46
PROSEDUR OK DAN BANGSAL SERTA KEGAWATDARURATAN BEDAH DAN NON BEDAH Banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek dokter gigi, beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan itu sendiri maupun untuk keselamatan penderita. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit adalah pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotic secara intravena, misalnya graft tulang dan kulit, penanganan infeksi parah, dan kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif minor. Keputusan untuk merawatinapkan pasien didasarkan atas penilaian perorangan, dan biasanya dilakukan bersama dengan dokter umum yang merawat pasien tersebut. Penatalaksanaan pasien bedah pada umumnya, yaitu terdiri dari tahap pre-operative (sebelum operasi), operative (saat operasi), dan post-operative (sesudah operasi). Kamar operasi atau ruang bedah atau yang lebih dikenal dengan OK singkatan dari bahasa belanda Operation Kamer (OK) sebagai sebuah unit kerja yang terorganisir sangat komplek dan terintegrasi merupakan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan operasi di suatu Rumah Sakit terdiri dari : 1. Pelaksana pelayanan Kamar Operasi (OK) oleh: a) Tenaga Medis.

OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalh

Citation preview

Page 1: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

PROSEDUR OK DAN BANGSAL SERTA KEGAWATDARURATAN

BEDAH DAN NON BEDAH

Banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek

dokter gigi, beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan penanganan di

rumah sakit, baik untuk pembedahan itu sendiri maupun untuk keselamatan penderita.

Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit adalah pembedahan yang membutuhkan

kondisi asepsis yang sangat tinggi atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian

antibiotic secara intravena, misalnya graft tulang dan kulit, penanganan infeksi parah, dan

kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam jangka waktu lama. Pasien yang

mengalami gangguan kesehatan mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk

prosedur yang relatif minor. Keputusan untuk merawatinapkan pasien didasarkan atas

penilaian perorangan, dan biasanya dilakukan bersama dengan dokter umum yang merawat

pasien tersebut.

Penatalaksanaan pasien bedah pada umumnya, yaitu terdiri dari tahap pre-operative

(sebelum operasi), operative (saat operasi), dan post-operative (sesudah operasi).

Kamar operasi atau ruang bedah atau yang lebih dikenal dengan OK singkatan dari

bahasa belanda Operation Kamer (OK) sebagai sebuah unit kerja yang terorganisir sangat

komplek dan terintegrasi merupakan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan operasi di suatu

Rumah Sakit terdiri dari :

1. Pelaksana pelayanan Kamar Operasi (OK) oleh:

a) Tenaga Medis.

b) Paramedis Perawat.

c) Paramedis non Perawat.

2. Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk Kamar operasi (OK):

a) Dipimpin seorang dokter ahli/ dokter atau para medis senior.

b) Kepala OK bertanggung jawab kepada Kasi atau Direktur RS

c) Petugas OK harus selalu siap selama 24 jam

d) Ruang OK harus selalu dijamin kebersihannya.

e) Alat – alat di OK harus selalu tersedia dan siap dipakai lengkap dengan alat –

alat steril dalam tromel.

f) Obat-obatan yang dibutuhkan selama operasi dilaksanakan harus selalu

tersedia di OK

Page 2: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

g) Surat pernyataan izin (inform concent) untuk melakukan operasi harus sudah

ditanda- tangani saat pasien masuk OK.

h) Dokter / Para medis / Pasien saat masuk ruang OK harus mengganti

( memakai/ pakaian, alas kaki, khusus di OK.)

i) Selain petugas dan pasien yang bersangkutan tidak diperbolehkan masuk

wilayah OK.

j) Sebelum di operasi status pasien harus sudah masuk dibagian administrasi OK

untuk diregister.

k) Pembersihan OK diharuskan setiap selesai operasi.

l) Untuk pembersihan umum dilakukan sekali dalam seminggu

Bangsal Bedah MuluT

Surgical ward/bangsal surgical adalah ruangan yang digunakan bila pasien memerlukan rawat

inap/tinggal di rumah sakit. Perawatan di bangsal meliputi rutinitas dan emergency, yaitu:

- menjaga pasien supaya bedrest, jika diperlukan

- memberikan obat-obatan/medications sesuai order dokter

- mensuplai intravenous fluids/cairan perenteral

- menyiapkan operation preparation

- memberikan/order makanan/diet management

- change position /2 jam untuk patien disable

Prosedur Bangsal Bedah Mulut

1. PENJADWALAN

Jadwal penggunaan ruang bedah di rumah sakit biasanya padat. Jadwal yang padat ini

seringkali diambil oleh departemen-departemen mayor, seperti bagian bedah umum dan

orthopedic sehingga jadwal penggunaan ruang bedah di rumah sakit diambil dengan

penentuan hari oleh dokter bedah mulut jauh sebelum operasi dilakukan. Namun, pada kasus

gawat darurat, ruang bedah dapat diambil alih pada jadwal terakhir atau menggeser jadwal

pembedahan lain

Dalam menjadwalkan suatu kasus bedah mulut harus dilengkapi data yang akurat

mencakup status bedah (mendesak atau tidak), diagnosis, prosedur, jenis anestesi (lokal, lokal

terkontrol dengan sedasi, oro- atau nasoendotrakeal), perkiraan durasi operasi, dan

pertimbangan khusus (kasus sepsis, penderita dengan penyakit sistemik serius, dan lain-lain).

Pada pembedahan yang melibatkan departemen lainnya, seperti dokter saraf atau dokter

Page 3: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

bedah umum lainnya, maka perlu dilakukan penjadwalan operasi dengan kesepakatan dokter-

dokter yang bersangkutan.

2. PERSONEL

Tim kamar bedah terdiri dari scrub nurse dan seorang sirkulator. Scrub nurse

(sterilization member) bertugas memberikan peralatan steril yang dibutuhkan selama operasi

berlangsung pada dokter bedah, melakukan retraksi, mengirigasi, menjalankan peralatan

suction.7 Karena berkontak langsung dengan peralatan steril, maka srub nurse harus

berpakaian steril, memakai sarung tangan, masker mulut, dan penutup kepala.

Sirkulator (unsterilization member) bertugas memasang dan menggeser lampu kepala,

menghubungkan peralatan-peralatan tertentu, seperti handpiece, gergaji, dermatom, dan

cutter. Secara bersama- sama, scrub nurse dan sirkulator bertugas menjaga ketersediaan

spons, jarum, menghitung jumlah cairan irigasi yang digunakan, menghitung volume darah

yang hilang, dan melengkapi teknik kamar bedah yang baik.

