19
Fluorokuinolon Oral dan Risiko Ablasio Retina Journal of American Medical Association, 4 April 2012 Mahyar Etminan, PharmD, MSc (epi); Farzin Forooghian, MD, MSc, FRCSC; James M. Brophy, MD, PhD, FRCPC; Steven T. Bird, PharmD; David Maberley, MD, MSc, FRCSC Konteks Fluorokuinolon merupakan kelas antibiotik yang paling sering diresepkan. Meskipun banyak laporan kasus mengenai toksisitas pada mata, penelitian farmakoepidemiologi berdasarkan keamanan pada mata, terutama ablasio retina, belum dilakukan. Objektif Untuk meneliti hubungan antara penggunaan fluorokuinolon oral dan berkembangnya risiko ablasio retina. Desain, tempat penelitian, dan pasien Dilakukan penelitian case-control pada pasien di British Columbia, Kanada, yang datang ke oftalmologis antara Januari 2000 dan Desember 2007. Kasus ablasio retina didefinisikan sebagai kode prosedur untuk pembedahan perbaikan retina dalam 14 hari pada kode pelayanan dokter. Sepuluh pasien kontrol dipilih untuk setiap kasus menggunakan pencontohan risiko yang telah diatur, disesuaikan dengan usia dan bulan serta tahun saat dilakukan pencatatan kohort.

Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Fluorokuinolon merupakan kelas antibiotic yang paling sering diresepkan. Meskipun banyak laporan kasus mengenai toksisitas pada mata, penelitian farmakoepidemiologi berdasarkan keamanan pada mata, terutama ablation retina belum dilakukan

Citation preview

Page 1: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

Fluorokuinolon Oral dan Risiko Ablasio Retina

Journal of American Medical Association, 4 April 2012

Mahyar Etminan, PharmD, MSc (epi); Farzin Forooghian, MD, MSc, FRCSC;

James M. Brophy, MD, PhD, FRCPC; Steven T. Bird, PharmD; David Maberley,

MD, MSc, FRCSC

Konteks Fluorokuinolon merupakan kelas antibiotik yang paling sering

diresepkan. Meskipun banyak laporan kasus mengenai toksisitas pada mata,

penelitian farmakoepidemiologi berdasarkan keamanan pada mata, terutama

ablasio retina, belum dilakukan.

Objektif Untuk meneliti hubungan antara penggunaan fluorokuinolon oral dan

berkembangnya risiko ablasio retina.

Desain, tempat penelitian, dan pasien Dilakukan penelitian case-control pada

pasien di British Columbia, Kanada, yang datang ke oftalmologis antara Januari

2000 dan Desember 2007. Kasus ablasio retina didefinisikan sebagai kode

prosedur untuk pembedahan perbaikan retina dalam 14 hari pada kode pelayanan

dokter. Sepuluh pasien kontrol dipilih untuk setiap kasus menggunakan

pencontohan risiko yang telah diatur, disesuaikan dengan usia dan bulan serta

tahun saat dilakukan pencatatan kohort.

Pengukuran hasil utama Hubungan antara ablasio retina dan penggunaan

fluorokuinolon oral saat ini, baru-baru ini, atau pada masa lampau.

Hasil Dari 989.591 pasien, ditemukan 4384 kasus ablasio retina dan 43.840

kontrol. Penggunaan fluorokuinolon saat ini memiliki hubungan dengan risiko

yang lebih tinggi dalam terjadinya ablasio retina (3.3% kasus vs 0.6% kontrol;

ARR 4.50 [95% Cl, 3.56-5.70]). Baik penggunaan baru-baru ini (0.3% kasus vs

0.2% kontrol; ARR 0.92 [95% Cl, 0.45-1.87]) maupun penggunaan masa lampau

(6.6% kasus vs 6.1% kontol; ARR 1.03 [95% Cl, 0.89-1.19]) memiliki hubungan

dengan ablasio retina. Peningkatan yang pasti dalam risiko terjadinya ablasio

retina ialah 4:10.000 orang per tahun. Tidak ada bukti dalam hubungan antara

Page 2: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

terjadinya ablasio retina dengan antibiotik beta laktam (ARR, 0.74 [95% Cl, 0.35-

1.57]) atau beta agonis short acting (ARR, 0.95 [95% Cl, 0.68-1.33]).

