33
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 IDENTITAS PASIEN Nama Pasien : Tn. RB Umur : 30 Tahun Jenis kelamin : L Alamat : Kebon Pala Tanah Rendah RT.6 RW.7 Kampung Melayu Agama : Islam Pekerjaan : Kurir Pengantar Buku Tanggal masuk : 5 Mei 2015 Ruang perawatan : Melati Atas 1.2 ANAMNESIS Keluhan Utama Satu hari sebelum masuk rumah sakit Os mengalami kejang Keluhan Tambahan Selama kejang pasien mengeluhkan nyeri perut. Selama dan setelah kejang pasien tetap sadar namun sedikit mengalami kebingungan (linglung). Nafsu makan pasien menurun disertai penurunan berat badan 3 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami demam, mual dan muntah Riwayat Penyakit Sekarang 1

Nervus Kranialis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kranial

Citation preview

BAB ILAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIENNama Pasien: Tn. RBUmur: 30 TahunJenis kelamin: LAlamat: Kebon Pala Tanah Rendah RT.6 RW.7 Kampung MelayuAgama: IslamPekerjaan: Kurir Pengantar BukuTanggal masuk: 5 Mei 2015Ruang perawatan: Melati Atas

1.2 ANAMNESISKeluhan UtamaSatu hari sebelum masuk rumah sakit Os mengalami kejang Keluhan TambahanSelama kejang pasien mengeluhkan nyeri perut. Selama dan setelah kejang pasien tetap sadar namun sedikit mengalami kebingungan (linglung). Nafsu makan pasien menurun disertai penurunan berat badan 3 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengalami demam, mual dan muntah Riwayat Penyakit SekarangPasien kejang saat dirumah sebanyak 1 kali dengan durasi sekitar 5 menit. Selama dan setelah kejang pasien tetap sadar namun hanya sedikit merasa linglung dan kebingungan. Riwayat trauma disangkal. Lemas pada salah satu sisi tubuh disangkal. Setelah kejang pasien mengeluhkan nyeri perut. Nyeri perut dirasakan sejak 2 bulan terakhir terutama perut sebelah kanan. 6 bulan terakhir mata sebelah kanan pasien cenderung selalu menutup dan sulit dibuka.

Riwayat Penyakit DahuluTahun 2013 pasien di diagnosis karsinoma nasofaring dan telah menjalani kemoterapi sebanyak 2 kali dan radioterapi sebanyak 35 kali. Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat penyakit paru (-) Riwayat Penyakit DM (-) Riwayat Penyakit Hipertensi (+), tidak terkontrol Riwayat Alergi (-) Riwayat Trauma (-)Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat penyakit paru (-) Riwayat Penyakit DM (-) Riwayat Penyakit Hipertensi (-) Riwayat penyakit keganasan dalam keluarga (-)

1.3 PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaan Umum: Tampak Sakit SedangKesadaran: Compos Mentis E4M6V5 GCS 15TD Kanan: 120/90Nadi: 102 x/menitTD Kiri: 110/90Pernafasan: 20 x/menitSuhu: 37,5 CPemeriksaan FisikKepala: NormocephalMata: Anemis (+), ikterik (+)Leher: JVP 5-2 cmThorax: Simetris Kiri dan Kanan Cor: S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-) Pulmo: Vesikuler (+/+), rhonki (+), wheezing (-)Abdomen: Buncit lembek, Bising usus (+), Hepar teraba 3 jari, Shiffting dullnes (+)Ekstremitas: Akral hangat, kapilari refill < 2 detik, edema minimal

Status neurologis Rangsang meningeal KananKiriKaku kuduk:(-)(-)Laseque:(-)(-)Kerniq:(-)(-)Brudzinsky I:(-)(-)Brudzinsky II:(-)(-)

