36
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah. Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang. Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia. Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil 1

Osteo Malasia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Osteo Malasia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium.

Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat

pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang

dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan

kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.

Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang

disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang

diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara

mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium dan

vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa

tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang

rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya

terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma

malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya

osteomalasia.

Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis .pada

saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak –

anak ,dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil penelitian University of Otago,

Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan

Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition

tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.

Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50% rekomendasi

kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang. Asupan

yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9 negara Asia,

seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004. Kebutuhan

kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg. Data kepadatan tulang yang

dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005,

ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang. Dari

jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan

1

Page 2: Osteo Malasia

penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan

osteomalasia.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep teori pada kasus osteomalasia?

b. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus osteomalasia?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan

Keperawatan pada klien Osteomalasia

1.3.2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan

meliputi :

a. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan

Osteomalasia

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Osteomalasia

c. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Osteomalasia

d. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan

keperawatan pada anak dengan Osteomalasi

1.4. Manfaat

Dengan pembuatan makalah ini kami dapat mengerti tentang Osteomalasia dan

memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani pasien dengan

Osteomalasia.

2

Page 3: Osteo Malasia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Fisiologi

2.1.2. Anatomi Tulang

Tulang sebagai salah satu dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan yang

dinamis yang mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanis dan fungsi

metabolik. Fungsi mekanis, tulang sebagai penyusun kerangka manusia,

memberi bentuk tubuh manusia, sebagai tempat melekatnya otot, dan

melindungi organ vital serta memungkinkan tubuh bisa bergerak dengan baik,

sebagai fungsi metabolik, tulang merupakan suatu organ dinamis yang berubah

setiap saat sehingga dapat berfungsi sebagai cadangan kalsium, magnesium,

fosfor, ataumineral yang lain, yang penting dalam keseimbangan homeostatis.

(Noer, Sjaifoellah, 37).

Tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik dan 70 % endapan garam. Bahan

organik disebut matriks, dan terdiri dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10

% proteoglikan. Deposit garam terutama adalah kalsium, fosfat, dengan sedikit

natrium,, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks

dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik

menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensil (resistensi terhadap tarikan yang

meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memilikikekuatan

kompresi (kemampuan menahan tegangan).(Corwin, Elizabeth,290-291) Tulang

tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri dari atas

tiga jenis dasar yaitu osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam

pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun

atas 98 % kolagen dan 2 % substansi dasar (glukosaminoglikan [asam

polisakarida] dan proteoglikan ). Matriks merupakan kerangka dimanagaram-

gram mineral anorganik di timbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat

dalam peeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).

Osteoklas adalah sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam resorpsi

dan remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang

disebut periosteum. Selain sebagai tempat pelekatan tendon dan ligament,

periosteum berfungsi untuk 2 memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya

tumbuh. Periosteum mengandung saraf pembuluh darah, limfatik, dan banyak

terdapat reseptor nyeri. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung

3

Page 4: Osteo Malasia

osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang.Endosteum adalah bagian

dalam dari tulang yang merupakan membrane vaskuler tipis yang menutupi

rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.

Osteoklas , yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak

dengan endostem dan dalam lacuna howship cekungan pada permukaan tulang.

Gb. Anatomi tulang normal Gb. Struktur tulang normalhttp://www.arc.org.uk/arthinfo/patpubs/6058/6058.asp

2.2. Pembentukan tulang

Tulang mulai terbentuk sejak sebelum kelahiran. Osifikasi adalah proses dimana

matriks tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pergeseran

mineral(disini garam kalsium) ditimbun dalam serabut kolagen dalam suatu

lingkungan elektronegatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap tarikan pada

tulang dan kalsium memberikan kekuatan terhadap tekanan pada tulang. Ada dua

model dasar osifikasi yaitu intramembran dan endokondral. Penulangan

intramembranus dimana tulang tumbuh didalam membran, terjadi pada tulang wajah

dan tengkorak. Bentuk lain pembentukan tulang adalah penulangan endokondral,

dimana terbentuk dahulu model tulang rawan. Pertama terbentuk jaringan serupa

tulang rawan (osteoid), kemudian mengalami resorpsi, dan diganti oleh tulang.