3. ANESTESI

Ahli anestesi bertanggung jawab penuh mempertahankan jalan nafas selama

pembedahan, memantau tekanan darah pasien secara intravenous, memantau tanda-tanda

vital, kadar gas darah arteri (ABG), dan parameter fisiologis lainnya dengan pearalatan

elektonik canggih. Ahli anestesi juga bertanggung jawab atas pemberian cairan selama

pelaksanaan pembedahan dan dapat memilih antara pemberian darah atau plasma expander

berdasarkan perhitungan kehilangan darah, tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium,

atau kombinasi faktor-faktor tersebut.

Sementara, ahli bedah secara kode etik berkewajiban memberitahukan ahli anestesi

tentang semua obat yang digunakan (seperti bahan anestesi lokal dengan vasokonstriktor),

komplikasi yang ditimbulkan, dan perkiraan waktu penyelesaian prosedur bedah.

Penatalaksanaan Bangsal Bedah

Ruang operasi di rumah sakit umumnya dibuat dengan design yang simpel, dinding dan

furniture dari bahan yang mudah dibersihkan dan peralatan yang biasa digunakan sudah

tersusun rapi. Ruangan dengan ventilasi dan suhu ruangan dijaga tetap 18-21° C, tetapi

ruangan jangan lembab. Ruang operasi di rumah sakit harus menggunakan AC untuk

mencegah kontaminasi dari luar. Di sebelah ruang operasi seharusnya terdapat ruang

perawatan dengan staf perawat yang berpengalaman dimana pasien diletakkan pada tempat

tidur yang bisa didorong sehingga jika terjadi sesuatu langsung bisa dibawa ke ruang operasi.

Sinar yang digunakan menghasilkan penerangan yang adekuat tanpa menghasilkan panas dan

Page 4: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

sinarnya mudah diarahkan ke dalam mulut. Di kepala handpiece juga terdapat sinar sehingga

operator dengan mudah dapat melihat palatum, cavitas seperti kista atau antrum.

Radiographic viewing box

Diletakkan di depan meja operator sehingga dokter dapat melihat hasilnya tanpa pindah dari

meja operator. Dengan menggunakan cahaya, titik dapat menunjukkan hasil roentgen pada

pasien.

Dental engine

Dental engine yang digunakan adalah berupa sterilisable surgical motors and handpiece.

Untuk membersihkan dan mempercepat pemotongan tulang tanpa panas yang berlebihan,

digunakan bur yang telah dicuci dengan air steril mengalir secara terus menerus.

Peralatan elektrik

Peralatan elektrik di ruang operasi harus dipastikan dalam keadaan baik dan dapat bekerja

secara maksimal. Periksa kembali apakah kabel-kabel sudah tersambung seluruhnya agar

tidak terjadi kesalahan fatal saat operasi akibat ada suatu alat yang ternyata tidak bekerja

karena tidak tersambung dengan listrik. Periksa pula seluruh selubung kabel, jangan sampai

ada yang terbuka dan mengakibatkan korsleting atau bahkan ledakan di dalam ruang operasi.

Lasers

Laser modern memberikan hasil yang baik untuk diseksi jaringan lunak. Sel pada daerah

yang dipotong diuapkan dengan hanya sedikit kerusakan di bagian lain. Pada eksisi di dalam

mulut dengan laser, relatif menurunkan rasa sakit setelah operasi dan menurunkan

pembengkakan jaringan. Setiap individu di dalam ruang operasi seharusnya mengenakan

laser proof glasses untuk melindungi mata selama penggunaan laser. Endotracheal tube juga

harus dilindungi untuk menghindari kebocoran, dan metal instrument harus dihindari untuk

menurunkan kemungkinan refleksi sinar.

Prosedur Pelayanan di Kamar Operasi (OK)

Prosedur pelayanannya berdasarkan periode waktunya terdiri dari:

a. Prosedur Sebelum Operasi

b. Prosedur tentang Ruangan dan Alat-alat

c. Prosedur Selama Operasi.

d. Prosedur Sesudah Operasi.

e. Prosedur Pencatatan

f. Prosedur Penanganan pasien yang meninggal selama Operasi.

Page 5: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Prosedur Sebelum Operasi

Pada tahap ini, terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan. Baik persiapan pada

pasien, operator, dan peralatan serta ruang operasi. Persiapan yang matang dan baik akan

mengurangi resiko kegagalan operasi ataupun komplikasi yang bisa terjadi setelah operasi

selesai dilakukan.

Persiapan Pasien

1) Pasien

a. Diagnosa penyakit pasien yang benar dan tepat dilakukanoleh dokter yang merawat

( yang ahli dalam bidangnya),kemudian dilaporkan kedokter OK untuk

mempersiapkan danmengatur jadual operasi.

b. Keadaan umum (vital sign) pasien diusahakan dalam keadaan seoptimal mungkin .

c. Pasien/ keluarga telah menandatangani persetujuan operasi (inform concent).

d. Untuk pasien yang akan dioperasi dan supaya direncanakan operasi harus sudah

dilaporkan ke kamar operasi (OK) 2 (dua) hari sebelumnya atau sesuai dengan

peraturan yang berlaku untuk mengatur pasien OK.

e. Persiapan prosedur pasien di ruang perawatan pra operasi

Mencukur/ membersihkan daerah yang akan dioperasi.

Persiapan pasien 4-6 jam.

Lavamen dan lain-lain

f. Pasien diberitahu untuk dibawa ke kamar operasi (OK).

g. Pakaian pasien diganti di kamar persiapan operasi dengan pakaian khusus kamar

operasi (OK) dan kepala dibungkus.

h. Pasien diperiksa Vital sign : tensi, suhu, nadi dan ditulis dicatatan perawatan.

i. Pasien yang akan dioperasi dimasukkan setelah pencatatan selesai.

Hasil Laboratorium dan Radiografi

Hasil pemeriksaan laboratoris dan foto sinar-X sangat penting untuk menunjang hasil

pemeriksaan fisik dan dapat mempertegas diagnosis sementara yang sudah ditentukan

sebelumnya, sehingga akan berpengaruh juga terhadap rencana perawatan.

Hasil pemeriksaan laboratoris dan foto sinar-X ditambahkan dalam bagan dan merupakan

catatan permanen dalam pelayanan kesehatan.

Pemeriksaan Keadaan Umum

Sebelum dilakukan pembedahan, setiap pasien wajib dicatat temperatur, tekanan darah,

dan pernapasannya secara teratur untuk mengatahui perkembangan keadaan pasien

Page 6: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

menjelang operasi. Sehingga jika terdapat kelainan dapat segera diatasi dan kembali

dipersiapkan untuk menjalani operasi.

