkat di Media Umat, yakni perang ideologi pada konflik

Suriah. Adapun penulis membatasi permasalahan pada wacana

pemberitaan konflik Suriah di Media Umat pada edisi 87, 93, 96, dan 100.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana wacana perang ideologi pada konflik Suriah

dikonstruksi oleh Media Umat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana wacana perang ideologi pada konflik

Suriah dikonstruksi oleh Media Umat.

Page 20: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

6

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pada pengembangan keilmuan komunikasi, khususya bagi peneliti

yang bersifat konstruktivis.

b. Manfaat Praktis

Manfaat konstruktivis penelitian ini adalah diharapkan

penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi di bidang jurnalistik,

khususnya penelitian yang terkait dengan telaah berita-berita konflik

ideologi.

Penelitian ini juga diharapakan memberikan inspirasi media

(media percetakan khususya) maupun media industri lainnya untuk

menciptakan keberimbangan, netralisasi, dan akulturasi tanpa ada bias

keberpihakan secara lebih baik, proporsional, profesional dan

bermanfaat bagi orang banyak.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitan

Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa paradigma analisis.

Yakni positivis, kontruktivis, dan kritis. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan paradigma konstruktivis. Dalam paradigma konstruktivis,

bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek

belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan.

Page 21: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

7

Konstruktivis justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam

kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.7

Paradigma konstrukstivis melihat realitas pemberitaan media

sebagai aktivitas konstruksi sosial. 8 Analisis yang disampaikan menurut

pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud

dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang

mengemukakan suatu pernyataan.9

2. Pendekatan Penelitian

Analisis berlandaskan paradigma konstruktivis yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal tersebut

tercermin dari usaha paradigma konstruktivis untuk mendapatkan

pemahaman yang bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan

analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian,

kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang

kenyataan-kenyataan tersebut.10

Penerapan pendekatan kualitatif

menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat

nonkualitatif, seperti penggunaan instrumen wawancara mendalam dan

pengamatan.11

7 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, Cet VII

Februari 2009), h.5 8 Burhan Bungin, Metodologi Peneltian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo 2004), cet.

Ketiga, h.204 9 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006), h. 83. 10

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215. 11

Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004),h. 2.

Page 22: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

8

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, landasan

yang dinilai tepat menyusun disain riset dengan demikan adalah analisis

framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani. Analisis

framing Gamson dan Modigliani dapat menjelaskan susunan-susunan ide

yang terdapat dalam berita. Ide-ide tersebut didapat dari cara pandang

wartawan dalam menyeleksi isu, menonjolkan isu mana yang diungkapkan

dan isu mana yang tidak diungkapkan. Sehingga terbentuklah apa yang

disebut sebagai kemasan (package).

Page 23: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

9

Tabel 1. 1: Perangkat framing model William Gamson dan Andre

Modigliani12

Frame (Media Package)

Seperangkat gagasan atau ide

sentral ketika seseorang atau media

memahami dan memaknai suatu isu

(central organizing idea of making

sense of relevant events, suggesting

what is at issues). Frame ini akan

didukung oleh perangkat wacana

lain, seperti kalimat, kata, dan

sebagainya. Secara umum,

perangkat ide sentral ini

dikelompokkan menjadi dua, yaitu

framing devices dan reasoning

devices.

Framing Devices (Perangkat

Framing):

Berkaitan langsung dengan ide

sentral atau bingkai yang

ditekankan dalam teks berita.

Perangkat ini antara lain: pemakaian

kata, kalimat, grafik/gambar, dan

metafora tertentu.

Reasoning Devices (Peangkat

Penalaran):

Berhubungan dengan kohesi dan

kohorensi dari teks yang merujuk

pada gagasan tertentu. Artinya ada

dasar pembenar dan penalaran alas

an tertentu sehingga membuat

gagasan yang disampaikan media

atau seseorang tampak benar,

alamiah, dan wajar.

Methapors:

Perumpamaan atau pengandaian Roots:

Analisis kausal atau sebab akibat

Catchphrases:

Frase yang menarik, kontras,

menonjol dalam suatu wacana. Ini

umumnya berupa jargon atau

slogan.

Appeats to Principle:

Premis dasar, klaim-klaim moral.

Exemplaar

Mengaitkan bingkai dengan contoh,

uraian (bisa teori, perbandingan)

yang memperjelas bingkai.

Consequences

Efek atau konsekuensi yang didapat

dari bingkai.

Depiction

Penggambaran atau pelukisan suatu

isu yang bersifat konotatif.

Depiction ini umumnya berupa

kosakata, leksikon untuk melabeli

sesuatu.

12

Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h.262.

Page 24: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

10

Visual Images

Gambar, grafik, citra yang

mendukung bingkai secara

keseluruhan. Bisa berupa foto,

kartun atau grafik untuk

menekankan dan mendukung pesan

yang ingin disampaikan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media Umat.

Objek yang digunakan ialah pemberitaan mengenai perang

ideologi pada konflik yang terjadi di Suriah.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ialah kantor redaksi Media Umat, dan waktunya

ialah pada bulan July 2014.

6. Teknik Pengumpulan Data

Berpijak pada penggunaan analisis framing Gamson dan

Modigliani sebagai metodologi penelitian, maka teknik pengumpulan data

yang akan dilakukan mengacu pada teknik pengumpulan data pada analisis

framing Gamson dan Modigliani.

a) Wawancara Mendalam (Indept Interview)

Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.13

Teknik wawancara (interview) adalah teknik pencarian data/informasi

mendalam yang diajukan kepada responden/informan dalam bentuk

13

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 35.

Page 25: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

11

pertanyaan.14

Wawancara ini dilakukan sebagai pendukung bagi cara

pandang wartawan serta rekonstruksi ide dalam analisis framing Gamson

dan Modigliani.

Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada dua bagian yang

berkepentingan dalam skripsi ini, yaitu:

Tabel 1. 2

Daftar Narasumber

Nama Jabatan Tujuan

Farid Wajdi Pimpinan Redaksi

Tabloid Media Umat

Perihal proses produksi

berita dan teks yang

berhubungan dengan

objek penelitian

Mujiyanto Redaktur Pelaksana

TabloidMedia Umat

Perihal teks berita yang

berhubungan dengan

objek penelitian

b) Dokumentasi

Digunakan karena merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai

bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka

kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap suatu yang

diselidiki. Dokumen-dokumen yang terkumpul seperti kumpulan

pemberitaan Tabloid Media Umat dari 1 Januari 2013 – 30 Desember

2013.

14

Mahi M.Hikmat, Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.79.

Page 26: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

12

7. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, untuk melihat bagaimana Media Umat

membingkai pemberitaan mengenai perang ideologi dalam konflik di

Suriah, maka peneliti menggunakan analisis framing model William A.

Gamson dan Andre Modigliani sebagai alat untuk membedah teks pada

kelima artikel tersebut. Dalam membedah teks dalam kelima berita

tersebut, peneliti melakukan analisis melalui tiga perangkat framingnya

yaitu media package, core frame, dan condensing symbol. Sehingga akan

terlihat apa yang ingin dibingkai atau ditonjolkan oleh Media Umat.

Selain itu, karena penelitian ini ingin mengetahui bagaimana

Media Umat dalam mengkonstruksi perang ideologi pada konflik Suriah,

maka peneliti menggunakan teori hirarki pengaruh dan teori konstruksi

realitas sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckman.

8. Teknik Penulisan

Pada teknik penulisan penelitian ini penulis mengacu pada

Pedoman Penulisan Karya Ilmih (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN

Syahid, terbitan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

Page 27: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

13

E. Tinjauan Pustaka

Sedangkan dalam penyusunan skripsi ini, sebelum peneliti

menyusunnya lebih lanjut maka terlebih dahulu peneliti melakukan

literatur dalam penulisan ini di beberapa perpustakaan. Maksud pengkajian

ini adalah agar data diketahui bahwa apa yang diteliti sekarang tidak sama

dengan skripsi-skripsi sebelumnya.

Dalam pengkajian literatur yang telah peneliti lakukan, peneliti

mengkaji literatur analisis framing model William Gamson dan Andre

Modigliani. Untuk itu, Adapun beberapa tinjauan pustaka berupa skripsi

yang dijadikan penulis sebagai referensi yang membantu penelitian,

meskipun sejauh ini belum ada skripsi yang mirip dan mampu dijadikan

konsep dasar, skripsi-skripsi tersebut ialah:

1. Skripsi “Citra Perempuan dan Korupsi (Konstruksi Realitas Sosial

dalam Pemberitaan Kasus Korupsi Suap Daging Impor di

www.metrotvnews.com)” oleh Septinia Antika Fasya, Jurusan

Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Pada level teks, teknik analisis data

sama-sama menggunakan teknik analisis framing Gamson dan

Modigliani. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah

www.metrotvnews.com, sedangkan peneliti menjadikan Media Umat

sebagai subjeknya. Objek yang diamati dalam penelitian ini ialah citra

Page 28: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

14

perempuan dan korupsi, sedangkan peneliti menggunakan perang

ideologi pada konflik di Suriah sebagai objek yang diamati.

2. Skripsi “Diskursus dan Implementasi Jurnalisme Damai dalam

Pemberitaan Konflik Suriah di Kabar Dunia TVOne” oleh Puti Buana,

Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Perbedaannya terletak pada

subjek yang diteliti serta metode penelitian yang digunakan. Subjek

yang digunakan dalam penelitian ini ialah TVOne, sedangkan peneliti

menggunakan Media Umat. Penelitian ini menggunakan metode

analisis wacana kritis Norman Fairclouugh, sedangkan peneliti

menggunakan metode analisis framing Gamson dan Modigliani.

Page 29: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

15

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Media dan Ideologi

1. Pengertian Media

Secara etimologi, media adalah jamak dari bahasa latin yaitu

―Median‖ yang berarti alat perantara. Sedangkan secara terminologi media

berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk

mencapai tujuan tertentu.1

Dalam kamus istilah Telekomunikasi BC. TT. Ghazali menyatakan

bahwa media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai

saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila

komunikan jauh tempatnya dna banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu

yang dapat dipergunakan sebgaia alat bantu dalam berkomunikasi disebut

media komunikasi, sedangkan bentuknya beragam.2

Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah "sarana

penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas

misalnya radio, televisi, dan surat kabar".3

Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan

untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan

1 Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.

104-105. 2 Asmuni Syukri. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 104-105.

.

Page 30: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

16

pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam penyampaian

pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat

komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.4

Media massa merupakan sarana yang paling efektif untuk

menyampaikan informasi kepada publik, baik oleh individu, kelompok,

maupun instansi pemerintah. Melalui media, baik secara perorangan

maupun kolektif dapat membangun persepsi kepada pihak lain. Di

samping sebagai alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau

gambaran umum tentang banyak hal, media massa juga mampu berperan

sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, bahkan menjadi

kelompok penekan atas suatu gagasan yang harus diterima pihak lain.5

Dari berbagai penjelasan definisi diatas, dapat disimpulkan

bahwa media massa merupakan sarana aktivitas penyampaian pesan-

pesan dari sumber (komunikator) kepada khalayak (komunikan) dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, baik melalui media cetak

(koran, majalah, buku, tabloid), media elektronik (televisi, radio, film,

video), maupun melalui media online (media berbasis internet).

2. Media dan Ideologi

Ideologi merupakan pemikiran mendasar yang sebelumnya tidak

ada lagi pemikiran lain. Pemikiran mendasar ini ialah pemikiran yang

menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan. Salah satu

4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta:Rajawali Press, 2006), h. 122.

5 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 31.

Page 31: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

17

karakter ideologi adalah bisa melahirkan sistem untuk memecahkan

permasahan manusia.6

Sebuah ideologi terdiri dari fikrah (ide) dan thariqah (metode).

Fikrah (ide) ialah akidah, yaitu pemikiran menyeluruh tentang alam

semesta, manusia dan kehidupan ditambah dengan sistem dengan berbagai

solusi pemecahan masalah kehidupan. Sementara thariqah (metode) ialah

tata cara penerapan ideologi tersebut di dalam negeri yang mengadopsinya

maupun cara penyebarannya ke luar negeri, serta pemeliharaan ideologi

tersebut. 7

Dalam hal pemeliharaan serta penyebaran sebuah ideologi,

kumpulan nilai-nilai atau ide-ide ini haruslah mampu diarahkan,

dikembangkan dengan cara membuat setiap individu terikat dan taat pada

ideologi tersebut. Disinilah media massa sebagai saluran komunikasi

masyarakat mempunyai andil besar untuk mempengaruhi persepsi publik.

Televisi, buku, film, koran, majalah, selebaran, video serta sosial media

bisa dikatakan memiliki peran yang sangat efektif dan strategis dalam

propaganda sebuah ideologi.

Kesuksesan media dalam melestarikan ideologi melalui

penyampaian pesan serta gagasan inilah yang akan membuat sebuah

ideologi menjadi dominan ditengah-tengah masyarakat. Tentunya

kesuksesan media tak akan terlepas dari kekuasaan yang besar serta

dominan pula. Sebagaimana dinyatakan John Fiske, kerja ideologi selalu

6 Ahmad ‗Athiyat, Jalan Baru Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 84.

7 Ahmad ‗Athiyat, Jalan Baru Islam, h. 86.

Page 32: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

18

mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai

kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.8

Media membantu kelompok dominan menyebarkan gagasannya,

mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antaranggota

komunitas. Lewat medialah, ideologi dominan, apa yang baik dan apa

yang buruk dimapankan9. Tak hanya itu, media juga dipandang sebagai

wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada

dalam masyarakat..

Media bukan sarana yang netral yang menampilkan

kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi

kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam

pemberitaan.10

Menurut Louis Althusser (1971, dalam Al Zastrouw, 2000), sebuah

media dalam hubungannnya dengan kekuasaan, menempati posisi yang

sangat strategis, karena kemampuannya sebagai sarana legimitasi. Media

masa merupakan bagian alat kekuasaan negara yang bekerja secara

ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang

berkuasa (Ideological States Apparatus).11

Pendapat Althusser ini dianggap oleh Gramsci (1971 dalam Al

zastrouw, 2000) mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersub-

ordinasi dalam ruang media. Bagi Gramsci media masa merupakan arena

pertarungan ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for

8 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: Lkis, 2008), h.

108. 9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 36.

10Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media., h. 37.

11 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30.

Page 33: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

19

competing ideologies). Hal ini, berarti, di satu sisi media bisa menjadi

sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legimitasi, sekaligus sebagai

kontrol wacana publik. Namun, pada sisi lain media masa juga bisa

menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk

membangun kultur dan ideologi yang dominan bagi kepentingan kelas

dominan, sekaligus bisa juga menjadi instrumen perjuangan bagi kaum

tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.12

3. Teori Hirarki Pengaruh

Dalam buku hasil karyanya, Mediating The Message: Theories of

Influence on Mass Media Control, Pamela J Shoemaker dan Stephen D.

Reese (1996) mengemukan bahwa isi pesan media atau agenda media

merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi

media.13

Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi

dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serat pengaruh

eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-

individu berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan

dan sebagainya.14

Dalam buku itu pula Shoemaker dan Reese membuat skema

Hierarchy of Influence yang menunjukkan adanya lima faktor yang

mempengaruhi isi media. Kelima faktor itu ialah pengaruh individu

pekerja media (Individual Level), pengaruh dari rutinitas media (Media

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 30. 13

Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective (Beverly

Hills: Sage, 1991), h. 324. 14

Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss, Theories of Human Communication, 8th

ed.

(Belmont: Thomson Wadsworth, 2005), h. 281.

Page 34: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

20

Routines Level), pengaruh dari organisasi media (Organizational Level),

pengaruh dari luar media (Outside Media Level), dan yang terakhir adalah

pengaruh ideologi (Ideology Level).15

Gambar 2.1

Skema “Hierarchy of Influence” Shoemaker dan Reese16

Antara satu faktor pengaruh dengan faktor pengaruh yang lain

tentunya memiliki keteriktan yang tak dapat dikesampingkan. Pada level

organisasi (kepemikikan media) misalnya, walupun terlihat dominan tetapi

pengaruh pada level ideologi tanpa disadari mampu memaksa dan

bergerak di luar kesadaran organisasi media.

15

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan

Terapan di Dalam Media Massa (Jakarta:Kencana, 2007), h. 226. 16

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan

Terapan di Dalam Media Massa, h.226

Page 35: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

21

1. Level Individual - Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman Penulis

Para pekerja komunikasi alias komunikator individu media

seperti jurnalis, pembuat film, fotografer, dan periklanan dan

praktisi PR berada pada level ini. Karakteristik komunikator

meliputi karakteristik individu (seperti jenis kelamin, etnis, dan

orientasi seksual), latar belakang dan pengalaman (seperti

pendidikan, agama dan status sosial ekonomi) tidak hanya

membentuk sikap, pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan , tetapi juga

mengarahkan kepada latar belakang dan pengalaman

profesionalnya. Peran etika profesional ini memiliki efek langsung

terhadap isi media massa, sedangkan sikap, nilai dan kepercayaan

pribadi mempunyai efek tidak langsung karena bergantung kepada

kedudukan individu sendiri dalam organisasi media yang dapat

memungkinkannya untuk mengesampingkan nilai profesional dan

atau rutinitas organisasi.17

Faktor intrinsik seorang pekerja media berupa latar belakang,

pengalaman, peran etika profesional, sikap serta kekuatan

komunikator inilah yang sangat bekaitan erat dengan pembentukan

konten media massa yang akan dimunculkannya di tengah-tengah

khalayak. Walaupun pada akhirnya Shoemaker dan Reese

mengungkapkan bahwa level individu seiring waktu tidak terlalu

berpengaruh terhadap isi media, tapi setidaknya seorang jurnalis

17

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content (New York, USA: Longman Publishers, 1996), h. 61.

Page 36: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

22

memiliki orientasi serta pengaruh nilai tertentu saat menciptakan

konstruksi sosial.

2. Level Kerutinan Media – Standar Kegiatan

Setiap pekerjaan tentu memiliki praktik kerja berulang dan

rutin yang harus dikerjakan sesuai standar atau prosedur yang telah

ditetapkan, tak terkecuali para pekerja media. Apa yang diterima

oleh media masa dipengaruhi oleh praktek-praktek komunikasi

sehari-hari, termasuk deadline atau batas waktu dan kendala waktu

lainnya, kebutuhan ruang dalm penerbitan, nilai berita standar

objektifitas, dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber

berita.18

Rutinitas Media terbentuk oleh tiga unsur yang saling

berkaitan yaitu sumber berita ( suppliers ), organisasi media

( processor ), dan audiens ( consumers ) yang akhirnya membentuk

pemberitaan pada sebuah media.19

Sumber berita atau suppliers adalah sumber berita yang

didapatkan oleh media untuk sebuah pemberitaan. Sumber berita

tersebut dapat berupa pidato, wawancara , laporan perusahaan ,

atau dengar pendapat pemerintah. Adapun sumber penting seperti

18

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h. 105. 19

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h. 104.

Page 37: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

23

para informan yang secara khusus dihubungi oleh pihak media

biasanya memiliki pengaruh besar pada konten media. 20

Media mengembangkan pola organisasi, kebiasaan, dan cara

melakukan suatu kerja guna menemukan cara-cara efektif dalam

mengumpulkan dan mengevaluasi pesan-pesan informasi yang

masuk. Rutinitas media dikembangkan sesuai kebutuhan sistem

dan dijadikan standar, dilembagakan serta dipahami oleh setiap

pekerjanya.21

Organisasi media atau processor ini bisa dikatakan

sebagai redaksi sebuah media yang memang bertugas mengemas

pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada audiens.

Konsumen sebuah berita di media yaitu bisa jadi pendengar,

pembaca atau penonton. Unsur audiens (consumers) turut

berpengaruh pada level rutinitas media. Keuntungan materi

merupakan salah satu penyebab adanya kebutuhan serta

ketergantungan media terhadap audiens. Hal ini memicu media

untuk selalu memperhatikan unsur audiens dalam pemilihan dan

penyampaian berita/ pesan komunikasi, sehingga target audiens

mampu dijangkau sebanyak dan seluas mungkin.

20

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h. 122. 21

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h. 112.

Page 38: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

24

3. Level Organisasi – Tujuan Media

Level organisasi berkaitan dengan struktur manajemen

oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan

sebuah media. Fokus pada level ini ialah tujuan, disamping

menghasilkan produk yang berkualitas, melayani masyarakat, dan

mencapai pengakuan profesional, tujuan utama kebanyakan

organisasi media adalah memperoleh keuntungan materi. Orientasi

keuntungan inilah yang akan mengikat pekerja media untuk

mencari pemberitaan yang menguntungkan organisasi media.

Pemberitaan pada media bukanlah sebuah hasil kerja yang

bersifat perseorangan, melainkan kerja kelompok yang

menunjukkan aspek kolektivitas. Terdapat tiga tingkatan struktur

dalam organisasi media. Tingkatan pertama diisi oleh pekerja

lapangan seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, yang bertugas

mengumpulkan dan mengemas informasi. Tingkat menengah

terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang

mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level

bawah dan level atas. Yang terakhir sekaligus tertinggi ialah

eksekutif tingkat atas perusahaan atau korporasi media yang

membuat kebijakan organisasi, menetapkan ditetapkan, membuat

keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik

Page 39: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

25

perusahaan serta mempertahankan karyawan organisasi dari

tekanan luar.22

Karena penentu kebijakan pada sebuah media dalam

menentukan sebuah pemberitaan dipegang oleh pemilik media,

maka rutinitas pekerja media harus tunduk pada struktur organisasi

yang lebih tinggi. Beberapa dampaknya ialah banyaknya pekerja

media yang tak mampu bekerja secara idealis.

4. Level Ekstramedia – Lingkungan Politik

Dalam level ini, faktor ekstrinsik organisasi media yang

memiliki peran untuk mempegaruhi konten media. Faktor

ekstrinsik itu termasuk sumber informasi yang menjadi konten

media (kelompok, kepentingan dalam masyarakat), sumber-sumber

pendapatan dalam media (pengiklan dan khalayak), lembaga atau

intuisi sosial (pemerintah), lingkungan ekonomi, dan teknologi.23

Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten

sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa

menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu.

Pengiklan atau khalayak menjadi sangat berpengaruh tatkala

mereka mampu bertindak sebagai penentu kelangsungan sebuah

media dengan membiayai jalannya roduksi yang sekaligus

berfungsi sebagai sumber keuntungan dari sebuah media. Sebagian

22

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h.145. 23

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h. 166.

