Upload
risqa-nurkhaida-sr
View
99
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS
(Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi)
Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma
NIM A1H007023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
2011
SKRIPSI
OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS
(Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi)
Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma
NIM A1H007023
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
2011
SKRIPSI
OPTIMASI PRODUKSI GULA KELAPA DI KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS
(Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi)
Oleh: Risqa Nurkhaida Septia Rakhma
NIM A1H007023
Diterima dan disetujui Tanggal: .
Pembimbing I,
Ropiudin, S.TP., M.Si. NIP 19770721 200212 1 002
Pembimbing II,
Budi Dharmawan, S.P., M.Si. NIP 19800909 200312 1 003
Mengetahui Dekan,
Dr. Ir. Achmad Iqbal, M.Si. NIP 19580331 198702 1 001
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi dengan judul Optimasi
Produksi Gula Kelapa di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas
(Studi Kasus pada Agroindustri Gula Kelapa Skala Mikro Karsidi).
Skripsi ini tersusun atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kapada:
1. Dr. Ir. Achmad Iqbal, M. Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman atas ijin yang diberikan.
2. Ropiudin, S.TP., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I atas saran dan
bimbingannya dalam penyusunan skripsi.
3. Budi Dharmawan, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas saran dan
bimbingannya dalam penyusunan skripsi.
4. Orang tua, adik, keluarga, serta kawan-kawan yang memberikan motivasi,
doa dan bantuannya.
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasama.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih kurang sempurna. Meskipun
demikian, penulis berharap agar Skripsi ini dapat bermanfaat.
Purwokerto, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................. .... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... .... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... .... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .... vii
RINGKASAN ............................................................................................. .... viii
SUMMARY .................................................................................................. .... xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... .... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... .... 4
A. Nira Kelapa ...................................................................................... .... 4
B. Gula Kelapa ..................................................................................... .... 5
C. Pengolahan dan Produksi Gula Kelapa ............................................ .... 6
D. Optimasi ........................................................................................... .... 8
E. Produktivitas .................................................................................... .... 9
F. Biaya dan Keuntungan ..................................................................... .... 9
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... .... 12
G. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... .... 12
A. Bahan dan Alat ............................................................................ .... 12
B. Variabel Penelitian .......................................................................... .... 12
C. Analisis Data ................................................................................... .... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ .... 18
D. Kondisi Umum ................................................................................. .... 18
A. Proses Produksi Gula Kelapa .......................................................... .... 19
B. Fungsi Tujuan Dan Kendala ........................................................... .... 20
C. Optimasi .......................................................................................... .... 26
D. Analisis Sensitifitas ......................................................................... .... 29
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... .... 32
E. Simpulan ......................................................................................... .... 32
A. Saran ................................................................................................ .... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 47
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi nira kelapa segar ......................................................... .... 5
Tabel 2. Komposisi zat gizi gula kelapa per 100 g bahan .......................... .... 6
Tabel 3. Perumusan formulasi optimasi gula kelapa .................................. .... 16
Tabel 4. Besarnya penerimaan, biaya produksi dan keuntungan gula kelapa kualitas 1 dan kualitas2............................. 22
Tabel 5. Formulasi Optimasi Gula Kelapa .................................................. .... 26
Tabel 6. Kombinasi produksi optimal gula kelapa di agroindustri skala mikro gula kelapa Karsidi .................................................................. .... 27
Tabel 7. Nilai surplus dan nilai shadow price dari hasil analisis dual ........ .... 28
Tabel 8. Analisis sensitifitas fungsi tujuan ................................................. .... 30
Tabel 9. Analisis sensitifitas fungsi kendala ............................................... .... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Kelapa ................................... .... 36
Lampiran 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Penelitian .................... .... 37
Lampiran 3. Data Pengamatan .................................................................... .... 38
Lampiran 4. Perhitungan Keuntungan ........................................................ .... 41
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan ........................................................... .... 45
RINGKASAN
Salah satu industri rumah tangga pedesaan yang potensial untuk dikembangkan dan menghasilkan produk yang memadai adalah pengolahan gula kelapa. Desa Karangtengah Kecamatan Baturraden merupakan salah satu wilayah penghasil gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Banyaknya industri kecil menengah ini perlu dianalisis pengoperasiannya. Metode kuantitatif yang biasa digunakan dalam membantu manajemen menganalisa sebuah proyek adalah metode-metode yang didasarkan pada pendekatan optimasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil produksi gula kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas dan mendapatkan kondisi optimum produksi gula merah pada agroindustri gula kelapa skala mikro di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
Optimasi diselesaikan dalam bentuk program linier, yang mempunyai dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala (pembatas). Fungsi tujuan dari penyelesaian masalah ini adalah memaksimalkan keuntungan, sedangkan fungsi kendala (pembatas) yang digunakan meliputi hari orang kerja (HOK), bahan baku serta biaya produksi pembuatan gula kelapa.
Penyelesaian masalah optimasi dengan program linier dapat dilakukan dengan memasukkan data fungsi tujuan dan fungsi kendala. Penyelesaian program linier dilakukan dengan menggunakan program LINDO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah gula kelapa kualitas 1 yang diproduksi sekitar 204,29 kg/bulan dan untuk gula kelapa kualitas 2 diproduksi sebanyak 233,47 kg/bulan. Berdasarkan analisis menggunakan program LINDO, jumlah produksi yang optimum untuk produksi gula kelapa kualitas 1 sebesar 0 kg/bulan dan gula kelapa kualitas 2 sebesar 1402 kg/bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa koefisien input gula kelapa kualitas 1 dapat dinaikkan sebesar M atau tidak terhingga dan diturunkan sebesar Rp458,00/kg/bulan menjadi Rp6.201,00/kg/bulan, artinya tiap kg kenaikan atau penurunan, keuntungannya berubah menjadi Rp0,00/kg/bulan untuk setiap 1 unit perubahannya (lihat nilai shadow price). Bila koefisien input gula kelapa kualitas 2 dapat dinaikan sebesar Rp458,00/kg/bulan dan diturunkan sebesar Rp6.021,00/kg/bulan, maka keuntungannya akan berubah sebesar Rp4,41/kg/bulan untuk setiap kenaikan atau penurunan 1 unit kapasitas.
Kata kunci : optimasi, gula kelapa, program linier.
SUMMARY
One of the potential industries of rural households to be developed is palm sugar processed. Karangtengah Village Baturraden Sub District is one of the palm sugar producing area in Banyumas District. The number of small and medium industries need to be analyzed. This analysis is needed to anticipate the uncertainty circumstances in the future. Quantitative methods are commonly used to help management in analyzing project based on optimization approach. The objectives of this research were 1) determine productivity, production cost, and benefit of palm sugar production on micro scale business of palm sugar agro industry on Baturraden Sub District, District of Banyumas; and 2) obtain optimum condition of palm sugar production on micro scale business of palm sugar agro industry in Baturraden Sub District, District of Banyumas.
Optimization was using linear programming. It has two kind of functions, i.e. objective and constraint functions. The objective function of this study was to maximize profit and constraint functions that used were person-days (HOK), raw materials and production costs of palm sugar production.
Completion of optimization problems with linear programming can be done by entering data and objective of constraint functions. Linear program completion accomplished using LINDO Software. The results showed that the palm sugar production for first quality was 204.29 kg/month and second quality was 233.47 kg/month. Based on LINDO Software, the optimum amount of palm sugar production for first quality was 0 kg/month and second quality was 338 kg/month. The results of sensitivity analysis showed that coefficient input of palm sugar for first quality increased up to M or infinity and lowered up to Rp458,00, the profit would changes become Rp0,00/kg/month (look at the shadow price value). If coefficient input for constraint function on second quality could be increased up to Rp6.497,00 and reduced until Rp6.479, 00, the profit would changes become Rp4,41/kg/month for every increased or reduced 1 unit of capacity.
Key words : optimization, palm sugar, linear programming.
I. PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi di dalam pembangunan nasional jangka panjang di
Indonesia mempunyai sasaran utama mencapai keseimbangan antara sektor
pertanian dan industri. Keseimbangan tersebut dapat tercapai apabila kondisi
perekonomian atau industri yang maju didukung oleh sektor pertanian yang
tangguh (Soekartawi, 2001). Sebagai penggerak pembangunan pertanian,
agroindustri diharapkan dapat memainkan peranan penting kegiatan pembangunan
daerah dalam sasaran pemerataan pembangunan ekonomi. Keberadaaan
agroindustri di pedesaan diharapkan dapat meningkatkan permintaan terhadap
komoditas pertanian karena sektor agroindustri berperan dalam mengubah produk
pertanian menjadi barang yang lebih berguna bagi kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu pembangunan pertanian yang dikaitkan dengan pengembangan industri
pertanian perlu diarahkan ke wilayah pedesaan. Salah satu industri rumah tangga
pedesaan yang potensial untuk dikembangkan dan menghasilkan produk yang
memadai adalah pengolahan gula kelapa. Oleh sebab itu tidak sia-sia jika banyak
masyarakat pedesaan yang melakukan usaha pembuatan gula kelapa.
Banyumas merupakan salah satu daerah penghasil gula kelapa di Indonesia.
Menurut Kusumo (2005), luas areal tanaman kelapa yang ada di Kabupaten
Banyumas pada tahun 2003 mencapai 13.947,96 hektar dengan jumlah tanaman
kelapa sebanyak 1.746.871 pohon. Jumlah tanaman kelapa deres yang ada di
Kabupaten Banyumas adalah 593.569 pohon dengan luas areal kebun 4.748,55
hektar. Usaha produksi gula kelapa yang ada di Kabupaten Banyumas melibatkan
28.879 orang penderes, dan 34.317 unit pengolah yang terdiri dari 90.241 orang
tenaga kerja yang tergabung dalam 217 kelompok usaha yang tumbuh dan tersebar
di 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas (Bank Indonesia, 2004).
Desa Karangtengah Kecamatan Baturraden merupakan salah satu wilayah
penghasil gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Desa ini berjarak 15 km dari
Purwokerto dan dengan waktu tempuh sekitar 15 menit menggunakan sepeda
motor. Desa Karangtengah memiliki wilayah bertopografi berbukit sampai
bergunung, dengan rata-rata hujan sebesar 3.336 mm per tahun dengan jumlah
hari hujan 157 hari dan suhu berkisar antara 22 sampai 30oC.
Data tahun 2009, desa Karangtengah memiliki jumlah kepala keluarga 1595
KK, dengan jumlah penduduk sebesar 6529 jiwa. Sumber pendapatan masyarakat di
dukung oleh sebagian masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai penderes
dan pengrajin gula kelapa atau sektor industri. Kabupaten Banyumas, pada tahun
2007 terdapat kurang lebih 28.300 unit usaha gula kelapa dengan volume produksi
mencapai 23.772 ton per tahun. Beberapa kecamatan di kabupaten Banyumas yang
memiliki unit usaha gula kelapa cukup banyak adalah Ajibarang, Somagede, Cilongok
dan Wangon (Disperindag Kabupaten Banyumas, 2008).
Banyaknya industri kecil menengah ini perlu dianalisis pengoperasiannya.
Analisis ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa yang
akan datang. Metode kuantitatif yang biasa digunakan dalam membantu
manajemen menganalisa sebuah proyek adalah metode-metode yang didasarkan
pada pendekatan optimasi (Susanti, 2008). Pengertian optimal adalah keadaan
terbaik, sedangkan optimasi adalah pencapaian keadaan terbaik (Subagyo, 2000).
Optimasi dapat juga diartikan sebagai pendekatan normatif dengan
mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan
pada titik maksimum atau titik minimum suatu tujuan.
Mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan penelitian antara lain:
1. Bagaimana produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil produksi gula
kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan
Baturraden Kabupaten Banyumas?
2. Bagaimana kondisi optimum produksi gula kelapa pada agroindustri gula kelapa
skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas?
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil produksi gula
kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan
Baturraden Kabupaten Banyumas.
2. Mendapatkan kondisi optimum produksi gula kelapa pada agroindustri gula
kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan informasi produktivitas, biaya produksi dan keuntungan hasil
produksi gula kelapa pada agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di
Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas
2. Mendapatkan informasi mengenai kondisi optimum produksi gula kelapa pada
agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Nira Kelapa
Nira merupakan cairan bening yang terdapat di dalam mayang kelapa yang
pucuknya belum membuka. Nira ini didapatkan dengan cara penyadapan atau
penderesan, Satu buah mayang dapat disadap selama 10 35 hari tergantung pada
kondisi pohon kelapa, namun produksi optimal hanya selama 15 hari. Hasil yang
diperoleh sekitar 0,5 - 1 liter nira setiap mayang, atau sekitar 2-4 liter nira per
pohon setiap harinya (Santoso, 1993).
Beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya nira kelapa yang diperoleh antara
lain:
1. Iklim
Penyadapan pada musim penghujan akan menghasilkan nira kelapa lebih
banyak sehingga cukup dilakukan penyadapan 2 mayang per pohon, sedangkan
pada musim kemarau nira yang dihasilkan lebih sedikit sehingga perlu
dilakukan penyadapan 3 mayang per pohon (Soedijanto, 1981).
2. Umur tanaman
Penyadapan mayang dari pohon kelapa yang muda akan didapatkan nira
yang lebih banyak dari pohon kelapa yang sudah tua. Hal ini diperkirakan
karena perbedaan proses pertumbuhan tanaman.
3. Frekuensi penyadapan
Pohon kelapa tidak dapat disadap secara terus-menerus. Pohon kelapa
tersebut memerlukan waktu untuk tidak disadap kemudian dapat disadap
kembali setelah 3 4 tahun.
Nira kelapa banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gula kelapa
karena mengandung sukrosa dalam jumlah yang cukup besar. Komposisi nira
segar dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Komposisi nira kelapa segar (gram/100 ml) No Komposisi Bahan Kadar 1. Total padatan 15,20 19,70 2. Sukrosa 12,30 17,40 3. Abu 0,11 0,41 4. Protein 0,23 0,32 5. Vitamin C 16,00 30,00 6. Berat jenis pada suhu 29o C 1,058 1,077
Sumber : Santoso (1993)
B. Gula Kelapa
Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan nira kelapa (Cocos
nucifera Linn). Gula kelapa biasanya diperdagangkan dalam bentuk setengah
mangkuk atau setengah elips. Bentuk demikian ini dihasilkan dari cetakan yang
digunakan yaitu setengah tempurung kelapa. Namun ada pula yang menggunakan
cetakan dari bambu sehingga bentuknya bulat silindris (Santoso, 1993). Dilihat dari
kadar zat gizi, gula kelapa cukup kaya karbohidrat dan unsur protein serta mineral
lainnya. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zat gizi gula kelapa per 100 gram bahan No Zat gizi Jumlah 1. Kalori 386 kal 2. Karbohidrat 76 g 3. Lemak 10 g 4. Protein 3 g 5. Kalsium 76 mg 6. Fosfor 37 mg 7. Air 10 g
Sumber : Santoso (1993)
C. Pengolahan dan Produksi Gula Kelapa
Gula kelapa diproduksi oleh industri-industri kecil yang umumnya berada
di pedesaan. Proses pembuatan gula kelapa tersebut biasanya dilakukan secara
tradisional dan menggunakan peralatan yang sederhana. Namun, sekarang ini
telah diujikan pengolahan gula kelapa dengan sistem vakum. Walaupun teknologi
sistem vakum ini lebih efektif dan efisien serta menghasilkan produk yang
bermutu akan tetapi nilai investasinya dianggap mahal bagi pengrajin gula kelapa
sehingga lebih banyak pengrajin yang memilih mengolah gula kelapa secara
tradisional (Santoso, 1993).
