67
NILAI-NILAI MODAL SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM PERKEMBANGAN PARIWISATA (STUDI KOTA SOLO) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Disusun oleh : ARIFIN FAFAN KUSUMA NIM. C2B009022 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

NILAI-NILAI MODAL SOSIAL YANGTERKANDUNG DALAM PERKEMBANGAN

PARIWISATA (STUDI KOTA SOLO)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Diponegoro

Disusun oleh :

ARIFIN FAFAN KUSUMANIM. C2B009022

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2015

Page 2: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Arifin Fafan Kusuma

Nomor Induk Mahasiswa : C2B009022

Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan

Judul Skripsi : NILAI-NILAI MODAL SOSIAL YANG

TERKANDUNG DALAM PERKEMBANGAN

PARIWISATA (STUDI KOTA SOLO )

Dosen Pembimbing : Darwanto, SE., MSi

Semarang, 26 Februari 2015

Dosen Pembimbing,

(Darwanto, SE., MSi)NIP. 197808112008121002

Page 3: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Mahasiswa : Arifin Fafan Kusuma

Nomor Induk Mahasiswa : C2B009022

Fakultas/Jurusan : Ekonomika dan Bisnis/ IESP

Judul Skripsi : NILAI-NILAI MODAL SOSIAL YANG

TERKANDUNG DALAM PERKEMBANGAN

PARIWISATA (STUDI KOTA SOLO )

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 5 Maret 2015

Tim Penguji :

1. Darwanto, SE., M.Si (….....................................)

2. Prof.Dr.H.Purbayu Budi Santosa, MS (.........................................)

3. Evi Yulia Purwanti, SE,M.Si (.........................................)

Mengetahui,

Pembantu Dekan I,

Anis Chariri, SE, M.Com.,Ph.D, Akt

NIP.196708091992031001

Page 4: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Arifin Fafan Kusuma,menyatakan bahwa skripsi dengan judul Nilai-Nilai Modal Sosial yangTerkandung dalam Perkembangan Pariwisata (studi : Kota Solo), adalah tulisansaya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalamskripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang sayaambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atausimbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain,yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapatbagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil daritulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebutdi atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsiyang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwasaya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olahhasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikanuniversitas batal saya terima.

Semarang, 26 Februari 2015Yang Membuat Pernyataan,

Arifin Fafan KusumaNIM. C2B009022

Page 5: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

v

ABSTRACT

The purpose of this study was to explore the role and value of socialcapital in the development of Community-based tourism in Solo City. This studyapplies the concept of social capital to create an understanding of howCommunity opinion so as to establish or build and participate in the developmentof tourism. This study used a qualitative research methodology by conductingsemi-structured interviews, focus Group Discussion and observations made in thefield.

This study shows that the mechanism of social capital in Communityparticipation Solo awoke from expectations that lead to cooperative behavior asseen from the cognitive aspects such as the notion that society considers that thedevelopment of tourism has a positive impact (what the people feel) in theeconomic recovery. Expectations will be a better quality of life through thedevelopment of tourism can encourage people in the form of tourism in a way toexpress and organize through the container form to facilitate Communityparticipation in tourism development. This container serves as the activitycontributes to the development of tourism that can be linked (what the people do),it is part of the structural aspects of social capital. Cognitive aspects andstructural aspects of social capital are able to bring people together with thegovernment to cooperate in the legal framework in the form Calendar of events inthe development of tourism in the city of Solo.

Keywords: Community participation, social capital, tourism development

Page 6: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

vi

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran dan nilaimodal sosial dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kota Solo.Penelitian ini menerapkan konsep modal sosial untuk menciptakan pemahamantentang bagaimana anggapan masyarakat sehingga mampu membentuk ataumembangun dan berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata. Penelitian inimenggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancarasemi-terstruktur, focus group discusion dan pengamatan yang dilakukan dilapangan.

Penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme modal sosial dalampartisipasi masyarakat Kota Solo terbangun dari ekspektasi yang mengarah padaperilaku kerjasama hal ini terlihat dari aspek kognitif berupa anggapan masyarakatyang menilai bahwa perkembangan pariwisata mempunyai dampak positif (whatthe people feel ) dalam perbaikan ekonomi. Ekpektasi akan kualitas hidup yanglebih baik melalui perkembangan pariwisata mampu mendorong masyarakatdalam membentuk pariwisata dengan cara mengekspresikan danmengorganisasikan melalui wadah berupa komunitas untuk memfasilitasipartisipasinya dalam perkembangan pariwisata. Wadah ini berfungsi sebagaiaktivitas dalam berperan untuk perkembangan pariwisata sehingga dapattersalurkan (what the people do), hal tersebut merupakan bagian dari aspekstruktural dalam modal sosial. Aspek kognitif dan aspek stuktural dalam modalsosial tersebut mampu membawa masyarakat bersama pemerintah bekerja samadalam kerangka kerja legal berupa Calender of event dalam mengembangkanpariwisata di Kota Solo.

Kata kunci: Partisipasi masyarakat, Modal Sosial, Perkembangan pariwisata

Page 7: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan karunia, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Modal Sosial yang Terkandung

dalam Perkembangan Pariwisata (Studi : Kota Solo)” .

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan,

bantuan dan dorongan tersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas penulis menyampaikan hormat dan terima

kasih kepada :

1. Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat serta hidayah-Nya kepada

penulis.

2. Dr. Suharnomo, M,Si selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang.

3. Drs. Bagio Mudakir, MSP, selaku dosen wali yang telah memberikan dukungan

sepenuhnya kepada penulis dan memberikan motivasi kepada penulis selama

belajar di Fakultas Ekonomika da Bisnis Universitas Diponegoro.

4. Darwanto, SE., M. Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan

segala kemudahan, nasihat, penuh kesabaran dalam membimbing, dan saran yang

tulus, dan pengarahan serta meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

viii

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis khususnya jurusan IESP

yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi

penulis.

6. Orang tua tercinta, Bapak (Ahmad Fauzi) dan Ibu (Eni Sulistyani) yang

senantiasa memberikan yang terbaik. Do’a yang tulus, kasih sayang dan cinta

yang melimpah, bimbingan, dorongan serta perhatian yang sangat mendalam.

7. Saudaraku tercinta ( Gian Prayogo dan Anggi Fani S.) yang selalu memberikan

dorongan dan motivasi.

8. Kakakku tercinta mas Thesa dan mbak Lia yang selalu memberikanku semangat

serta ponakan kecilku yang membanggakan Satria Aliv Eka.

9. Seluruh pegawai di lingkungan FEB Universitas Diponegoro, seluruh informan

di Kota Solo, BPS Propinsi Jawa Tengah, serta Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata dan dinas terkait lainnya.

10. Untuk Marchelia Putri S.pi, terimakasih telah memberikan dukungan, motivasi,

dan sarannya kepada saya.

11. Untuk sahabatku (Osi, Lukman, Chencen, Bagus, Beny, Ahmad dan Oki )

terimakasih buat motivasi dan sarannya, sudah ada ketika aku lagi butuh kalian,

Bangga punya sobat dan saudara seperti kalian.

12. Buat Teman-teman jurusan IESP 2009, Dinar, Aji, Tony, Galang, Eka, Rudi,

Nissan, Agung beserta anak Kontrakan dan semua yang tidak dapat saya

sebutkan satu per satu, terima kasih untuk semua kisah dan pengalaman bersama

kalian semua.

Page 9: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

ix

13. Buat teman-teman Kos BJ 25, Andre, mas Amin, Anding, Hanung, Aji, Kosim

Jati terima kasih atas kebersamaanya selama ini, suka duka bersama kalian

sangatlah indah.

14. Buat teman-teman kantor KJPP GEAR, Andro, Tihas, mas Indra, Om han, Om

Azis, Agus, Mas Dika, Kharisun terima kasih telah memberikan banyak

pembelajaran hidup buat saya.

15. Buat teman-teman pendaki petualang Kemping Ceria (Riza, Rima, Daus, Dimas,

Meike, Laras, Panggih) dan Komunitas Bijipala (Ochan, Ceper, Azis, Sugeng,

Zari,dll) terima kasih atas petualanganya selama ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan dan menghargai setiap kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak demi penulisan yang lebih baik di masa

mendatang. Akhir kata, mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan.

Semarang, 26 Februari 2015Penulis,

Arifin Fafan KusumaNIM. C2B009022

Page 10: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... iPERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................................... ii iiPENGESAHAN KELULUSAN UJIAN..................................................... iiiPERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................. ivABSTRAK .................................................................................................. viABSTRACT.................................................................................................. vKATA PENGANTAR ................................................................................ viiDAFTAR TABEL....................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiiiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xivBAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 101.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 121.4 Sistematika Penulisan ..................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 142.1 Landasan Teori................................................................................ 14

2.1.1 Pengertian dan Batasan Pariwisata ........................................ 142.1.1.1 Jenis- Jenis Pariwisata................................................... 162.1.1.2 Wisata Budaya .............................................................. 182.1.1.3 Warisan Budaya ............................................................ 192.1.1.4 Atraksi Wisata............................................................... 20

2.1.2 Teori Kelembagaan dengan pendekatan Modal Sosial.......... 222.1.3 Konsep Partisipasi Masyarakat melalui Modal Sosial........... 232.1.4 Kaitan Teori Kelembagaan dengan Pariwisata ...................... 252.1.5 Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata ..... 262.1.6 Konsep Modal Sosial dalam Penelitian Ini ............................ 27

2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 302.3 Kerangka Pemikiran........................................................................ 36

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 383.1 Desain Penelitian............................................................................. 38

3.1.1 Pemilihan Desain Penelitian .................................................. 393.1.2 Pendekatan Penelitian ............................................................ 403.1.3 Reabilitas dan Validitas Data................................................. 403.1.4 Studi Kasus ............................................................................ 41

3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 433.2.1 Informan Penelitian................................................................ 44

Page 11: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

xi

3.2.2 Setting Penelitian ................................................................... 463.2.3 Batasan Permasalahan............................................................ 47

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 483.3.1 Wawancara............................................................................. 483.3.2 Observasi ............................................................................... 49

3.4 Metode Analisis Data...................................................................... 51BAB IV HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI..................................... 54

4.1 Deskripsi Objek Penelitian.............................................................. 544.2 Analisis Data ................................................................................... 55

4.2.1 Peran Kelembagaan dan Stakeholder terhadapPerkembangan Pariwisata ...................................................... 55

4.2.1.1 Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo..... 564.2.1.2 Peran Stakeholder.......................................................... 57

4.2.2 Nilai–Nilai Modal Sosial dalam PerkembanganPariwisata............................................................................... 61

4.2.2.1 Anggapan Masyarakat Mengenai Pariwisata ................ 614.2.2.2 Masyarakat Membentuk Perkembangan Pariwisata ..... 694.2.2.3 Partisipasi Masyarakat dalam Perkembangan

Pariwisata ...................................................................... 754.3 Nilai Modal Sosial dalam Partisipasi Masyarakat ......................... 794.4 Modal Sosial yang menjebatani (bridging Social Capital) di

Kota Solo....................................................................................... 834.5 Diskusi ............................................................................................ 84

4.5.1 Nilai Modal Sosial dalam Partisipasi Masyarakat ................. 854.5.2 Mekanisme Peran Modal Sosial dalam Perkembangan