Page 40: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

26

besar media komersial menganggap penting penonton karna

perhatian mereka dapat dijual kepada pengiklan yang menyediakan

sebagian besar pendapatan untuk media. Sementara pengiklan

menginginkan media menyediakan dan mengubah konten sesuai

keinginan mereka. Dengan teknologi baru, pengiklan mampu

melakukan menyuguhkan konten yang lebih menjual ke

masyarakat. Pengaruh lain yang sering mempengaruhi konten pada

media berasal dari pemerintah. Meskipun beberapa negara tidak

melakukan kontrol yang begitu ketat terhadap media massanya,

setidaknya semua pemerintah bersepakat untuk mengontrol media

massa sampai pada batas tertentu. Tak hanya itu, setiap media

massa komersial yang beroperasi dalam pasar terkadang juga

mampu mempengaruhi konten. Misalnya, besarnya pasar media

memiliki peluang keuntungan untuk mempengaruhi konten.24

Hal diatas jelas menggambarkan adanya berbagai kekuatan

dan juga keuasaan (power) dari pihak luar (outsiders) yang sangat

mempengaruhi kerja media.

24

Pamela J. Shomaker dan Stephen D. Reene, Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content, h. 210.

Page 41: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

27

5. Level Ideologi Media

Level ini merupakan tataran yang secara menonjol lebih

berhubungan dengan tuntunan dan kepentingan sosial masyarakat

secara lebih luas. Di sini dengan mudah kita dapat mendeteksi pers

mengikuti gagasan (ideologi) dominan yang sedang berjalan atau

diberlakukan oleh negara atau masyarakat.25

Ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu

yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana

mereka menghadapinya pada media bersifat abstrak seperti ide

mempengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa.

Hal ini terjadi karena ideologi berhubungan dengan konsepsi atau

posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

Media sebagai salah satu agen perubahan sosial, juga

memiliki kemampuan untuk memberikan penafsiran atau dapat

mendefinisikan situasi yang membuatnya memiliki kekuatan

ideologi. Ini sangat berkaitan dengan hubungan media dengan

kekusaan, karena media dapat mentransmisikan bahasa yang dapat

melanggengkan kelompok yang berkuasa. Hegemoni dari ide-ide

pun hanya dapat berjalan efektif dan menemukan kekuatannya

tatkala ia menggunakan bahasa hanya sebagai alat dominasi,

25

Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta: Lkis, 2006), h. 7.

Page 42: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

28

sekaligus alat represif.26

Media memilki kekuasaan ideologis

sebagai mekanisme ideologi sosial dan fungsi kontrol sosial.

Disamping itu, media juga memiliki andil besar dalam

menyalurkan gagasan-gagasan kelas yang dominan sebagai cara

untuk mengusai kelas yang tertindas. Situasi ini terjadi karena

media memiliki kuasa di balik media yang mempengaruhi sebuah

pemberitaan. Media sebagai sebuah organisasi ekonomi pun

memiliki struktur yang mendominasi masyarakat. Menurut Little

John ekonomi politik media memandang bahwa isi media

merupakan komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang

disebarkan diatur oleh apa yang akan akan diambil oleh pasar.

Sistem ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak

berbahaya, menjadikan jenis program tertentu dan saluran media

tertentu dominan dan yang lainnya terpinggirkan.27

Walaupun idealnya media seharusnya bebas dari intervensi

atau kontrol kelompok apapun. Namun pada kenyataannya isi

media terkadang merefleksikan ideologi dari kelompok yang

membiayainya atau yang menjalankannya. Dari kelompok-

kelompok ini tentunya memiliki agenda atau kepentingan.

Tentunya kepentingan-kepentingan bersifat subyektif, hanya untuk

kepentingan kelompoknya masing-masing. Kepentingan-

kepentingan yang menjadi tujuan-tujuan kelompok tersebut pun

26

Listiyono Santoso, dkk., Epistemologi kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 24. 27

Littlejohn dan Foss, Theories of Human Communication, h. 433.

Page 43: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

29

bersifat ideologis, yaitu untuk menanamkan pemahaman-

pemahaman atau ide-ide yang bertujuan untuk melanggengkan

kekuasaan kelompok yang membiayai media.

B. Media Islam

Secara epistemologis, perkataan da‘wah berasal dari bahasa Arab

dengan akar kata huruf dal, ‗ain dan waw yang berarti dasar

kecenderungan kepada sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.28

Menyampaikan informasi massal kepada masyarakat menuntut

gerakan dakwah harus mamapu memanfaatkan hasil sains, teknologi, dan

informasi modern untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu memperluas

jangkauan pengaruh dakwah.29

Dengan kata lain, di masa yang kian

mengalami kemajuan teknologi ini diperlukan sebuah media komunikasi

untuk menyampaikan pesan, begitu pula dengan kegiatan berdakwah,

Sebagai salah satu alat penghubung komunikasi antar individu maupun

masyarakat inilah, keberadaan media massa tentunya memiliki peranan

penting untuk mensyiarkan, memperjuangkan serta menegakkan ide atau

nilai-nilai yang dibawa dan dimiliki oleh Islam.

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah,

brosur dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang

yang hidup sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-

abad sampai pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan

28

Abu Husain Muhamad ibn Faris Zakariya, Mu’jam Al-Maqayis Al-Lughah, juz 2

(Mesir: Mustafa Al- Babi Al—halabi wa Awladuh, 1471), h.279. 29

Suf Kasman, Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam

dalam Al-Quran (Jakarta: Teraju, 2004), h. 127.

Page 44: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

30

dengan radio bukan haya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada

saat itu juga dapat menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya

diseluruh Indonesia, tetapi diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan

televisi, disini dawah itu berbentuk audio visual, sehingga panca indera

mata dan telinga serta emosi manusia seklaigus menerima dan menanggapi

maksud-maksud dan tujuan dakwah yang diharapkan.30

Media dakwah ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang

menghubungkan ide dengan ummat, suatu elemen yang vital dan

merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Dalam hubungan ini biasa

juga dikenal dengan metode dakwah menurut bentuk penyampainnya,

yang dapat digolongkan menjadi lima golongan, antara lain lisan, tulisan,

lukisan, audio visual dan akhlak. Adapun dakwah melalui tulisan ialah

dakwah yang dilakukan denagn perantara tulisan, umpamanya : buku-

buku, majalah-majalah, surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis,

pamplet, pengumuman-pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan

sebagainya. 31

Ada beberapa media komunikasi dakwah yang dapat digolongkan

menjadi lima golongan besar, yaitu :

1. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi,

seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara,

obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya

dilakukan dengan lisan atau bersuara.

2. Tulisan: dakwah yag dilakukan dengan perantara tulisan

umpamanya; buku-buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah,

30

Abdul Munir Mulkan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta : SIPERS, 1996),

hal. 58. 31

Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47.

Page 45: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

31

kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-

spanduk dan lain sebgainya.

3. Lukisan: yakni gambar-gambar dalam seni lukis, foto dan lain

sebgaianya. Bentuk lukisan ini banyak menarik perhatian orang

banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang

ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-

komik bergambar Islami untuk anak-anak.

4. Audio visual: yaitu suatu cara menyampiakna sekaligus

merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan

dalam televisi, radio, film dan sebagainya.

5. Akhlak: yaitu suatu cara yang menyampaikan langsung

ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.32

Akan kebutuhan media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat

penting sekali, seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri Ghazali

―kepentingan dakwah terhadap media atau alat yang sangat penting sekali,

sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan

mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad‘unya).33

Dalam mengembangkan dakwah Islam, Rasulullah Muhammad

saw. telah memanfaatkan risalah sebagai media komunikasi. Meskipun

Rasulullah termasuk manusia yang tak dapat membaca atau buta huruf

(ummi), namun dakwah secara risalah (surat-menyurat) pada awal

kedatangan Islam tetap terwujud, hal ini tak lain karena bantuan para

sahabat yang pandai menulis.

Berdakwah melalui tulisan adalah salah satu metode dakwah

Rasulullah SAW. Hal ini pernah dilakukan dengan mengirim surat kepada

sejumlah penguasa Arab saat itu, atau yang mungkin lagi karena pesan

pertama Al-Qur‘an adalah membaca, tentu perintah membaca ini erat

32

Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam: Teknik Da,wah dan Leadership, h. 47- 48. 33

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu

Komunikasi Dakwah (Jakarta: Media Dakwah, 1984), h. 225.

Page 46: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

32

kaitannya dengan perintah menulis.34

Bahkan sejahrawan Muhammad bin

Sa‘ad (w. 230 H) dalam kitabnya, Al-Thabaqat Al-Kubra, menuliskan satu

persatu surat Rasulullah saw. yang berjumlah tidak kurang dari 105 surat

yang lengkap dengan sanadnya.35

Dengan melihat kepada banyaknya

jumlah surat yang pernah dikirim oleh Nabi, hal tersebut menunjukkan

adanya kesibukan Rasulullah berdakwah khususnya di bidang risalah,

disamping bidang-bidang lainnya. Dari kegiatan dakwah tertulis itulah

terlihat bahwa landasan jurnalistik telah diletakkan oleh beliau selaras

dengan kondisi dan kemajuan ummat pada waktu itu.

Jika sekarang ini kita ketahui adanya wartawan yang mahir meng-

cover suatu berita atau kejadian, kemudian menuliskannya lewat koran,

maka di zaman Rasulullah saw. sesungguhnya para sahabat itu telah

melaksanakan fungsi kewartawanan yang suci. Para sahabat Nabi telah

mensponsori pemberitaan mengenai diri pribadi Nabi. Dan tidaklah begitu

berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa sahabat-sahabat Nabi ialah

wartawan-wartawan (reporter) yang demikan mahirnya meng-cover berita-

berita kejadian di zaman Nabi terutama yang menyangkut langsung

kegiatan Rasululllah saw. baik perbuatan-perbuatan (af’al) beliau

maupun perkataan-perkataan (sabda-sabda) beliau. Diantara para sahabat

yang selalu mengikuti dan meng-cover berita-berita Nabi ada Aisyah bin

Abu Bakar, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi

34

Asep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung : Mujahid, 2004), h. 5. 35

Muhammad ibn Sa‘ad, Al-Tabaqat Al-Kubra (Beirut: Dar Beirut, 1980), h. 258.

Page 47: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

33

Thalib, Abi Hurairah, Anas, dan Ibnu Umar.36

Para sahabat inilah yang

mengindahkan berita-berita itu kepada sahabat lainnya, kemudian kepada

tabi’in, lalu kepada tabi’it-tabi’in. Ratusan ribu Hadits yang berhasil

dicatat oleh para ahli-ahli Hadits adalah berkat jasa-jasa reportase para

sahabat.

C. Analisis Wacana

1. Konsep Analisis Wacana

Menurut Eriyanto, dalam bukunya Analisis Wacana, Pengantar

Analisis Media mengatakan bahwa bahasa adalah hal utama dalam kaitan

dengan pembuatan suatu wacana. Bahasa mampu menggambarkan suatu

subyek yang berhubungan dengan pemakaian ideologi dalam suatu teks.37

Melalui bahasa inilah kelompok sosial yang ada di masyarakat akan saling

menunjukkan eksistensinya masing-masing.

Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, dan kosakata tertentu

dapat dipilih yang akan menyebabkan makna tertentu. Selain bahasa, ada

pula peran dari pemikiran atau ideologi. Kerja ideologi, sebagai mana

dinyatakan John Fiske yang tertulis dalam buku Eriyanto, selalu

mendukung status quo melalui mana kelompok yang mempunyai

kekuasaan lebih besar dan menyebarkan gagasan serta pesannya.38

Posisi

pembacaan dominan (dominant-hegemonic position) yaitu saat

36

Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam:Teknik Da,wah dan Leadership, h. 86. 37

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, hal. 94.

38 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 154

Page 48: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

34

digunakannya suatu tanda/kode terhadap pembaca agar pembaca memiliki

persepsi yang sama sehingga pesan yang tersembunyi pada penulisan teks

mampu tersalurkan dengan baik.

2. Konstruksi Realitas Sosial di Media Massa

Menurut Crigler (1996:7-9), setidaknya ada dua karakteristik

penting dari pendekatan konstruksionis di dalam analisis wacana.

Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik

pemaknaan dan proses bagaimana seseorag membuat gambaran

tentang realitas politik. kata makna merujuk kepada sesuatu yang

diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa. Kedua,

pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai

proses yang terus-menerus dan dinamis.39

Istilah konstruksi sosial (social construction of reality)

didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi

dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang

dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.40

Menurut Peter L.

Berger dan Thomas Luckman, realitas tidak dibentuk secara ilmiah.

Tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi dibentuk dan

dikonstruksi. Dengan pemahaman ini realitas berwujud ganda atau

prural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas

39

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 72 40

Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 301.

Page 49: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

35

suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan

lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu.41

Burhan Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa

menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi

realitas sosial, melalui pemindahan pesan kepada media dengan atau

setelah dirubah citranya, kemudian media tersebut memindahkan atau

mentransfer kembali citra yang dikonstruksinya kepada masyarakat,

seolah sebagai realitas yang sebagaimana mestinya.42

Dalam hal ini berita yang diproduksi oleh media massa tak

dapat lepas dari cara media mengkonstruksi isu-isu yang ada menjadi

sebuah berita. Sebuah peristiwa yang sama dapat dikonstruksikan

berbeda-beda melalui cara pandang dan konsepsi pada masing-masing

wartawan. Mulai pada teks melalui bahasa, foto, dan sebagainya yang

berkaitan dengan penulisan berita.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan

fakta yang riil. Berita adalah produk interaksi wartawan dengan fakta.

Realitas sosial tidak begitu saja menjadi berita tetapi melalui proses.

Diantaranya proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas

yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Kemudian proses

selanjutnya adalah eksternalisasi. Dalam proses ini wartawan

41

Eryanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media ( LkiS, Yogyakarta:

2002), h.15. 42

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi

Komunikasi Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h.2.

Page 50: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

36

menceburkan diri dalam memaknai realitas. Hasil dari berita adalah

produk dari proses interaksi dan dialektika ini43

.

Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin

mengenai realitas sosial ada 3 macam, yaitu :

1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai

proses penyerangan realias objektif dan simbolik ke dalam

individu melalui proses internalisasi.

2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari

pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri

individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan.

3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari

realitas objektif dalam berbagai bentuk.44

Dalam melakukan kegiatan jurnalistik, pekerjaan media pada

hakikatnya ialah mengkonstruksi realitas. Meskipun memiliki tema

pemberitaan yang sama, akan tetapi setiap media massa akan

menghasilkan makna yang berbeda dari hasil konstruksi realitas yang

dilakukan.

Proses kelahiran konstruksi sosial media massa berlangsung

dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut45

:

43

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Tekhnologi

Komunikasi Masyarakat, h. 17. 44

Burhan Bungin, Sosial Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus eknologi

Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta, 2007), h.5. 45

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi

(Jakarta: Kencana, 2007), h. 204.

Page 51: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

37

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Pada tahap ini isu-isu penting dimunculkan. Isu-isu ini

dipilih berdasarkan isu yang paling menjadikan pembaca

tertarik. Misalnya isu mengenai harta, tahta, dan perempuan.

Selain itu, isu yang sifatnya menyentuh atau memiliki

kedekatan (proximity) dengan pembaca juga dimunculkan.

Misalnya isu konflik, isu kriminalitas, dan human interest.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa

adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau

pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda

media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi

penting pula bagi pemirsa atau pembaca.46

3. Pembentukan Konstruksi Realitas

a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Setelah terjadinya sebaran konstruksi, di mana

pemberitaan telah sampai pada pemirsa atau pembaca,

selanjutnya yaitu terjadinya tahap pembentukan konstruksi di

masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generic.

Pertama, konstruksi realitas pembenaran; kedua,kesediaan

46

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,

h. 208.

Page 52: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

38

dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai pilihan

konsumtif.47

b. Pembentukan Konstruksi Citra

Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang

diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi

citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua

model; model good news dan model bad news.

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun

pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan

akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap

pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai

bagian untuk member argumentasi terhadap alasan-alasan

konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca,

tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia

terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.48

47

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,

h. 208. 48

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi ,

h. 212

Page 53: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

39

D. Analisis Framing

1. Konsep Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode yang bertujuan untuk

melihat cara pandang wartawan dalam mengemas berita. Dalam analisis

framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari

teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan atau peristiwa

dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa

dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.49

Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin adalah sebuah strategi

bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian

rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Frame adalah prinsip

dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.50

Pada dasarnya

framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media

atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada ―cara melihat‖ terhadap

realitas yang dijadikan berita. ―Cara melihat‖ ini berpengaruh pada hasil

akhir dari konstruksi realitas.51

Dengan menggunakan analisis framing dalam menganalisis berita,

maka akan diketahui apa saja yang direkonstruksikan oleh wartawan.

Yakni berupa realitas apa yang ditonjolkan dan apa saja yang

disembunyikan yang tersusun menjadi sebuah frame atau peristiwa yang

dibingkai.

49

Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 11. 50

Eriyanto, Analisis Framing, h.79. 51

Eriyanto, Analisis Framing, h. 11.

Page 54: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

40

2. Jenis Framing

Para sarjana komunikasi dan pakar politik sepakat bahwasanya

istilah framing biasanya lekat dengan dua istilah sebagai berikut:

a. Framing media (media frames)

Merupakan bingkai yang dilakukan oleh wartawan yang

berkaitan dengan bagaimana perspektif atau cara pandang

wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Gamson dan

Modigliani menyebut cara pandang ini sebagai kemasan (package)

yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan

diberitakan.52

b. Framing Individu (Individu Frames)

Merupakan kegiatan penyimpanan ide yang membimbing

proses informasi secara individu.53

Framing ini menjadi dasar bagi

khalayak untuk melakukan interpretasi selektif dari pesan yang

disampaikan berita. Dari framing inilah khalayak menngkap wacana

yang disampaikan wartawan.54

52

AlexSobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, Dan Analisis Framing, h.162. 53

Eriyanto, Analisis Framing, h. 162. 54

Gitlin dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah

Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Pengantar: Prof. Dr.

HarsonoSuwardi, (Jakarta: Granit, 2004), h.22.

Page 55: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

41

3. Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre

Modigliani

Model framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson yang

memberikan konsep bahwa framing adalah sebuah cara bercerita atau

gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan

konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu

wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package).

Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan

individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan,

serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.55

Dalam analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani membagi struktur analisis menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi

makna tertentu

2. Core frame merupakan gagasan sentral. Pada dasarnya berisi elemen-

elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap

peristiwa dan mengarahkan makna pada isu yang dibangun condensing

symbol (symbol yang dimampatkan).56

3. Condensing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat

simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning

devices/perangkat penalaran).

55

Eriyanto, Analisis Framing, h. 78. 56

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 177.

Page 56: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

42

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral diterjemahkan dalam teks

berita. Pertama, framing device (perangkat framing). Perangkat ini

berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang

ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai dengan

pemakaian kata, kalimat, grafik atau gambar, dan metafora tertentu.57

Perangkat framing terbagi menjadi lima bagian atau struktur:

Pertama, Methapors adalah perumpamaan dan pengandaian. Secara literal,

methapors dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan

dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan

kata-kata seperti, ibarat, bak, umpama, laksana. 58

Kedua, Catcphrase

adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan. Yakni berupa istilah,

bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran

atau semangat tertentu.

Ketiga, Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.

Yaitu mengemas fakta secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot

makna lebih untuk dijadikan rujukan/ pelajaran. Posisinya menjadi

pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkaan

perspektif.59

Keempat, Depiction adalah leksikon untuk melabeli sesuatu.

Merupakan penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah kalimat

konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian

57

William A. Gamson, Media Discourse as a Framing Resource dalam Ann N. Crigler

(ed.) (The University of Michigan Press,1996), h. 120-121 58

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h.179 59

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.

Page 57: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

43

kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangkaa, menyesatkan

pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai bentuk aksi politik. Depiction

dapat berbentuk stigmatisasi, eufimisme, serta akroniminasi. Kelima,

Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis, dan

sebagainya. Gunther Kress dan Theo van Leewen menyatakan, penataan

visual images halaman surat kabar bukan sekedar alas an estetika

perwajahan, tetapi lebih merupakan proses mempengaruhi lewat efek dan

fungsi pesan agar menancap di benak khalayak, termasuk aspek ideology,

pengaruh dan subjektivitas yang bersatu padu. Secara ideologis, Van Dijk

menandaskan, fungsi visual images adalah untuk memanipulasi fakta agar

bermakna legitimate.60

Kedua, reasioning devices (perangkat penalaran). Perangkat ini

merujuk pada kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada

gagasan tertentu. Dalam suatu teks, perangkat penalaran bertujuan untuk

memberikan asumsi pembenaran akan teks atau perangkat framing yang

ada. Sehingga terlihat bahwa teks yang diungkapkan tersebut wajar dan

benar dalam realitasnya.

Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian: Pertama, Roots

merupakan analisis kausal atu sebab akibat. Roots merupakan pembenaran

isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi

sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan

penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang digambarkan

60

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180.

Page 58: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

44

atau dibeberkan.61

Kedua, Appeals to principles merupakan premis dasar,

klaim-klaim moral. Yaitu berupa pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai

argumentasi pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat,

mitos, doktrin, ajaran dan sejenisnya. Appeals to principle yang apriori,

dogmatis, simplistik, dan monokausal (nonlogis) bertujuan membuat

khalayak tak berdaya menyanggah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu,

serta membuatnya tertutup/ keras dari bentu penalaran lain.62

Ketiga,

Consequences merupakan efek atau konsekuensi63

. Artinya dalam bingkai

dibuat oleh media dalam pemberitaannya memiliki efek dan konsekuensi

tersendiri. Efek tersebut dapat berupa konstruksi apa yang ingin dibingkai

oleh media maupun efek untuk menampilkan citra tertentu dalam berita.

E. Konseptualisasi Berita

1. Pengertian Berita

Cahrles A. Dana mengungkapkan sebuah pameo yang terkenal

mengenai berita. Dia mengatakan ― When a dog bites a man, that is not

news, but when a man bites a dog, that news‖ (―Bila seekor anjing

menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila orang menggigit anjing, itu

baru berita‖).64

Pameo tersebut ternyata tidak bisa dikatakan benar

seutuhnya. Seekor anjing yang menggigit orang-orang penting/

61

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h.180. 62

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h.179-180. 63

Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006),

Cet ke-I, h. 94. 64

Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.