Prototipe pengolahan gula jawa dengan sistem vakum ini telah
diperkenalkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang.
Peralatan produksi yang digunakan meliputi evaporator (alat penguapan) lengkap
dengan kondensor. Evaporator ini berupa bejana silinder, dengan dasar bentuk
elips, puncaknya berbentuk kerucut. Selain itu, diperlukan juga pisau penyadap,
kain penyaringan bumbung bambu, cetakan dan plastik. Proses produksi, pada
tahap awal sama dengan cara tradisional, yakni penyadapan hingga memperoleh
nira bersih. Selanjutnya, nira dimasukkan dalam evaporator. Setelah itu nira
dipanaskan. Adapun sumber pemanasnya berasal dari steam bath, yang
dipanaskan dari api brander. Uap yang dihasilkan dari steam bath ini akan
memanaskan evaporator. Perlu diperhatikan bahwa tekanan uap pada evaporator
dipertahankan vakum sebesar 0,47 atmosfir, sehingga nira akan mendidih pada
suhu di bawah titik didihnya sekitar 85-90C.Dengan sistem vakum, uap nira yang
dihasilkan masuk ke kondensor untuk didinginkan oleh air pendingin, yang
kemudian keluar bersam-sama air pendingin. Sementara itu, nira yang sudah
kental, berupa jenangan, sebaiknyya dikeluarkan dari evaporator, dan segera
diaduk-aduk sampai dirasa cukup, kemudian dicetak, didinginkan, dikemas dalam
plastik, dan sudah siap dipasarkan (Anonim, 2010).
Pengolahan gula kelapa secara tradisonal menggunakan beberapa peralatan
sederhana yaitu ketel (wajan), pengaduk, tungku, pisau sadap, bumbung bambu,
cetakan (tempurung kelapa), kaleng, timbangan, serok, kain penyaring dan plastik.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan gula kelapa meliputi nira, air
kapur, natrium bisulfat, minyak kelapa dan kayu bakar.
Menurut Santoso (1993), poduksi gula kelapa dilakukan dengan menyadap
nira yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari. Biasanya proses penyadapan
ini berlangsung dari pukul 06.00 16.00 dan dari pukul 16.00 06.00. Cairan kapur
dicampurkan dengan bahan pengawet natrium bisulfat dan dimasukkan ke dalam
bumbung bambu yang sudah dicuci bersih. Nira yang sudah diperoleh kemudian
disaring dengan menggunakan kain bersih setelah itu langsung dimasukkan ke
dalam wajan untuk dimasak pada suhu sekitar 110o C sambil dilakukan
pengadukan. Nira segar yang baru saja diperoleh harus segera dimasak karena
apabila proses pemasakan ditunda akan menyebabkan nira menjadi masam. Pada
proses pemasakan dengan suhu tinggi ini, kotoran-kotoran yang terdapat pada nira
akan terapung bersama busa nira. Kotoran tersebut kemudian dibuang
menggunakan serok. Setelah itu nira yang sedang dimasak terus menerus diaduk
agar busa nira tidak meluap dan ditambahkan minyak kelapa (1 sendok minyak
kelapa untuk 25 liter nira). Mulanya cairan ini berwarna putih kekuningan, lambat
laun warnanya akan menjadi semakin tua dan pekat. Berkurangnya busa nira
menandakan bahwa gula kelapa sudah mendidih dan siap untuk dicetak.
D. Optimasi
Optimasi dapat diartikan sebagai pendekatan normatif dengan
mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan
pada titik maksimum atau titik minimum suatu tujuan. Optimasi diselesaikan dalam
bentuk program linier, yang mempunyai dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan
fungsi kendala (Susanti, 2008). Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan
tujuan sasaran di dalam permasalahan pemrograman linier yang berkaitan dengan
pengaturan secara optimal sumberdaya-sumberdaya, untuk memperoleh keuntungan
maksimal atau biaya minimal. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara
matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara
optimal ke berbagai kegiatan (Asmara, 2009).
E. Produktivitas
Menurut Blocker (1988), produktivitas adalah hubungan antara berapa
output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk produksi input
tersebut. Output tersebut terdiri atas unit produk, volume, berat dan hasil konkrit
pekerjaan. Input terdiri dari sumber daya, waktu, sumber dana dan infrastruktur.
Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yang pertama adalah
physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran,
panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.
yang kedua adalah value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan
menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan
seterusnya (Ravianto, 1986).
F. Biaya dan Keuntungan Produksi
Menurut Purnomo (2006), biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang
dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang. Biaya
produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi
produk selesai. Klasifikasi biaya produksi adalah proses pengelompokan secara
sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu
yang lebih ringkas untuk dapat memberi informasi yang lebih penting. Adapun
klasifikasi atau penggolongan biaya produksi adalah sebagai berikut:
1. Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran
Penggolongan biaya yang paling sederhana adalah penggolongan atas
dasar obyek pengeluaran yaitu berupa penjelasan mengenai obyek suatu
pengeluaran. Terdapat tiga golongan biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Biaya dapat digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi dimana biaya tersebut
terjadi seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum.
3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai, maka biaya-biaya
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Perbedaan biaya langsung dan tidak langsung dikaitkan dengan
produk sangat diperlukan bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam
produk dan manajemen menghendaki penentuan harga pokok per jenis produk
tersebut. Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi
tiga unsur, yaitu bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik (biaya produksi tidak langsung).
4. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan
Volume Kegiatan
Biaya ini digolongkan sebagai biaya tetap, yaitu biaya yang jumlahnya
tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan
tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume
kegiatan maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel. Biaya
semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sesuai dengan
perubahan volume kegiatan (Erlina, 2011).
5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu
pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengeluaran modal
merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi
(biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender), sedangkan
pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut (Purnomo, 2006)
Keuntungan produksi adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya
produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan jumlahnya lebih besar
daripada biaya produksi (Sukirno, 2002). Keuntungan juga dapat diartikan sebagai
selisih pendapatan dan biaya yang diukur dan disajikan atas dasar prinsip akuntansi.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Desa Karang Tengah, Baturaden, Banyumas, Jawa
Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2011.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan adalah nira, minyak goreng, dan laru dari
kapur. Sedangkan peralatan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain
alat tulis, timbangan digital, peralatan menderes, peralatan mengolah gula, cetakan
gula kelapa, dan plastik pengemas.
C. Variabel Penelitian
Penyelesaian masalah optimasi produksi gula kelapa memerlukan variabel-
variabel untuk membentuk fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel-variabel
yang digunakan yaitu:
1. Keuntungan tiap kilogram produk yang dihasilkan
Keuntungan dari tiap kilogram produk yang dihasilkan diperoleh dengan
mencari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Kedua perhitungan
tersebut menggunakan data realisasi penerimaan dan biaya produksi yang digunakan
sesuai dengan standar harga yang ditetapkan oleh pengrajin gula kelapa.
2. Hari orang kerja (Rp/kg/bulan)
Tenaga kerja yang dihitung yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung
dalam proses produksi. Hari orang kerja dihitung berdasarkan jam orang kerja
pada bagian-bagian produksi yang berpengaruh pada pengolahan yang
memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Jam kerja dihitung dari
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan nira, waktu pemasakan
nira, waktu pengadukan (pemekatan) gula, waktu pencetakan gula kelapa baik
gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2, serta waktu yang dibutuhkan untuk
pengemasan gula kelapa tersebut. HOK diasumsikan setara dengan orang
bekerja maksimum 7 jam dalam 1 hari kerja.
3. Bahan baku (Rp/kg/bulan)
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah nira kelapa yang
kemudian diolah menjadi gula kelapa. Hasil nira kelapa tersebut diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan selama penelitian. Fungsi pembatas bahan baku
4. Biaya produksi (Rp/kg/bulan)
Menurut Purnomo (2010), biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang
dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan
memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode
mendatang. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu. Biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan dengan
perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan maka semakin
besar pula jumlah total biaya variabel (Erlina, 2011).
