61
OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN JUVENIL UDANG VANNAME (Litopenaeus vanname) JAWINA 10594095215 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2019

OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI

CAIRAN RUMEN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

SINTASAN JUVENIL UDANG VANNAME (Litopenaeus vanname)

JAWINA

10594095215

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2019

Page 2: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR

TERFERMENTASI CAIRAN RUMEN KAMBING TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN JUVENIL UDANG

VANAME (Litopenaeus vanname)

JAWINA

10594095215

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 3: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …
Page 4: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …
Page 5: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Optimasi Tepung

Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap

Pertumbuhan dan Sintasan Juvenil Udang Vaname (Litopenaeus vaname)

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar dibagian akhir skripsi

ini.

Makassar, Agustus 2019

Page 6: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

HALAMAN HAK CIPTA

Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar, Tahun 2019

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan

suatu masalah.

b. Pengutip tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Universitas

Muhammadiyah Makassar

Page 7: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

ABSTRAK

Jawina 10594 0952 15. Optimasi Kadar Tepung Limbah Sayur

Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap Pertumbuhan dan

Sintasan Juvenil Udang Vaname (Litopenaeus vanname). Dibimbing oleh

Murni dan Asni Anwar

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar tepung limbah sayur

terfermentasi cairan rumen kambing terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil

udang vanname. Penelitian ini dilaksanakan selama 50 hari yakni pada bulan

April sampai Juni 2019 di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)

Takalar. Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan yakni pengambilan

cairan rumen kambing, pengambilan limbah sayur, pencampuran limbah sayur

dengan cairan rumen kambing, pencampuran bahan tambahan, pencetakan

pakan, pengeringan pakan serta pengemasan pakan tepung limbah sayur

terfermentasi cairan rumen kambing, persiapan wadah, persiapan alat dan bahan

yang akan digunakan, selanjutnya pemeliharan juvenil udang vaname. Pada

penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) 4 Perlakuan dan 3

Ulangan perlakuan, yakni perlakuan A (0% kadar tepung limbah sayur),

perlakuan B (10% kadar tepung limbah sayur), perlakuan C (20% kadar tepung

limbah sayur), dan perlakuan D (30% kadar tepung limbah sayur.

Hasil yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa pengaruh

pemberian pakan dengan kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen

kambing berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil

udang vaname PL 30.

Kata Kunci : Tepung Limbah Sayur, Cairan rumen kambing, Juvenil udang

vaname, pertumbuhan, sintasan.

Page 8: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan

semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan

harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan

limpahan rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga dipanjatkan oleh penulis

atas berkat Rahmat, Hidayah serta Kasih Sayang Allah jualah telah memberi

banyak nikmat, kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehingga penulis dapat

melaksanakan penulisan Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan Judul Skripsi adalah “ Optimasi Kadar

Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap

Pertumbuhan dan Sintasan Juvenil Udang Vanname (Litopenaeus vanname)”.

Dengan selesainya penulisan Skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada Ibunda Hasena, Ayahanda Almarhum Tuwo dan Kakak Hj.

Jumasiah serta seluruh keluarga yang telah mencurahkan seluruh kasih dan

sayangnya dengan sepenuh hati, mendoakan dan mendukung penulis lahir dan

bathin.

Selanjutnya penulis sampaikan terima kasih khusus yang mendalam

kepada Ibu Dr. Murni, S.Pi., M.Si selaku pembimbing 1, dan kepada Ibu Asni

Anwar, S.Pi., M.Si selaku pembimbing 2 yang telah banyak melungkan waktu

Page 9: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

dan membagi ilmu, memberi motivasi dan araha-arahan. Semoga beliau selalu

dalam keadaan yang sehat dan sukses.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas

menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

angkatan 2015, terkhusunya kepada sahabat saya yaitu Andi Andika Padilla,

Nurhayati, dan Ade Rahanzas atas kerjasamanya selama ini sehingga dapat

membuahkan hasil pada hari ini, dan jika selama ini penulis pernah berbuat

kesalahan atau kehilafan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja maupun

tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan bathin, tiada

gading yang tidak pernah retak, tiada manusia yang tidak pernah salah.

Makassar, 27 Juli 2019

Jawina

Page 10: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ...................................... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI... iv

HALAMAN HAK CIPTA............................................................................ v

ABSTRAK..................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL....................................................................................... .. xii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... . xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv

1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 2

II. TINJAUN PUSTAKA ............................................................................. 3

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname ...................................... 3

2.2. Perkembangan Larva Udang vaname ................................................ 4

2.2.1. Stadia Nauplius........................................................................ 4

2.2.2. Stadia Zoea ............................................................................. 6

2.2.3. Stadia Mysis ........................................................................... 7

2.2.4. Stadia Post Larva ................................................................... 8

2.3. Pertumbuhan Udang Vanamei ........................................................... 9

2.4. Kelangsungan Hidup (Sintasan) ........................................................ 9

2.5. Kebutuhan Nutrisi Udang Vannamei ................................................ 10

2.6. Cairan Rumen .................................................................................... 11

2.7. Limbah Sayur .................................................................................... 12

2.8. Parameter Kualitas Air ...................................................................... 13

2.8.1. Suhu ......................................................................................... 14

Page 11: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

2.8.2. Salinitas ................................................................................... 14

2.8.3. Oksigen Terlarut ...................................................................... 14

2.8.4. pH ............................................................................................ 15

2.8.5. Amoniak .................................................................................. 16

III. METODE PENELITIAAN ................................................................. ... 18

3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 18

3.2. Persiapan esktrak enzim cairan rumen ............................................. 18

3.3. Persiapan Pakan Uji .......................................................................... 19

3.4. Wadah dan Media Pemeliharaan ...................................................... 20

3.5. Hewan Uji ......................................................................................... 21

3.6. Rancangan Percobaan ....................................................................... 21

3.7. Peubah yang diamati ........................................................................ 22

3.7.1. Pertumbuhan mutlak udang vaname ...................................... 22

3.7.2. Sintasan juvenil udang vaname .............................................. 22

3.8. Parameter Kualitas Air ..................................................................... 22

3.9. Analisi Data ...................................................................................... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 24

4.1. Pertumbuhan mutlak udang vaname ............................................... 24

4.2. Sintasan udang vaname ................................................................... 25

4.3. Pembahasan ..................................................................................... 26

4.4. Kualitas Air ..................................................................................... 28

V. PENUTUP ................................................................................................ 32

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 32

5.2. Saran ............................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33

LAMPIRAN

Page 12: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

DAFTAR TABEL

1. Ciri-ciri perkembangan nauplius udang vaname ...................................... 5

2. Ciri - ciri perkembangan zoea ........................................................ .......... 6

3. Ciri - ciri stadia Mysis .................................................................. ............ 7

4. Kandungan Nutrisi Limbah sayur terfermentasi Cairan Rumen ... ........... 13

5. Formulasi pakan yang digunakan pada penelitian ........................ ........... 20

6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan juvenil udang vaname PL

30 setiap perlakuan selama penelitian ....................... ................................... 27

Page 13: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

DAFTAR GAMBAR

1. Morfologi udang vaname (Wyban dan Sweeney, 1991) ....................... 4

2. Fase nauplis udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) .................... 5

3. Fase zoea udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) ........................ 7

4. Fase mysis udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) ...................... 8

5. Post larva udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991) ........................ 8

6. Lokasi BPBAP Takalar ......................................................................... 16

7. Tata letak wadah penelitian .................................................................. 19

8. Pertumbuhan Mutlak udang vaname .................................................... 21

9. Sintasan udang vaname ........................................................................ 24

Page 14: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis proksimat pakan pakan uji .................................... 35

2. Data pengamatan pertumbuhan mutlak udang vaname ............... 35

3. Hasil analisis varians pertumbuhan mutlak udang vaname ......... 35

4. Hasil uji lanjut Duncan pertumbuhan mutlak udang vaname ...... 36

5. Data sintasan udang vaname ........................................................ 36

6. Hasil analisi varians sintasan udang vaname ............................... 36

7. Hasil uji lanjut Duncan sintasan udang vaname........................... 37

8. Foto Alat dan Bahan .................................................................... 37

9. Foto Dokumentasi ........................................................................ 37

Page 15: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

II. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

perikanan budidaya yang permintaannya terus meningkat dan berkembang pesat.

