51
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-AHQAAF AYAT 15 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Deni Muhammad Ryan NIM 1112011000073 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45306/1/DENI...NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAH

  • Upload
    vuthu

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG

TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAH

AL-AHQAAF AYAT 15

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Deni Muhammad Ryan

NIM 1112011000073

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

i

ABSTRAK

Deni Muhammad Ryan (NIM: 1112011000073). Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahqaaf Ayat 15

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan

Islam yaitu pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama Islam yakni

Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui penelusuran

data-data atau library research. Library research adalah serangkaian kegiatan

yang berhubungan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,

mencatat serta mengolah bahan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode tahlili yaitu metode tafsir yang digunakan oleh para

ahli tafsir, penelitian ini menggunakan sumber utama kitab tafsir yaitu tafsir al-

Misbah dan didukung oleh beberapa sumber sekunder lainnya. Dimulai dengan

menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafazh yang

terkandung di dalamnya, menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi

kandungan ayat. Adapun metode pembahasannya menggunakan metode

deskriptif-analisis yaitu dengan cara mengumpulkan data, analisis data kemudian

terakhir menarik kesimpulan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa, nilai-nilai pendidikan agama Islam

yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Ahqaaf ayat 15 yaitu meliputi:

berbuat baik kepada orang tua, berdoa, bersyukur dan bertobat.

Kata kunci: Pendidikan Islam

ii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, berkat Hidayah, Ridho , dan Inayah-Nya, penyusunan skripsi

ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam, secara khusus disampaikan kepada

Rosulullah SAW atas segala keteladanan dan pengorbanan beliau untuk mendidik

pengikut dan ummatnya, agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Skripsi ini saya buat sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai

gelar sarjana pendidikan. Yang mana di dalamnya membahas tentang nilai-nilai

pendidikan Islam.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini tidak

akan terselesaikan tanpa bantuan, motivasi serta dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya

kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M,Ag. Kepala Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA yang telah membimbing,

mengarahkan dan memberi motivasi kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Ghufron Ikhsan, MA. Dosen Pembimbing akademik yang telah membantu

dan memberikan saran kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan jajaran staff jurusan pendidikan agama Islam.

7. Teristimewa untuk ibunda tercinta Hj Entin dan Almarhum ayahanda

tercinta Drs, H. Komarudin yang tiada henti selalu memberikan semangat,

bimbingan dan kasih sayang kepada penulis.

iii

8. Saudaraku Dadang Saktina Komara dan Lilis Citra Komara yang selalu

memberikan dukungan dan semangat.

9. Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 yang

selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Diharapkan skripsi ini dapat menambah wawasan kita, khususnya mengenai

pembahasan yang ada di dalamnya.

Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata saya ucapkan syukron jaziilan kepada semua pihak yang telah

berperan dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhoi setiap usaha kita. Amin

Jakarta, 30 April 2019

Deni Muhammad Ryan

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1

B. Idendifikasi Masalah................................................................................6

C. Pembatasan masalah................................................................................6

D. Perumusan Masalah.................................................................................6

E. Tujuan Penelitian.....................................................................................6

F. Manfaat Penelitian...................................................................................7

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam.........................................................8

1. Pengertian Nilai................................................................................8

2. Pengertian Pendidikan......................................................................9

3. Pengertian Pendidikan Islam..........................................................13

B. Dasar – Dasar Pendidikan Islam............................................................17

C. Tujuan Pendidikan Islam.......................................................................18

D. Penelitian Yang Relevan.......................................................................21

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Wkatu Penelitian.................................................................25

B. Metode Penelitian.................................................................................25

v

C. Fokus Penelitian...................................................................................26

D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 26

E. Teknik Analisis Data............................................................................27

BAB IV: HASIL ANALISIS

A. Tafsir Surah Al-Ahqaaf Ayat 15..........................................................29

1. Kosakata Surah Al-Ahqaaf Ayat 15..............................................30

2. Asbabun Nuzul...............................................................................31

3. Munasabah Surah Al-Ahqaaf Ayat 15...........................................32

4. Tafsir Surah Al-Ahqaaf Ayat 15....................................................32

B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam QS.Al-Ahqaaf

Ayat 15.................................................................................................41

1. Berbuat baik kepada orang tua.................... ..................................42

2. Berdoa ...........................................................................................46

3. Bersyukur.......................................................................................54

4. Bertobat..........................................................................................60

BAB V: KESIMPULAN......................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................71

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Qurais Shihab, “Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt sebagai

bukti kebenaran Nabi Muhammad saw, dengan fungsi utamanya adalah

sebagai petunjuk untuk umat manusia”.1 Yakni untuk mengeluarkan manusia

dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke

jalan yang lurus. Mengenai fungsi utama al-Qur’an sebagai petunjuk, hal

tersebut dapat dipahami sebagaimana Allah swt berfirman:

/(٥٨١:٢)البقرة

Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan

(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-

penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang

bathil).” (Q.S.Al-Baqarah [02]: 185)

Menurut Nursyamsu, “Keberadaan al-Qur’an telah ditetapkan sebagai

kitab suci akan senantiasa terpelihara di sepanjang masa. Keterlibatan Allah

swt secara langsung dan manusia dalam memelihara al-Qur’an menjadikanya

selalu eksis baik secara lafaz maupun makna, dan karena itu pulalah al-

Qur’an menjadi mukjizat”.2

Al-Qur’an dengan fungsinya sebagai petunjuk bagi umat manusia, ia

diturunkan dengan membawa kebenaran yang di dalamnya tidak terdapat

keraguan, sebagaimana Allah swt berfirman:

1 M. Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), h. 27 2 Nursyamsu, “Al-Qur’an Sebagai Sumber dan Ideologi Pendidikan Islam”, Jurnal

Muta‟aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang, vol. 1, 2017, h. 141.

2

/(٥٨٥)البقرة Artinya: “Kitab ini (al-Qur‟an) tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk

bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S.Al-Baqarah [02]: 185)

Dengan al-Qur’an manusia mendapat bimbingan, petunjuk nasihat dan

pelajaran. Itulah sebabnya Allah swt memerintahkan kepada seluruh umat

manusia untuk memperhatikan dan mempelajari al-Qur’an.

Secara garis besar menurut Quraish Shihab, al-Qur’an mempunyai tiga

petunjuk pokok:

1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia

yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan

akan kepastian adanya hari pembalasan.

2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan

norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia

dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan

dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. 3

Dengan merujuk kepada pendapat Qurais Shihab dapat dipahami bahwa

al-Qur’an dengan fungsinya sebagai petunjuk memberikan panduan kepada

manusia tentang berbagai prinsip termasuk tentang pendidikan di mana dalam

al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip

pendidikan ini. Karena itu umat Islam dituntut harus cerdas dalam mengambil

ayat tersebut untuk dapat dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan

pendidikan.

Pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengembangkan semua potensi anak didik, baik dari segi

jasmani maupun rohani sehingga terbentuk kepribadian yang utama. Dengan

dijadikanya al-Qur’an sebagai landasan maka pendidikan yang akan terlahir

adalah pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai ilahiah di mana tujuannya

juga bukan hanya berorientasi pada pembentukan kepribadian semata, tetapi

3 Shihab, op. cit., h. 40.

3

lebih kepada kepribadian muslim yang taat kepada Allah sebagai perwujudan

dari nilai-nilai fundamental yang bersumber dari al-Qur’an. Pendidikan

seperti itulah yang dinamakan sebagai pendidikan Islam.

Menurut Ali Mahsun, “Aktifitas kependidikan Islam timbul sejak adanya

manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat yang pertama kali

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bukan perintah tentang shalat,

puasa dan yang lainnya, tetapi justru perintah iqra‟ (membaca, merenungkan,

menelaah, meneliti atau mengkaji)”.4 Sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an

surat al-Alaq ayat 1:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan..”(Q.S Al-

Alaq [96]: 1)

Menurut Muh Mustakim, “Konsep ini menunjukan bahwa langkah awal

dari konsep pengembangan diri manusia adalah pendidikan, yaitu perintah

membaca, mengkaji dan menganalisa. Dan kesemuanya itu tiada lain adalah

proses dari pendidikan. Maka dari itu, jelaslah bahwa Islam adalah agama

yang selalu mendorong umatnya untuk belajar dan mengembangkan diri”.5

Pendidikan Islam mempunyai fungsi yang sangat vital selain

mengembangkan potensi kognitif dan psikomotorik tetapi juga berperan

dalam pembentukan potensi afektif. Dan orang yang bertanggung jawab

dalam menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan tersebut adalah orang tua.

Maka sebagai orang tua wajib untuk menanamkan nilai-nilai positif yang

bersumber dari al-Qur’an pada anak sehingga akan menciptakan seseorang

yang mempunyai kepribadian yang berkualitas dengan taat kepada Allah swt.

Pendidikan yang bersumber dari nash maupun sunnah sangat penting

untuk ditanamkan pada diri seseorang, karena dengan memiliki pemahaman

yang baik maka seseorang senantiasa menempuh jalan yang hak, mampu

4 Ali Mahsun, “Pendidikan Islam dalam Arus Globalisasi”, Episteme Jurnal

Pengembangan Ilmu Keislaman, vol. 8, 2013, h. 260.

5 Muh Mustakim, “Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif

Islam)”, At-Tajdid Jurnal Ilmu Tarbiyah, vol. 1, 2012, h. 168.

4

mengendalikan kelakuannya, serta mengetahui mana perbuatan yang positif

dan mana perbuatan yang negatif. Inilah yang dituntut Islam dari kita.

Dalam al-Qur’an banyak ayat yang memuat tentang prinsip pendidikan,

di antaranya adalah surat Al-Ahqaaf ayat 15, ayat tersebut menerangkan

tentang sikap anak yang harus berbakti dan berbuat baik kepada orang tuanya

sebagai balas jasa terhadap jerih payah mereka. Mengingat orang tua telah

banyak berjasa terhadap anaknya terutama ibu yang telah banyak berjuang

dan berkorban demi anaknya selama mengandung, melahirkan hingga

menyusui selama tiga puluh bulan atau kurang lebih dua tahun. Kemudian

setelah anak tersebut dewasa dan mencapai usia empat puluh tahun ia berdo’a

dan mendo’akan orang tua serta keturunannya agar bisa beramal saleh,

bersyukur, bertobat dan menjadi muslim yang baik.

Berdasarkan wawancara penulis dengan ahli tafsir kurang lebih penulis

dapat menyimpulkan bahwa dalam surat Al-Ahqaaf ayat 15 mengandung

beberapa nilai pendidikan di antaranya adalah Berbuat baik pada orang tua,

berdo’a, bertobat dan bersyukur kepada Allah swt.6

Salah satu nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Ahqaaf ayat

15 tersebut adalah tentang sikap anak terhadap orang tua. Pendidikan tersebut

dinilai sangat penting, mengingat sungguh besar pengorbanan mereka

terhadap anaknya terutama ibu dari mulai mengandung, melahirkan hingga

menyusui bahkan mengasuh mereka sampai dewasa. Bahkan ajaran Islam

mengajarkan bahwasanya ridha Allah swt terletak pada ridha orang tua dan

murka Allah swt bergantung pada murka orang tua sebagaimana sabda

Rasullulah saw:

هما أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم عن عبد اهلل بن عمرو بن العاص رضي اهلل عن

قال: رضا الرب في رضا الوالد، وسخط الرب في سخط الوالد

Artinya: “dari „Abdullah bin „Amr bin „Ash radhiyallaahu „anhuma, bahwa

Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah

6Hasil wawancara dengan Salman Harun, dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Jakarta, tanggal 08 Maret 2017, di kediaman Narasumber.

5

bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada

kemurkaan orang tua”.7

Melihat hadits di atas dapat kita pahami bahwa begitu tingginya

kedudukan orang tua dalam Islam, bahkan ridha Allah pun terletak pada ridha

mereka, jadi sebaik apapun akhlak dan ibadah seorang hamba kepada Allah

tidak akan berarti selama ia tidak berbuat baik terhadap orang tuanya.

Mengacu pada pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa

penelusuran terhadap nilai-nilai yang ada dalam al-Qur’an menjadi penting,

karena setidaknya akan ditemukan konsep-konsep pendidikan yang tidak

hanya berorientasi pada pengembangan manusia secara intelektual tetapi juga

berorientasi pada pembentukan watak dan etika manusia.

Tetunya masih banyak nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam surat

Al-Ahqaaf ayat 15 yang tidak bisa dijelaskan dalam bab 1 ini. Untuk lebih

jelas lagi tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat al-ahqaaf ayat 15 akan

dibahas pada bab IV

Alasan pemilihan Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 adalah karena penulis menilai

bahwa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat tersebut sangat

penting untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

maksud dari diturunkanya al-Qur’an akan tercapai secara maksimal, jadi

bukan hanya sebagai bacaan tapi mampu diamalkan dalam kehidupan

terutama oleh umat muslim.

Akan tetapi untuk memahami isi kandungan serta maksud dari suatu ayat

al-Qur’an diperlukan upaya secara komprehensif dengan cara merujuk kepada

pendapat para mufassir, dengan begitu maka seseorang dapat mengetahui

kandungan serta maksud dari suatu ayat, termasuk dalam hal ini adalah

konsep mengenai pendidikan, sehingga seseorang dapat mengaplikasikan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih jauh tentang nilai-nilai pendidikan dalam Q.S. Al-Ahqaaf

7Abu Isa Muhammad bin Isa bin Tirmidzi, Jami‟ Shahih Sunan at-Tirmidzi, (Kairo: Dar

Al-Hadis, 2010), juz 4, h. 88.