130.

Page 59: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

45

berpengaruh atau karna gigitan anjing tersebut banyak korban yeng

terifeksi virus mematikan tentulah merupakan hal yang layak untuk

diinformasikan kepada khalayak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa berita

ialah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang

hangat.65

Adapun dalam buku Leksikon komunikasi, berita didefinisikan

sebagai berikut:

a) Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak

dan tepat waktunya disiarkan.

b) Pernyataan yang bertujuan untuk memeberitahu.

c) Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau

untuk diketahui umum. 66

Definisi lainnya menyatakan bahwa berita ialah pernyataan yang

bersifat umum dan aktuil, dibuat oleh wartawan dan disiarkan oleh surat

kabar untuk dihidangkan kepada para pembaca. Disini ada macam-macam

berita. Ada berita yang benar, ada berita sensasi dan ada berita yang

obyektif. Selain daripada berita, surat kabar diisi oleh komentar, tajuk

rencana, pokok, tinjauan, renungan, analisa dan sebagainya yang pada

pokonya mengambil berita sebagai landasan.67

Definisi berita dari beberapa pakar jurnalistik.

- Willard C. Bleyer: Berita aalah suatu kejadian aktual yang

diperoleh wartawan untu dimat dalam surat kabar karena menarik

65

http://kbbi.web.id/berita, diakses pada 30 April 2014, pkl. 09.49 wib. 66

Hari Mukti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1984),

h.20. 67

Dr. H. Hamzah Ya‘qub, Publistik Islam- Teknik Da,wah dan Leadership (Bandung: CV

Dipenogoro, 1981), h. 84.

Page 60: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

46

atau mempunyai makna bagi pembaca (Newspaper Writing and

Editing)

- William S. Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara benar

dan tidak memihak dari fakta-faktayang mempunyai arti penting

dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat

kabar yang memuat berita tersebut. (Getting The News)

- Chilton R. Bush: Berita adalah laporan menegenai peristiwa yng

penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang

semata-mata menarik karena berhubungan dengan hal yang

menarik dari seseorang atau sesuatu dalam situasi yang meneari

(Newspaper Reporting of Public Affairs, 1940).

- Djafar H. Assegaf: Berita adalah laporan tentang fakta atau ide

yang terkini, yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang

dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah

karena pentingnya atau karena akiabt yang ditimbulkannya, atau

karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi

dan ketegangan. (Jurnalistik Masa Kini).68

Dari beberapa definisi berita yang telah dikemukakan, jelas bahwa

berita merupakan segala informasi aktual yang sedang terjadi dan penting

untuk diketahui oleh khalayak. Karena penting untuk diketahui oleh

khalayak, maka informasi ini harus disiarkan lewat media, baik secara

lisan, cetak, ataupun elektronik.

2. Nilai-nilai Berita

Suatu kejadian memiliki nilai berita jika memiliki unsur-unsur:

- Penting (Significance): mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kehidupan orang banyak atau kejadiannya mempunyai akibat atau

dampak yang luas terhadap kehidupan khalayak pembaca.

- Besaran (Magnitude): sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai,

atau angka yang besar hitungannya sehinga pasti menjadi sesuatu

yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak.

- Kebaruan (Timeliness): memuat peristiwa yang baru saja terjadi.

Karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi aktual atau masih

hangat dibicarakan umum. Aktual (terkini) berkaitan dengan

68

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2010), h. 26.

Page 61: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

47

tenggat waktu bahwa kejadian tersebut bukan berita basi atau

terlamabtt memenuhi waktu pemuatan yang sudah ditetapkan

pemimpin redaksi.

- Kedekatan (Proximity): memiliki kedekatan jarak (geografis)

ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan karena

profesi, minat, bakat, hobi dna perhatian pembaca.

- Ketermukaan (Prominence): hal-hal yang mencuat dari diri

seseorang atau sesuatu benda, tempat atau kejadian. Suatu

peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang

dikenal masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui oleh

pembaca. Cuatan ini adalah hal-hal yang menonjol dari sesuatu

atau seseorang dan karenanya sesuatu atau seseorang itu menjadi

dikenal oleh orang banyak, populer, sangat disukai, atau justru

sangat dibenci.

- Sentuhan Manusiawi (Human Interest): sesuatu yang menyentuh

rasa kemanusiaan, menggugah hati dan minat. 69

Dja‘far H. Assegaf juga menyebutkan beberapa unsur yang harus

ada dalam sebuah berita, yaitu:

1. Aktual (Terkini, Kebaruan).

2. Jarak.

3. Penting (Interest).

4. Luar biasa (Extraordinary).

5. Akiabat yang ditimbulkannya.

6. Ketegangan (Suspence).

7. Mengandung konflik.

8. Seks.

9. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki (progress).

10. Emosi.

11. Humor.70

3. Jenis-jenis Berita

Berdasarkan sifat kejadiannya, Dja‘fat Assegaf dalam buku

Jurnalistik Masa Kini (1985) membagi berita menjadi dua hal pokok.

1. Berita yang dapat diduga: peristiwa atau kejadian yang dapat

diperkirakan sebelumnya, seperti perayaan HUT RI, munas

organisasi politik, konferensi, seminar, dan sebagainya

69

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 31. 70

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 32.

Page 62: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

48

2. Berita yang tidak dapat diduga: peristiwa atau kejadian yang

memnag sulit dan tidak dpaat dipekirakan kapan terjadinya

(happening), seperti bencana alam, kecelakaan, pembunuhan,

kematian orang-orang penting, dan sebagainya.71

Adapun pembagian berita berdasarkan jarak geografisnya meliputi

berita lokal, regional, nasional, dan internasional. Sedangkan berita yang

didasarkan pada topik masalah mencakup berbagai bidnag yanga sanagt

kompleks. Secara besarnya biasa dikelompokkan menjadi berita politik,

ekonomi, sosila budaya, hukum olahraga, militer, kriminal atau kejahatan,

pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. 72

4. Sumber Berita

Sumber-sumber berita dapat dikategorikan kedalam tiga bentuk :

1. Sumber Berita Atas Nama Pribadi: mencakup orang-orang biasa

(Ordinary Man) yangjuga biasa disebut dengan man in the street

(seperti pengunjung pameran, preman terminal, orang berlalu-

lalang di pasar, petugas parkir, dan lainnya); pakar di bidang

keahlian masing-masing (seperti pakar hukum, olahraga, politik,

ekonom, musisi, kriminolog, sastrawan/budayawan); atau

berdasarkan profesi seperti polisi, pegawai kantor pengadilan,

sopir, penjaga kamar mayat, dna sebagainya.

2. Sumber Berita Pribadi Atas Nama Kelompok atau Golongan:

mencakup tokoh masyarakat (Opinion Leader), pimpinan

organisasi bisnis, anggota parlemen, pemuka agama, dan para

pemimpin yang mewakili komunitas tertentu (suku, bangsa,

pemuda, anak, remaja, kaum ibu, dan lainnya).

3. Sumber Berita Organisasi/Lembaga/Instansi: mencakup partai

politik, pejabat pemerintahan atau lembaga publik (pejabat humas-

PR), anggota parlemen, lembaga swasta, lembaga swadaya

masyarakat (organisasi nonpemerintah), asosiasi dagang, asosiasi

industri, dinas penerangan polisi, dan dinas penerangan militer. 73

71

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 39. 72

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 40-41. 73

Sedia Willing Barus, Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita, h. 56.

Page 63: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

49

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Suriah

1. Syam dan Suriah

Syam, menurut Ibn Muqaffa‟ disebut demikian berdasarkan nama

Sam bin Nuh. Sam adalah nama putra Nuh, yang dalam bahasa

Suriyaniyyah disebut dengan menggunakan huruf “Syin”, bukan “Sin”.

Silsilah lengkapnya adalah Syam bin Nuh bin Lamik bin Metusyalih bin

Khanukh bin Yazid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits bin

Adam.1

Syam kemudian digunakan untuk menyebut tempat (negeri). Al-

Kalabi menjelaskan, disebut Syam, karena posisinya terletak di bagian

kiri/utara bumi (Syimal al-Ardh), sebagaimana Yaman, untuk menyebut

bagian kanan bumi (Yaman al-Ardh). Negeri Syam merupakan tempat dari

agama samawi, yaitu Yudaisme (Yahudi), Nasrani (Kristen), dan Islam.

Menurut kaum Muslim, negeri Syam dianggap sebagai “Negeri

Kebaikan“. Pada masa kerasulan Nabi Isa as., dikatan bahwa Syam bin

Nuh pernah dibangkitkan kembali oleh Isa, ketika ada permintaan dari

Bani Israel.2

1Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang (Bogor: Al Azhar

Freshzone, 2013), h. 25. 2 Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang, h. 26.

Page 64: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

50

Negeri Syam, sebelum dibagi-bagi oleh penjajah Inggris dan

Prancis, melalui Perjanjian Sykes Pyco, terdiri dari sejumlah tempat di

Timur Tengah, yaitu Lebanon, Palestina, Suriah dan Yordania. Setelah

terjadi pembagian, Syam kemudian diidentikkan dengan Suriah, kemudian

dipersempit lagi dengan Damaskus. Padahal, Syam bukan hanya Suriah

dan Damaskus.3

Adapun penyebutan nama Suriah atau Syiria, menurut sebuah

sumber, pertama kali digunkana oleh seorang ahli ilmu bumi dan

sejarawan Yunani bernama Strabo (63SM- 24 M). Menurut Strabo, dahulu

Suriah meliputi wilayah Timur dekat antara Asia Kecil dan Mesir yang

dikuasai Kerajaan Romawi.4

Al-Bakari (w. 487 H) menyatakan, “Suriah, dengan didhammah

huruf awalnya (Sin), dikasrah huruf Ra‟, dan huruf Ya‟ yang dibaca

ringan (tidak disyiddah) adalah nama untuk Syam.” Dalam kitab Futuh

al-Buldan, karya al-Baladzuri, disebutkan ketika Heraklius mendengar

berita Yarmuk telah jatuh ke tangan kaum Muslim, dia lari bersama

pasukannya dari Antiokia ke Konstantinopel. Begitu meninggalkan pintu

gerbang Syam, dia berkata, “Salam untukmu, wahai Suriah.” Maksudnya

adalah Syam.5

Dari catatan yang lain, ada pula yang menyamakan nama Suriah

dengan kata Surya yang berasal dari kata Sur. Pengertian kata Sur disini

3 Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang, h. 27.

4Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus (Jakarta: Tazkia

Publishing, 2012), h.5. 5 Hafiz Abdurrahman, Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang, h. 141-142.

Page 65: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

51

adalah tanah berpagar atau kubu pertahanan atau kota yang dikelilingi

dinding atau tembok pertahanan.6

2. Suriah “Pra Islam-Islam”

Letaknya yang strategis dan bernilai ekonomis, serta

bersinggungan dengan sejarah yang panjang membuat negeri ini wajar

jika dikatakan sebagai pintu gerbang sejarah (Gateway to History). Di

wilayah inilah, manusia mulai menegmbangkan pertanian dan

pengetahuan tentang metalurgi dan alfabet pertama. Tempat ini juga

menjadi tempat berkembangnya agama, filsafat, perdaganagn, bahasa,

sistem tata kota, hubungan diplomasi dan budaya.

Sejak sekitar tahun 9000 SM, penduduk Suriah mulai mengenal

pertanian, hidup menetapsera perdagangan yang sebagian aktivitasnya

sudah tercatat dalam catatan-catatan peninggalan sejarah. Hal ini

membuktikkan bahwa kegiatan dan budaya tulis-menulis telah ada sejak

dulu disana, terutama pada tahun 3000-2000 SM. Pada masa itu, kerajaan

negara kota Ebla dan Mari berkuasa, sebagaimana terungkap dari

lembaran tulisan-tulisan kuno berbentuk baji.7

Sejak tahun 5000 M, orang-orang Arab Semit (Samiyah) telah

mendiami Suriah. Di sana telah berdiri peradaban-peradaban kuno dan

selama milenium kedua sebelum Masehi, Suriah diduduki berturut-turut

oleh bangsa Kan‟an, Funisia, Arm, Mesir Sumeria, Assyria, Babilonia, dan

6Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus, h.5.

7 Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus, h.17.

Page 66: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

52

Het. Peradaban yang paling terkenal ialah Akkadiyah, Amuriyah, Assyria,

dan Aramiyah (Ara-maik). Suriah tunduk pada kekaisaran Akhmidiyah

Persia, lalu kepada Alexander dari Makedonia pada tahun 333 M. Lalu

pada tahun 64 SM, Romawi menyerbu Suriah dan terhjadilah perang di

palestina utara. Sekitar tahun 300 M, Suriah menjadi bagian dari

kekaisaran Bizantium (Romawi Timur).

Pembebasan Suriah oleh pasukan Muslim bermula dari ekspedisi

ke selatan Suriah pada tahun 629 M, di saat Nabi Muhammad masih

hidup. Dari situlah perang Mut‟ah yang merupakan perang pertama antara

Islam dan Romawi terjadi. Perang ini memiliki nilai sangat strategis dan

politis bagi umat Islam dan bangsa Arab karena untuk pertama kalinya

dalam sejarah suku-suku Arab berhadapan dengan negara adidaya. Perang

ini merupakan pintu gerbang menuju penakhlukan-penakhlukan ke negeri-

negeri Kristen. Mut‟ah merupakan sebuah daerah di dekat Palestina, yang

pada masa itu termasuk wilayah Syam atau Suriah.

Pembebasan Negeri Suriah dari kekuasan Romawi Timur

dilanjutkan kaum Muslim pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar

as-Shiddiq (11-13 H/632-634 M). Pertempuran antara pasukan Muslim

yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dengan pasukan Romawi Timur

yang dipimpin oleh Teodor ini dikenal dengan nama Perang Yarmuk.

Walaupun tentara ummat Islam tidak lebih dari 50.000 sedangkan Roma

lebih dari seperempat juta, tapi pasukan Muslim akhirnya mampu

memenangkan pertempuran yang sengit itu dengan pertolongan Allah.

Page 67: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

53

Setelah kemenangan berhasil diraih, pasukan Muslim dipimpin oleh Abu

Ubaidah bin Jarrah pada masa Khalifah „Umar bin al-Khattab (13-23

H/634-644M) akhirnya mampu memasuki kota-kota di tanah Syiria

(Damaskus, Hims, Mu‟arrah Nu‟man, Qinsirien, Helba, Lazikiya, Baniyas,

Thartus, Inthakia) serta meneranginya dengan cahaya Islam.8 Dalam

perang ini Musim berhasil memukul mundur pasukan Bizantium dan

mengakhiri kekuasaan Biznatium di Asia kecil tengah bagian selatan yang

akhirnya membuat Kaisar Heraklius dan pengawalnya melarikan diri ke

konstantinopel.

Kedua perang itulah yang menenukan eksistensi kekuatan Islam

pada masa itu. Dengan dikalahkannya kekuatan super power Bizantium

dan Persia serta dibebaskannya negeri Suriah dan Damaskus, para

pemimpin kerajaan di masa tersebut mulai kian memperhitungkan Islam

sebagai kekuatan baru yang sangat berpotensi untuk menguasai dunia.

Saat Muawiyah di bai‟at menjadi Khalifah pada tahun 41 H/ 661,

Suriah (Syam) dijadikan sebagai ibukota Negara Islam dengan Damaskus

sebagai ibukota Negara Khilafah. Kekhalifahan Umayyah menjadi masa

transisi dari masa Khalafaur Rasyidin ke daulah Bani Umayyah. Walaupun

demikian, khalifah-khalifah diera Kekhalifahan Umayyah adalah

pemimpin-pemimpin Islam yang cerdas, bijaksana dan revosioner

dizamannya, meski dalam perjalanan sejarahnya diwarnai sejumlah

pemberontakkan dan peperangan sengit.

8 Shabir Abdouh Ibrahim, Abu Ubaidah-Sahabat Rasulullah saw, Penakhluk Negeri Syam

(Jakarta: Bulan Bintang: 1976), h. 45.

Page 68: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

54

Dalam jangka waktu 90 tahun dari tahun 661-750 M Kekhalifahan

Umayyah mampu menciptakan pemerintahan Islam revolusioner yang

melakukan ekspansi wilayah demikian luas mulai daerah Mesir, Yunani,

Spanyol, Italia, Cyprus, Perancis, Libya, Aljazair, Maroko, Turki, Albania,

Irak, Sicilia, Tunis, Malta dan Portugal.

Kemajuan peradaban Islam di Syiria semasa Dinasti Umayyah juga

berkembang pesat. Studi Bahasa Arab, Ilmu Qiraat, Ilmu Tafsir, Ilmu

Hadits, Ilmu Fiqh, Ilmu Nahwu, Ilmu Geografi dan Sejarah,

penerjemahan, sistem irigasi, percetakan uang logam mengalami

perkembangan dan kemajuan yang luar biasa di masa itu. Tak hanya itu,

fasilitas rumah sakit tersedia lengkap dan gratis. Dijadikannya Kota

Marbad sebagai pusat kegiatan ilmiah juga menambah catatan

keberhasilan sistem Islam mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pada masa ini dikenal pula pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul

Aziz (717 H) yang mampu menghilangkan kemiskinan di Negara Islam,

sehingga fakta yang tertorehkan mengabarkan bahwa pada saat itu tidak

ada orang yang layak menerima zakat dari Baitul Mal.

Page 69: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

55

3. Kondisi Geografis Suriah

Republik Arab Suriah (bahasa Arab: الجمهورية العربية السورية al-

jumhūriyyaħ al-ʕ arabiyyaħ as-sūriyyaħ; bahasa Inggris: Syria), adalah

negara yang terletak di Timur Tengah. Suriah terletak di ujung timur Laut

Mediterania . Hal ini berbatasan dengan Lebanon dan Israel di sebelah

barat, Turki di utara , Irak di timur , dan Yordania di selatan .

Daerah pesisir Suriah adalah dataran yang sempit, dengan berbagai

pegunungan pesisir, dan lebih jauh ke pedalaman ialah daerah padang

rumput . Di timur adalah gurun Suriah dan di selatan adalah Jebel Druze

Range. Titik terendah daratan Suriah ada di lokasi dekat Danau Tiberias,

yang mencapai minus 200 meter. Sedangkan titik tertinggi di Suriah

adalah Gunung Hermon ( 9232 ft; 2.814 m ) di perbatasan Lebanon.9

Sebagian besar wilayah Suriah terdiri dari dataran tinggi kering,

meskipun bagian barat laut yang berbatasan dengan Mediterania cukup

hijau dan subur. Sungai Eufrat merupakan sungai yang paling penting

yang melintasi wilayah Suriah sebelah timur. Sepanjang barat gunung

pantai, Suriah beriklim ekstrem mediteranian, sebagaimana di sana ada

musim kering yang panjang dari bulan Mei ke bulan Oktober. Frekuensi

hujan pada musim panas sangatlah sulit karena hanya muncul di arah

Utara-Barat. Di pantai, musim panas sangat panas dan lembap, dengan

suhu rata-rata 29°C, dan ketika musim salju suhu minimal harian

mencapai 10 °C.

9 http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-suriah/ diakses pada 12 April 2014

pkl. 12:34 wib.

Page 70: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

56

Angka kelahiran di Suriah masih tinggi dengan jumlah penduduk

berdasarkan sensus tahun 2004 adalah 18.018.116 juta jiwa. Terdiri dari

74% Sunni, Alawi 12%, Kristen 9%, dan Druze 3%. Jika dikombinasikan,

maka 90% dari populasi Suriah adalah Muslim. Sedangkan 9% lainnya

adalah Kristen, yang mencakup Kristen Arab, Assyria dan Armenia.

Mayororitas populasi Suriah adalah etnis Arab (90%), sedangkan

minoritas terdiri dari etnis Kurdi, Asiria, Armenia dan Turkmens

Circassians.10

Di Suriah juga terdapat sedikit pengembara Badui yang

hidup di gurun pasir di wilayah selatan dan timur.11

Bahasa resmi Suriah ialah bahasa Arab, sehingga sebagian besar

kelompok minoritas yang ada pandai berbahsa Arab dan keberagaman

bahasa tentunya tidak menjadi penyebab disintegrasi di Suriah. Negeri

Suriah memiliki 14 kota, yaitu Dara, Dimashq, Dayr az-Zawr, Al Hasakah,

Hims, Halab, Hamah, Idlib, Al Ladhiqiyah, Al Qunaytirah, Rif Dimashq,

As Suwayda, Ar Raqqah, Tartus.

Sektor pertanian masih tetap dominan dalam perekonomian di

Suriah. Sedikitnya, sepertiga dari daratan Suriah diolah menjadi lahan

pertanian. Sumber perekonomian lainnya ialah pertambangan (minyak

fospat, krom, garam batu, marmer, gipsum, aspal, bijih besi, bijih

mangan), dan minyak tanah merupakan sumber devisa yang mencapai

70% dari total ekspor.

10

http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-

memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46 wib. 11

Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus, h.11.

Page 71: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

57

Umumnya, industri di Suriah berhubungan dengan pertanian dan

kebutuhan–kebutuhan pokok seperti kulkas dan televisi yang terus

mengalami peningkatan per tahun. Potensi pariwisata pun sangat

melimpah di kota bersejarah ini. Di Suriah terdapat berbagai kota yang

melekat degan nilai-nilai dan situs-situs sejarah yang merupakan aset yang

berharga bagi kemajuan pariwisatanya. Adanya kota kuno yang terkenal

dengan peninggalan-peninggalan sejarahnya, sepeti seperti Aleppo,

Bushra, dan Hamah membuat Suriah seringkali disebut-sebut sebagai

“pintu gerbang sejarah” atau ibu kandung peradaban (Cradle of

Civilization).

B. Konflik Suriah

Adanya faktor nasionalisme yang dihembuskan negara-negara kafir

di tengah-tengah umat mendorong etnis Arab untuk melepaskan diri dari

pemerintahan Turki. Revolusi Arab Raya yang menuntut berdirinya negara

Arab (Jazirah Arab, Syam dan Irak) yang merdeka dari Khilafah Utsmani

pun mulai dipersiapkan dan Sharif Husain bin Ali, emir Makkah kala itu

terlibat dalam revolusi ini. Kontak antara Sharif Husain bin Ali dengan

pihak Inggris mencapai kesepakatan bahwa bangsa Arab harus berpihak

pada Inggris pada Perang Dunia I. Sebagai kompensasinya, Inggris akan

mengakui kemerdekaan wilayah Timur Arab dan Sharif Husain sebagai

penguasanya. Tanpa disangka, bangsa Arab dikejutkan dengan konspirasi

antara Inggris dan Perancis dengan perjanjian rahasia Sykes-Pyco (1916)

yang mereka buat. Perjanjian ini membagi kawasan Arab menjadi

Page 72: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

58

beberapawilayah. Suriah dan Libanon di bawah kekuasaan Prancis

(France Mandate), sementara Irak, Yordania, dan Palestina di bawah

kekuasaan Inggris (British Mandate). Semua simbol Arab diturunkan dari

pemerintahan, dan bangsa Arab marah karena telah dikhianati.