Pariwisata............................................................................... 85BAB V Kesimpulan dan Saran ................................................................ 93

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 935.2 Saran................................................................................................ 945.3 Keterbatasan.................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 96LAMPIRAN................................................................................................ 101

Page 12: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

xii

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1.1 : Banyaknya Pengunjung Daya Tarik Wisata Menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 2012...................................... 5Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu.................................................................. 34Tabel 2.2 : Kerangka Pemikiran.................................................................. 38Tabel 3.1 : Informan Penelitian................................................................... 45Tabel 4.1 : Anggapan Masyarakat dalam Berpartisipasi untuk perkembangan

Pariwisata.................................................................................. 68Tabel 4.2 : Nilai-nilai Modal Sosial yang Terkandung dalam perkembangan

Pariwisata.................................................................................. 92

Page 13: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

xiii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 4.1 : Identifikasi Masyarakat dalam membentuk Pariwisata............. 74Gambar 4.2 : Identifikasi Masyarakat untuk berpartisipasi dan Menjalin

kerjasama dalam Perkembangan Pariwisata.............................. 78Gambar 4.3 : Mekanisme Pola Modal Sosial dalam Perkembangan Pariwisata

Kota Solo................................................................................... 82

Page 14: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Surat Rekomendasi Survey……………………………….... 102Lampiran B : Dokumentasi Foto………………………………………….. 103Lampiran C : Observasi......………………………………………............. 105

Page 15: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan dalam

proses pembangunan wilayah dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan

pendapatan suatu daerah maupun masyarakat. Pariwisata mempunyai peranan

penting dalam mendorong kegiatan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dan memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara

lain ditunjukan oleh konstribusi kepariwisataan dalam penerimaan devisa Negara

yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan, nilai tambah PDRB dan penyerapan

tenaga kerja. Hal tersebut telah dinyatakan dalam Peraturan Presiden Repubik

Indonesia Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Jangka Panjang dan Menengah

(RPJM) 2010-2014

Sektor pariwisata mempunyai pengaruh terhadap perekonomian nasional.

Dalam hal ini pariwisata mempunyai efek pengganda yang ditimbulkan dari

aktivitas pariwisata baik yang sifatnya langsung berupa penyerapan tenaga kerja

disektor pariwisata maupun dampak tidak langsung berupa berkembangnya

kegiatan ekonomi pendukung pariwisata seperti penginapan, rumah makan, jasa

penukaran uang, pemandu wisata (guide) , tour operator, artshop , transportation

dan lain-lain.

Sektor pariwisata mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap

sistem perekonomian daerah tujuan wisata sehingga roda ekonomi akan berputar

Page 16: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

2

seiring dengan aktivitas industri yang mampu menggerakan sektor-sektor

ekonomi daerah. Pariwisata juga menawarkan jenis produk dan wisata yang cukup

beragam, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah , wisata buatan,

hingga beragam wisata khusus. Salah Wahab (2003) dalam bukunya “Tourism

Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan

kerja, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.

Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks, ia juga meliputi industry-industri

klasik yang sebenarnya sebagai industry kerajinan tangan dan cindera mata.

Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.

Spilane (1987) menyatakan bahwa peranan pariwisata dalam

pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu segi

ekonomis (sumber devisa pajak-pajak), segi sosial ( penciptaan lapangan

pekerjaan), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada

wisatawa-wisatawan asing). Dalam segi ekonomis pariwisata dapat bermanfaat

sebagai sumber devisa pajak melalui hotel-hotel yang dibangun, tumbuhnya

perekonomian yakni melalui usaha-usaha yang mendukung pariwisata. Dari segi

sosial dapat dilihat melalui pertukaran nilai-nilai sosial yang masuk. Sedangkan

dalam segi budaya mempunyai pengaruh yaitu memperkenalkan budaya kepada

wisatawan asing agar dikenal secara internasional serta transfer kebudayaan

sehingga mampu mengembangkan sektor pariwisata di daerah tersebut.

Secara nasional Indonesia dibagi dalam 3 ( tiga ) wilayah pengembangan

pariwisata. Wilayah barat meliputi kawasan Sumatera dan Jawa barat, Wilayah

Page 17: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

3

Tengah ( Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali) dan Wilayah timur yang

meliputi daerah Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara dan Kepulauan Halmahera

oleh Ditjen Pariwisata pada tahun 1991. Prioritas pengembangan pariwisata

ditetapkan di 10 ( sepuluh ) daerah tujuan wisata nasional yaitu DKI Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan oleh Ditjen Pariwisata pada tahun

1999.

Penetapan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pariwisata

didasarkan atas 2 pokok pikiran :

1. Tersedianya parasarana sarana dan fasilitas-fasilitas lainnya serta

besarnya potensi kepariwisataan di daerah yang bersangkutan.

2. Asas pemerataan pembangunan sehingga pengembangan pariwisata dapat

dilaksanakan serempak tanpa mengabaikan potensi sumber-sumber yang

dimiliki tiap daerah.

Kebijakan ini memperlihatkan bahwa pulau Jawa dan Bali menjadi daerah

tujuan wisata yang utama, selain wilayah di luar Jawa yang tersebut di atas. Pulau

Jawa dan Bali memang diuntungkan karena menjadi pintu masuk wisatawan asing

melalui kota-kota utama di wilayah tersebut seperti Jakarta, Yogyakarta,

Denpasar. Banyaknya kota dan jaringan infrastruktur di pulau Jawa dan Bali

menyebabkan wilayah ini memiliki nilai pelayanan kepariwisataan yang lebih

baik dibanding wilayah sekitarnya seperti sarana dan prasarana transportasi,

komunikasi, fasilitas pelayanan dan akomodasi.

Page 18: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

4

Pemusatan kepariwisataan juga tidak lepas dari banyaknya potensi dan

obyek kepariwisataan di pulau Jawa dan Bali sendiri. Obyek wisata itu dapat

berupa potensi alam seperti pegunungan, laut, sungai hutan dan perkebunan;

potensi iklim seperti suasan sejuk dan panas, udara yang segar; potensi

peninggalan purbakala seperti candi, bangunan-bangunan tradisional misalnya

istana, keraton serta warisan budaya seperti kesenian, kerajinan traditional dan

budaya. Belum termasuk dalam hal ini berbagai sarana hiburan dan rekreasi

modern yang melimpah di Jawa dan Bali.

Jawa tengah merupakan salah satu propinsi di Pulau Jawa yang terletak

pada jalur perlintasan antara Jawa Barat dengan Jawa Timur, sehingga banyak

wisatawan lebih sering melewatkan Jawa Tengah karena hanya sebagai daerah

perlintasan. Apabila para wisatawan bisa ditarik untuk menghabiskan waktu di

Jawa Tengah meski dalam waktu yang singkat, Sudah memiliki dampak positif

untuk pengembangan bisnis wisata. Dengan demikian, industri pariwisata

merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk dikembangkan. Sehingga

perlu adanya kebijakan dari kelembagaan yang dapat menunjang berkembangnya

sektor pariwisata di Jawa Tengah.

Page 19: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

5

Tabel 1.1Banyaknya Pengunjung Daya Tarik Wisata Menurut Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah Tahun 2012

Sumber : BPS Jawa Tengah dalam Angka Tahun 2012

NoKabupaten Kota/Regency City

Jumlah Total Pengunjung (orang)Guest (person)

(1) (2)1 Kab. Cilacap 495.3162 Kab. Banyumas 952.0423 Kab. Purbalingga 1.452.1374 Kab. Banjarnegara 749.6955 Kab. Kebumen 807,7706 Kab. Purworejo 209.8797 Kab. Wonosobo 412.7368 Kab. Magelang 1.125.9489 Kab. Boyolali 282.274

10 Kab. Klaten 283.04111 Kab. Sukoharjo 67.45512 Kab. Wonogiri 378.36713 Kab. Karanganyar 1.026.36514 Kab. Sragen 549.83915 Kab. Grobogan 284.53516 Kab. Blora 97.95217 Kab. Rembang 391.51218 Kab. Pati 845.47819 Kab. Kudus 743.21020 Kab. Jepara 1.296.84621 Kab. Demak 1.487.33922 Kab. Semarang 1.216.42623 Kab. Temanggung 365.19824 Kab. Kendal 190.82625 Kab. Batang 407.45026 Kab. PeKalaungan 206.30727 Kab. Pemalang 408.03828 Kab. Tegal 551.53329 Kab. Brebes 160.59630 Kota Magelang 3.309.06531 Kota Solo 2.133.84832 Kota Salatiga 136.63933 Kota Semarang 1.745.70934 Kota Pekalongan 236.81235 Kota Tegal 394.974

Jumlah Total 2012 25.603.1572011 22.219.8652010 22.592.9512009 21.819.1172008 16.556.084

Page 20: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

6

Tabel 1.1 menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisatawan asing dan

wisatawan nusantara tahun 2012 dapat dilihat bahwa Kota Solo mempunyai total

kunjungan tertinggi no 2 dengan kunjungan 2.133.848 wisatawan setelah kota

Magelang di Jawa Tengah. Hal ini menunjukan bahwa Kota Solo mempunyai

potensi pariwisata yang cukup bagus untuk mewujudkan visit Jawa Tengah.

Kota Solo memiliki banyak potensi pariwisata ini bisa dilihat dari

banyaknya obyek wisata yang terdapat di Kota Solo terutama wisata budaya. Di

kota ini berdiri 2 (dua) Kerajaan Mataram yaitu Keraton Kasunanan Solo

Hadiningrat dan Istana Mangkunegaran. Selain itu, kota ini juga memiliki obyek

wisata Taman Sriwedari yang di dalamnya terdapat Museum Radya Pustaka,

Pasar Antik Triwindu, Kampung Batik Laweyan dan Kebon Binatang Satwataru

Jurug. Belum lagi wisata belanja karena sebagai kota penghasil batik yang cukup

disegani banyak sekali dijumpai di sudut-sudut kota butik-butik batik dan

kerajinan traditional dengan Pasar Klewernya sebagai sentra perdagangan tekstil

terbesar di Jawa Tengah.

Suasana malam Kota Solo diramaikan dengan berbagai makanan khasnya

seperti nasi liwet, Tengkleng, serabi dan lain-lainnya. Solo juga mendapat julukan

sebagai kota yang tidak pernah sepi untuk dikunjungi baik siang maupun malam

karena roda kehidupan yang terus berputar dengan segala aktivitasnya

Lingkungan Kota Solo yang ramah terlebih karena kebanyakan

masyarakatnya masih memegang tradisi dan warisan budaya sehingga banyak

atraksi wisata budaya bisa disaksikan di kota ini misalnya Kirab pusaka 1 suro,

sekaten, grebeg sudiro, grebeg mulud, tinggalan dalem jumenengan, grebeg pasa,

Page 21: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

7

syawalan, grebeg besar. Pemerintah Kota Solo juga melakukan upaya-upaya demi

meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik dengan cara

untuk terus mengadakan event-event yang bertaraf Internasional, seperti: Solo

Batik Carnival, SIPA, dsb. Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Solo pada

tahun 2008-2012 dapat dinilai berhasil dalam meningkatkan jumlah wisatawan

yang berkunjung untuk berpariwisata di Kota Solo.