6

ayat 15 dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung

Dalam Q.S. Al-Ahqaaf Ayat 15.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas maka

penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yaitu: nilai-

nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.

C. Pembatasan Masalah

Agar terhindar dari luasnya pembahasan dan penelitian ini, maka peneliti

membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada isi kandungan Q.S. Al-

Ahqaaf ayat 15 dan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam

Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.

D. Perumusan masalah

1. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung di dalam Q.S.

Al-Ahqaaf ayat 15 ?

2. Bagaimana pendapat para mufassir tentang isi kandungan al-Qur’an

surat Al-Ahqaaf ayat 15 ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung

dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.

2. Untuk mengetahui pendapat para mufassir tentang isi kandungan Q.S.

Al-Ahqaaf ayat 15.

7

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah khazanah pengetahuan keislaman kepada penulis.

2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pambaca tentang hasil

penelitian yang terkandung dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.

3. Mengetahui bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap nilaii-nilai

pendidikan Islam yang berlaku sehari-hari.

8

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti di antaranya sebagai

“taksiran harga, potensi, kualitas serta hal-hal atau sifat-sifat yang bermanfaat

atau penting untuk kemanusiaan atau sesuatu yang menyempurnakan manusia

sesuai dengan hakikatnya”.1

Dari definisi di atas nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang penting

dan dapat memberikan manfaat bagi manusia. karena dengan nilai maka

manusia dapat mengetahui kadar atau kualitas sesuatu, dan dengannya pula

manusia dapat mengetahui arah sehingga ia mampu membedakan mana yang

benar dan mana yang salah dalam hidupnya.

Adapun pendapat lain mengenai nilai seperti yang dikemukakan oleh

Zakiah Darajat dalam bukunya dasar-dasar agama Islam, “Nilai diartikan

sebagai suatu perangkat keyakinan ataupun suatu identitas yang memberikan

corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun

perilaku”.2 Oleh karena itu sistem nilai dapat merupakan standar umum yang

diyakini, yang diserap daripada keadaan objektif maupun diangkat dari

keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau

diwahyukan Allah swt yang pada gilirannya menjadi idenditas umum yang

oleh karenanya menjadi syari‟at umum.

Dari definisi nilai di atas penulis memahami bahwasanya nilai adalah

suatu hal yang hadir dalam diri manusia melalui perasaan atau keyakinan

serta mempengaruhi pola pikir dan melahirkan suatu tindakan berdasarkan

keyakinannya. Tindakan yang lahir dari seseorang berdasarkan keyakinan

menurut Zakiah Darajat disebut dengan norma. Dengan demikian dapat

dipahami bahwasanya norma merupakan penjabaran dari nilai sesuai dengan

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), h. 783. 2 Zakiah Darajat dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.

260

9

sifat tata nilai. Demikian juga tata norma ada yang bersifat standar atau ilahi

dan karenanya normatif dan ada yang bersifat kekinian atau berlaku sekarang

dan disebut juga deskriptif yaitu suatu norma yang dirumuskan berdasarkan

kenyataan yang berlaku.

Sebagaimana yang dijelaskan berdasarkan definisi di atas maka dapat

diketahui bahwa sumber nilai berasal dari dua sumber, yang pertama adalah

sumber ilahiah sebagaimana ajaran Islam yang merujuk kepada al-Qur‟an dan

sunnah. Nilai-nilai yang bersumber dari keduanya seperti nilai-nilai ibadat,

keimanan serta akhlak menjadi pedoman bagi umat Islam ketika menjalankan

aktifitasnya. Sedangkan sumber yang kedua berasal dari ra‟yu atau akal serta

adat istiadat seperti nilai moral yang memandang baik dan buruk suatu

perbuatan dengan berdasarkan akal. Dan dengan mengetahui adat maka

seseorang dapat berinteraksi dengan baik ketika hidup bermasyarakat.3

Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya nilai adalah

sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan

mengacu kepada nilai maka tidak akan tersesat karena nilai berperan

menunjukan kepada arah yang benar. Dalam hal ini nilai yang paling tinggi

adalah nilai ilahiah, yaitu nilai yang berasal dari Allah swt kepada umatnya

yakni al-Qur‟an dan sunnah yang diutus melalui nabinya Muhammad saw.

Dengan menjalankan petunjuk dari keduanya sebagai landasan dalam hidup

maka seseorang dapat mencapai tujuan tertinggi dalam hidupnya yaitu

kebaikan dunia dan akhirat.

2. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan merupakan terjemah dari bahasa yunani paedagogie

yang berarti “pendidikan” dan pedagogia yang berarti “pergaulan dengan

anak-anak”. Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik

dalam pertumbuhanya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagosos. Istilah

3 Ibid., h. 262.

10

Paedagogos berasal dari kata Paedos (anak) dan agoge (saya membimbing

dan memimpin). 4

Dengan mengacu kepada definisi di atas maka pendidikan dapat diartikan

sebagai proses edukatif berupa bimbingan atau arahan yang dilakukan oleh

orang dewasa terhadap anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani

dan rohani kearah kedewasaan.

Namun ketika kita melihat definisi di atas pendidikan nampak hanya

ditekankan pada anak-anak dan orang dewasa sebagai pembimbing, padahal

prinsip belajar atau menuntut ilmu hendaknya dilakukan oleh manusia sejak

ia dilahirkan sampai akhir hidupnya, karena itu penulis memahami bahwa

pendidikan tidak ditentukan oleh faktor usia karenanya tidak menutup

kemungkinan adanya peserta didik yang berumur dewasa bahkan tua dan

pendidik lebih muda dari peserta didiknya, karena itu untuk lebih memahami

makna tentang pendidikan kita dapat melihat pada pendapat para tokoh

pendidikan.

Menurut Ahmad D. Marimba, “Pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.5

Dari definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D Marimba tersebut dapat

dipahami bahwa pendidikan adalah upaya-upaya yang bersifat membimbing

dan mengarahkan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam

kondisi sadar dalam rangka mengembangkan seluruh aspek pada anak didik

yang meliputi perkembangan jasmani yaitu

serta rohani

secara maksimal sehingga dapat mencapai tujuan yaitu

terbentuknya personalitas atau kepribadian yang utama pada anak didik.

4 Lihat Armai Arief, Reformulasi pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 17

5 A. Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), h. 24

11

Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, “Pendidikan adalah proses

perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.6

Melihat definisi pendidikan yang dikemukakan oleh kedua tokoh di atas

tidak ditemukan adanya perbedaan yang mendasar tentang makna pendidikan,

yakni keduanya memandang bahwa pendidikan adalah berbagai upaya yang

dilakukan, yang berorientasi pada perubahan tingkah laku atau kepribadian.