D. Analisis Data
1. Optimasi
Optimasi diselesaikan dalam bentuk program linier, yang mempunyai dua
macam fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala (kendala). Fungsi tujuan
dari penyelesaian masalah ini adalah memaksimalkan keuntungan, sedangkan
fungsi kendala (kendala) yang digunakan meliputi hari orang kerja (HOK),
bahan baku serta biaya produksi pembuatan gula kelapa.
a. Fungsi tujuan maksimasi keuntungan
Agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi ini memproduksi gula
kelapa dengan dua jenis gula yang berbeda yaitu gula kelapa yang dicetak
kecil (kualitas 1) dan gula kelapa yang dicetak besar (kualitas 2).
Penggunaan kedua jenis gula ini digunakan untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh selama proses produksi. Fungsi tujuan maksimal
keuntungan dirumuskan sebagai berikut:
Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 (1)
Dimana:
Z = keuntungan hasil produksi gula kelapa keseluruhan (Rp/kg/bulan)
C1 = keuntungan produk gula kelapa kualitas 1 (Rp/kg/bulan)
C2 = keuntungan produk gula kelapa kualitas 2 (Rp/kg/bulan)
X1 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 1 (kg/bulan)
X2 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 2 (kg/bulan)
b. Fungsi kendala
1. Hari orang kerja (Rp/kg/bulan)
Besarnya HOK yang digunakan dalam fungsi kendala ini ditentukan
dengan cara mengalikan besarnya HOK dengan biaya yang harus
dikeluarkan sebagai upah tenaga kerja. Perhitungan ini dirumuskan
sebagai berikut:
Biaya HOK(Rp/kg/bulan) = HOK x upah tenaga kerja per HOK (2)
2. Bahan baku (Rp/kg/bulan)
Bahan baku yang digunakan pada produksi gula kelapa baik kualitas 1
dan kualitas 2 diperoleh dari banyaknya bahan baku yang digunakan
dikalikan dengan biaya bahan baku per liter. Perhitungan besarnya biaya
bahan baku yang digunakan dalam produksi dapat dilihat melalui
persamaan berikut:
Biaya bahan baku (Rp/kg/bulan) = jumlah bahan baku x biaya per liter (3)
3. Biaya produksi (Rp/kg/bulan)
Biaya produksi diperoleh dari perhitungan biaya-biaya yang
dibutuhkan dalam produksi gula kelapa baik gula kelapa kualitas 1
maupun gula kelapa kualitas 2. Biaya produksi yang dihitung merupakan
penambahan antara biaya tetap dengan biaya variabelnya.
Biaya Produksi (Rp/bulan) = biaya tetap + biaya variabel (4)
Setelah keseluruhan variabel diketahui besarnya maka dibuat
formulasi untuk program linier. Formulasi yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Perumusan formulasi optimasi gula kelapa Jenis HOK (Rp/bulan)
Bahan Baku (Rp/bulan)
Biaya Produksi (Rp/bulan)
Gula Kelapa Kw1 aX1 bX1 A Gula Kelapa Kw2 aX2 bX2 B
Fungsi Kendala:
aX1 + aX2 A (5)
bX1 + bX2 B (6)
dimana:
a = biaya HOK gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 (Rp/kg/bulan)
b = biaya bahan baku gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 (Rp/kg/bulan)
A = biaya produksi gula kelapa kualitas 1 (Rp/kg/bulan)
B = biaya produksi gula kelapa kualitas 2 (Rp/kg/bulan)
X1 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 1 (kg/bulan)
X2 = jumlah produksi gula kelapa kualitas 2 (kg/bulan)
2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila terjadi perubahan
koefisien setelah penyelesaian optimasi terselesaikan. Analisis ini perlu
dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang.
Analisis sensitivitas dapat juga digunakan untuk melihat kisaran berlakunya
solusi optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari
batas minimum dan batas maksimum. Batas minimum merupakan batas
penurunan nilai aktivitas atau kendala agar tidak merubah nilai optimal,
sedangkan batas maksimum menunjukkan batas kenaikan nilai aktivitas dan
kendala yang ditujukan agar solusi optimal terpenuhi (Susanti, 2008).
Perhitungan analisis sensitifitas dilakukan dengan menggunakan program
komputer LINDO.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum
Desa Karangtengah Kecamatan Baturaden termasuk dalam wilayah
Kabupaten Banyumas. Desa ini berjarak 15 km dari Purwokerto dan dengan
waktu tempuh sekitar 15 menit menggunakan sepeda motor. Desa Karangtengah
memiliki wilayah bertopografi berbukit sampai bergunung, dengan rata-rata hujan
sebesar 3.336 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 157 hari dan suhu berkisar
antara 22 sampai 30oC.
Data tahun 2009, desa Karangtengah memiliki jumlah kepala keluarga
1595 KK, dengan jumlah penduduk sebesar 6529 jiwa. Sumber pendapatan
masyarakat di dukung oleh sebagian masyarakatnya yang bermata pencaharian
sebagai penderes dan pengrajin gula kelapa atau sektor industri. Data unit usaha
gula kelapa di Kabupaten Banyumas sebanyak 28.300 unit usaha dengan 60.000
tenaga kerja dan volume produksi 46.586,53 ton/tahun (Disperindagkop, 2006).
Hampir semua kecamatan di Banyumas terdapat unit usaha gula kelapa, termasuk
Desa Karang Tengah Kecamatan Baturaden.
Salah satu produsen gula kelapa di wilayah ini adalah agroindustri gula
kelapa skala mikro Karsidi. Agroindustri ini dapat menghasilkan 14 kg gula
kelapa per harinya. Nira kelapa yang dapat diperoleh per hari rata-rata sebanyak
83,43 liter. Nira kelapa yang diperoleh kemudian dimasak, dicetak, kemudian
dikemas lalu dipasarkan baik dengan cara dijual langsung kepada konsumen
maupun dijual ke pasar.
B. Proses Produksi Gula Kelapa
Proses produksi gula kelapa secara umum melalui beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Tahap pengambilan nira
Bahan baku berupa nira diambil langsung dari pohon kelapa dengan cara
dipanjat. Nira ditampung menggunakan dirigen yang didalamnya sudah
diberikan laru dari kapur. Laru tersebut digunakan agar nira menjadi lebih
awet dan tidak mudah masam. Pengambilan nira dilakukan sebanyak 2 kali
sehari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 08.00 WIB dan sore hari pada
pukul 15.00 17.00 WIB.
2. Tahap pemasakan nira
Nira yang sudah diambil kemudian dimasak dalam sebuah wajan besar.
Sebelumnya nira tersebut disaring terlebih dahulu agar kotoran-kotoran tidak
tercampur dengan nira yang akan dimasak. Pemasakan nira menjadi gula
kelapa membutuhkan waktu sekitar 5 jam.
3. Tahap pengadukan gula
Gula kelapa yang sudah matang ditandai dengan jumlah buih yang
semakin menurun. Gula kelapa ini masih sedikit encer, untuk itu diperlukan
pengadukan agar gula kelapa menjadi lebih keras. Tahapan ini juga disebut
sebagai tahap pemekatan nira. Waktu yang dibutuhkan untuk pemekatan ini
sekitar 7 menit.
4. Tahap pencetakan
Pencetakan gula kelapa kualitas 1 dilakukan dengan cara pencetakan kecil-
kecil menggunakan pipa paralon dengan diameter sekitar 5 cm dan ketebalan
2 cm serta cetakan dari bambu dengan diameter sekitar 7 cm dan ketebalan 2
cm, sedangkan gula kelapa kualitas 2 dicetak besar menggunakan tampah
kemudian dipotong-potong tanpa memperhatikan berapa ukurannya.
