13
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km² wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km² wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien. Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah tergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon (FAD). Secara alami tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan (Fishing ground) berdasarkan pengalaman nelayan, yang catchable area diantaranya ditandai oleh :Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ; Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air ; Banyak buih di permukaan air ; dan Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-

Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km² wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km² wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien.

Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah tergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon (FAD).

Secara alami tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan (Fishing ground) berdasarkan pengalaman nelayan, yang catchable area diantaranya ditandai oleh :Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya ; Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air ; Banyak buih di permukaan air ; dan Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut di perairan atau bersama dengan ikan yang berukuran besar seperti paus. Dengan adanya rumpon disuatu perairan maka daerah penangkapan ikan dapat dibentuk, sehingga nelayan dan unit kapal penangkap ikan tidak tergantung lagi dengan  tanda-tanda fisik daerah penangkapan ikan yang bergantung pada kondisi lingkungan alami perairan. Oleh karena itu dengan penggunaan rumpon (FAD) dapat dikatakan sebagai pembentuk daerah penangkapan ikan buatan (Artificial fishing ground)

Rumpon yang sudah digunakan masyarakat Nanggroe Nanggroe Aceh Darussalam Darussalam sekarang ini hampir sama dengan dengan rumpon di daerah perairan lainnnya. Dimana komponen dan kontruksi rumpon terdiri dari:

1. PelampungSebagai alat pengapung yang dibuat dari besi plat yang dibentuk seperti tabung.

Page 2: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

2. AtraktorMerupakan pemikat yang bertujuan untuk memikat ikan disekeliling rumpon yang terbuat dari daun nyiur atau daun kelapa.

3. Tali-temaliGuna sebagai pengikat pelampung dan pemberat bahannya terbuat dari polyethylene kemudian ditambahkan kawat baja untuk mengikat atraktor supaya cepat tenggelam dan tidak mengapung

4. PemberatMerupakan bahan untuk menenggelamkan rumpon dan rumpon tidak berpindah tempat yang dibuat dari semen yang dicor.

1.2 Batasan Masalah

Optimasi rumpon perairan dangkal pada kontruksi atraktor dan pelampung

1.3 Rumusan Masalah

Rumpon yang ada diperairan Nanggroe Aceh Darussalam menggunakan daun nyiur tau daun kelapa sebagai alat pemikat ikan/atraktor dimana periode daya tahan dari daun nyiur atau kelapa tidak lama karena pembusukan sehingga terdapat suatu solusi untuk menggunakan tali rafia sebagai penggantinya, tali rafia selain tahan lama juga memiliki kelebihan untuk memikat ikan dari pergerakannya yang melambai-lambai akibat arus. Dan pada pelampung rumpon yang digunakan di Nanggroe Aceh Darussalam hanya dilapisi dengan cat sehingga cepat terjadi korosi pada dinding pelampung, solusi yang diterapkan disini dengan menggunakan fiber sebagai pelapis.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini yaitu:

Memaksimalkan daya tahan rumpon agar lebih tahan lama.

Memaksimalkan fungsi dari atraktor

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:

Page 3: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang rumpon perairan dangkal.

Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

Bagi Profesi

Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi dunia perikanan.

Bagi masyarakat

Memberi informasi kepada masyarakat tentang kontruksi rumpon, pengaruh dari bahan yang digunakan, dan daya tahan yang dihasilkan.

Page 4: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumpon

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat

bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut

dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar

berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap.

 Definisi rumpon menurut SK Mentan  No. 51/Kpts/IK.250/1/97  adalah  alat

bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut.

Selanjutnya dalam SK Mentan No. 51/Kpts/IK.250/1/97  tentang

Pemasangan  dan  Pemanfaatan  rumpon menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis

rumpon,yaitu:

1. Rumpon Perairan Dasar

adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada

dasar perairan laut

2. Rumpon Perairan Dangkal

adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan

padaperairan laut dengan kedalaman sampai dengan 200 meter.

3. Rumpon Perairan Dalam

adalah alat bantu  penangkapan  ikan yang  dipasang dan  ditempatkan   pada perairan  laut   dengan  kedalaman  di atas 200 meter.

2.2 Konstruksi dan Teknis Pemasangan Rumpon

Secara garis besar rumpon menurut Preston (1982) adalah tersusun dan tiga

bagian utama yang terdiri dan attraktor, mooring line dan pemberat. Konstruksi

rumpon, terdiri dan komponen-komponen yang sama bila dilihat berdasarkan

fungsinya seperti pelampung, alat pengumpul ikan, tali-temali dan pemberat.

tetapi untuk rumpon-rumpon yang dipergunakan oleh nelayan diberbagai lokasi di

Indonesia mempunyai perbedaan bila dilihat dan material masing-masing

komponen konstruksi rumpon tersebut.