Diet

Pasien yang akan dioperasi sebelum dilakukan anestesi harus menjaga pola makannya.

Jika pasien yang akan dioperasi kekurangan kekuatannya, maka harus diberi minuman

glukosa sebelum injeksi anestesi dilakukan. Tetapi jika yang dilakukan adalah general

anestesi, maka pasien disarankan untuk berpuasa pada saat malam (apabila operasi akan

dilakukan pada pagi hari). Atau tidak boleh makan selama 4-6 jam sebelum operasi.

Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu

malam menjelang operasi. Rambut kumis dan rambut didagu harus dicukur, lemak dan

kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi.

Antibiotik Profilaksis

Meskipun trauma rongga mulut yang ringan misalnya akibat makan, sikat gigi, dapat

menyebabkan bakteriemia, risiko yang benar-benar merupakan ancaman bagi pasien

adalah bila keutuhan mukosa terputus dan ada perdarahan saat operasi dilakukan. Untuk

mengurangi ancaman bakteriemia, digunakan antibiotik profilaktik pada pasien yang

mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh pada kondisi-kondisi yang mudah

mengalami serangan infeksi.

Pasien dengan kelainan jantung merupakan kasus terbanyak, cenderung memerlukan

perhatian yang lebih banyak. Termasuk dalam kelompok tersebut adalah pasien dengan

penyakit jantung congenital, penyakit katup jantung, atau riwayat pernah terserang

demam rematik. Terapi antibiotik profilaktik pada pasien-pasien tersebut diarahkan untuk

pencegahan endokarditis bakterial subakut.

Kondisi-kondisi yang memerlukan terapi antibiotik profilaktik selain penderita kelainan

jantung adalah para penderita AIDS, pecandu alkohol kronis, pasien yang menerima

pengobatan antineoplastik atau imunosupresan, pasien sesudah dilakukan transplantasi

organ, pasien dengan protesa atau sendi implant, dan pasien penderita diabetes tidak

terkontrol.

Sedasi

Kecemasan dan ketakutan paling sering ditemukan pada pasien-pasien bedah

oromaksilofasial. Perasaan ini selalu ada dengan derajat dan manifestasi yang berbeda-

beda. Ketakutan bisa berkisar antara ketakutan normal sampai dengan kehilangan kontrol

total, sedangkan gejala yang ditunjukkan mulai dari banyak bicara, tangan gemetar,

Page 7: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

sampai dengan histeria dan syok. Oleh karena itu cara mengatasinya tergantung

situasinya. Pada kebanyakan kasus, kontrol kecemasan yang memadai bisa didapat dari

sikap operator yaitu menujukkan ketenangan dan kepercayaan diri, serta menunjukkan

watak yang baik hati, sabar, dan menentramkan hati. Apabila tindakan-tindakan tersebut

dianggap masih kurang memadai atau apabila ada situasi yang khusus, misalnya

gangguan jantung atau hipertensi, maka diperlukan sedasi oral atau inhalasi oksida nitrous

oksigen. Keamanan, keterampilan atau pengalaman dan keterbatasan yang disebabkan

karena tuduhan malpraktik secara efektif membatasi pemakaian sedasi pra-bedah melalui

rute tersebut.

Obat-obatan yang digunakan untuk pramedikasi oral meliputi narkotik, antihistamin,

obat-obatan anxiolytic, misalnya benzodiazepine. Kecemasan yang ringan bisa diatasi

dengan obat-obatan tersebut. Walaupun sulit untuk menentukan dosisnya pada satu

kunjungan, kadar dosis dapat dinaikkan atau diturunkan pada kunjungan berikutnya,

apabila dibutuhkan untuk mendapatkan aksi optimal. Untuk meningkatkan efektivitas,

obat yang dimaksud diberikan pada sore hari sebelum dilakukan pembedahan. Kemudian

diulang lagi 1-2 jam sebelum prosedur pembedahan dengan dosis yang sedikit dikurangi.

Untuk itu wajib diketahui sifat-sifat farmakologis obat yang digunakan, misalnya waktu

timbulnya aksi, cara kerjanya, durasi, metabolisme, ekskresi, dan efek sampingnya.

Izin Operasi

Formulir persetujuan tertulis harus didapatkan sebelum melakukan suatu prosedur. Agar

efektif, persetujuan dikemukakan lebih sebagai sebagai suatu konseling sebelum

pelaksanaan operasi, dan bukan sekedar tindakan pelengkap administrative. Alasan harus

dilakukannya operasi, sifat operasi, hasil yang diperkirakan, dan komplikasi yang

mungkin timbul harus dijelaskan secara lengkap dan terus terang kepada pasien atau

orang yang akan menandatangani persetujuan tertulis tersebut. Orang-orang yang terlibat

diberikan kesempatan untuk bertanya tentang prosedur atau segi-segi yang terkait.

Ketidakrincian persetujuan yang dimintakan akan melemahkan segi hukum nantinya.

Orangtua, kerabat, atau wali sah pasien harus memberikan persetujuan untuk pasien yang

tidak bisa memberikan persetujuan sendiri, yaitu anak-anak, penderita kelainan mental,

dan pasien yang tidak sadar. Penandatanganan persetujuan harus disaksikan oleh orang

lain selain ahli atau dokter bedah yang akan melakukan operasi. Formulir persetujuan

disertakan sebagai dokumen tetap dalam catatan medis.

Page 8: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Konsultasi

Ada beberapa pasien dengan kondisi tertentu yang mengharuskan seorang dokter gigi

(dalam hal ini dokter bedah mulut) melakukan konsultasi kepada seorang dokter ahli atau

spesialis, baik seorang haematologist, dokter spesialis penyakit dalam, ataupun dokter

spesialis jantung. Pasien-pasien ini disebut pasien resiko tinggi, yaitu pasien-pasien yang

menderita penyakit kardiovaskular, penyakit pulmonal, kelainan neurologis, disfungsi

endokrin, kelainan koagulasi darah, anemia, penyakit ginjal dan transplantasi, alergi, serta

kehamilan.

Persiapan Peralatan dan Operator

Persiapan operator

Sebelum memasuki ruang bedah, ahli bedah melepas pakaian luar dan memakai pakaian

bedah yang steril, termasuk penutup sepatu dan penutup kepala. Ruang steril atau substeril

terletak berdekatan dengan ruang bedah. Ruangan tersebut dilengkapi dengan masker, sikat

dan bak penyikat dengan wadah sabun dan air yang dikontrol menggunakan kaki atau lutut.

