32
CHRONIC INFLAMMATORY DEMYELINATING POLYNEUROPATHY

Neuro Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy PPT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CIPD

Citation preview

Chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy

Chronic inflammatory demyelinating polyneuropathyNama: Ny. TYUmur: 29 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Jl. Lintas Sumatera, Ranrau Bingin, Tiang Pumpung KepungutAgama: IslamMRS Tanggal: 09 Juni 2014

identifikasiANAMNESISPenderita dirawat di bagian saraf RSMH karena mengalami kelemahan pada kedua lengan dan kedua tungkai yang terjadi secara perlahan-lahan + 3 minggu yang lalu.+ 3 minggu yang lalu penderita mengalami kelemahan pada kedua lengan dan kedua tungkai secara perlahan-lahan. + 3 bulan yang lalu penderita mengeluh kesemutan pada kedua lengan dan kedua tungkai, makin lama kedua tungkai makin berat dan diikuti kedua lengan. Kelemahan kedua lengan dan kedua tungkai dirasakan sama berat. Penderita tidak mengalami nyeri kepala atau batuk-pilek.Sehari-hari penderita bekerja dengan tangan kanan. Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya baik secara lisan, tulisan, dan isyarat. Penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Tidak ada rasa nyeri yang dirasakan pada kedua lengan dan kedua tungkai yang lemah.Riwayat keluarga menderita penyakit dengan keluhan yang sama disangkal. + 7 bulan yang lalu, penderita pernah mengalami kelemahan seperti ini. Hasil ENMG sesuai dengan axonal demyelinating polyneuropathy, sugestif Guillain-Barr Syndrome.Penyakit ini diderita untuk kedua kalinya.PEMERIKSAAN FISIK

Status Internus Kesadaran: Compos mentis GCS = 15 (E4M6V5)Gizi: SedangSuhu Badan: 36,2 CNadi: 96 kali/menitPernapasan: 20 kali/menitTekanan Darah : 110/80 mmHgBerat badan: kgTinggi badan: cmJantung: HR = 96 kali/menit, murmur (-), gallop (-)Paru-paru: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesar, bising usus normalAnggota Gerak : Lihat status neurologikusGenitalia: Tidak diperiksaStatus PsikiatrikusSikap: KooperatifEkspresi Muka : WajarPerhatian: AdaKontak Psikik: Ada

Status Neurologikus

KEPALABentuk: NormocephaliDeformitas: (-)Ukuran : NormalFraktur: (-)Simetris: SimetrisNyeri fraktur: (-)Hematom: (-)Pembuluh darah: Tidak ada pelebaranTumor: (-)Pulsasi: (-)LEHERSikap: LurusDeformitas: (-)Torticolis: (-)Tumor: (-)Kaku kuduk: (-)Pembuluh darah: Tidak ada pelebaran

Status Neurologikus

N. Cranialis: N. VII : - Lipatan dahi simetris - Lagophthalmus (-) - Plica nasolabialis simetrisN. XII : - Deviasi lidah (-)- Fasikulasi (-)- Disartria (-)- Atrofi papil (-)Fungsi MotorikLkaLkiTkaTkiGerakanKKKKKekuatan2222TonusKlonus--R. FisiologisR. Patologis----

Fungsi Sensorik: Tidak ada kelainanFungsi Luhur: Tidak ada kelainanFungsi Vegetatif: Tidak ada kelainanGRM: (-)Gerakan abnormal: (-)Gait dan Keseimbangan: Belum dapat dinilaiDIAGNOSISDIAGNOSIS KLINIS : Tetraparese Flaksid