Kota Solo merupakan kota yang memiliki banyak obyek wisata sekaligus

digemari oleh wisatawan asing dan wisatawan lokal karena mayoritas obyek

wisata yang berada di Kota Solo merupakan obyek wisata yang memiliki unsur

sejarah dan seni budaya, sehingga bagi wisatawan asing maupun wisatawan lokal

yang ingin mengenal budaya Indonesia khususnya budaya Jawa akan

mengunjungi Kota Solo. Peraturan Daerah Solo, nomor 2 (2010) menyebutkan

Kota Solo memiliki 15 buah obyek dan daya tarik wisata diantaranya wisata

Sejarah seperti, Karaton Kasunanan Solo, Pura Mangkunegaran, Musium

Radyapustaka; Wisata Kuliner seperti jajanan khas Solo; Wisata belanja seperti

Pasar Klewer, Pasar Antik Triwindu ; Wisata Alam seperti Taman Satwaru Jurug,

Taman Balekambang, Taman Sriwedari dan didukung kemudahan fasilitas seperti

hotel, transportasi, dan biro perjalanan.

Kemajuan pariwisata di Kota Solo juga didukung dari Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata yang mencakup sampai tingkat Kelurahan. Tiap-tiap Kelurahan

memiliki Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang berusaha melakukan

sosialisasi dan mengembangkan kegiatan seni budaya yang dapat mendukung

kegiatan pariwisata di Kota Solo.

Page 22: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

8

Undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

dijelaskan bahwa kepariwisataan adalah kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan

negara serta interaksi antara wisatawan, pemerintah daerah dan pengusaha.

Wardiyanta (2006:49-50) juga mengemukakan bahwa kepariwisataan memiliki

dua aspek yang cukup penting yaitu aspek kelembagaan dan aspek substansial.

Aspek substansial berupa sebuah aktivitas manusia sedangkan sisi

kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya

untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Fungsi kepariwisataan sebagai sebuah

lembaga dapat dilihat dari sisi manajemennya. yaitu perkembangannya melalui

proses perencanaan, pengelolaan hingga pemasaran kepada wisatawan.

Tingginya jumlah wisatawan yang ada di Kota Solo tidak lepas dari jargon

wisata yang diusung kota ini yakni Spirit of Java untuk kepentingan pemasaran

pariwisata. Slogan Spirit of Java (jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan Kota

Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa slogan

ini dapat menjadi acuan modal sosial untuk meningkatkan pariwisata di Kota

Solo. Porthest (1998) dalam Yustika (2006) mengatakan bahwa melalui modal

sosial, aktor dapat meraih akses langsung terhadap sumberdaya ekonomi

(pinjaman bersubsidi, saran-saran investasi, pasar yang terlindungi); mereka dapat

meningkatkan modal budaya (cultural capital) lewat kontak dengan ahli-ahli atau

individu yang beradab ( yang melekat pada modal budaya), atau alternatifnya

mereka dapat berafiliasi dengan institusi yang membahas nilai-nilai terpercaya

atau value credential (pelembagaan modal budaya).

Page 23: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

9

Konsep modal sosial mempunyai dimensi yang multispektrum, setidaknya

terdapat empat cara pandang terhadap modal sosial. Salah satu cara pandang

modal sosial yang dikemukakan oleh Woolcock dan Narayan dalam Yustika

(2006:200) adalah pandangan sinergi (synergi view) pandangan ini kurang lebih

berupaya untuk mengintegrasikan konsep jaringan (network) dan kelembagaan

(institusional). Evans dalam Yustika (2006:206) menyimpulkan bahwa sinergi

antara pemerintah dan masyarakat/warga Negara (citizen) didasarkan atas dasar

prinsip komplementarist dan kelekatan (complementarity and embeddedness).

Merujuk pada hubungan yang saling menguntungkan antara aktor publik dengan

privat yang diwujudkan dalam kerangka kerja legal yang melindungi hak-hak

asosiasi dapat diartikan bahwa spirit of Java yang diusung sebagai slogan Kota

Solo yang menciri khaskan sifat keramah-tamahan serta sikap gotong-royong

(trust) ini sebagai modal dalam penguatan modal budaya yang diusung. Sehingga

melalui modal ini dimungkinkan dapat menguatkan modal budaya yang diusung

sebagai branding pariwisata yang ada di Solo. Branding yang diusung tersebut

perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat, Sehingga mampu

bersama-sama dalam mengembangkan pariwisata di Kota Solo.

Penelitian yang dilakukan oleh Petra Claiborne (2010) studi kasus di

Bocas del Toro, Panama menunjukan bahwa nilai modal sosial yang tinggi di

dalam partisipasi masyarakat dapat meningkatkan perkembangan pariwisata di

lokasi tersebut. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat di sana berangkat dari

anggapan masyarakat yang menganggap pariwisata mampu memperbaiki kualitas

hidup masyarakat. Anggapan tersebut mampu membawa masyarakat yang

Page 24: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

10

mengarah kepada perilaku kerjasama yang saling menguntungkan, Sehingga

dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji nilai modal sosial yang

terkandung dalam partisipasi masyarakat untuk mewujudkan perkembangan

pariwisata di Kota Solo.

Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dalam membangun

perkembangan pariwisata. Nilai modal sosial yang terkandung dalam partisipasi

masyarakat merupakan salah satu yang membentuk pengembangan pariwisata,

selain itu perlu adanya peran kelembagaan yang sebagai payung aturan demi

kepentingan bersama. Tindakan bersama dari partisipasi masyarakat dan

kelembagaan bisa sebagai katalisator penggerak sektor pariwisata sehingga

dapat berkembang secara terus-menerus agar dapat merangsang tumbuhnya

perekonomian di Kota Solo. Dari uraian diatas, maka yang menjadi pertanyaan

penelitian adalah bagaimana modal sosial dapat berperan dalam pengembangan

pariwisata di Kota Solo dalam mewujudkan visit Jawa Tengah. Oleh karena itu

penulis mengambil judul “Nilai-Nilai Modal Sosial yang Terkandung dalam

Perkembangan Pariwisata (Studi Kota Solo)”.

1.2 Rumusan Masalah

Kota Solo merupakan salah satu wilayah yang merupakan pengembangan

pariwisata di Jawa Tengah. Slogan visit Jawa Tengah Kota Solo harus mampu

menarik wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung di kota ini. Kota

Solo memiliki potensi pariwisata yang sangat baik dengan pariwisata berbasis

pelestarian budaya dan kesenian. Selain itu julukan sebagai kota budaya serta kota

the spirit of Java memang layak disandang kota ini dikarenakan sifat keramah-

Page 25: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

11

tamahan masyarakat serta masih menjunjung tinggi budaya Jawa yang adi luhur.

Sektor pariwisata di Kota Solo merupakan salah satu kota yang bisa dikatakan

berhasil untuk memajukan pariwisata di Jawa tengah hal ini bisa ditunjukan pada

Tabel 1.2 yang menggambarkan dalam waktu lima tahun terakhir jumlah

wisatawan memiliki peningkatan setiap tahunnya meskipun pada tahun 2012

wisatawan mancanegara mengalami penurunan. Hal ini tentunya ditunjang dengan

adanya peran pemerintah maupun lembaga yang turut berperan aktif dalam

peningkatan sektor pariwisata di kota ini.

Partisipasi masyarakat tidak bisa terpisahkan dari ekonomi pariwisata.

Nilai modal sosial yang tertanam merupakan salah satu yang membentuk

pengembangan pariwisata, selain itu perlu adanya peran kelembagan yang

sebagai payung aturan demi kepentingan bersama. Tindakan bersama dari

partisipasi masyarakat dan kelembagaan bisa sebagai katalisator penggerak

sektor pariwisata dapat berkembang secara terus-menerus agar dapat merangsang

tumbuhnya perekonomian di Kota Solo. Dari uraian diatas, maka yang menjadi

pertanyaan penelitian adalah :

1. Bagaimana modal sosial di masyarakat berperan dalam

pengembangan pariwisata di Kota Solo?

Untuk dapat menggali pertanyaan tersebut terdapat tiga sub bab

pertanyaan yang sudah ditetapkan, yakni :

1) Bagaimana anggapan masyarakat mengenai perkembangan

pariwisata?

2) Bagaimana masyarakat membentuk perkembangan pariwisata?

Page 26: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

12

3) Bagaimana masyarakat berpartisipasi dan bekerjasama dalam

pengembangan pariwisata?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui anggapan masyarakat dalam perkembangan pariwisata

sebagai basis tindakan

2. Mengetahui serta mengidentifikasi dalam membentuk serta

membangun pariwisata di Kota Solo

3. Mengidentifikasi masyarakat dalam berpartisipasi dan menjalin

kerjasama dalam pengembangan pariwisata.

4. Mengidentifikasi peran modal sosial dalam pariwisata

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi kelembagaan yang bersangkutan penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi para penyusun kebijakan sebagai bahan masukan bagi

pengembangan kepariwisataan di Kota Solo.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung

serta mengembangkan sektor pariwisata di Kota Solo ke depannya

3. Bagi peneliti lain dan akademik, sebagai tambahan informasi dan

disiplin ilmu, menambah khazanah ilmu pengetahuan, serta dapat

menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang yang

sama.

Page 27: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

13

1.4 Sistematika penulisan

Untuk mencapai maksud dan tujuan penulisan studi ini, secara keseluruhan

pembahasan dibagi menjadi 5 (lima) Bab sebagai berikut;

Bab I. adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang mengenai Nilai-

nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata , dilanjutkan

dengan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan Pustaka. Bab ini berisikan teori-teori yang berhubungan

dengan judul penelitian mengenai kepariwisataan, partisipasi masyarakat, modal

sosial, peran kelembagaan.

Bab III. adalah Metode Penelitian. Bab ini menjabarkan mengenai metode

penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, unit analisis penelitian, data

penelitian dan teknik analisis data. Selain itu, tentang bagaimana menguji validitas

data dalam penelitian kualitatif.

Bab IV. adalah Hasil dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang peran

modal sosial dalam masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata yang

ada di Kota Solo serta mengidentifikasi dampak yang terjadi terhadap ekonomi

lokal melalui perkembangan pariwisata di Kota Solo, strategi yang tepat dalam

mengembangkan sektor pariwisata untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Kota Solo

Bab V adalah Penutup. Sebagai bab terakhir, bab ini menguraikan secara

singkat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian,

dan saran-saran bagi pihak yang berkepentingan dan bagi penelitian selanjutnya.

Page 28: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian dan Batasan Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari

berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau

bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau

berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara

luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut:

A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang untuk

sementara (dan) dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar

tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan

mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut (Soekadijo,

2000:3).

Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf, pariwisata dapat didefinisikan

sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan

tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak

tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang

memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara

(Soekadijo, 2000:12).

World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan seseorang

yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar xlvii lingkungannya

Page 29: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

15

yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus,

untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

Undang-undang No. 9 Tahun 1990, kepariwisataan merupakan segala

sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pengusahaan

objek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata, usaha jasa pariwisata,

serta usaha-usaha lain yang terkait.

Pengunjung dapat dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu wisatawan dan

ekskursionis. Norval mengatakan bahwa wisatawan ialah setiap orang yang

datang dari suatu negara asing, yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja

di situ secara teratur, dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu

membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat (Soekadijo, 2000:13).

Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa tahun 1973 menyebutkan motif-

motif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang

termasuk wisatawan adalah :

Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure),karena

alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuanpertemuan

atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik,keagamaan, atletik dan

sebagainya).

Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), Kalau ia tinggal

kurang dari 24 jam.

Page 30: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

16

Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut:

Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha disuatu

negara.

Orang yang datang untuk menetap.

Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu,akan

tetapi bekerja di negara tetangganya.

Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di sekolah-

sekolah.

Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di situ,

meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

Ekskursionis adalah pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang

dikunjunginya, tanpa bermalam. Hal tersebut juga meliputi orang-orang yang

mengadakan pelayaran pesiar (cruise passanger). Di dalamnya tidak termasuk orang-

orang yang secara legal tidak memasuki sesuatu negara asing, seperti misalnya orang

yang dalam perjalanan menunggu di daerah transit di pelabuhan udara.

2.1.1.1 Jenis-jenis Pariwisata

Pendit (1999:42) mengatakan bahwa wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat

dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Wisata Alam, yang terdiri dari:

a. Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang

ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing,

menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana

akomodasi, makan dan minum.

Page 31: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

17

b. Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati

perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

c. Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak

dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara

di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta

tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.

d. Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang

memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh

pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

e. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan

ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana

wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk

tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya.

2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari:

a. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk

golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota,

desa,bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah

lainnya seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang

merupakan daya tarik wisata utama di banyak negara.

b. Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang

berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan

atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada

temanya,antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam,

Page 32: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

18

seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun

dengan temakhusus lainnya.

2.1.1.2 Wisata Budaya

Nuryanti (1997) mengatakan bahwa Secara fungsional pengertian wisata

budaya merupakan suatu area atau wadah yang dipergunakan sebagai ajang untuk

mengelola wujud dari keanekaragaman kebudayaan yang berkembang pada suatu

tempat atau daerah, dimana mencakup wujud abstrak, aktifitas dan benda dengan

misi pengembangan kebudayaan.

Wisata budaya berfungsi sebagai pusat segala kegiatan hiburan budaya

yang mengandung nilai-nilai hidup, khususnya melalui kegiatan-kegiatan yang

sangat erat hubungannya dengan kehidupan seni dan budaya. Sebagai wadah

pengembangan pariwisata dan peningkatan pengembangan kesenian yang terdapat

di daerah-daerah, kebutuhan Taman Budaya harus selalu disesuaikan dengan

kondisi serta situasi potensi budaya di daerah itu tanpa mengurangin

pengembangan untuk waktu-waktu yang akan datang (Nuryanti, 1997:61).

Warisan (heritage) didefinisikan sebagai sesuatu yang berharga yang

diberikan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam kontek

pariwisata,warisan berarti segala produk yang dapat menjadi subyek untuk

promosipariwisata. Hal ini termasuk pemandangan alam, sejarah, tradisi dan

manifestasi budaya, tempat-tempat arkeologi, artifak, arsitektur, bangunan-

bangunan artistik dan sebagainya yang semua itu patut dilindungi sebagai suatu

potensi nasional,regional dan lokal. Jadi warisan mengandung nilai-nilai sejarah

Page 33: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

19

dari masa lalu dan dipandang sebagai bagian dari tradisi kebudayaan suatu

masyarakat (Nuryanti, 1997:61).

2.1.1.3 Warisan Budaya

Selain bersifat ekspansi yang elastis dan musiman, permintaan wisata juga

dipengaruhi oleh beragamnya tipologi yang menggambarkan banyaknya motifasi

wisatawan dan berbagai manfaat yang mereka peroleh dari perjalanan mereka,

karena kurangnya penelitian yang memadai mengenai motivasi wisata,permintaan

dapat diartikan dalam perilaku dan kecenderungan wisatawan (Nuryanti, 1997:63)

Pearce (1989:57) telah membagi pengaruh-pengaruh terhadap pilihan

budaya sebagai faktor pendorong dan penarik. Dalam tinjauannya atas literatur

terdahulu mengenai motivasi wisata, Pearce menjelaskan ‘keinginan untuk

bepergian’ sebagai suatu faktor penarik. Implikasi selanjutnya mengabaikan

semua daya tarik lain dari sebuah tempat wisata dan bukan merupakan wisata

warisan budaya kecuali jika diasumsikan bahwa semua motivasi adalah bermacam

faktor pendorong. Kebutuhan untuk melepaskan diri dari kebosanan dengan

bermacam unsur warisan budaya, institusi, masakan dan ide bahwa perjalanan

harus menjadi bagian penting dari sebuah kunjungan.

Faktor pendorong lainnya mencakup pelepasan dari gaya hidup yang

monoton atau dari suasana hidup yang datar, penjelajahan tempat-tempat

baru,penyegaran energi yang terbuang, relaksasi, gengsi, interaksi sosial dan

mempererat rasa persaudaraan dan persahabatan. Oleh sebab itu warisan budaya

menjadi bagian penting dari perjalanan wisata.

Page 34: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

20

2.1.1.4 Atraksi wisata

Hadinoto (1996:18) menjelaskan atraksi wisata adalah atraksi yang telah

diidentifikasikan dalam suatu penelitian dan telah dikembangkan menjadi atraksi

wisata berkualitas dan memiliki keterjangkuan baik. Menurut Gunn (1988:107)

atraksi yang berada di daerah tujuan wisata tidak hanya disediakan bagi

wisatawan untuk melihat, menikmatinya dan dapat terlibat di dalamnya,tetapi juga

menawarkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan

wisatanya. Atraksi wisata yang baik akan dapat mendatangkan wisatawan

sebanyak-banyaknya, menahan wisatawan di tempat atraksi dalam waktu yang

cukup lama dan memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang

berkunjung.

Soekadijo (1997: 97) untuk mencapai hasil seperti itu, beberapa syarat

harus dipenuhi yaitu: 1) Kegiatan (act) dan obyek (artifact) yang merupakan

atraksi itu sendiri harus dalam keadaan baik; 2) Atraksi wisata harus disajikan

dihadapan wisatawan, maka penyajiannya harus tepat; 3) Atraksi wisata

merupakan terminal dari suatu sistem pariwisata, oleh karena itu terintegrasi

dengan akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran: 4) Keadaan

ditempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama; 5) Kesan yang

diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi harus diusahakan supaya

bertahan selama mungkin.

Atraksi wisata selain menarik dan baik juga harus memiliki cirri khas atau

berbeda dari tempat asal wisatawan, mengingat wisatawan berkunjung ke suatu

tempat tujuan wisata ingin melihat sesuatu yang belum pernah dia ketahui atau

Page 35: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

21

yang tidak ada di tempat asalnya. Pada dasarnya wisatawan ingin mendapat

pengalaman atau pengetahuan baru dari perjalanannya. Cara lain untuk menahan

wisatawan supaya tinggal lebih lama dalam satu obyek maupun atraksi wisata

adalah dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk menghayati atau

mencoba melakukan pekerjaan yang peristiwanya telah mereka saksikan.

Cara lain untuk membuat atraksi wisata yang baik adalah melalui

pelestarian kesan. Semakin lama seorang wisatawan menikmati suatu obyek

wisata akan semakin baik; oleh karena itu perlu diusahakan agar kesan yang

diperoleh wisatawan dari obyek wisata itu dapat bertahan selama mungkin.

Apabila wisatawan tersebut telah kembali ke tempat asalnya, kesan itu hendaknya

tetap dapat bertahan, sehingga dalam angan-angan dapat merasakan lagi pesona

obyek ataupun atraksi wisata yang pernah ia saksikan. Cara pelestarian kesan

tersebut menurut Soekadijo (1997:73) yaitu mengikatkan kesan itu pada obyek

yang tidak cepat rusak dan dapat dibawa pulang, sehingga setiap kali ia

(wisatawan) melihat benda itu, ia akan teringat kembali kepada apa yang pernah

disaksikannya. Berdasarkan uraian tentang obyek dan atraksi wisata tersebut di

atas, kedua komponen tersebut merupakan komponen penting dalam kegiatan

pariwisata, tanpa keduanya pariwisata tidak akan terjadi.

Atraksi wisata merupakan faktor yang paling menentukan yang akan menarik

wisatawan. Atraksi merupakan penyebab pertumbuhan. Atraksi merupakan yang

pertama kali menarik pengunjung ke suatu objek wisata, sehingga pembangunannya

cenderung dikembangkan terlebih dahulu. Atraksi wisata dikembangkan,

Page 36: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

22

direncanakan dan dikelola untuk kepentingan aktivitas dan kesenangan

pengunjung.

Gunn (1994:89) menyatakan atraksi mempunyai dua fungsi utama;

Pertama: atraksi memberikan daya tarik (entice), memikat (lure) dan merangsang

(stimulate) keinginan untuk mengadakan perjalanan. Wisatawan di daerah asalnya

akan mempelajari tentang atraksi dari suatu tujuan wisata, sehingga pada akhirnya

membuat keputusan pada yang paling menarik; Kedua: atraksi memberikan

kepuasan kepada pengunjung, sebagai imbalan dari perjalanan.

2.1.2 Teori Ekonomi Kelembagaan dengan Pendekatan Modal Sosial

Yustika (2006:37) memaparkan bahwa, sampai saat ini terdapat berbagai

variasi tentang definisi kelembagaan (institutions). Definisi yang bermacam-

macam makna tersebut diperbolehkan sejauh konsep definisi kelembagaan tidak

saling menegasi satu sama lain. Pengertian tersebut mencakup seluruh isi definisi

kelembagaan sebagai aturan main (rules of the game) dalam masyarakat. Adapun

karakteristik kelembagaan yang dipaparkan oleh North (1990) dalam Yustika

(2006:43) mengatakan bahwa di dalam kelembagaan terdapat larangan-larangan

(prohibitions) dan persyaratan-persyaratan (conditional permission).

Ilmu kelembagaan bersifat pragmatis, dimana kajian ilmu kelembagaan

harus sesuai realita yang dibangun pada kondisi masyarakat. Pada kenyataannya

kondisi dan permasalahan yang terjadi bersifat majemuk, sehingga terdapat kajian

multidisiplin di dalam teori kelembagaan. Karena itu, teori kelembagaan melihat

dulu fenomena yang terjadi, baru setelah itu dikaji. Dengan kata lain, seperti apa

Page 37: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

23

yang dipaparkan oleh Yustika (2006:46), bahwa ekonomi kelembagaan

berkecenderungan untuk memilih pendekatan induktif.

Yustika (2006:217) menyatakan bahwa modal sosial dalam kegiatan

transaksi dapat menjadi basis sumber daya ekonomi (Economic resources). Dalam

pengertian yang paling luas, modal sosial dapat menjadi alternatif yang paling

mungkin untuk mengalokasikan kegiatan ekonomi secara efisien bila pasar

(market) tidak sanggup mengerjakannya. Putnam dalam Yustika (2006:218)

menyimpulkan bahwa modal sosial merupakan sarana bagi individu yang akan

mengerjakan kerjasama secara sukarela untuk mengurusi barang publik/bersama.