5. Tahap pengemasan
Gula kelapa yang akan dipasarkan dikemas menggunakan plastik
pengemas dengan berat 1 kg per kemasannya. Proses pengemasan dilakukan
secara manual dengan cara memasukkan gula kelapa ke dalam plastik
pengemas sambil ditimbang beratnya.
6. Tahap pemasaran
Gula kelapa yang sudah siap dijual biasanya didistribusikan dengan cara
dititipkan kepada para pedagang di pasar dan dijual langsung kepada konsumen.
C. Fungsi Tujuan dan Fungsi Kendala
1. Perumusan fungsi tujuan
Tujuan dari program linier optimasi produksi gula kelapa pada
agroindustri skala mikro Karsidi ini adalah untuk memperoleh keuntungan
yang didapat dari selisih antara harga jual dan biaya produksi. Adapun
rincian biaya untuk gula kelapa 1 dan gula kelapa 2 dapat dilihat pada
perhitungan berikut:
1) Gula Kelapa Kualitas 1:
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel (7)
= Rp17.250,00 + Rp1.306.275,00
= Rp1.323.525,00/bulan
Keuntungan = Total Penerimaan Total Biaya (8)
= Rp1.890.000,00 Rp1.323.525,00
= Rp566.475,00/bulan
Keuntungan per kg =
(9)
= .,
,
= Rp2.773,00/kg/bulan
2) Gula Kelapa Kualitas 2:
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel (10)
= Rp16.000,00 + Rp1.389.700,00
= Rp1.405.700,00/bulan
Keuntungan = Total Penerimaan Total Biaya (11)
= Rp1.920.000,00 Rp1.405.700,00
= Rp514.300,00/bulan
Keuntungan per kg =
(12)
= . ,
,
= Rp2.203,00 /kg/bulan
Besarnya penerimaan, biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh dari
produksi gula kelapa kualitas 1 dan gula kelapa kualitas 2 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Besarnya penerimaan, biaya produksi dan keuntungan gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2.
Komponen Biaya Jenis Gula
Gula Kelapa Kualitas 1 (Rp)
Gula Kelapa Kualitas 2 (Rp)
Penerimaan (Rp/kg/bulan) 9.000,00 8.000,00 Biaya Produksi (Rp/kg/bulan)
6.479,00 6.021,00
Keuntungan (Rp/kg/bulan) 2.773,00 2.203,00 Sumber : hasil analisis data primer (2011)
Perumusan fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan Rp2.773,00
untuk gula kelapa kualitas 1 dan Rp2.203,00 untuk gula kelapa kualitas 2
adalah sebagai berikut:
Z = 2.773 X1 + 2.203 X2 (13)
2. Perumusan fungsi kendala
Agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi memiliki fungsi
kendala sebagai berikut:
a. Fungsi kendala hari orang kerja (HOK)
Banyaknya tenaga kerja yang dimiliki oleh agroindustri gula kelapa skala
mikro Karsidi adalah sebanyak dua orang. Keduanya terlibat langsung
dalam proses produksi pembuatan gula kelapa. Tenaga kerja tersebut bertugas
untuk menderes dan memasak nira. Pekerjaan menderes dilakukan oleh laki-
laki dan pekerjaan memasak dilakukan oleh wanita. Biasanya tenaga kerja
yang terlibat adalah kepala rumah tangga dan istri (Widjojoko, 2006).
Pekerjaan menderes dilakukan selama 1, 27 jam/hari (0,18 HOK). Pekerjaan
memasak untuk gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 dilakukan selama 7,17
jam (1,02 HOK). Pekerjaan memasak ini meliputi kegiatan pemasakan nira,
pengadukan (pemekatan) gula, pencetakan gula, hingga kegiatan pengemasan
gula kelapa yang sudah jadi. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan memasak dapat diperoleh dari perhitungan berikut:
T memasak (jam) = T memasak nira + T pengadukan + T pencetakan gula
kelapa + T pengemasan gula kelapa (14)
T memasak (jam) = 5,12 + 0,13 + 0,15 + 0,49
= 7,17 jam/hari
sehingga total jam kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan menderes dan
memasak nira untuk gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 yaitu sebesar
8,44 jam/hari (1,2 HOK). HOK diasumsikan setara dengan orang bekerja
maksimum 7 jam dalam 1 hari kerja. Diasumsikan dalam satu bulan
dilakukan produksi selama 30 hari kerja untuk masing-masing jenis gula
kelapa, maka keseluruhan dalam satu bulan akan didapatkan 36,00 HOK
untuk produksi gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2.
Persamaan fungsi kendala HOK dirumuskan dalam bentuk nominal
(rupiah) dengan cara mengalikan besarnya HOK dengan upah yang
diperoleh tenaga kerja per hari kerja (Lampiran 4). Besar HOK gula kelapa
kualitas 1 dan kualitas 2 yaitu Rp298.800,00/bulan. Besar HOK untuk tiap
kilogram produksi gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 diperoleh dari
pembagian besar HOK dengan jumlah produksi gula kelapa kualitas 1 dan
kualitas 2. Adapun rinciannya dapat dilihat melalui perhitungan berikut:
HOK per kg = !"#
(15)
1) Gula Kelapa Kualitas 1
HOK per kg = $.$,,
= Rp1.463,00/kg/bulan
2) Gula Kelapa Kualitas 2
HOK per kg = $.$, ,
= Rp1.280,00/kg/bulan
b. Fungsi kendala bahan baku
Agroindustri gula kelapa skala mikro Karsidi memproduksi dua
jenis gula kelapa, yaitu gula kelapa yang dicetak kecil menggunakan pipa
paralon dan bambu (kualitas 1) dan gula kelapa yang dicetak besar
menggunakan tampah kemudian dipotong kecil-kecil (kualitas 2).
Penyediaan bahan baku untuk kedua produk dapat diketahui dari jumlah
rata-rata bahan baku tiap bulan yang digunakan untuk memproduksi gula
kelapa kualitas 1 dan gula kelapa kualitas 2, yaitu 1.167,95 liter nira
kualitas 1 dan 1.334,80 liter nira kualitas 2.
Besar biaya untuk setiap liter nira adalah Rp500,00/liter/bulan.
Produksi gula kelapa 1 membutuhkan 1.167,95 liter nira, sehingga besar
biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh nira tersebut sebesar
Rp583.975,00/ bulan. Produksi gula kelapa kualitas 2 membutuhkan bahan
baku sebesar 1.334,80 liter sehingga besar biaya yang diperlukan yaitu
Rp667.400,00/bulan (Lampiran 4).
c. Fungsi kendala biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk selesai. Biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Menurut Erlina (2011), biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding
dengan dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan
maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel.
Biaya produksi gula kelapa baik gula kelapa kualitas 1 maupun gula kelapa
kualitas 2 diperoleh dari penambahan antara biaya tetap dengan biaya variabel.
Rincian perhitungan total biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 4. Biaya
produksi per kg gula kelapa diperoleh dari persamaan berikut:
Biaya produksi per kg = %&%'()*'+',-&./01*
(16)
Biaya produksi per kg untuk gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2
dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut:
1) Gula Kelapa Kualitas 1:
Biaya produksi per kg = 2,. .,,
= Rp6.479,00/kg/bulan
2) Gula Kelapa Kualitas 2:
Biaya produksi per kg = .. ,
= Rp6.021,00/kg/bulan
Besarnya biaya produksi yang dibutuhkan untuk produksi gula kelapa
kualitas 1 dan gula kelapa kualitas 2 masing-masing sebesar
Rp6.479,00/kg/bulan dan Rp6.021,00/kg/bulan.