DIAGNOSIS TOPIK : Mielin

DIAGNOSIS ETIOLOGI : Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy

DIFFERENTIAL DIAGNOSISGuillan-Barr Syndrome, yang ditandai dengan kelemahan muskular progresif dalam periode 1 bulan.Neuropathy yang diturunkan, misalnya neuropathy motor dan sensorik yang diturunkan. Diperlukan anamnesis riwayat keluarga dan analisis DNA untuk membuktikannya.Neuropathy metabolik: misalnya neuropathy diabetik dan neuropathy yang berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa: uremik, hepatik dan neuropathy acromegalic; neuropathy yang berhubungan dengan hypotiroidisme. Diperlukan tes laboratorium yang tepat untuk membuktikan kelainan-kelaian ini.Neuropathy paraneoplastik: neuropathy yang berhubungan dengan limphoma atau karsinoma.DISKUSIPasien perempuan berusia 29 tahun dibawa ke rumah sakit dengan kelemahan kedua lengan dan kedua tungkai yang terjadi secara perlahan-lahan. Adanya gangguan dalam beraktivitas (activity of daily living/ADL) akibat defisit neurologis berupa kelemahan kedua lengan dan kedua tungkai yang terjadi secara perlahan-lahan > 24 jam maka penderita diduga mengalami Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy.Dari riwayat perjalanan penyakit, kelemahan kedua lengan dan kedua tungkai terjadi saat penderita sedang beraktivitas, tidak terdapat sakit kepala atau batuk-pilek. Dari pemeriksaan fisik, tidak didapatkan refleks patologis. Refleks fisiologis kedua lengan dan kedua tungkai menurun. Selain itu, pada pemeriksaan fungsi motorik khususnya pada kedua lengan dan kedua tungkai, gerakan kurang, kekuatan 2, tonus menurun, refleks fisiologis menurun, dan refleks patologis negatif sehingga dapat disimpulkan penderita mengalami tetraparese flaksid. Dengan demikian, diagnosis klinis pada penderita ini tetraparese flaksid. Dari diagnosis klinis di atas, dapat diketahui bahwa diagnosis topik penderita ini mielin karena terdapat defisit neurologis pada fungsi sensorik.Pada penderita ini ditemukan manifestasi klinis fokal berupa kelemahan kedua lengan dan kedua tungkai dengan onset penyakit + 3 bulan. Sebab itu, diagnosis etiologi pada pasien ini ialah Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy.

PENGOBATANIVFD NaCl 0,9 % gtt xx/menit makroMecobalamin 3 x 500 mg tabGamarus 1 x 10 flashSimvastatin

PROGNOSISQuo ad Vitam: Quo ad Functionam:

PendahuluanChronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (CIDP) adalah suatu gangguan neurologis yang dikarakteristik oleh kelemahan progresif dan gangguan fungsi sensorik pada tungkai dan lengan. Gangguan ini kadang-kadang disebut Chronic Relapsing Polyneuropathy, disebabkan oleh kerusakan selubung mielin (selubung lemak yang membungkus dan melindungi sekeliling serat saraf) nervus perifer.

TINJAUAN PUSTAKAEPIDEMIOLOGIChronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy adalah gangguan yang sering terjadi dan meskipun kadang terdiagnosa, merupakan penyakit yang potensial dapat ditangani, dengan prevalensi kira-kira 0.5 per 100,000 kasus. Persamaan klinik dengan varian Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (GuillainBarr Syndrome) memungkinkan terapi immunosuppresif bermanfaat dalam penanganan pasien, sehingga diduga patogenesis gangguan ini berupa immune-mediated. Saat Austin, dkk serta Dyck dkk., pertama kalimendeskripsikan pasien dengan corticosteroid-responsive chronic polyneuropathy, spektrum presentasi klinik dan penyokong diagnostik terus berkembang, termasuk pilihan terapi. Penting membedakan gangguan ini dari chronic sensorimotor polyneuropathies yang timbul bersamaan dengan diabetes, alkoholisme atau malnutrisi.ETIOLOGICIDP adalah suatu gangguan sistem imun. Khususnya, sistem imun tidak dapat mengenal sel-sel myelin nervus perifer dan menganggapnya sebagai agent asing. Kerusakan selubung terjadi saat sistem imun mencoba untuk membersihkan tubuh dari agent asing. Tidak ada fakta penelitian genetik yang menyokong terjadinya penyakit ini, ataupun riwayat keluarga. Beberapa kesimpulan menunjukkan bahwa CIDP merupakan penyakit yang tidak diturunkan.3Seperti Guillain-Barr Syndrome, sangat kuat dugaan bahwa CIDP dipicu oleh infeksi virus. Sebagai contoh, sel-sel imun dapat rusak oleh infeksi virus, seperti yang terjadi pada Acquired-ImmunoDeficiency-Syndrome (AIDS) sehingga menyebabkan malfungsi sistem imun. Apakah infeksi virus atau mikroba yang secara langsung menyebabkan CIDP masih belum jelas.4,6CIDP berbeda dari Guillain-Barr Syndrome pada infeksi virus, dimana tidak terjadi antara beberapa bulan saat gejala pertama terlihat. Pada Guillain-Barr Syndrome, infeksi virus atau bakteri, khas mendahului timbulnya gejala-gejala.6