Ahli bedah memasang masker dan pelindung mata dan menyesuaikannya agar tidak

mengganggu. Kemudian dilakukan penyikatan pada kedua tangan selama 5 sampai 10 menit

untuk mengurangi bakteri sekecil mungkin sebelum mengenakan sarung tangan. Dengan

menggunakan sabun bedah atau sabun antibakteri dan sikat steril, tangan serta lengan bawah

disikat hingga mencapai tepat di atas siku. Setelah penyabunan, tangan dan lengan dibilas

hingga air menetes dari siku. Kuku jari tangan dibersihkan menggunakan kikir kuku di bawah

guyuran air.

Petugas masuk ke kamar operasi (OK) harus :

a. Mengganti baju dengan baju khusus dikamar ganti pakaian.

b. Memakai alas kaki khusus dalam OK.

c. Memakai tutup kepala dan rambut tertutup semua.

d. Memakai masker.

Persiapan peralatan

Alat-alat yang akan digunakan pada operasi disterilkan lalu disusun di tempat yang steril di

dalam kamar operasi. Sterilisasi alat bertujuan membunuh semua mikroorganisme. Teknik

sterilisasi yang digunakan yaitu dengan menggunakan autoclave atau tekanan uap, juga

menggunakan metode kimia dan fisika yaitu pemanasan basah, pemanasan kering, serta

radiasi gamma (digunakan dalam perdagangan untuk sterilisasi alat yang dipaketkan seperti

Page 9: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

scalp blades). Sterilisasi dengan cara perebusan sudah jarang digunakan karena hanya sebagai

desinfectan dan tidak membunuh organisme spora.

Persiapan Kamar Operasi

Ruang operasi di rumah sakit umumnya dibuat dengan design yang simpel, dinding

dan furniture dari bahan yang mudah dibersihkan dan peralatan yang biasa digunakan sudah

tersusun rapi. Ruangan dengan ventilasi dan suhu ruangan dijaga tetap 18-21° C, tetapi

ruangan jangan lembab. Ruang operasi di rumah sakit harus menggunakan AC untuk

mencegah kontaminasi dari luar. Di sebelah ruang operasi seharusnya terdapat ruang

perawatan dengan staf perawat yang berpengalaman dimana pasien diletakkan pada tempat

tidur yang bisa didorong sehingga jika terjadi sesuatu langsung bisa dibawa ke ruang operasi.

Sinar yang digunakan menghasilkan penerangan yang adekuat tanpa menghasilkan panas dan

sinarnya mudah diarahkan ke dalam mulut. Di kepala handpiece juga terdapat sinar sehingga

operator dengan mudah dapat melihat palatum, cavitas seperti kista atau antrum.

Pembagian Daerah Sekitar Kamar Operasi, Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri

dari 3 area :

a. Area bebas terbatas (unrestricted area)

Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi.

b. Area semi ketat (semi restricted area)

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas

topi, masker, baju dan celana operasi.

c. Area ketat/terbatas (restricted area).

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap yaitu :

topi, masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptic.

Pembagian lainnya, secara khusus area kamar operasi dibagi menjadi:

1. Daerah publik

Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Mis: kamar tunggu,

gang, emperan depan komplek kamar operasi.

2. Daerah semi publik

Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja yaitu petugas. Dan biasanya

diberi tulisan “DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS”. Dan yang sdudah ada

pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian khusus kamar

operasi) serta pengginaaan alas kaki khusus di dalam.

Page 10: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

3. Daerah Aseptik

Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung ada

hubungannya dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang harus dijaga

kesucihamaannya. Daerah aseptic dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Daerah Aseptik 0

Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannnya pembedahan.

2. Daerah aseptik 1

Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duduk/kain steril, tempat instrument dan

tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan alat.

3. Daerah aseptik 2

Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar ahli anastesia

Bagian-Bagian Kamar Operasi

Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi maupun di

lingkungan kamar operasi, antara lain:

a. Kamar bedah

b. Kamar untuk mencuci tangan

c. Kamar untuk gudang alat-alat instrument

d. Kamar untuk sterilisasi

e. Kamar untuk ganti pakaian

f. Kamar laboratorium

g. Kamar arsip

h. Kamar pulih sadar (recovery room)

i. Kamar gips

j. Kmaar istirahat

k. Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (tempat cuci alat)

l. Kantor

m.Gudang

n. Kamar tunggu

o. Ruang sterilisasi

Lokasi dan Fungsi Kamar Operasi

Letak

Page 11: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan unit gawat darurat

(IRD), ICU dan unit radiology.

Bentuk

1)    Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit berbentuk lengkung,

warna tidak mencolok.

2)    Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air, mudah dibersihkan dan

menampung debu.

Ukuran kamar operasi

1)    Minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2)

2)    Khusus/besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2)

Sistem Ventilasi

a.       Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan penyaringan udara

dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan sentral AC.

b.       Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda. 

Suhu dan Kelembaban

a.       Suhu ruangan antara 190 – 220 C.

b.       Kelembaban 55 %

Sistem Penerangan

a.       Lampu Operasi

Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya terang, tidak

menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.

b.       Lampu Penerangan

Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.

Pintu

a.       Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.

b.       Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri

c.       Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan)

d.       Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa membuka pintu. 

Air Bersih

Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a.       Tidak berwarna, berbau dan berasa.

b.       Tidak mengandung kuman pathogen.

c.       Tidak mengandung zat kimia.

d.       Tidak mengandung zat beracun

Page 12: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Fungsi Kamar Operasi :

a. Untuk mengantisipasi penanganan kasus bedah yang beragam, baik yang terencana

maupun darurat dalam keadaan steril. Seperti:

Bedah umum

Bedah jantung

Bedah digestif

Bedah plastik

Orthopedi

Kebidanan-kandungan

Bedah saraf dan urologi

THT-KL

Mata

Bedah anak

Bedah mulut

b. Sebagai ruangan yang dilengkapi juga dengan ruang penerimaan / persiapan yaitu

ruangan khusus untuk menempatkan pasien dari luar lingkungan kamar operasi sebelum

dilakukan tindakan bedah.

c. Sebagai ruangan untuk operasi-operasi tertentu yang tidak memerlukan perawatan

rawat inap seperti operasi bedah minor, operasi tonsillectomy dan lain-lain.

d. Sebagai tempat pemeriksaan akhir sebelum naik ke meja operasi seperti pemeriksaan

tekanan darah, nadi, pernafasan, berat badan dan evaluasi lainnya oleh dokter anasthesi

(bius).

Alur Pasien, Petugas dan Peralatan

1. Alur Pasien

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda.

b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.

