Nita Y.N - Presentasi Referat Laringitis

Embed Size (px)

Citation preview

  • Presentasi ReferatKepaniteraan Klinik I. P. THTRSUD Ciawi Bogor

    Nita Yusnia Ningsih406127110

  • LARINGITIS

  • Laringitis adalah suatu proses inflamasi pada laring yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, baik virus, bakteri ataupun jamur.Merupakan salah satu kelainan pada laring yang paling sering terjadi.Dapat bermanifestasi sebagai laringitis akut ataupun kronis.Definisi

  • Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas, yang berfungsi dalam pembentukan suara.Di bagian atas, laring terbuka ke dalam laringofaring disebut aditus laryngis dan pada bagian bawah berlanjut sebagai trachea.Kerangka laring cartilago, yang dihubungkan oleh membrana dan ligamentum dan digerakkan oleh otot.Anatomi Laring

  • Cartilago : epiglottis, thyroid, cricoid, arytenoid, corniculata dan cuneiformis.Penghubung kartilago : memb. Thyrohyoidea, lig. Cricotracheale, memb. Fibroelastica laryngis, lig. Hyoepiglotticum dan thyroepiglotticum.Cavitas laryngis : vestibulum laryngis, ventriculus laryngis dan cavitas infraglottica.

  • Gerakan laring dikontrol oleh otot ekstrinsik dan intrinsik.Kelompok otot ekstrinsik : Otot elevator laring : m. digastricus, m. stylohyoideus, m. mylohyoideus dan m. geniohyoideus Otot depresor laring : m. sternothyroideus, m. sternohyoideus dan m. omohyoideus dibantu oleh daya pegas trachea yang elastis

  • Kelompok otot intrinsik :Pengendali aditus laryngisM. Arytenoideus obliquus untuk menyempitkan aditus dengan mendekatkan plica aryepiglottica.M. thyroepiglottica untuk melebarkan aditus dengan memisahkan kedua plica aryepiglottica.

  • Pengendali gerakan plica vocalisM. Cricothyroideus untuk menegangkan plica vocalis.M. Thyroarytenoideus (vocalis) untuk relaksasi plica vocalis.M. Cricoarytenoideus lateralis untuk adductio plica vocalis.M. Cricoarytenoideus posterior untuk abductio plica vocalis.M. Arytenoideus transversus untuk menutup bagian posterior rima glottidis dengan mendekatkan kedua cartilago arytenoidea.

  • Persarafan : cabang-cabang N. VagusSaraf sensorik : n. laryngeus internus & n. laryngeus recurrensSaraf motorik : n. laryngeus recurrens & n. laryngeus superior Suplai arteri oleh ramus laryngeus superior a. thyroidea superior & ramus laryngeus inferior a. thyroidea inferior. Pembuluh limfe bermuara ke dalam nodi lymphoidei cervicales profundi.

  • PhonasiProteksiRespirasiProses menelanFisiologi Laring

  • Laringitis didahului oleh faringitis dan ISPA lainnya iritasi mukosa saluran nafas atas produksi mucus secara berlebihan menyumbat saluran nafas refleks batuk iritasi pada laring inflamasi pengeluaran mediator kimia darah nyeri dan peningkatan suhu tubuh.Inflamasi pada laring edema atau perdarahan pada pita suara fungsinya phonasi terganggu kesulitan untuk mencapai ambang batas artikulasi disfoni afoni.Patofisiologi

  • LARINGITIS AKUT

  • Umumnya merupakan lanjutan dari rinofaringitis (common cold).Etiologi : virus dan bakteri.Manifestasi klinis : demam, malaise, suara serak sampai afonia, odinofagia, odinofonia, batuk kering.Pada anak-anak, dapat terjadi obstruksi jalan nafas.

  • Pemeriksaan laring : mukosa laring hiperemis, edema supra dan subglottis.Pemeriksaan penunjang : throat swab.Terapi : istirahatkan suara, menghirup udara lembab, konsumsi cukup cairan, antibiotik, obat-obat simptomatik dan trakeostomi / intubasi endotrakeal.