KLASIFIKASIa) Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy Klasik Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy klasik, dikarakteristik oleh kelemahan simetris pada otot-otot proksimal dan distal yang mengalami peningkatan progresifitas lebih dari dua bulan (keadaan kondisi ini terpisah dari GuillainBarr Syndrome, penyakit ini self-limited). Kondisi-kondisi yang ada berhubungan dengan gangguan sensasi, tidak adanya atau berkurangnya refleks-refleks tendon, dan elevasi kadar protein cairan serebrospinal, pada hantaran-saraf terdapat demielinasi, dan tanda-tanda demielinasi pada spesimen biopsi. Dalam perjalanan penyakit, dapat terjadi relaps atau kronik dan progresif. Paling sering pada dewasa muda.b)Neuropathy DemielinasiAnalisis klinik yang sangat teliti mendefinisikan bentuk lain dari Acquired Demyelinating Polyneuropathy. Penyebab diduga autoimun atau dysimmune yang berbeda dari Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy klasik, baik dalam presentasi klinik maupun respon terhadap penanganan. Namun tidak jelas apakah kondisi ini adalah varian Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy atau penyakit yang berbeda. Penyakit-penyakit tersebut antara lain:Distal Acquired Demyelinating Symmetric Neuropathy.Diduga bahwa Distal Acquired Demyelinating Symmetric Neuropathy berbeda dengan Acquired Demyelinating Polyneuropathy. Prevalensi meningkat pada pria dan mereka yang berumur lebih dari 50 tahun. Gejala yang menonjol berupa sensory loss distal, kelemahan distal ringan (berbeda dengan defisit motor yang lebih general pada Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy klasik), dan kehilangan keseimbangan. IgM paraproteinemia ditemukan pada hampir 23 pasien dengan kondisi ini. IgM-associated Distal Demyelinating Symmetric Neuropathy berespon kurang baik terhadap terapi immunosuppressive.Multifocal Motor Neuropathy.Penting untuk membedakan Multifocal Motor Neuropathy dari penyakit motor neuron. Multifocal Motor Neuropathy dikarakteristik oleh kelemahan asimetrik tanpa sensory loss, seringkali dimulai pada otot lengan distal. Blokade hantaran motorik partial pada kedua sisi adalah ciri khas gambaran elektrofisiologik, walaupun tidak semua pasien mengalaminya. Sampai saat ini dilakukan deteksi antiganglioside antibody sirkulasi. Kadar protein cairan cerebrospinal dan jumlah sel biasanya normal. Meskipun penanganan kortikosteroid dan plasmapheresis tidak efektif, Multifocal Motor Neuropathy dapat diperbaiki dengan immune globulin atau terapi cyclophosphamide. Multifocal Acquired Demyelinating Sensory dan Motor Neuropathy (LewisSumner Syndrome).Multifocal Acquired Demyelinating Sensory dan Motor Neuropathy (the Lewis-Sumner Syndrome) memiliki kemiripan dengan Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (misalnya, defisit motorik dan sensorik, peningkatan kadar protein, dan pada studi hantaran nervus motorik dan sensorik memberikan hasil abnormal) dan Multifocal Motor Neuropathy (misalnya, gejala-gejala yang asimetrik, sering dimulai dari lengan dan tangan, dan blokade hantaran). Beberapa psaien dengan kondisi ini memiliki antibodi terhadap gangliosida, dan pasien-pasien ini berespon baik terhadap penanganan intravenous immune globulin atau cyclophosphamide.c) Neuropathy-neuropathy lain yang mirip dengan Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy.Beberapa bentuk lain dari acquired dan chronic polyneuropathy memiliki gambaran yang sama dengan Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy dan telah diklasifikasikan menjadi sub kelompok. Bentuk-bentuk ini termasuk Axonal Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy, Pure Sensory Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy, dan pure motor dan axonal chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (yang juga disebut Multifocal Acquired Motor Axonopathy). Pasien-pasien dengan peripheral-nerve demyelination dan respon complete atau partial terhadap immunoterapi, diduga sebagai bagian dari Family Chronic Acquired Demyelinating Polyneuropathies yang besar. Chronic Idiopathic Axonal Polyneuropathy adalah suatu kelompok gangguan heterogeneous akibat progresifitas neuropathy sensorimotor lambat tanpa nyeri, dapat menyebabkan kecacatan ringan sampai sedang.KRITERIA KLINIKa) Kriteria klinik menurut American Academy of Neurology (AAN)3Klinik : disfungsi motorik, dan disfungsi sensorik, yang melibatkan > dari 1 tungkai, atau keduanya.Waktu berlangsungnya; dari 2 bulanRefleks: berkurang atau tidak adaTes elektrodiagnostik: 3 dari 4 kriteria berikut: blokade kecepatan hantaran parsial 2 nervus motorik, pemanjangan latensi distal 2 nervus motorik atau tidak adanya gelombang F.Cairan cerebrospinal: hitung leukosit < 10/mm3, peningkatan kadar protein (pendukung)Temuan biopsi: adanya demyelinisasi dan remyelinisasi