Udang vannamei memiliki banyak keunggulan seperti relativ tahan penyakit,

produktivitasnya tinggi, waktu pemeliharaan relativ singkat, tingkat

kelangsungan hidup selama masa pemeliharaan tinggi dan permintaan pasar terus

meningkat (Hendrajat dan Mangampa, 2007). Dalam kegiatan budidaya udang

antara lain udang vanname membutuhkan benih yang berkualitas sehingga

mempunyai nilai jual tinggi dan dapat menjadi ekspor Indonesia.

Usaha peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan melalui usaha

budidaya secara intensif. Namun dalam usaha budidaya tersebut ada faktor yang

berperan penting yaitu pakan. Pakan yang biasanya diberikan pada udang

vaname masih sedikit yang dapat dimanfaatkan dengan baik hal ini disebabkan

oleh kurangnya enzim yang mampu merombak kandungan yang terdapat dalam

pakan dalam hal ini protein dan lemak, menjadi lebih kompleks sehingga dapat

dicerna dengan baik oleh hewan budidaya.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pengaplikasian

tepung limbah sayur dengan cairan rumen untuk melihat pertumbuhan dan

sintasan juevenil udang vanname.

Limbah sayur merupakan limbah pertanian yang jumlahnya melimpah,

selain itu limbah sayur (wortel, sawi putih, kol dan kangkung) mengandung

Page 16: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

protein yang cukup tinggi 22,63% (Murni et. al, 2018), namun untuk

memanfaatkan limbah sayur tersebut terkendala pada kandungan selulosa yang

tinggi 30,71% (Murni dan Darmawati,2016), sehingga menghambat kecernaan

pakan (Jusadi, 2014). Untuk menurunkan kandungan selulosa pada tepung

limbah sayur adalah melalui proses fermentasi dengan menggunakan cairan

rumen kambing sebagai fermentor.

Penambahan enzim cairan rumen domba 100 mL/kg bahan dengan lama

waktu inkubasi selama 24 jam dapat menurunkan kandungan serat kasar bungkil

kelapa sawit paling tinggi yaitu dari 17,54% menjadi 6,69% dan meningkatkan

nilai ketercernaan bungkil kelapa sawit sebesar 42,26% (Pamungkas, 2011).

Hasil penelitian sebelumnya juga dilaporkan Murni dan Darmawati (2016)

bahwa fermentasi limbah sayur menggunakan cairan rumen dengan dosis 10 – 15

mL/kg limbah sayur meningkatkan kandungan nutrisi limbah sayur hasil

fermentasi untuk pakan ikan nila dan aktivitas enzim amylase (0,250

u/mL/menit), protease (0,49 u/mL/menit), sellulase (0,124 u/mL/menit).

Selanjutnya Murni,dkk. (2017) melaporkan bahwa fermentasi limbah sayur

dengan dosis 15 mL/kg dan lama waktu inkubasi 4 hari mampu menurunkan

serat kasar limbah sayur 29,35% ke 14,83%. Murni et.al (2018) melaporkan

bahwa fermentasi limbah sayur menggunakan cairan rumen dosis 3% dengan

lama waktu inkubasi 4 hari mampu menurunkan kandungan serat kasar dan

meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan bahan kering dan kualitas

nutrisi limbah sayur. Selanjutnya Murni (2018) melaporkan bahwa penggunaan

Page 17: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

30% kadar silase limbah sayur yang difermentasi cairan rumen dalam pakan

mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan udang vannamei.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa limbah sayur yang

difermentasi cairan rumen dapat diturunkan kandungan seratnya dari 30.17% ke

11.23% (Murni, 2018). Oleh karena itu dilakukan penelititian tentang optimasi

kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing terhadap

pertumbuhan dan sintasan juvenil udang vaname.

1.2. Tujuan dan Kegunaaan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar tepung

limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing terhadap pertumbuhan dan

sintasan juvenil udang vanname.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tentang

penggunaan kadar tepung limbah sayur yang optimal dalam pakan udang

vanname khususnya kepada pembudidaya.

Page 18: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname

Udang vaname termasuk crustacea, ordo decapoda seperti halnya udang

lainnya, lobster dan kepiting. Decapoda dicirikan mempunyai 10 kaki, carapace

berkembang baik menutup seluruh kepala. Udang Paneid berbeda dengan

decapoda lainnya. Perkembangan larva dimulai dari stadia nauplidan betina

menyimpan telur dalam tubuhnya (Ditjenkan, 2006). Menurut Haliman dan

Adijaya (2005), klasifikasi udang vaname (Litopenaeus vannamei) meliputi:

Kingdom : Animalia

Filum : Artrhopoda

Kelas : Malascostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus :Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Tubuh udang vaname dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala

dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut

cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas

di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas

(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas

pula. Ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang

berbentuk runcing (Wyban dan Sweeney, 1991).

Page 19: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Gambar 1. Morfologi udang vaname (Wyban dan Sweeney, 1991).

2.2. Perkembangan Larva Udang vaname

Naupli merupakan stadia paling awal pada stadia larva udang vaname,

kemudian berubah menjadi stadia zoea. Zoea merupakan stadia kedua pada larva

udang vaname, kemudian bermetamorfosa ke stadia mysis. Stadia mysis

merupakan stadia ketiga dari larva udang vaname yang merupakan stadia

terakhir pada larva udang vaname. Mysis mempunyai karakteristik menyerupai

udang dewasa, seperti bagian tubuh, mata, dan karakteristik ekornya. Stadia

mysis akan berakhir pada hari ke tiga atau hari keempat, dimana selanjutnya

akan bermetamorfosa menjadi post larva (PL), (Wyban and Sweeney, 1991).

Perkembangan larva udang vaname setelah telur menetas adalah sebagai berikut:

2.2.1. Stadia Nauplius

Udang vaname memiliki empat stadia pertumbuhan yaitu Nauplius, Zoea,

Mysis, dan Post Larva. Pada stadia nauplius ini mengalami metamorphose

sebanyak 6 kali, yaitu Nauplius 1 sampai nauplius 6 dengan interval waktu 2-3

hari dengan ciri-ciri Nauplius dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 20: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Tabel 1. Ciri – ciri perkembangan nauplius udang vaname.