Istilah pendidikan dalam bahasa inggris adalah education, berasal dari

kata to educate, yaitu “mengasuh, mendidik”. Dalam Dictionary of Education,

Education adalah “kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku yang bernilai positif di

dalam masyarakat”. Istilah education juga bermakna “proses sosial tatkala

seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khususnya lingkungan sosial) sehingga mereka dapat memiliki kemampuan

sosial dan perkembangan individual secara optimal”.7

Sedangkan menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada

Bab 1, Pasal 1, Ayat 1 dijelaskan bahwasanya “Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara”.8

Ketika kita membandingkan istilah pendidikan dari barat dan istilah

pendidikan yang dianut di Indonesia keduanya mempunyai kemiripan yakni,

keduanya memandang bahwasanya pendidikan merupakan sebuah proses di

mana anak didik diarahkan untuk bisa mengembangkan potensi dirinya

kearah positif sehingga mampu menjalankan perannya dalam kehidupan

6 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 13

7 Ibid., h. 14

8 Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: CV. Tamita

Utama, 2004), h. 4

12

bermasyarakat dengan baik. Namun yang menjadi perbedaan di antara

keduanya adalah pendidikan di Indonesia mengarahkan anak didiknya untuk

memahami pengetahuan spiritual sehingga kepribadian yang terbentuk bukan

hanya positif secara etika tetapi juga berlandaskan pada nilai-nilai spiritual

ketuhanan.

Adapun dalam dunia pendidikan Islam, pendidikan dikenal dengan

beberapa istilah di antaranya Tarbiyah, Ta‟lim dan Ta‟dib. Menurut Waini

Rasyidin, “Konsep yang paling relevan dengan ilmu pedagogik ialah

tarbiyah”.9 Konsep tarbiyah terkait dengan bahasa arab (Rabb), yang berarti

tuhan semesta alam (pencipta, penguasa dan pemelihara yang mendidik

segala ciptaan dan makhluknya. Pendidikan di sini meliputi skala mikro yaitu

pendidikan terhadap anak-anak usia balita hingga baligh maupun makro yaitu

pendidikan orang tua terhadap anak yang dilakukan sepanjang hayat.

Sedangkan Ta‟lim adalah kegiatan pendidikan termasuk

pengajaran/pembelajaran dalam arti luas, yaitu pengajaran individual maupun

pengajaran siswa dan mahasiswa secara formal dan nonformal. Adapun

istilah Ta‟dib adalah proses bantuan sepanjang hayat (40 tahun keatas/life

long education) kearah adab akhlak mulia, nilai dan peradaban maju untuk

menuju masyarakat baru madani yang diharapkan, sejak dari masa sekarang

dan masa depan.10

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam prakteknya

pendidikan merupakan usaha sadar untuk membimbing pertumbuhan dan

perkembangan anak didik yang dilakukan dengan sengaja dan terencana

melalui proses bimbingan, pengajaran dan latihan atau pembiasaan yang

dapat membangkitkan suasana belajar dan proses pembelajaran, yang

menjadikan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi kepribadian

dan kemampuan dirinya ketingkat kedewasaan dalam arti memiliki kekuatan

9 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014), h. 21

10Ibid., h. 23

13

dan kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara dan hal itu dapat dilaksanakan di dalam atau

di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

3. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam dikenal beberapa pendapat

yang mengartikan tentang pendidikan Islam. Salah satunya Omar Muhammad

Al-Toumy al-Syaebany menurutnya, “Pendidikan Islam diartikan sebagai

usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau

kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui

proses kependidikan, dimana perubahan itu dilandasi nilai-nilai islami”. 11

Bertolak dari definisi tersebut jelaslah bahwa proses kependidikan

merupakan rangkaian usaha untuk membimbing serta mengarahkan potensi

hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan belajar,

sehingga terjadilah perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai

makhluk individual dan sosial serta dalam hubunganya dengan alam sekitar di

mana dia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai islami,

yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari‟ah dan akhlak al-

karimah.

Sedangkan menurut Ahmad D Marimba, “Pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam. Yang dimaksud dengan kepribadian utama di sini adalah

kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama

Islam, memilih dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan

bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”.12

Berpijak pada definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D Marimba di

atas maka pendidikan Islam dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan

oleh pendidik berupa bimbingan atau arahan untuk mengembangkan semua

aspek yang ada pada peserta didik yang meliputi perkembangan jasmani atau

11 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 15

12

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Almaarif,

1980), hlm. 23

14

rohani pada peserta didik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam

guna mencapai tujuan yaitu kepribadian muslim.

Adapun menurut Zakiah Darajat, “Pendidikan Islam didefinisikan

sebagai suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar

senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Setelah itu,

menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan

Islam sebagai pandangan hidup”.13

Dari definisi pendidikan yang dikemukakan oleh Zakiah Darajat dapat

dipahami bahwa pendidikan Islam adalah pembinaan dengan memberikan

pemahaman secara komprehensif tentang nilai-nilai atau ajaran Islam pada

peserta didik hingga nilai-nilai tersebut mengkristal dalam jiwa, dan nilai-

nilai tersebut akan muncul ke permukaan dengan melahirkan tingkah laku

yang islami.

Sedangkan menurut Muhammad S.A.Ibrahimy, “Pendidikan Islam adalah

suatu sistem pendidikan yang memungkinkan manusia untuk memimpin

hidupnya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga ia dengan mudah mampu

mencetak hidupnya sesuai dengan ajaran Islam”.14

Dari terminologi tersebut dapat dipahami bahwasanya pendidikan Islam

adalah pendidikan yang menjadikan nilai Islam sebagai dasar atau pondasi

dalam pelaksanaan pendidikanya sehingga seluruh kegiatan yang dilakukan

diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terbentuknya

insan kamil.

Sedangkan menurut Yusuf Qardawi, “Pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, ruhani dan jasmaninya,

serta akhlak dan keterampilanya. Pendidikan Islam menyiapkan manusia

untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan

untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatanya,

manis dan pahitnya”.15

13 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 27.

14

Ibid., h. 26.

15

Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2005), hlm. 180

15

Dengan demikian dapat dipahami bawa Pendidikan Islam dalam

pandangan Yusuf Qardawi adalah pendidikan yang sesuai dengan prinsip

ajaran Islam yaitu harus menyentuh seluruh aspek pada diri manusia secara

utuh meliputi akal dan hatinya, hal itu pula yang diyakini dalam ajaran Islam

yakni ketika hati baik maka akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang

positif sesuai dari apa yang tercermin dari hati dan akalnya.

Adapun menurut hasil rumusan seminar pendidikan Islam seindonesia

tahun 1960, memberikan pengertian, “Pendidikan Islam adalah sebagai

bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan

mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. 16

Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih

mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melaui proses

setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan

takwa dan akhlak serta menegakan kebenaran sehingga terbentuklah manusia

yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.