Nervi CranialesN.I ( Olfaktorius)Daya penghidu: Kanan: NormosmiaKiri: NormosmiaN II (Opticus)Ketajaman penglihatan: Kanan : Kurang baik Kiri : BaikPengenalan warna: Kanan : Baik Kiri : BaikLapang pandang: BaikFunduscopy: Tidak dilakukanN III, IV, VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)KananKiriPtosis:(+)(-)Strabismus:(-)(-)Nistagmus:(-)(-)Exophtalmus:(-)(-)Enophtalmus:(-)(-)Gerakan bola mata Lateral:(-)(+) Medial:(-)(+) Atas lateral:(-)(+) Atas medial:(-)(+) Bawah lateral:(-)(+) Bawah medial:(-)(+) Atas:(-)(+) Bawah:(-)(+)Pupil Ukuran pupil:3 mm3mm Bentuk pupil:bulatbulat Isokor/anisokor:isokor Posisi:sentralsentral Rf cahaya langsung:(-) (+) Rf cahaya tdk langsung :(+) (+)N V (Trigeminus)Menggigit: (+)Membuka mulut: SimetrisSensibilitasKananKiri V1: (+)(+) V2: (+)(+) V3: (+)(+)Rf maseter: BaikRf cornea: Tidak dilakukanN VII (Facialis)Mengerutkan dahi: kanan dan kiri terdapat kerutan dahiMenutup mata: mata kanan lebih cendrung menutupMeringis : sudut bibir simetris kanan dan kiriDaya pengecapan lidah 2/3 depan : tidak dilakukan

N. VIII (Vestibulo Koklearis)KananKiriMendengarkan suara gesekan jari tangan: (+)(+)Mendengar detik arloji : (+)(+)Tes Schawabach : tidak dilakukanTes Rinne : tidak dilakukanTes Weber: tidak dilakukanN. IX dan X (Glossopharyngeus dan Vagus)Arcus pharynk: terangkat simetrisPosisi uvula: terletak ditengah dan tidak berdeviasiDaya pengecapan lidah 1/3 belakang : tidak dilakukanBersuara: normalMenelan: normalRefleks muntah: negatifN. XI (Accesorius)Memalingkan kepala : normalSikap bahu: simetrisMengangkat bahu: dapat dilakukan, simetrisN.XII (Hipoglossus)Menjulurkan lidah: lidah simetris tidak berdeviasi kearah manapunAtrofi lidah: tidak adaTremor lidah: tidak adaArtikulasi: jelas

Motorik Bebas da tahaaryngeus oto Cervical BebasBebas Bebas

Gerakan : 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5

Kekuatan:

Tonus: normotonus pada keempat ekstremitasTrofi: eutrofi pada keempat ekstremitas

SensibilitasEksteroseptif kanankiri Nyeri: (+)(+) Suhu: tidak dilakukan Taktil: (+)(+)Propioseptif Vibrasi: tidak dilakukan Posisi: (+)(+) Tekan dalam: (+)(+)

Refleks fisiologisRefleks TendonKananKiri Refleks Biseps: (+)(+) Refleks Triseps: (+)(+) Refleks Patella:(+)(+) Refleks Archilles:(+)(+)Refleks Periosteum: tidak dilakukanRefleks Permukaan Dinding perut: tidak dilakukan Cremaster: tidak dilakukan Spinchter Anii: tidak dilakukan

Refleks patologiskanankiri Hoffmann Tromner: (-)(-) Babinzki: (-)(-) Chaddock:(-)(-) Oppenheim:(-)(-) Gordon:(-)(-) Schaefer:(-)(-) Rosolimo:(-)(-)

Koordinasi dan keseimbangan Tes romberg: Tidak dilakukan Tes Tandem: Tidak dilakukan Tes Fukuda: Tidak dilakukan Disdiadokenesis: Tidak dilakukan Rebound phenomen: Tidak dilakukan Dismetri: Tidak dilakukan Tes telunjuk hidung: Tidak dilakukan Tes telunjuk telunjuk: Tidak dilakukan Tes tumit lutut: Tidak dilakukan

Fungsi otonomMiksi Inkotinensia: Tidak ada Retensi: Tidak ada Anuria: Tidak adaDefekasi Inkotinensi: Tidak ada Retensi: Tidak ada

Fungsi luhur Fungsi bahasa: Baik Fungsi orientasi: Baik Fungsi memori: Baik Fungsi emosi: Baik Fungsi kognisi: Baik