Kesimpulan Pasien yang meminum fluorokuinolon oral merupakan risiko tinggi

untuk terjadinya ablasio retina dibandingkan dengan yang tidak meminum,

meskipun risiko pasti untuk kejadian ini masih kecil.

Fluorokuinolon merupakan kelas antibiotik yang paling sering diresepkan.

Fluorokuinolon merupakan antibakteri spectrum luas dan dengan distribusi

jaringan yang tinggi memberikan potensi untuk berbagai infeksi komunitas yang

didapat. Meskipun fluorokuinolon secara umum dapat ditoleransi dengan baik,

tetapi telah ada anggapan bahwa fluorokuinolon memiliki hubungan dengan

peningkatan terjadinya disglikemia, aritmia jantung, dan kejadian neuropsikiatri.

Fluorokuinolon juga memiliki hubungan terhadap beberapa bentuk toksisitas mata

seperti perforasi kornea, neuropati optik, dan hemoragik retina. Pada 2011, label

untuk gemifloksasin telah diperbarui, dimana termasuk hemoragik retina yang

dilaporkan selama survey post-pemasaran. Peringatan yang luas mengenai

penggunaan fluorokuinolon spectrum luas juga telah dikabarkan untuk ruptur

tendon, dimana meningkatkan keprihatinan terhadap efek dari obat ini pada

jaringan ikat longgar pada mata. Penelitian pada hewan juga memberikan bukti

terhadap terjadinya degenerasi retina terhadap penggunaan fluorokuinolon.

Dalam literatur, telah ada 3 kasus yang dilaporkan mengenai ablasio retina

dengan flumequine dan 1 kasus ablasio retina dengan ciprofloksasin. Mekanisme

ablasio retina yang diinduksi fluorokuinolon dapat melalui efek destruktif dari

obat tersebut pada kolagen dan jaringan ikat longgar. Serat kolagen memainkan

pernana penting dalam struktur dan integritas korpus viterum. Dengan demikian,

kerusakan kolagen kemungkinan merupakan efek sekunder dalam terapi

fluorokuinolon, dapat menyebabkan berkembangnya ablasio vitreus posterior,

yang mengakibatkan peningkatan risiko ablasio retina.

Ablasio retina merupakan kegawatdaruratan dalam bidang medis yang

menyebabkan kehilangan penglihatan yang ireversibel. Lebih dari 40% pasien

yang mengalami kejadian ini dapat mengalami kehilangan penglihatan yang

Page 3: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

signifikan meskipun telah dilakukan intervensi. Mengingat bahwa fluorokuinolon

oral merupakan salah satu antibiotik yang sering diresepkan, sangat penting untuk

diketahui seluruh risiko dan keamanannya. Kami melakukan penelitian

berdasarkan farmakoepidemiologikal untuk meneliti hubungan antara penggunaan

fluorokuinolon oral dan risiko ablasio retina.

METODE

Sumber Data

Semua penduduk propinsi British Columbia menerima cakupan kesehatan

universal dari kementerian propinsi kesehatan. Data diambil oleh British

Columbia Linked Health Database, dimana berisi file data yang berhubungan

dalam demografi pasien, masuk dan keluar rumah sakit (termasuk semua prosedur

rumah sakit), visit dokter (termasuk semua prosedur in-office), dan database resep

obat yang komprehensif PharmaNet). PharmaNet mengambil semua informasi

pada semua resep obat dibagikan di propinsi dan termasuk kekuatan obat,

kuantitas, dan lamanya penggunaan (hari).

Pengecekan yang berkualitas pada data telah menunjukkan keakuratan

dengan kesalahan klasifikasi paparan obat yang minimal. Datanya saling

berhubungan melalui pengidentifikasi yang unik. British Columbia Linked Health

Database merupakan salah satu database longitudinal dengan data pelayanan

kesehatan kurang lebih 4.5 juta penduduk. Karena seluruh penduduk Kanada

layak untuk medapat cakupan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, database

propinsi memberikan representasi yang baik pada penduduk Kanada dan telah

digunakan dalam jumlah yang besar pada penelitian farmakoepidemiologi.