2.1.3 Konsep Partisipasi Masyarakat melalui Modal Sosial (Social Capital)

Pierre Bourdieu dalam Yustika (2006;192) mendefinisikan modal sosial

sebagai agregate sumber daya aktual ataupun potensial yang diikat untuk

mewujudkan jaringan yang awet(durable) sehingga menginstitusionalisasi-kan

hubungan persahabatan (acquaintance) yang saling menguntungkan. Melalui

pemaknaan tersebut Bourdieu berkeyakinan bahwa jaringan sosial (Social

network) tidaklah alami (natural given). Kedua hal tersebut dikonstruksi melalui

strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan kelompok

(group relation) yang dapat dipakai sebagai sumber terpercaya untuk mencapai

keuntungan(benefit).

Coleman dalam Yustika (2006:192) mengatakan bahwa modal sosial

bukanlah entitas tunggal (single entity), tetapi entitas majemuk yang mengandung

dua elemen: (i) modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial; dan(ii)

modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (aktor)-baik individu

Page 38: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

24

maupun perusahaan- di dalam struktur tersebut (within the structure). Dari

perspektif ini sama halnya dengan modal lainnya, modal sosial juga bersifat

produktif, yakni membuat pencapaian tujuan tertentu yang tidak mungkin diraih

bila keberadaanya tidak eksis. Yustika (2006:191) mngemukakan bahwa modal

sosial baru eksis bila ia berinteraksi dengan struktur sosial.

Coleman dalam Yustika (2006:199) mengatakan bahwa dalam

operasionalisasinya modal sosial yang dilihat menurut fungsinya memiliki aspek

struktur dan aspek kognisi(cognitive). Jika dipilah dalam tiga penampakan maka

akan didapatkan sebuah operasionalisasi modal sosial sebagai berikut. Pertama,

menurut sumber dan pengejewantahanya, secara struktur modal sosial terdiri atas

peran dan aturan (roles and rules), jaringan dan hubungan interpersonal dengan

pihak lain, serta procedur dan kejadian (procedures and precendent). Sedangkan

aspek kognisinya terdiri atas norma, nilai, perilaku, dan keyakinan. Kedua,

menurut cakupannya (domains), struktur modal sosial terbentuk dari organisasi

sosial dan aspek kognisinya mewujud dalam budaya sipil (civic culture). Budaya

sipil dapat dimaknai sebagai kemampuan warga Negara/ masyarakat untuk

mengekspresikan dan mengorganisasikan kepentingan melalui saluran-saluran

yang tersedia. Ketiga, menurut elemen-elemen umum (common element) struktur

modal sosial terbangun berdasarkan ekspektasi yang mengarah kepada perilaku

kerjasama yang saling menguntungkan sedangkan kognisi dari elemen umum ini

tidak dapat di identifikasi secara jelas karena sangat tergantung kepada

kesepakatan anggota yang terlibat dalam hubungan kerjasama tersebut.

Page 39: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

25

Terdapat banyak definisi modal sosial yang mengaburkan konsep tersebut.

Menurut National Statistik dalam Hamka (2010) antara lain: energy sosial (sosial

bond ), jiwa komunitas (Community spirit), kewajiban-kewajiban sosial (sosial

bonds), (civic virtue), jejaring komunitas (Community networks),”selubung”sosial

(social ozone), persahabatan jangka panjang (extended friendship), kehidupan

komunitas (Community life), sumber sosial (sosial resources), jejaring informal

dan formal (informal and formal networks), (good neighbourliness), perekat sosial

(social glue). Dan konsep-konsep tersebut masih terus dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan pragmatisnya.

2.1.4 Kaitan Teori Kelembagaan dengan Pariwisata

Aspek kelembagaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam

membangun industri pariwisata yang sukses. Wibowo (2007) beragumentasi

bahwa kelembagaan lokal yang berangkat dari kemampuan masyarakat melalui

kontribusi nilai-nilai modal sosial tersebut lahir dari budaya lokal dan

dikembangkan oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan pemerintah.

Nurhidayati (2012) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam

pengembangan modal sosial, antara lain,adalah kekuatan internal. Kekuatan

internal ini yang berwujud motivasi, kepedulian tokoh masyarakat/agama, dan

peran pemerintah dalam menyediakan kelembagaan yang mengakomodasi

kepentingan bersama wilayah-wilayah yang mengembangkan agrowisata.

Choirunissa (2010) mengatakan bahwa kehadiran organisasi pariwisata

sektor publik (GTO) merupakan bentuk keterlibatan pemerintah dalam

pengembangan pariwisata suatu Negara. GTO dibentuk pemerintah sebagai suatu

Page 40: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

26

badan yang bertanggung jawab menjalankan fungsi perencanaan, pengembangan,

pemasaran, dan pembinaan kepariwisataan secara umum. Foster dalam

Choirunissa (2010) mengklasifikasikan GTO adalah suatu Negara menurut

hierarki wewenang, yaitu National Tourist Organization (NTO), regional tourist

board (RTB), dan Local tourist organization (LTO). Organisasi dalam penelitian

ini berperan sebagai NTO di Indonesia adalah Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata (Depbudpar), Sedangkan RTB dan LTO dipegang oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Solo.

Mill dalam Choirunnisa (2010) Kecakapan suatu Goverment Tourism

Organization (GTO) dapa dilihat melalui beberapa indicator. Pertama, otoritas

memiliki kewenangan mengambil inisiatif melakukan perubahan. Kedua,

dukungan penuh dari pemerintah bersama-sama dengan kemampuan

mempengaruhi beragam departemen pemerintah yang mempunyai pengaruh

pariwisata. Ketiga, dukungan dari pelaku bisnis swasta yang mempunyai kegiatan

dalam bidang pariwisata. Keempat, anggaran yang cukup untuk melaksanakan

tugas yang diembannya. Kelima, organisasi dijalankan oleh pegawai-pegawai

yang berpengalaman.

2.1.5 Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata

Suwantoro (2004:34) mengemukakan bahwa peran serta masyarakat dapat

ditumbuhkan dan digerakan melalui usaha-usaha penerangan serta pengembangan

komunikasi sosial yang sehat, yang dilakukan melalui dialog yang luas dan

bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab: baik antara

Page 41: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

27

pemerintah dan masyarakat maupun antar golongan-golongan masyarakat itu

sendiri. Dialog yang demikian akan melahirkan gagasan serta pandangan yang

kuata agar pembangunan tetap memiliki gerak maju ke depan. Sebagai contoh:

masyarakat di daerah tujuan wisata sangat mengharapkan terbinanya kelestarian

usaha yang terkait dengan objek wisata dan kehidupan alam budaya mereka tidak

menjadi rusak. Untuk itu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus

melibatkan masyarakat setempat dan sekitarnya secara langsung.

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan aktivitas ekonomi penting yang

jika dikembangkan dengan tepat dapat mengatasi sejumlah tantangan

pembangunan, termasuk pengurangan kemiskinan, pengembangan ekonomi lokal,

perdamaian dan keselarasan masyarakat, dan manajemen sumber daya alam dan

lingkungan yang berkesinambungan (Damanik, 2006:46). Hausler dan Strasdas

dalam Purnamasari (2011) mengatakan bahwa Community based tourism

merupakan salah satu pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan

pada masyarakat lokal baik yang terlibat langsung pada industri pariwisata. Hal

ini dilakukan dengan bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen

dan pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan politis melalui

kehidupan yang lebih demokratis termasuk dalam pembagian keuntungan dari

kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal.

2.1.6 Modal Sosial yang Menjembatani (Bridging Social Capital)

Hasbullah (2006), bentuk modal sosial yang menjembatani atau Bridging

Social Capital ini biasa juga disebut bentuk modern dari suatu pengelompokan,

group, asosiasi, atau masyarakat. Prinsip-prinsip pengorganisasian yang dianut

Page 42: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

28

didasarkan pada prinsip-prinsip universal tentang: (a) persamaan, (b) kebebasan,

serta (c) nilai-nilai kemajemukan dan humanitarian (kemanusiaan, terbuka, dan

mandiri).

Prinsip persamaan, bahwasanya setiap anggota dalam suatu kelompok

masyarakat memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama. Setiap keputusan

kelompok berdasarkan kesepakatan yang egaliter dari setiap anggota kelompok.

Pimpinan kelompok masyarakat hanya menjalankan kesepakatan-kesepakatan

yang telah ditentukan oleh para anggota kelompok.

Prinsip kebebasan, bahwasanya setiap anggota kelompok bebas berbicara,

mengemukakan pendapat dan ide yang dapat mengembangkan kelompok tersebut.

Iklim kebebasan yang tercipta memungkinkan ide-ide kreatif muncul dari dalam

(kelompok), yaitu dari beragam pikiran anggotanya yang kelak akan memperkaya

ide-ide kolektif yang tumbuh dalam kelompok tersebut.

Prinsip kemajemukan dan humanitarian, bahwasanya nilai-nilai

kemanusiaan, penghormatan terhadap hak asasi setiap anggota dan orang lain

yang merupakan prinsip dasar dalam pengembangan asosiasi, group, kelompok,

atau suatu masyarakat. Kehendak kuat untuk membantu orang lain, merasakan

penderitaan orang lain, berimpati terhadap situasi yang dihadapi orang lain, adalah

merupakan dasar-dasar ide humanitarian.

Sebagai konsekuensinya, masyarakat yang menyandarkan pada bridging

social capital biasanya heterogen dari berbagai ragam unsur latar belakang

budaya dan suku. Setiap anggota kelompok memiliki akses yang sama untuk

membuat jaringan atau koneksi keluar kelompoknya dengan prinsip persamaan,

Page 43: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

29

kemanusiaan, dan kebebasan yang dimiliki. Bridging social capital akan

membuka jalan untuk lebih cepat berkembang dengan kemampuan menciptakan

networking yang kuat, menggerakkan identitas yang lebih luas dan reciprocity

yang lebih variatif, serta akumulasi ide yang lebih memungkinkan untuk

berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang lebih diterima

secara universal.

Mengikuti Colemen (1999), tipologi masyarakat bridging social capital

dalam gerakannya lebih memberikan tekanan pada dimensi fight for (berjuang

untuk). Yaitu yang mengarah kepada pencarian jawaban bersama untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok (pada situasi tertentu,

termasuk problem di dalam kelompok atau problem yang terjadi di luar kelompok

tersebut). Pada keadaan tertentu jiwa gerakan lebih diwarnai oleh semangat fight

againts yang bersifat memberi perlawanan terhadap ancaman berupa

kemungkinan runtuhnya simbul-simbul dan kepercayaan-kepercayaan tradisional

yang dianut oleh kelompok masyarakat. Pada kelompok masyarakat yang

demikian ini, perilaku kelompok yang dominan adalah sekedar sense of solidarity

(solidarity making).

Pada dimensi kemajemukan terbangun suatu kesadaran yang kuat bahwa

hidup yang berwarna warni, dengan beragam suku, warna kulit dan cara hidup

merupakan bagian dari kekayaan manusia. Pada spektrum ini kebencian terhadap

suku, ras, budaya, dan cara berpikir yang berbeda berada pada titik yang minimal.

Kelompok ini memiliki sikap dan pandangan yang terbuka dan senantiasa

Page 44: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

30

mengikuti perkembangan dunia di luar kelompok masyarakatnya (outward

looking).