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Lab 7 Juni 2015Natrium 133 mg/dlKalium 3,4 mg/dlAlbumin 2,0 mg/dlGlobulin 5,2 mg/dlBrain CT Scan tanpa kontras 6 Juni 2015Kesan : Penebalan area parasella kanan dan lobus temporal kanan yang berdekatan dengan region parasella kanan Dengan pelebaran ringan kanalis okulomotorius kanan, masih mungkin suatu proses inflamasi DD/ Metastase pada region tersebut Pelebaran ringan ventrikel lateral kanan kiri dan Ventrikel III Tidak tampak peningkatan Tekanan Intrakranial Penebalan nasofaring terutama sisi kanan Sfenoiditis dan etmoiditis dupleks Sugestif otomastoiditis kanan

1.5 RESUMEPasien masuk ke IGD RSUP Persahabatan setelah mengalami kejang saat dirumah. Kejang terjadi sebanyak 1 kali dengan durasi kejang selama sekitar 5 menit. Pasien tetap dalam keadaan sadar saat sedang kejang maupun setelah kejang, tidak ada penurunan kesadaran pada pasien. Tidak ada keluhan kelemahan pada satu sisi anggota tubuh, tidak ada riwayat trauma pada pasien. 3 bulan terakhir buka tutup mata kanan dan kiri tidak simetris, dengan mata kanan cenderung selalu tertutup dan sulit untuk dibuka.Pasien didiagnosis menderita Ca Nasofaring pada tahun 2013, sudah menjalani 2 kali kemoterapi dan 35 kali radioterapi. 6 bulan terakhir pasien mengeluhkan sering demam, nafsu makan menurun, dan penurunan berat badan yang drastis. Riwayat keluarga yang menderita penyakit keganasan disangkal.

Pemeriksaan :Keadaan Umum:Tampak Sakit SedangKesadaran:Compos Mentis E4M6V5 GCS 15Gizi:SedangTanda VitalTD:120/90Nadi:102 x/menitPernafasan:20Suhu:37,5 C

Status InternusKepala: NormocephalMata: Anemis (+), ikterik (+)Leher: JVP 5-2 cmThorax: Simetris Kiri dan Kanan Cor: S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-) Pulmo: Vesikuler (+/+), rhonki (+), wheezing (-)Abdomen: Buncit lembek, Bising usus (+), Hepar teraba 3 jari, Shiffting dullnes (+)Ekstremitas: Akral hangat, kapilari refill < 2 detik, edema minimalStatus neurologisRangsangan meningeal: (-)Nervus kranialis: Parese N.III dextra Ptosis Parese N.III, IV, VI dextra bola mata tida dapat melirik ke lateral, medial, medial bawah, atas, bawahMotorik Bebas BebasBebas 24n: Straight cervicalnyakit, Bebas

Gerakan : 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5

Kekuatan:

Tonus: normotonus pada keempat ekstremitas Trofi: eutrofi pada keempat ekstremitasTes sensibilitas : BaikReflek fisiologi: Dalam batas normalRelek patologis: (-)

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Lab 7 Juni 2015Natrium 133 mg/dlKalium 3,4 mg/dlAlbumin 2,0 mg/dlGlobulin 5,2 mg/dlBrain CT-Scan Kesan : Penebalan area parasella kanan dan lobus temporal kanan yang berdekatan dengan region parasella kanan Dengan pelebaran ringan kanalis optikus kanan, masih mungkin suatu proses inflamasi DD/ Metastase pada region tersebut Pelebaran ringan ventrikel lateral kanan kiri dan Ventrikel III Tidak tampak peningkatan Tekanan Intrakranial Penebalan nasofaring terutama sisi kanan Sfenoiditis dan etmoiditis dupleks Sugestif otomastoiditis kanan

1.6 Diagnosis*Diagnosis Klinis :-Ptosis Dextra (Parese N.III dextra)-Gerakan bola mata kanan terganggu (Parese N III, IV, VI dextra)*Diagnosis topis:Lesi di nervus kranialis*Diagnosis etiologis:Metastasis Intrakranial*Diagnosis patologis:Inflamasi