  • Disebut sebagai supraglottitis, merupakan infeksi akut supraglottis yang disebabkan oleh H. Influenzae B, S. Pyogenes, S. Pneumoniae, K. pneumoniae dan S. Aureus.Insidensi pada orang dewasa sebanyak 1-9 kasus/100.000 dan 6-23 kasus/100.000 pada anak-anak.Epiglottitis

  • Pada anak, penyakit ini berjalan dengan sangat cepat obstruksi jalan nafas.Manifestasi klinis : demam, sakit tenggorok akut yang sangat nyeri, muffled voice / hot potato, drooling dan stridor inspirasi. Pada pemeriksaan tampak edema pada epiglottis dan berwarna merah cerah. Dapat pula ditemukan limfadenopati servikalis, edema pada arkus faring dan uvula.

  • Pemeriksaan penunjang : kultur darah, swab tenggorok dan foto rontgen (thumb sign).Terapi : opname segera intubasi atau trakeostomi jika dikhawatirkan terjadi obstruksi jalan nafas, antibiotik intravena (sefalosporin generasi ke 2 atau ke 3) dan oksigen.

  • Suatu penyakit infeksi akut yang dapat mengenai sebagian atau seluruh bagian sal.nafas atas.Disebabkan oleh C. diphteriae, ditularkan melalui droplet.Patologi : infeksi pada sal.nafas nekrosis epitel pseudomembran.Laringitis Difteri

  • Masa inkubasi : 1-7 hariManifestasi klinis : rasa sakit di tenggorakan yang berat, malaise, demam dan takikardia, pseudomembran pada tonsil, dinding faring dan laring suara serak, batuk dan stridor sumbatan jalan nafas, membran kalau dilepas akan berdarah dan bull neck.

  • Diagnosa : swab tenggorokTerapi : antitoxin 20.000-100.000 unitpenisilin selama 10 haritrakeostomi

  • LARINGITIS KRONIS

  • Etiologi : sinusitis kronis, septum deviasi yang berat, polip hidung, bronkitis kronis, infeksi jamur dan infeksi spesifik oleh M. tuberculosis dan T. pallidum.Manifestasi klinis : suara serak menetap, rasa tersangkut di tenggorok.Pemeriksaan laring : mukosa hiperemis dan menebal tidak rata

  • Terapi : istirahatkan suara, pengobatan terhadap penyebab yang mendasari terjadinya laringitis kronis, antibiotik dan steroid short-term.

  • Faktor resiko : penggunaan kortikosteroid dan antibiotik spektrum luas, diabetes, alcoholism, intubasi endotrakeal dan infeksi laring sebelumnya.Tampak eritema difus yang hebat pada laring + pseudomembran putih atau plak eksudat putih yang rapuh dan iregular.Laringitis e.c C. albicans

  • Manifestasi klinis : suara serak / parau.Pasien yang mendapat kemoterapi atau AIDS kandidiasis invasif perdarahan dan obstruksi jalan nafas.Pasien immunocompromised ulserasi yang nyeri dan nekrosis pada jaringan yang dalam sakit tenggorokan, disfagia dan odinofagia.

  • Terapi : antijamur sistemik, terutama untuk pasien immunocompromised, seperti flukonazol selama 3-4 minggu.amfoterisin B dan pertahankan jalan nafas pada kandidiasis invasif.

  • Disebabkan oleh M. tuberculosis, biasanya sekunder dari TBC paru.Kelainan sering menetap walaupun TBC paru sudah sembuh mukosa lengket ke kartilago laring dan vaskularisasi tidak sebaik di paru.Patogenesis : penyebaran ke laring melalui sekret yang terkontaminasi, udara pernafasan, hematogen, limfogen.Laringitis Tuberkulosis

  • Manifestasi klinis : demam, keringat malam, penurunan berat badan, disfonia, odinofonia, rasa kering, panas dan tertekan di daerah laring dan odinofagia yang hebat serta hemoptisis. 4 stadium, yakni :Stadium infiltrasi : mukosa laring 1/3 posterior membengkak, hiperemis, terbentuk tuberkel yang tampak sebagai bintik kebiruan di daerah submukosa yang bila pecah akan timbul ulkus.

  • Stadium ulserasi : ulkus membesar, dangkal dan dasarnya ditutupi perkijuan. Stadium perikondritis : ulkus mengenai kartilago laring nanah yang berbau sekuester. Keadaan umum pasien sangat buruk. Dapat terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik (stadium fibrotuberkulosis).