Bentuk modal sosial yang menjembatani (bridging capital social)

umumnya mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan kemajuan

dan kekuatan masyarakat. Hasil-hasil kajian di banyak negara menunjukkan

bahwa dengan tumbuhnya bentuk modal sosial yang menjembatani ini

memungkinan perkembangan di banyak dimensi kehidupan, terkontrolnya

korupsi, semakin efisiennya pekerjaan-pekerjaan pemerintah, mempercepat

keberhasilan upaya penanggulangan kemiskinan, kualitas hidup manusia akan

meningkatkan dan bangsa menjadi jauh lebih kuat.

Persoalannya menurut Hasbullah (2006), fakta yang ada di negara-negara

berkembang menunjukkan kecenderungan bahwa dampak positif modal sosial

dari mekanisme outward looking tidak berjalan seperti yang diidealkan. Walaupun

asosiasi yang dibangun oleh masyarakat dengan keaggotaannya yang hiterogen

dan dibentuk dengan fokus dan jiwa untuk mengatasi problem sosial ekonomi

masyarakat (problem solving oriented), akan tetapi tidak mampu bekerja secara

optimal.

2.2 Penelitian Terdahulu

Maria Jose Zapata, (2014) mengemukakan dalam penelitianya bahwa

bagaimana bottom-up Community Based Tourism dapat menjadi kendaraan untuk

menginduksi Pengembangan pariwisata ketika (i) modus pengorganisasian

pariwisata berasal dari masyarakat (entrepreneurship lokal dan kepemilikan); (ii)

alokasi yang dikonsumsi dapat diakses ke tempat-tempat di mana pengunjung

Page 45: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

31

potensial berwisata; (iii) di sana ada elemen yang diperlukan untuk

menerjemahkan ide global ke dalam konteks budaya lokal, melalui modal sosial

dan budaya; (iv) masyarakat menanggung risiko investasi ekonomi sendiri serta

modal untuk mewujudkan ide menjadi benda-benda fisik dan fasilitas; (v)

pengembangan produk berorientasi pada aset lokal yang ada dan masyarakat tidak

hanya bersifat pasif sebagai konsumen pariwisata, tetapi juga sebagai produsen,

manajer, dan pemasar; dan (vi) proyek perumusan dan pengembangan dibuat

dalam hal jaringan masyarakat lokal, dengan kecenderungan alami untuk fokus

pada pasar lokal sebagai mode terdekatnya.

Wen Jun Li (2006) Di dalam penelitian ini survey yang dilakukan

menunjukan bahwa penduduk lokal merasa mereka menerima manfaat dari

pariwisata dan percaya bahwa lingkungan menjadi lebih baik. Dari perspektif ini,

ekowisata JBR bisa dikatakan sukses meskipun partisipasi lokal ternyata lemah

dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini bertentangan dengan pemahaman

akademis saat ini partisipasi masyarakat yang telah menyarankan bahwa jika

penduduk setempat ingin meraih keuntungan dari pariwisata mereka harus

diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan. Peran sentral yang

diberikan dalam dalam pengelolaan sumber daya alam hanya diberikan melalui

administrasi cagar alam di JBR sehingga hanya sebatas pengelolaan dan

pemanfaatan sumber daya alam dalam yang melibatkan masyarakat. Untuk

pengembangan berkelanjutan perlu adanya peran masyarakat dalam pengambilan

keputusan mengingat banyak kegagalan dalam menyeimbangkan konservasi

sumber daya alam dan pembangunan lokal pada Negara berkembang

Page 46: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

32

Samantha Jones (2005) mengemukakan bahwa dalam penelitian ini

merupakan salah satu bukti yang mendukung hipotesis mengenai tingginya

tingkat modal sosial khususnya dalam mewujudkan komitmen masyarakat dalam

melakukan tindakan bersama pembangunan desa berperan sangat penting dalam

pengembangan Kamp Ekowisata di Tumani, paling tidak sebagai wujud

perlindungan hutan dengan menarik dana dari Badan Lingkungan Hidup Nasional,

yang difasilitasi melalui pembangunan kamp. Lebih lanjut dukungan juga

disediakan oleh Dinas Peternakan sebagai wujud atas kesatuan desa. Komponen

modal sosial berdampak positif setidakanya tampak melalui modal sosial

structural yang meningkat akibat dampak dari ekowisata kamp. Hal tersebut dapat

dilihat melalui proyek yang terus di galakan yang membutuhkan kontribusi tenaga

kerja serta anggota organisasi yang semakin meningkat.

Kannapa Pongponrat (2012) dalam penelitianya yang berjudul

mengemukakan bahwa Di Pulau Samui, orang berpartisipasi dalam

pengembangan pariwisata melalui proses pengambilan keputusan, pelaksanaan

dan monitoring dan Evaluasi yang difasilitasi oleh pemimpin dan komite

kelompok. penelitian ini menemukan bahwa komponen modal sosial

menyebabkan partisipasi diinduksi 'dari masyarakat lokal yang memiliki rasa yang

kuat akan kepemilikan kampung halaman mereka, dan dengan saling

menghormati satu sama lain, sehingga memungkinkan mereka bekerja untuk

pengembangan pariwisata daerah. Modal sosial muncul secara signifikan sebagai

Mekanisme utama yang mendorong dan menarik orang untuk berpartisipasi dalam

pengembangan pariwisata. Kedua analisis kuantitatif dan kualitatif menegaskan

Page 47: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

33

bahwa faktor yang terkait dengan partisipasi masyarakat termasuk pengetahuan

dan kepemimpinan dipercaya masyarakat lokal, norma-norma dan sosial jaringan

antara masyarakat.

Thomas Lopez Guzman (2011) Di dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa jenis pariwisata dinilai oleh masyarakat setempat dengan cara yang sangat

positif, karena dianggap sebagai cara untuk menghasilkan manfaat ekonomi dan,

pada saat yang sama, menciptakan lapangan kerja baru. Dalam hal ini, penting

untuk menyoroti peran perempuan dan orang-orang muda sebagai aktor yang

penting dalam perencanaan dan pengembangan kegiatan wisata, serta dalam

pengelolaan calon bisnis. Demikian pula, pengembangan pariwisata akan

berdampak terhadap penciptaan sumber daya (seperti layanan kesehatan,

pendidikan dan infrastruktur) bagi masyarakat itu sendiri.

Page 48: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

34

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil1. Etsuko

Okazaki(2008)

A Community-Based TourismModel:ItsConception andUse

Telaah literatur,wawancara semi-terstruktur, Analisisdata deskriptif kualitatifdengan pendekatanparsitipatif

Temuan menunjukan bagaimana satu desa dengan jaringan sosialyang kuat dan kerjasama yang saling menguntungkan untukperkembangan pariwisata yang berbasis masyarakat. Dengandemikian masyarakat dengan modal sosial yang tinggi bersama-sama dengan agen mampu untuk menginduksi pembangunan.

2. DouglasD.Perkins,JosephHughey, danPaulW.Speer(2002)

CommunityPsychologyPerspectives onSocial CapitalTheory andCommunityDevelopmentPractice

Telaah literatur, datasekunder wawancara.Analisis deskriptifDengan pendekatanaction Research

Faktor psikologis dan perilaku menunjukan faktor-faktor yangmemotivasi individu untuk terlibat dalam membangun modal sosialdan metode ini mampu mempertahankan serta meningkatkanketerlibatan dalam pengembangan masyarakat. Penelitian inimembahas bahwa jaringan merupakan jembatan(bridging) dalammeningkatkan askses untuk memberdayakan masyarakat.

3. KhusnulAshar danSupartono(2009)

StudiPengembanganEkonomiKerakyatan DiKawasan wisataJawa Timur melaluiPenguatanKelembagaanSosial EkonomiMasyarakat Lokal

Telaah literatur,wawancara.metode penelitian

kualitatif denganpendekatan Analisisdomain

Kesimpulan Pada umumnya usaha kecil masih memerlukan tambahan modal,

namun mereka enggan memenuhi lewat lembaga keuanganformal seperti Bank, Koperasi.

Peranan lembaga lokal formal seperti Koperasi dan Bankrelative kecil modal sosial dipupuk dan menjadi andalankeluarga kurang mampu di daerah penelitian

Page 49: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

35

No Nama Judul Metode Hasil4. Giuseppe

Attanasi,Fortuna Casoria,SamueleCentorrino,Giulia Urso(2011)

Culturarinvestment, localdevelopment andinstantaneoussocial capital: acase of a gatheringfestival in south ofItaly

Metode telaah literatur,kuesioner, andsampling methodAnalisis kualitatif dankuantitatif

Investasi budaya melalui festival di south italy menunjukanbahwa investasi awal yang dikeluarkan menghasilkan returnyang lebih tinggi 2 kali lipat dalam jangka pendek danberpengaruh positive terhadap pendapatan jangka pendek dalamedisi berikutnya. Modal sosial yang dibentuk di klaim dapatmengatasi pembiayaan dan mengorganisir acara budaya terkaitdengan sejarah dan tradisi dari masyarakat sehingga dapatmengarah pada pengembangan sosial ekonomi dalam komunitasini

5. PetraClaiborne(2010)

CommunityParticipation inToursmDevelopment andthe Value of SocialCapital ( the case ofbastimentos, Bocasdel Toro, Panama)

Metode surveilapangan, wawancarasemi-struktur denganfocus groupAnalisis kualitatifdengan pendekatannarrative analysis

Peran modal sosial dalam pengembangan pariwisata masyarakat; Identifikasi: Struktur ( assosiasi, network, aktivitas )

Pemahaman ( nilai-nilai, kepercayaan, timbal balik) Variabel-variabel penting: hubungan kepercayaan→timbal

balik dan pertukaran→aturan dan norma-normaumum→keterhubungan dalam jaringan dan kelompok(di luarmaupun di dalam)

Potensi yang dihasilkan; peningkatan aturan dan inisiatif untukpartisipasi golongan bawah, tindakan yang diambil lebihterpadu dan saling terlibat, meningkatkan ketertarikan dankesadaran antar anggota,menjadikan interaksi sosial yang lebihbaik di segala arah(kerjasama yang lebih baik)

Page 50: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

36

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam menunjang proses penelitian agar tetap terarah pada fokus

penelitian maka disusun suatu kerangka dalam penelitian ini. Penelitian ini

merupakan penelitian identifikasi kasus yang bertujuan untuk mengeksplorasi

nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata modal

sosial. Nilai-nilai yang terkandung inilah sebagai basis tindakan yang berkaitan

dengan tindakan bersama dalam perkembangan pariwisata di Kota Solo dalam

rangka memberikan rekomendasi untuk pengambilan kebijakan

pengembangannya.