1.7 TerapiMedikamentosa : Fenitoin 100 mg Ibuprofen 500 mgNon Medikamentosa :1.8 Prognosis-Ad Vitam: Dubia ad bonam-Ad Fungsionam:Dubia ad malam-Ad sanationam:Dubia-Ad cosmeticum:Dubia ad malam

BAB IIANALISA KASUSII.1 AnamnesaPasien Tn. RB dengan usia 59 tahun di diagnose berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang :Diagnosa etiologis : Kejang e.c Metastasis IntrakranialAnamnesis Keluhan utama : Kejang 1 jam sebelum masuk rumah sakit dengan durasi selama 5 menitPada pasien yang datang dengan riwayat kejang bisa dipikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan yang mengakibatkan munculnya kejang. Diantaranya adalah adanya suatu gangguan sirkulasi darah otak yang menyebabkan peningkatan tekanan intracranial sehingga muncul kejang, terdapat suatu encephalitis, suatu kejang epilepsy, adanya suatu neoplasma yang bisa mengakibatkan kejang namun membutuhkan onset yang lama menjadi neoplasma. Bisa juga diakibatkan karena trauma, namun pada pasien tidak terdapat riwayat trauma. Pasien di diagnosis menderita Ca nasofaring pada tahun 2013 sudah pernah menjalani kemoterapi sebanyak 2 kali dan radioterapi 35 kali. Semakin lama keadaan dari os dirasakan semakin memburuk, nafsu makan berkurang, berat badan turun, sering demam, sering mengeluhkan sakit kepala. 6 bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit, mata kanan dari os selalu tertutup, atau sulit untuk membuka kelopak mata kanan. Terdapat pula gangguan pada pergerakan bola mata sebelah kanan pada os, sehingga os pasien tidak bisa melirik kearah lateral, medial, atas dan bawah dengan baik pada mata sebelah kanan.Dari anamnesis, diduga kejang yang dialami oleh Tn, RB dikarenakan oleh adanya metastasis dari ca nasofaring ke intracranial, dan metastasis itu juga yang menyebabkan terjadinya lesi di nervus kranialis os, salah satunya nervus III dextra yang menyebabkan mata sebelah kanan os selalu menutup atau sulit untuk membuka kelopak mata kanan.

II.2 Pemeriksaan1. Status internusPada pemeriksaan pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis (E4M6V5) membuktikan tidak adanya gangguan kesadaran pada pasien. Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, mual dan muntah, yang berarti dugaan untuk terjadinya peningkatan tekanan intracranial pada pasien masih kecil, diduga metastasis ca nasofaring ke intracranial masih sedikit atau belum menyebabkan suatu lesi yang mendesak ruang atau SOL (space occupaying lession). Namun pada pasien didapatkan kelopak mata kanan lebih cenderung menutup hal ini disebut dengan ptosis dan merupakan tanda dari parese nervus okulomotorius. Didapat pula gangguan pergerakan bola mata pada mata sebelah kanan dari pasien .2. Status Neurologis Ditemukan adanya ptosis yang menandakan terdapat parese N.III sehingga menyebabkan m. levator palpebra tidak dapat berkontraksi untuk membuka mata. Mata pasien yang masih dapat membuka disebabkan karena adanya bantuan dari m. frontalis. Pada saat pasien diminta untuk mengikuti arah gerakan cahaya senter, gerak bola mata sebelah kanan pasien tidak bias mengikuti cahaya ke arah lateral, medial, atas, bawah dan medial bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat parese pada nervus III, IV, VI dextra.3. Pemeriksaan PenunjangBrain CT-Scan Penebalan area parasella kanan dan lobus temporal kanan yang berdekatan dengan region parasella kanan Dengan pelebaran ringan kanalis optikus kanan, masih mungkin suatu proses inflamasi DD/ Metastase pada region tersebut Pelebaran ringan ventrikel lateral kanan kiri dan Ventrikel III Tidak tampak peningkatan Tekanan Intrakranial Penebalan nasofaring terutama sisi kanan Sfenoiditis dan etmoiditis dupleks Sugestif otomastoiditis kanan