Page 5: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

Tim Pengkajian Rumpon IPB (1987) mengemukakan bahwa persyaratan umu

komponen komponen dan konstruksi rumpon adalah sebagai berikut:

1. Pelampung,

Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang

mengapung diatas air 1/3 bagian)

Konstruksi cukup kuat

Tahan terhadap gelombang dan air

Mudah dikenali dari jarak jauh

Bahan pembuatnya mudah didapat;

2. Atraktor atau pemikat,

Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan

Tahan lama

Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah

Melindungi ikan-ikan kecil

Terbuat dan bahan yang kuat, tahan lama dan murah;

3. Tali-temali,

Terbuat dan bahan yang kuat dan tidak mudah busuk

Harganya relatif murah  mempunyai daya apung yang cukup untuk

mencegah  gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus

Tidak bersimpul (less knot);

4. Pemberat,

Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh

Massa jenisnya besar, permukaannva tidak licin dan dapat mencengkeram.

2.3 Tingkah Laku Ikan Di Sekitar Rumpon

Asikin (1985) mengemukakan bahwa keberadaan ikan di sekitar rumpon karena berbagai sebab, antara lain:

Page 6: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

1. Rumpon sebagai tempat bersembunyi di bawah bayang-bayang daun

rumpon bagi beberapa jenis ikan tertentu;

2. Rumpon sebagai tempat berpijah bagi beberapajenis ikan tertentu;

3. Rumpon itu sebagai tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan yang

mempunyai sifat fototaksis negatif;

Samples dan Sproul (1985) mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada di sekitar rumpon disebabkan karena:

1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan

tertentu;

2. Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan

tertentu;

3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan

tertentu;

4. Rumpon sebagai tempat berlindung (shelter) dan predator bagi ikan-ikan

tertentu;

5. Rumpon sebagai tempat sebagai  titik acuan navigasi  (meeting point)  bagi

i kan-ikan tertentu yang beruaya.

Hipotesis

H1 = Periode daya tahannya lebih lama dan lebih memikat

H0 = Periode daya tahan dan daya pemikatnya sama

Page 7: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, artinya mengumpulkan dan mengkaji data sekunder.

3.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

Gambar Kerangka Kerja Penelitian

3.3 Variabel penelitian

Variabel independent adalah faktor yang diduga berhubungan variabel

dependen (Nursalam & Pariani, 2001). Dalam penelitian ini variabel

independennya adalah daya tahan dan daya pemikat.

3.4 Cara Kerja

Meliputi pengumpulan data dan pengkajian data

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data sekunder (hasil penelitian orang lain, buku, berita, artikel) dari semua sumber.

2) Pengkajian data

Setelah data terkumpul dilakukan pengkajian data sekunder yang diperoleh untuk menyeleksi data yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan.

Penyusunan proposal

Pengkajian data

Pengumpulan data

Penyusunan laporan akhir

Page 8: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

3) Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan januari 2010 sampai februari 2010. Tempat pelaksanaan penelitian studi pustaka di Kampus Politeknik Negeri Jember.

JADWAL PELAKSANAAN

NO KEGIATANBULANJANUARI FEBRUARI1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan alat dan bahan  2 Pengumpulan data    3 Pengkajian data  4 Pembuatan laporan      

PERKIRAAN BIAYA

No Uraian Jumlah Satuan Satuan (Rp) Nilai (Rp)

A Biaya Alat dan Bahan1 Alat :

a. Buku perpustakaan - buah - ,-b.Sewa jasa internet 42 jam 3000 126.000,-b. Sewa komputer 15 hari 10.000 150.000,-

JUMLAH 276.000,-2 Bahan :

a. Kertas A4 1 rim 45.000 45.000,-b. Jasa print 250 Lembar 400 100.000,-

JUMLAH 145.000,-TOTAL A (1+2)+ B 421.000,-

Page 9: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

4. PENUTUP

Dengan menggunakan tali rafia pada atraktor dan fiber glass pada lapisan

besi plat pelampung diharapkan dapat meningkatkan daya tahan pelampung serta

meningkatkan fungsi atraktor sebagai alat pemikat ikan.

Page 10: Optimasi Rumpon Di Perairan Aceh

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Sudirman, 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan teknologi Ramah Lingkungan Dalam Proses Penangkapan pada bagan Rambo (Tidak di Publikasikan.Disertasi) Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sumber :  http://ocean.iuplog.com  Rumponisasi, Konflik Nelayan dan Kelestarian Sumberdaya Ikan. Suhana, Peneliti Pada Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL-IPB) Sunday, February 17, 2008

Tajuddahmuslim.2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan Dengan Light Fishing Dan Rumpon.(http://tadjuddahmuslim. wordpress. Com /2009/ 01/ 28/ model-pengelolaan-kabupaten-kepulauan-wakatobi-provinsi-sulawesi-tenggara-berbasis-kluster-dan-karakteristik-tipologi/ ). Diambil 15 Desember 2009