57
SKRIPSI OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS (Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro “Karsidi”) Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma NIM A1H007023 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2011

Optimasi Produksi Gula Kelapa.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • SKRIPSI

    OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

    (Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi)

    Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma

    NIM A1H007023

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

    2011

  • SKRIPSI

    OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

    (Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi)

    Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma

    NIM A1H007023

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian

    Universitas Jenderal Soedirman

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

    2011

  • SKRIPSI

    OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

    (Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi)

    Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma

    NIM A1H007023

    Diterima dan disetujui Tanggal: .

    Pembimbing I,

    Ropiudin, S.TP., M.Si. NIP 19770721 200212 1 002

    Pembimbing II,

    Budi Dharmawan, S.P., M.Si. NIP 19800909 200312 1 003

    Mengetahui Dekan,

    Dr. Ir. Achmad Iqbal, M.Si. NIP 19580331 198702 1 001

  • PRAKATA

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi dengan judul Optimasi

    Produksi Gula Kelapa di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas

    (Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi).

    Skripsi ini tersusun atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada

    kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kapada:

    1. Dr. Ir. Achmad Iqbal, M. Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

    Jenderal Soedirman atas ijin yang diberikan.

    2. Ropiudin, S.TP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I atas saran dan

    bimbingannya dalam penyusunan skripsi.

    3. Budi Dharmawan, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas saran dan

    bimbingannya dalam penyusunan skripsi.

    4. Orang tua, adik, keluarga, serta kawan-kawan yang memberikan motivasi,

    doa dan bantuannya.

    5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasama.

    Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih kurang sempurna. Meskipun

    demikian, penulis berharap agar Skripsi ini dapat bermanfaat.

    Purwokerto, Oktober 2011

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    PRAKATA .................................................................................................. .... iii

    DAFTAR ISI ............................................................................................... .... iv

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... .... vi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .... vii

    RINGKASAN ............................................................................................. .... viii

    SUMMARY .................................................................................................. .... xi

    I. PENDAHULUAN ................................................................................... .... 1

    II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... .... 4

    A. Nira Kelapa ...................................................................................... .... 4

    B. Gula Kelapa ..................................................................................... .... 5

    C. Pengolahan dan Produksi Gula Kelapa ............................................ .... 6

    D. Optimasi ........................................................................................... .... 8

    E. Produktivitas .................................................................................... .... 9

    F. Biaya dan Keuntungan ..................................................................... .... 9

    III. METODE PENELITIAN ...................................................................... .... 12

    G. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... .... 12

    A. Bahan dan Alat ............................................................................ .... 12

    B. Variabel Penelitian .......................................................................... .... 12

    C. Analisis Data ................................................................................... .... 14

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ .... 18

    D. Kondisi Umum ................................................................................. .... 18

    A. Proses Produksi Gula Kelapa .......................................................... .... 19

    B. Fungsi Tujuan Dan Kendala ........................................................... .... 20

    C. Optimasi .......................................................................................... .... 26

    D. Analisis Sensitifitas ......................................................................... .... 29

    V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... .... 32

    E. Simpulan ......................................................................................... .... 32

    A. Saran ................................................................................................ .... 33

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34

    RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 47

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Komposisi nira kelapa segar ......................................................... .... 5

    Tabel 2. Komposisi zat gizi gula kelapa per 100 g bahan .......................... .... 6

    Tabel 3. Perumusan formulasi optimasi gula kelapa .................................. .... 16

    Tabel 4. Besarnya penerimaan, biaya produksi dan keuntungan gula kelapa kualitas 1 dan kualitas2............................. 22

    Tabel 5. Formulasi Optimasi Gula Kelapa .................................................. .... 26

    Tabel 6. Kombinasi produksi optimal gula kelapa di agroindustri skala mikro gula kelapa Karsidi .................................................................. .... 27

    Tabel 7. Nilai surplus dan nilai shadow price dari hasil analisis dual ........ .... 28

    Tabel 8. Analisis sensitifitas fungsi tujuan ................................................. .... 30

    Tabel 9. Analisis sensitifitas fungsi kendala ............................................... .... 31

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Kelapa ................................... .... 36

    Lampiran 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Penelitian .................... .... 37

    Lampiran 3. Data Pengamatan .................................................................... .... 38

    Lampiran 4. Perhitungan Keuntungan ........................................................ .... 41

    Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan ........................................................... .... 45

  • RINGKASAN

    Salah satu industri rumah tangga pedesaan yang potensial untuk dikembangkan dan menghasilkan produk yang memadai adalah pengolahan gula kelapa. Desa Karangtengah Kecamatan Baturraden merupakan salah satu wilayah penghasil gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Banyaknya industri kecil menengah ini perlu dianalisis pengoperasiannya. Metode kuantitatif yang biasa digunakan dalam membantu manajemen menganalisa sebuah proyek adalah metode-metode yang didasarkan pada pendekatan optimasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil produksi gula kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas dan mendapatkan kondisi optimum produksi gula merah pada agroindustri gula kelapa skala mikro di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

    Optimasi diselesaikan dalam bentuk program linier, yang mempunyai dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala (pembatas). Fungsi tujuan dari penyelesaian masalah ini adalah memaksimalkan keuntungan, sedangkan fungsi kendala (pembatas) yang digunakan meliputi hari orang kerja (HOK), bahan baku serta biaya produksi pembuatan gula kelapa.

    Penyelesaian masalah optimasi dengan program linier dapat dilakukan dengan memasukkan data fungsi tujuan dan fungsi kendala. Penyelesaian program linier dilakukan dengan menggunakan program LINDO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah gula kelapa kualitas 1 yang diproduksi sekitar 204,29 kg/bulan dan untuk gula kelapa kualitas 2 diproduksi sebanyak 233,47 kg/bulan. Berdasarkan analisis menggunakan program LINDO, jumlah produksi yang optimum untuk produksi gula kelapa kualitas 1 sebesar 0 kg/bulan dan gula kelapa kualitas 2 sebesar 1402 kg/bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa koefisien input gula kelapa kualitas 1 dapat dinaikkan sebesar M atau tidak terhingga dan diturunkan sebesar Rp458,00/kg/bulan menjadi Rp6.201,00/kg/bulan, artinya tiap kg kenaikan atau penurunan, keuntungannya berubah menjadi Rp0,00/kg/bulan untuk setiap 1 unit perubahannya (lihat nilai shadow price). Bila koefisien input gula kelapa kualitas 2 dapat dinaikan sebesar Rp458,00/kg/bulan dan diturunkan sebesar Rp6.021,00/kg/bulan, maka keuntungannya akan berubah sebesar Rp4,41/kg/bulan untuk setiap kenaikan atau penurunan 1 unit kapasitas.

    Kata kunci : optimasi, gula kelapa, program linier.

  • SUMMARY

    One of the potential industries of rural households to be developed is palm sugar processed. Karangtengah Village Baturraden Sub District is one of the palm sugar producing area in Banyumas District. The number of small and medium industries need to be analyzed. This analysis is needed to anticipate the uncertainty circumstances in the future. Quantitative methods are commonly used to help management in analyzing project based on optimization approach. The objectives of this research were 1) determine productivity, production cost, and benefit of palm sugar production on micro scale business of palm sugar agro industry on Baturraden Sub District, District of Banyumas; and 2) obtain optimum condition of palm sugar production on micro scale business of palm sugar agro industry in Baturraden Sub District, District of Banyumas.

    Optimization was using linear programming. It has two kind of functions, i.e. objective and constraint functions. The objective function of this study was to maximize profit and constraint functions that used were person-days (HOK), raw materials and production costs of palm sugar production.

    Completion of optimization problems with linear programming can be done by entering data and objective of constraint functions. Linear program completion accomplished using LINDO Software. The results showed that the palm sugar production for first quality was 204.29 kg/month and second quality was 233.47 kg/month. Based on LINDO Software, the optimum amount of palm sugar production for first quality was 0 kg/month and second quality was 338 kg/month. The results of sensitivity analysis showed that coefficient input of palm sugar for first quality increased up to M or infinity and lowered up to Rp458,00, the profit would changes become Rp0,00/kg/month (look at the shadow price value). If coefficient input for constraint function on second quality could be increased up to Rp6.497,00 and reduced until Rp6.479, 00, the profit would changes become Rp4,41/kg/month for every increased or reduced 1 unit of capacity.