Stadia Nauplius Ciri-ciri

Nauplius 1

Badan bentuknya masih bulat telur, tetapi sudah

mempunyai anggota badan 3 pasang

Nauplius 2

Badan masih bulat tetapi pada ujung atenna pertama

terdapat selai rambut yang satu panjang dan dua

lainya pendek.

Nauplius 3

Tunas maxilla dan maxillaped mulai tampak,

demikian juga furcal yang jumlahnya dua buah dan

mulai jelas terlihat masing - masing 3 dari spesiesnya

Nauplius 4

Pada antenna ke dua mulai tampak beruas - ruas

dan pada setiap fucal terdapat 4 buah

Nauplius 5

Organ pada bagian depan sudah mulai tampak jelas

disertai dengan tumbuhnya tonjolan.

Nauplius 6

Perkembangan bulu – bulu makin sempurna dan

pada furcal mulai makin panjang.

Gambar 2. Fase nauplis udang vaname, (a. nauplis 1), (b. nauplis 2), (c. nauplis

3), (d. Nauplis 4), (e. nauplis 5), (f. nauplis 6), (Wyban and Sweeney,

1991)

Stadia Nauplius akan mengalami perubahan menjadi zoea setelah

mencapai nauplius VI sehingga harus diberikan pakan alami agar pada saat

perpindahan stadia ke zoea makanan telah tersedia dimana pada stadia zoea

kuning telur yang dibawa sejak masih stadia Nauplius sudah habis.

Page 21: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

2.2.2. Stadia Zoea

Stadia zoea bekembang selama 3-4 hari, tergantung pada kondisi

lingkungan dan pada stadia ini mengalami tiga kali metamorphose sebelum jadi

mysis dengan ciri-ciri dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ciri - ciri perkembangan zoea.

Stadia Zoea Ciri-ciri

Zoea 1

Pipih mata dan carapaks mulai tampak, tampak

maxilla pertama dan kedua serta mulai berfungsi,

alat -alat pencernaan makanan tampak jelas

Zoea 2 Mulai bertangkai dan pada carapaks sudah terlihat

rostrum dan duri

Zoea 3 Sepasang yang bercabang 2 mulai berkembang dan

duri pada ruas - ruas perut mulai tumbuh.

Gambar 3. Fase zoea udang vaname,(a. zoea 1), (b. zoea 2),(c.zoea 3), (Wyban

and Sweeney, 1991).

2.2.3. Stadia Mysis

Pada stadia zoea akan menjadi mysis setelah mangalami 3 kali pergantian

substadia dengan interval waktu 3-4 hari. Pada stdia mysis mirip dengan udang

Page 22: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

dewasa namun bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara

membengkokkan badannya dan lebih kuat berenang sehingga dapat mencari

dan menangkap makanannya. pada stadia mysis mengalami 3 kali

metamorphose dengan interval waktu 3-4 hari dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ciri - ciri stadia Mysis.

Stadia Mysis

Ciri-ciri

Mysis 1

Bentuk badan ramping dan memanjang seperti

udang muda, tapi kaki renang belum nampak.

Mysis 2

Tunas kaki renang mulai tampak tapi belum

beruas – ruas

Mysis 3 Tunas renang bertambah panjang dan beruas

Gambar 4. Fase mysis udang vaname, (a. Mysis 1), (b.Mysis 2), (c. Mysis 3),

(Wyban and Sweeney, 1991).

2.2.4. Stadia Post Larva

Setelah lepas dari substadia mysis III selanjutnya menjadi post larva dan

mulai dinamakan PL1 dan seterusnya hingga PL siap panen yang biasanya

dipanen setelah menjadi PL12. Stadia post larva mempunyai ciri-ciri yaitu

Page 23: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

mempunyai pleopoda yang berambut (stea) untuk berenang. Sejak PL1 akan

terhitung PL2 apabila terjadi pergantian kulit (moulting) dan begitu seterusnya.

Pada stadia ini yang perlu diperhatikan adalah kualitas air media pemeliharaan

harus tetap terjaga.

Gambar 5. Post larva udang vaname (Wyban and Sweeney, 1991)

2.3. Pertumbuhan Udang Vaname

Secara harfiah, pertumbuhan merupakan perubahan yang dapat diketahui

dan ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran dan kuantitasnya. Proses yang

terjadi pada pertumbuhan adalah proses yang irreversible (tidak dapat kembali ke

bentuk semula). Akan tetapi, pada beberapa kasus ada yang bersifat reversible

karena pertumbuhan terjadi pengurangan ukuran dan jumlah sel akibat kerusakan

sel atau dediferensiasi (Ferdinand dan Ariebowo, 2007).

Udang merupakan organisme hidup yang mengalami pertumbuhan, bahkan

juga kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

mortalitas udang adalah makanan. Udang hanya dapat meretensi protein pakan

sekitar 16,3-40,87% (Avnimelech, 1999; Hari et al., 2004) dan sisanya dibuang

dalam bentuk produk ekskresi, residu pakan dan feses. Selain faktor makanan,

Page 24: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

menurut Haliman dan Adijaya (2005) kualitas air tambak yang baik akan

mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal.

Oleh karena itu, kualitas air tambak perlu diperiksa dan dikontrol secara

seksama. Parameter kualitas air diantaranya, suhu, pH, salinitas, dan kadar gas

pencemaran.

2.4. Kelangsungan Hidup (Sintasan)

Sintasan adalah presentase jumlah udang yang hidup dalam kurun waktu

tertentu (Effendie, 1979). Sintasan organisme dipengaruhi oleh padat penebaran

10 dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan kandungan amoniak (Resmiaty

dan Mayunar, 1990) dalam fadlih (2001) bahwa faktor penting yang

mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang adalah tersedianya

jenis makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi serta adanya lingkungan yang

baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen sulfida dan ion

hidrogen. Kebutuhan nutrisi pakan dan keadaan lingkungan sangat berpengaruh

pada perkembangan dan larva udang vaname. Kebutuhan nutrisi pakan

dipengaruhi oleh pupuk yang di gunakan, cairan rumen sebagai pupuk organik di

harapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang

vaname stadia mysis sampai post larva.

2.5. Kebutuhan Nutrisi Udang Vaname

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vaname harus

memenuhi syarat gizi yang dibutuhkan udang. Nutrisi adalah kandungan gizi

yang terkandung dalam pakan. Pakan yang baik, harus mengandung nutrisi yang

Page 25: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

lengkap dan seimbang bagi kebutuhan udang. Karena nutrisi merupakan salah

satu aspek yang sangat penting, udang memerlukan nutrien tertentu dalam

jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri

terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak dan karbohidrat.

Kebutuhan udang akan protein lebih besar dibandingkan dengan organisme

lainnya. Menurut Trenggono (2001) dalam Wahyudi (2007) bahwa udang

vaname membutuhkan protein sekitar 32 %, lebih rendah dari kebutuhan udang

windu (Penaeus monodon) dan Penaeus japonicus yaitu 45 %. Fungsi protein di

dalam tubuh udang antara lain untuk : Pemeliharaan jaringan, Pembentukan

jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Kebutuhan protein udang

post larva yaitu 30-35 %. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam

prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein

merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan

udang.

Lemak merupakan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk

perkembangan ovarium, terutama asam lemak tidak jenuh tinggi dan fosfolipid.