Dari keseluruhan fungsi kendala tersebut dapat dihasilkan formulasi
sebagai berikut:
Tabel 5. Formulasi Optimasi Gula Kelapa Jenis HOK (Rp/bulan)
Bahan Baku (Rp/bulan)
Biaya Produksi (Rp/bulan)
Gula Kelapa Kw1 1.463 X1 500 X2 6.479 Gula Kelapa Kw2 1.280 X2 500 X2 6.021
Sumber : hasil analisis data primer (2011)
Fungsi tujuan:
Z = 2.773 X1 + 2.203 X2 (17)
Fungsi Kendala:
1) 1.463 X1 + 500 X2 6.479 (18)
2) 1.280 X1 + 500 X2 6.021 (19)
D. Optimasi
Penyelesaian masalah optimasi dengan program linier dapat dilakukan dengan
memasukkan data untuk fungsi tujuan dan fungsi kendala yang telah diketahui
sebelumnya ke dalam program linier. Penentuan kombinasi volume produk optimal
dengan menggunakan program komputer LINDO (Linear, Interactive and Discrete
Optimizer). Penyelesaian program linier dilakukan dengan menggunakan metode
simpleks yang terdiri dari analisis primal, dual, dan sensitivitas.
Analisis primal digunakan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik
yang menghasilkan tujuan maksimum, yaitu keuntungan terbesar dengan kendala-
kendala yang ada. Berdasarkan perhitungan analisis primal bahwa kombinasi
produk optimal dicapai pada iterasi kedua dengan keuntungan maksimal sebesar
Rp26.529,00. Hasil perhitungan analisis primal dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6. Kombinasi produksi optimal gula kelapa per kg/bulan di agroindustri skala mikro gula kelapa Karsidi.
Produk Variabel Value Reduced Cost Gula Kelapa Kualitas 1 X1 0 2886,68 Gula Kelapa Kualitas 2 X2 1204 0 Maximized objective (keuntungan maksimal):26528,53
Sumber: hasil analisis data primer (2011)
Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal lebih tinggi dari kondisi
aktual. Sesuai dengan kondisi pengrajin, keuntungan aktual gula kelapa rata-rata
Rp4.034,00/kg/bulan dan hasil optimasinya keuntungan sebesar
Rp26.529.00/kg/bulan. Solusi yang dihasilkan agar dapat diperoleh keuntungan
maksimal dari produksi gula kelapa yaitu tidak memproduksi gula kelapa kualitas
1 namun memproduksi gula kelapa kualitas 2 sebanyak 1204 kg/bulan.
Reduced cost untuk suatu variabel menunjukkan jumlah dimana nilai
fungsi akan berkurang apabila 1 unit variabel itu ditambahkan dalam keputusan.
Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa reduced cost gula kelapa kualitas 1 bernilai
2886,68 artinya apabila gula kelapa kualitas 1 harus diproduksi maka biaya
produksi gula kelapa kualitas 1 harus dikurangi biayanya sebesar
Rp2.887,00/kg/bulan, sedangkan gula kelapa kualitas 2 nilai reduced cost sebesar
0 karena yang artinya tidak ada nilai yang berkurang dari produksi gula kelapa
tersebut (Herjanto, 1997).
Penilaian terhadap sumberdaya dapat dilihat dari nilai surplus dan nilai
dualnya. Nilai dual (dual price) menunjukkan perubahan yang terjadi pada fungsi
tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan.
Penambahan satu unit seumberdaya akan meningkatkan keuntungan sebesar nilai
dualnya. Nilai dual sering disebut juga sebagai nilai bayangan (shadow price),
yang menunjukkan batas harga maksimum perusahaan bersedia untuk membeli
satu unit sumberdaya (Susanti, 2008).
Analisis dual dapat digunakan untuk membantu menentukan harga tertinggi
suatu sumberdaya yang masih memungkinkan perusahaan untuk tetap melakukan
pembelian, sehingga nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan,
terutama dalam hal pembelian sumberdaya. Analisis dual juga dapat digunakan
untuk mengetahui apakah sumberdaya yang termasuk dalam kendala bersifat langka
atau tidak. Sumberdaya langka ditunjukkan oleh nilai dual surplus sama dengan nol,
termasuk sumberdaya aktif, yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Kendala
tidak aktif adalah kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak
mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahn sebesar satu satuan. Nilai dual
(shadow price) dan nilai surplus dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai surplus dan nilai shadow price dari hasil analisis dual. Constrain Surplus Shadow Price
Gula Kelapa Kualitas 1 458 0 Gula Kelapa Kualitas 2 0 4,41
Sumber: Hasil analisis data primer (2011)
Berdasarkan Tabel 7, hasil analisis dual dapat diketahui nilai-nilai surplus
untuk masing-masing kendala. Nilai surplus menunjukkan besarnya kelebihan
sumberdaya yang tersedia pada kondisi optimal, dan diperoleh dari banyaknya
ketersediaan sumberdaya dikurangi dengan jumlah yang terpakai. Nilai surplus
untuk produksi gula kelapa kualitas 1 sebesar 458, hal ini berarti bahwa ada faktor
produksi yang digunakan untuk produksi gula kelapa kualitas 1 berlebih sebanyak
458 kg. Nilai surplus gula kelapa kualitas 2 sebesar 0, hal ini berarti bahwa tidak
ada sumber daya yang berlebih pada saat produksi gula kelapa kualitas 2.
Nilai shadow price untuk kendala keuntungan maksimum yang dapat
dicapai oleh gula kelapa kualitas 1 adalah sebesar 0 yang menunjukkan
penambahan satu kg produksi gula kelapa 1 tidak akan menambah keuntungan.
Nilai shadow price untuk kendala keuntungan maksimum yang dapat dicapai oleh
gula kelapa kualitas 2 adalah sebesar 4,41 yang menunjukkan bahwa penambahan
satu kg produksi gula kelapa 2 akan menambah keuntungan sebesar
Rp4,41/kg/bulan.
E. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah penyelidikan perubahan parameter (aij, bi, dan
cj) terhadap efek pada penyelesaian yang optimal. Karena perubahan nilai
parameter dalam masalah primal juga akan mengakibatkan perubahan nilai pada
masalah dual, maka bisa dipilih salah satu untuk penyelidikan (Herjanto, 1997).
Analisis sensitivitas sangat penting untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa
yang akan datang. Analisis sensitivitas dilakukan setelah penyelesaian optimal. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai
perubahan koefisien pada model setelah tabel optimasi terselesaikan.
Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui sejauh mana solusi
optimal dapat diterapkan oleh perusahaan apabila terjadi perubahan pada model.
Analisis sensitivitas juga dapat digunakan untuk melihat kisaran berlakunya solusi
optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas
minimum dan batas maksimum. Batas minimum merupakan batas penurunan nilai
aktivitas atau kendala agar tidak merubah kondisi optimal, sedangkan batas
maksimum menunjukkan batas kenaikan nilai aktifitas atau kendala yang diijinkan
agar solusi optimal tidak berubah. Selang kepekaan yang semakin kecil yang
dimiliki oleh suatu kendala, maka semakin peka kendala tersebut dalam merubah
solusi optimal yang telah tercapai. Hasil analisis sensitivitas fungsi tujuan dan
fungsi kendala dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Analisis sensitivitas fungsi tujuan Variable Current Coeficient
Allowable Increase
Allowable Descrease
Gula Kelapa Kualitas 1 2773 2866,68 M Gula Kelapa Kualitas 2 2203 M 1119,80
Sumber : Hasil analisis data primer (2011)
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa untuk mempertahankan variabel
keputusan pada kondisi optimal, maka perubahan pada nilai koefisien fungsi
tujuan harus masih berada dalam selang kepekaan yaitu antara batas minimum dan
batas maksimum yang diijinkan (Susanti, 2008). Nilai koefisien fungsi tujuan
menunjukkan keuntungan per satuan kg produk dari hasil produksi agroindustri
gula kelapa skala mikro Karsidi di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.
Koefisien dari keuntungan gula kelapa kualitas 1 yang semula
Rp2.773,00/kg/bulan dapat ditolerir kenaikannya sebesar Rp2.867,00/kg/bulan
atau ditolerir penurunannya sebesar M (tak terhingga). Keuntungan gula kelapa
kualitas 2 yang semula Rp2.203,00 dapat ditolerir kenaikannya sebesar M atau tak
terhingga atau ditolerir penurunannya sebesar Rp1.120,00, sehingga keuntungan
optimum yang dapat diperoleh sebesar Rp1.083,00.