    Key words : optimization, palm sugar, linear programming.

  • I. PENDAHULUAN

    Pembangunan ekonomi di dalam pembangunan nasional jangka panjang di

    Indonesia mempunyai sasaran utama mencapai keseimbangan antara sektor

    pertanian dan industri. Keseimbangan tersebut dapat tercapai apabila kondisi

    perekonomian atau industri yang maju didukung oleh sektor pertanian yang

    tangguh (Soekartawi, 2001). Sebagai penggerak pembangunan pertanian,

    agroindustri diharapkan dapat memainkan peranan penting kegiatan pembangunan

    daerah dalam sasaran pemerataan pembangunan ekonomi. Keberadaaan

    agroindustri di pedesaan diharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap

    komoditas pertanian karena sektor agroindustri berperan dalam mengubah produk

    pertanian menjadi barang yang lebih berguna bagi kebutuhan masyarakat. Oleh

    karena itu pembangunan pertanian yang dikaitkan dengan pengembangan industri

    pertanian perlu diarahkan ke wilayah pedesaan. Salah satu industri rumah tangga

    pedesaan yang potensial untuk dikembangkan dan menghasilkan produk yang

    memadai adalah pengolahan gula kelapa. Oleh sebab itu tidak sia-sia jika banyak

    masyarakat pedesaan yang melakukan usaha pembuatan gula kelapa.

    Banyumas merupakan salah satu daerah penghasil gula kelapa di Indonesia.

    Menurut Kusumo (2005), luas areal tanaman kelapa yang ada di Kabupaten

    Banyumas pada tahun 2003 mencapai 13.947,96 hektar dengan jumlah tanaman

    kelapa sebanyak 1.746.871 pohon. Jumlah tanaman kelapa deres yang ada di

    Kabupaten Banyumas adalah 593.569 pohon dengan luas areal kebun 4.748,55

    hektar. Usaha produksi gula kelapa yang ada di Kabupaten Banyumas melibatkan

  • 28.879 orang penderes, dan 34.317 unit pengolah yang terdiri dari 90.241 orang

    tenaga kerja yang tergabung dalam 217 kelompok usaha yang tumbuh dan tersebar

    di 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas (Bank Indonesia, 2004).

    Desa Karangtengah Kecamatan Baturraden merupakan salah satu wilayah

    penghasil gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Desa ini berjarak 15 km dari

    Purwokerto dan dengan waktu tempuh sekitar 15 menit menggunakan sepeda

    motor. Desa Karangtengah memiliki wilayah bertopografi berbukit sampai

    bergunung, dengan rata-rata hujan sebesar 3.336 mm per tahun dengan jumlah

    hari hujan 157 hari dan suhu berkisar antara 22 sampai 30oC.

    Data tahun 2009, desa Karangtengah memiliki jumlah kepala keluarga 1595

    KK, dengan jumlah penduduk sebesar 6529 jiwa. Sumber pendapatan masyarakat di

    dukung oleh sebagian masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai penderes

    dan pengrajin gula kelapa atau sektor industri. Kabupaten Banyumas, pada tahun

    2007 terdapat kurang lebih 28.300 unit usaha gula kelapa dengan volume produksi

    mencapai 23.772 ton per tahun. Beberapa kecamatan di kabupaten Banyumas yang

    memiliki unit usaha gula kelapa cukup banyak adalah Ajibarang, Somagede, Cilongok

    dan Wangon (Disperindag Kabupaten Banyumas, 2008).

    Banyaknya industri kecil menengah ini perlu dianalisis pengoperasiannya.

    Analisis ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa yang

    akan datang. Metode kuantitatif yang biasa digunakan dalam membantu

    manajemen menganalisa sebuah proyek adalah metode-metode yang didasarkan

    pada pendekatan optimasi (Susanti, 2008). Pengertian optimal adalah keadaan

    terbaik, sedangkan optimasi adalah pencapaian keadaan terbaik (Subagyo, 2000).

  • Optimasi dapat juga diartikan sebagai pendekatan normatif dengan

    mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan

    pada titik maksimum atau titik minimum suatu tujuan.

    Mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan penelitian antara lain:

    1. Bagaimana produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil produksi gula

    kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan

    Baturraden Kabupaten Banyumas?

    2. Bagaimana kondisi optimum produksi gula kelapa pada agroindustri gula kelapa

    skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas?

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil produksi gula

    kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan

    Baturraden Kabupaten Banyumas.

    2. Mendapatkan kondisi optimum produksi gula kelapa pada agroindustri gula

    kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

    Manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Mendapatkan informasi produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil

    produksi gula kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di

    Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas

    2. Mendapatkan informasi mengenai kondisi optimum produksi gula kelapa pada

    agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturraden

    Kabupaten Banyumas.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Nira Kelapa

    Nira merupakan cairan bening yang terdapat di dalam mayang kelapa yang

    pucuknya belum membuka. Nira ini didapatkan dengan cara penyadapan atau

    penderesan, Satu buah mayang dapat disadap selama 10 35 hari tergantung pada

    kondisi pohon kelapa, namun produksi optimal hanya selama 15 hari. Hasil yang

    diperoleh sekitar 0,5 - 1 liter nira setiap mayang, atau sekitar 2-4 liter nira per

    pohon setiap harinya (Santoso, 1993).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya nira kelapa yang diperoleh antara

    lain:

    1. Iklim

    Penyadapan pada musim penghujan akan menghasilkan nira kelapa lebih

    banyak sehingga cukup dilakukan penyadapan 2 mayang per pohon, sedangkan

    pada musim kemarau nira yang dihasilkan lebih sedikit sehingga perlu

    dilakukan penyadapan 3 mayang per pohon (Soedijanto, 1981).

    2. Umur tanaman

    Penyadapan mayang dari pohon kelapa yang muda akan didapatkan nira

    yang lebih banyak dari pohon kelapa yang sudah tua. Hal ini diperkirakan

    karena perbedaan proses pertumbuhan tanaman.

  • 3. Frekuensi penyadapan

    Pohon kelapa tidak dapat disadap secara terus-menerus. Pohon kelapa

    tersebut memerlukan waktu untuk tidak disadap kemudian dapat disadap

    kembali setelah 3 4 tahun.

    Nira kelapa banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gula kelapa

    karena mengandung sukrosa dalam jumlah yang cukup besar. Komposisi nira

    segar dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.

    Tabel 1. Komposisi nira kelapa segar (gram/100 ml) No Komposisi Bahan Kadar 1. Total padatan 15,20 19,70 2. Sukrosa 12,30 17,40 3. Abu 0,11 0,41 4. Protein 0,23 0,32 5. Vitamin C 16,00 30,00 6. Berat jenis pada suhu 29o C 1,058 1,077

    Sumber : Santoso (1993)

    B. Gula Kelapa

    Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan nira kelapa (Cocos

    nucifera Linn). Gula kelapa biasanya diperdagangkan dalam bentuk setengah

    mangkuk atau setengah elips. Bentuk demikian ini dihasilkan dari cetakan yang

    digunakan yaitu setengah tempurung kelapa. Namun ada pula yang menggunakan

    cetakan dari bambu sehingga bentuknya bulat silindris (Santoso, 1993). Dilihat dari

    kadar zat gizi, gula kelapa cukup kaya karbohidrat dan unsur protein serta mineral

    lainnya. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2.

  • Tabel 2. Komposisi zat gizi gula kelapa per 100 gram bahan No Zat gizi Jumlah 1. Kalori 386 kal 2. Karbohidrat 76 g 3. Lemak 10 g 4. Protein 3 g 5. Kalsium 76 mg 6. Fosfor 37 mg 7. Air 10 g

    Sumber : Santoso (1993)

    C. Pengolahan dan Produksi Gula Kelapa

    Gula kelapa diproduksi oleh industri-industri kecil yang umumnya berada

    di pedesaan. Proses pembuatan gula kelapa tersebut biasanya dilakukan secara

    tradisional dan menggunakan peralatan yang sederhana. Namun, sekarang ini

    telah diujikan pengolahan gula kelapa dengan sistem vakum. Walaupun teknologi

    sistem vakum ini lebih efektif dan efisien serta menghasilkan produk yang

    bermutu akan tetapi nilai investasinya dianggap mahal bagi pengrajin gula kelapa

    sehingga lebih banyak pengrajin yang memilih mengolah gula kelapa secara

    tradisional (Santoso, 1993).