Deskripsi Kohort

Kohort case-kontrol terdiri dari semua pasien yang pernah datang ke

oftalmologis di propinsi British Columbia antara Januari 2000 sampai Desember

2007. Pasien masuk ke criteria kohort pada hari pertama visit oftalmologis dan

Page 4: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

difollow up berdasarkan diagnosis ablasio retina, penghentian cakupan kesehatan,

kematian, atau penghentian masa penelitian.

Definisi Kasus dan Kontrol

Kasus diidentifikasikan sebagai orang-orang dengan kode pelayanan dokter

pertama untuk ablasio retina setelah masuk ke kohort. Kasus kejadian

didefinisikan sebagai orang-orang yang menerima International Classification of

Disease, Ninth Revision (ICD-9) kode 361 untuk ablasio retina, di samping

setelah menerima prosedur khusus untuk ablasio retina seperti operasi terdiri dari

scleral buckle, suatu vitrectomy, atau pneumatic retinopexy (British Columbia

kode prosedur 2194, 2199, 22.196, masing-masing) dalam waktu 14 hari dari

kode layanan dokter. Tanggal dari kode pelayanan dianggap merupakan tanggal

indeks.

Kami memastikan bahwa tidak ada klaim pelayanan dokter sebelumnya

(ICD-9 361.XX) atau prosedur untuk ablasio retina yang telah tercatat dari data

masukan kohort ke tanggal indeks (termasuk ICD-9 361.06 dan 361.07, yang

merupakan ablasio retina sebelumnya). Diagnosis endoftalmitis dapat

meningkatkan risiko ablasio retina. Meskipun terapi fluorokuinolon oral tidak

umum atau merupakan terapi lini pertama untuk kondisi ini, kami

mengeksklusikan pasien yang menerima klain pelayanan dokter untuk

endoftalmitis atau mereka yang menerima kode prosedur yang berhubungan

dengan endoftalmitis, termasuk injeksi antibiotic intravitreal (kode prosedur

British Columbia 2090) atau biopsy intravitreus (kode prosedur British Columbia

2092).

Kontrol dipilih menggunakan sampling berdasarkan densitas, pendekatan

yang memungkinkan untuk perkiraan yang lebih dekat mengenai odd ratio hingga

rate ratio. Untuk setiap kasus, kami menciptakan kontrol yang layak tanpa klaim

pelayanan dokter sebelumnya atau kode prosedur untuk ablasio retina yang

difollow up selama kasus (pemasukan kohort hingga tanggal indeks). Dari kontrol

yang layak ini, 10 dipilih secara acak dan disesuaikan dengan kasus menurut usia

(±1 tahun) dan bulan serta tahun pemasukan kohort. Baik kasus maupun kontrol

Page 5: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

harus telah mendapat resep obat selama 1 tahun yang memungkinkan kita untuk

menilai penggunaan resep obat.

Penilaian Pajanan

Pemaparan utama yang penting adalah penggunaan fluorokuinolon oral.

Kami mengidentifikasi semua fluorokuinolon oral ditiadakan pada tahun sebelum

indeks saat ini termasuk siprofloksasin, gatifloksasin, grepafloxacin, levofloxacin,

moksifloksasin, norfloksasin, ofloksasin, dan trovafloxacin. Fluorokuinolon

oftalmik dieksklusikan baik dalam kelompok kasus maupun kontrol, karena obat

ini digunakan untuk mengobati berbagai infeksi mata, yang pada gilirannya dapat

meningkatkan resiko ablasio retina. Pendekatan ini mencegah terjadinya bias.

Selanjutnya, pajanan terhadap fluorokuinolon yang diperlukan terjadi setelah

pasien memasuki kohort untuk memastikan paparan obat terjadi setelah visit awal

ophthalmologis.