Konsentrasi lemak dalam pakan komersial untuk induk udang berkisar 10 %.

Total kandungan lemak dalam pakan dilaporkan tidak terlalu berpengaruh.

Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan

protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi sangat

besar meskipun kasarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam

tubuh udang antara lain yaitu sumber energi, dan membantu penyerapan kalsium

dan vitamin A dari makanan.

Page 26: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Dalam tubuh udang karbohidrat juga berperan penting, dimana

karbohidrat merupakan sumber energi dan meningkatkan pertumbuhan udang.

Spesies yang berbeda mempunyai kemampuan memanfaatkan karbohidrat yang

berbeda pula. Adanya perbedaan kemampuan udang dalam memanfaatkan

karbohidrat pakan antar spesies lain disebabkan oleh perbedaan dalam

menghasilkan enzim yang mencerna karbohidrat (α-amylase) ataupun produksi

insulin (Furuichi1988). Kandungan karbohidrat untuk makanan larva udang

diperkirakan lebih rendah 20%.

2.6. Cairan Rumen

Pada dasarnya isi rumen merupakan bahan-bahan makanan yang terdapat

dalam rumen sebelum menjadi feces dan dikeluarkan dari dalam lambung rumen

setelah hewan dipotong. Kandungan nutriennya cukup tinggi, hal ini disebabkan

belum terserapnya zat-zat makanan yang terkandung didalamnya sehingga

kandungan zat-zatnya tidak jauh berbeda dengan kandungan zat makanan yang

berasal dari bahan bakunya.

Cairan rumen kambing mengandung bakteri dan protozoa, konsentrasi

bakteri berkisar antara 10 pangkat 9 setiap cc isi rumen, sedangkan protozoa

bervariasi sekitar 10 pangkat 5- 10 pangkat 6 setiap cc isi rumen (Tilmen, 1991)

Cairan rumen didalamnya mengandung enzim yang dapat merombak

beberapa zat sehingga juvenil udang vaname mampu mencerna makanannya

dengan baik ketika juvenil udang vaname diberi pakan. Dimana cairan rumen

kambing didalamnya mengandungan enzim sellulase, xilanase, mannanase,

amylase, protease, dan fitase (Budiansyah, 2010) dan kandungan enzim tertinggi

Page 27: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

terdapat pada enzim amylase karena mampu merombak protein sehingga mampu

dicerna oleh udang dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilaporkan Murni dan Darmawati (2016) bahwa fermentasi limbah sayur

menggunakan cairan rumen dengan dosis 10-15 mL/kg limbah sayur meningkat

kandungan nutrisi limbah sayur hasil fermentasi untuk pakan ikan nila dan

aktivitas enzim amylase (0,250 u/mL/menit), protease (0,49 u/mL/menit),

sellulase (0,124 u/mL/menit).

Kadungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen kambing meliputi:

Protein (8,86%), Lemak (2,60%), serat Kasar (28,78%), Kalsium(0,53%) air

(10,92%), abu (18,54%), BENT (41,24%), pospor (0,55%) (Rasyid, 1981).

Di dalam rumen ternak ruminasia terdapat populasi mikroba yang cukup

banyak jumlahnya. Cairan rumen mengandung bakteri dan protosoa. Konsentrasi

bakteri sekitar 10 pangkat 5 sampai 10 pangkat 6 setiap sese isi rumen (tilman,

1991). Beberapa jenis bakteri atau mikroba yang terdapat dalam isi rumen adalah

bakteri lipolitik, bakteri pembentuk asam, bakteri amilolitik, bakteri selulolitik,

dan bakteri proteolitik (suptrisno dkk, 1994)

2.7. Limbah Sayur

Limbah sayur adalah limbah organik dengan biomassa berat

keringnya mengandung 75% pati, hemiselulosa, dan selulosa (Irawan et al,

2010). Bahan baku lignoselulosa berharga murah, melimpah, belum banyak

dimanfaatkan dan dapat menjadi alternatif penanganan sampah sehingga

tidak diperlukannya lahan yang luas serta tidak menimbulkan kompetisi

antara ketersediaan bahan baku untuk pangan (Wiratmaja et al, 2011)

Page 28: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Limbah sayuran merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki

penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

(Muwakhid, 2005). Selama ini limbah sayuran menjadi sumber masalah bagi

upaya mewujudkan kebersihan dan kesehatan masyarakat. Selain mengotori

lingkungan, limbah sayuran pasar dengan sifatnya yang mudah membusuk,

mengakibatkan pencemaran lingkungan berupa bau yang tidak sedap dan

merupakan salah satu alternatif bahan baku pakan sumber protein asal nabati

yang tinggi dan jumlahnya melimpah, sehingga diharapkan dapat dijadikan

sebagai sumber bahan baku pakan yang ekonomis. Namun kendala yang

dihadapi dalam pemanfaatan limbah sayur adalah rendahnya nilai nutrisi yang

mengakibatkan kecernaan rendah. Menurut Hernawati et al. (2010), salah satu

caranya adalah pemanfaatan proses biologis menggunakan bakteri selulotik.

Perlakuan biologis menggunakan inokulum bakteri selulolitik sangat berperan

dalam meningkatkan kualitas limbah sayur sebagai bahan baku pakan alternative

ikan. Salah satu yang dilakukan dalam meningkatkan nilai nutrisi limbah sayur

adalah memanfaatkan jasa mikroba khususnya bakteri selulolitik.. Cara ini lebih

praktis dibandingkan dengan cara fisik dan kimia, karena cukup dengan

menyebarkan inokulum bakteri pada substrat limbah sayur (Nalar, 2014).

Page 29: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Limbah sayur Setelah difermentasi Cairan Rumen

Perlakuan

Hasil Analisis Nutrisi Limbah Sayur Terfermentasi Cairan

Rumen

Protein

Kasar

Lemak

Kasar

Serat

Kasar

Kadar

Air

Kadar

Abu

BETN

18,45 5,13 29,35 14,91 - -

A 17,90 3,58 15,94 9,04 37,81 22,29

B 17,20 3,26 14,83 21,09 38,78 23,34

C 19,19 3,46 15,35 17,59 33,94 25,25

D 18,05 2,69 15,59 15,21 37,15 23,87

Sumber : Laboratorium FIKP Unhas, 2016

2.8. Parameter Kualitas Air

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan larva udang tidak

optimal adalah suhu air dan keasaman air (pH). Keadaan pH dapat mengganggu

kehidupan udang jika terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi

(sangat basah). Udang akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap

perubahan pH dan tampak yang ditimbulkannya berbeda. Pengelolaan air untuk

budidaya benur udang sangat penting, karena air merupakan media terpenting

bagi kehidupan organisme didalamnya. Pengelolaan air yang baik maka

peningkatan produksi dapat diraih, untuk itu pengontrolan kualitas air secara

kontinyu perlu dilakukan.

2.8.1. Salinitas

Udang vaname memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu dari 2-40 ppt,

tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan

Page 30: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

darah isoosmotik (Wyban et al. 1991). Supono (2008), menyatakan bahwa

salinitas merupakan salah satu aspek kualitas air yang memegang peranan

penting karena mempengaruhi proses pertumbuhan udang vaname.