    Prototipe pengolahan gula jawa dengan sistem vakum ini telah

    diperkenalkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang.

    Peralatan produksi yang digunakan meliputi evaporator (alat penguapan) lengkap

    dengan kondensor. Evaporator ini berupa bejana silinder, dengan dasar bentuk

    elips, puncaknya berbentuk kerucut. Selain itu, diperlukan juga pisau penyadap,

    kain penyaringan bumbung bambu, cetakan dan plastik. Proses produksi, pada

    tahap awal sama dengan cara tradisional, yakni penyadapan hingga memperoleh

    nira bersih. Selanjutnya, nira dimasukkan dalam evaporator. Setelah itu nira

  • dipanaskan. Adapun sumber pemanasnya berasal dari steam bath, yang

    dipanaskan dari api brander. Uap yang dihasilkan dari steam bath ini akan

    memanaskan evaporator. Perlu diperhatikan bahwa tekanan uap pada evaporator

    dipertahankan vakum sebesar 0,47 atmosfir, sehingga nira akan mendidih pada

    suhu di bawah titik didihnya sekitar 85-90C.Dengan sistem vakum, uap nira yang

    dihasilkan masuk ke kondensor untuk didinginkan oleh air pendingin, yang

    kemudian keluar bersam-sama air pendingin. Sementara itu, nira yang sudah

    kental, berupa jenangan, sebaiknyya dikeluarkan dari evaporator, dan segera

    diaduk-aduk sampai dirasa cukup, kemudian dicetak, didinginkan, dikemas dalam

    plastik, dan sudah siap dipasarkan (Anonim, 2010).

    Pengolahan gula kelapa secara tradisonal menggunakan beberapa peralatan

    sederhana yaitu ketel (wajan), pengaduk, tungku, pisau sadap, bumbung bambu,

    cetakan (tempurung kelapa), kaleng, timbangan, serok, kain penyaring dan plastik.

    Sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan gula kelapa meliputi nira, air

    kapur, natrium bisulfat, minyak kelapa dan kayu bakar.

    Menurut Santoso (1993), poduksi gula kelapa dilakukan dengan menyadap

    nira yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari. Biasanya proses penyadapan

    ini berlangsung dari pukul 06.00 16.00 dan dari pukul 16.00 06.00. Cairan kapur

    dicampurkan dengan bahan pengawet natrium bisulfat dan dimasukkan ke dalam

    bumbung bambu yang sudah dicuci bersih. Nira yang sudah diperoleh kemudian

    disaring dengan menggunakan kain bersih setelah itu langsung dimasukkan ke

    dalam wajan untuk dimasak pada suhu sekitar 110o C sambil dilakukan

    pengadukan. Nira segar yang baru saja diperoleh harus segera dimasak karena

  • apabila proses pemasakan ditunda akan menyebabkan nira menjadi masam. Pada

    proses pemasakan dengan suhu tinggi ini, kotoran-kotoran yang terdapat pada nira

    akan terapung bersama busa nira. Kotoran tersebut kemudian dibuang

    menggunakan serok. Setelah itu nira yang sedang dimasak terus menerus diaduk

    agar busa nira tidak meluap dan ditambahkan minyak kelapa (1 sendok minyak

    kelapa untuk 25 liter nira). Mulanya cairan ini berwarna putih kekuningan, lambat

    laun warnanya akan menjadi semakin tua dan pekat. Berkurangnya busa nira

    menandakan bahwa gula kelapa sudah mendidih dan siap untuk dicetak.

    D. Optimasi

    Optimasi dapat diartikan sebagai pendekatan normatif dengan

    mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan

    pada titik maksimum atau titik minimum suatu tujuan. Optimasi diselesaikan dalam

    bentuk program linier, yang mempunyai dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan

    fungsi kendala (Susanti, 2008). Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan

    tujuan sasaran di dalam permasalahan pemrograman linier yang berkaitan dengan

    pengaturan secara optimal sumberdaya-sumberdaya, untuk memperoleh keuntungan

    maksimal atau biaya minimal. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara

    matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara

    optimal ke berbagai kegiatan (Asmara, 2009).

  • E. Produktivitas

    Menurut Blocker (1988), produktivitas adalah hubungan antara berapa

    output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk produksi input

    tersebut. Output tersebut terdiri atas unit produk, volume, berat dan hasil konkrit

    pekerjaan. Input terdiri dari sumber daya, waktu, sumber dana dan infrastruktur.

    Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yang pertama adalah

    physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran,

    panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.

    yang kedua adalah value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan

    menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan

    seterusnya (Ravianto, 1986).

    F. Biaya dan Keuntungan Produksi

    Menurut Purnomo (2006), biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang

    dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan

    manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang. Biaya

    produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi

    produk selesai. Klasifikasi biaya produksi adalah proses pengelompokan secara

    sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu

    yang lebih ringkas untuk dapat memberi informasi yang lebih penting. Adapun

    klasifikasi atau penggolongan biaya produksi adalah sebagai berikut:

  • 1. Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran

    Penggolongan biaya yang paling sederhana adalah penggolongan atas

    dasar obyek pengeluaran yaitu berupa penjelasan mengenai obyek suatu

    pengeluaran. Terdapat tiga golongan biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya

    tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

    2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan

    Biaya dapat digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi dimana biaya tersebut

    terjadi seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum.

    3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai

    Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai, maka biaya-biaya

    dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak

    langsung. Perbedaan biaya langsung dan tidak langsung dikaitkan dengan

    produk sangat diperlukan bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam

    produk dan manajemen menghendaki penentuan harga pokok per jenis produk

    tersebut. Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi

    tiga unsur, yaitu bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

    overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung).

    4. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan

    Volume Kegiatan

    Biaya ini digolongkan sebagai biaya tetap, yaitu biaya yang jumlahnya

    tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan

    tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara

    sebanding dengan dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume

  • kegiatan maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel. Biaya

    semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sesuai dengan

    perubahan volume kegiatan (Erlina, 2011).

    5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya

    Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu

    pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengeluaran modal

    merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi

    (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender), sedangkan

    pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat

    dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut (Purnomo, 2006)

    Keuntungan produksi adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya

    produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan jumlahnya lebih besar

    daripada biaya produksi (Sukirno, 2002). Keuntungan juga dapat diartikan sebagai

    selisih pendapatan dan biaya yang diukur dan disajikan atas dasar prinsip akuntansi.

  • III. METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu

    Penelitian dilaksanakan di Desa Karang Tengah, Baturaden, Banyumas, Jawa

    Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2011.

    B. Bahan dan Alat

    Bahan yang akan digunakan adalah nira, minyak goreng, dan laru dari

    kapur. Sedangkan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain

    alat tulis, timbangan digital, peralatan menderes, peralatan mengolah gula, cetakan

    gula kelapa, dan plastik pengemas.

    C. Variabel Penelitian

    Penyelesaian masalah optimasi produksi gula kelapa memerlukan variabel-

    variabel untuk membentuk fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel-variabel

    yang digunakan yaitu:

    1. Keuntungan tiap kilogram produk yang dihasilkan

    Keuntungan dari tiap kilogram produk yang dihasilkan diperoleh dengan

    mencari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Kedua perhitungan

    tersebut menggunakan data realisasi penerimaan dan biaya produksi yang digunakan

    sesuai dengan standar harga yang ditetapkan oleh pengrajin gula kelapa.

  • 2. Hari orang kerja (Rp/kg/bulan)

    Tenaga kerja yang dihitung yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung

    dalam proses produksi. Hari orang kerja dihitung berdasarkan jam orang kerja

    pada bagian-bagian produksi yang berpengaruh pada pengolahan yang

    memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Jam kerja dihitung dari

    lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan nira, waktu pemasakan

    nira, waktu pengadukan (pemekatan) gula, waktu pencetakan gula kelapa baik

    gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2, serta waktu yang dibutuhkan untuk

    pengemasan gula kelapa tersebut. HOK diasumsikan setara dengan orang

    bekerja maksimum 7 jam dalam 1 hari kerja.