Tahap awal penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sumber data

sekunder seperti daftar lokasi wisata, kegiatan yang menunjang pariwisata dan

golongan masyarakat yang berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata di Kota

Solo, kemudian dilakukan survey lapangan untuk mengetahui gambaran umum

nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata di Kota

Solo. Survey lapangan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara

mendalam kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan analisis data

kualitatif Miles dan Huberman. Terakhir, selain itu peneliti juga melakukan

wawancara kepada para ahli serta pelaku yang menjadi penunjang dalam

pengembangan pariwisata di Kota Solo sehingga nantinya dapat mengeksplorasi

nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata

Page 51: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

37

Tabel 2.2Kerangka Pemikiran

Apa Kegiatan bersama untuk mencapai kepentingan bersama

Kerjasama dan keinginan sebagai kesatuan, interaksi

masyarakat

Identifikasi Struktur : asosiasi, jaringan, aktivitas – basis tindakan

Kognisi:norma, nilai, kepercayaan, timbal balik, anggapan

Bagaimana Ikatan, menghubungkan keterkaitan jaringan di dalam dan

diluar kelompok/komunitas

Variabel

penting

Hubungan kepercayaan→timbal balik dan

pertukaran→aturan umum dan norma→keterkaitan jaringan

dan kelompok

Page 52: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Hal ini dikarenakan metodologi penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks

sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Alamiah disini

mempunyai arti bahwa penelitian kualitatif dilakukan dalam lingkungan yang

alami tanpa adanya intervensi atau perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Sangat

tidak dibenarkan untuk memanipulasi atau mengubah latar penelitian (Moleong,

2005).

Denzin dan Lincoln (1994) menganggap metodologi kualitatif mampu

menggali pemahaman yang mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus

daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah

populasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dalam rangka

memahami partisipasi masyarakat dengan nilai modal sosial terhadap

perkembangan pariwisata Kota Solo secara mendalam dengan latar alamiah tanpa

adanya intervensi atau manipulasi baik dari penulis sendiri maupun dari pihak

lain.

Page 53: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

39

3.1.1 Pemilihan Desain Penelitian

Penelian ini mengacu pada pendapat Denzin dan Lincoln (1998) yang

mengatakan bahwa desain penelitian meliputi lima langkah yang saling berurutan,

yaitu:

1. Menempatkan bidang penelitian (Field of inquiry) dengan

menggunakan pendekatan kualitatif/interpretative atau

kuantitatif/verifikasional.

2. Pemilihan paradigma teoritis penelitian yang dapat memberitahukan

dan memandu proses penelitian.

3. Menghubungkan paradigm penelitian yang dipilih dengan dunia

empiris lewat metodologi.

4. Pemilihan metode pengumpulan data.

5. Pemilihan metode analisis data.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menempatkan bidang penelitian

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Langkah selanjutnya yaitu

mengidentifikasi paradigma penelitian, yakni paradigma interpretatif yang dipilih

sebagai panduan, dan kemudian dihubungkan dengan metode studi kasus yang

dipilih sebagai metode penelitian. Data kemudian dianalisis dalam perspektif

tafsir (hermeneutik) atas makna yang muncul dari dalam. Langkah terakhir yaitu

berkaitan dengan metode pengumpulan data dan analisis data. Adapun metode

yang dipilih berupa metode wawancara, analisis dokumen, dan observasi

Page 54: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

40

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan

nilai nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan pariwisata. Denzin

dan Lincoln (2009) penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan

beragam metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik

terhadap subjek kajiannya. Penelitian kualitatif mencakup penggunaan subjek

yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris seperti studi kasus, pengalaman

pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks hasil pengamatan

historis, interaksional, dan visual, yang menggambarkan saat-saat dan makna

keseharian dan problematic dalam kehidupan seseorang.

Pendekatan kualitatif dinilai tepat dalam penelitian ini karena penelitian ini

dikembangkan dengan mengkaji berbagai aspek, seperti nilai, budaya, struktur

organisasi serta aspek-aspek lainnya yang mempengaruhi perkembangan

pariwisata di Kota Solo serta dampaknya bagi ekonomi lokal. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam perspekttif

interpretatif.

3.1.3 Reabilitas dan Validitas Data

Bryman dalam Petra (2010) mengemukakan bahwa reabilitas mengacu

kepada apakah peneliti telah menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam

mengukur kekonsistenan dengan temuan yang telah dikategorikan. Hasilnya stabil

ataukah tidak. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian yang dapat di percaya dan

reliable. Rekaman-rekaman yang dilakukan oleh interview tersebut. Peneliti

menyalin semua kata demi kata dalam wujud verbatim wawancara serta

Page 55: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

41

mempelajari secara berulang-ulang sehingga menjadikan penelitian ini dapat

dipercaya dan representable mungkin. Semua data empiris akan peneliti

cantumkan sebagai lampiran dalam penelitian ini.

Bryman dalam Petra (2010) Validitas adalah kriteria lain yang perlu

dipertimbangkan dalam keabsahan penelitian. Validitas berfokus pada integritas

dan kebenaran dalam membentuk kesimpulan. Di dalam studi kasus ini peneliti

mencoba menggali apakah modal social mampu berperan dalam pembangunan

pariwisata berbasis masyarakat. Namun, di dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan desain eksplorasi untuk menemukan jawaban dalam

pertanyaan penelitian ini. Kesimpulan ditarik dalam penelitian ini melalui

pendekatan eksplorasi karena faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hasil dari

variabel dependent.

Bryman dalam Petra (2010) mengatakan bahwa validitas mengacu pada

apakah hasil penelitan dapat digeneralisasikan dan diterapkan pada konteks lain.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya pendekatan eksplorasi penelitian ini

memberikan lebih pemahaman umum dari masalah ini dan karena itu dapat

sebagai acuan dalam penelitian lain dalam konteks masyarakat yang serupa.

Selain itu proses dalam wawancara berlangsung secara alami tanpa campur tangan

peneliti.

3.1.4 Studi Kasus

Yin (1996) mengatakan bahwa studi kasus ini lebih banyak berkutat pada

atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan “how” (Bagaimana) dan “why”

(mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan “what”

Page 56: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

42

(apa/apakah), dalam kegiatan penelitian. Dikarenakan tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menemukan aspek partisipasi masyarakat dengan nilai modal sosial

terhadap perkembangan pariwisata. maka diperlukan analisis yang mendalam

untuk menelaah masalah atau fenomena yang berkaitan dengan perkembangan

pariwisata. Atas dasar tersebut, metode studi kasus digunakan dalam penelitian ini

untuk menggali mengapa Kota Solo merupakan kota dengan tingkat wisatawan

tertinggi no dua di Jawa Tengah walaupun tidak mempunyai wisata alam yang

diunggulkan. Studi kasus ini merupakan metode yang sesuai untuk digunakan

dalam penelitian ini dalam rangka mengungkapkan fenomena dan permasalahan

yang terkait dengan penelitian tersebut.

Creswell (1998) dalam Herdiansyah (2009) menyatakan bahwa studi kasus

(case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu

sistem yang berbatas (bounded system) pada suatu kasus atau beberapa kasus

secara mendetail, disertai penggalian yang mendalam yang melibatkan beragam

sumber informasi yang kaya akan konteks. Studi kasus merupakan suatu model

penelitian kualitatif tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun

waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus merupakan suatu model yang

bersifat komprehensif, intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan

sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena kontemporer

(berbatas waktu).

Terdapat beberapa bentuk studi kasus yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian dan metodologi yang mendasarinya. Stake (1995) dalam Herdiansyah

(2012:79-80) mengemukakan tiga bentuk studi kasus.

Page 57: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

43

1. Studi Kasus Intrinsik (Intrinsic Case Study)

Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan

mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atas kasus di lakukan

karena alasan peneliti untuk mengetahui secara intrinsic suatu

fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan

ekternal lainnya.

2. Studi Kasus Instrumental (Intrumental Case Study)

Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus untuk alasan

ekternal, bukan karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus

hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal lain di luar kasus

seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada.

3. Studi Kasus Kolektif (Collective Case Study)

Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi

atas fenomena atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus

kolektif ingin membentuk suatu teori atas dasar persamaan dan

keteraturan yang diperoleh setiap kasus.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Hanke dan Reitsch (1998) menyebutkan data primer diperoleh melalui

survey lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal.

Kuncoro (2009) mendefinisikan data primer sebagai data yang dikumpulkan dari

sumber-sumber asli. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh

melalui hasil wawancara mendalam dengan masyarakat seni, budaya, ekonomi,

Page 58: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

44

dan masyarakat sadar wisata di Kota Solo selain itu wawancara juga dilakukan

oleh, dinas terkait (dinas pariwisata dan kebudayaan), pihak akademisi pengamat

pariwisata (dosen ISI, UNS, & Universitas Pariwisata), aktor budaya yang

berperan dalam pariwisata berbasis budaya, komunitas pariwisata, Pokdarwis .

dan berbagai pihak yang telah dipilih menjadi informan.

Pengertian data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan ke masyarakat pengguna. Kuncoro

(2009) menambahkan data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh

pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

literatur, publikasi ilmiah yang berkaitan dengan pariwisata serta dari instansi

terkait seperti dinas kepariwisataan dan kebudayaan, Pemerintah Kota Solo, serta

Badan Pusat Statistik (BPS).

3.2.1 Informan Penelitian

Penulis menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan

sampel pada penelitian ini. Teknik ini mempunyai arti yaitu dengan memilih

subjek penelitian dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari atau

memahami permasalahan pokok yang akan diteliti (Herdiansyah, 2009). Sampel

dalam penelitian ini bukan dikatakan sebagai responden, melainkan lebih tepatnya

sebagai narasumber, partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.

Informan atau narasumber adalah orang-orang yang bisa memberikan informasi-

informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini

yaitu golongan masyarakat seni, golongan masyarakat budaya, kelompok

masyarakat sadar budaya yang berperan dan tinggal di di Kota Solo, dinas terkait

Page 59: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

45

(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata), pihak akademisi pengamat pariwisata

(Dosen, UNS, Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Sahid). Informan diambil

berdasarkan strategi sampling bola salju (snowball sampling). Hal ini dikarenakan

fenomena yang diteliti dapat berkembang menjadi lebih dalam dan lebih luas dari

yang ditentukan sebelumnya sehingga disesuaikan dengan kebutuhan data yang

telah diperoleh.

Tabel 3.1Informan Penelitian

No Aktor Nama Pekerjaan/Aktivitas

1Dinas Kebudayaandan Pariwisata

Gembong HadiWibowo

Bag Kasi Kerjasama

2 UPTD kawasan Solo EndangKepala UPTD/mengelola kawasanBalekambang

3 Keraton Solo KGPH Puger BAPengageng Musium dan KeratonSolo

4 Mangkunegaran Jokostaf pariwisata puramangkunegaran, pengawasanbidang purbakala

5 Yayasan Solo batik Ianwartawan, ketua 2 yayasan SoloBatik Carnival

6 SIPA CommunityWisnu AdiNugraha

Fotografer, Bagian produksi,koordinator produksi ketua SipaCommunity

7 Kelurahan Sondakan Bp Dardji Lurah Sondakan

8 Pokdarwis SondakanBp AndreaAlbisyah Hamsyah

Pengusaha,Ketua PokdarwisSondakan

9 Pelaku Seni Aris SupraptoBerdagang/Ketua Sanggar Taripincuk

10 PHRI Doni Prasetyanto sekretariat PHRI

Page 60: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

46

Lanjutan Tabel 3.1

11 ASSITA Vera Kristinsekretaris eksekutif DPC assitaSolo

12PihakAkademisi/DosenUNS

KP.Bambang AryWibowo.SH

konsultan pariwisata, praktisipariwisata, dosen DIII usahaperjalanan wisata UniversitasSebelas Maret, anggota BadanPromosi Pariwisata Kota Solo

13PihakAkademisi/DosenSTIP SAHID

DR.BudiPurnomo,M Hum

Pimpinan Sekolah TinggiPariwisata Sahid Solo / RektorSekolah Tinggi Pariwisata Solo

14 Masyarakat Lokal Azizah Pengusaha batik

15 Masyarakat lokal WidiyanaPengusaha kain Perca, anggotakelompok usaha kain perca

16 Masyarakat lokal Hernat Sarwani Pengrajin Wayang

17 Masyarakat Lokal Hari LusantoPengrajin blankon, KetuaPaguyuban pengrajin blankon

18 Masyarakat Lokal SuharniAnggota Solo Batik Carnival,pengrajin baju karnaval

19 BPPIS Intan Permatasekretaris eksekutif badan promosipariwisata Indonesia Solo

Sumber : Data Primer

3.2.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Solo. Penentuan lokasi dilakukan dengan

purposive sampling, dimana Kota Solo adalah salah satu kota yang berada pada

segitiga emas Jawa Tengah JogloSemar (jogja Solo Semarang) sehingga

merupakan salah satu magnet perekonomian Jawa Tengah dan memiliki potensi

pariwisata dengan basis seni dan budayanya. Namun, apakah partisipasi

masyarakat di Kota Solo dianggap sudah mampu memaksimalkan perkembangan

pariwisata. Penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi di Kota Solo yaitu Keraton

Solo, Mangkunegaran, Taman balekambang, kesekretariatan Solo Batik Carnival,

kesekretariatan SIPA, Pokdarwis Kelurahan Sondakan, Kelurahan Serengan.