Meskipun Daulah Khilafah Utsmaniyah belum runtuh, tapi di

bawah Mandat Perancis (1922-1936) serta berdasarkan perjanian Sykes-

Pyco, Suriah ditetapkan sebagai kerajaan, penguasa boneka pilihan

Perancis pun silih berganti memimpin Suriah.

Kemerdekaan Suriah dari Perancis dideklarasikan pertama kali

pada September 1936 M, dan diikuti deklarasi kedua 1 Januari 1944 M.

Namun, tanggal 17 April 1946 ditetapkan sebagai Hari Kemerdekaan

Suriah, dan Suriah menganut sistem Republik Arab Suriah (Jumhuriyyah

al-„Arabiyyah as-Suriah).

Kemudian antara periode 1958-1961, Suriah bergabung dengan

Mesir membentuk perserikatan yang dikenal dengan RPA (Republik

Persatuan Arab). Perserikatan itu berakhir karena terjadinya kudeta militer

di Suriah. Sejak tahun 1963 hingga 2011, Suriah terus memberlakukan UU

Darurat Militer, sehingga dengan demikian sistem pemerintahannya pun

dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.12

Hampir seluruh pemimpin Suriah memperoleh kekuasaan melalui

kudeta militer. Secara berurutan, selain Hasyim al-Attassi, Suriah pernah

dipimpin oleh Syukri al-Qutali, Husni az-Zalim, Sami al- Hanawi, Adib

12

http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-

memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46.

Page 73: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

59

Syiksyikli, Faisal al-Atassi, Syukri al-Qutali, Nazim al-Qudsi, Amin al-

Hafiz, dan Nuruddin al-Attasi.

Pada masa pemerintahan Nuruddin al- Attasi, Hafiz al-Assad

memimpin revolusi menentangnya. Revolusi ini berhasil mengantarkan

Hafiz al-Assad menjadi presiden Suriah sejak tahun 1970. Pada tahun

1995, untuk ke-5 kalinya, Hafiz al-Assad memimpin Suriah. Namun,

sebelum berakhir masa jabatannya dia meninggal dunia.

Hafiz al-assad dengan rezim Partai Ba‟athnya memerintah Suriah

secara otriter dan totaliter. Pemerintah Suriah paa masa itu bertindak

represif terhadap gerakan-gerakan Islam yang dianggap sebagai nacaman

utama terhadap kekuasaanya. Ketika terjadi serangan terhadap sekolah

kader militer di Aleppo dan kantor Partai Ba‟ath pada tahun 1979, pihak

yang dituduh melakukannya ialah kelompok Ikhwanul Muslimin.

Kelmpok gerakan Islam ini kemudian berdemo besar-besaran dan

melakukan aksi boikot di Hamah, Hims, dan Aleppo pada Maret 1980,

dengan alasan inilah Assad lebih ketat dalam melaksanakan kebijakan

presifnya, terutama terhadap kelompok dakwah Islam seperti Ikhwanul

Muslimin juga Hizbut Tahrir. Tindakan represif ini memuncak dalam

peristiwa pembantaian Hamah di awal 1980-an.

Saat revolusi meledak di dunia Arab (Arab Spring), rakyat Suriah

yang berada di bawah pemerintahan represif ini mulai menunjukkan geliat

revolusinya. Awal Februari, sejumlah tuntutan “malu-malu” di Damaskus

dan Aleppo mendesak agar rakyt berdemo. Beberapa kesepakatan berhasil

Page 74: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

60

dibuat, namun para aktivis tidak mendapat respon yang memedai. Hingga

pada tanggal 17 Februari, seorang polisi di pusat ibukota bertindak

sewenang-wenang kepada seorang pedagang di pasar tua Huraiqah.

Dalam waktu singkat, ribuan orang di pasar berkumpul dan protes

untuk pertama kalinya setelah hampir setengah abad lamanya memendam

penderitaan. Rakyat meneriakkan yel-yel, “Rakyat Suriah tidak Boleh

Dihinakan”. Melihat situasi ini, Menteri Dalam Negeri beserta “Shabiba”,

pasukan bersenjata rezim Bashar langsung turun tangan. Mereka

menerobos ke tengah dmeonstrasi dan merebut kendali.

Beberapa hari menjelang akhir Februari, seorang anak di Dar‟a

membuat coretan di dinding dengan slogan yang mereka contek dari Arab

Spring (Musim Semi Arab) di negeri Arab lainnya, “Rakyat ingin

menurukan pemerintah”. Belasan anak yang usianya tidak lebih dari 15

tahun diseret dari rumah mereka pada malam hari itu juga. Mereka

digiring ke tahanan dan disiksa hingga tewas.orang tua anak-anak yang

datang untuk memohon dan memelas agar anak mereka dilepasakan

ditanggapi dengan jawaban yang menghinakan, “Lupakan mereka, dan

lahirkanlah anak-anak lain! Atau bawa kemari istri-istri kalian agar kami

hamili bila kalian tidak mampu!”. Jawaban itulah yang akhirnya

mendorong Revolusi Suriah meledak di berbagai penjuru negeri.

Tuntutan demonstrasi terus berlangsung dan tersebar melalui situs-

situs jejaring sosial pada hari Selasa (15/3/2011). Para demonstran

berteriak, “Kemana engkau rakyat Suriah?” pada aksi demonstrasinya di

Page 75: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

61

Damaskus, Aleppo, Dar‟a dan Dirzur. Esok harinya, sekitar 100 pemuda

berdemonstrasi di jantung kota Damaskus. Mereka berkumpul di depan

kantor kementrian dalam negeri untuk menuntut kebebasan, reformasi

politik, dan agar tawanan politik dibebaskan dari penjara. Ratusan aparat

membubarkan aksi ini dan menangkap sebagian aktivis. Para pengunjuk

rasa juga menuntut pengunduran diri Presiden Bashar al-Assad,

penggulingan pemerintahannya, dan mengakhiri hampir lima dekade

pemerintahan Partai Ba'ath dan mengganti dengan sistem Islam yang

kaffah di bawah naungan Khilafah.

Mogok massal dan berkumpul di tempat terbuka juga dilakukan

oleh masyarakat di Dar‟a (23/3/2011) dengan berkumpul di mesjid Jamik

al-Amru. Hal ini merupakan “dosa besar” di mata rezim Bashar, hingga

tentara loyalis rezim memulai serangannya dengan menembak dan

melempar bom. Rakyat yang ingin bergabung ke mesjid Jamik al-amru

dihadang dengan tembakan, dan ambulans dilarang masuk. Akibatnya

puluhan korban tewas sebagai syuhada dan ratusan lainnya terluka barat

pada aksi itu.

Suriah pada hari-hari berikutnya semakin memanas, setiap hari

terjadi demonstrasi dan mogok massal nasional. Sementara jawaban yang

diberikan rezim Bashar tidak berubah, tetap pada peluru panas dan senjata

berat. Walaupun para pejabat tinggi Suriah dan Bashar tampil silih

berganti di layar televisi dengan pernyataan kamuflase, tapi itu semua tak

membuat rakyat Suriah untuk mundur dan menghentikan tuntutannya.

Page 76: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

62

Rakyat telah sadar bahwa rezim yang ada memilih jalan kekerasan dan

darah. Rezim siap membantai rakyatnya sendiri, pasukan keamanan dan

aparat intelejen, ratusan ribu loyalis partai Ba‟ats, pemuda partai dan

Shabiha (geng bayaran piaraan rezim), tentara dengan semua perlengkapan

perangnya telah dikerahkan rezim untuk menghentikan perlawanan rakyat.

Bahkan pada waktu terakhir rezim Bashar dikabarkan menggunakan

senjata kimia untuk menghabisi rakyatnya secara licik.

Saat konflik ini mulai mengguncang negara-negara yang memiliki

kepetingan di kawasan Suriah. Berbagai strategi politik pun digencarkan.

Kelompok Hizbullah Libanon turut serta mengirim milisinya untuk

memerangi rakyat Suriah. Begitu pula milisi Syiah Iran juga mengirim

pasukan, bantuan logistik, dan persenjataan untuk memepertahankan rezim

sektarian Bashar. Rusia pun berdiri di samping rezim Suriah dengan

mengirim bantuan senjata, teknologi dan dukungan politik dunia. Amerika

sebagai negara yang paling sering mengagung-agungkan nilai perdamain

dunia di sisi lain tak banyak bertindak karena adanya kepentingan untuk

menjaga entitas Yahudi di perbatasan utara. Amerika berusaha untuk

menyesatkan dan menghancurkan kelompok revolusi dengan merajut

konspirasi keji. Oposisi politik agen yang mencampur konsep sekuler

dengan Islam moderat seperti Dewan Nasional Suriah yang berada di

bawah kendali Turki dan Badan Koordinasi yang berada di bawah kendali

Iran dibentuk.

Page 77: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

63

Tak hanya itu, beberapa pertemuan tingkat dunia juga

diselenggarakan oleh negara-negara besar di dunia untuk mencari solusi

untuk menghentikan konflik Suriah. Namun, lagi-lagi pertemuan itu hanya

usaha yang sia-sia, karena pada faktanya apapun yang direncakan dan

dilakukan oleh mereka tak berpengaruh sedikit pun terhadap semangat

rakyat Suriah untuk terus melanjutkan dan memenangkan revolusi Islam

hingga rezim Bashar jatuh, dan Khilafah berdiri di bumi Syam, „Uqru Dar

al-Islam.

Sementara, Turki dan bangsa Arab yang semula diharapkan

berpihak pada rakyat Suriah dan mencegah rezim Bashar membantai

rakyat nyatanya tak memeberikan bantuan apapun.

Hingga awal April 2014, kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian

Observatory for Human Rights, seperti yang dilansir Chanel News Asia,

Selasa (1/4/2014) melaporkan bahwa setidaknya 150 ribu orang telah

tewas di perang Ideologi ini. Dari jumlah itu, 51 ribu orang di antaranya

adalah warga sipil, termasuk 7.985 anak-anak.13

C. Konstruksi Pemberitaan Konflik Suriah

Sejak dimulainya demonstrasi hingga konflik berdarah berkecamuk

di Suriah, media lokal maupun internasional banyak yang melaporkan

peristiwa ini. Media lokal Suriah seperti Al-Watan dan Kantor berita

pemerintah Suriah SANA yang pro terhadap pemerintah Assad tak henti-

13

http://international.sindonews.com/read/2014/04/01/43/849620/konflik-suriah-sudah-

telan-korban-150-ribu-jiwa diakses pada 06 mei 2014, pkl. 09:26 wib.

Page 78: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

64

hentinya melaporkan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh para

teroris. Adapun media-media internasional seperti Reuters, Agence

France-Presse (AFP), Associated Press (AP), British Broadcasting

Corporation (BBC), Cable News Network (CNN), dan Al Jazeera juga

rutin melakukan pelaporan perihal konflik yang telah berlangsung dari

tahun 2011 dan telah merenggut tidak kurang dari 150 ribu orang ini.

Pemberitaan konflik yang melanda salah satu negeri di Timur

Tengah yang sebagian besar rakyatnya beragama Islam ini ini tentu tak

luput dari perhatian media-media di Indonesia. Dengan mengambil

informasi dari berbagai sumber media internasional, pelbagai media di

Indonesia (cetak, elektronik, dan internet) yang berasas sekuler atau Islam

turut serta mengkonsumsi, memproduksi hingga mempublikasikan

kembali berita konflik ini.

Masing-masing media tentunya memiliki ciri khas konsep bahasa

tertentu untuk mendeskripsikan sebuah peristiwa dan keadaan kepada

khalayak. Konsep bahasa itulah yang akan berpengaruh terhadap

konstruksi realitas, terutama dalam makna dan citranya. Salah satu faktor

yang menyebabkan adanya perbedaan konsep bahasa ialah faktor ideologi

yang dimiliki oleh media. Jika diamati, faktor ideologi itulah yang

menyebabkan media sekuler dan media Islam yang ada di Indonesia

memiliki konsep bahasa yang berbeda dalam menyampaikan pemberitaan

tentang konflik Suriah.

Page 79: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

65

Koran nasional seperi Kompas misalnya, istilah teroris lebih

banyak dipakai, istilah ini ditujukan kepada pihak oposisi yang berperang

melawan rezim Damaskus dan para aktivisnya disebut sebagai oposan.

Sedangkan Media Indonesia, satu waktu media ini melaporkan bahwa

konflik Suriah merupakan perang saudara, tapi di waktu lain media ini

melaporkan bahwa konflik Suriah merupakan perjuangan rakyat yang

memberontak terhadap rezim pemerintah Suriah yang berkuasa. Tak hanya

itu, adanya istilah pemberontak, aktivis oposisis, kelompok bersenjata,

pejuang oposisi pemberontak, kelompok pejuang Islam, kelompok milisi

oposisi Barat, atau kelompok teroris bersenjata merupakan istilah beragam

yang digunakan oleh media ini untuk melaporkan kubu anti-pemerintah

yang menurut penulis istilah tersebut bias dan mampu mengaburkan siapa

sebenarnya kubu anti-pemerintah itu sendiri.

Tak berbeda jauh dengan Media Indonesia, antaranews.com

sebagai sebuah situs kantor berita resmi Indonesia juga menggunakan

banyak istilah untuk kelompok masyarakat yang melakukan

pemeberontakan. Ada yang disebut sebagai kelompok garis keras,

pemebrontak, pelaku teror bersenjata, gerilyawan, oposisi moderat Suriah,

pemberontak moderat, gerilyawan Islam, pemberontak Suriah non-jihad,

pemberontak garis keras, dan milisi bersenjata.

Di sisi lain, media Islam seperti koran Republika, istilah

pemeberontak dan teroris jarang dimunculkan. Pemberitaan lebih fokus

menggunakan dan menampilkan kata oposisi atau aktivis oposisi untuk

Page 80: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

66

menggambarakan kelompok yang menentang pemerintah dan pro terhadap

Barat. Sementara itu, situs-situs berita Islam online menampilkan

penggunaan bahasa yang jauh berbeda dengan kebanyakan media lainnya.

Arrahmah.com melaporkan bahwa perang yang terjadi di Suriah ialah

perang agama antara Syiah (bukan Islam) dan Muslim Sunni, media ini

juga menggunakan istilah kelompok anti rezim Al Assad dengan

kelompok jihad dan mujahidin Islam. Kesamaan penyebutan istilah

revolusi rakyat, pejuang pembebasan, mujahid, milisi pembebasan,

kelompok oposisi, kelompok jihad juga ditemui di situs hidayatullah.com.

Media ini juga meyebutkan bahwa Al-Assad ialah teroris yang sebenarnya,

pasukan pemerintah juga disebut sebagai pasukan rezim otoriter Bashar al

Assad.

Dari beberapa media di Indonesia yang disebutkan diatas, jelas

bahwa penggunaan bahasa dan istilah memiliki makna atau citra tersendri

terhadap sebuah berita. Istilah teroris dan pemberontak yang banyak

digunakan oleh media sekuler terhadap kelompok anti pemerintah

misalnya memiliki stigma yang lebih buruk dan brutal dibandingkan

dengan kata aktivis oposisi, milisi pembebasan atau bahkan mujahidin.

Pilihan kata dan bahasa yang digunakan ini tentu tak hanya mampu

mencerminkan realitas, tapi juga dapat menciptakan realitas.

Meskipun perbedaan konsep bahasa tak dapat dihindari, ada

sebuah benang merah yang dapat ditarik dari informasi yang dilaporkan

oleh media-media yang tersebut. Hal tersebut ialah adanya tiga kelompok

Page 81: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

67

besar yang sedang bertarung dalam konflik di Suriah. Pertama adalah

rezim pro pemerintah Al- Assad yang mendapat dukungan dari Rusia dan

Iran, kedua ialah pihak oposisi yang mendapat dukungan Barat, dan yang

ketiga ialah kelompok militan Islam yang berjuang diluar kedua kubu

sebelumnya serta memilih untuk memperjuangkan kembalinya

pemerintahan dan ideologi Islam berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah.

Tak khayal hingga kini konflik terus berlanjut, karena memang ketiga

kelompok ini memiliki tujuan dan kepentingan yang sangat jauh berbeda.

Page 82: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

68

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Profil Tabloid Media Umat

Di tengah maraknya media massa sekuler yang beredar di

Indonesia, lahirlah sebuah media massa Islam berupa tabloid sebagai

media alternatif rujukan dan representasi umat Islam.

Tabloid Media Umat lahir pada 23 Dzulqaidah 1429 H/ 21

Nopember 2008 M di Jakarta. Tabloid ini didirikan oleh Yayasan Halqah

Islam dan Peradaban, Akta Notaris Sarinandhe DJ, SH, No 14 tanggal 20

Januari 2009.1 Tabloid Media Umat resmi launching pada tanggal 20

November 2008 dalam acara Halqah Islam dan Peradaban Hizbut Tahrir

Indonesia, sekitar 300 eksemplar Tabloid Media Umat edisi perdana

dibagikan gratis kepada para peserta.2 Tabloid dwimingguan ini

berkomitmen untuk menyuarakan Islam ke tengah-tengah masyarakat

Indonesia dengan menghadirkan pemberitaan yang mencerdaskan umat

dan menjaga kemurnian Islam. Dakwah untuk melanjutkan kehidupan

Islam dan menegakkan Khilafah merupakan fokus media ini.

―Media Umat lahir untuk mengisi kekosongan media-media Islam,

karna kita melihat media-media massa yang ada secara mainstream

dikuasai oleh kelompok-kelompok liberal. Sementara media yang

benar-benar menyuarakan umat Islam itu tidak ada. Atau kalaupun

ada jumlahnya sedikit atau kita melihat kurang ideologis dan

1 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat

2 http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/21/launching-tabloid-media-umat diakses pada 23 Juni

2013 pkl. 20:45 wib

Page 83: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

69

kurang tajam pemberitannya. Atas dasar itu kita melihat

pentingnya media ini hadir. ―3

Tabloid ini hadir untuk ikut serta mencerdaskan umat mengingat

media massa saat itu didominasi oleh media mainstream yang berideologi

sekuler. Di sisi lain, keberadaan media Islam sangat minim dan biasanya

tidak berumur panjang. Dalam kondisi seperti itu sedikit sekali media

massa yang menyuarakan Islam dan kepentingan umat Islam.

―Ceruk yang masih terbuka ini menjadi kesempatan Media

Umat untuk mengisinya sekaligus memperkaya khasanah media

massa Islam yang sudah ada. Lebih dari itu, ada tuntutan dakwah

yang sangat besar karena kerusakan masyarakat akibat penerapan

ideologi kapitalisme sekuler.‖4

Atas dasar hal itulah, maka sekelompok aktivis Islam membangun

sebuah tabloid yang memiliki rasa Islam yang kental. Di antaranya adalah

juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto, Farid Wadjdi

(pengelola website HTI), dan Mujiyanto (mantan wartawan Republika).

Mereka juga kemudian mendirikan sebuah Yayasan untuk menaungi

tabloid ini.

Tabloid ini mengambil tagline: ―Melanjutkan Kehidupan Islam”.

Maknanya, tabloid ini sebagai sarana menyadarkan umat agar mereka

bersama-sama melanjutkan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah

Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.

3 Wawancara Pribadi dengan Farid Wadjdi, Pimpinan Redaksi Tabloid Media Umat

4 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat

Page 84: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

70

Tabloid yang pertama kali dicetak sebanyak 25.000 eksemplar

dengan pembaca sebanyak 100.000 pembaca ini memiliki sejumlah rubrik,

yaitu Editorial, Media Utama, Wawancara, Aspirasi, Telaah Wahyu,

Media Nasional, Lintas Nasional, Ekonomi, Fokus, Siyasah Syar‘iyyah,

Potrait, Cermin, Mercusuar, Sosok, Anjangsana, Muslimah, Ustadz

Menjawab, Opini, Mancanegara, dan Hikmah.

Memasuki tahun kelima, pembaca Media Umat sudah lebih dari

260.000 orang per bulan. Penyebaran tabloid yang terbit setiap

dwimingguan (sebulan dua kali) ini dilakukan ke seluruh Indonesia, dari

Sabang sampai Merauke.

―Pemasaran tabloid ini menggunakan sistem peragenan dan

lebih mengedepankan penjualan bagi pelanggan. Sedangkan

penjualan ritel, jumlahnya masih sedikit. Selain melalui agen,

pemasaran juga dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya

dengan mengadakan bedah Media Umat, dan mengikuti

pameran.‖5

Seperti namanya, Media Umat yang memiliki nilai-nilai keumatan

dalam pemberitaannya merupakan media yang bisa dikonsumsi oleh umat

Islam secara keseluruhan, tidak melihat perbedaan partai, kelompok,

mazhab.

Untuk model tampilan berita, tim redaksi Tabloid Media Umat

masih mempertahankan gaya penyajian informasi seperti penyajian awal

terbit. Hanya terjadi sedikit modifikasi pada cover di tahap-tahap awal.

Tabloid Media Umat memiliki Dewan Redaksi yang melakukan

rapat dalam pengangkatan sebuah tema pemberitaan. Penentuan tema

5 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Tabloid Media Umat

Page 85: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

71

untuk tiap kali terbit ini ditentukan dalam rapat redaksi yang dilaksanakan

setiap dua minggu sekali. Ada tiga pendekatan yang diadopsi oleh tim

redaksi Media Umat untuk menentukan isu utama apa yang dapat diangkat

menjadi sebuah tema. Pendekatan tersebut yakni:

1. Pendekatan Aktual

Pendekatan yang merespon isu-isu aktual yang berkembang di

tengah-tengah masyarakat.

2. Pendekatan Hasil Ciptaan Tim Redaksi

Pendekatan yang tidak melihat aktual atau tidaknya sebuah isu,

karena isu yang diangkat ialah isu yang dibuat sendiri oleh tim

redaksi. Misalnya, ketika ada survey yang mengatakan ada

73% rakyat Indonesia yang inginkan penerapan Syariat Islam.