2. Alur Petugas

Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

3. Alur Peralatan

Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.

Page 13: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Sistem zona kamar operasi

Zona 1 : Zona bebas Terbatas ( ditandai dengan warna hijau)

Zona 2 : Zona bersih (clean Zone) ( ditandai dengan warna kuning)

Zona 3 : Zona Semi steril ( ditandai dengan warna orange)’

Page 14: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Zona 4 : Zona steril ( ditandai dengan warna merah)

Page 15: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Prosedur Selama Operasi

1. Asisten operasi menutup tubuh pasien dengan doek steril yang berlubang pada daerah

yang akan dioperasi.

2. Petugas melakukan sesuai dengan yang dibutuhkan dan memonitor keadaan pasien

kemudian melaporkan ke Operator bahwa operasi dapat dimulai.

3. Operator dan asisten operator melakukan operasi.

4. Petugas yang lain yang tidak ikut serta dalam operasi siap di tempat untuk keperluan

mendadak.

Selain itu, ada juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam prosedur perawatan

selama operasi, yaitu sebagai berikut.7

1. Mengatur posisi yang sesuai untuk pasien maksudnya dengan diberikan posisi yang

sesuai diperlukan untuk memudahkan operasi dan juga untuk menjamin keamanan

fisiologis pasien. posisi yang diberikan pada saat operasi disesuaikan dengan kondisi

pasien.

2. Mempertahankan keadaan asepsis selama operasi.

3. Menjaga kestabilan temperatur pasien artinya temperatur di kamar operasi

dipertahankan pada suhu standar kamar operasi dan kelembapannya diatur untuk

menghambat pertumbuhan bakteri.

4. Memonitor terjadinya hipertermi malignan artinya monitoring kejadianya hipertermi

malignan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa kerusakan sistem

saraf pusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan untuk

menentukan tindakan pencegahan dan penangan sedini mungkin sehingga tidak

menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien

Page 16: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

5. Melakukan penutupan luka operasi artinya penutupan luka dilakukan lapis demi lapis

dengan menggunakan benang yang sesuai jenis jaringan. Penutupan kulit

menggunakan benang bedah untuk mendekatkan tepi luka sampai dengan terjadinya

penyembuhan operasi. Luka yang terkontaminasi dapat terbuka seluruhnya atau

sebagian saja. Ahli bedah memiliki metode dan tipe jahitan atau penutupan luka

berdasarkan daerah operasi, ukuranya,dan dalam luka operasi serta usia dan kondisi

pasien. setelah luka operasi dijahit kemudian dibalut dengan kain dengan kassa steril

untuk mencegah kontaminasi luka, mengabsorpsi drainage, dan membantu penutupan

incisi. Jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan biasanya bisa dibuka

setelah 7- 10 hari tergantung letak lukanya.

6. Drainage artinya drain ditempatkan pada luka operasi untuk mengalirkan darah,

serum, debris, dari tempat operasi yang bila tidak dikeluarkan dapat memperlambat

penyembuhan luka dan menyebabkan terjadinya infeksi.

7. Memindahkan pasien dari ruang operasi ke ruangan pemulihan / ICU artinya sesudah

operasi, tim kesehatan atau tim operasi akan memberikan pasien pakaian yang bersih,

kemudian memindahkan pasien dari meja operasi ke barankard. Selama pembedahan

ini tim pembedahan memberikan salah satu preposisi yaitu dengan terjadinya

kehilangan panas, infeksi respirasi, dan shock, mencegah luka operasi terkontaminasi

serta kenyamanan pasien. (Jong, 2000)

Persyaratan Sarana Bangunan Instalasi Rawat Inap

1. Lokasi

a. Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman,

tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari sarana

penunjang rawat inap.

b. Bangunan rawat inap sebaiknya terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan

kotoran, dan bising dari mesin/generator.

2. Denah

a. Persyaratan umum

i. Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap

kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan.

Page 17: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

ii. Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang

dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.

iii. Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah.

iv. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok

unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang)

v. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan

ditampung.

vi. Sinar matahari pagi sedapatmungkin masuk ke dalam ruangan.

vii. Alur petugas dan pengunjung dipisah.

viii. Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan minimal seperti

ditunjukkan dalam tabel

Tabel 1

Kebutuhan minimal luas ruangan pada bangunan rawat inap

No. Nama Ruangan Luas Satuan

1. Ruangan rawat inap

VIP 18 m2/tempat tidur

Kelas I 12 m2/tempat tidur

Kelas II 10 m2/tempat tidur

Kelas III 8 m2/tempat tidur

2. Ruang pos perawat 20 m2

3. Ruang Konsultasi 12 m2

4. Ruang Tindakan 23 m2

5. Ruang Adminitrasi 9 m2

6. Ruang Dokter 20 m2

7. Ruang Perawat 20 m2

8. Ruang Ganti/locker 9 m2

9. Ruang Kepala rawat inap 12 m2

10. Ruang Linen kotor 18 m2

11. Ruang Linen kotor 9 m2

12. Spoelhoek 9 m2

13. Kamar mandi/toilet 25 m2

14. Pantri 9 m2

Page 18: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

15. Ruang janitoir/servis 9 m2

16. Gudang bersih 18 m2

17. Gudang kotor 18 m2

b. Persyaratan khusus

i. Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :

1. Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).

2. Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)

3. Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)

Page 19: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

4. Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas

3).

ii. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi),

seperti :

1. Pasien yang menderita penyakit menular.

2. Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti

penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya).

3. Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam

ruangan).

Page 20: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan

jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.

c. Pos Perawat (Nurse Station).

Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap yang

dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi lebih efektif dan

efisien.

3. Lantai

a. Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga.

b. Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata atau keramik dengan

nat yang rata sehingga abu dari kotoran-kotoran tidak bertumpuk, mudah

dibersihkan, tidak mudah terbakar.

c. Pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung (hospital plint), agar

memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang abu dan kotoran.

4. Langit-langit

Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan debu atau

kotoran lain.

Page 21: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

5. Pintu

a. Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda, masing-masing dengan

lebar 90 cm dan 40 cm. Pada sisi pintu dengan lebat 90 cm, di pasang kaca intai.

b. Pintu masuk ke kamar mandi umum, minimal lebarnya 85 cm.

c. Pintu masuk ke kamar mandi pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1

kamar mandi berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.

d. Pintu kamar mandi pasien, harus terbuka ke luar kamar mandi.

e. Pintu toilet umum untuk penyandang cacat harus terbuka ke luar.