Page 61: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

47

3.2.3 Batasan Permasalahan

Modal sosial mempunyai bermacam-macam definisi, namun dalam

penelitian ini inti modal sosial terletak bagaimana kemampuan masyarakat

melalui komunitasnya bekerja sama membangun jaringan untuk mencapai tujuan

bersama. Kerjasama tersebut terbangun berdasarkan ekspektasi yang mengarah

kepada perilaku kerjasama yang saling menguntungkan antar komunitas.

Ekspektasi ini merupakan aspek kognisi yang mewujud dalam budaya sipil (civic

culture). Sedangkan aspek kognisinya terdiri atas norma, nilai, perilaku, dan

keyakinan. Budaya sipil disini dapat dimaknai sebagai kemampuan warga negara /

masyarakat untuk mengekpresikan dan mengorganisasikan kepentingan melalui

saluran-saluran yang tersedia. (Coleman dalam Yustika, 2006).

Penelitian ini menggali sinergi antara pemerintah dan masyarakat

berdasarkan prinsip komplementarist dan kelekatan (complementarity and

embeddedness) yang merujuk pada hubungan yang saling menguntungkan antara

aktor publik dan aktor privat yang diwujudkan dalam kerangka kerja legal yang

melindungi hak-hak asosiasi yang disampaikan oleh Evan dalam Yustika

(2006:206). Penelitian ini mengacu dari Hasbullah (2006) yang mengatakan

bahwa bentuk modal sosial yang menjembatani atau Bridging Social Capital ini

biasa juga disebut bentuk modern dari suatu pengelompokan, group, asosiasi, atau

masyarakat. Prinsip-prinsip pengorganisasian yang dianut didasarkan pada

prinsip-prinsip universal tentang: (a) persamaan, (b) kebebasan, serta (c) nilai-

nilai kemajemukan dan humanitarian (kemanusiaan, terbuka, dan mandiri).

Page 62: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

48

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan, dan informasi yang dapat

dipercaya (Basrowi dan Suwandi, 2008). Ada beberapa metode pengumpulan data

yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif, yaitu wawancara, analisis

dokumen, archival record, dan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode wawancara, analisis dokumen, dan observasi.

3.3.1 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewer) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaaan itu

(basrowi dan Suwandi 2008). Adapun maksud dan tujuan diadakan wawancara

antara lain untuk mengonstruksikan perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan

harapan pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas

informasi dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi);dan

memverifikasi mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh

peneliti sebagai pengecekan anggota.(Lincoln dan Guba, 1994).

Penelitian ini menggunakan gabungan metode wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur untuk mendapatkan seluruh informasi yang berkaitan

dengan aspek-aspek partisipasi masyarakat dengan nilai modal sosial dalam

perkembangan pariwisata serta dampaknya bagi ekonomi lokal. Subyek yang

diwawancarai ialah masyarakat yang tergabung dalam komunitas yang

Page 63: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

49

mendukung perkembangan pariwisata, stakeholder yang berperan dalam

perkembangan pariwisata, akedemisi, serta penduduk lokal yang mendapat

dampak ekonomi dari perkembangan pariwisata.

Wawancara terbuka dilakukan secara individu antara pewawancara dan

informan dengan durasi antara lima menit sampai dengan dua jam. Hasil

wawancara disimpan menggunakan tape recorder dan handycam dan sebagian

dari hasil wawancara tersebut dicatat di dalam buku catatan untuk pertanyaan-

pertanyaan singkat. Adapun pertanyaan yang dikemukakan dalam wawancara ini

adalah seputar bagaimana partisipasi masyarakat serta jalinan kerjasama yang

dibuat, peran terhadap perkembangan pariwisata, serta apa dampaknya bagi

ekonomi lokal. Lebih lanjut, wawancara ini juga dilakukan untuk mengetahui

anggapan informan mengenai pariwisata serta membentuk perkembangan

pariwisata melalui wadah yang berupa komunitas.

3.3.2 Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana

peneliti melihat dan mengamati objek secara visual sehingga validitas data

juga tergantung pada kemampuan observer dalam melakukan pengamatan.

Obervasi dilakukan dengan melibatkan diri secara aktif dengan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengetahui langsung aktivitas

dan interaksi masyarakat dalam hal yang diteliti (Basrowi dan Suwandi,

2008). Melalui observasi ini, peneliti dapat mengamati secara langsung segala

bentuk perilaku dan kondisi yang ada, serta memperoleh gambaran mengenai

Page 64: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

50

permasalahan yang ingin diteliti sehingga segala bentuk fenomena yang ada

bukan hanya sebatas persepsi peneliti.

Dalam penelitian ini, observer berperan sebagai partisipan. Peneliti

terjun langsung ke lingkungan dan turut berpartisipasi dalam kegiatan

keseharian sekaligus mengamati segala bentuk aktivitas lingkungannya. Objek

observasi akan difokuskan pada aktivitas yang berkaitan dengan partisipasi

masyarakat dalam bentuk even, di mana hal tersebut berhubungan langsung

dengan partisipasi yang terjadi untuk perkembangan pariwisata, dan bagaimana

proses pengambilan keputusan dan tindakan atas aktivitas yang terjadi.

Aktivitas observasi ini merujuk pada pendapat yang diungkapkan oleh

Basrowi dan Suwandi (2008), di mana kegiatan observasi pada penelitian ini

dilakukan dengan mengamati secara garis besar hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan yang ingin diteliti, lalu mengidentifikasi aspek-aspek penting

yang menjadi pusat perhatian, dan dilanjutkan dengan membatasi objek

pengamatan serta melakukan pencatatan selama kegiatan observasi dilakukan.

Selama proses observasi, setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk

gambar atau foto menggunakan perangkat audiovisual. Selain bertujuan

untukmeningkatkan kredibilitas penelitian, dokumentasi ini juga bertujuan

untuk mempermudah proses penyampaian informasi dan menjadi bukti fisik

yang mendukung hasil penelitian.

Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan

data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu (Herdiansyah,

2009). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara

Page 65: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

51

mendalam dan dokumentasi. Sebelum melakukan wawancara mendalam, penulis

terlebih dahulu menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan

agar terstruktur sedemikian rupa.

3.4 Metode Analisis Data

Pemilihan alat analisis data menjadi kendala yang dihadapi dalam

penelitian kualitatif. Pada dasarnya, menganalisis data dilakukan selama proses

pengumpulan data dilakukan. Mengacu kepada teknik analisis data kualitatif

milik Miles dan Huberman (1992), teknik analisis data kualitatif pada penelitian

ini mencakup tiga langkah, yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Reduksi data berfungsi untuk menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan

mengorganisasi, sehingga interpretasi dapat ditarik (Basrowi dan Suwandi 2008).

Pada tahap reduksi data dalam penelitian ini, data hasil wawancara ditranskripkan

dan disusun secara sistematis yang diikuti dengan pembuatan kode (coding) atas

tema-tema yang muncul secara konsisten ketika analisis hasil wawancara

dilakukan. Proses pembuatan kode (coding) dilakukan terhadap elemen kunci dari

analisis hasil wawancara yang tertuang dalam transkrip wawancara. Dalam tahap

ini pula, transkrip wawancara, observasi, maupun analisis dokumen, diberi kode

sesuai tema yang telah ditetapkan dalam tujuan penelitian dan kerangka pemikiran

yang disusun oleh peneliti.

Berkaitan dengan tahap penyajian data, dalam penelitian ini data

disajikan dalam bentuk naratif atas fenomena yang terjadi dan disertai

dengan kutipan wawancara sesuai dengan tema-tema tertentu yang diangkat

Page 66: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

52

dalam penelitian. Tahap penyajian data ini dimaksudkan untuk memberikan

kemudahan dalam membaca dan menarik kesimpulan.

Dari uraian di atas, peneliti menyusun langkah analisis yang akan

dilakukan, yakni:

1. Dari data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

kemudian diorganisir persamaan dan perbedaannya sesuai

dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan.

2. Menentukan tema dan memberi kode untuk setiap tema dari data-

data yang telah diorganisir.

3. Mencari keterkaitan antar tema.

4. Interpretasi atas temuan sesuai dengan keterkaitan antar tema

dengan menggunakan teori yang relevan.

5. Hasil interpretasi data dituangkan dalam deskriptif analitik

kontekstual yang dituangkan dalam Bab IV dan Bab V.

Berkaitan dengan hal validitas data penelitian, penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi. Teknik triangulasi merujuk pada suatu proses pemanfaatan

persepsi yang beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi

kemungkinan pengulangan dari suatu observasi ataupun interpelasi, namun harus

dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat

diulang (Denzin dan Lincoln, 2009).

Bungin (2010) menjelaskan bahwa teknik triangulasi lebih mengutamakan

efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi

Page 67: nilai-nilai modal sosial yang terkandung dalam perkembangan

53

dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan

sudah berjalan dengan baik. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan yaitu:

1. Membuat dan menghimpun catatan harian wawancara serta

catatan harian observasi.

2. Lakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian tersebut

untuk memastikan bahwa tidak ada informasi yang bertentangan

antara catatan harian wawancara dengan catatan harian observasi.

Uji kembali hasil konfirmasi terhadap informasi-informasi sebelumnya.

Hal ini perlu dilakukan karena bisa saja kemungkinan terjadi pertentangan

antara hasil konfirmasi dengan informasi yang telah dihimpun sebelumnya.

Apabila terjadi pertentangan, peneliti terus menelusuri perbedaan-perbedaan

itu sampai peneliti menemukan sumber perbedaan dan materi perbedaannya,

kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain.

Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan dan data-data tersebut telah

dianalisis, kemudian ditarik sebuah kesimpulan dan dilakukan uji pemahaman. Uji

pemahaman dapat dilakukan di akhir penelitian ketika semua informasi sudah

dipresentasikan dalam draf laporan dan kemudian dipublikasikan.