II.3 DiagnosisDari anamnesis, pemeriksaan klinis dan neurologis serta diperkuat oleh pemeriksaan penunjang maka ditegakkan : Diagnosis Klinis: Ptosis Dextra (Parese N.III dextra) Gangguan gerakan bola mata sebelah kanan (Parese N.III, IV, VI dexta) Ca Nasofaring Diagnosa topis:Lesi dan Pelebaran pada kanalis optikus kanan, parasella kanan dan lobus temporal kanan Diagnosa etiologis:Kejang e.c Infiltrasi inflamasi ke intracranial Diagnosa patologis:Inflamasi (pelebaran, lesi)II.4 TerapiPengelolaan umum untuk kejang : Pemberian Fenitoin Ibuprofen RanitidinII.5 Prognosis1. Ad vitam : dubia ad bonam karena tanda vital yang stabil, keadaan umum yang cukup baik, dan secara keseluruhan dapat dinilai baik.2. Ad fungsional : dubia ad malam karena pada pasien ini belum ditemukan perbaikan dimungkinkan dari perjalanan penyakit ca nasofaringnya semakin progresif memburuk dan sudah bermetastasis ke intracranial mempengaruhi persarafan yang ada di dalam kepala.3. Ad sanationam : dubia karena tergantung kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi untuk mengurangi atau menghilangkan gejala akibat metastasis ke intrakranial4. Ad cosmeticum : dubia ad malam karena metastasis intrakranial pada pasien meninggalkan gejala sisa berupa mata kanan yang mengecil karena kelopak yang cendrung selalu menutup.

BAB IIITUMOR OTAK

III.1 DefinisiTumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya disebut lesi desak ruang/ Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Gejala yang disebabkan tumor yang pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang perlahan munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan memberikan gejala yang muncul dengan cepat.1 Sekitar 10% dari semua proses neoplasma di seluruh tubuh ditemukan pada susunan saraf dan selaputnya, 8% berlokasi di ruang intrakranial dan 2% di ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di susunan saraf mencakup dua tipe, yaitu: 20. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri yang cenderung berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti ependimoma yang berlokasi di dekat dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis, glioblastoma multiforme kebanyakan ditemukan dilobus parietal, oligodendroma di lobus frontalis dan spongioblastoma di korpus kalosum atau pons.0. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis karsinoma yang berasal dari bagian tubuh lain. Yang paling sering ditemukan adalah metastasis karsinoma bronkus dan prostat pada pria serta karsinoma mammae pada wanita.

III.2 EpidemiologiSaat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Dimana sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak primer secara komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan glioma) tetapi secara kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase. Sekitar 25% pasien dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma dan kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya. Sebagai perbandingan, terdapat 200.000 kasus kanker payudara baru pertahun. Sejumlah kasus kematian pada penyakit intrakranial selain tumor otak adalah akibat stroke. Secara berlawanan, pada anak-anak, tumor otak primer tersering diakibatkan oleh tumor padat dan menggambarkan 22% dari seluruh neoplasma pada masa anak-anak, peringkat kedua adalah leukemia. Pada perspektif lain, di Amerika Serikat insiden tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per 100.000 dari tumor otak primer.Tabel 1 Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2TumorPersentase total

Glioma Glioblastoma multiforme Astrositoma Ependimoma Meduloblastoma Oligodendroglioma 2010645

Meningioma15

Pituitary adenoma7

Neurinoma7

Karsinoma metastasis 6

Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma 4

Angioma4

Sarkoma4

Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma)5

Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma, limfoma3

Total 100

III.3 KlasifikasiBerdasarkan kebanyakan tumor patologi anatomi, tumor sistem saraf pusat dibagi:11. Tumor Jaringan Otak2. Tumor Jaringan Mesenkim3. Tumor Selaput Otak4. Tumor dari cacat perkembangan5. Tumor Kelenjar Pineal6. Tumor Medula Spinalis7. Tumor Otak Metastatik