Berdasarkan hasil rumusan seminar pendidikan Islam seindonesia

tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian usaha

berupa bimbingan, yang di mana bimbingan tersebut dilakukan secara

bertahap dengan tujuan memberikan pengaruh pada peserta didik sehingga

diharapkan tercipta kepribadian yang selaras dengan nilai-nilai serta ajaran

Islam.

Sedangkan menurut H.M Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam

berpandangan bahwasanya, “Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa

muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik

melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan

perkembanganya”.17

16 Arifin, loc. cit.

17

Ibid., h. 22

16

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa secara teoretis pendidikan mengandung

pengertian “ memberi makan” ( opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga

mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan

“menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Bila ingin diarahkan kepada

pertumbuhan sesuai ajaran Islam maka harus berproses melalui sistem

kependidikan Islam, baik melaui kelembagaan maupun sistem kurikuler.18

Jadi berdasarkan paparan di atas menurut penulis ada beberapa unsur

yang ada dalam sistem pendidikan Islam di antaranya adalah:

a. Usaha berupa bimbingan atau arahan yang dilakukan oleh pendidik kepada

peserta didik di mana bimbingan tersebut dilakukan secara sadar dan

terencana.

b. Adanya materi pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam

yaitu al-Qur‟an dan as-Sunnah untuk ditanamkan pada jiwa anak didik.

c. Adanya pendidik yang bertugas untuk membimbing serta mengarahkan

anak didiknya sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik

d. Adanya peserta didik yang diarahkan serta dibimbing oleh pendidik

e. Pendidikan itu mempunyai dasar sebagai landasan dalam pelaksanaannya

dan juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai

Dari berbagai definisi yang telah penulis paparkan di atas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwasanaya pendidikan Islam adalah rangkaian usaha

yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk mengembangkan

seluruh potensi pada anak didik. Di mana usaha tersebut dilakukan secara

sadar dengan mentransfer pemahaman tentang nilai-nilai atau ajaran Islam

sampai mereka memahami dengan akal dan meyakini dengan hatinya,

sehingga nilai-nilai ajaran Islam benar-benar menyatu dan mengkristal dalam

jiwanya, hingga melahirkan tindakan-tindakan positif yang sesuai dengan

nilai-nilai ajaran Islam.

18 Ibid.

17

B. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan Islam mempunyai asas atau

dasar sebagai landasan. Adapun yang menjadi dasar dalam pendidikan Islam

menurut Abudin Nata adalah “Al-qur‟an dan Sunnah, dengan berlandaskan

pada dua sumber tersebut maka pendidikan Islam dapat membentuk visi,

misi, tujuan, kurikulum dan lainnya serta prinsip-prinsip yang harus dipegang

teguh dalam rangka pengembangan pendidikan Islam”.19

Dengan melakukan kajian terhadap niliai-nilai yang ada dalam al-

qur‟an dan sunnah maka akan ditemukan berbagai prinsip diantaranya prinsip

hubungan yang erat, seimbang dan harmonis dengan Tuhan, manusia dan

alam, pendidikan untuk semua (education for all), pendidikan seumur hidup

(long life education), pendidikan yang berorientasi pada kualitas, pendidikan

yang unggul, pendidikan yang terbuka, demokratis, adil, egaliter, dinamis,

manusiawi dan sesuai dengan fitrah manusia, seimbang antara pendidikan

yang mendukung kecerdasan akal, spititual, sosial emosional, kinestetis, seni,

etika, dan lainnya profesioanl, berorientasi pada masa depan, menjadikan

pendidikan sebagai alat untuk mewujudkan kedamaian, kesejahteraan,

keamanan, dan ketentraman dan lainnya.20

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Ahmad D Marimba, “Al-

Qur‟an dan Hadist adalah pundamen pendidikan Islam”.21

Al-qur‟an sebagai

sumber kebenaran dalam Islam. Kebenarannya tidak dapat diragukan lagi.

Sedangkan sunnah Rasullulah saw ialah perilaku, ajaran-ajaran dan perkenan-

perkenan Rasullulah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung

dalam al-Qur‟an. Ini pun tidak dapat diragukan lagi sebagaimana sabda Nabi

saw :

النب صلى اهلل عليه وسلم :ت ركت فيكم امرين لن تضلوا ما عن انس بن مالك قال كتم بما كتاب اهلل وسنة رسوله تس

19 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.

31.

20

Ibid., h. 34

21

Ahmad D Marimba, op. cit., h. 41

18

Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata : Bersabda Nabi Saw.: Telah

kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang

kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu kitab allah dan sunnah

rasulnya”.

Dengan dua dasar yang sesungguhnya satu ini, yaitu al-Qur‟an sebagai

sumber utama yang memuat berbagai prinsip termasuk pendidikan dan juga

as-Sunnah sebagai Mubayyin (penjelas) maka keteguhan pendidikan Islam

tidak dapat digoyahkan oleh apapun juga.

C. Tujuan Pendidikan Islam

Dalam dunia pendidikan tujuan memiliki posisi yang sangat penting,

karena dengan adanya tujuan maka proses pendidikan akan terlaksana dengan

fokus dan terarah demi mencapai apa yang diinginkan. Begitu pula dengan

pendidikan Islam, untuk mengetahui apa itu tujuan pendidikan Islam maka

kita dapat merujuk kepada beberapa ahli pendidikan di antaranya:

Menurut Ahmad D Marimba, “Tujuan pendidikan Islam adalah

terbentuknya kepribadian muslim”.22

Menurutnya kepribadian muslim akan

terbentuk setelah melalui berbagai tujuan sementara yaitu antara lain

kecakapan jasmaniah, pengetahuna membaca menulis, pengetahuan dan ilmu-

ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan dan kedewasaan jasmani-rohani

dst. lebih jauh ditegaskan bahwasanya tujuan pendidikan Islam identik

dengan tujuan hidup setiap orang muslim yaitu dengan menjadi hamba Allah

yang berserah diri dengan beribadah dan bertakwa kepada Allah.

Sebagaimana dinyatakan dalam Al-qur‟an surat Ad-Dzariyat ayat 56 :

22 Ibid., h. 46

19

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku. Kepribadian inilah yang disebut dengan kepribadian

muslim. Kesinilah arah tujuan akhir dari pendidikan Islam.23

Sedangkan menurut Dr. Mohammad „Athiyah al-Abrasy, salah seorang

ahli pendidikan Mesir berpendapat bahwa, “Tujuan pendidikan Islam adalah

pembentukan akhlakul karimah yang merupakan fadhilah dalam jiwa anak

didik, sehingga anak akan terbiasa dalam berperilaku dan berfikirnya secara

rohaniah dan insaniah berpegang pada moralitas tinggi, tanpa

memperhitungkan keuntungan-keuntungan material”.24

Pandangan yang idealistik dari Dr. Mohammad „Athiyah di atas

mencerminkan nilai-nilai islami yang mendasari misi Rasullulah yaitu “

menyempurnakan Akhlak yang mulia” . dengan kata lain, (menurut Dr. C.G.