    3. Bahan baku (Rp/kg/bulan)

    Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah nira kelapa yang

    kemudian diolah menjadi gula kelapa. Hasil nira kelapa tersebut diperoleh dari

    pengamatan yang dilakukan selama penelitian. Fungsi pembatas bahan baku

    4. Biaya produksi (Rp/kg/bulan)

    Menurut Purnomo (2010), biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang

    dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan

    memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode

    mendatang. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah

    bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan

    biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh

    perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu. Biaya variabel

    adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan dengan

  • perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin

    besar pula jumlah total biaya variabel (Erlina, 2011).

    D. Analisis Data

    1. Optimasi

    Optimasi diselesaikan dalam bentuk program linier, yang mempunyai dua

    macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala (kendala). Fungsi tujuan

    dari penyelesaian masalah ini adalah memaksimalkan keuntungan, sedangkan

    fungsi kendala (kendala) yang digunakan meliputi hari orang kerja (HOK),

    bahan baku serta biaya produksi pembuatan gula kelapa.

    a. Fungsi tujuan maksimasi keuntungan

    Agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi ini memproduksi gula

    kelapa dengan dua jenis gula yang berbeda yaitu gula kelapa yang dicetak

    kecil (kualitas 1) dan gula kelapa yang dicetak besar (kualitas 2).

    Penggunaan kedua jenis gula ini digunakan untuk mengetahui besarnya

    keuntungan yang diperoleh selama proses produksi. Fungsi tujuan maksimal

    keuntungan dirumuskan sebagai berikut:

    Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 (1)

    Dimana:

    Z = keuntungan hasil produksi gula kelapa keseluruhan (Rp/kg/bulan)

    C1 = keuntungan produk gula kelapa kualitas 1 (Rp/kg/bulan)

    C2 = keuntungan produk gula kelapa kualitas 2 (Rp/kg/bulan)

    X1 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 1 (kg/bulan)

  • X2 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 2 (kg/bulan)

    b. Fungsi kendala

    1. Hari orang kerja (Rp/kg/bulan)

    Besarnya HOK yang digunakan dalam fungsi kendala ini ditentukan

    dengan cara mengalikan besarnya HOK dengan biaya yang harus

    dikeluarkan sebagai upah tenaga kerja. Perhitungan ini dirumuskan

    sebagai berikut:

    Biaya HOK(Rp/kg/bulan) = HOK x upah tenaga kerja per HOK (2)

    2. Bahan baku (Rp/kg/bulan)

    Bahan baku yang digunakan pada produksi gula kelapa baik kualitas 1

    dan kualitas 2 diperoleh dari banyaknya bahan baku yang digunakan

    dikalikan dengan biaya bahan baku per liter. Perhitungan besarnya biaya

    bahan baku yang digunakan dalam produksi dapat dilihat melalui

    persamaan berikut:

    Biaya bahan baku (Rp/kg/bulan) = jumlah bahan baku x biaya per liter (3)

    3. Biaya produksi (Rp/kg/bulan)

    Biaya produksi diperoleh dari perhitungan biaya-biaya yang

    dibutuhkan dalam produksi gula kelapa baik gula kelapa kualitas 1

    maupun gula kelapa kualitas 2. Biaya produksi yang dihitung merupakan

    penambahan antara biaya tetap dengan biaya variabelnya.

    Biaya Produksi (Rp/bulan) = biaya tetap + biaya variabel (4)

  • Setelah keseluruhan variabel diketahui besarnya maka dibuat

    formulasi untuk program linier. Formulasi yang digunakan dapat dilihat

    pada Tabel 3.

    Tabel 3. Perumusan formulasi optimasi gula kelapa Jenis HOK (Rp/bulan)

    Bahan Baku (Rp/bulan)

    Biaya Produksi (Rp/bulan)

    Gula Kelapa Kw1 aX1 bX1 A Gula Kelapa Kw2 aX2 bX2 B

    Fungsi Kendala:

    aX1 + aX2 A (5)

    bX1 + bX2 B (6)

    dimana:

    a = biaya HOK gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 (Rp/kg/bulan)

    b = biaya bahan baku gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 (Rp/kg/bulan)

    A = biaya produksi gula kelapa kualitas 1 (Rp/kg/bulan)

    B = biaya produksi gula kelapa kualitas 2 (Rp/kg/bulan)

    X1 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 1 (kg/bulan)

    X2 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 2 (kg/bulan)

    2. Analisis Sensitivitas

    Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

    kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila terjadi perubahan

    koefisien setelah penyelesaian optimasi terselesaikan. Analisis ini perlu

    dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang.

    Analisis sensitivitas dapat juga digunakan untuk melihat kisaran berlakunya

    solusi optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari

  • batas minimum dan batas maksimum. Batas minimum merupakan batas

    penurunan nilai aktivitas atau kendala agar tidak merubah nilai optimal,

    sedangkan batas maksimum menunjukkan batas kenaikan nilai aktivitas dan

    kendala yang ditujukan agar solusi optimal terpenuhi (Susanti, 2008).

    Perhitungan analisis sensitifitas dilakukan dengan menggunakan program

    komputer LINDO.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kondisi Umum

    Desa Karangtengah Kecamatan Baturaden termasuk dalam wilayah

    Kabupaten Banyumas. Desa ini berjarak 15 km dari Purwokerto dan dengan

    waktu tempuh sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor. Desa Karangtengah

    memiliki wilayah bertopografi berbukit sampai bergunung, dengan rata-rata hujan

    sebesar 3.336 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 157 hari dan suhu berkisar

    antara 22 sampai 30oC.

    Data tahun 2009, desa Karangtengah memiliki jumlah kepala keluarga

    1595 KK, dengan jumlah penduduk sebesar 6529 jiwa. Sumber pendapatan

    masyarakat di dukung oleh sebagian masyarakatnya yang bermata pencaharian

    sebagai penderes dan pengrajin gula kelapa atau sektor industri. Data unit usaha

    gula kelapa di Kabupaten Banyumas sebanyak 28.300 unit usaha dengan 60.000

    tenaga kerja dan volume produksi 46.586,53 ton/tahun (Disperindagkop, 2006).

    Hampir semua kecamatan di Banyumas terdapat unit usaha gula kelapa, termasuk

    Desa Karang Tengah Kecamatan Baturaden.

    Salah satu produsen gula kelapa di wilayah ini adalah agroindustri gula

    kelapa skala mikro Karsidi. Agroindustri ini dapat menghasilkan 14 kg gula

    kelapa per harinya. Nira kelapa yang dapat diperoleh per hari rata-rata sebanyak

    83,43 liter. Nira kelapa yang diperoleh kemudian dimasak, dicetak, kemudian

    dikemas lalu dipasarkan baik dengan cara dijual langsung kepada konsumen

    maupun dijual ke pasar.

  • B. Proses Produksi Gula Kelapa

    Proses produksi gula kelapa secara umum melalui beberapa tahap sebagai

    berikut:

    1. Tahap pengambilan nira

    Bahan baku berupa nira diambil langsung dari pohon kelapa dengan cara

    dipanjat. Nira ditampung menggunakan dirigen yang didalamnya sudah

    diberikan laru dari kapur. Laru tersebut digunakan agar nira menjadi lebih

    awet dan tidak mudah masam. Pengambilan nira dilakukan sebanyak 2 kali

    sehari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 08.00 WIB dan sore hari pada

    pukul 15.00 17.00 WIB.

    2. Tahap pemasakan nira

    Nira yang sudah diambil kemudian dimasak dalam sebuah wajan besar.

    Sebelumnya nira tersebut disaring terlebih dahulu agar kotoran-kotoran tidak

    tercampur dengan nira yang akan dimasak. Pemasakan nira menjadi gula

    kelapa membutuhkan waktu sekitar 5 jam.

    3. Tahap pengadukan gula

    Gula kelapa yang sudah matang ditandai dengan jumlah buih yang

    semakin menurun. Gula kelapa ini masih sedikit encer, untuk itu diperlukan

    pengadukan agar gula kelapa menjadi lebih keras. Tahapan ini juga disebut

    sebagai tahap pemekatan nira. Waktu yang dibutuhkan untuk pemekatan ini

    sekitar 7 menit.