6. Kamar mandi

a. Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak cuci

tangan wastafel).

b. Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau

standar teknis yang berlaku.

c. Jumlah kamar mandi untuk penyandang cacat, 1 (satu) buah untuk setiap kelas.

d. Toilet umum, terdiri dari kloset dan bak cuci tangan (wastafel).

e. Disediakan 1 (satu) Toilet umum untuk penyandang cacat di lantai dasar, dengan

persyaratan sesuai pedoman atau standar yang berlaku.

7. Jendela

Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya, dan

cukup rapat.

PERSYARATAN TEKNIS

SARANA BANGUNAN INSTALASI RAWAT INAP

Lokasi.

(a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman, tetapi

tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari sarana penunjang rawat inap.

(b) Bangunan rawat inap sebaiknya terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran,

dan bising dari mesin/generator.

Denah.

(a). Persyaratan umum.

Page 22: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

(1). Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap

kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan.

(2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar

ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat

berhubungan/membutuhkan.

(3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah.

(4). Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan,

sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang)

(5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang

akan ditampung.

(6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.

(7). Alur petugas dan pengunjung dipisah.

8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan

Persyaratankemudahan.

Kemudahan hubungan horizontal.

(a) Setiap bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan

horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang memadai untuk

terselenggaranya fungsi bangunan instalasi rumah sakit tersebut.

(b) Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan

besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah penggunaruang.

(c) Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang

dana aspek keselamatan.

(d) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan berdasarkan fungs

ikoridor, fungsiruang dan jumlah pengguna.

(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan pintudan koridor mengikuti

pedoman danstan dan teknis yang berlaku.

Kemudahan hubungan vertikal.

(a) Setiap bangunan rumahsakit bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal antar

lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumahsakit tersebut

Page 23: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

berupatersedianya tangga, ram, lif, tanggaberjalan/ eskalator, dan/atau lantai

berjalan/travelator.

(b) Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi bangunan

rumahsakit, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta keselamatan pengguna

bangunan rumahsakit.

(c) Setiap bangunan rumahsakit yang menggunakan lif, harus menyediakan lif kebakaran.

(d) Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasaa tau lif barang

yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan secara

khusus oleh petugas kebakaran.

(e) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan lif,

mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Sarana evakuasi.

(a) Setiap bangunan rumahsakit, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem

peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi yang dapat dijamin

kemudahan pengguna bangunan rumahsakit untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan

rumah sakit secara aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.

(b) Penyediaan sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu eksit, dan jalur evakuasi

disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, jumlah dan kondisi pengguna

bangunan rumahsakit, serta jarak pencapaian ketempat yang aman.

(c) Sarana pintu eksit dan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan tanda arah yang mudah dibaca

dan jelas.

(d) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan sarana evakuasi mengikuti pedoman

dan standar teknis yang berlaku.

TIM OPERASI

Terdiri dari :

Dokter bedah

Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi pasien, pelaksanaan operasi, dan

keamanan untuk pasien saat operasi.

Anaesthetist (tim anestesi)

Bertanggung jawab untuk anestesi pasien, memilih bahan anestesi, meresepkan

premedikasi, dan melakukan anestesi umum.

Asisten dokter bedah

Harus berasal dari lulusan yang berkualitas atau anggota dari staf perawat.

Scrub nurse

Page 24: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Merupakan anggota dari tim sterilisasi operasi dan bertanggung jawab

memberikan peralatan yang digunakan, mempersiapkan penjahitan dan

melakukan tugas-tugas lain yang membutuhkan asisten yang berpakaian steril

dan memakai sarung tangan. Scrub nurse seringkali berperan serta secara

langsung dalam pembedahan, dengan melakukan retraksi, mengirigasi, atau

menjalankan peralatan suction (penyedot).

Sirkulator

Adalah anggota tim nonsteril yang melengkapi tim operasi dalam hal peralatan

dan bahan-bahan yang tidak memungkinkan dilakukan oleh tim steril. Sirkulator

bertugas memasangkan lampu kepala dan menghubungkan peralatan-peralatan

tertentu seperti handpiece, gergaji, dermatom, dan kauter.

ANESTESI

Anestesi yang digunakan dalam bedah/operasi oromaksilofasial adalah anestesi

local dan anestesi umum. Pada anestesi umum digunakan alat bantu pernapasan yaitu

endotracheal tube dan tim anestesi bertanggung jawab akan hal ini.

Biasanya terdapat hubungan khusus antara ahli anestesi dengan ahli bedah mulut,

yang berdasar atas pelatihan di bagian oral dan maksilofasial secara khusus. Ahli

anestesi bertanggung jawab penuh dalam mempertahankan jalan napas selama

pembedahan. Selain jalan napas, kondisi pasien dikontrol lebih jauh secara intravena

dan dengan peralatan elektronik canggih untuk memantau tanda-tanda vital serta

parameter fisiologis lainnya.

Kode etik mengharuskan ahli bedah untuk memberitahu ahli anestesi tentang

semua obat yang disuntikkan (bahan anestesi lokal dengan vasokonstriktor),

komplikasi tertentu yang timbul, misalnya kehilangan darah akut, dan perkiraan

waktu penyelesaian prosedur. Ahli anestesi juga bertanggung jawab atas pemberian

cairan selama pelaksanaan pembedahan dan dapat memilih antara pemberian darah

atau plasma expander berdasarkan perhitungan kehilangan darah, tanda-tanda vital,

hasil pemeriksaan laboratoris, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

PERSIAPAN DAN PENUTUPAN

Setelah penyikatan tangan selesai, maka ahli bedah (operator) sudah dalam

keadaan steril dan tidak diperkenankan menurunkan tangannya di bawah batas

pinggang atau menyentuh sesuatu kecuali baju operasi dan sarung tangan yang steril.

Dibutuhkan meja penyangga (mayo stand) yang tertutup kain steril, di atasnya

Page 25: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

diletakkan sarung tangan, sabun, larutan saline, handuk, spons, dan barang-barang

lain yang dibutuhkan, yang kesemuanya steril, untuk mempermudah penyiapan

daerah operasi.

Rambut pada daerah pembedahan biasanya dicukur sebelum pasien masuk ke

ruang bedah karena tidak diperbolehkan adanya rambut pada daerah bedah yang

steril (kecuali alis mata). Petugas ruang operasi mempersiapkan, menyelubungi, dan

mengisolasi daerah yang akan dibedah dengan handuk steril. Sabun bedah dicairkan

dengan saline steril, dan pada wadah cairan tersebut ditambahkan spons. Untuk

prosedur yang dilakukan di rongga mulut, muka bagian bawah dan daerah servikal

atas pertama-tama digosok. Setelah member tahu tim anestesi, anggota tim bedah

menyedot cairan rongga mulut dan faring, lalu memasukkan throat pack (biasanya

berupa vaginal pack yang basah). Rongga mulut kemudian digosok dengan kuat.