Ablasi retina adalah hipotesis yang memiliki onset akut dan kami

kategorikan penggunaan fluorokuinolon berdasarkan pada tanggal penghentian

resep (tanggal dispensasi ditambah jumlah hari pasokan) dan tanggal indeks

ablasio retina. Pajanan fluorokuinolon diklasifikasikan sebagai penggunaan saat

ini, penggunaan akhir-akhir ini, penggunaan masa lalu, dan penggunaan yang

merupakan kombinasi dari semua 3 klasifikasi pajanan. Pengguna saat ini

didefinisikan sebagai orang dimana tanggal terminasi resep saling tumpang tindih

dengan tanggal indeks. Pengguna baru-baru ini didefinisikan sebagai pasien

dengan resep tanggal terminasi dari 1 sampai 7 hari sebelum tanggal indeks, dan

pengguna di masa lalu didefinisikan sebagai pasien dengan resep tanggal

terminasi dari 8-365 hari sebelum tanggal indeks.

Kode tagihan dokter digunakan sebagai ukuran perkiraan untuk memeriksa

indikasi untuk digunakannya fluorokuinolon antara pasien yang mengalami

ablasio retina. Kami mengidentifikasi resep pertama diberikan untuk

fluorokuinolon sebelum tanggal indeks. Kami khusus mencari berikut indikasi

terapi 14 hari sebelum dispensasi/pengakhiran dari resep fluorokuinolon pertama:

infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran genitourinari, infeksi saluran

Page 6: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

pencernaan, infeksi kulit dan sendi atau infeksi tulang. Pasien tanpa kode

penagihan untuk 1 dari 4 kondisi diklasifikasikan memiliki indikasi lainnya. Jika

lebih dari 1 kode hadir selama periode 14-hari, kode yang muncul paling dekat

dengan tanggal dispensasi yang akan digunakan.

Sebagai ukuran kualitas, kami menguji risiko ablasi retina dalam penelitian

kami pada penduduk dengan 2 kelas yang berbeda dari obat yang belum terkait

dengan ablasi retina. Pertama, kami memeriksa hubungan antara ablasio retina

dan antibiotik beta laktam oral (semua penisilin dan sefalosporin oral), yang

merupakan kelas antibiotik yang berbeda yang belum terbukti meningkatkan

risiko ablasio retina. Kedua, kami menguji risiko ablasi retina dengan short-acting

beta agonis, yang tidak memiliki keterkaitan kelas obat untuk fluorokuinolon yang

telah membatasi absorbsi sistemik.

Analisis Statistik

Kami meneliti demografi studi untuk kedua kelompok kasus dan kontrol

dengan menggunakan statistic deskriptif. Rasio tingkat (RRs) yang dihitung untuk

membandingkan angka kejadian ablasio retina untuk pengguna fluorokuinolon

saat ini dengan yang bukan pengguna fluorokuinolon. Sebuah regresi logistik

kondisional dibangun untuk menyesuaikan kovariat. Dalam model ini, kami

menyesuaikan untuk jenis kelamin, riwayat operasi katarak (sebagai ukuran untuk

diagnosis katarak), miopia (didefinisikan sebagai ≥1 klaim layanan dokter untuk

miopia pada tahun sebelum tanggal indeks), diabetes (penggunaan ≥1 obat untuk

pengobatan diabetes pada tahun sebelumnya dengan tanggal indeks), dan jumlah

kunjungan ke dokter mata 1 tahun sebelum tanggal indeks. Kami juga

menyesuaikan dengan jumlah resep obat yang digunakan dalam tahun sebelum

tanggal indeks, yang dimaksudkan sebagai suatu ukuran keseluruhan

komorbiditas. Untuk menguji kekokohan hasil kami, kami melakukan analisis

sensitivitas dimana kami menguji efek dari perancu yang terukur pada besarnya

dan arah dari RR. Kami menghitung jumlah yang diperlukan untuk bahaya

(peningkatan risiko absolut X 100) dimana peningkatan risiko absolut menyamai

perkiraan insiden pada pengguna fluorokuinolon (RR X insidensi di kalangan non

Page 7: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

pengguna fluorokuinolon) dikurangi insiden antara bukan pengguna

fluorokuinolon.