2.8.2. Suhu

Suhu optimal untuk udang antara 26-32ºC. Udang vaname juga memiliki

toleransi suhu yang luas yaitu berada pada kisaran 15–33ºC. Jika suhu lebih lebih

tinggi dari kisaran suhu optimal akan meningkatkan toksisitas dari zat-zat

terlarut yang kemudian meningkatkan kebutuhan oksigen dari peningkatan suhu

tubuh, serta meningkatkan laju metabolisme pada kebutuhan oksigen terlarut

meningkat (Briggs et al. 2004). Suhu merupakan faktor yang penting dalam

transportasi. Jika suhu air rendah, maka pH air akan tinggi dan metabolisme

menjadi rendah. Selanjutnya dijelaskan bahwa jika suhu berfluktuasi secara

drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan.

2.8.3. DO (Oksigen Terlarut)

Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai

faktor penting bagi pernafasan. Ikan dan udang sebagai salah satu jenis

organisme air juga membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam

tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan disebut dengan oksigen

terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena

ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan

udara. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l

Page 31: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan

ppm (part per million).

2.8.4. pH (derajat keasaman)

Derajat keasamaan biasa disebut sebagai pH. Nilai pH yang normal untuk

tambak udang berkisar antara 6-9. Nilai pH di atas 10 dapat mematikan udang.

Sedangkan pH di bawah 5 mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi lambat.

Khusus untuk udang vannamei, kisaran pH yang optimum adalah 7,5-8,5.

Terlepas dari itu semua, karena adanya proses pembusukan dan kadar karbon

dioksida yang tinggi, maka untuk mengatasi terjadinya guncangan pH perlu

diusahakan penggantian air sesering mungkin dan pengoperasian aerator

terutama pada pagi hari (Amri dan Kanna, 2008)

2.8.5. Amoniak

Pada budidaya intensif, amoniak merupakan bahan buangan yang bersifat

beracun yang dihasilkan oleh biota yang dibudidaya (Lin dan Chen 2003).

Boyd (1982) mengemukakan bahwa amoniak dapat meningkatkan penggunaan

oksigen pada jaringan, merusak insang, dan menurunkan kemampuan darah

dalam mengangkut oksigen. Kandungan amoniak dalam suatu perairan

dipengaruhi oleh pH dan suhu, yaitu semakin tinggi nilai pH maka nilai amoniak

juga semakin tinggi. Konsentrasi amoniak yang tinggi akan berdampak pada

pertumbuhan udang vaname, molting dan komsumsi oksigen.

Page 32: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan bertempat

di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Dusun Kawari, Desa

Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi

Selatan.

Gambar 6. Lokasi BPBAP Takalar

3.2. Persiapan esktrak enzim cairan rumen

Cairan rumen kambing diambil dari Rumah Pemotongan Hewan

Sungguminasa Kabupaten Gowa. Cairan rumen kambing diambil dari isi rumen

kambing dengan cara filtrasi (penyaringan dengan kain katun) kondisi suhu

40C. Ekstrak enzim cairan rumen kambing diperoleh mengikuti metode Lee et.

al., (2002). Ekstrak enzim cairan rumen yang diperoleh sebelum digunakan

terlebih dahulu diamati aktivitas enzim, jumlah koloni bakteri.

Page 33: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

3.3. Persiapan Pakan Uji

Tepung limbah sayur (kol, sawi putih, kangkung dan wortel) yang

digunakan adalah hasil fermentasi menggunakan cairan rumen kambing dengan

dosis 15 mL dan lama waktu inkubasi 4 hari.

Pakan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan pellet yang

diformulasi dengan penambahan tepung limbah sayur terfermentasi cairan

rumen. Proses pembuatan pakan diawali dengan persiapan bahan baku seperti

penggambilan cairan rumen dari isi rumen kambing dengan cara filtrasi

(penyaringan dengan kain katun) dengan kondisi suhu 4ºC, pengambilan limbah

sayur dipasar Sungguminasa Kab.Gowa, pencincangan limbah sayur dan

penimbangan, penambahan (pencampuran) limbah sayur dengan cairan rumen

kambing dan dimasukkan kedalam plastik klip lalu dikeluarkan udaranya setelah

itu dimasukkan kedalam styrofoam untuk dilakukan fermentasi selama 4 hari,

selanjutnya dilakukan pengeringan lalu limbah sayur yang terfermentasi cairan

rumen kambing dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian

dicampurkan dengan bahan pakan tambahan lalu dilakukan pencetakan pakan

setelah itu dilakukan pakan dikeringkan.

Selama proses pemeliharaan hewan uji diberi pakan buatan berbentuk

pellet sebanyak 10% dari biomasa perhari dengan frekuensi pemberian empat

kali perhari yakni pada pukul 05.00, 11.00, 17.00, dan 11.00 WITA dan untuk

pengamatan kualitas air dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian.

Page 34: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Tabel 5. Formulasi pakan yang digunakan pada penelitian ini :

NO BAHAN A

(gram) B

(gram) C

(gram) D

(gram)

1. Tepung Ikan 330 330 330 330

2. Dedak Halus 270 210 140 80

3. Kedelai 220 180 150 110

4. Tepung Jagung 70 70 70 70

5. Limbah Sayur 00 100 200 300

6. Tepung Terigu 90 90 90 90

7. Minyak Ikan 10 10 10 10

8. Vitamin A 10 10 10 10

3.4. Wadah dan Media Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan juvenil udang vaname adalah boks plastik yang

berkapasitas 60 liter yang diisi air laut dengan volume air 50L yang dilengkapi

dengan aerasi dan aerator. Media yang digunakan adalah air laut yang telah

disterilkan dan air tersebut diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau Takalar dan

ditampung dalam bak penampungan air yang telah disterilkan. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini beberapa alat ukur seperti Handrefraktometer,

DO meter, aerasi, aerator, kertas lakmus, waring, seser, lampu, colokan,

timbangan elektrik, dan wadah plastik kecil.

Page 35: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

3.5. Hewan Uji

Hewan uji yang akan digunakan adalah juvenil udang Vaname

(Litopenaeus vannamei) stadia post larva 30 (PL30) udang diperoleh dari Balai

Budidaya Air Payau Takalar.

3.6. Rancangan percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL). Dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga berjumlah 12 unit

percobaan. Adapun perlakuan yang diujikan sebagai beritukut:

1. Perlakuan A : Kontrol (Tanpa limbah sayur)

2. Perlakuan B : Pemberian limbah sayur dengan dosis 10%

3. Perlakuan C : Pemberian limbah sayur dengan dosis 20%

4. Perlakuan D : Pemberian limbah sayur dengan dosis 30%

Selanjutnya, tata letak unit-unit percobaan setelah pengacakan disajikan

pada gambar dibawah ini.