Maka survey itu akan diangkat.

3. Pendekatan Advokasi

Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan pembelaan

terhadap persoalan-persoalan umat, dan pendekatan ini

biasanya dilakukan dengan investigasi langsung. Seperti contoh

kasus terorisme.

Ketiga pendekatan itulah yang dijadikan pertimbangan dalam

setiap rapat redaksi untuk menentukan dan mengangakat sebuah tema

pemberitaan.

Page 86: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

72

Adapun kebijakan dalam hal mengkonsumsi pemberitaan, terutama

pemberitaan luar negeri, Media Umat merujuk kepada tiga sumber utama,

yaitu :

1. Informasi yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, baik berupa

Nashrah maupun Press Relase.

2. Media-media massa umum yang dari segi profesionalismenya

bisa dipertanggung jawabkan. Baik Reuters, CNN, BBC, Al

Jazeera maupun media yang lainnya. Media Umat selalu

melakukan pemilahan antara fakta dan opini yang ada di

media-media tersebut. Yang diambil sebagai data ialah

faktanya saja, itupun setelah ada proses analisis keakuratan

data. Sedangkan opini hanya dijadikan bahan analisis untuk

pertimbangan saja.

3. Kontak personal langsung kepada perwakilan Hizbut Tahrir

(dalam kasus-kasus tertentu)

B. Hirarki Pengaruh dalam Pemberitaan Konflik Suriah di Media Umat

Teori Hirarki Pengaruh (Hierarchy of Influence) yang dicetuskan

oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese yang mengemukakan

bahwa isi atau konten media dipengaruhi oleh individu pekerja media,

rutinitas media, organisasi media, ekstramedia, dan ideologi berperan

dalam pembentukkan konten di Media Umat.

Page 87: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

73

1. Level Individual - Tingkat Pengetahuan dan Pengalaman Penulis

Di level individual, sikap, kepribadian, nilai-nilai keyakinan, latar

belakang serta pengalaman yang dimiliki oleh jurnalis Media Umat

memiliki efek terhadap isi atau konten media yang dihasilkan.

Keseluruhan jurnalis Media Umat yang merupakan anggota Hizbut Tahrir,

sebuah partai politik internasional yang berideologi Islam dan

memperjuangkan kehidupan Islam dalam sebuah institusi negara Islam

(Khilafah) telah mempengaruhi isi media. Wajar jika semua isi atau

konten di Media Umat selalu mengarahkan kepada perjuangan untuk

mewujudkan kehidupan Islam dalam Khilafah.

2. Level Kerutinan Media – Standar Kegiatan

Setiap media pasti memiliki standar atau prosedur kerja untuk para

pekerja medianya. Redaksi Media Umat telah menetapkan standar untuk

digunakan dalam praktek komunikasi sehari-hari. Standar itu ialah standar

profesionalisme kerja jurnalistik yang berlandaskan Islam. Ketentuan

untuk menyelesaikan deadline, nilai berita, sumber berita harus dilakukan

dan disesuaikan dengan standar profesionalisme kerja jurnalistik yang

berlandaskan ketentuan Islam.

3. Level Organisasi – Tujuan Media

Pada level organisasi, keuntungan materi bukanlah hal utama dan

pertama yang dikejar oleh Media Umat. Dakwah Islam untuk melakukan

penyadaran kepada seluruh elemen masyarakat guna melanjutkan

kehidupan Islam merupakan fokus tujuan Media Umat. Adanya kesadaran

Page 88: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

74

akan kewajiban menyampaikan kebenaran Islamlah yang mengikat para

jurnalis untuk terus menghadirkan pemberitaan yang berideologi Islam.

4. Level Ekstramedia – Lingkungan Politik

Sumber berita, pengiklan, dan teknologi termasuk dalam level

ekstramedia yang memiliki peran untuk mempengaruhi konten media.

Informasi yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, seperti Press release dan

nashrah, kontak personal berupa wawancara khusus dengan narasumber

yang terlibat, serta melakukan pemilahan dan pemilihan antara fakta dan

data dari media massa umum yang profesionalismenya bisa

dipertanggungjawabkan merupakan sumber berita yang digunakan oleh

Media Umat. Terkait pengiklan, mereka bukanlah prioritas yang

menentukan kelangsungan keberadaan Media Umat, karena kuntungan

materi bukanlah tujuan utamanya.

5. Level Ideologi Media

Tataran yang paling menonjol dan lebih berhubungan dengan

media menurut peneliti ialah level ideologi media, karena Media Umat

begitu merefleksikan ideologi Islam dalam setiap infomasi yang

disajiaknnya. Meskipun Islam belum menjadi ideologi dominan di tengah-

tengah masyarakat, Media Umat dengan konsisten terus menyampaikan

gagasan (ideologi) Islam. Apapun yang disuguhkan Media Umat dalam

tidak terlepas dari ide-ide Islam, baik berupa syariat Allah maupun

institusi negara Islam (Khilafah), negara dimana seluruh kaum Muslim

bersatu dan menerapakan syarait Allah secara totalitas.

Page 89: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

75

C. Konstruksi Wacana Perang Ideologi Pada Konflik Suriah

Istilah konstruksi sosial (social construction of reality)

didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana

individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki

dan dialami bersama secara subjektif.6 Realitas yang dibangun tersebut

bukan berdasarkan hasil alamiah, melainkan realitas yang dibentuk

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Sehingga realitas

yang dibangun atau dikonstruksikan tersebut dapat mengasilkan citra yang

diinginkan oleh media massa. Inilah yang disebut Burhan Bungin sebagai

pembentukan konstruksi citra.7

Revolusi (tsaurah) Suriah merupakan dampak dari Arab Spring

yang melanda Timur Tengah. Keinginan rakyat Suriah untuk

menggantikan rezim Assad yang mereka anggap selama ini diktator

ternyata direspon sangat keras dari pihak Bashar Assad. Hal ini menarik

perhatian masyarakat dunia dan menjadi isu penting yang layak untuk

diketahui oleh Muslim di seluruh dunia.

Berdasarkan pengamatan terhadap pemberitaan pada konflik Suriah

di Tabloid Media Umat, maka penulis menyeleksi tujuh berita untuk

dijadikan objek penelitian. Berikut adalah ketujuh berita tersebut.

6 Margareth Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 301. 7 Lihat Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Tekhnologi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 204.

Page 90: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

76

Tabel 4. 1

Daftar Judul Berita Mengenai Konflik Suriah di Tabloid

Media Umat

Edisi/ Tanggal Judul Berita Isi Berita

Edisi 87, 3 Agustus-

6 September 2012

Bashar Assad, Rezim

Keji Menanti Mati

Tuntutan awal

masyarakat Suriah yang

tak ingin dipimpin

secara diktator

ditanggapi secara keras

oleh rezim pemerintah.

Perlawanan rakyat

berubah menjadi

perlawanan bersenjata.

Peran PBB yang

mengutus Kofi Annan

serta menjatuhkan dua

resolusi untuk Suriah

tidak berhasil.

Edisi 87, 3 Agustus-

6 September 2012

Rezim Jahat Bashar

Assad

Rezim Bashar Assad

semakin beringas untuk

memerangi perlawanan

dari rakyatnya. Korban

jiwa semakin banyak,

dan rakyat Suriah yang

berhasil selamat

mencoba mencari

pertolongan dengan

mengungsi ke negara

tetangga. Pemerintah

Suriah memiliki senjata

kimia dan biologis yang

penggunaannya

dikhawatirkan untuk

menghabisi rakyatnya

sendiri.

Edisi 87, 3 Agustus-

6 September 2012

Pertarungan Barat dan

Timur

Negara-negara Barat

kesulitan menundukkan

para pejuang Suriah.

Amerika, Rusia, China

dan Iran memiliki

kepentingan di tengah

konflik Suriah.

Page 91: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

77

Kepentingan-

kepentingan tersebut

membuat mereka saling

mengeluarkan strategi

politiknya untuk bisa

mengontrol masyarakat

Suriah.

Edisi 87, 3 Agustus-

6 September 2012

Suriah Mulia dengan

Khilafah

Assad kian hari kian

terjepit dan semakin

ganas. Berbagai skenario

yang ditempuh Barat

menemui jalan buntu,

kini Amerika tengah

mempersiapkan

pengganti Assad.

Faktanya, Strategi

tersebut tak bisa

menggoyahkan para

pejuang Islam dan

orientasi mereka untuk

mendirikan Daulah

Khilafah.

Edisi 93,

16 November-

6 Desember 2012

Upaya Amerika

Mengaborsi

Perjuangan Umat

Islam

Kekhawatiran Amerika

terhadap para pejuang

Islam yang semakin

menguat. Strategi

Amerika untuk

mengontrol konflik

Suriah dengan

mengaktifkan Dewan

Nasional Suriah.

Tokoh-tokoh petinggi

yang ditunjuk oleh

Amerika di dewan

tersebut ternyata orang-

orag binaan Bashar

Assad.

Edisi 96, 4-17 Januari

2013

Revolusi

Menyongsong Fajar

Khilafah

Kebengisan pasukan

Assad tak membuat

luntur semangat para

pejuang Islam Suriah

untuk

menumbangkannya.

Para pejuang Islam yang

tak mau berkompromi

dengan Barat diberi

Page 92: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

78

label teroris. Perjuangan

mulai menunjukkan

hasil saat Aleppo

berhasil diduduki oleh

para pejuang Islam.

Komitmen para pejuang

untuk mendirikan

Daulah Khilafah

tercermin dari

penandatanagan sebuah

perjanjian (mitsaq) oleh

komandn dari 12 brigade

pasukan Islam.

Edisi 100, 8-21 Maret

2013

Revolusi Syam,

Revolusi Islam:

Peperangan Antara

Keimanan dan

Kekufuran

Kehidupan kaum

Muslimin Suriah yang

selam ini hidup dibawah

peindasan dan

penderitaan di bawah

rezim Assad. Skenario

Amerika yang membuat

Assad masih mampu

bertahan melawan

rakyatnya sendiri. Meski

berbagai keberhasilan

dan kemenangan para

pejuang Muslim telah

dicapai, namun situasi

sulit masih ada

mengingat adanaya

konspirasi Amerika,

China, Rusia dan Ingris.

Revolusi Suriah di

Suriah adalah Revolusi

Islam yang bertujuan

untuk menegakkan

khilafah.

Ketujuh berita di atas masing-masing membahas bagaimana

konflik yang terjadi di Suriah merupakan perlawanan masyarakat terhadap

rezim pemerintahan yang bengis, dan konflik ini bertambah pelik dengan

ikut campurnya negara-negara Barat dan negara-negara regional dengan

Page 93: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

79

kepentingannya masing-masing. Negara Barat yang dengan segala solusi

yang ditawarkan kepada masyarakat Suriah pada faktanya mengalami

kegagalan. Rakyat Suriah tak menginginkan revolusi yang mereka

perjuangkan dari awal diarahkan oleh Barat, mereka menginginkan Islam

meskipun hingga kini perjuangan itu tak kunjung berakhir, tapi mereka

tetap pada keyakinannya atas kemenangan Islam di Suriah.

Ketujuh berita yang dimuat di Media Umat dari lima edisi tersebut

mencoba meyakinkan masyarakat Muslim bahwa rezim Bashar sudah tak

memiliki kekuatan, dan Barat juga tak mampu berbuat banyak untuk

menguasai masyarakat Suriah. Media Umat begitu menojolkan bahwa

pertarungan yang terjadi sejatinya merupakn pertarungan ideologi antara

ideologi sosialis-komunis yang diemban oleh rezim pemerintah Suriah,

ideologi sekuler yang juga turut ditawarkan oleh negara Barat yang ikut

campur dalam konflik Suriah, dan ideologi Islam yang tengah

diperjuangkan oleh masyarakat Muslim Suriah.

Merujuk pada tahapan proses konstruksi sosial media massa,

peneliti ingin menjabarkan bagaimana konstruksi yang dilakukan Media

Umat pada ketujuh berita (secara umum) sehingga menampilkan wacana

tertentu pada koflik di Suriah. Berikut adalah proses tahapannya:

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Pemilihan materi ini sangat beralasan, Suriah merupakan

bagian dari negeri Muslim, sudah sewajarnya jika sebagai Muslim

Page 94: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

80

harus menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib sesama saudara

Muslim di berbagai belahan dunia. Adanya pemberitaan tentang

gejolak konflik Suriah itu penting untuk menggugah kesadaran

pembaca terhadap tindak kedzaliman penguasa setempat terhadap

kaum Muslim.

―Kita ingin tunjukkan siapa sebenarnya penguasa Suriah

dan siapa di balik pemerintahannya selama ini. Konflik ini pun

menjadi momentum untuk menyadarkan umat/pembaca tentang

pentingnya persatuan dan kesatuan umat dalam satu negara

Islam. Mereka perlu sadar bahwa nasionalisme/perpecahan

mengundang bencana dan melemahkan umat Islam. Bersama

dengan itu, pemberitaan itu penting juga untuk mengimbangi

pemberitaan media mainstream yang tidak pro terhadap nasib

kaum Muslim.‖ 8

2. Tahap Sebaran Konstruski

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah

semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya

dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang

penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.9

Pada tahap ini, Media Umat berusaha menyampaikan informasi yang

merupakan materi konstruksi kepada para pembaca dengan

menerbitkan beberapa edisi khusus yang membahas lebih banyak

tentang perang ideologi pada konflik d Suriah. Ulasan berita terkait

konflik Suriah ini dibuktikan dengan adanya berita yang

bereksinambungan terdapat di edisi 87, 93, 96, dan 100.

8 Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat

9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi

(Jakarta: Kencana, 2007), h. 208.

Page 95: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

81

3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas

Pada tahap melakukan konstruksi realitas, Media Umat melakukan

konstruksi pemaknaan lewat penggunaan bahasa dan teks yang tercermin

dari isi-isi beritanya. Konstruksi yang terbentuk ialah adanya penolakan

terhadap adanya istilah konflik sektarian yang terjadi di Suriah. Media

Umat mengkonstruksi konflik yang terjadi di Suriah ialah pertarungan

sekuler dengan Islam, bukan antara Sunni dan Syiah.

―Pemunculan konflik Sunni-Syiah adalah sebuah cara

kanalisasi agar konflik ini tidak melibatkan Muslim secara

internasional. Selain itu dengan mengedepankan konflik sektarian,

Barat mendapat amunisi baru yakni adanya pertolongan Iran dan

Hizbullah dari Lebanon untuk menahan serangan pejuang dan

rakyat terhadap penguasa.Pembenturan secara sektarian ini paling

tidak bisa memalingkan perjuangan yang utama yakni menjatuhkan

penguasa dan menegakkan khilafah di sana.‖10

Untuk analisis di tahap pembentukan konstruksi realitas, peneliti

menggunakan analisis framing model Gamson dan Andre Modigliani.

Framing merupakan suatu bentuk analisis penelitian yang mencermati

strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih

bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk

menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.11

Penonjolan berita

dapat dilakukan pada angle yang diambil, narasumber yang diangkat yang

dikonstruksikan melalui bahasa atau teks berita sehingga terjadi

pembingkaian berita. Analisis framing model William Gamson dan Andre

10

Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat 11

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 162

Page 96: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

82

Modigliani merupakan salah satunya. Dalam analisis ini pembingkaian

dilakukan dengan ‗cara bercerita‘ yang menggunakan perangkat-perangkat

framingnya. William A.Gamson dan Andre Modigliani membagi struktur

analisisnya menjadi tiga bagian:

a. Media Package

Yakni merupakan asumsi bahwa berita memiliki makna

tertentu.12

Pada keseluruhan berita, Tabloid Media Umat memiliki

agenda pada revolusi Islam di Suriah yang dituntun ke arah berdirinya

sebuah negara Islam atau yang dikenal dengan nama Daulah Khilafah

Islamiyah. Hal ini dapat dibuktikan dari berita yang dipublikasikan di

Tabloid Media Umat terkait berita konflik Suriah merupakan berita

yang lebih condong terhadap ide-ide perang ideologi antara Barat yang

sekuler dan para pejuang dengan Islamnya. Seperti pernyataan berikut

ini:

―Kita tidak ingin mengangkat ini kasus Suni-Syah,

persoalannya kan bukan disitu, ini tentang perlawanan terhadap

Rezm Bashar Assad yang didukung oleh Barat, dengan kaum

Muslimin yang inginkan Daulah Islam. Pertarungan ini ialah

pertarungan sekuler dnegan Islam. Bukan antara Sunni dan Syah.

Kalo ditarik ke konflik Suni-Syah ini ga kan menyelesaikan

permaslaahan, karena ini hanya akan membuat timur Tengah ini

berlarut-larut dalam konflik Suni-Syah ini, seperti yang terjadi

hingga sekarang. Yang kita serukan itu bagaimana supaya umat itu

sama-sama menyuarakan Khilafah itu.‖13

12

Eriyanto, Analisis Framing, h. 79. 13

Wawancara Pribadi dengan Farid Wadjdi, Pimpinan Redaksi Tabloid Media Umat

Page 97: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

83

Adapun, agenda ingin adanya pembingkaian dalam

keseluruhan artikel terlihat dari pernyataan Redaktur Pelaksana

Tabloid Media Umat, Mujiyanto, sebagai berikut:

“Mereka sangat paham bahwa pola-pola Barat yang

dipaksakan di negara-negara Timur Tengah yakni demokrasi

ternyata tak membawa perubahan ke arah Islam. Makanya mereka

meneriakkan ‗Nahnu Nurid Khilafah Islamiyah’. Inilah yang

membedakan Suriah dengan negara Timteng yang lain. Ini

dibuktikan dengan penolakan terhadap lahirnya kelompok-

kelompok sekuler yang ingin mewakili mereka dalam koalisi.

Semua tak laku dan tak diakui rakyat karena terbukti pro Barat.

Media Package yang dibingkai Tabloid Media Umat pada

keseluruhan artikel berpengaruh terhadap perjuangan para pejuang

Islam di Suriah yang ditampilkan. Para pejuang di Suriah dianggap

bukan berperang untuk menegakkan demokrasi di Suriah, para

pejuang juga tidak berperang sesuai dengan arahan Barat. Hal ini

misalnya dapat dilihat dari kutipan berita yang membingkai

perjuangan para mujahidin berikut ini :

―Barat pun menyadari bahwa orang-orang yang melakukan

revolusi di dalam Suriah didominasi oleh orientasi islami. Ini

berbeda dengan oposisi luar negeri sekuler yang tidak memiliki

popularitas yang memungkinkannya untuk memegang

kepemimpinan pada periode yang akan datang demi kepentingan

Barat.‖14

14

Suriah Mulia dengan Khilafah, Media Umat edisi 87

Page 98: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

84

b. Core Frame

Merupakan gagasan sentral yang berisi elemen-elemen inti

untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan

mengarahkan makna pada isu yang dibangun condensing symbol

(symbol yang dimampatkan).15

Pada bagian kedua dalam analisis framing model ini, materi

pembingkaian yang terdapat dalam media package seolah-olah

mendapat dukungan dari core frame. Bagian ini juga merupakan inti-

inti yang ingin disampaikan dalam bagian berikutnya yaitu condensing

symbol yang terdiri atas perangkat framing (framing devices) dan

perangkat penalaran (reasoning devices). Dari keseluruhan berita, core

frame yang diangkat yaitu Tabloid Media Umat ingin menegaskan

betapa konflik ideologi di Suriah yang sarat multi kepentingan ini

bukanlah konflik seperti konflik yang terjadi pada Arab Spring

sebelumnya. Dari sini, Tabloid Media Umat ingin memperlihatkan

bahwa Barat, yang biasanya mampu membajak revolusi masyarakat

Timur Tengah yang bergejolak, seperti Libya, Mesir ataupun Tunisia,

dibuat pusing dengan perjuangan para pejuang Islam Suriah. Meskipun

berbagai cara telah ditempuh, dari kompromi, pembentukan pasukan

oposisi sekuler, hingga pengalihan isu ke konflik sektarian, tetap saja

tindakan Barat tersebut gagal untuk mengendalikan situasi di Suriah.

Akhirnya, kini Barat masih mencari-cari strategi apa yang tepat untuk

15

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h. 177.

Page 99: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

85

membungkam perjuangan kaum Muslimin. Hal ini ditunjukan dari

pernyataan narasumber Mujiyanto berikut ini:

―Dalam banyak hadits disebut bahwa suatu saat nanti

Syams (termasuk di dalamnya Suriah) adalah pusatnya

khilafah. Maka mereka (para pejuang) tak mau tertipu dengan

ajakan Barat untuk negosiasi dan sejenisnya karena mereka

paham bahwa Barat akan mengarahkan mereka sesuai

skenarionya. Rakyat sendiri sangat paham akan titik akhir

perjuangannya. Mereka ingin khilafah. Mereka tak ingin seperti

negara Teluk yang lain yang melakukan revolusi tapi kemudian

tertipu karena mereka yang memimpin negeri tersebut ternyata

adalah antek Barat yang lain.‖16

Melalui pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa Tabloid

Media Umat melalui pemberitaan mengenai konflik di Suriah serta

perjuangan ideologi yang terus diperjuangkan oleh para pejuang Islam

yang ingin menegakkan Islam dalam sebuah negara Khilafah tersebut

memanglah fakta yang harus diungkapkan oleh media massa dan relevan

bagi pembaca untuk diinformasikan karena penting untuk diketahui

publik.

c. Condensing Symbol

Condensing symbol merupakan bagan ketiga dari analisis

framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani. Bagian ini

merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik. Dalam

condensing symbol berisi perangkat-perangkat yang digunakan untuk

menganalisis satu per satu artikel. Perangkat tersebut adalah perangkat

framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices).

16

Wawancara Pribadi dengan Mujiyanto, Redaktur Pelaksana Tabloid Media Umat

Page 100: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

86

Berikut merupakan penjabaran dari perangkat framing yang digunakan

pada masing-masing artikel yang menjadi objek penelitian:

3.1 Analisis Teks Berita “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti

Mati” - Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012

Berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖

merupakan berita pertama yang menjadi objek penelitian dalam

skripsi ini. Berikut berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti

Mati‖ selengkapnya:

Gambar 4.1

Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati”

Page 101: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

87

Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran

berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani dalam artikel berita berikut ini:

Perangkat Pembingkai (Framing Devices)

Pemikiran dan gagasan sentral dari Tabloid Media Umat itu

didukung oleh pemakaian simbol-simbol untuk memberi penekanan dan

penonjolan atas apa yang ingin disampaikan. Simbol-simbol itu berfungsi

sebagai ikon yang memberikan penekanan dan penonjolan agar penafsiran

dan pemaknaan akan peristiwa lebih diterima dan dihayati oleh kelompok

pembaca.