Kebanyakan tulang di tubuh terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui

osifikasi endokondral.

4

Page 5: Osteo Malasia

Gb. Proses Osifikasi (www.crayonpedia.com)

Pembentukan tulang endokondral terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan

(kartilago). Kartilago dihasilkan dari sel-sel mensenkima. Setelah kartilago terbentuk,

bagian dalamnya akan berongga dan terisi osteoblas. Osteoblas juga menempati

jaringan seluruhnya dan membentuk sel-sel tulang. Sel-sel tulang dibentuk dari arah

dalam ke luar atau proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan sel tulang

mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut

Sistem Havers. Pembentukan tulang terjadi secara terus-menerus dan dapat berupa

pemanjangan atau penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama

hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan

jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas

osteoblas. Osteoblas dijumpai di permukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas

berespon terhadap bernagi sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang.

Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari,

garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteid dan tulang mengeras selama

beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblas tetap menjadi bagian dari

osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya

tulang, osteosit di matriks membentuk tonjolantonjolan yang menghubungkan

5

Page 6: Osteo Malasia

osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk sustu system saluran yang

mikroskop di tulang. Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan

peralihan yang konstan (resorpsi dan pembentukan tulang). Faktor pengatur penting

yang menetukan keseimbangan antara pembentukan dan resorpsi antara lain stress

terhadap tulang, vitamin D, hormon paratiroid, kalsitonin dan peredaran darah.

Vitamin D berfungsi untuk mengatur aktivitas osteoblas. Vitamin D dalam jumlah

kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada osteoblas

dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini

menyebabkan kadar kalsium darah meningkat, yang mendorong kalsifikasi tulang.

Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan

meningkatkan penguraian (resorpsi) tulang yang dilakukan oleh osteoklas dengan

mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan

fagositosis. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah yang besar tanpa diimbangi

kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan resorpsi tulang. Hormon

paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar

tiroid. Pelepasan hormon tiroid meningkat sebagai respon terhadap penurunan kadar

kalsium serum. Hormon ini meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang

resorpsi tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium

serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon

paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada

osteoklas. Hormon paratiroid meningkatakan kalsium serum dengan menurunkan

sekresi kalsium dan meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga

menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktivan vitamin D di ginjal bergantung pada

hormon paratiroid . Kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar

tiroid sebagai respon terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki

sedikit efek menghambat aktivitas dan pembentukan osteoklas. Efek-efek ini

meningkatkan kalsisfikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

2.3. Metabolisme Tulang

Tulang sebagai organ yang dinamis, dalam fungsi metabolisme dapat merupakan

cadangan dan pengatur keseimbangan berbagai mineral dalam tubuhseperti: kalsium,

fosfor, magnesium dan lain-lain. Semuanya ini dipengaruhi oleh berbagai hormon

dan keadaan, antara lain: vitamin D, hormon paratiroid, hormon kalsitonin, hormon

pertumbuhan, hormon tiroid, kadar kalsium atau fosfor darah, peredaran darah dan

lain-lain (Tjok Raka Putra, , hal 37)

6

Page 7: Osteo Malasia

Vitamin D berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan

meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D

mengakibatkan defisit mineralisasi, deformitas, dan patah tulang. Hormon paratiroid

dan kalsitonin adalah hormon utama yang mengatur homeostasis kalsium dalam

darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahan kalsium dari tulang. Sebagai

respon kadar kalsium darah yang rendah, peningkatan kadar hormon paratiroid

akan mempercepat mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang dan pembentukan

kista tulang. Kalsitonin, dari kelenjar tiroid, meningkatkan penimbunan kalsium

dalam tulang (Brunner & Suddarth, 2001, hal 2266).