Gambar 7. Tata letak wadah penelitian

KA2 KD3 KA1

KA3 KD1 KC3

KB2

KC1 KC2

KB1 KB3 KD2

Page 36: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

3.7. Peubah Yamg Diamati

3.7.1. Pertumbuhan mutlak udang vaname

Pertumbuhan berat mutlak juvenil udang uji dihitung mengikuti Dehaghani

et. al.,(2015) :

Wg = W2 – W1

Keterangan :

Wg = Pertumbuhan biomassa mutlak (gram)

W2 = biomassa udang pada akhir penelitian (gram)

W1 = biomassa udang pada awal penelitian (gram)

3.7.2. Sintasan juvenil Udang Vaname

Sintasan juvenil udang vaname pada setiap perlakuan dihitung pada akhir

penelitian (Dehaghani et.al. 2015):

SR = Nt/No x 100

Keterangan:

SR = Kelangsungan Hidup (%)

Nt = Jumlah udang pada akhir percobaan (ekor)

N0 = Jumlah udang pada awal percobaan (ekor)

3.8.Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur meliputi kandungan kandungan oksigen

terlarut, pH, suhu dan salinitas. Suhu dan salinitas akan diukur setiap hari

sedangkan pH dan oksigen terlarut, amoniak akan diukur pada awal, pertengahan

dan akhir penelitian.

Page 37: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

3.9. Analisis Data

Data pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang diamati pada

pemeliharaan larva udang vaname dianalisis dengan menggunakan Analisis

Ragam (ANOVA) dengan bantuan program komputer SPSS 16 dan dilanjutkan

dengan uji lanjut Duncan sedangkan data kualitas air dianalisi secara deskriptif.

Page 38: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pertumbuhan Mutlak Udang Vaname

Pemeliharaan juvenil udang vaname pada penelitian ini berlangsung

selama 50 hari dan diamati pertumbuhan mutlak udang vaname berdasarkan

bobot tubuh.

Gambar 8. Pertumbuhan mutlak udang vaname yang diberi pakan dengan

penambahan tepung limbah sayur hasil fermentasi cairan rumen

kambing selama penelitian.

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan

kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing yang berbeda

dalam pakan juvenil udang vaname memberikan pengaruh nyata terhadap

pertumbuhan mutlak. Uji lanjut Duncan pemberian kadar tepung limbah sayur

terfermentasi dalam pakan juvenil udang vaname memperlihatkan bahwa

pertumbuhan mutlak juvenil udang vaname yang diberi pakan dengan kadar

tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing 10% nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan pakan uji lainnya.

Page 39: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

4.1.2. Sintasan Udang Vaname

Sintasan atau kelangsungan hidup udang vaname dihiitung antara jumlah

udang yang hidup pada akhir penelitian dibagi dengan jumalah udang yang hidup

pada awal penelitian kemudian dikalikan 100%.

Gambar 9. Sintasan udang vaname dengan pemberian kadar tepung limbah

sayur hasil fermentasi cairan rumen kambing yang berbeda

dalam pakan.

Analisis ragam menujukkan bahwa pemberian kadar tepung limbah sayur

hasil fermentasi cairan rumen kambing yang berbeda dalam pakan udang

vaname memberikan pengaruh nyata terhadap sintasan udang vaname. Uji lanjut

Duncan pemberian tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing

dalam pakan udang vaname memperlihatkan bahwa sintasan yang diberi pakan

dengan kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing 10%

nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kadar tepung limbah sayur terfermentasi

cairan rumen kambing 20% dan 30%, tetapi pemberikan pakan 0% tanpa kadar

tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing nyata lebih rendah

dibanding dengan pelakuan lainnya yang menggunakan tepung limbah sayur

terfermentasi cairan rumen kambing.

Page 40: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan pertumbuhan

mutlak dan sintasan udang vaname yang tertinggi terdapat pada perlakuan B

dengan presentase pertumbuhan mutlak yakni 91,12 gram, kemudian perlakuan

C dengan 80,2 gram, perlakuan D 70,3 gram, dan pertumbuhan mutlak terendah

udang vaname terdapat pada perlakuan A dengan pencapaian pertumbuhan 54,25

gram. Selanjutnya untuk sintasan udang vaname yang tertinggi terdapat pada

perlakuan B dengan presentase 86,67%, kemudian perlakuan C dengan 84,17%,

perlakuan D 81,67%, dan sintasan terendah udang vaname terdapat pada

perlakuan A dengan pencapaian sintasan 80,83%.

Berdasarkan hasil analisis anova menunjukkan bahwa pemberian pakan

yang diberi kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing

berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan sintasan udang vaname. Hal ini sejalan

dengan Murni (2018) melaporkan bahwa pemberian kadar tepung limbah sayur

terfermentasi cairan rumen sapi 20% mampu meningkatkan pertumbuhan mutlak

dan sintasan juvenil udang vaname.

Tingginya pertumbuhan mutlak dan sintasan udang vaname pada

perlakuan B karena pakan yang diberikan memiliki kandungan protein tinggi.

Hal ini sesuai dengan hasil laboratorium uji proksimat juvenil udang vaname

pada akhir penelitian bahwa perlakuan B memiliki kandungan protein yang telah

mencukupi untuk kebutuhan juvenil yakni 39,33% (Lampiran 1). Hal ini sesuai

dengan pernyataan Trenggono (2001) dalam Wahyudi (2007) yang menyatakan

bahwa udang vaname pada stadia juvenil membutuhkan protein pada pakan

Page 41: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

berkisar antara 32-45% untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan

hidupnya. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein yang tinggi

dimana didalamnya terdapat asam-asam amino yang dapat membantu

pertumbuhan. Pemberian pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup akan

memperkecil presentase angka kematian juvenil udang (Rostini, 2007).

Kebutuhan pakan dalam udang tercukupi dengan baik seiring dengan

perkembagan juvenil, karena itu penambahan kadar tepung limbah sayur

terfermentasi cairan rumen kambing yang diberikan pada juvenil udan vaname

dalam bentuk pakan komersil dan dengan kandungan protein yang tinggi mampu

memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil udang

vaname.

Perlakuan C dengan pemberian kadar tepung limbah sayur terfermentasi

cairan rumen kambing 20% dan perlakuan D dengan pemberian kadar tepung

limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing 30% dalam pakan termasuk

perlakuan dengan pertumbuhan dan sintasan rendah, diduga karena pemberian

kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing melebihi

kebutuhan udang dalam menkomsumsi pakan dan juga diduga karena kandungan

proteinnya yang terdapat pada perlakuan C dan D rendah sehingga menghabat

proses pertumbuhan dan sintasan juvenil udang vaname.

Pelakuan A tanpa kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen

kambing (Kontrol) dalam pakan merupakan pertumbuhan paling rendah

disebabkan karena dedak pada kontrol tidak melalui fermentasi sehingga diduga

sulit dicerna. Hal serupa dilaporkan Qui, et al.(2018) dengan mengevaluasi

Page 42: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

biomassa fermentasi kering sebagai bahan pakan dalam pakan berbasis tanaman

pada juvenil udang vaname menunjukkan bahwa suplemen biomassa fermentasi

kering 100 g/kg dalam pakan menurunkan berat badan (WG) udang vaname

340,0% ke 311,3% dan meningkatkan rasio konversi pakan (FCR) 1,79% ke

1,61% yang disebabkan oleh palatabilitas atau ketidakseimbangan gizi pakan.

Salah satu faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup

juvenil udang vaname yaitu kualitas pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Harefa (1996) menyatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi tingkat

kelulushidupan juvenil udang vaname yaitu kualitas pakan yang diberikan pada

hewan budidaya. Faktor kualitas pakan tersebut seperti kandungan nutrisi dari

pakan yang dikonsumsi. Kandungan nutrisi dari pakan berupa protein yang

berfungsi tidak hanya untuk pertumbuhan saja tetapi juga berkaitan dengan

kelangsungan hidup udang vaname yang dipelihara.