Irigasi saline dan penyedotan juga bisa digunakan.

Daerah pembedahan ditutup oleh seorang anggota tim bedah yang telah

menggunakan gaun dan sarung tangan bedah. Langkah awal, daerah operasi diisolir

dengan menggunakan handuk, kain atau kertas steril. Bila operasi yang dilakukan

terbatas pada prosedur di rongga mulut saja, seringkali hanya mulut yang dibiarkan

terbuka. Kemudian ditempatkan kertas penutup sepanjang tubuh dengan ujung

terpisah, diikuti oleh penutup kepala berukuran pendek. Kertas penutup seringkali

dilengkapi dengan tepi berperekat, sehingga mempermudah stabilisasinya. Kadang

digunakan penutup plastik, opak, bila akan dilakukan insisi kulit. Penutup dapat

diberi stabilisasi tambahan menggunakan penjepit handuk atau dengan cara

menjahitnya ke kulit di bawahnya. Bila dibawah penutup merupakan bagian mata,

mata harus dilindungi dengan salep mata dan merekatkan pelupuk mata untuk

mencegah abrasi kornea.

GAUN DAN SARUNG TANGAN BEDAH

Operator bisa memakai sendiri gaun bedah atau dengan dibantu oleh scrub nurse,

demikian juga dengan pemakaian sarung tangan. Tangan dikeringkan menggunakan

handuk dengan bantuan scrub nurse atau diletakkan di dekat gaun. Gaun dari kertas

saat ini merupakan standar dan dipakai dengan bagian dalam menghadap keluar.

Operator dapat memakainya sendiri dengan cara memegang gaun dan memasukkan

bagian lengan lebih dahulu. Gaun bedah ini dikancingkan dengan bantuan sirkulator

nonsteril. Kemudian ahli bedah memakai sarung tangan seperti biasa.

Page 26: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

OPERASI

Semua anggota tim operasi harus bekerja dengan posisi yang nyaman untuk

menghindari kelelahan. Mulut pasien dapat dibiarkan terbuka dengan menggunakan

rubber prop yang diletakkan diantara gigi molar. Untuk operasi dengan anestesi

lokal, rubber prop digunakan untuk menenangkan otot dan sendi pasien. Untuk

operasi dengan anestesi umum, mulut tidak boleh dibuka dengan paksa karena akan

mengakibatkan fraktur gigi dan kerusakan TMJ. Tekanan intraoral di atas mental

protuberance akan membuka mulut dengan lembut dan dapat menggerakkan sendi.

PERTIMBANGAN KHUSUS

Ada pertimbangan-pertimbangan khusus dalam prosedur bedah mulut. Misalnya,

kepala harus stabil. Keadaan ini dicapai dengan menempatkan satu penyangga kepala

berbentuk seperti donat (gulungan spons) atau bantalan karet busa. Ahli bedah harus

bisa melakukan operasi dari kedua sisi wajah pasien, yang mengharuskan

penempatan kedua lengan di atas meja di bawah penutup. Untuk mendapatkan jalan

masuk ke lambung, dimasukkan tabung nasogaster, yang berfungsi untuk evakuasi

isi lambung atau sebagai jalan pemberian makanan nantinya. Meski tidak terbatas

hanya pada prosedur bedah mulut, kateter kandung kemih harus dipasang jika lama

operasi diperkirakan melebihi 3-4 jam.

Tahap Post Operative AKHIR PROSEDUR

Pada akhir pembedahan, ahli bedah membuat catatan yang menegaskan bahwa

semua rencana operasi sudah dilaksanakan dan member tahu tim anestesi bahwa ia

akan selesai. Ahli bedah kemudian memastikan semua perdarahan telah dapat

dikontrol dan memeriksa bahwa pack atau drain yang tertinggal di mulut atau daerah

yang luka berada pada tempatnya, juga memastikan tidak ada alat-alat operasi dan

kotoran yang tertinggal di dalam mulut pasien. Dengan persetujuan tim anestesi,

pack dapat dibuka dan debrid di lapisan superficial dikeluarkan dari mulut.

Setelah itu, dipasang pembalut pada luka operasi pasien dan penutup dilepas.

Anggota tim steril melepas gaun bedah terlebih dahulu, dan meletakkannya dalam

keranjang yang telah disediakan. Sarung tangan kemudian dilepas tanpa menyentuh

bagian luar, permukaan operasi, dan kemudian dibuang. Alat pemantau dilepas,

selang iv dilepas, dan kantung kateter urine (jika dipasang) dipindah ke kereta.

Page 27: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Pasien dipindah ke kereta dorong dengan ahli anestesi selalu berada di sebelah

kepala pasien. Salah seorang ahli bedah biasanya berdiri di bagian kaki pasien untuk

membantu memindahkan pasien ke ruang pemulihan.

LAPORAN

Setelah pasien sampai pada ruang pemulihan, ahli anestesi memberikan kepada

perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien, catatan anestesi dan laporan lisan

terperinci yang menggambarkan kondisi pasien pada akhir pembedahan, yaitu

meliputi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dan pertimbangan khusus lainnya.

Perawatan di ruang pemulihan dilakukan dengan menyediakan satu perawat khusus

bagi satu pasien, dan kemajuan pasien direkam secara cermat pada catatan perawat.

PERAWATAN INTENSIF

Pasien yang telah sampai pada ruang pemulihan dan sudah sadar harus segera

diberi asupan makanan baik melalui infus ataupun secara oral untuk menghindari

muntah atau nausea. Nausea dapat timbul setelah pasien menjalani anestesi umum

dan ini dapat dikontrol dengan penggunaan medikasi anti-emetik intravena seperti

ondansteron atau intramuscular agen, prochlorperazine.

Pemberian terapi analgesik post-operative sangat dianjurkan apabila bagian dari

prosedur tersebut diketahui dapat mengakibatkan rasa sakit. Contoh obat-obatan

yang digunakan untuk terapi analgesik post-operative adalah ibuprofen dan

paracetamol.

Karena sifat prosedur yang dijalani, lama operasi, atau komplikasi yang terjadi,

atau karena kondisi pasien sangat lemah, beberapa pasien ditempatkan pada ruang

perawatan intensif (ICU) atau ruang perawatan bedah intensif (SICU). Kemampuan

pemantauan dan kelengkapan petugas jaga dari fasilitas semacam ini memberikan

pelayanan atau perawatan maksimum yang terus menerus bagi pasien pasca bedah

yang sangat lemah. Sebagaimana di ruang pemulihan biasa, perawatan yang

dilakukan adalah satu perawat untuk satu pasien, dan pemantauan serta pengamatan

dilakukan terus menerus.