Tabel 9. Analisis sensitivitas fungsi kendala. Variable Current RHS Allowable Increase
Allowable Descrease
Biaya Produksi Gula Kelapa Kualitas 1 6479 M 458 Biaya Produksi Gula Kelapa Kualitas 2 6021 M 6021
Sumber : Hasil analisis data primer (2011)
Hasil analisis sensitivitas untuk tiap fungsi kendala pada Tabel 7,
menunjukkan bahwa apabila koefisien input gula kelapa kualitas 1 dinaikkan
sebesar M atau tidak terhingga dan diturunkan sebesar Rp458,00/kg/bulan
menjadi Rp6.201,00/kg/bulan, artinya tiap kg kenaikan atau penurunan,
keuntungannya berubah menjadi Rp0,00/kg/bulan untuk setiap 1 unit
perubahannya (lihat nilai shadow price). Bila koefisien input gula kelapa kualitas
2 dapat dinaikan sebesar Rp458,00/kg/bulan sehingga menjadi
Rp6.479,00/kg/bulan dan diturunkan sebesar Rp6.021,00/kg/bulan sehingga
menjadi Rp458,00/kg/bulan, maka keuntungannya akan berubah sebesar
Rp4,41/kg/bulan untuk setiap kenaikan atau penurunan 1 unit kapasitas.
Berdasarkan analisis optimal fungsi tujuan dan fungsi kendala, kondisi
optimum untuk memproduksi gula kelapa agar memperoleh keuntungan maksimal
dari produksi gula kelapa yaitu dengan cara tidak memproduksi gula kelapa kualitas
1 namun cukup memproduksi gula kelapa kualitas 2 sebesar 1204 kg/bulan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Jumlah aktual gula kelapa kualitas 1 yang diproduksi sekitar 204,29 kg/bulan dan
untuk gula kelapa kualitas 2 diproduksi sebanyak 233,47 kg/bulan. Besar
penerimaan gula kelapa kualitas 1 dan kualitas 2 masing-masing sebesar
9.000,00/kg/bulan dan 8.000,00/kg/bulan. Besar biaya produksi gula kelapa
kualitas 1 yaitu Rp6.479,00/kg/bulan dan biaya gula kelapa kualitas 2 sebesar
Rp6.021,00/kg/bulan. Keuntungan yang diperoleh dari gula kelapa kualitas 1 dan
kualitas 2 masing-masing sebesar Rp2.773,00/kg/bulan dan Rp2.203,00/kg/bulan.
2. Berdasarkan optimasi menggunakan program LINDO, kondisi optimum untuk
memproduksi gula kelapa agar memperoleh keuntungan maksimal dari
produksi gula kelapa yaitu dengan cara tidak memproduksi gula kelapa kualitas
1 namun cukup memproduksi gula kelapa kualitas 2 sebesar 1402 kg/bulan.
3. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila koefisien input gula
kelapa kualitas 1 dapat dinaikkan sebesar M atau tidak terhingga dan
diturunkan sebesar Rp458,00/kg/bulan menjadi Rp6.201,00/kg/bulan, artinya
tiap kg kenaikan atau penurunan, keuntungannya berubah menjadi
Rp0,00/kg/bulan untuk setiap 1 unit perubahannya (lihat nilai shadow price).
Bila koefisien input gula kelapa kualitas 2 dapat dinaikan sebesar
Rp458,00/kg/bulan sehingga menjadi Rp6.479,00/kg/bulan dan diturunkan
sebesar Rp6.021,00/kg/bulan sehingga menjadi Rp458,00/kg/bulan, maka
keuntungannya akan berubah sebesar Rp4,41/kg/bulan untuk setiap kenaikan
atau penurunan 1 unit kapasitas.
B. Saran
1. Optimasi perlu dilakukan secara berkala agar agroindustri skala kecil dapat
mengambil keputusan yang tepat mengenai jumlah produksi yang akan
dilakukan sehingga dapat meminimalisir biaya produksi dan meningkatkan
keuntungan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi faktor-faktor produksi yang
tersedia sehingga seluruh faktor produksi dapat digunakan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Gula Kelapa Potensi Banyumas. (On-line). http://ago-blog-blogspot.com/2010/02/gula-kelapa-potensi-banyumas.html diakses 30 September 2011
Ardiyansyah. 2009. Aplikasi Program Linier dalam Manajemen Sistem Irigasi.Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto
Asmara, R. 2006. Operation Research Linier Programming. (On-line). http://rosihan.web.id diakses 16 September 2011
Bank Indonesia. 2004. Profil Usaha dan Pembiayaan: Pengolahan Gula Kelapa. Laporan Penelitian. Bank Indonesia. Purwokerto
Betrianis. 2006. Penyusutan dan Alokasi Biaya Overhead. (On-line). http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1916.pdf. Di akses 20 Oktober 2011
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas. 2008. Data Industri Gula Kelapa Kabupaten Banyumas. Banyumas
Erlina. 2011. Fungsi dan Pengertian Akuntansi Biaya. (On-line). http://repository.usu.ac.idbitstream12345678912011akutansi-erlina7.pdf. Di akses 5 Oktober 2011
Herjanto, E. 1997. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta
Kusumo, A. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Teknologi Pembuatan Gula Semut di Kecamatan Cilongok. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)
Luknanto, D. 2003. Optimasi Pemrograman Linier. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta
Nachrowi, N. D dan H. Usman. 2004. Teknik Pengambilan Keputusan. Grasindo. Jakarta
Purnomo, B. S. 2011. Pengertian Biaya. (On-line). http://file.upi.edu/Direktori/FPEBPRODI.AKUNTANSI/196901082006041-BUDI_SUPRIATONO_PURNOMO/man_biaya.pdf di akses 20 Oktober 2011
Ravianto, J. 1985. Produktivitas dan Manakemen. SIUP. Jakarta
Santoso, H. B. 1993. Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius. Jogjakarta
Soedijanto. 1981. Kelapa. CV Yasaguna. Jakarta
Soekartawi. 2001. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press. Jakarta
Subagyo, P., M. Asri, dan T. Handoko. 2000. Dasar-dasar Operation Research. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta
Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Suprapto. 1991. Teknik Pengambilan Keputusan. Rineka Cipta. Jakarta
Susanti, L. 2008. Penerapan Program Linear dalam Optimasi Produksi Tepung Tapioka di PT Triodaya Makmur Purbalingga. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. (Tidak dipublikasikan)
Taha, H. 2000. Riset Operasi Jilid IV (terjemahan). Bina Aksara. Jakarta
Widjojoko, T., A. Mulyani, dan I. K. E. Wijayanti. 2000. Kajian Finansial dan Nilai Tambah Gula Semut (Granular Sugar) di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. (On-line). http://isdj.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71095562.pdf. Di akses 20 Agustus 2011
Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Kelapa
Lampiran 2. Diagram Alir Penelitian