Pada perlakuan A, B dan D memiliki kelangsungan hidup yang rendah

karena masih kurangnya nutrisi pakan yang diberikan berupa protein dan lemak

(lampiran 1) sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang tidak merata

dan terjadi kompetisi dalam memperebutkan makanan.

4.3. Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname selama pemeliharaan. Hasil

Kualitas air yang meliputi; Salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan

amoniak pada perlakuan mendapatkan hasil pegukuran sebagai berikut:

Page 43: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Tabel 6. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan juvenil udang

vaname PL 30 setiap perlakuan selama penelitian.

Parameter Perlakuan

A B C D

Salinitas (ppt) 32 34 34 34

Suhu (oC) 29,2-29,3 29,0-29,4 29,0-29,3 29,2-29,3

pH 6,4-7,5 6,5-7,8 6,5-7,8 6,3-7,4

DO (ppm) 4,20-4,35 4,31-4,35 4,31-4,42 4,38-4,54

Amoniak (mg/l) 0-6 0-5,5 0-4,9 0-5,3

Hasil pengukuran salinitas selama penelitian yaitu untuk perlakuan A 0%

kadar tepung limbah sayur yaitu 32 ppt, sedangkan untuk perlakuan B 10% kadar

tepung limbah sayur yaitu 34 ppt, perlakuan C 20% kadar tepung limbah sayur

yaitu 34 ppt, dan untuk perlakuan D 30% kadar tepung limbah sayur yaitu 34

ppt. Nilai ini tergolong baik dan masih dalam batas toleransi juvenil uang

vaname. Udang vaname memiliki toleransi yang cukup besar terhadap salinitas,

namun demikian salinitas yang terbaik pada pemeliharaan juvenil udang vaname

berdasarkan SNI 7311:2006 adalah berkisar antara 29-34 ppt. Sedangkan

menurut Wyban dan Sweeny (1991) bahwa salinitas yang layak untuk juvenil

udang vaname adalah berkisar antara 30-35 ppt.

Hasil pengukuran suhu selama penelitian diperoleh untuk perlakuan A 0%

kadar tepung limbah sayur yaitu 29,2-29,3, kemudian perlakuan B 10% tepung

limbah sayur yaitu 29,0-29,4, perlakuan C 20% tepung limbah sayur yaitu 29,0-

29,3, dan perlakuan D 30% tepung limbah sayur yaitu 29,2-29,3ºC. Nilai ini

Page 44: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

menunjukkan suhu air masih berada dalam kisaran yang normal yang dapat

ditolerir oleh juvenil udang vaname. Hal ini sesuai dengan pendapat Haliman

dan Adijaya (2003), suhu optimal pertumbuhan udang antara 26-32°C. Suhu

berpengaruh langsung pada metabolisme udang, pada suhu tinggi metabolisme

udang dipacu, sedangkan pada suhu yang lebih rendah proses metabolisme

diperlambat. Dan juga suhu sangat berpengaruh terhadap komsumsi oksigen,

pertumbuhan, sintasan udang dalam lingkungan budidaya perairan (Pan Lu-Qing

et al., 2007).

Hasil pengukuran pH selama penelitian yang diperoleh untuk perlakuan A

0% kadar tepung limbah sayur yaitu 6,4-7,5, kemudian perlakuan B 10% kadar

tepung limbah sayur yaitu 6,5-7,8, perlakuan C 20% kadar tepung limbah sayur

yaitu 6,5-7,6, dan perlakuan D 30% kadar tepung limbah sayur yaitu 6,3-7,4.

Nilai ini menunjukkan bahwa pH air masih berada pada kisaran pH yang

optimum bagi udang vaname. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purba (2012)

bahwa derajat keasaman air media pemeliharaan udang vaname selama

penelitian adalah 7,7-8,7. Kisaran pH tersebut masih layak bagi kegiatan

pemeliharaan udang serta mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup

udang. Elovaara (2001) menambahkan bahwa untuk udang vaname pH yang

layak untuk udang vaname berkisar antara 7,8-8,4 dengan pH optimum 8.

Hasil Pengukuran kadar oksigen terlarut air media selama penelitian

berkisar antara 4,31-4,35 mg/L. Kadar oksigen terlarut tersebut baik untuk

pemeliharaan juvenil udang vanamei. Kondisi oksigen terlarut yang baik untuk

pemeliharaan udang adalah minimal 3 mg/L (Manik dan Mintardjo, 1983).

Page 45: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Hasil pengukuran amoniak di media selama penelitian untuk perlakuan A

0% kadar tepung limbah sayur yaitu 0-6 mg/l, kemudian perlakuan B 10% kadar

tepung limbah sayur yaitu 5,5 mg/l, perlakuan C 20% kadar tepung limbah sayur

yaitu 4,9 mg/l, dan perlakuan D 30% kadar tepung limbah sayur yaitu 5,3 mg/l.

Nilai ini menunjukkan bahwa kadar amoniak air masih berada pada kisaran yang

mampu ditolerir oleh udang vaname karena amoniak yang dihasilkan bukanlah

amoniak yang berbahaya terhadap oraganisme hal tersebut dibuktikan dengan

tingginya oksigen terlarut di dalam media pemeliharaan.

Page 46: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitiaan diatas dapat disimpulkan

bahwa pemberian pakan tepung limbah sayur yang terfermentasi cairan rumen

kambing memberikan hasil berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan sintasan

juvenil udang vaname. Untuk pertumbuhan mutlak dan sintasan udang vaname

tertinggi yaitu diperoleh pada perlakuan B (10% kadar tepung limbah sayur)

pencapaian pertumbuhan yaitu 91,12 gram dan pencapaian sintasan tertinggi

yaitu 86,67%. Selanjutnya untuk pertumbuhan mutlak dan sintasan terendah

terdapat pada perlakuan A (0% kadar tepung limbah sayur) pencapaian

pertumbuhan mutlak yaitu 54,25 gram dan pencapaian sintasan terendah yaitu

80,83%.

5.2. Saran

Pemberian kadar tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing

dengan dosis 3% pakan dapat dicoba diaplikasikan pada pemeliharaan udang

vaname tingkat konsumsi. Selain pemberian pakan, manejemen pakan dan

pengelolaan kualitas air juga sangat perlu dilakukan untuk menunjang

keberhasilan budidaya.

Page 47: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1990. Offi cial Methods of Analysis of the Association of Analytical

Chemist. 15th ed. Association of Offi cial Analytical Chemist,

Arlington, VA.

Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio as a Control Element in

Aquaculture System. Aquaculture.176: 227-235.

Budiansyah A. 2010. Aplikasi cairan rumen sapi sebagai sumber enzim, asam

amino, mineral dan vitamin pada ransum broiler berbasis pakan lokal.

Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Briggs, M., F.S. Simon, S. Rohana, dan P. Michael. 2004. Introductions and

Movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and

The Pacific. FAO. Bangkok.

Ditjenkan. 2006. Budidaya Udang Vannamei. Jurusan Perikanan, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Effendi, H. 2000. Telah Kualitas Air. Manajemen Sumberdaya Perairan.