Jung) kemampuan manusia untuk berakhlak mulia yang bersumberkan jiwa

keagamaan adalah kemampuan dasar yang menjadi fitrah manusia, yang tak

dapat diubah atau dihapuskan dengan cara apapun.25

Sedangkan menurut kongres pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di

Islamabad menetapkan pendidikan Islam sebagai berikut:

Pendidikan harus ditujukan kearah pertumbuhan yang berkeseimbangan

dari kepribadian manusia yang menyeluruh melalui latihan spiritual,

kecerdasan dan rasio, perasaan dan pancaindra. Oleh karenanya maka

pendidikan harus memberikan pelayanan kepada pertumbuhan manusia

dalam segala aspeknya, yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi,

jasmaniah, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara

kolektif, serta mendorong semua aspek itu kearah kebaikan dan

pencapaian kesempurnaan. 26

Secara garis besar pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu, tujuan

antara dan tujuan akhir. Mengenai dua tujuan tersebut Abdurrahman Saleh

Abdullah memberikan istilah objectives dan aims atau dalam terma arabnya

23 Ibid., h. 49

24

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 122

25 Ibid.

26

Ibid., h. 122

20

ahdaf dan ghayah. Ahdaf yang merupakan tujuan antara dapat mengantarkan

kepada ghayah yaitu tujuan akhir. Dalam pandangan Azyumardi Azra, tujuan

antara adalah “Tujuan yang pertama-tama hendak dicapai dalam proses

pendidikan Islam”.27

Tujuan ini menyangkut perubahan-perubahan yang

dikehendaki dalam proses pendidikan Islam, baik berkenaan dengan pribadi

anak didik, masyarakat dan lingkungan. Tujuan antara itu perlu jelas

keberadaanya sehingga pendidikan Islam dapat diukur keberhasilanya tahap

demi setahap.

Untuk lebih memahami tujuan antara maka kita dapat mengacu kepada

pendapat Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany ia membagi tujuan

pendidikan Islam ini kedalam tiga jenis yaitu:

1. Tujuan individual yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian

individual, yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian

individu dan pelajaran-pelajaran yang diterimanya. Tujuan ini

menyangkut perubahan-perubahan pada tingkah laku mereka,

aktvitas dan pencapaianya, pertumbuhan kepribadian dan

persiapan mereka di dalam menjalani kehidupanya di dunia dan

akhirat.

2. Tujuan sosial, yaitu tujuan yang berkaitan dengan kehidupan

sosial anak didik secara keseluruhan. Tujuan ini menyangkut

perubahan-perubahan yang dikehendaki bagi pertumbuhan,

memperkaya pengalaman dan kemajuan mereka di dalam

menjalani kehidupan bermasyarakat.

3. Tujuan profesioanal, yaitu tujuan yang berkaitan dengan

pendidikan sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai

suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas yang ada di dalam

masyarakat.28

Proses pendidikan Islam berusaha mencapai ketiga tujuan “antara‟ di atas

yaitu tujuan individual, sosial dan profesional. Ketiga tujuan antara ini secara

terpadu dan terarah diusahakan agar mencapai tujauan akhir pendidikan

Islam.

27 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media : 2011), hlm.

111

28 Ibid., h. 112

21

Sedangkan Tujuan akhir pendidikan Islam sebagaimana dijelaskan

oleh Muzayyin Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa

“Tujuan akhir pendidikan Islam terletak pada sikap penyerahan diri

sepenuhnya kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan pada

tingkat kemanusiaan pada umumnya. Berdasarkan rumusan tersebut, jelas

tampak bahwa tujuan pendidikan Islam itu yakni menjangkau seluruh

lapangan hidup manusia yang bertitik optimal pada penyerahan diri

manusia kepada khaliknya, Allah swt”.29

Dengan melihat pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari pendidikan Islam adalah penyerahan diri secara total kepada Allah swt

di mana proses tersebut dilakukan secara gradual dengan berbagai upaya

yang dilewati meliputi tujuan sementara yaitu kemampuan yang didapat

setelah melalui pengalaman belajar di mana hal tersebut terus

dikembangkan hingga anak didik dapat mencapai tujuan akhir yaitu

perubahan tingkah laku yang positif yang berlandaskan pada nilai-nilai

keislaman, sehingga ia mampu untuk patuh serta berserah diri dengan

beribadat kepada Allah swt secara maksimal.

D. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan biasa disebut juga dengan tinjauan pustaka.

Kegiatan ini dilakukan untuk memaparkan beberapa penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan. Dengan tinjauan pustaka maka

penelitan seseorang dapat diketahui keasliannya dengan cara meneliti

perbedaan dan persamaan dari segi judul, masalah serta hasil penelitian.

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, telah banyak peneliti

yang mengangkat tema tentang nilai-nilai pendidikan dari ayat al-Qur‟an,

kan tetapi penulis belum menemukan penelitian tentang nilai-nilai

pendidikan pada surat al-Ahqaaf ayat 15 secara khusus seperti yang

29 Arifin, op. cit., h. 120

22

penulis lakukan. Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian

yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an Surat Al-

A‟raf Ayat 26-27 dan Aplikasinya”. Oleh Siti Nurbaiti NIM

1110011000056 mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015. Dengan hasil penelitian bahwa nilai-

nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-A‟raf Ayat 26-27 adalah

nilai pendidikan ibadah, meliputi perintah menutup aurat dan perintah

bersyukur yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, karena pakaian

juga merupakan nikmat. Kedua, nilai pendidikan aqidah, meliputi,

pendidikan taqwa, yang mengajarkan kita bertaqwa kepada Allah

dimanapun kita berada dan pendidikan keimanan, yaitu mengajarkan kita

untuk selalu beriman kepada Allah swt.30

Setelah melakukan analisis terhadap penelitian yang relevan di atas

penulis menemukan beberapa persamaan yaitu pertama tentang metode

yang digunakan, penelitian di atas dan juga penulis menggunakan

metode tahlili dalam penelitianya, yaitu memaparkan segala aspek yang

terkandung dalam ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-

makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan

kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut, kedua

penulis dan peneliti sama-sama memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan

dalam al-Qur‟an, ketiga sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif

dalam melakukan penelitian.

Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang penulis

lakukan dengan hasil penelitian di atas terletak pada ayat yang dijadikan

tema penelitian di mana penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaiti

meneliti surat Al-A‟raf ayat 26-27 sedangkan penulis meneliti surat Al-

30Siti Nurbaiti,“Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Q.S Al-A‟raf ayat

26-27” Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, hal. 67, tidak

dipublikasikan.