Persetujuan etika diperoleh dari dewan etika perilaku dari Universitas

British Columbia. Semua analisis dilakukan dengan menggunakan SAS versi 9.2

(SAS Institute Inc) menggunakan uji 2-sided dengan signifikansi pada tingkat

nilai P kurang dari 0.05.

HASIL

Kohort ini terdiri dari 989.591 pasien. Dalam kelompok ini, 4384 kelompok kasus

ablasio retina dan 43.840 kelompok kontrol yang sesuai telah diidentifikasi.

Kelompok kasus lebih cenderung laki-laki dan lebih cenderung untuk memiliki

miopia, diabetes, atau telah menerima operasi katarak (Tabel 1). Seperti yang

diharapkan, 57% menerima prosedur bedah untuk ablasio retina pada hari saat

didiagnosis. Ciprofloxacin berkontribusi pada sebagian besar kasus ablasio retina

diikuti oleh levofloxacin dan norfloksasin (TABEL 2). Di antara kasus, infeksi

saluran pernapasan dan infeksi saluran genitourinari yang paling umum

merupakan indikasi untuk penggunaan fluorokuinolon pada populasi penelitian

kami (Tabel 3). Di antara pengguna saat ini, 8% memiliki indikasi yang tidak bisa

ditentukan menggunakan data administrasi.

Page 8: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

Penggunaan fluorokuinolon saat ini dikaitkan dengan signifikansi risiko

yang lebih tinggi dalam terjadinya ablasio retina (disesuaikan RR [ARR], 4.50

[95% CI, 3.56-5.70]; TABEL 4). Untuk pengguna fluorokuinolon saat ini, rata-

rata (SD) jumlah hari dari resep fluorokuinolon pertama hingga pertama kali

terjadinya ablasio retina adalah 4.8 (4.8) hari. Tidak ada risiko yang diamati antara

pengguna akhir-akhir ini (ARR, 0.92, 95% CI, 0.45-1.87) atau pengguna pada

masa lalu (ARR, 1.03, 95% CI, 0.89-1.19). Tidak ada resiko yang diamati antara

pengguna antibiotik betalaktam saat ini (ARR, 0.74, 95% CI, 0.35-1.57) atau beta

agonis short-acting (ARR, 0.95, 95% CI, 0.68-1.33). Peningkatan mutlak dalam

risiko ablasio retina adalah 4 per 10.000 orang per tahun.

Page 9: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

Mengingat ukuran menunjukkan asosiasi, sekelompok sisa pembaur akan

membutuhkan hubungan kumulatif (odds ratio) dengan kedua pajanan dan hasil

pada tingkat 10 sampai 15 untuk menghilangkan pentingnya efek yang ditemukan

dalam penelitian ini.

Diskusi

Ini merupakan penelitian pertama, untuk pengetahuan kita, menunjukkan

bahwa fluorokuinolon oral dengan peningkatan risiko dari ablasio retina.

Pengguna fluorokuinolon oral saat ini, 5 kali lebih mungkin didiagnosis dengan

ablasio retina dibandingkan non pengguna fluorokuinolon. Seperti yang diduga,

tidak ada peningkatan risiko yang ditemukan pada pengguna antibiotik beta

laktam atau beta agonis short-acting dibandingkan dengan yang bukan pengguna.

Telah ada 3 laporan kasus ablasio makula dengan flumequine,

fluorokuinolon generasi pertama yang tidak tersedia di Amerika Utara. Terdapat

satu laporan dari ablasio retina sekunder terhadap ciprofloxacin yang dilaporkan

ke Kesehatan Kanada. Hal ini dimungkinkan bahwa kasus ablasio retina dengan

Page 10: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

fluorokuinolon yang tidak terlaporkan. Ablasio retina adalah kedaruratan medis

yang terutama dirawat oleh dokter spesialis mata (oftalmologis) dengan

subspesialisasi pada operasi retina.