Pada berita yang dipublikasikan di Tabloid Media Umat edisi 87

ini, rezim Assad yang berhaluan sosialis digambarkan sebagai rezim yang

kejam karna telah memperlakukan rakyatnya selama ini dengan buruk,

terlebih dengan merespon secara brutal perlawanan rakyat Suriah. Adanya

penggunaan istilah yang berbentuk stigmatisasi (depictions) terhadap

rezim Assad dapat dilihat dari kutipan berita berikut:

―Mesin pembunuh Assad ini bekerja siang malam mencari

warga negara yang menentang sang presiden. Mesin ini digerakkan

oleh militer dan milisi yang dikenal sebagai Shabiha. Kebrutalan

milisi yang dulunya gangster ini terkenal seantero negeri sehingga

menimbulkan ketakutan. Siapa yang tidak mau menyembah foto

Assad bisa dibunuh oleh milisi dan militer.‖17

(Baris 20-31)

Asumsi Tabloid Media Umat tersebut juga didukung oleh judul

berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖ serta adanya aksentuasi

17

―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 102: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

88

gambar yang ditampilkan (visual images). Gambar yang ditampilkan

dalam berita tersebut menggambarkan Bashar Assad dan Perdana Menteri

Rusin, Vladimir Putin yang sedang bergandengan tangan dengan tangan

yang berlumuran darah.

Amerika juga dicitrakan sebagai pembajak revolusi Arab Spring

yang sengaja membiarkan berlangsungnya kebiadaban rezim Assad hingga

kini. Gagalnya PBB dengan proposal perdamaian dan resolusinya untuk

Suriah membuat Amerika mengubah strateginya, mencari pengganti Assad

dan menunggu waktu yang tepat untuk memunculkannya adalah strategi

yang dimiliki Amerika saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

penggunaan kata-kata yang berbentuk kiasan (metaphors) yang dapat

dilihat dari kutipan berita berikut ini :

―Tak heran seorang penulis Amerika menyebut bahwa

perubahan yang terjadi di Suriah ini sebenarnya hanya sekadar

mencari boneka pengganti Assad. Sampai sekarang boneka itu

belum ditemukan sehingga Amerika terlihat mengulur-ulur waktu

dan membiarkan kebiadaban di Suriah terus terjadi.‖18

(Baris

135-144)

Untuk memperjelas bingkai, terdapat pula penjelas yang mampu

membenarkan perspektif (exemplar). Hal ini dapat dilihat dari kutipan

berikut:

―Namun banyak pengamat menilai, konflik kepentingan itu

sebenarnya hanyalah sebuah skenario Amerika. Dengan tekanan

rakyat dan dunia internasional, rezim Assad pasti jatuh. Hanya

persoalannya, siapa yang akan naik sebagai penguasa baru negeri

itu. Itulah yang kini sedang dicari oleh Amerika. Kalau pun sudah

18

―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 103: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

89

ada, mungkin Amerika sedang mempersiapkan untuk muncul.‖19

(Baris 167-179)

Dalam hal ini, asumsi yang terjadi adalah Tabloid Media Umat

ingin menekankan setidaknya ada empat hal yang terjadi pada konflik di

Suriah. Pertama, rezim Bashar Assad digambarkan sebagai rezim bengis

yang dari awal telah merespon perlawanan rakyat Suriah dengan tindakan

yang brutal. Penjelasan mengenai jumlah korban tewas dalam kalimat

―Hingga Juli ini Perserikatan Bangsa Bangsa mencatat lebih dari 20 ribu

orang ...‖ (Baris 12-14) memperlihatkan kebiadaban rezim Assad yang tak

mau berhenti mengakhiri konflik dengan jalur damai.

Kedua, bahwa PBB sebagai lembaga yang mengusung agenda

perdamain dunia tak mampu menghadirkan solusi atas konflik Suriah ini.

Ketiga, meski Amerika tak berhasil masuk dengan cara diplomasi,

Amerika berusaha untuk tetap mengontrol konflik melalui oposisi. Pihak

oposisi sekuler hasil bentukkan Amerika inilah yang berusaha

mempersiapkan pengganti Assad. Keempat, konflik antara rakyat Suriah

yang melawan rezim pemerintah, serta adanya campur tangan Amerika

memperlihatkan bahwa konflik ini sarat akan pertarungan ideologi yang

masing-masing aktornya memiliki kepentingan terhadap Suriah.

19

―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 104: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

90

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu

didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan bahwa ―versi

berita‖ yang disajikan dalam teks itu adalah benar.

Dalam teks berita ―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖,

perangkat penalaran disajikan dengan beberapa pola. Strategi wacana

pembenaran terhadap frame yang diangkat Tabloid Media Umat akan

wacana perang ideologi pada konflik Suriah yang ditekankan melalui

perangkat penalaran roots:

“Proposal perdamaian disiapkannya. Namun proposal itu

akhirnya kandas.‖ 20

(Baris 75-77)

“Lagi-lagi rencana itu gagal. Rusia dan Cina menghadang

resolusi tersebut dengan cara menjatuhkan hak vetonya.‖21

(Baris

84-85)

Kutipan berita tersebut seolah menjadi pembenaran bahwa frame

perang ideologi memang ada pada konflik Suriah. Keputusan PBB

dibawah Amerika yang berideologi kapitalis, penolakan resolusi dari

Rusia dan China yang sebagai negara sosialis, serta komitmen para

pejuang Suriah yang memilih perjuangan Islam dan menolak dikontrol

Barat merupakan bentuk adanya tarik-menarik ideologi antar pihak-pihak

yang berlainan kepentingan ini.

20

―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87 21

―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 105: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

91

Perangkat penalaran juga dipakai untuk meyakinkan masyarakat,

bahwa para pejuang Suriah tidak boleh tertipu dengan revolusi yang

dibajak oleh Barat dengan segala strateginya. Selain itu, prinsip pemikiran

bahwa perjuangan revolusi haruslah perjuangan ideologi Islam untuk

menegakkan Khilafah sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan

Suriah didukung oleh teks-teks berita Tabloid Media Umat. Ini dapat

dilihat dari perangkat penalaran berupa Appeal to Principle berikut:

―Khilafah akan menghancurkan rezim Assad dan antek-

anteknya serta mengembalikan Suriah, wilayah Syam, menjadi

wilayah yang mulia, mercusuar peradaban Islam sebagaimana

dahulu pernah terjadi di sana.‖22

(Baris 220-226)

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

22

―Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 106: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

92

Tabel 4.2

Analisis Berita 1 “Bashar Assad, Rezim Keji Menanti Mati”

- Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012

Framing Devices Temuan Data

Methapors

1. Kota demi kota remuk redam oleh senjata

berat. (b. 52-53)

2. Tokoh-tokoh yang muncul kemudian tak lain

adalah boneka-boneka Barat. (b. 121-122 )

3. sekadar mencari boneka pengganti Assad.(b.

139 )

4. Sampai sekarang boneka itu belum (b. 140)

Catchphrases

1. Kebiadaban rezim (b. 32)

2. Mesin pembunuh (b. 20)

3. konflik kepentingan. (b. 168)

4. Khilafah Islam (b. 209)

Exemplar

Namun banyak pengamat menilai, konflik

kepentingan itu sebenarnya hanyalah sebuah skenario

Amerika. Dengan tekanan rakyat dan dunia

internasional, rezim Assad pasti jatuh. Hanya

persoalannya, siapa yang akan naik sebagai

penguasa baru negeri itu. Itulah yang kini sedang

dicari oleh Amerika. Kalau pun sudah ada, mungkin

Amerika sedang mempersiapkan untuk muncul. (b.

167-179)

Depiction

1. Kebrutalan milisi (b.25-26)

2. bentuk kolonialisme dan model penjajahan.

(b. 211)

Visual Images

Gambar yang ditampilkan sebagai background pada

judul menunjukkan Presiden Suriah, Bashar Assad

yang sedang bergandengan tangan dengan Perdana

Menteri Rusia, Vladimir Putin. Tangan yang

bergandengan tersebut berlumuran darah, hal itu

mengindikasikan bahwa mereka adalah para

pembunuh yang bekerjasama untuk menghabisi

rakyat Suriah.

Reasoning

Devices Temuan Data

Roots

1. Proposal perdamaian disiapkannya. Namun

proposal itu akhirnya kandas. (b. 76)

2. Lagi-lagi rencana itu gagal. Rusia dan Cina

menghadang resolusi tersebut dengan cara

menjatuhkan hak vetonya. (b. 84-85)

Page 107: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

93

3. Sampai sekarang boneka itu belum ditemukan

sehingga Amerika terlihat mengulur-ulur

waktu dan membiarkan kebiadaban di

Suriah terus terjadi. (b. 140-141)

Appeats to

Principles

1. Khilafah Islam akan menjadikan Suriah

terbebas dari segala bentuk kolonialisme dan

model penjajahan. (b. 209)

2. Khilafah akan menghancurkan rezim Assad

dan antek-anteknya serta mengembalikan

Suriah, wilayah Syam, menjadi wilayah yang

mulia, mercusuar peradaban Islam

sebagaimana dahulu pernah terjadi di sana.

(b. 209-212)

3. Sehingga akan memerdekakan manusia

dengan semerdeka-merdekanya,

memerdekakan manusia dari penghambaan

kepada sesama manusia, dan akan

mengarahkannya kepada penghambaan

kepada sang Pencipta semata. (b.212-216)

Consequences:

Rezim Bashar Assad terus merespon tuntutan

perubahan dengan brutal, dan Barat mencoba

membajak revolusi masyarakat Suriah.

Page 108: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

94

1. Analisis Teks Berita “Rezim Jahat Bashar Assad” – Edisi 87, 3

Agustus - 6 September 2012

Berita‖Rezim Jahat Bashar Assad‖ merupakan berita kedua

yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut berita

―Rezim Jahat Bashar Assad‖ selengkapnya:

Gambar 4.2

Berita 2 “ Rezim Jahat Bashar Assad”

Page 109: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

95

Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran

berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani dalam berita berikut ini:

Framing Devices

Dalam teks berita frame yang ingin dibangun masih seputar

pertarungan ideologi yang terjadi di konflik Suriah. Penonjolan berita

lebih terfokus pada tindakan yang dilakukan rezim Assad untuk

mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya di Suriah. Perangkat

Pembingkai (Framing Devices) dalam teks ini dibagi menjadi beberapa

pola yang mendukung bingkai Tabloid Media Umat terhadap kebiadaban

rezim Assad. Dalam memperkuat bingkai, media kerap memberikan

penjelasan-penjelasan atas isu yang dibingkai (exemplar). Sehingga dapat

lebih memberikan penekanan terhadap bingkai. Bingkai Tabloid Media

Umat terhadap buruknya rezim Assad dapat dilihat dari penjelasan-

penjelasan isu dari teks berita berikut ini:

―Rezim Bashar al-Assad menggunakan cara-cara kotor

dalam melakukakan operasi militer, yang tidak mengenal

perikemanusiaan. Pembantaian dengan cara yang sangat kejam,

selalu dipertontonkan kepada rakyat. Seperti pembantaian di kota

Houla. Lebih 100 orang tewas, dan banyak diantara mereka yang

mati dalam kondisi yang mengerikan, seperti tubuh mereka

disayat-sayat, dan dipotong-potong...‖23

(Baris 123-135)

Untuk memberikan penekanan terhadap sebuah isu, perangkat

framing model William A. Gamson dan Andre Modigliani juga dilengkapi

oleh depiction. Di mana teks berupa pernyataan yang bertujuan untuk

23

“Rezim Jahat Bashar Assad‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 110: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

96

membangkitkan prasangka yang berbentuk stigmatisasi. Depiction pada

teks berita ini dapat dilihat pada:

―...aksi kejahatan itu dilakukan oleh mesin pembunuh yang

dikenal sangat biadab bernama: Shabiha.‖24

(Baris 96-98)

Kutipan tes berita tersebut memberikan asumsi akan aksi kejahatan

rezim Assad dengan bantuan mesin pembunuhnya yang begitu kejam

membunuh masyarakat Suriah.

Reasoning Devices

Perangkat penalaran (Reasoning Devices) dalam berita ini selain

dalam memperkuat frame juga menjadi strategi wacana bahwa frame yang

dibentuk Tabloid Media Umat terhadap citra rezim Assad yang keji lagi

biadab yang tak hanya membunuh menggunkan mesin pembunuh berupa

Shabiha, tapi juga bersiap membunuh dengan senjata kimianya tampak

benar dan nyata. Melaui perangkat roots dalam berita ini, yaitu:

―Suatu yang tidak bisa dikesampingkan jika Assad akan

menggunakan senjata pemusnah massal ini meski harus

mengorbankan rakyatnya sendiri. Ini yang dikhawatirkan. Apalagi

kondisi Assad kian terdesak sejak tewasnya empat orang yang

paling dekat dengan lingkaran kekuassaan ...‖ (Baris 206-214)

Perangkat penalaran juga terdapat dalam bentuk klaim-klaim moral

yang hadir dalam teks berita (Appeats to Princples). Misalya pada teks

berita berikut:

―…lebih 100 orang tewas, dan banyak diantara mereka

yang mati dalam kondisi yang mengerikan, seperti tubuh mereka

disayat-sayat, dan dipotong-potong, dan mayat mereka dibuang di

24

―Rezim Jahat Bashar Assad‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 111: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

97

depan rumah para penentang rezim Bashar al-Assad...‖25

(Baris

131-138)

Klaim-klaim moral seperti kutipan berita di atas ingin memberikan

pembenaran adanya perlakuan yang tak manusiawi yang dilakukan oleh

rezim Assad terhadap rakyat Suriah.

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

Tabel 4.3

Analisis Berita 2 “Rezim Jahat Bashar Assad” –

Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012

25

―Rezim Jahat Bashar Assad‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Framing Devices Temuan Data

Methapors

1. rezim Assad menumpahkan peluru

tajam di jalan-jalan utama kota. (b. 15-

16)

2. tentara mengoyak kota Salahudin

dengan persenjataan… (b.20)

3. pasukan Assad secara membabi buta

meluluhlantakkan Kota Houla. (b. 73)

4. bertindak dengan darah dingin,

membunuhi para aktivis dan

keluarganya. (b. 108-109)

5. dihujani dengan senjata berat, sesudah

itu (b. 117)

6. mesin pembunuh yang dikenal sangat

biadab bernama: Shabiha. (b. 96-97)

Catchphrases 1. Mesin pembunuh (b. 89)

2. Senjata kimia (b. 142)

Page 112: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

98

1. A

n

a

Exemplar

―Rezim Bashar al-Assad menggunakan cara-

cara kotor dalam melakukakan operasi militer,

yang tidak mengenal perikemanusiaan.

Pembantaian dengan cara yang sangat kejam,

selalu dipertontonkan kepada rakyat. Seperti

pembantaian di kota Houla. Lebih 100 orang

tewas, dan banyak diantara mereka yang mati

dalam kondisi yang mengerikan, seperti

tubuh mereka disayat-sayat, dan dipotong-

potong, dan mayat mereka dibuang di depan

rumah para penentang rezim Bashar al-

Assad,‖ ujar Jeff White, pengamat pertahanan

dari Institute Washington untuk Kebijakan

Timur Dekat. (b. 123-139)

Depiction

1. beringas membombardir Kota Aleppo...

(b. 11)

2. keganasan pasukan pemerintah Suriah

bakal melakukan tindakan brutal di

Aleppo (b. 34)

3. Pembantaian dengan cara yang sangat

kejam (b. 127-128)

Visual Images

Ada dua gambar yang ditampilkan pada

pemberitaan ini. Yang pertama ialah gambar

mayat-mayat korban kebiadaban rezim Assad

yang diletakkan berjejer di tanah, dan gambar

seorang bapak yang menggendong seorang

anak yang terluka dan berlumuran darah.

Reasoning Devices Temuan Data

Roots

Suatu yang tidak bisa dikesampingkan jika

Assad akan menggunakan senjata pemusnah

massal ini meski harus mengorbankan

rakyatnya sendiri. Ini yang dikhawatirkan.

Apalagi kondisi Assad kian terdesak sejak

tewasnya empat orang yang paling dekat

dengan lingkaran kekuassaan. (b.204-214)

Appeats to Principles

lebih 100 orang tewas, dan banyak diantara

mereka yang mati dalam kondisi yang

mengerikan, seperti tubuh mereka disayat-

sayat, dan dipotong-potong, dan mayat mereka

dibuang di depan rumah para penentang rezim

Bashar al-Assad (b. 131-138)

Consequences Kebiadaban Rezim Bashar Assad harus segera

dihentikan.

Page 113: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

99

2. Analisis Teks Berita “Pertarungan Barat dan Timur”- Edisi

87, 3 Agustus – 6 September 2012

Berita ―Pertarungan Barat dan Timur‖ merupakan berita

ketiga yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut

berita ―Suriah Mulia dengan Khilafah‖ selengkapnya:

Gambar 4.3

Berita 3 “Pertarungan Barat dengan Timur”

Page 114: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

100

Untuk menganalisis teks berita di atas dapat dilihat dari

penjabaran perangkat framing dan perangkat penalaran yang terdapat

dalam konsep framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani berikut:

Framing Devices

Perangkat Framing (Framing Devices) merupakan seperangkat

alat yang digunakan untuk memperkuat gagasan media terhadap

bingkai yang diangkat. Pada teks ini perangkat framing berupa

methapors dapat dilihat melalui teks berikut:

―…Barat hingga kini masih kesulitan 'menundukkan'

Suriah.‖26

(Baris 4-5)

Perumpamaan pada kata ―menundukkan‖ seolah-olah

mengasumsikan bahwa keadaan di Suriah selama ini masih begitu kuat

dikendalikan oleh rezim Bashar yang ditopang oleh negara Rusia,

China, dan Iran. Di sisi lain, rakyat Suriah yang melakukan perjuangan

revolusi Islam ternyata tak banyak yang mau menerima tawaran dan

arahan perjuangan ala Barat. Asumsi tersebut berbanding lurus dengan

frame yang dibentuk Tabloid Media Umat bahwa pertempuran yang

terjadi di Suriah bukanlah sekedar pertempuran sipil atau pertempuran

sektarian, tapi ini merupakan pertempuran antara pihak-pihak yang

berbeda ideologi dan kepentingan.

Perangkat framing lain dalam mendukung bingkai adalah

Catchphrases, yang terlihat di teks berita berikut:

26

―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 115: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

101

―Berebut kepentingan.‖27

(Baris 48)

Dengan menggambarkan adanya rebutan antara

kepentingan-kepentingan masing-masing negara terhadap Suriah

memberikan penekanan bahwa negara-negara yang memiliki

kepentingan tersebut berusaha untuk terus menjaga pengaruhnya agar

segala kepentingan dapat terus terwujud. Frase yang dibentuk tersebut

semakin memperkuat adanya bentuk konflik ideologi antar negara

sebagai akibat dari rebutan kepentingan yang berbeda tersebut.

Selain itu, uraian akan bentuk-bentuk kepentingan negara-

negara yang turut campur dalam konflik Suriah menguatkan frame

tentang adanya konflik ideologi. Misalnya pada teks berita berikut:

―Di pihak lain, Amerika berusaha menyingkirkan

pengaruh Rusia, Cina, dan Iran dari Suriah. Bagaimana pun

secara ekonomi, Amerika menginginkan sumber-sumber

ladang minyak seperti yang didapatkannya dari Libya dan

Irak—dan pasar bagi produk-produknya. Lebih dari itu,

Amerika ingin menancapkan kukunya dengan lebih tajam

di kawasan ini. Ini demi hegemoni ideologi kapitalismenya.

Yang lebih penting lagi, ini demi mengokohkan posisi

Israel karena Suriah adalah halaman depan negara Zionis

tersebut.‖28

(Baris 131-147)

Kata-kata ―hegemoni ideologi kapitalis‖ menekankan pada

pembentukan bingkai ideologi. Dalam menonjolkan pada suatu bingkai,

teks berita juga memuat kalimat ungkapan kasar yang ditampilkan menjadi

lebih halus-eufemisme (depiction). Yakni pada teks berikut:

27

―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87 28

―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 116: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

102

―Jatuhnya Suriah ke tangan Barat berarti bunuh diri politik bagi

Iran dan ini sangat membahayakan posisi Iran di kawasan

tersebut.‖29

(Baris 114-118)

Teks tersebut ingin menggambarkan bahwa Iran sebagai

pendukung rezim Bashar Assad tak mau Suriah sebagai negara sekutunya

tersebut jatuh ke tangan Barat, karena hal itu akan membuat eksistensi

perpolitikan Iran di mata Timur Tengah dan dunia menurun.

Reasoning Devices

Sebagai penalaran, Tabloid Media Umat juga menggunakan

strategi wacana agar frame yang diangkatnya seolah-olah benar dengan

perspektif dan pandangan tertentu. Roots dalam teks berita ini terlihat dari

pernyataan berikut:

―Sebuah lembaga riset internasional, Stockholm

International Peace Research Institute (SIPRI), melaporkan pada

Senin (19/3) bahwa Suriah telah mengimpor enam kali lebih

banyak senjata dalam kurun waktu 2007–2011 dibandingkan

dengan lima tahun sebelumnya.‖30

(Baris 74-82)

Pembenaran dalam teks berita di atas mengindikasikan bahwa

Rusia, negara yang dikenal sebagai pesaing Amerika memiliki

kepentingan ekonomi yang besar dalam jalur perdagangan senjata di

Suriah. Secara tidak langsung itu mengisyaratkan bahwa ikut campurnya

Rusia dalam konflik Suriah dengan membela rezim Assad mengisyaratkan

bahwa Rusia tak mau kehilangan sumber penghasilannya dari Suriah,

untuk itu Rusia terus memaksakan keberlangsungan rezim Assad di

Suriah.

29

―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87 30

―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 117: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

103

Sedangkan klaim-klaim moral yang dilihat Tabloid Media Umat

atas frame yang dibentuk adalah bagaimana negara-negara yang ikut

campur dalam konflik Suriah berlaku rakus. Negara-negara tersebut sibuk

mempertahankankan pengaruhnya di Suriah agar Suriah dengan segala

sumber dayanya selalu menguntungkan mereka masing-masing. Meskipun

korban kian hari kian bertambah, tapi mereka terlihat tak peduli dengan

tuntutan dan perjuangan rakyat Suriah. Hal itu dapat dilihat lewat teks

berikut ini:

―Dengan kondisi demikian, kaum Muslimin terus dibantai

tanpa perlindungan. Negara-negara besar terus berebut 'kue'

Suriah. Ujung-ujungnya yang jadi korban adalah kaum Muslimin.