III.4 Gejala KlinisGejala klinis tumor intrakranial dibagi atas 3 kategori, yaitu gejala umum, gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor. 0. Gejala Klinik UmumGejala umum timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau proses difus dari tumor tersebut. Tumor ganas menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor jinak. Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis dan pada mulanya hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu baru kemudian memberikan gejala umum. Terdapat 4 gejala klinis umum yang berkaitan dengan tumor otak, yaitu perubahan status mental, nyeri kepala, muntah, dan kejang. 2 Perubahan status mentalGejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari, lekas marah, emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi, bahkan psikosis.2 Fungsi kognitif merupakan keluhan yang sering disampaikan oleh pasien kanker dengan berbagai bentuk, mulai dari disfungsi memori ringan dan kesulitan berkonsentrasi hinggga disorientasi, halusinasi, atau letargi.3 Nyeri kepalaNyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah mau meledak.2 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan episodik, kemudian bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari obat kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3 Lokasi nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di fossa kranii posterior biasanya menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler ipsilateral. Tumor di supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.2

MuntahMuntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan dengan makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak didahului oleh mual. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.2 Kejang Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-15% penderita tumor otak.3 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala kejang. Kejang yang timbul pertama kali pada usia dewasa mengindikasikan adanya tumor di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.2 Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek neurologis pada korteks serebri. Kejang parsial akibat penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada lokal ekstrimitas tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika tumor luas pada kedua hemisfer serebri.3 Edema PapilGejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.

0. Gejala Klinik LokalManifestasi lokal terjadi pada tumor yang menyebabkan destruksi parenkim, infark atau edema. Juga akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya : peroksidase, ion hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi fokal yang reversibel. Tumor Lobus FrontalTumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus olfaktorius. Tumor Lobus TemporalisGejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris. Tumor Lobus OksipitalTumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri. Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio PinealTumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu. Tumor Batang OtakTerutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala umum. Tumor SerebellarMuntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol. 0. Gejala Lokal yang Menyesatkan (False Localizing Signs)Lesi pada salah satu kompartemen otak dapat menginduksi pergeseran dan kompresi di bagian otak yang jauh dari lesi primer. Tumor otak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dapat menghasilkan false localizing signs atau gejala lokal yang menyesatkan.5 Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang ditempatinya. Tanda tersebut adalah: a. Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat tertarik atau tertekan. Desakan itu tidak harus langsung terhadap saraf otak. Saraf yang sering terkena tidak langsung adalah saraf III, IV, dan IV.b. Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada tumor yang terdapat di dalam salah satu hemisferium saja.c. Gangguan mentald.Gangguan endokrin dapat juga timbul proses desak ruang di daerah hipofise.

III.5 Pemeriksaan PenunjangTumor otak dapat dideteksi dengan CT-scan atau MRI. Pilihannya tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing rumah sakit. CT-scan lebih murah dibanding MRI, umumnya tersedia di rumah sakit dan bila menggunakan kontras dapat mendeteksi mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk mendeteksi tumor dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di fossa posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk merencanakan pembedahan karena memperlihatkan tumor pada sejumlah bidang.3

III.6 PenatalaksanaanPenatalaksanaan pasien dengan SOL meliputi: 2,31. Simptomatik AntikonvulsiMengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien dengan tumor otak. Edema serebriJika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran radiologi memperlihatkan adanya edema serebri, maka dexametason dapat digunakan dengan keuntungan yang signifikan. Rasa tidak menyenangkan pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga berbahaya, gejala dan tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi bedah saraf akan diambil.1. Etiologik (pembedahan) Complete removalMeningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan dengan terapi medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit jika tumor jinak tersebut relatif sulit dijangkau. Partial removalGlioma di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan operasi radical debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat secara keseluruhan karena posisi tumor atau psikis pasien.

III.7 PrognosisPrognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun berkisar 30-40%.4BAB IVKESIMPULAN

Sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak primer secara komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan glioma) tetapi secara kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase. Sekitar 25% pasien dengan kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma dan kadang-kadang merupakan perjalanan penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 20062. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Adams and Victors Principles of Neurology. 8th edition. USA: Mc Graw Hill, 2005. 546-91.3. Price, S. A., & Wilson, L. M. Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit. (Ed. 4). 1995.Jakarta: EGC4. Herainy, H. (2008). Tumor otak. Diperoleh pada tanggal 12 April 2012 dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_TumorOtakTinjauanKepustakaan.pdf/11_TumorOtakTinjauanKepustakaan.html

1