Tujuan pengobatan untuk kondisi ini adalah perbaikan segera retina dengan

tujuan menjaga atau memulihkan lapang pandang dan ketajaman. Karena tidak

ada penelitian sebelumnya yang menghubungkan penggunaan fluorokuinolon oral

dengan ablasio retina, tidak mungkin bahwa pengobatan retina oleh ahli bedah

dicurigai memiliki hubungan dengan penggunaan fluorokuinolon oral dan ablasio

retina, yang dapat menjelaskan mengapa lebih banyak kasus ablasio retina

sekunder karena fluorokuinolon belum dilaporkan.

Penelitian kami memiliki beberapa kekuatan. Kami memiliki populasi

homogen hampir 1 juta pasien yang telah mengunjungi seorang dokter mata

(oftalmologis), memungkinkan untuk memadai daya untuk penelitian ini. Ablasio

retina adalah peristiwa mendadak yang membutuhkan intervensi operasi. Akses ke

kode prosedur tertentu untuk ablasio retina dalam data kami membuat

kemungkinan kesalahan klasifikasi untuk kondisi ini ialah tidak mungkin.

Perancu dengan indikasi mengacu pada jenis perancu yang mungkin timbul

dalam banyak penelitian farmakoepidemiologikal berdasarkan efek samping obat.

Jenis perancu ini mengarah pada situasi dimana dokter mungkin lebih cenderung

meresepkan fluorokuinolon untuk pasien dengan risiko tinggi untuk terjadinya

ablasio retina. Namun, hal ini tidak mungkin dalam penelitian ini karena faktor

yang berhubungan dengan penulisan resep fluorokuinolon oral biasanya tidak

diketahui terkait dengan ablasio retina. Selain endoftalmitis, retinitis

sitomegalovirus adalah jenis lain dari infeksi ocular yang dapat meningkatkan

risiko ablasio retina. Pasien dengan AIDS yang lebih rentan terhadap jenis infeksi

dapat menerima fluorokuinolon untuk infeksi terkait AIDS lainnya. Tak satu pun

dari pasien dalam penelitian kami memiliki diagnosis AIDS atau retinitis

sitomegalovirus.

Mekanisme yang tepat dari ablasio retina dengan fluorokuinolon tidak

diketahui. Retina adalah struktur halus dalam mata yang melekat pada vitreous

kortikal oleh matriks kompleks dari serat kolagen. Pencairan vitreous, atau

Page 11: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

sineresis, adalah perubahan vitreous yang normal karena penuaan yang dapat

dihasilkan pada traksi retina. Traksi yang berlebihan dapat menyebabkan robekan

retina, yang dapat menyebabkan terjadinya ablasio retina. Kondisi yang

mengganggu formasi jaringan ikat dan kolagen juga meningkatkan pencairan

vitreus dan telah terbukti meningkatkan risiko ablasio retina.

Fluorokuinolon telah terbukti mengganggu sintesis kolagen dan

mengganggu matriks ekstraseluler luar retina, termasuk matriks kornea.

Fluorokuinolon oral memiliki bioavailabilitas relatif tinggi dan distribusi volume

tinggi. Hanya 2 dosis siprofloksasin oral telah terbukti memberikan konsentrasi

antibakteri yang cukup di dalam vitreous. Sehingga hal ini mungkin bahwa

kerusakan pada kolagen dan jaringan ikat akibat fluorokuinolon pada tulang

panjang juga dapat diartikan memiliki tipe kerusakan yang sama terhadap tipe

jaringan ikat termasuk dari vitreus dan korteks vitreus.

Risiko ablasio retina dari penelitian kami hanya meningkat di antara

pengguna fluorokuinolon saat ini, tetapi tidak di antara pengguna fluorokuinolon

akhir-akhir ini atau pengguna fluorokuinolon di masa lalu, menunjukkan suatu

efek samping akut. Mengingat terbatasnya jumlah penelitian pada hewan atau

kasus laporan khusus pada ablasi retina diinduksi fluorokuinolon, sulit untuk

menyimpulkan terjadinya kerusakan yang diinduksi fluorokuinolon, yang dapat

menyebabkan ablasio retina. Namun, dalam satu penelitian pada hewan, setelah 3

hari pajanan terhadap budaya ciprofloxacin, sintesis kolagen dari jaringan tendon

mengalami penurunan sebesar 48%. Kasus yang telah dilaporkan mengenai

terjadinya ruptur tendon dengan hanya 1 dosis fluorokuinolon, lebih memperkuat

hipotesis toksisitas akut obat ini mungkin untuk semua jenis jaringan ikat

termasuk jaringan ikat okular.