TERNYATA KALSITONIN DAN PARATIROID TU KERJANYA

BERLAWANAN. Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan

menurunnya pasokan darah atau hiperemia (kongesti), akan terjadi penurunan

osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis (berkurang kepadatannya). Nekrosis

tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah (Brunner & Suddarth, 2001,

hal 2266).

2.4. Metabolisme Kalsium

Kadar kalsium plasma ditentukan oleh peningkatan jumlah kalsium, tergantung dari

pemasukan melalui absorpsi pada saluran cerna, resorpsi cadangan kalsium pada

tulang dan pengeluaran kalsium melalui tinja, urin serta sedikit melalui keringat.

Regulasi kalsium dipengaruhi oleh hormon paratiroid, hormon kalsitonin dan

vitamin D. Di samping hormon tersebut, beberapa keadaan ikut mempengaruhi

metabolism kalsium pada tulang, antara lain osteoblastic activating factor, estrogen,

androgen, kadar kalsium, kadar fosfat, usia, imobilisasi, metabolisme kalsium dan

osteoporosis. Diperkirakan akibat gangguan absorpsi kalsium dan mobilisasi mineral

tulang. Absorpsi kalsium sebagian besar terjadi pada usus halus bagian proksimal.

Absorpsi akan meningkat pada masa pertumbuhan, ibu hamil dan masa menyusui.

Pada usia lanjut, absorpsi kalsium pada saluran cerna akan menurun. Absorpsi

kalsium pada saluran cerna dipengaruhi oleh adanya metabolit aktif vitamin D dan

adanya hormon paratiroid. Hormon kalsitonin tidak mempengaruhi absorpsi kalsium

usus.

Resorpsi dan pembentukan tulang terjadi secara bersamaan. Lebih kurang 500 mg

kalsium memasuki dan meninggalkan tulang setiap hari. Resorpsi kalsium kapan

terjadi? tulang terutama disebabkan peningkatan hormon paratiroid akibat

konsentrasi kalsium plasma yang rendah. Hormon kalsitonin menyebabkan

penurunan resorpsi kalsium tulang, sedangkan vitamin D mempunyai efek paradoks

7

Page 8: Osteo Malasia

pada tulang yaitu dapat menyebabkan resorpsi dan pembentukan tulang tergantung

konsentrasi dan jumlah hormon paratiroid. Ekskresi kalsium melalui urin pada orang

dewasa normal rata-rata 100-400 mg/hr. Kalsium yang difiltrasi glomerulus sebagian

besar (60%) diabsorpsi kembali pada tubulus renalis proksimal, loop henle (25%) dan

sedikit pada tubulus renalis distal. Hormon paratiroid dan vitamin D menyebabkan

penurunan ekskresi kalsium dalam urin, sedangkan hormon kalsitonin menyebabkan

peningkatan ekskresi kalsium urin. Pada keadaan defisiensi hormon paratiroid atau

vitamin D, gangguan usus dan kalau kadar kalsium dalam makanan sangat rendah

serta apabila ginjal tidak bisa mengadakan kompensasi akan terjadi hipokalsemia.

Keadaan ini mengakibatkan peningkatan resopsi tulang sehinga terjadi osteopenia

berat. Penurunan kalsium plasma juga menyebabkan neuromuscular iritabel dan

tetani. Peningkatan kalsium plasma akan menyebabkan anoreksia, mual, muntah,

konstipasi, dan kadang-kadang sampai koma. Peningkatan yang lama sering

bersamaan dengan hiperfosfatemia menyebabkan penulangan ektopik seperti pada

jaringan ikat tulang rawan, pembuluh darah parenkim ginjal dan lain-lain.

2.5. Metabolisme Fosfor

Fosfor bersama kalsium merupakan komponen utama tulang dan jaringan lainnya

seperti pada ATP, AMP siklik dan senyawa penting lainnya yang vital dalam tubuh.