  • 4. Tahap pencetakan

    Pencetakan gula kelapa kualitas 1 dilakukan dengan cara pencetakan kecil-

    kecil menggunakan pipa paralon dengan diameter sekitar 5 cm dan ketebalan

    2 cm serta cetakan dari bambu dengan diameter sekitar 7 cm dan ketebalan 2

    cm, sedangkan gula kelapa kualitas 2 dicetak besar menggunakan tampah

    kemudian dipotong-potong tanpa memperhatikan berapa ukurannya.

    5. Tahap pengemasan

    Gula kelapa yang akan dipasarkan dikemas menggunakan plastik

    pengemas dengan berat 1 kg per kemasannya. Proses pengemasan dilakukan

    secara manual dengan cara memasukkan gula kelapa ke dalam plastik

    pengemas sambil ditimbang beratnya.

    6. Tahap pemasaran

    Gula kelapa yang sudah siap dijual biasanya didistribusikan dengan cara

    dititipkan kepada para pedagang di pasar dan dijual langsung kepada konsumen.

    C. Fungsi Tujuan dan Fungsi Kendala

    1. Perumusan fungsi tujuan

    Tujuan dari program linier optimasi produksi gula kelapa pada

    agroindustri skala mikro Karsidi ini adalah untuk memperoleh keuntungan

    yang didapat dari selisih antara harga jual dan biaya produksi. Adapun

    rincian biaya untuk gula kelapa 1 dan gula kelapa 2 dapat dilihat pada

    perhitungan berikut:

  • 1) Gula Kelapa Kualitas 1:

    Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel (7)

    = Rp17.250,00 + Rp1.306.275,00

    = Rp1.323.525,00/bulan

    Keuntungan = Total Penerimaan Total Biaya (8)

    = Rp1.890.000,00 Rp1.323.525,00

    = Rp566.475,00/bulan

    Keuntungan per kg =

    (9)

    = .,

    ,

    = Rp2.773,00/kg/bulan

    2) Gula Kelapa Kualitas 2:

    Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel (10)

    = Rp16.000,00 + Rp1.389.700,00

    = Rp1.405.700,00/bulan

    Keuntungan = Total Penerimaan Total Biaya (11)

    = Rp1.920.000,00 Rp1.405.700,00

    = Rp514.300,00/bulan

    Keuntungan per kg =

    (12)

    = . ,

    ,

    = Rp2.203,00 /kg/bulan

    Besarnya penerimaan, biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh dari

    produksi gula kelapa kualitas 1 dan gula kelapa kualitas 2 dapat dilihat pada Tabel 4.

  • Tabel 4. Besarnya penerimaan, biaya produksi dan keuntungan gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2.

    Komponen Biaya Jenis Gula

    Gula Kelapa Kualitas 1 (Rp)

    Gula Kelapa Kualitas 2 (Rp)

    Penerimaan (Rp/kg/bulan) 9.000,00 8.000,00 Biaya Produksi (Rp/kg/bulan)

    6.479,00 6.021,00

    Keuntungan (Rp/kg/bulan) 2.773,00 2.203,00 Sumber : hasil analisis data primer (2011)

    Perumusan fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan Rp2.773,00

    untuk gula kelapa kualitas 1 dan Rp2.203,00 untuk gula kelapa kualitas 2

    adalah sebagai berikut:

    Z = 2.773 X1 + 2.203 X2 (13)

    2. Perumusan fungsi kendala

    Agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi memiliki fungsi

    kendala sebagai berikut:

    a. Fungsi kendala hari orang kerja (HOK)

    Banyaknya tenaga kerja yang dimiliki oleh agroindustri gula kelapa skala

    mikro Karsidi adalah sebanyak dua orang. Keduanya terlibat langsung

    dalam proses produksi pembuatan gula kelapa. Tenaga kerja tersebut bertugas

    untuk menderes dan memasak nira. Pekerjaan menderes dilakukan oleh laki-

    laki dan pekerjaan memasak dilakukan oleh wanita. Biasanya tenaga kerja

    yang terlibat adalah kepala rumah tangga dan istri (Widjojoko, 2006).

    Pekerjaan menderes dilakukan selama 1, 27 jam/hari (0,18 HOK). Pekerjaan

    memasak untuk gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 dilakukan selama 7,17

    jam (1,02 HOK). Pekerjaan memasak ini meliputi kegiatan pemasakan nira,

    pengadukan (pemekatan) gula, pencetakan gula, hingga kegiatan pengemasan

  • gula kelapa yang sudah jadi. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

    kegiatan memasak dapat diperoleh dari perhitungan berikut:

    T memasak (jam) = T memasak nira + T pengadukan + T pencetakan gula

    kelapa + T pengemasan gula kelapa (14)

    T memasak (jam) = 5,12 + 0,13 + 0,15 + 0,49

    = 7,17 jam/hari

    sehingga total jam kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan menderes dan

    memasak nira untuk gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 yaitu sebesar

    8,44 jam/hari (1,2 HOK). HOK diasumsikan setara dengan orang bekerja

    maksimum 7 jam dalam 1 hari kerja. Diasumsikan dalam satu bulan

    dilakukan produksi selama 30 hari kerja untuk masing-masing jenis gula

    kelapa, maka keseluruhan dalam satu bulan akan didapatkan 36,00 HOK

    untuk produksi gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2.

    Persamaan fungsi kendala HOK dirumuskan dalam bentuk nominal

    (rupiah) dengan cara mengalikan besarnya HOK dengan upah yang

    diperoleh tenaga kerja per hari kerja (Lampiran 4). Besar HOK gula kelapa

    kualitas 1 dan kualitas 2 yaitu Rp298.800,00/bulan. Besar HOK untuk tiap

    kilogram produksi gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 diperoleh dari

    pembagian besar HOK dengan jumlah produksi gula kelapa kualitas 1 dan

    kualitas 2. Adapun rinciannya dapat dilihat melalui perhitungan berikut:

    HOK per kg = !"#

    (15)

    1) Gula Kelapa Kualitas 1

    HOK per kg = $.$,,

  • = Rp1.463,00/kg/bulan

    2) Gula Kelapa Kualitas 2

    HOK per kg = $.$, ,

    = Rp1.280,00/kg/bulan

    b. Fungsi kendala bahan baku

    Agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi memproduksi dua

    jenis gula kelapa, yaitu gula kelapa yang dicetak kecil menggunakan pipa

    paralon dan bambu (kualitas 1) dan gula kelapa yang dicetak besar

    menggunakan tampah kemudian dipotong kecil-kecil (kualitas 2).

    Penyediaan bahan baku untuk kedua produk dapat diketahui dari jumlah

    rata-rata bahan baku tiap bulan yang digunakan untuk memproduksi gula

    kelapa kualitas 1 dan gula kelapa kualitas 2, yaitu 1.167,95 liter nira

    kualitas 1 dan 1.334,80 liter nira kualitas 2.

    Besar biaya untuk setiap liter nira adalah Rp500,00/liter/bulan.

    Produksi gula kelapa 1 membutuhkan 1.167,95 liter nira, sehingga besar

    biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh nira tersebut sebesar

    Rp583.975,00/ bulan. Produksi gula kelapa kualitas 2 membutuhkan bahan

    baku sebesar 1.334,80 liter sehingga besar biaya yang diperlukan yaitu

    Rp667.400,00/bulan (Lampiran 4).

    c. Fungsi kendala biaya produksi

    Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan

    baku menjadi produk selesai. Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan

    biaya variabel. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

  • Menurut Erlina (2011), biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak

    dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu.

    Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding

    dengan dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan

    maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel.

    Biaya produksi gula kelapa baik gula kelapa kualitas 1 maupun gula kelapa

    kualitas 2 diperoleh dari penambahan antara biaya tetap dengan biaya variabel.

    Rincian perhitungan total biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 4. Biaya

    produksi per kg gula kelapa diperoleh dari persamaan berikut:

    Biaya produksi per kg = %&%'()*'+',-&./01*

    (16)

    Biaya produksi per kg untuk gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2

    dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut:

    1) Gula Kelapa Kualitas 1:

    Biaya produksi per kg = 2,. .,,

    = Rp6.479,00/kg/bulan

    2) Gula Kelapa Kualitas 2:

    Biaya produksi per kg = .. ,

    = Rp6.021,00/kg/bulan

    Besarnya biaya produksi yang dibutuhkan untuk produksi gula kelapa

    kualitas 1 dan gula kelapa kualitas 2 masing-masing sebesar

    Rp6.479,00/kg/bulan dan Rp6.021,00/kg/bulan.