Fakultas. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vanname Secara Intensif. Pustaka Agro

Mandiri. Jakarta.

Ferdinand, F., dan M. Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo

Media Persada.

Harefa, F., 1996. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang dan

Ikan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Haliman, R.W. dan Adijaya, D. 2005.Udang Vannamei. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Hernawati, Tatik, Mirni Lamid, Herry Agoes Hermadi, Sunaryo Hadi Warsito.

2010. Bakteri selulotik untuk meningkatkan kualitas pakan komplit

berbasis limbah pertanian. Veterinaria Medika, Vol.3 No. 3 November

2010. Surabaya. 205-208.

Irawan, Dedy dan Zainal Arifin. 2010. Pemanfaatan Sampah Organik

Kota Samarinda Menjadi Bioetanol : Klasifikasi dan Potensi.

Seminar Rekayasa Kimia dan Proses

Maliyati, S.A., A. Sulaeman, F. Anwar. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat

Rumah tangga. Departen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen

Page 48: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. PB.

Bogor.

Murni. 2018. Cairan Rumen sebagai Biodegradator limbah Sayur dalam Pakan

Batan terhadap Kinerja Pertumbuhan Udang Vannamei. Disertasi.

Program Pascasarjana Unhas. 155 Halaman.

Muwakhid, B. 2005. Isolasi Seleksi dan Indentifikasi Bakteri Sampah Organik.

Disertai Doktor. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Sutrisno, C.L et al. 1994. Proceeding Seminar Nasional Sains dan Teknologi

Peternakan Pengelolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian

Ternak. Ciawi.

Supono, 2008. Evaluasi Budidaya Udang Putih (Litopenaus vaname) Dengan

Meningkatkan Kepadatan Tebar dan Pengaruh Proses Pertumbuhan

Udang vaname. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Rasyid, 1981. Kandungan-kandungan cairan rumen. Jakarta 1981.

Rosmawati. 2005. Hidrolisis Pakan Buatan Oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin

Untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy). [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Rostini, Iis. 2007. Kultur Fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) Pada

Skala Laboratorium. Universitas Padjadjaran Fakultas Perikanan Dan

Ilmu Kelautan.Jatinangor

Tillman,Allen D dd. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta, Gajah

Mada University Press.

Wiratmaja, I Gede., I Gusti Bagus Wijaya Kusuma dan I Nyoman Surapta

Winaya. 2011. Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan

Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma cottonii Sebagai

Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol.5, No.1.

Wyban, James A., Sweny, James N., 1991. Intensif Shrinp Production

Teknology. The Oceanic Institut. Hawaii.

Wyban. Swineei N J.A. 1988. Inducet Ovarian maturation of penaeusvannamai

by inplantation of Lobster ganglion, Journal of The Word Aquaculture

Societi : 19(4): 204-209.

Page 49: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 50: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan uji yang mengandung kadar

tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen kambing

Komposisi (%) Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D

Protein Kasar 38,00 39,33 38,19 38,11

Lemak Kasar 14,17 11,43 10,60 12,60

Serat Kasar 5,50 4,81 5,69 3,33

Abu 11,87 13,96 13,57 13,00

BENT 30,46 30,47 31,96 32,97

Lampiran 2. Data pengamatan pertumbuhan mutlak udang vannamei yang

diberi tepung limbah sayur terfermentasi cairan rumen

kambing dalam pakan dengan kadar yang berbeda

Perlakuan Ulangan

A B C rata-rata

Kontrol (0%) 56,18 48,15 58,42 54,25

Tepung limbah sayur 10% 87,45 98,45 87,46 91,12

Tepung limbah sayur 20% 82,64 79,02 78,95 80,20

Tepung limbah sayur 30% 70,06 68,32 75,51 70,06

Lampiran 3. Hasil analisis varians pertumbuhan mutlak udang vannamei

ANOVA

hasil

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2186,271 3 728,757 33,131 ,000

Within Groups 175,968 8 21,996

Total 2362,239 11

Page 51: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Lampiran 4. Hasil uji lanjut Duncan pertumbuhan mutlak udang vannamei

Hasil

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Duncana Kontrol (0%0 3 54,2500

Tepung limbah sayur 30% 3 71,2967

Tepung limbah sayur 20% 3 80,2033

Tepung limbah sayur 10% 3 91,1200

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Lampiran 5. Data sintasan udang vannamei yang diberi tepung limbah

sayur pada akhir penelitian

Perlakuan Ulangan

A B C rata-rata

Kontrol (0%) 80,00 80,00 82,50 80,83

Tepung limbah sayur 10% 87,50 87,50 85,00 86,67

Tepung limbah sayur 20% 85,00 82,50 85,00 84,17

Tepung limbah sayur 30% 82,50 80,00 82,50 81,67

Lampiran 6. Hasil analisis varians sintasan udang vannamei

ANOVA

hasil

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 62,500 3 20,833 10,000 ,004

Within Groups 16,667 8 2,083

Total 79,167 11

Page 52: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Lampiran 7. Hasil analisis uji lanjut Duncan sintasan udang vannamei

Hasil

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana Kontrol (0%) 3 80,8333

Tepung limbah sayur 30% 3 81,6667 81,6667

Tepung limbah sayur 20% 3 84,1667 84,1667

Tepung limbah sayur 10% 3 86,6667

Sig. ,500 ,067 ,067

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Page 53: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Lampiran 8. Foto Alat dan Bahan

Alat ukur Kualitas Air dan Timbangan Digital

Terpal dan Boks Penelitian

Page 54: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Pakan dan Seser

Sentrifuge

Lampiran 9. Foto Dokumentasi

Berkunjung ke kantor balai perikanan budidaya air payau takalar dalam rangkai

koordinasi lokasi penelitian

Page 55: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Proses Pengambilan Cairan Rumen Kambing

Proses Penebaran

Proses pencincangan limbah sayur dan Formulasi Pakan

Page 56: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Pencetakan pakan dan Pengopenan

Proses Pemberian Pakan dan Pencucian Kapas Aerator

Page 57: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Proses Pengamatan dan Penimbangan Pakan

Page 58: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Foto. Proses Pengukuran Kualitas Air

Page 59: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Pergantian Air/Spon

Page 60: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

Sampling

Page 61: OPTIMASI KADAR TEPUNG LIMBAH SAYUR TERFERMENTASI …

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan pada tanggal 23 Maret 1998, sebagai

anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan (Alm) Tuwo dan

Hasena. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) pada

tahun 2009 di SD Negeri 23 Pulau Matalaang, setelah tamat SD penulis melanjutkan

kesekolah manengah pertama (SMP) pada tahun 2009 di SMP Negeri 3 Bungoro dan

diselesaikan pada tahun 2012, pada tahun yang sama penulis masuk ke sekolah

manengah atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bungoro (SMA Negeri 3 Pangkajene) dan lulus

pada tahun 2015. Dan pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa program

studi budidaya perairan, fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar

melalui jalur tes.

Selama kuliah penulis pernah magang di Balai Benih Ikan (BBI) Rappoa

Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan.

Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul

“Optimasi Kadar Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen Kambing Terhadap

Pertumbuhan dan Sintasan Udang Vaname (Litopenaeus vanname).” dibawah

bimbingan Dr. Murni, S.Pi., M.Si, dan Asni Anwar, S.Pi, M.Si.