23

Ahqaaf ayat 15 dan perbedaan yang kedua adalah nilai-nilai pendidikan

yang terkandung di dalamnya.

2. “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11-12”.

Oleh Komarullah Azami NIM 109011000192 mahasiswa jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Dengan

hasil penelitian bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung

dalam Q.S Al-Mujadalah Ayat 11-12 adalah melapangkan hati, menjalin

hubungan harmonis, memberikan sedekah, menghormati, memuliakan.31

Setelah melakukan analisis terhadap penelitian yang relevan di atas

penulis menemukan beberapa persamaan yaitu pertama tentang metode

yang digunakan, penelitian di atas dan juga penulis menggunakan

metode tahlili dalam penelitianya, kedua penulis dan peneliti sama-sama

memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan dalam al-Qur‟an, ketiga sama-

sama menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian.

Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang penulis

lakukan dengan hasil penelitian di atas terletak pada ayat yang dijadikan

tema penelitian di mana penelitian yang dilakukan oleh Komarullah

Azami meneliti surat Al-Mujadalah ayat 11-12 sedangkan penulis

meneliti surat Al-Ahqaaf ayat 15 dan perbedaan yang kedua adalah

penelitian di atas memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan akhlak

sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan lebih bersifat global

yakni nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam surat Al-

Ahqaaf ayat 15.

3. “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an Surat

Al-Muzzammil Ayat 1-10”. Oleh Fatimatuzzahra NIM 108011000045

31 Komarullah Azami,“Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Q.S Al-Mujadalah Ayat

11-12” Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, hal. 50, tidak

dipublikasikan.

24

mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2012. Dengan hasil penelitian bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam Q.S Al-Muzzammil Ayat 1-10 adalah pendidikan

tentang shalat malam, membaca al-Qur‟an, khusyu‟, berdzikir, dan

kesabaran.32

Berdasarkan analisis terhadap penelitian yang relevan di atas penulis

menemukan beberapa persamaan yaitu pertama tentang metode yang

digunakan, penelitian di atas dan juga penulis menggunakan metode

tahlili dalam penelitianya yaitu memaparkan segala aspek yang

terkandung dalam ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-

makna yang tercakup didalamnya, sesuai dengan keahlian dan

kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut, kedua

penulis dan peneliti sama-sama memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan

dalam al-Qur‟an, ketiga sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif

dalam melakukan penelitian.

Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang penulis

lakukan dengan hasil penelitian di atas terletak pada ayat yang dijadikan

tema penelitian di mana penelitian yang dilakukan oleh Fatimatuzzahra

meneliti surat Al-Muzammil 1-10 sedangkan penulis meneliti surat Al-

Ahqaaf ayat 15 dan perbedaan yang kedua adalah nilai-nilai pendidikan

yang terkandung di dalamnya.

32 Fatimatuzzahra,“Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Q.S Al-

Muzzammil Ayat 1-10” Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012,

hal. 83, tidak dipublikasikan.

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai nilai-

nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-

Ahqaaf ayat 15.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan penulis dimulai tanggal 29

Oktober 2016.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

sebagaimana menurut Imam Gunawan yaitu:

Penelitian yang temuan-tamuanya tidak diperoleh melaui prosedur

kuantifikasi, perhitungan statistik atau bentuk cara-cara lainya yang

menggunakan ukuran angka. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan

dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat di balik fakta.

Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan

melalui linguistik, bahasa atau kata-kata.1

Jadi dalam penelitian ini penulis tidak melakukan penghitungan

mengenai angka-angka melainkan berfokus pada pengungkapan nilai-niliai

atau makna, kemudian mengungkapkanya melalui kata-kata. Penelitian ini

juga menggunakan metode deskriptif analisis sebagaimana menurut Bugin

yaitu:

Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang

menjadi objek penilaian dan berupaya menarik realitas itu ke

1 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif :Teori dan Praktik, (Jakarta:Bumi

Aksara, 2013), h. 82.

26

permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau

gambaran tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu.2

Jadi dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan

berbagai pendapat para mufassir mengenai makna yang dikandung surat al-

Ahqaaf ayat 15. Sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan

teknik studi kepustakaan (Library Research), yaitu mencari informasi dari

berbagai buku, makalah atau artikel, jurnal serta informasi lainnya yang

berhubungan dengan judul penelitian.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kajian dengan mengacu pada

batasan masalah yaitu tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam surat Al-

Ahqaaf ayat 15. Jadi dalam penelitian ini penulis berusaha untuk meneliti dan

menemukan nilai-nilai pendidikan pada surat Al-Ahqaaf ayat 15 berdasarkan

pandangan para mufassir dari berbagai literatur.

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis data

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitan kepustakaan, dalam penelitian

ini penulis mengumpulkan data dari beberapa sumber, yang terdiri dari

sumber Primer (sumber pokok) dan sumber Sekunder (sumber

pendukung), yaitu dengan sumber primer sebagai berikut:

a. Al-Qur’an dan terjemahnya

b. Kitab-kitab Tafsir (Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Maraghi, Al-Qur’an

dan Tafsirnya)

c. Hadits-hadits Nabi SAW

2 Pedoman Penulisan Skripsi : Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (Jakarta: UIN,

2014), h. 62.

27

Dan sumber sekunder yang penulis gunakan sebagai sumber

pendukung adalah dengan mengunakan buku-buku atau literature yang

relevan dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Al-Qur’an, selain itu

penulis juga melakukan Wawancara dengan Prof. Dr. Salman Harun,

dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Jakarta. Hasil wawancara terdapat pada bab IV.

2. Analisis Data

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Menurut

Spradley sebagaimana dikutip oleh Imam Gunawan dalam bukunya

Penelitian Kualitatif mengatakan bahwa, “Analisis data kualitatif

adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-

bagiannya, hubungan antar kajian dan hubunganya terhadap

keseluruhanya”.3 Dan dalam penulisan skripsi ini, penulis

menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif analisis

yaitu dengan menganalisis masalah yang akan dibahas mengumpulkan

data secara sistematis berupa ayat, menganalisis, menyeleksi kemudian

menarasikan dan akhirnya diambil kesimpulan.

Dan dalam penafsiran ini penulis menggunakan metode tahlili

(analisis) yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan

segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu

serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai

dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-

ayat tersebut. Kemudian penulis analisis, narasikan dan mengambil

kesimpulan.

Adapun langkah-langkah yang akan penulis laksanakan dalam

menganalisis data untuk menemukan nilai-nilai pendidikan dari Q.S.

Al-Ahqaaf ayat 15 adalah sebagai berikut:

3 Gunawan, op. cit., h. 210.

28

a. Menguraikan Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 meliputi kosakata, asbabun

nuzul serta arti Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.

b. Menjelaskan makna Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 berdasarkan pendapat

para mufassir yang dijadikan rujukan dalam penelitian.

c. Mencari hubungan atau membandingkan Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15

dengan ayat-ayat lain yang mempunyai relevansi dengan isi

kandungan ayat.

d. Mengaitkan kandungan dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat

dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 dengan konsep pendidikan.

e. Melakukan verifikasi / penarikan kesimpulan berdasarkan analisis

yang telah dilakukan.