b) Kriteria klinik menurut Saperstein dkk.Klinik ; Mayor: kelemahan proksimal dan distal simetrik; Minor: khusus kelemahan distal atau sensory loss.Waktu berlangsungnya; dari 2 bulanRefleks: berkurang atau tidak adaTes elektrodiagnostik: 2 dari 4 kriteria elektrodiagnostik AAN.Cairan cerebrospinal: Protein > 45 mg/dl; hitung leukosit < 10/mm3 (pendukung)Temuan biopsi: gambaran menonjol demyelinisasi

c) Kriteria Inflammatory Neuropathy Cause and Treatment (INCAT)3 Klinik : progresif atau relapsing motorik dan disfungsi sensorik lebih dari 1 tungkaiWaktu berlangsungnya; > dari 2 bulanRefleks: berkurang atau tidak ada Tes elektrodiagnostik: blokade hantaran parsial 2 nervus motorik dan kecepatan hantaran abnormal atau latensi distal atau latensi gelombang F pada 1 nervus lain; atau tidak adanya blokade hantaran parsial, abnormalitas kecepatan hantaran, latensi distal, atau latensi gelombang F pada 3 nervus motorik; atau abormalitas elektrodiagnostik menunjukkan demyelinisasi 2 nervus dan pemeriksaan histologi menunjukkan adanya demyelinisasi. Cairan cerebrospinal: analisis cairan cerebrospinal direkomendasikan tapi tidak diharuskan. Temuan biopsi: tidak diharuskan (kecuali pada kasus-kasus dengan abnormalitas elektrodiagnostik hanya pada 2 nervus motorik).Neuropathy yang berhubungan dengan monoklonal gammopathy: neuropathy yang berhubungan dengan mieloma osteosclerosis, dengan monoklonal gammopathy yang tidak dapat ditentukan, dan dengan Waldenstroms macroglobulinemia.Neuropathy yang berhubungan dengan penyakit infeksi: infeksi dengan immunodefisiensi virus, Leprosy, Borreliosis (termasuk lyme disease), diptheria.Neuropathy toksik: alkohol, agent-agent industri (misalnya acrylamide), logam (misalnya timah), obat-obatan (platinum-based agent, amiodarone, perhexiline, tacrolimus, chloroquin, dan suramin).Neuropathy akibat defisiensi nutrisi: defisiensi vitamin B1, B6, B12, atau ENeuropathy yang berhubungan dengan porphyriaNeuropathy yang berhubungan dengan penyakit-penyakit berat: polyneuropathy yang berhubungan dengan sepsis, multiple organ failure, atau ventilasi jangka panjang.PENANGANANMedikamentosa Steroid Penanganan first line untuk CIDP termasuk kortikosteroid (mis. Prednisone), Dengan dosis awal 100 mg/hari dan biasanya dinaikkan dalam 1-4 minggu kemudian dapat diganti dengan terapi lain secara selang-seling. Apabila kekuatan otot menjadi normal kembali dan mencapai keadaan plateu maka dosis prednison dapat diturunkan secara perlahan-lahan 5 mg setiap 2-3 minggu.5,7Obat-obat imunosuppresifObat-obat Immunosuppressive seringkali digunakan adalah klas Cytotoxic (kemoterapi), termasuk Rituximab (Rituxan) dengan target sel-B, serta Cyclophosphamide, obat yang mengurangi fungsi sistem imun. Ciclosporin juga telah digunakan pada CIDP tapi dengan frekuensi yang kurang karena merupakan pendekatan yang baru. Penanganan immunosuppresif non-cytotoxic yang biasa digunakan termasuk Azathioprine (Imuran) dan Mycophenolate mofetil (Cellcept). Anti-thymocyte globulin (ATG), suatu agent immunosuppresif yang secara selektif menghancurkan limfosit T, telah dipelajari untuk digunakan untuk CIDP. Anti-thymocyte globulin adalah fraksi gamma globulin antiserum dari hewan yang telah diimunisasi melawan human thymocytes. Ini merupakan suatu polyclonal antibody.4Plasmapheresis (plasma exchange) dan immunoglobulin (IVIg)Prosedur medis yang dikenal sebagai plasmapheresis, atau plasma exchange, dapat menjadi pilihan penanganan yang lain. Pada plasmapheresis, plasma darah dikeluarkan dari tubuh, Eritrosit diambil dari plasma dan dikembalikan kedalam tubuh dengan plasma yang bebas antibodi atau dengan cairan intravena. Oleh karena plasma darah dikeluarkan dari tubuh pasien CIDP dapat mengandung antibodi terhadap selubung myelin, mengeluarkan antibodi-antibodi ini dapat mengurangi efek dari sistem imun tubuh menyerang sel-sel nervus.7,9Prosedur lain yang menghasilkan hasil yang sama yaitu pemberian intravenous immunoglobulin (IVIg). IVIg secara umum ditujukan untuk penanganan sistem imun yang berhubungan dengan neuropathy.