Sampai kapan penderitaan kaum Muslimin ini akan berakhir di

tangan rezim bengis dan rakus dunia?‖31

(Baris 184-193)

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

31

―Pertarungan Barat dan Timur‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 118: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

104

Tabel 4.4

Analisis Berita 3 “Pertarungan Barat dan Timur” –

Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012

Framing Devices Temuan Data

Methapors:

1. Barat hingga kini masih kesulitan

'menundukkan' Suriah. (b.4-5)

2. anak emas Amerika di Timur Tengah.

(b. 129-130)

3. Amerika ingin menancapkan kukunya

dengan lebih tajam… (b. 140-141)

4. pihak oposisi untuk dijadikan boneka

seperti (b. 159)

5. Negara-negara besar terus berebut

'kue' Suriah (b. 187)

Catchphrases: 1. Assad tak bergeming. (b.29)

2. Berebut Kepentingan. (b. 48)

Exemplar

1. Namun tuntutan itu kandas di tengah

jalan. Rusia dan Cina menjatuhkan

vetonya atas rancangan resolusi dan

sanksi tersebut. (b. 15-16)

2. Assad merasa cukup kuat untuk

bertahan karena mendapat dukungan

negara-negara yang cukup kuat yakni

Rusia, Cina, dan Iran, serta

Hizbullah. (b.42-45)

3. Begitu dekatnya hubungan itu hingga

Rusia memiliki pangkalan angkatan

laut di Pelabuhan Tartus, Suriah. (b.

64-66)

Depiction bunuh diri politik bagi Iran (b. 116)

Visual Images

Sebuah gambar yang merupakan hasil editan

penggabungan dari dua gambar merupakan

visual image yang ditampilkan pada

pemberitaan ini. Seorang pria Timur Tengah

yang menatap dua orang tentara pasukan

Barat yang siap untuk menembak.

Reasoning Devices Temuan Data

Page 119: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

105

Roots

Sebuah lembaga riset internasional,

Stockholm International Peace Research

Institute (SIPRI), melaporkan pada Senin

(19/3) bahwa Suriah telah mengimpor enam

kali lebih banyak senjata dalam kurun waktu

2007–2011 dibandingkan dengan lima tahun

sebelumnya. (b. 74-82)

Appeats to Principles

Dengan kondisi demikian, kaum Muslimin

terus dibantai tanpa perlindungan. Negara-

negara besar terus berebut 'kue' Suriah.

Ujung-ujungnya yang jadi korban adalah

kaum Muslimin. Sampai kapan penderitaan

kaum Muslimin ini akan berakhir di tangan

rezim bengis dan rakus dunia? (b. 184-193)

Consequences

Negara-negara yang turuut campur dalam

konflik Suriah hanya mementingkan

kepentingan mereka masing-masing.

Page 120: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

106

4. Analisis Teks Berita “Suriah Mulia dengan Khilafah” – Edisi

87, 3 Agustus - 6 September 2012

Berita ―Suriah Mulia dengan Khilafah‖ merupakan berita

keempat yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut

berita ―Suriah Mulia dengan Khilafah‖ selengkapnya:

Gambar 4.4

Berita 4 “Suriah Mulia Dengan Khilafah”

Page 121: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

107

Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran

berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani dalam artikel berita berikut ini:

Framing Devices

Dalam berita tersebut, frame yang ingin disampaikan Tabloid

Media Umat sudah dapat dilihat dari lead yang mengungkapkan bahwa

perjuangan rakyat Suriah adalah perjuangan Islam, yang mereka inginkan

adalah Islam, kemenangan atas ideologi Islam, bukanlah ide-ide yang

ditawarkan oleh Barat. Pada paragraf selanjutnya teks berita lebih

ditekankan dengan usaha Amerika yang begitu gencar untuk

mengendalikan revolusi. Dari strategi diplomasi melalui PBB hingga

berusaha menguasai pihak-pihak oposisi di bawah kendali Amerika. Hal

ini dapat dilihat dalam teks berita berupa methapors berikut:

―Obama sekarang terus berusaha memperkuat gerilyawan

dalam upaya menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.‖32

(Baris 49-53)

Metaphors merupakan kata-kata yang dianalogikan atau yang

ditampilkan dengan memakai kiasan, perumpamaan atau pengandaian

yang mampu menciptakan sense tertentu.

Teks berita ini juga memberikan penekanan bingkai pada

perangkat framing (framing devices) berupa contoh-contoh (exemplar).

Berikut merupakan contoh-contoh yang memperkuat bingkai:

"Para pejabat AS berkeras tidak berencana mengirim

senjata pada gerilyawan Suriah. Namun Washington bersiap

32

“Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 122: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

108

menyediakan perangkat komunikasi tambahan dan pelatihan guna

membantu oposisi meningkatkan kemampuan komando dan

kendali mereka guna mengoordinasikan petempur mereka.‖33

(Baris 78-87).

Dari teks berita tersebut, menjelaskan bahwa berbagai strategi

terus direncanakan oleh Amerika. Ini mengasumsikan bahwa Amerika

dengan segala kekuatannya tak mau begitu saja mundur dari konflik

Suriah. Meskipun beralasan ingin membantu rakyat Suriah untuk terbebas

dari rezim bengis Asad, tapi tindakan Amerika dibalik segala kepentingan

besarnya tersebut tidak mampu disembunyikan dari para pejuang Islam

Suriah yang telah berkaca dari revolusi Arab Spring sebelumnya.

Sejalan dengan frame yang ingin ditampilkan oleh Tabloid Media

Umat, visual image yang disuguhkankan pun menggambarkan keinginan

masyarakat untuk segera menumbangkan Bashar Asad dan memenangkan

Islam sebagai ideologi yang akan diterapkan di negara Islam Khilafah di

Suriah. Adapun gambar yang ditampilkan pada pemberitaan ini ialah poto

dari aksi Muslim Indonesia yang tergabung dalam Organisasi Hizbut

Tahrir yang mengecam tindakan brutal rezim Asad. Para peserta aksi juga

terlihat mengibarkan panji Allah dan membentangkan poster yang

bertuliskan ―Tumbangkan Thagut Bashar al-Asad, Tegakkan Khilafah‖.

Reasoning Device

Dalam suatu teks, perangkat penalaran bertujuan untuk

memberikan asumsi pembenaran akan teks atau perangkat framing yang

ada. Sehingga terlihat bahwa teks yang diungkapkan tersebut wajar dan

33

―Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 123: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

109

benar dalam realitasnya.34

Perangkat penalaran dibagi menjadi roots,

appeats to principles, dan consequences.

Melalui roots, Tabloid Media Umat mencoba memberikan teks

yang relevan dengan isu yang dibingkainya. Adanya kegagalan diplomasi

PBB dengan rezim Suriah serta kurangnya dukungan dari masyarakat

Suriah kepada oposisi sekuler bentukan Amerika menjadi hal yang relevan

dengan isu yang dibingkai oleh Tabloid Media Umat. Analisis kausal

(sebab-akibat) tersebut memperkuat frame yang ingin dibentuk. Berikut

kutipan beritanya:

―Barat pun menyadari bahwa orang-orang yang melakukan

revolusi di dalam Suriah didominasi oleh orientasi islami.‖35

(Baris

172-175)

Perangkat penalaran lainnya yang dapat mendukung perangkat

framing yaitu appeals to principle. Di mana argumentasi pembenar yang

membangun berita yang disampaikan kepada para pembaca ditonjolkan

dalam teks. Pada teks berita ini, Tabloid Media Umat berusaha

menampilkan tidak ada jalan lain lagi selain Islam, yang bukan hanya

agama ritual, tapi juga ideologi bagi kehidupan yang mampu

menyelamatkan dan memuliakan masyarakat Suriah. Hal tersebut ingin

memperlihatkan bahwa ide-ide sekuler maupun komunis tak memiliki

popularitas dalam opini revolusi Suriah. Terbukti dengan tidak berhasilnya

upaya pembelotan revolusi ke arah yang diinginkan oleh Barat. Berikut

kutipan beritanya:

34

Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing, h.180. 35

―Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 124: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

110

―Hanya dengan Khilafah, Suriah akan kembali menjadi

negeri yang mulia sebagaimana hadits Nabi SAW: Wilayah terbaik

dan pusat dari dar al-Islam di Syam.”36

(Baris 210-215)

Berbanding lurus dengan appeats to principles, perangkat

penalaran berupa consequences yakni efek yang didapat dari bingkai dapat

mendukung pada frame yang ingin dibangun. Melalui consequences,

keseluruhan artikel ini memberikan efek kepada perjuangan para pejuang

revolusi Islam di Suriah yang merupakan perjuangan yang tak akan pernah

tunduk pada rezim Assad dan tak akan tunduk pula pada arahan revolusi

ala Barat. Para pejuang menginginkan Islam sebagai ideologi mereka, dan

Khilafah sebagai negaranya.

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

36

―Suriah Mulia Dengan Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 87

Page 125: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

111

Tabel 4.5

Analisis Berita 4 “Suriah Mulia dengan Khilafah” –

Edisi 87, 3 Agustus - 6 September 2012

Framing Devices Temuan Data

Methapors

1. Tangan berlumuran darah yang

mengontrol konflik.. (b. 30)

2. dalam upaya menggulingkan

Presiden Suriah. (b. 52)

3. membeli senjata di pasar gelap.

(b.118)

4. apalagi di bawah ketiak Amerika..

(b.150)

Catchphrases Hanya dengan Khilafah (b.210)

Exemplar

Para pejabat AS berkeras tidak berencana

mengirim senjata pada gerilyawan Suriah.

Namun Washington bersiap menyediakan

perangkat komunikasi tambahan dan

pelatihan guna membantu oposisi

meningkatkan kemampuan komando dan

kendali mereka guna mengoordinasikan

petempur mereka. (b. 78-87)

Depiction Media bajingan (b.17)

Visual Images

Gambar yang ditampilkan ialah poto dari

aksi Muslim Indonesia yang tergabung

dalam Organisasi Hizbut Tahrir yang

mengecam tindakan brutal rezim Asad. Para

peserta aksi juga terlihat mengibarkan panji

Allah dan membentangkan poster yang

bertuliskan ―Tumbangkan Thagut Bashar al-

Asad, Tegakkan Khilafah‖.

Reasoning Devices Temuan Data

Roots

Barat pun menyadari bahwa orang-orang

yang melakukan revolusi di dalam Suriah

didominasi oleh orientasi Islami. (b. 172-

175)

Appeats to Principles Hanya dengan Khilafah, Suriah akan

kembali menjadi negeri yang mulia

sebagaimana hadits Nabi SAW: Wilayah

Page 126: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

112

5. Analisis Teks Berita “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan

Umat Islam” – Edisi 93, 16 November-6 Desember 2012

Berita ―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat

Islam‖ merupakan berita kelima yang menjadi objek penelitian

dalam skripsi ini. Berikut berita ―Upaya Amerika Mengaborsi

Perjuangan Umat Islam‖ selengkapnya:

Gambar 4.5

Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam”

terbaik dan pusat dari dar al-Islam di

Syam. (b.210-215)

Consequences Islam dan Khilafah ialah solusi yang akan

memuliakan Suriah

Page 127: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

113

Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran

berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani dalam artikel berita berikut ini:

Framing Devices

Perangkat Framing (Framing Devices) merupakan

seperangkat alat yang digunakan untuk memperkuat gagasan media

terhadap bingkai yang diangkat.

Pada berita yang dipublikasikan di Tabloid Media Umat edisi 93

ini, pembingkaian terhadap Amerika sebagai pihak Barat yang turut serta

dalam konflik Suriah yang menginginkan revolusi Suriah berada dibawah

pengaruhnya begitu ditonjolkan. Asumsi tersebut didukung dengan adanya

penggunaan istilah yang berbentuk kiasan atau perumpamaan dalam teks

berita (metaphors). Hal itu telah terlihat sejak awal dari judul yang

disematkan pada berita, yakni ―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan

Umat Islam.

Meskipun berusaha keras membajak perlawanan dan revolusi

masyarakat Suriah dengan berbagai cara, dan salah satunya ialah

menggunakan negara-negara regional yang selama ini mendukungnya

untuk membuat pemerintahan transisi di Suriah , tapi tetap saja rencena

tersebut tak pernah terwujud. Untuk memperjelas bingkai ini, terdapat

pula penjelas yang mampu membenarkan perspektif (exemplar). Hal ini

dapat dilihat dari kutipan berikut:

Page 128: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

114

―…pasukan perlawanan rakyat Suriah di lapangan

didominasi kelompok-kelompok mujahidin yang menyerukan

penegakan syariah dan khilafah di Suriah dan menolak sistem

demokrasi yang ditawarkan Amerika.‖37

(Baris 10-16)

Dalam hal ini, asumsi yang terjadi adalah Tabloid Media Umat

ingin menekankan bahwa strategi Amerika, terutama langkahnya yang

berusaha untuk mengaktifkan Dewan Nasional Suriah serta menundukkan

kelompok-kelompok oposisi agar berada di bawah kontrolnya hanyalah

usaha yang sia-sia. Adanya tokoh-tokoh yang diusung Barat sebagai calon

pemimpin Suriah semakin membuat para pejuang Islam menolak arahan

perubahan dari Barat, karena tokoh-tokoh tersebut ternyata adalah orang-

orang yang tak asing dari rezim Asad dan orang-orang yang sejak awal tak

menginginkan proyek Islami rakyat Suriah.

Perangkat framing lain yang memperkuat bingkai terlihat dari

visual image yang ditampilkan. Barisan para pejuang Islam berbaju hitam

yang berdiri menantang sambil memegang senjata, dan dibelakang mereka

berkibar bendera hitam yang bertuliskan ―Laa ilaha illallah, Muhammad

Rasulullah‖ menggambarkan betapa siapnya mereka untuk

memperjuangkan Islam ditengah pihak-pihak yang tak mengingankannya.

Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu

didukung dengan seperangkat penalaran untuk menekankan bahwa ―versi

berita‖ yang disajikan dalam teks itu adalah benar.

37

―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam‖, Tabloid Media Umat edisi 93

Page 129: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

115

Dalam teks berita ini, perangkat penalaran disajikan dengan

beberapa pola. Melalui penalaran roots, strategi wacana pembenaran

terhadap frame yang diangkat Tabloid Media memberikan penalaran yang

sejalan dengan isu yang diangkat. Analisis kausal (sebab-akibat) melalui

perangkat penalaran roots ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

―Seif sejak awal menentang proyek Islami rakyat Suriah

untuk menegakkan pemerintahan berdasarkan Islam. Tampak

dalam ucapannya pada tanggal 1 November 2012 yang

menegaskan pentingnya berdiri negara sipil Suriah yang pluralis

demokratis.‖38

(Baris 133-141)

Kutipan berita tersebut seolah menjadi pembenaran bahwa Barat

melalui Seif ingin menjadikan Suriah sebagai negara pluralis demokratis,

sama halnya seperti arahan Amerika terhadap negara-negara Timur

Tengah yang telah lebih dahulu mengalami gejolak. Amerika sama sekali

tidak pernah menyetujui perjuangan para pejuang Islam untuk mendirikan

Khilafah. Hal ini dilakukan Amerika agar ia dan ideologi kapitalisnya tak

kehilangan pengaruh dan kepentingan di Timur Tengah.

Perangkat penalaran juga dipakai untuk meyakinkan masyarakat,

bahwa semua tindakan Barat menunjukkan betapa Barat ketakutan dengan

terus bertambahnya para pejuang revolusi Islam yang menginginkan

berdirinya negara Khilafah di Suriah. Karena itulah, meskipun terus

mengalami kegagalan, Amerika terus mengatur strategi agar bisa masuk

dan menempatkan Suriah dibawah kontrol politiknya. Hal ini dapat dilihat

dari perangkat penalaran berupa Appeal to Principle berikut:

38

―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam‖, Tabloid Media Umat edisi 93

Page 130: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

116

―Perkembangan terakhir di Suriah tampaknya membuat

Ameika Serikat sangat khawatir. Menguatnya pasukan perlawanan

dan semakin melemahnya Bashar Assad menjadi faktor

kekhawatiran tersebut. Apalagi pasukan perlawanan rakyat Suriah

di lapangan didominasi kelompok-kelompok mujahidin yang

menyerukan penegakan syariah dan khilafah di Suriah dan

menolak sistem demokrasi yang ditawarkan Amerika.‖39

(Baris 1-

16)

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

Tabel 4.6

Analisis Berita 5 “Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan

Umat Islam” - Edisi 93, 16 November-6 Desember 2012

39

―Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan Umat Islam‖, Tabloid Media Umat edisi 93

Framing Devices Temuan Data

Methapors

1. Upaya Amerika Mengaborsi Perjuangan

Umat Islam (Judul)

2. Berkaca dari solusi Libya... (b.91)

Catchphrases 1. membajak perlawanan rakyat (b.19)

2. presiden antek Amerika Bashar (b. 69)

Exemplar

…pasukan perlawanan rakyat Suriah di lapangan

didominasi kelompok-kelompok mujahidin yang

menyerukan penegakan syariah dan khilafah di

Suriah dan menolak sistem demokrasi yang

ditawarkan Amerika. (b. 9-16)

Depiction

1. semakin beringas (b.28)

2. dengan rezim bengis Suriah (b.40)

3. berpaham komunis (b. 15-146)

Page 131: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

117

Visual Images

Gambar yang ditampilkan ialah barisan para

pejuang Islam berbaju hitam yang memegang

senjata, dan dibelakang mereka berkibar bendera

yang bertuliskan ―Laa ilaha illallah, Muhammad

Rasulullah”

Reasoning Devices Temuan Data

Roots

Seif sejak awal menentang proyek Islami rakyat

Suriah untuk menegakkan pemerintahan

berdasarkan Islam. Tampak dalam ucapannya pada

tanggal 1 November 2012 yang menegaskan

pentingnya berdiri negara sipil Suriah yang

pluralis demokratis. (b. 135-141)

Appeats to Principles

Perkembangan terakhir di Suriah tampaknya

membuat Ameika Serikat sangat khawatir.

Menguatnya pasukan perlawanan dan semakin

melemahnya Bashar Assad menjadi faktor

kekhawatiran tersebut. Apalagi pasukan

perlawanan rakyat Suriah di lapangan didominasi

kelompok-kelompok mujahidin yang menyerukan

penegakan syariah dan khilafah di Suriah dan

menolak sistem demokrasi yang ditawarkan

Amerika. (b.1-16)

Consequences

Upaya Barat untuk mencegah dan menekan

perjuangan revolusi Islam mengalami kesulitan.

Barat tak bisa diharapkan menghadirkan solusi

bagi perubahan.

Page 132: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

118

6. Analisis Teks Berita “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” –

Edisi 96, 4-17 Januari 2013

Berita ―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖ merupakan

berita keenam yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini.

Berikut berita ―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖

selengkapnya:

Gambar 4.6

Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah”

Page 133: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

119

Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat

penalaran berdasarkan analisis framing model William A. Gamson

dan Andre Modigliani dalam artikel berita berikut ini:

Framing Devices

Perangkat Framing (Framing Devices) merupakan seperangkat

alat yang digunakan untuk memperkuat gagasan media terhadap

bingkai yang diangkat. Pada teks ini perangkat framing berupa

methapors dapat dilihat melalui teks berikut:

―Barangkali inilah revolusi yang memakan waktu paling lama

di Timur Tengah.‖40

(Baris 1-3)

Perumpamaan pada kata ―memakan waktu‖ seolah-olah

mengasumsikan bahwa revolusi di Suriah bukanlah sekedar revolusi

biasa. Perlawanan awal rakyat terhadap rezim pemerintah yang

kemudian juga berkembang menjadi perlawanan terhadap asing terjadi

semakin pelik tatkala Barat dan negara-negara regional Timur Tengah

ada yang berusaha utuk turut serta dalam revolusi ini. Wajarlah jika

revolusi ini tak akan berakhir dengan cepat, karena keterlibatan pihak-

pihak asing yang berusaha mengendalikan revolusi tersebut membuat

situasi menjadi semakin kacau.

Asumsi tersebut berbanding lurus dengan frame yang dibentuk

Tabloid Media Umat bahwa lamanya revolusi yang berjalan

menandakan adanya sesuatu yang besar dibalik konflik ini. Sesuatu

40

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96

Page 134: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

120

yang membuat rezim pemerintah tak mau mundur, rakyat pejuang

Islam yang tak mau kalah, dan asing yang tak ingin berhenti

mengendalikan revolusi. Kekuatan Ideologi yang dimiliki masing-

masing pihak yang menginginkan kemenangan ialah kuncinya.

Penjelas yang mampu membenarkan perspektif (exemplar) terdapat

dalam kutipan teks berikut ini:

―Mereka menyepakati pembentukan negara Islam

berdasarkan prinsip: (1) kedaulatan di tangan syara'; (2)

kekuasaan milik umat; (3) mengangkat satu khalifah hukumnya

fardlu bagi seluruh kaum Muslimin; (4) Hanya khalifah yang

berhak melakukan tabanni (adopsi) terhadap hukum-hukum

syara'.‖41

(Baris 129-138)

Kutipan tersebut semakin menekankan bahwa para pejuang

Islam serius untuk memenangkan Islam sebagai sebuah ideologi dan

menerapkan ideologi Islam di negara Khilafah. Perangkat framing lain

dalam mendukung bingkai adalah Catchphrases, dimana Tabloid Mdia

Umat ingin mengangkat jargon-jargon yang mendukung frame yang

dibentuknya. Hal ini terlihat dalam teks berita berikut:

―Mereka hanya ingin Suriah diterapkan syariah secara

kaffah dalam naungan khilafah.‖42

(Baris 39-41)

Selain itu, uraian akan tidak sukanya Amerika terhadap tindakan

tegas para pejuang Islam yang menolak tawaran Amerika untuk

memperjuangkan demokrasi dapat menguatkan frame bahwa Amerika dan

41

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96 42

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96

Page 135: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

121

paar pejuang Islam berada pada jalur ide perjuangan yang berbeda.