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nilai pendidikan yang diajarkan dalam al-Qur’an surah al-Ahqaaf ayat 15

adalah:

1. Berdo’a, yang dimaksud dengan berdo’a adalah permohonan hamba

kepada Tuhan untuk memperoleh anugerah berupa pemeliharaan dan

pertolongan. Permohonan tersebut dilakukan dengan hati yang penuh

dengan keikhlasan disertai dengan ketundukkan dan pengaggungan

kepada-Nya. Doa dipandang sebagai otaknya ibadah adalah karena ia

suatu ibadah yang terang sekali memeperlihatkan perhambaan kepada

Allah, sangat berhajatnya hamba-hamba itu kepada Tuhannya. Dengan

berdoa kepada Allah, maka terwujudlah bahwa Allah tempat meminta,

tempat memohon sedangkan si hamba adalah makhluk yang hina dan

selalu kekurangan. Ibadah-ibadah yang dilakukan manusia kepada

Allah merupakan wujud kepatuhan serta ketundukkan hamba kepada

Tuhan. Melalui doa seorang hamba dapat mendekatkan dirinya kepada

Allah swt. Hal ini termasuk pendekatan diri kepada Allah yang paling

utama.

2. Bersyukur, yang dimaksud dengan bersyukur adalah ungkapan terima

kasih seorang hamba kepada Allah atas berbagai nikmat yang ia terima.

Dalam mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah, seorang hamba

dapat menunjukannya melalui hati, lisan dan perbuatan. Syukur dengan

hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang

diperoleh adalah semata-mata anugerah dan kemurahan Allah kepada

hambanya. Yang kedua adalah syukur dengan lidah adalah mengakui

dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.

69

Yang ketiga adalah syukur dengan perbuatan. yaitu hendaknya manusia

menggunakan anggota tubuhnya untuk ketaatan yaitu dengan beribadah

dan berbuat kebaikan dengannya.

3. Berbuat baik kepada orang tua, yang dimaksud dengan berbuat baik

kepada orang tua adalah memulyakan, menghormati, mengasihi dan

menjaga mereka. Berbuat baik kepada orang tua merupakan amal yang

utama sebagai bentuk balas jasa seorang anak terhadap jerih payah dan

perjuangan orang dalam mendidik serta membesarkannya.

4. Bertobat, yang dimaksud dengan tobat adalah kembali, yaitu

kembalinya seorang hamba dari kemaksiatan kepada ketaatan kepada

Allah SWT.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan di atas,

maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Orang tua sebagai pendidik yang utama memiliki kewajiban untuk

menanamkan nilai-nilai pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an

maupun Hadis, dalam rangka membentuk kepribadian muslim dalam diri

seorang anak.

2. Orang tua hendaknya mengajarkan tentang pendidikan doa’a terhadap

anak, karena pada dasarnya berdo’a merupakan kebutuhan dan wujud

ketundukkan hamba di hadapan Tuhnnya dalam rangka memperoleh

anugerah serta pemeliharaan dari-Nya.

3. Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan syukur kapada anak,

karena dengan penanaman nilai tersebut seorang anak akan memahami

hakikat nikmat yang ia terima dari Tuhannya dan ia akan menggunakan

nikmat-nikmat tersebut untuk kebaikan, sesuai dengan yang dikehendaki

Allah dan Rasulnya.

4. Orang tua hendaknya menanamkan tentang pendidikan birr al-waalidain

kepada anak, penanaman nilai–nilai tersebut bertujuan agar anak dapat

menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tuntunan perintah

70

agama, memulyakan, menghormati serta berbakti kepada keduanya dalam

rangka balas jasa atas pengorbanan dan jerih payah orang tua terutama ibu

dalam membesarkannya.

5. Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan tobat kepada anak,

penanaman nilai tersebut dinilai penting mengingat manusia tidak terlepas

dari dosa dan kesalahan. Karena itu dengan adanya penanaman nilai ini

diharapkan akan terbentuk kepribadian muslim dalam diri anak, yakni

apabila ia melakukan kesalahan maka ia bertobat kepada Allah.

71

DAFTAR PUSTAKA

Al-Adawi, Musthafa bin, Fikih Doa, Jakarta: Darus Sunnah, 2015.

Al-Hafidz, Ahsin W, Kamus Ilmu Al-qur’an, Jakarta: Amzah, 2006.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azam, 2009.

Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press, 2005.

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Asy-Syirbaany, Ridwan, Membentuk Pribadi Lebih Islami: Suatu Kajian Akhlaq,

Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2007.

D Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Almaarif,

1980.

Darajat, Zakiah dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Departemen Agama RI, AlQur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI,

2009.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2007

Fauzi Rachman, M, Islamic Relationship: Membina Hubungan Islami dengan

Allah SWT, Rasullullah SAW, Manusia dan Alam Semesta, Jakarta:

Erlangga, 2012.

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Harun, Salman, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Jakarta: UIN

JAKARTA PRESS, 2013.

Ibn Katsir, Abu al Fida Ismail, Tafsir al-Quran al-Azhim, Beirut: Alim al Kutub,

1985.

Mahsun, Ali, Pendidikan Islam dalam Arus Globalisas, Episteme Jurnal

Pengembangan Ilmu Keislaman, 8, 2013.

Minarti, Sri, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2013.

72

Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Teungku, Pedoman Zikir dan Doa, Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 2010.

Mustafa al-Maraghi, Ahmad, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Mustakim, Muh, Ontologi Pendidikan Islam: Hakikat Pendidikan dalam

Perspektif Islam, At-Tajdid Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1, 2012.

Nata, Abudin, Pendidikan dalam perspektif Al-qur’an, Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2005.

-------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Nursyamsu, Al-Qur’an Sebagai Sumber dan Ideologi Pendidikan Islam, Jurnal

Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang, 1, 2017.

Pedoman Penulisan Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan , Jakarta:

UIN, 2014.

Qardhawi, Yusuf, Kitab Pentunjuk Tobat: Kembali ke Cahaya Allah, terjemahan

Irfan Maulana Hakim , Bandung: Mizan Pustaka, 2000.

Quraish, Shihab, M, Wawasa Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai

Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.

-------, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.

-------, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

-------, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera

Hati, 2002.

Rasyidin, Waini, Pedagogik Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014.

S, Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruz Media: 2011.

Tafsir, A, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007.

Tebba, Sudirman, Nikmatnya Zikir dan Doa, Ciputat: Kalam Pustaka, 2004.

73

Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin, Jami’ Shahih Sunan at-Tirmidzi,

Kairo: Dar Al-Hadis, 2010.

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta: CV. Tamita

Utama, 2004.