Fisioterapi Fisioterapi memegang peranan penting dalam penanganan CIDP. Fisioterapi dapat memperbaiki kekuatan, fungsi dan mobilitas otot dan meminimalisasikan penyusutan otot dan tendon serta distorsi sendi-sendi.4Pemulihan dan RehabilitasiPemulihan dari CIDP bervariasi dari satu orang ke orang lain. Beberapa orang pulih sempurna tanpa intervensi pengobatan, sedangkan yang lain dapat relaps lagi dan lagi. Oleh karena beberapa orang dapat mengalami kelemahan atau numbness yang permanen, terapi fisik dapat digunakan sebagai bagian dari regimen rehabilitasi.PROGNOSISPrognosis seorang pasien berkisar antara pemulihan sempurna sampai pola ulangan periodik gejala-gejala dan residual kelemahan atau numbness otot. Seperti pada Multiple Sclerosis, suatu kondisi yang mirip demyelinasi, tidak mungkin diprediksi dengan pasti bagaimana CIDP mempengaruhi seseorang nantinya. Pola relaps dan remisi sangat bervariasi pada tiap-tiap pasien. Periode relaps bisa sangat mengganggu, tapi beberapa pasien dapat mengalami pemulihan signifikan.Jika terdiagnosa secara dini, inisiasi penanganan dini untuk mencegah nerve-loss direkomendasikan. Akan tetapi, beberapa orang masih menyisakan gejala-gejala sisa seperti; rasa tumpul, kelemahan, tremor, fatigue dan gejala-gejala lain yang dapat memicu morbiditas jangka panjang dan membatasi kualitas hidup.1Penting untuk membangun hubungan yang baik dengan dokter, penyedia layanan primer dan spesialis. Oleh karena penyakit yang jarang, beberapa dokter tidak memiliki kesiapan untuk menanganinya. Tiap-tiap kasus CIDP berbeda, dan relaps jika terjadi dapat membawa gejala-gejala dan masalah baru. Oleh karena variabilitas dalam berat dan progresifitas penyakit, dokter-dokter tidak mampu menentukan prognosis pasti. Periode eksperimentasi dengan regimen penanganan berbeda penting untuk menemukan regimen penanganan yang tepat untuk diberikan pada pasien. DAFTAR PUSTAKANINDS Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (CIDP). National Institute of Neurological Disorders and Stroke National Institutes of Health Bethesda, MD 20892. Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Chronic_ inflammatory_demyelinating_polyneuropathy Last updated August 18, 2009. Hoyle BD. Chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy. http://www.answers.com/topic/chronic-inflammatory-demyelinating-polyneuropathy Kller H, Kieseier BC, Jander S, Hans-Peter Hartung. Chronic Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy. Volume 352:1343-1356. March 31, 2005. Available at http://content.nejm.org/cgi/reprint/352/13/1343.pdf. Rajabally YA, Guillaume N, Francoise P, Bouche P, Peter Y K. Validity of diagnostic criteria for chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy: a multicentre European study. 19 August 2009. Available at. http://jnnp.bmj.com/cgi/content/short/jnnp.2009.179358v1?rss=1 Hoyle B. D. Chronic Acquired Demyelinating Symmetric Polyneuropathy Classified by Pattern of Weakness Arch Neurol.2003;60:260-264. Mygland A, Monstad P. Chronic Acquired Demyelinating SymmetrPolyneuropathy Classified by Pattern of Weakness. Vest-Agder Central Hospital, N-4604 Kristiansand, Norway. Vol. 60 No. 2, February 2003.John Hopkins medicine. Guillian-Barre and CIDP. http://www.hopkinsmedicine.org/Oh S.J., Joy J.L., Kuruoglu R. Chronic sensory demyelinating neuropathy: chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy presenting as a pure sensory neuropathy. 1992;55;677-680 J. Neurol. Neurosurg. Psychiatry 10.1136/jnnp.55.8.677 Markowitz J.A., Jeste S.S., Kang P.B. Child Neurology: Chronic inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy in children. 2008;71:e74-e78. Available at http://www.neurology.org/cgi/content/abstract/71/23/e74?ck=nc.