Misalnya pada teks berita berikut:

―Sikap tegas inilah yang kemudian memicu Amerika dan

Barat mencap mereka sebagai kelompok teroris.‖43

(Baris 42-45)

Kata-kata ―kelompok teroris‖ menekankan adanya stigma

(depictions) yang diberikan oleh Amerika dan Barat untuk para pejuang

Islam. Padahal yang sedari awal bersikap teroris karena mengancam jiwa

dan nyawa rakyat Suriah ialah rezim Asad, bukan para pejuang Islam.

Stigma tersebut berupaya merendahkan dan menghina perjuangan para

pejuang Islam yang ingin mendirikan Khilafah di Suriah.

Reasoning Devices

Sebagai penalaran, Tabloid Media Umat juga menggunakan

strategi wacana agar frame yang diangkatnya seolah-olah benar dengan

perspektif dan pandangan tertentu. Karena itu, fakta yang dipilih secara

tidak langsung dapat memperkuat bangunan perspektif yang dibentuk.

Roots dalam teks berita ini terlihat dari pernyataan berikut:

―Jatuhnya Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah,

menambah rentetan jumlah kekalahan rezim militer pemerintah

Assad. Sebelumnya Bandara Militer penting di wilayah Aqraba

juga jatuh ke tangan para pejuang. Mereka juga menguasai

Batalyon Pertahanan 22 di Gouta, sebelah timur ibukota,

Damaskus.‖44

(Baris 84-95)

Pembenaran dalam teks berita di atas terlihat pada keberhasilan

yang diraih para pejuang Islam. Berbagai keberhasilan yang telah dicapai

semakin memperlihatkan kekuatan para pejuang Islam. Hal itu juga

43

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96 44

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96

Page 136: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

122

mengisyaratkan bahwa kemenangan Islam atas revolusi ini akan semakin

mendekat.

Sedangkan argumentasi pembenar yang dibangun Tabloid Media

Umat atas frame yang dibentuk adalah bagaimana para pejuang dengan

yakinnya berjuang atas nama Islam dan tetap berpegang teguh pada untuk

mendirikan Khilafah dapat dilihat lewat teks berikut ini:

―...gaung kembalinya khilafah sudah meluas di tengah

masyarakat. Mereka pun tahu adanya hadits yang menyebut

Syams—termasuk Suriah di dalamnya—sebagai tempat tegaknya

khilafah.‖45

(Baris 163-169)

Teks berita ini juga masih menekankan wacana perang ideologi

antara ide-ide sosialis, kapitalis dan Islam dalam konflik Suriah.

Keegoisan rezim Assad untuk terus melangsungkan pemerintahan

diktatornya sudah jelas mengalami perlawanan senjata dari rakyat Suriah.

Arahan perubahan yang ditawarkan oleh Barat juga mengalami kegagalan.

Dengan penalaran tersebut Tabloid Media Umat ingin menonjolkan bahwa

harapan sejati perubahan hanya ada di para pejuang Islam yang dengan

keteguhan hati dan pikiran, mereka berusaha menjaga arah revolusi

menuju kemenangan Islam yang hakiki. Hal ini dapat dilihat dari teks

berita berikut:

―Cinta mereka kepada Islam dan keimanan mereka yang tak

tergoyahkan kepada Allah SWT meninggalkan saya kepada

kerinduan untuk ada di antara mereka karena mereka

mengingatkan Anda kepada sahabat dan surga.46

(Baris 154-161)

45

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96 46

―Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah‖, Tabloid Media Umat edisi 96

Page 137: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

123

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

Tabel 4.7

Analisis Berita 6 “Revolusi Menyongsong Fajar Khilafah” –

Edisi 96, 4-17 Januari 2013

Framing Devices Temuan Data

Methapors

1. ...revolusi yang memakan waktu

paling lama. (b. 2-3)

2. kota Aleppo sudah jatuh ke tangan

pejuang Islam. (b. 81)

Catchphrases syariah secara kaffah dalam naungan khilafah

(b. 133)

Exemplar

Mereka menyepakati pembentukan negara

Islam berdasarkan prinsip: (1) kedaulatan di

tangan syara'; (2) kekuasaan milik umat; (3)

mengangkat satu khalifah hukumnya fardlu

bagi seluruh kaum Muslimin; (4) Hanya

khalifah yang berhak melakukan tabanni

(adopsi) terhadap hukum-hukum syara'. (b.

129-138)

Depiction

1. kelompok teroris (b. 45)

2. membantai rakyat (b. 11-12)

3. kebengisan rezim Assad (b. 15)

4. pemberontak (b. 104-105)

Visual Images

Gambar yang ditampilkan ialah kumpulan

para pejuang Islam (muda dan tua) yang

berdiri dengan seragamnya, di barisan tengah

terliha adanya senjata rudal yang mengarah

keatas, bendera hitam bertuliskan syahadat,

dan di barisan terdepan beberapa pejuang

memegang kertas besar yang bertuliskan Al

Khilafah dan Liwa Khilafah.

Page 138: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

124

7. A

n

a

l

i

Reasoning Devices Temuan Data

Roots

Jatuhnya Aleppo, kota terbesar kedua di

Suriah, menambah rentetan jumlah kekalahan

rezim militer pemerintah Assad. Sebelumnya

Bandara Militer penting di wilayah Aqraba

juga jatuh ke tangan para pejuang. Mereka

juga menguasai Batalyon Pertahanan 22 di

Gouta, sebelah timur ibukota, Damaskus.

(b.84-95)

Appeats to Principles

...gaung kembalinya khilafah sudah meluas di

tengah masyarakat. Mereka pun tahu adanya

hadits yang menyebut Syams—termasuk

Suriah di dalamnya—sebagai tempat

tegaknya khilafah. (b. 163- 169)

Consequences

Barat tak berhasil menancapkan pengaruhnya

ditengah perjuangan para pejuang Islam.

Perjuangan untuk menegakkan Khilafah di

Suriah telah disepakati beberapa kelompok

pejuang.

Page 139: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

125

7. Analisis Teks Berita “Revolusi Syam, Revolusi Islam:

Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran” – Edisi 100

Berita ―Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan Antara

Keimanan dan Kekufuran‖ merupakan berita ketujuh yang menjadi

objek penelitian dalam skripsi ini. Berikut berita ―Revolusi Syam,

Revolusi Islam: Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran‖

selengkapnya:

Gambar 4.7

Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam: Peperangan Antara

Keimanan dan Kekufuran”

Page 140: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

126

Berikut merupakan perangkat framing dan perangkat penalaran

berdasarkan analisis framing model William A. Gamson dan Andre

Modigliani dalam artikel berita berikut ini:

Framing Devices

Gambar (visual images) yang digunakan Tabloid Media Umat

dalam teks berita ini dapat dikatakan melengkapi frame yang diangkat

Tabloid Media Umat. Sesuai dengan judul berita ―Revolusi Syam,

Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖47

, Tabloid

Media Umat menampilkan tiga sosok lelaki yang berdiri di atas tank baja.

Masing-masing mereka memegang bendera hitam dan putih yang

bertuliskan kalimat ―La illaha Illallah, Muhammadar Rasulullah‖.

Dimulai dari lead dan paragraf-paragaraf di awal teks, Tabloid

Media Umat ingin menekankan bahwa penderitaan rakyat Suriah tak

hanya dimulai dari konflik yang pecah pada tahun 2011, tapi jauh dari

sebelum hal itu terjadi. Hal ini dapat dilihat dari slogan-slogan

(catchphrases) yang dikumandangkan oleh rakyat Suriah berikut ini:

“Ma lana ghairaka ya Allah” (Kami tidak mempunyai

siapa-siapa ya Allah, kecuali Engkau) – Jeritan Umat Islam

Suriah.48

Dalam pernyataan Tabloid Media Umat tersebut memberikan

penjelasan bahwa selama ini rakyat Muslim Suriah hanya berharap

47

―Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,

Tabloid Media Umat edisi 100 48

―Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,

Tabloid Media Umat edisi 100

Page 141: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

127

pertolongan dari Allah atas segala penderitaan yang mereka alami,

terlebih saat rezim Asad terus membombardir mereka yang menentangnya.

Frame Methapors yang mengungkapkan fakta melalui

perumpamaan, kiasan atau pengandaian dalam teks ini ditampilkan

Tabloid Media Umat melalui kutipan berikut:

―Mereka pun berusaha siang dan malam untuk menggagalkan

lahirnya janin Khilafah itu ke dunia.‖49

(Baris 270-274)

Kutipan ―menggagalkan lahirnya janin‖ tersebut menjelaskan

bahwa Revolusi Islam yang sedang diusahakan oleh para pejuang Islam di

Suriah akan mengalami hambatan yang cukup besar dari pihak-pihak yang

tak menginginkannya. Pihak-pihak asing tersebut tak mengingkan

kemengan atas Islam di Suriah, makanya mereka saling bersekutu dan

mencoba berbagai cara agar revolusi sesuai dengan arahan dan

kepentingan mereka untuk kedepannya.

Selain itu, depiction sebagai hal yang memunculkan stigma

terhadap rezim Asad juga terus dimunculkan. Hal tersebut terlihat pada

penggunaan depiction pada teks berikut:

―Sekte sesat ini telah menghalalkan zina dan kehormatan

wanita, serta darah kaum Muslim.‖50

(Baris 9-11)

Melalui kutipan kalimat tersebut jelas mengasumsikan bahwa

Tabloid Media Umat ingin menonjolkan betapa kufurnya rezim

pemerintahan Asad selama ini. Hal itu juga membuat Tabloid Media Umat

49

―Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,

Tabloid Media Umat edisi 100 50

“Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,

Tabloid Media Umat edisi 100

Page 142: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

128

mampu menggiring para pembaca untuk membenarkan perlawanan para

pejuang Islam. Jelaslah bahwa revolusi yang terjadi ialah revolusi Islam.

Reasoning Devices

Seperti pada keenam berita sebelumnya, pada perangkat penalaran

(reasoning devices) dalam teks berita ketujuh ini, peneliti melihat adanya

strategi Tabloid Media Umat dalam teks beritanya untuk meyakinkan

masyarakat bahwa konflik Suriah ialah konflik yang dari awal merupakan

perlawanan menantang kekufuran.

Penggunaan penalaran kausalitas (sebab-akibat) yang digunakan

dalam teks (Roots) dijumpai pada kutipan berikut:

―Namun, skenario Amerika ini tidak akan bisa terwujud,

kalau tidak ada kaki tangan Amerika dan Inggris yang

menjalankannya. Amerika, Rusia, Cina dan Inggris, meski berbeda

kepentingan, tetapi ketika mereka menghadapi umat Islam, terlebih

ketika mereka bercita-cita menegakkan syariah dan khilafah, maka

mereka pun kompak.‖51

(Baris 236-246)

Kutipan tersebut semakin memperkuat pernyataan bahwa

peperangan antara keimanan dan kekufuran itu benar adanya. Amerika

dengan segala strategi politiknya hingga kini terus mencari kawan untuk

menghentikan perjuangan revolusi Islam di Suriah. Hal ini juga semakin

memperlihatkan bahwa wacana perang ideologi yang melibatkan para

pejuang Islam dan Barat semakin jelas. Kalau bukan karena kuatnya

mereka mempertahankan ideloginya masing-masing, tentu perang ini

telah berakhir.

51

“Revolusi Syam, Revolusi Islam : Peperangan antara Keimanan dan Kekufuran‖,

Tabloid Media Umat edisi 100

Page 143: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

129

Perangkat penalaran juga terdapat dalam argumentasi pembenar

yang hadir dalam teks berita (Appeats to Princples). Misalya pada teks

berita berikut:

―Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah

dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak

menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun

orang-orang yang Kafir tidak menyukai.‖ (TQS at-Taubah [9]:

32)”. (Baris 274-281)

Tabloid Media Umat menjadikan salah satu ayat suci Al-Quran

sebagai bukti bahwa pihak-pihak yang tak menginginkan kebangkitan

Islam itu pasti ada. Tapi, walaupun pihak-pihak tersebut berusaha dengan

susah payah untuk meyingkirkan Islam, tetap saja Allah akan menjadikan

Islam sebagai pemenangnya. Dalam konteks berita ini, hal itu pulalah yang

ingin disampaikan oleh Tabloid Media Umat. Konflik yang melibatkan

para pejuang Muslim, pasukan rezim Asad serta negara-negara kufur yang

hingga kini masih bergejolak itu tentu saja akan dimengkan oleh Islam,

dengan ijin Allah cepat atau lambat.

Untuk melihat bagaimana wacana yang terbangun dalam

pemberitaan perang ideologi di konflik Suriah pada berita ini, digunakan

perangkat framing (framing devices) dan perangkat penalaran (reasoning

devices).

Page 144: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

130

Tabel 4.8

Analisis Berita 7 “Revolusi Syam, Revolusi Islam:

Peperangan Antara Keimanan dan Kekufuran” – Edisi 100

Framing Devices Temuan Data

Methapors

1. kepanjangan tangan Amerika (b. 57-58)

2. berhasil menduduki istana di Raif

Damaskus (b. 67-68)

3. Bashar pun sudah sangat-sangat terjepit

4. anjing pudel Iran (b.148)

5. kalau tidak ada kaki tangan Amerika

dan Inggris yang menjalankannya (b.

238-239)

6. untuk menggagalkan lahirnya janin

Khilafah itu ke dunia (b.271-273)

Catchphrases

1. rezim Kufur (b.5)

2. antek Amerika (b. 55)

3. penyembah Assad (b.

Exemplar

Perlu dicatat, ini hanyalah dalih, agar masuknya

milisi Hizbullah ke wilayah Suriah tampak

masuk akal. Setelah sebelumnya keberadaan

milisi ini bersama Garda Republik Iran di sana

untuk mendukung Assad terbongkar.(b. 157-

163)

Depiction Sekte sesat ini (b. 9)

Visual Images

Tabloid Media Umat kali ini menampilkan tiga

sosok lelaki yang berdiri di atas tank baja.

Masing-masing mereka memegang bendera

hitam dan putih yang bertuliskan kalimat ―La

ilaha Illallah, Muhammadar Rasulullah”.

Reasoning Devices Temuan Data

Roots

Namun, skenario Amerika ini tidak akan bisa

terwujud, kalau tidak ada kaki tangan Amerika

dan Inggris yang menjalankannya. Amerika,

Rusia, Cina dan Inggris, meski berbeda

kepentingan, tetapi ketika mereka menghadapi

umat Islam, terlebih ketika mereka bercita-cita

Page 145: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

131

Berdasarkan ketujuh analisis teks berita diatas, terlihat bahwa

Media Umat ingin menggiring para pembacanya untuk menyetujui dan

mendukung konsep negara Islam (Khilafah) yang mereka usung. Konflik

Suriah yang terus berkepanjangan dan telah menelan ratusan ribu korban

jiwa diangkat Media Umat sebagai sebuah pertarungan ideologi, dimana

Barat sebagai salah satu aktornya ingin menyingkirkan kaum Muslim

dengan ideologinya (Islam).

Adanya agenda khusus Media Umat untuk menancapkan

pemahaman akan ide pentingnya keberadaan negara Islam (Khilafah) yang

terefleksi dalam teks yang terwujud, tentu tak terlepas dari pelbagai faktor

yang mempengaruhinya.

menegakkan syariah dan khilafah, maka mereka

pun kompak. (b. 236-246)

Appeats to Principles

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya

(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)

mereka, dan Allah tidak menghendaki selain

menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun

orang-orang yang Kafir tidak menyukai.” (TQS

at-Taubah [9]: 32). (b. 274-281)

Consequences

Revolusi Islam di Suriah yang berusaha ditekan

oleh pihak asing ialah perjuangan menantang

kekufuran dan perjuangan untuk mendirikan

khilafah.

Page 146: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

132

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahap ketika media massa maupun pembaca

atau pemirsa memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap

pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi

media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi

terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan

pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia

terlibat dan bersedia hadir pada proses konstruksi sosial.52

Pada tahap ini

Media Umat sebagai media berbasis cetak dapat mengetahui apakah

berita-berita terkait konflik ideologi di Suriah mendapat tanggapan atau

tidak melalui penjualan setiap edisi yang temanya berkaitan dengan

konflik Suriah tersebut.

52

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

(Jakarta: Kencana, 2007),h. 212.

Page 147: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

133

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis terhadap tujuh berita terkait wacana perang

ideologi pada konflik Suriah di Tabloid Media Umat, penulis memperoleh

kesimpulan yang ditemukan melalui analisis framing William A.Gamson dan

Andre Modigliani. Kesimpulannya sebagai berikut:

Sebagai salah satu media Islam yang ada di Indonesia, Media Umat

mengkonstruksi wacana konflik yang terjadi di Suriah sebagai perang yang

melibatkan pemerintah Suriah, pejuang Islam dan negara Barat. Berdasarkan

teks yang terwujud, ketujuh berita tersebut selalu menampilkan dan

menonjolkan kebrutalan rezim Asad yang berhaluan sosialis karena kian hari

kian tak segan-segan untuk membombardir negeri dan rakyatnya sendiri,

negara asing (Barat dengan ideologi sekuler) yang ikut serta dalam konflik di

Suriah yang ditampilkan sebagai pembajak revolusi yang mencoba

mengarahkan perubahan ala Barat, serta perjuangan para pejuang Islam

(mujahidin) yang hanya inginkan Islam di Suriah yang tak bergeming dengan

kebrutalan rezim Asad serta acuh dengan bujukan asing. Selain itu, Media

Umat juga menggeser wacana konflik sektarian yang selama ini berkembang

terkait konflik di Suriah menjadi perang yang sudah memasuki tataran

pertempuran ideologi kehidupan.

Page 148: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

134

B. Saran

Terkait wacana perang ideologi pada konflik Suriah di Tabloid Media

Umat, dalam penelitian ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak

Tabloid Media Umat untuk terus menyajikan informasi rutin tentang

perkembangan konflik di Suriah tersebut. Selalu mempertahankan

profesionalisme dalam kegiatan jurnalistik agar informasi yang disajikan

selalu akurat dan mampu dipertanggungjawabkan di dunia hingga akhirat.

Page 149: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

135

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Rosda Karya, 2006.

Mc Quail, Dennis. Teori Komunikasi Mass. Jakarta: Erlangga, 1996.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka, 1995

Wodak, Ruth dan Meyer, M. (Eds.), Methods of Critical Discourse Analysis,

London: Sage Publications, 2001.

Titscher, dkk, Methods of Text and Discourse Analysis. London: Sage

Publications, 2000.

M.Hikmat, Mahi. Metode Penelitian; Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan

Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Syukri, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:Rajawali Press, 2006

„Athiyat, Ahmad. Jalan Baru Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013.

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media.Yogyakarta: Lkis,

2008.

D. Reese, Stephen. Setting the media’s Agenda: A Power Balance Perspective

Beverly Hills: Sage, 1991

W. Littlejohn, Stephen dan A Foss, Karen. Theories of Human Communication,

8th

ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005.

J. Severin, Werner dan W. Tankard, James. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode

dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta:Kencana, 2007.

J. Shomaker, Pamela dan D. Reene, Stephen. Mediating The Message, Theories of

Influence on Mass Media Content. New York, USA: Longman Publishers,

1996. Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: Lkis, 2006.

Santoso, Listiyono dkk.. Epistemologi kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Page 150: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

136

Schiffrin, Deborah, ed. Ibrahim, Abd. Syukur. Ancangan Kajian Wacana/PPL.

Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2006.

Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi.Ciputat: UIN Jakarta Press,

2006.

Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia,

2008.

Kridalaksana, Hari Mukti. Leksikon Komunikasi. Jakarta: PT Pradnya Paramita,

1984. Ya‟qub, Hamzah. Publistik Islam- Teknik Da,wah dan Leadership. Bandung: CV

Dipenogoro, 1981.

Barus, Sedia Willing. Jurnalstik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2010.

Kasman, Suf. Jurnalisme Universal- Menelususri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-

Qalam dalam Al-Quran. Jakarta: Teraju, 2004.

Mulkan, Abdul Munir. Ideologisasi Gerakan Dakwah . Yogyakarta : SIPERS,

1996.

Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu

Komunikasi Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 1984.

Kusnawan, Asep. Berdakwah Lewat Tulisan. Bandung : Mujahid, 2004.

Abdurrahman, Hafiz. Kembalinya Suriah Bumi Khilafah yang Hilang. Bogor: Al

Azhar Freshzone, 2013.

Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Peradaban Islam-Damaskus. Jakarta:

Tazkia Publishing, 2012.

Ibrahim, Shabir Abdouh. Abu Ubaidah-Sahabat Rasulullah saw, Penakhluk

Negeri Syam. Jakarta: Bulan Bintang: 1976.

Page 151: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

137

LAMAN WEB

http://www.hupelita.com/baca.php?id=28037 diakses pada 11 Desember 2013 ,

pkl. 21:03 wib.

http://majalah.hidayatullah.com/?=3636 diakses pada 29 Desember 2013, pkl.

20:05 wib.

http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/16/assad-mengirim-para-geriliyawan-suriah-

untuk-pelatihan-di-iran/ diakses pada 29 Desember 2013, pkl. 17:20 wib.

http://politik.pelitaonline.com/news/2013/04/02/krisis-suriah-konflik-paling-

berdarah#.UXCLOfV11YE diakses pada 17 Desember 2013, pkl. 15:38

wib.

http://kbbi.web.id/berita, diakses pada 30 April 2014, pkl. 09.49 wib.

http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-suriah/ diakses pada 12 April

2014 pkl. 12:34 wib.

http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/02/11/miris-mengapa-arab-ramai-ramai-

memusuhi-suriah-438416.html diakses pada 12 April 2014, pkl. 12:46 wib.

http://international.sindonews.com/read/2014/04/01/43/849620/konflik-suriah-

sudah-telan-korban-150-ribu-jiwa diakses pada 06 mei 2014, pkl. 09:26 wib.

JURNAL

Ika Putriana, “Peran Gender Perempuan Militer dalam Majalah Korps Wanita

Angkatan Darat – Melati Pagar Bangsa”, Jurnal Komunikasi Vol.1, No.1

(April 2012).

Noor Irfan (Dosen STIKOM Semarang), “Pemberitaan Pers atas RUU

Keistimewaan Yogyakarta (Analisis Wacana Berita Harian Umum

Kompas)”, Jurnal Semai Komunikasi, Vol. III, No. I (Desember 2012).

Idris Aman, “Bahasa, Kuasa, dan Ideologi: Analisis Wacana Kritis Sebutan Baku

Bahasa Melayu” Jabatan Linguistik, Fakulti Sains Kemasyarakatan dan

Page 152: NELY RAHMAWATI-FDK.pdf

138

Kemanusiaan Universitas Kebangsaan Malaysia. Jurnal Akademika 56

(Januari 2000).