  • Dari keseluruhan fungsi kendala tersebut dapat dihasilkan formulasi

    sebagai berikut:

    Tabel 5. Formulasi Optimasi Gula Kelapa Jenis HOK (Rp/bulan)

    Bahan Baku (Rp/bulan)

    Biaya Produksi (Rp/bulan)

    Gula Kelapa Kw1 1.463 X1 500 X2 6.479 Gula Kelapa Kw2 1.280 X2 500 X2 6.021

    Sumber : hasil analisis data primer (2011)

    Fungsi tujuan:

    Z = 2.773 X1 + 2.203 X2 (17)

    Fungsi Kendala:

    1) 1.463 X1 + 500 X2 6.479 (18)

    2) 1.280 X1 + 500 X2 6.021 (19)

    D. Optimasi

    Penyelesaian masalah optimasi dengan program linier dapat dilakukan dengan

    memasukkan data untuk fungsi tujuan dan fungsi kendala yang telah diketahui

    sebelumnya ke dalam program linier. Penentuan kombinasi volume produk optimal

    dengan menggunakan program komputer LINDO (Linear, Interactive and Discrete

    Optimizer). Penyelesaian program linier dilakukan dengan menggunakan metode

    simpleks yang terdiri dari analisis primal, dual, dan sensitivitas.

    Analisis primal digunakan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik

    yang menghasilkan tujuan maksimum, yaitu keuntungan terbesar dengan kendala-

    kendala yang ada. Berdasarkan perhitungan analisis primal bahwa kombinasi

    produk optimal dicapai pada iterasi kedua dengan keuntungan maksimal sebesar

    Rp26.529,00. Hasil perhitungan analisis primal dapat dilihat dalam Tabel 6.

  • Tabel 6. Kombinasi produksi optimal gula kelapa per kg/bulan di agroindustri skala mikro gula kelapa Karsidi.

    Produk Variabel Value Reduced Cost Gula Kelapa Kualitas 1 X1 0 2886,68 Gula Kelapa Kualitas 2 X2 1204 0 Maximized objective (keuntungan maksimal):26528,53

    Sumber: hasil analisis data primer (2011)

    Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal lebih tinggi dari kondisi

    aktual. Sesuai dengan kondisi pengrajin, keuntungan aktual gula kelapa rata-rata

    Rp4.034,00/kg/bulan dan hasil optimasinya keuntungan sebesar

    Rp26.529.00/kg/bulan. Solusi yang dihasilkan agar dapat diperoleh keuntungan

    maksimal dari produksi gula kelapa yaitu tidak memproduksi gula kelapa kualitas

    1 namun memproduksi gula kelapa kualitas 2 sebanyak 1204 kg/bulan.

    Reduced cost untuk suatu variabel menunjukkan jumlah dimana nilai

    fungsi akan berkurang apabila 1 unit variabel itu ditambahkan dalam keputusan.

    Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa reduced cost gula kelapa kualitas 1 bernilai

    2886,68 artinya apabila gula kelapa kualitas 1 harus diproduksi maka biaya

    produksi gula kelapa kualitas 1 harus dikurangi biayanya sebesar

    Rp2.887,00/kg/bulan, sedangkan gula kelapa kualitas 2 nilai reduced cost sebesar

    0 karena yang artinya tidak ada nilai yang berkurang dari produksi gula kelapa

    tersebut (Herjanto, 1997).

    Penilaian terhadap sumberdaya dapat dilihat dari nilai surplus dan nilai

    dualnya. Nilai dual (dual price) menunjukkan perubahan yang terjadi pada fungsi

    tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan.

    Penambahan satu unit seumberdaya akan meningkatkan keuntungan sebesar nilai

    dualnya. Nilai dual sering disebut juga sebagai nilai bayangan (shadow price),

  • yang menunjukkan batas harga maksimum perusahaan bersedia untuk membeli

    satu unit sumberdaya (Susanti, 2008).

    Analisis dual dapat digunakan untuk membantu menentukan harga tertinggi

    suatu sumberdaya yang masih memungkinkan perusahaan untuk tetap melakukan

    pembelian, sehingga nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan,

    terutama dalam hal pembelian sumberdaya. Analisis dual juga dapat digunakan

    untuk mengetahui apakah sumberdaya yang termasuk dalam kendala bersifat langka

    atau tidak. Sumberdaya langka ditunjukkan oleh nilai dual surplus sama dengan nol,

    termasuk sumberdaya aktif, yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Kendala

    tidak aktif adalah kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak

    mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahn sebesar satu satuan. Nilai dual

    (shadow price) dan nilai surplus dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Nilai surplus dan nilai shadow price dari hasil analisis dual. Constrain Surplus Shadow Price

    Gula Kelapa Kualitas 1 458 0 Gula Kelapa Kualitas 2 0 4,41

    Sumber: Hasil analisis data primer (2011)

    Berdasarkan Tabel 7, hasil analisis dual dapat diketahui nilai-nilai surplus

    untuk masing-masing kendala. Nilai surplus menunjukkan besarnya kelebihan

    sumberdaya yang tersedia pada kondisi optimal, dan diperoleh dari banyaknya

    ketersediaan sumberdaya dikurangi dengan jumlah yang terpakai. Nilai surplus

    untuk produksi gula kelapa kualitas 1 sebesar 458, hal ini berarti bahwa ada faktor

    produksi yang digunakan untuk produksi gula kelapa kualitas 1 berlebih sebanyak

    458 kg. Nilai surplus gula kelapa kualitas 2 sebesar 0, hal ini berarti bahwa tidak

    ada sumber daya yang berlebih pada saat produksi gula kelapa kualitas 2.

  • Nilai shadow price untuk kendala keuntungan maksimum yang dapat

    dicapai oleh gula kelapa kualitas 1 adalah sebesar 0 yang menunjukkan

    penambahan satu kg produksi gula kelapa 1 tidak akan menambah keuntungan.

    Nilai shadow price untuk kendala keuntungan maksimum yang dapat dicapai oleh

    gula kelapa kualitas 2 adalah sebesar 4,41 yang menunjukkan bahwa penambahan

    satu kg produksi gula kelapa 2 akan menambah keuntungan sebesar

    Rp4,41/kg/bulan.

    E. Analisis Sensitivitas

    Analisis sensitivitas adalah penyelidikan perubahan parameter (aij, bi, dan

    cj) terhadap efek pada penyelesaian yang optimal. Karena perubahan nilai

    parameter dalam masalah primal juga akan mengakibatkan perubahan nilai pada

    masalah dual, maka bisa dipilih salah satu untuk penyelidikan (Herjanto, 1997).

    Analisis sensitivitas sangat penting untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa

    yang akan datang. Analisis sensitivitas dilakukan setelah penyelesaian optimal. Hal

    ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai

    perubahan koefisien pada model setelah tabel optimasi terselesaikan.

    Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui sejauh mana solusi

    optimal dapat diterapkan oleh perusahaan apabila terjadi perubahan pada model.

    Analisis sensitivitas juga dapat digunakan untuk melihat kisaran berlakunya solusi

    optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas

    minimum dan batas maksimum. Batas minimum merupakan batas penurunan nilai

    aktivitas atau kendala agar tidak merubah kondisi optimal, sedangkan batas

  • maksimum menunjukkan batas kenaikan nilai aktifitas atau kendala yang diijinkan

    agar solusi optimal tidak berubah. Selang kepekaan yang semakin kecil yang

    dimiliki oleh suatu kendala, maka semakin peka kendala tersebut dalam merubah

    solusi optimal yang telah tercapai. Hasil analisis sensitivitas fungsi tujuan dan

    fungsi kendala dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

    Tabel 8. Analisis sensitivitas fungsi tujuan Variable Current Coeficient

    Allowable Increase

    Allowable Descrease

    Gula Kelapa Kualitas 1 2773 2866,68 M Gula Kelapa Kualitas 2 2203 M 1119,80

    Sumber : Hasil analisis data primer (2011)

    Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa untuk mempertahankan variabel

    keputusan pada kondisi optimal, maka perubahan pada nilai koefisien fungsi

    tujuan harus masih berada dalam selang kepekaan yaitu antara batas minimum dan

    batas maksimum yang diijinkan (Susanti, 2008). Nilai koefisien fungsi tujuan

    menunjukkan keuntungan per satuan kg produk dari hasil produksi agroindustri

    gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.