KEGAWATDARURATAN BEDAH DAN NON BEDAH

Tindakan yang cepat dan benar merupakan kunci utama penatalaksanaan kegawatdaruratan.

Kecekatan operator di dalam mengambil tindakan harus dilatih dengan benar, agar kesalahan

Page 28: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

pengambilan keputusan dapat dihindari. Penatalaksanaan dasar dalam kegawatdaruratan

adalah akronim PABCD yaitu position, airway, breathing, circulation, dan definitive care

(pada basic life support biasa disebut dengan defibrillation). Perlu pula ditentukan apakah

pasien dalam keadaan sadar atau tidak, bila pasien tidak sadar maka tidak ada respons

terhadap stimulasi, sehingga hindari tindakan untuk menggerakkan dan berteriak.

PRINSIP ABCDE

A : Airway with cervical spine control

Mempertahankan jalan napas baik secara manual ataupun menggunakan alat bantu. Yang

perlu diperhatikan di sini adalah tindakan manipulasi pada leher harus tetap mempertahankan

stabilitas tulang belakang.

B : Breathing and ventilation

Menjaga pernapasan atau ventilasi. Hal ini dilakukan misalnya dengan pemberian oksigen

(10-15 liter/menit). Kelainan perifer misalnya aspirasi dan pneumothoraks dan kelainan

sentral misalnya kerusakan pusat napas di otak dapat mengakibatkan gangguan pernapasan

C : Circulation and hemorrhage control

Mengontrol sumber perdarahan dan mempertahankan sirkulasi. Selain itu, pemberian cairan

pada pasien sangatlah penting terutama pada pasien yang kehilangan banyak darah.

Gangguan sirkulasi yang paling sring disebabkan kondisi hipovolemia akibat perdarahan luar,

ruptur organ dalam abdomen, trauma dada, syok septik, dan pneumothoraks

D : Disability/ neurological status

Pemeriksaan untuk mengetahui kemungkinan adanya gangguan neurologis. Misalnya dapat

menggunakan skala glasgow (Glasgow coma scale [ GCS ] )

E : E xposure and environment

Pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan dan juga menjaga pasien dari hipotermi.

Biasanya yang dilakukan adalah menutup tubuh pasien dengan selimut hangat ( setelah

seluruh pakaiannya dibuka) atau menggunakan alat penghantar khusus.

Tindakan pra-rumah sakit yang dilakukan meliputi : menjaga jalan napas pasien,

mengontrol perdarahan, stabilisasi keadaan umum pasien, mengontrol perdarahan, mencegah

Page 29: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

syok, imobilisasi pasien, mencegah terjadinya komplikasi dan cedera sekunder mengirim

pasien kerumah sakit dengan kompetensi yang sesuai dan secepatnya.

STABILISASI KEADAAN UMUM PASIEN

Stabilisasi keadaan umum pasien, dapat dilakukan dengan :

- Memposisikan bagian paha dan kaki lebih tinggi dari kepala (autotransfusi)

- Subtutusi cairan secara intravena

- Pemberian analgesik yang cukup

- Melindungi pasien dari kedinginan

Posisi pasien yang aman adalah posisi samping. Posisi dapat digunakan jika pada pasien

tidak dilakukan intubasi atau tidak perlu dilakukan intubasi dan jika tidak perlu untuk

dilakukan resusitasi jantung-paru. Yang perlu diperhatikan pada fraktur rahang bawah adalah

jangan sampai kepala terutama rahang bawah dijadikan tumpuan. Posisi ini biasanya hanya

digunakan sampai pasien ditransportasi ke rumah sakit terdekat.

MENJAGA JALAN NAPAS

Menjaga jalan napas sangatlah penting karena penyebab utama kematian pada

keadaan kegawatdaruratan adalah karena blokade jalan napas. Pada fraktur rahang bawah,

displacement rahang bawah, lidah, dan otot-otot dasar mulut dapat memblokade jalan

pernapasan. Hal ini disebabka karena m. Genioglossi dan otot-otot suprahioid kehilangan

perlekatannya pada bagian bawah ventral dan sebagai akibatnya akan bergerak jatuh

kebelakang dan menutup jalan napas juga dapat disebabkan oleh hematoma, misalnya pasca

trauma pada leher.

Manuver erschmarch dan menerik rahang bawah kebagian depan dapat membantu

melancarkan jalan pernapasan. Pada keadaan normal, jarak dari dorsal lidah ke dinding

Dengan tenggorok adalah 15mm. Dengan membuat posisi kepala mendongak kebelakang

jarak ini bertambah 8mm dan dengan menarik rahang bawah kebagian depan jarak ini

bertambah 8mm lagi. Selain itu, dapat dilakukan pemasangan pipa orofaringeal (pipa gaudel)

atau pipa nasofaringeal (pipa wend) untuk melancarkan jalan napas.

Page 30: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

Daftar pustaka

Barbara J Gruendemann, Billie Fernsebner. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. 2006.

Jakarta:EGC

Budraharja, Andi Setiawan. 2011. Trauma Oral & Maksilofasial. Jakarta: EGC.

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.

Miloro, Michael. 2004. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery -2nd ed.- .

London : BC Decker.Prasetijono, Purwito Soegeng.2009.Rancangan sistem informasi

pemanfaatan kamar operasi (OK) Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Semarang

Prosedur Operasi.2008. PT NJ Health Care Affiliated. Australia

Page 31: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

“PROSEDUR OK DAN BANGSAL SERTA KEGAWATDARURATAN

BEDAH DAN NON BEDAH”

DISUSUN OLEH :

TRYA ALDILA TAN 04091004053

ANNISA CITRA UTAMI 04091004054

ZURKARNETI HERLINA 04091004055

WIDA ROSTINA 04091004056

AMELIA MONIKA 04091004058

ANGGI SONA PUTRI N 04091004059

MIRANTI UTAMI PUTRI 04091004060

AGRIANI NURINDAH 04091004061

ZULFAHMI NURDIN 04091004063

M.ANDHIKA ARIEF 04091004064

RACHMAT TEDY 04091004065

RIMA AMILIA 04091004068

ASTRY HASTUTI 04091004070

ACHMAD RAMA BIRAN 04091004071

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Page 32: OK,Bangsal, Kegawatdaruratan

2011