  • Pemeriksaan laring : hiperemis, edema dan eksudat kuning pada posterior plica vocalis dan interaritenoid, epiglottis edema dan hiperemis. Pemeriksaan penunjang : cek sputum, foto thorax dan biopsi jaringan laring, di mana akan tampak granuloma dengan nekrosis sentral, sel Langhans dan batang tahan asam pada pemeriksaan histologik.

  • Diagnosis banding : laringitis leutika, karsinoma laring dan aktinomikosis laring. Terapi : OAT, istirahatkan pita suara dan trakeostomi Prognosis : tergantung sosial ekonomi, sanitasi dan kepatuhan berobat. Stadium dini prognosis lebih baik.

  • Etiologi : Treponema pallidum melalui kontak seksual dan kehamilan.Lesi di laring terdapat pada stadium 3 perjalanan penyakit lues, yaitu pada stadium pembentukan guma.Guma pecah ulkus yang sangat dalam, dasarnya keras, berwarna merah tua, mengeluarkan eksudat berwarna kekuningan, tidak nyeri perikondritis.Laringitis Luetika

  • Mikroskopik : gambaran pseudoepitelium hiperplasia sulit dibedakan dengan Ca. Manifestasi klinis : suara serak, batuk kronis, disfagia (bila guma dekat introitus esofagus). Pemeriksaan laring : mukosa epiglottis hiperemis difus, fibrosis atau paralise pada plica vocalis dan kartilago arytenoid.

  • Pemeriksaan penunjang : biopsi dan serologi. Terapi : penisilin dosis tinggipengangkatan sekuestertrakeostomi

  • DIAGNOSIS BANDING

  • LPR suara serak / parau, globus pharyngeus, disfagia dan batuk.Pada pemeriksaan fisik, ditemukan edema dan atau eritema yang terlokalisir di sekitar cartilago arytenoid hingga edema dan hiperemis difus pada laring dengan granuloma dan obstruksi jalan nafas.Monitoring pH 24 jam dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis.GERD / LPR

  • Dapat disebabkan oleh trauma mekanik eksternal / internal, luka bakar, radiasi ataupun trauma otogen.Trauma laring edema atau hematom pada plica vocalis dan plica vestibularis obstruksi laring akut.Gejala klinis : stridor, disfonia, emfisema subkutis di daerah leher, hemoptisis, disfagia dan odinofagia.Trauma Laring

  • Lesi jinak pada laring ini timbul dari proses peradangan pada plica vocalis.Etiologi : vocal abuse singer's nodule.Gejala klinis : suara serak, kadang disertai batuk, suara terputus (hilang) pada nada tinggi.Pemeriksaan : nodul pada pinggiran tengah plica vocalis, biasanya simetris. Nodul akut berwarna merah dan edema, kronis biasanya pucat dan kecil.Vocal Nodule

  • Etiologi : vocal abuse dan post-ISPA.Manifestasi klinis : suara serak hingga afonia, merasa seperti ada sesuatu di tenggorokan.Pemeriksaan : unilateral pada pinggir tengah vocal cord, warna ungu kemerahan sampai pucat translusen.Polip besar dispnea dan stridor.Vocal Polyp

  • Disfonia merupakan gejala utama dan gejala dini adanya suatu tumor laring.Gejala klinis lain : sesak nafas, stridor, nyeri tenggorok, disfagia, batuk dan hemoptisis, penurunan berat badan dan pembesaran KGB leher.Tumor Laring

  • Daftar Pustaka Ballenger JJ. Ballenger's Otorhinolaryngology, 16thedition. Ontario : BC Decker Inc, 2003. Flint PW, Haughey BH et al. Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery, 5thedition, Volume 1. Philadelphia: Elsevier Mosby, 2010. Gleeson M. Scott-Brown's Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery, 7thedition, Volume 2. London: Hodder Arnold, 2008.

  • www.emedicine.medscape.com Snell, Richard S. Clinical Anatomy for Medical Student. 6thed. USA: Lippincott Williams & Wilkins Inc, 2000. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007. www.google.co.id

  • **********