    Koefisien dari keuntungan gula kelapa kualitas 1 yang semula

    Rp2.773,00/kg/bulan dapat ditolerir kenaikannya sebesar Rp2.867,00/kg/bulan

    atau ditolerir penurunannya sebesar M (tak terhingga). Keuntungan gula kelapa

    kualitas 2 yang semula Rp2.203,00 dapat ditolerir kenaikannya sebesar M atau tak

    terhingga atau ditolerir penurunannya sebesar Rp1.120,00, sehingga keuntungan

    optimum yang dapat diperoleh sebesar Rp1.083,00.

  • Tabel 9. Analisis sensitivitas fungsi kendala. Variable Current RHS Allowable Increase

    Allowable Descrease

    Biaya Produksi Gula Kelapa Kualitas 1 6479 M 458 Biaya Produksi Gula Kelapa Kualitas 2 6021 M 6021

    Sumber : Hasil analisis data primer (2011)

    Hasil analisis sensitivitas untuk tiap fungsi kendala pada Tabel 7,

    menunjukkan bahwa apabila koefisien input gula kelapa kualitas 1 dinaikkan

    sebesar M atau tidak terhingga dan diturunkan sebesar Rp458,00/kg/bulan

    menjadi Rp6.201,00/kg/bulan, artinya tiap kg kenaikan atau penurunan,

    keuntungannya berubah menjadi Rp0,00/kg/bulan untuk setiap 1 unit

    perubahannya (lihat nilai shadow price). Bila koefisien input gula kelapa kualitas

    2 dapat dinaikan sebesar Rp458,00/kg/bulan sehingga menjadi

    Rp6.479,00/kg/bulan dan diturunkan sebesar Rp6.021,00/kg/bulan sehingga

    menjadi Rp458,00/kg/bulan, maka keuntungannya akan berubah sebesar

    Rp4,41/kg/bulan untuk setiap kenaikan atau penurunan 1 unit kapasitas.

    Berdasarkan analisis optimal fungsi tujuan dan fungsi kendala, kondisi

    optimum untuk memproduksi gula kelapa agar memperoleh keuntungan maksimal

    dari produksi gula kelapa yaitu dengan cara tidak memproduksi gula kelapa kualitas

    1 namun cukup memproduksi gula kelapa kualitas 2 sebesar 1204 kg/bulan.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    1. Jumlah aktual gula kelapa kualitas 1 yang diproduksi sekitar 204,29 kg/bulan dan

    untuk gula kelapa kualitas 2 diproduksi sebanyak 233,47 kg/bulan. Besar

    penerimaan gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 masing-masing sebesar

    9.000,00/kg/bulan dan 8.000,00/kg/bulan. Besar biaya produksi gula kelapa

    kualitas 1 yaitu Rp6.479,00/kg/bulan dan biaya gula kelapa kualitas 2 sebesar

    Rp6.021,00/kg/bulan. Keuntungan yang diperoleh dari gula kelapa kualitas 1 dan

    kualitas 2 masing-masing sebesar Rp2.773,00/kg/bulan dan Rp2.203,00/kg/bulan.

    2. Berdasarkan optimasi menggunakan program LINDO, kondisi optimum untuk

    memproduksi gula kelapa agar memperoleh keuntungan maksimal dari

    produksi gula kelapa yaitu dengan cara tidak memproduksi gula kelapa kualitas

    1 namun cukup memproduksi gula kelapa kualitas 2 sebesar 1402 kg/bulan.

    3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila koefisien input gula

    kelapa kualitas 1 dapat dinaikkan sebesar M atau tidak terhingga dan

    diturunkan sebesar Rp458,00/kg/bulan menjadi Rp6.201,00/kg/bulan, artinya

    tiap kg kenaikan atau penurunan, keuntungannya berubah menjadi

    Rp0,00/kg/bulan untuk setiap 1 unit perubahannya (lihat nilai shadow price).

    Bila koefisien input gula kelapa kualitas 2 dapat dinaikan sebesar

    Rp458,00/kg/bulan sehingga menjadi Rp6.479,00/kg/bulan dan diturunkan

    sebesar Rp6.021,00/kg/bulan sehingga menjadi Rp458,00/kg/bulan, maka

  • keuntungannya akan berubah sebesar Rp4,41/kg/bulan untuk setiap kenaikan

    atau penurunan 1 unit kapasitas.

    B. Saran

    1. Optimasi perlu dilakukan secara berkala agar agroindustri skala kecil dapat

    mengambil keputusan yang tepat mengenai jumlah produksi yang akan

    dilakukan sehingga dapat meminimalisir biaya produksi dan meningkatkan

    keuntungan.

    2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi faktor-faktor produksi yang

    tersedia sehingga seluruh faktor produksi dapat digunakan secara optimal.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2010. Gula Kelapa Potensi Banyumas. (On-line). http://ago-blog-blogspot.com/2010/02/gula-kelapa-potensi-banyumas.html diakses 30 September 2011

    Ardiyansyah. 2009. Aplikasi Program Linier dalam Manajemen Sistem Irigasi.Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

    Asmara, R. 2006. Operation Research Linier Programming. (On-line). http://rosihan.web.id diakses 16 September 2011

    Bank Indonesia. 2004. Profil Usaha dan Pembiayaan: Pengolahan Gula Kelapa. Laporan Penelitian. Bank Indonesia. Purwokerto

    Betrianis. 2006. Penyusutan dan Alokasi Biaya Overhead. (On-line). http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1916.pdf. Di akses 20 Oktober 2011

    Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas. 2008. Data Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Banyumas

    Erlina. 2011. Fungsi dan Pengertian Akuntansi Biaya. (On-line). http://repository.usu.ac.idbitstream12345678912011akutansi-erlina7.pdf. Di akses 5 Oktober 2011

    Herjanto, E. 1997. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta

    Kusumo, A. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Teknologi Pembuatan Gula Semut di Kecamatan Cilongok. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)

    Luknanto, D. 2003. Optimasi Pemrograman Linier. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta

    Nachrowi, N. D dan H. Usman. 2004. Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo. Jakarta

    Purnomo, B. S. 2011. Pengertian Biaya. (On-line). http://file.upi.edu/Direktori/FPEBPRODI.AKUNTANSI/196901082006041-BUDI_SUPRIATONO_PURNOMO/man_biaya.pdf di akses 20 Oktober 2011

    Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manakemen. SIUP. Jakarta

  • Santoso, H. B. 1993. Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius. Jogjakarta

    Soedijanto. 1981. Kelapa. CV Yasaguna. Jakarta

    Soekartawi. 2001. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press. Jakarta

    Subagyo, P., M. Asri, dan T. Handoko. 2000. Dasar-dasar Operation Research. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta

    Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta

    Suprapto. 1991. Teknik Pengambilan Keputusan. Rineka Cipta. Jakarta

    Susanti, L. 2008. Penerapan Program Linear dalam Optimasi Produksi Tepung Tapioka di PT Triodaya Makmur Purbalingga. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)

    Taha, H. 2000. Riset Operasi Jilid IV (terjemahan). Bina Aksara. Jakarta

    Widjojoko, T., A. Mulyani, dan I. K. E. Wijayanti. 2000. Kajian Finansial dan Nilai Tambah Gula Semut (Granular Sugar) di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. (On-line). http://isdj.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71095562.pdf. Di akses 20 Agustus 2011

  • Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Kelapa

  • Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian

  • Lampiran 3. Data Pengamatan

    a. Waktu Pengambilan Nira Hari Waktu (detik)

    1 4546,67 2 4156,66 3 4976,01 4 4312,95 5 4155,01 6 4534,02 7 5417,19

    Rata-Rata 4585,50 Rata-Rata (jam) 1,27

    b. Waktu Pemasakan Nira Hari Waktu (detik)

    1 18000 2 17460 3 18600 4 19320 5 19680 6 18000 7 18000

    Rata-Rata 18437,14 Rata-rata (jam) 5,12

    c. Waktu Pemekatan Gula Hari Waktu (detik)