Lampiran 3. Data Pengamatan
a. Waktu Pengambilan Nira Hari Waktu (detik)
1 4546,67 2 4156,66 3 4976,01 4 4312,95 5 4155,01 6 4534,02 7 5417,19
Rata-Rata 4585,50 Rata-Rata (jam) 1,27
b. Waktu Pemasakan Nira Hari Waktu (detik)
1 18000 2 17460 3 18600 4 19320 5 19680 6 18000 7 18000
Rata-Rata 18437,14 Rata-rata (jam) 5,12
c. Waktu Pemekatan Gula Hari Waktu (detik)
1 440,68 2 437,81 3 485,21 4 550,03 5 495,35 6 540,78 7 445,41
Rata-Rata 485,04 Rata-rata (jam) 0,13
d. Waktu Pencetakan Gula Kelapa Kualitas 1 Hari Waktu (detik)
1 376 2 562 3 570 4 554 5 554 6 542 7 528
Rata-Rata 526,57 Rata-rata (jam) 0,15
Lampiran 3. (Lanjutan)
e. Waktu Pencetakan Gula Kelapa Kualitas 2 Hari Waktu (detik)
1 260 2 600 3 680 4 540 5 576 6 580 7 565
Rata-Rata 543 Rata-rata (jam) 0,15
f. Waktu Pengemasan Hari Waktu (detik)
1 1340 2 1860 3 1920 4 1820 5 1800 6 1800 7 1840
Rata-Rata 1768.571 Rata-rata (jam) 0,49
g. Hasil Perolehan Nira (Gula Kelapa Kualitas 1) Hari Volume (liter)
1 27,11 2 41,86 3 42,46 4 41,00 5 40,92 6 40,90 7 38,27
Rata-Rata 38,93
h. Hasil Perolehan Nira (Gula Kelapa Kualitas 2) Hari Volume (liter)
1 30,99 2 47,84 3 48,52 4 46,86 5 46,77 6 46,75 7 46,73
Rata-Rata 44,49
Lampiran 3. (Lanjutan)
i. Jumlah Produksi Gula Kelapa Kualitas 1 Hari Massa (kg)
1 5,46 2 7,08 3 7,29 4 7,05 5 7,05 6 6,89 7 6,84
Rata-Rata 6,81
j. Hasil Perolehan Nira (Gula Kelapa Kualitas 2) Hari Massa (kg)
1 6,24 2 8,09 3 8,33 4 8,06 5 8,06 6 7,88 7 7,82
Rata-Rata 7,78
Lampiran 4. Perhitungan Keuntungan 1. Keuntungan Gula Kelapa Kualitas 1
a. Biaya Tetap 1) Biaya Penyusutan
Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Umur
Ekonomi (Tahun)
Penyusutan (Rupiah)
Tungku 1 buah 500.000,00 10 4.166,67 Wajan 1 buah 150.000,00 3 4.166,67 Cetakan Paralon 40 buah 500,00 2 833,33 Cetakan Bambu 100 buah 200,00 2 2.083,33 Saringan 1 buah 7.000,00 2 291,67 Timbangan 1 buah 150.000,00 10 1.250,00 Dirijen 24 buah 3.000,00 2 1.000,00 Pengaduk 1 buah 3.000,00 1 250,00 Sabit 1 buah 15.000,00 5 250,00 Sewa Pohon 24 pohon 6.250,00 3 4.166,67 Total Biaya Penyusutan 17.208,34
2) PBB Diketahui : NJOP bumi = Rp15.000.000,00
NJOP bangunan = Rp12.000.000,00
Besarnya PBB terutang = 0,5% x NJKP NJKP = NJOP NJOPTK NJOP = NJOP bumi + NJOP bangunan
NJOP Bumi = Rp15.000.000,00 NJOP Bangunan = Rp12.000.000,00 _ NJOP sbg dasar pengenaan PBB Rp27.000.000,00 (NJOP Terbesar)
NJOPTK = Rp12.000.000, 00 _ NJOP untuk Perhitungan PBB Rp15.000.000,00
PBB Terhutang = Tarif x NJKP = 0,5% x 20% x Rp15.000.000,00 = Rp15.000,00
PBB yang dikenakan = Rp15.000,00 360 =Rp41,67
Lampiran 4. (Lanjutan)
b. Biaya Variabel
Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Total
(Rupiah) Nira 1167,95 liter 500,00 583.975,00 Minyak 1 liter 10.000,00 10.000,00 Laru 2 kg 3.000,00 6.000,00 Kayu Bakar 2 truk 200.000,00 400.000,00 Plastik Pengemas 5 pak 1.500,00 7.500,00 Upah Pekerja Pria 5,40 HOK 10.000,00 54.000,00 Upah Pekerja Wanita 30,60 HOK 8.000,00 244.800,00 Total Biaya Variabel 1.323.525,00
c. Penerimaan
Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Jml Hari Total
(Rupiah) Penjualan Gula 7 kg 9.000,00 30 1.890.000,00 Total Penerimaan 1.890.000,00
Lampiran 4. (Lanjutan)
2. Keuntungan Gula Kelapa Kualitas 2 a. Biaya Tetap
1) Biaya Penyusutan
Komponen Jml Satuan Harga Satuan (Rupiah) Umur
Ekonomi (Tahun)
Penyusutan (Rupiah)
Tungku 1 buah 500.000,00 10 4.166,67 Wajan 1 buah 150.000,00 3 4.166,67 Tampah 2 buah 5.000,00 2 416,67 Saringan 1 buah 7.000,00 2 291,67 Timbangan 1 buah 150.000,00 10 1.250,00 Dirijen 48 buah 500,00 2 1.000,00 Pengaduk 1 buah 3.000,00 1 250,00 Sabit 1 buah 15.000,00 5 250,00 Sewa Pohon 24 pohon 6.250,00 3 4.166,67 Total Biaya Penyusutan 15.958,35
2) PBB Diketahui : NJOP bumi = Rp15.000.000,00 NJOP bangunan = Rp12.000.000,00
Besarnya PBB terutang = 0,5% x NJKP NJKP = NJOP NJOPTK NJOP = NJOP bumi + NJOP bangunan
NJOP Bumi = Rp15.000.000,00 NJOP Bangunan = Rp12.000.000,00 _ NJOP sbg dasar pengenaan PBB Rp27.000.000,00 (NJOP Terbesar)
NJOPTK = Rp12.000.000, 00 _ NJOP untuk Perhitungan PBB Rp15.000.000,00
PBB Terhutang = Tarif x NJKP = 0,5% x 20% x Rp15.000.000,00
= Rp15.000,00 PBB yang dikenakan = Rp15.000,00
360 = Rp41,67,00
Lampiran 4. (Lanjutan)
b. Biaya Variabel
Komponen Jml Satuan Harga Satuan (rupiah) Total
(Rupiah) Nira 1334,8 liter 500,00 667.400,00 Minyak 1 liter 10.000,00 10.000,00 Laru 2 kg 3.000,00 6.000,00 Kayu Bakar 2 truk 200.000,00 400.000,00 Plastik Pengemas 5 pak 1.500,00 7.500,00 Upah Pekerja Pria 5,40 HOK 10.000,00 54.000,00 Upah Pekerja Wanita 30,60 HOK 8.000,00 244.800,00 Total Biaya Variabel 1.405.700,00
c. Penerimaan Komponen Jml Satuan Harga Satuan Jml Hari Total
Penjualan Gula 8 kg 8.000,00 30 1.920.000,00 Total Pemasukan 1.920.000,00
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 1. Penyiapan Laru Gambar 2. Pemanjatan Pohon Kelapa
Gambar 3. Pengambilan Nira Gambar 4. Pengukuran Nira
Gambar 5. Pemasakan Nira Gambar 6. Pengadukan Gula
Lampiran 5. (Lanjutan)
Gambar 7. Pencetakan Gula Kelapa Kw 1 Gambar 8. Pencetakan Gula Kelapa Kw 2
Gambar 9. Penimbangan Gula Gambar 10. Pemotongan Gula
Gambar 11. Pengemasan Gula Gambar 12. Gula Kelapa Kw 2
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosobo 29 September 1989, merupakan anak pertama dari pasangan Taryono dan Soimatun Rodhiyah. Penulis berdomisili di Krandegan RT 03 RW 09 Banjarnegara. Email penulis [email protected]. Penulis memulai pendidikan di SD Muhammadiyah IV Banjarnegara dan lulus pada tahun 2001, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2004,
jenjang sekolah menengah ke atas di SMA Negeri 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Teknik Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Semasa studi penulis aktif di kegiatan mahasiswa HIMAGREEN dan menjadi staf humas pada kepengurusan tahun 2008/2009, menjadi staf kesekretariatan pada kepengurusan 2009/2010, Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Perbengkelan dan Teknik Pengawetan dan Pengolahan Hasil Pertanian.