Jumlah fosfor total pada orang dewasa normal adalah 1 kg, 85-90% diantaranya

berada pada tulang. Kadar fosfor total dalam plasma sekitar 12mg/dl yang 2/3 nya

berada dalam senyawa organik dan sisanya dalam senyawa anorganik yang sebagian

besar berupa PO4, HPO4dan H2PO4. Jumlah fosfor yang masuk dan yang keluar

melalui resorpsi tulang sebesar 3 mg/kg/hari. Kontrol utama kadar fosor darah

tergantung kemampuan ginjal. Senyawa fosfor anorganik dalam plasma akan

difiltrasi oleh glomerulus dan 85-90% akan direabsorpsi kembali, terutama melalui

transport aktif pada tubulus renalis proksimal. Proses aktif ini dihambat oleh hormon

paratiroid. Apabila diet fosfor meningkat maka reabsorbsi menurun, sehingga

ekskresi meningkat. SAMA INTINYA DENGAN KALSIUM. Jadi ekskresi fosfor

berbanding lurus dengan kadar makanan. Berbeda dengan kalsium, fosfor cukup

efisien diabsorpsi pada usus halus dengan transpor aktif dan difusi aktif, yang

berbanding lurus dengan makanan sehari-hari. Absorpsinya meningkat akibat

metabolit aktif vitamin D (1,25 dehidroksikolekalsiferol) seperti juga pada kalsium.

Jarang terjadi gangguan absorpsi fosfor melalui usus, kecuali makan makanan

bersama KECUALI antasida yang mengikat fosfor dalam usus sehingga tidak bisa

diabsorpsi. Hiperfosfatemia kronik, yang biasanya terjadi pada gagal ginjal kronik

8

Page 9: Osteo Malasia

tanpa pengobatan dapat menyebabkan penulangan ektopik, akibat adanya

penimbunan kalsium-fosfat. Hipofosfatemia akut dapat menyebabkan anoreksia,

pusing, nyeri tulang atau kelemahan otot bagi proksimal.

2.6. Metabolisme Vitamin D

Vitamin D merupakan hormon, bukan suatu vitamin, karena metabolit vitamin D

(1,25 dehidroksikolekalsiferol) hanya dihasilkan oleh tubuh, ditransport melalui

darah dan terletak jauh dari pembentukannya. Apabila kita cukup terkena pajanan

sinar matahari, kebutuhan akan vitamin D sudah mencukupi, tanpa perlu tambahan

makanan. Vitamin D yang berasal dari kulit atau dari makanan untuk dapat berperan

dalam metabolisme, pertama kali harus diubah dengan serangkaian reaksi di hati dan

ginjal menghasilkan 1,25 dehidrokolekalsiferol, suatu metabolit aktif yang dapat

mempengaruhi metabolisme kalsium di usus dan tulang. Ion kalsium, fosfat, hormon

paratiroid dan kemungkinan hormon steroid lainnya ikut berperan secara langsung

terhadap rangkaian reaksi vitamin D di ginjal. Metabolit aktif vitamin D mempunyai

peran penting dalam metabolisme kalsium dan fosfor pada saluran cerna, tulang dan

ginjal. Pada usus, 1,25 dehidroksikolekalsiferol bekerja pada inti sel epitel yang

menyebabkan absorpsi kalsium dan fosfor melalui peningkatan permeabilitas

membran sel dan pembentukan protein pengikat kalsium. Mekanisme kerja yang

pasti ini masih belum jelas. Pada tulang, 1,25 dehidrokolekalsiferol dalam jumlah

yang banyak dapat menyebabkan mobilisasi kalsium dan fosfat yang keluar dari

tulang. Pada ginjal, 1,25 dehidrokolekalsiferol perannya dalam metabolisme kalsium

dan fosfat masih belum jelas. Diperkirakan dapat menyebabkan peningkatan

reabsorpsi kalsium dan fosfat. Hipovitaminosis D yang dapat disebabkan kekurangan

vitamin D endogen atau melalui makanan atau gangguan penyerapan pada usus,

dapat menyebabkan gangguan metabolisme tulang, yaitu terjadi hambatan

mineralisasi pada pembentukan tulang baru. Pada anak-anak menyebabkan penyakit

rickets dan pada orang dewasa menyebabkan osteomalasia.