    1 440,68 2 437,81 3 485,21 4 550,03 5 495,35 6 540,78 7 445,41

    Rata-Rata 485,04 Rata-rata (jam) 0,13

    d. Waktu Pencetakan Gula Kelapa Kualitas 1 Hari Waktu (detik)

    1 376 2 562 3 570 4 554 5 554 6 542 7 528

    Rata-Rata 526,57 Rata-rata (jam) 0,15

  • Lampiran 3. (Lanjutan)

    e. Waktu Pencetakan Gula Kelapa Kualitas 2 Hari Waktu (detik)

    1 260 2 600 3 680 4 540 5 576 6 580 7 565

    Rata-Rata 543 Rata-rata (jam) 0,15

    f. Waktu Pengemasan Hari Waktu (detik)

    1 1340 2 1860 3 1920 4 1820 5 1800 6 1800 7 1840

    Rata-Rata 1768.571 Rata-rata (jam) 0,49

    g. Hasil Perolehan Nira (Gula Kelapa Kualitas 1) Hari Volume (liter)

    1 27,11 2 41,86 3 42,46 4 41,00 5 40,92 6 40,90 7 38,27

    Rata-Rata 38,93

    h. Hasil Perolehan Nira (Gula Kelapa Kualitas 2) Hari Volume (liter)

    1 30,99 2 47,84 3 48,52 4 46,86 5 46,77 6 46,75 7 46,73

    Rata-Rata 44,49

  • Lampiran 3. (Lanjutan)

    i. Jumlah Produksi Gula Kelapa Kualitas 1 Hari Massa (kg)

    1 5,46 2 7,08 3 7,29 4 7,05 5 7,05 6 6,89 7 6,84

    Rata-Rata 6,81

    j. Hasil Perolehan Nira (Gula Kelapa Kualitas 2) Hari Massa (kg)

    1 6,24 2 8,09 3 8,33 4 8,06 5 8,06 6 7,88 7 7,82

    Rata-Rata 7,78

  • Lampiran 4. Perhitungan Keuntungan 1. Keuntungan Gula Kelapa Kualitas 1

    a. Biaya Tetap 1) Biaya Penyusutan

    Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Umur

    Ekonomi (Tahun)

    Penyusutan (Rupiah)

    Tungku 1 buah 500.000,00 10 4.166,67 Wajan 1 buah 150.000,00 3 4.166,67 Cetakan Paralon 40 buah 500,00 2 833,33 Cetakan Bambu 100 buah 200,00 2 2.083,33 Saringan 1 buah 7.000,00 2 291,67 Timbangan 1 buah 150.000,00 10 1.250,00 Dirijen 24 buah 3.000,00 2 1.000,00 Pengaduk 1 buah 3.000,00 1 250,00 Sabit 1 buah 15.000,00 5 250,00 Sewa Pohon 24 pohon 6.250,00 3 4.166,67 Total Biaya Penyusutan 17.208,34

    2) PBB Diketahui : NJOP bumi = Rp15.000.000,00

    NJOP bangunan = Rp12.000.000,00

    Besarnya PBB terutang = 0,5% x NJKP NJKP = NJOP NJOPTK NJOP = NJOP bumi + NJOP bangunan

    NJOP Bumi = Rp15.000.000,00 NJOP Bangunan = Rp12.000.000,00 _ NJOP sbg dasar pengenaan PBB Rp27.000.000,00 (NJOP Terbesar)

    NJOPTK = Rp12.000.000, 00 _ NJOP untuk Perhitungan PBB Rp15.000.000,00

    PBB Terhutang = Tarif x NJKP = 0,5% x 20% x Rp15.000.000,00 = Rp15.000,00

    PBB yang dikenakan = Rp15.000,00 360 =Rp41,67

  • Lampiran 4. (Lanjutan)

    b. Biaya Variabel

    Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Total

    (Rupiah) Nira 1167,95 liter 500,00 583.975,00 Minyak 1 liter 10.000,00 10.000,00 Laru 2 kg 3.000,00 6.000,00 Kayu Bakar 2 truk 200.000,00 400.000,00 Plastik Pengemas 5 pak 1.500,00 7.500,00 Upah Pekerja Pria 5,40 HOK 10.000,00 54.000,00 Upah Pekerja Wanita 30,60 HOK 8.000,00 244.800,00 Total Biaya Variabel 1.323.525,00

    c. Penerimaan

    Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Jml Hari Total

    (Rupiah) Penjualan Gula 7 kg 9.000,00 30 1.890.000,00 Total Penerimaan 1.890.000,00

  • Lampiran 4. (Lanjutan)

    2. Keuntungan Gula Kelapa Kualitas 2 a. Biaya Tetap

    1) Biaya Penyusutan

    Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Umur

    Ekonomi (Tahun)

    Penyusutan (Rupiah)

    Tungku 1 buah 500.000,00 10 4.166,67 Wajan 1 buah 150.000,00 3 4.166,67 Tampah 2 buah 5.000,00 2 416,67 Saringan 1 buah 7.000,00 2 291,67 Timbangan 1 buah 150.000,00 10 1.250,00 Dirijen 48 buah 500,00 2 1.000,00 Pengaduk 1 buah 3.000,00 1 250,00 Sabit 1 buah 15.000,00 5 250,00 Sewa Pohon 24 pohon 6.250,00 3 4.166,67 Total Biaya Penyusutan 15.958,35

    2) PBB Diketahui : NJOP bumi = Rp15.000.000,00 NJOP bangunan = Rp12.000.000,00

    Besarnya PBB terutang = 0,5% x NJKP NJKP = NJOP NJOPTK NJOP = NJOP bumi + NJOP bangunan

    NJOP Bumi = Rp15.000.000,00 NJOP Bangunan = Rp12.000.000,00 _ NJOP sbg dasar pengenaan PBB Rp27.000.000,00 (NJOP Terbesar)

    NJOPTK = Rp12.000.000, 00 _ NJOP untuk Perhitungan PBB Rp15.000.000,00

    PBB Terhutang = Tarif x NJKP = 0,5% x 20% x Rp15.000.000,00

    = Rp15.000,00 PBB yang dikenakan = Rp15.000,00

    360 = Rp41,67,00

  • Lampiran 4. (Lanjutan)

    b. Biaya Variabel

    Komponen Jml Satuan Harga Satuan (rupiah) Total

    (Rupiah) Nira 1334,8 liter 500,00 667.400,00 Minyak 1 liter 10.000,00 10.000,00 Laru 2 kg 3.000,00 6.000,00 Kayu Bakar 2 truk 200.000,00 400.000,00 Plastik Pengemas 5 pak 1.500,00 7.500,00 Upah Pekerja Pria 5,40 HOK 10.000,00 54.000,00 Upah Pekerja Wanita 30,60 HOK 8.000,00 244.800,00 Total Biaya Variabel 1.405.700,00

    c. Penerimaan Komponen Jml Satuan Harga Satuan Jml Hari Total

    Penjualan Gula 8 kg 8.000,00 30 1.920.000,00 Total Pemasukan 1.920.000,00

  • Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan

    Gambar 1. Penyiapan Laru Gambar 2. Pemanjatan Pohon Kelapa

    Gambar 3. Pengambilan Nira Gambar 4. Pengukuran Nira

    Gambar 5. Pemasakan Nira Gambar 6. Pengadukan Gula

  • Lampiran 5. (Lanjutan)

    Gambar 7. Pencetakan Gula Kelapa Kw 1 Gambar 8. Pencetakan Gula Kelapa Kw 2

    Gambar 9. Penimbangan Gula Gambar 10. Pemotongan Gula

    Gambar 11. Pengemasan Gula Gambar 12. Gula Kelapa Kw 2

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Wonosobo 29 September 1989, merupakan anak pertama dari pasangan Taryono dan Soimatun Rodhiyah. Penulis berdomisili di Krandegan RT 03 RW 09 Banjarnegara. Email penulis [email protected]. Penulis memulai pendidikan di SD Muhammadiyah IV Banjarnegara dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2004,

    jenjang sekolah menengah ke atas di SMA Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Teknik Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Semasa studi penulis aktif di kegiatan mahasiswa HIMAGREEN dan menjadi staf humas pada kepengurusan tahun 2008/2009, menjadi staf kesekretariatan pada kepengurusan 2009/2010, Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Perbengkelan dan Teknik Pengawetan dan Pengolahan Hasil Pertanian.