Beberapa penelitian epidemiologi besar telah menunjukkan bahwa

fluorokuinolon oral berhubungan dengan peningkatan risiko ruptur tendon achiles.

Menggunakan penelitian case-kontrol, van der Linden et al telah menunjukkan

bahwa pengguna fluorokuinolon saat ini adalah 7 kali lebih mungkin untuk terjadi

ruptur tendon achiles dibandingkan non pengguna (RR, 7.1; 95% CI, 1.7-29.1).

Waktu untuk onset rupturnya tendon telah dilaporkan berada di antara 2 dan 31

Page 12: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

hari dengan rata-rata waktu 7 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian ini di mana

waktu untuk timbulnya ablasio retina adalah 5 hari pada pengguna fluorokuinolon

saat ini yang merupakan risiko tertinggi terjadinya ablasio retina. Insiden dari

ablasio retina diperkirakan 12 per 100.000 pasien setiap tahunnya di Amerika

Serikat. Mengingat perkiraan prevalensi pajanan 10%, dan dengan asumsi bahwa

peningkatan risiko yang sama dalam penduduk umum, penduduk yang dapat

berhubungan dengan risiko akan diperkirakan risikonya menjadi sekitar 4%. Kami

memperkirakan bahwa 1440 kasus ablasio retina yang didiagnosis setiap tahunnya

di Amerika Serikat mungkin disebabkan penggunaan fluorokuinolon oral.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Seperti pada semua

penelitian farmakoepidemiologikal yang menggunakan data administrasi, riwayat

peresepan obat dalam database kami hanya memberikan informasi tentang

pemberian obat dan asupan obat yang tidak diperlukan. Kami tidak memiliki

akses ke informasi diagnostik untuk memverifikasi kemungkinan kondisi dimana

fluorokuinolon mungkin telah diresepkan antara kelompok kasus dan hanya bisa

mengandalkan kode tagihan dokter.

Trauma okular adalah penyebab utama ablasio retina yang tidak bisa kita

kontrol dalam penelitian ini. Namun, seperti yang ditunjukkan dalam analisis

sensitivitas, efek pembaur potensial okular trauma akan menjadi lebih besar untuk

mengubah hasil penelitian ini. Sifat data kami tidak memungkinkan kita untuk

membedakan jenis ablasio retina berdasarkan kode prosedur karena kode prosedur

bedah untuk semua jenis ablasio retina adalah sama. Namun, kami menduga

bahwa mayoritas dari ablasio retina dalam data kami adalah dari jenis

rhegmatogenous, yang merupakan jenis yang paling umum dari ablasio retina

yang memerlukan intervensi bedah. Selain itu, karena penelitian kohort ini hanya

terdiri dari oftalmologi pasien, kita tidak bisa menilai risiko ablasio retina

sekunder pada penggunaan fluorokuinolon dalam populasi umum.

Jika populasi penelitian ini diperkaya dengan orang-orang yang beresiko

tinggi untuk terjadinya ablasio retina, maka ada kemungkinan bahwa

meningkatnya risiko absolut pada populasi umum lebih rendah dibandingkan pada

penelitian ini, bahkan jika perkiraan risiko relatif dapat digeneralisasikan untuk

Page 13: Oral Fluoroquinolones and the Risk of Retinal Detachment

populasi umum. Akhirnya, penelitian ini dirancang untuk menguji hubungan efek-

kelas antara penggunaan fluorokuinolon dan ablasio retina, dan itu tidak kuat

untuk memeriksa hubungan ini di antara masing-masing fluorokuinolon.

Kesimpulannya, hasil penelitian ini konsisten dengan hubungan antara

penggunaan fluorokuinolon dan risiko ablasio retina. Penelitian

farmakoepidemiologikal selanjutnya harus dilakukan untuk mengkonfirmasi atau

menyangkal temuan ini.