9

Page 10: Osteo Malasia

2.7. Metabolisme Hormon Paratiroid

Hormon paratiroid atau yang disebut parathormon dihasilkan oleh chief cell kelenjar

paratiroid dikutub posterior kelenjar tiroid. Hormon ini dapat kadar kalsium

menurunkan kadar fosfat plasma melalu mekanisme pada tulang, ginjal dan usus.

Keluarnya hormon ini akibat kadar kalsium darah yang rendah.m Kerja hormon

paratiroid pada tulang dan ginjal menyebabkan meningkatnya aktivitas adenil siklase

dengan akibat peningkatan pembentukan AMP siklik pada sel osteoklas tulang,

menyebaban sekresi enzim dan asam dari osteoklas. Pada ginjal dan usus

menyebabkan pembentukan protein pengikat kalsium. Semua proses tersebut

menyebabkan hiper kalsemia. Pada tulang hormon paratiroid menyebabkan

peningkatan resorpsi tulang oleh osteoklas melalui berbagai cara, seperti

mengaktifkan semua osteoklas yang telah terbentuk, pembentukan osteoklas baru

dari sel osteoprogenitor dan menghambat perubahan osteoklas menjadi osteoblas.

Peningkatan resorpsi oleh osteoklas menyebabkan peningkatan mobilisasi kalsium

tulang sehingga terjadi hiperkalsemia. Pada ginjal, hormon paratiroid menyebabkan

peningkatan reabsorpsi kalsium dan peningkatan pembentukan 1,25

dehidroksikolekalsiferol yang menyebabkan peningkatan absorpsi kalsium di usus,

sehingga menyebabkan hiperkalsemia. Hormon ini juga menyebabkan penurunan

kadar fosfat plasma akibat reabsorpsi fosfat di tubulus renalis menurun. Pada proses

di usus, hormon paratiroid juga menyebabkan hiperkalsemia dengan adanya

peningkatan absorpsi kalsium di usus melalui peningkatan kadar 1,25

dehidrokolekalsiferol oleh ginjal dan peningkatan kadar fosfat plasma melalui proses

pengurangan ekskresi fosfat dalam tinja. Pada keadaan hiperparatiroidisme dapat

terjadi hiperkalsemia, hipofosfatemia dan pada tulang terjadi dekalsifikasi dan sering

menimbulkan fraktur patologis.

2.8. Metabolisme Hormon Kalsitonin

Hormon kalsitonin mempunyai efek berlawanan dengan hormon paratiroid, yaitu

menyababkan hipokalsemia. Hormon ini dihasilkan oleh sel parafolikular kelenjar

tiroid sehingga sering juga disebut hormon tirokalsitonin. Sekresi kalsitonin

berbanding lurus dengan kadar kalsium plasma. Peningkatan jumlah kalsium plasma

secara langsung dapat meningkatkan kadar kalsitonin atau sebaliknya. Waktu paruh

hormon kalsitonin setiap sekresi hanya berlangsung 2-15\menit. Efek hipokalsemik

hormon ini pada orang dewasa agak lemah, namun pada anak-anak menunjukkan

efek yang kuat. Hormon kalsitonin menurunkan konsentrasi kalsium melalui 3 cara

yaitu mengurngi aktifitas osteoklas, meningkatkan aktivitas osteoblastik, dan

10

Page 11: Osteo Malasia

mencegah pembentukan osteoklas baru, sehingga mobilisasi tulang berkurang.

Kalsitonin juga dapat menyebabkan penurunan sekresi asam lambung dan

peningkatan ekskresi natrium, kalsium dan fosfat dalam urin.

2.2. Definisi

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh

kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang

disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi

deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena

pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). .( Smeltzer. 2001:

2339 )

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya

pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia

adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada

penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan

tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

( http://www.klikdokter.com/illness/detail/99 )

Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang

yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar

yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio

antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.

2.3. Etiologi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:

a. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan

mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia

kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan

kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si

kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses

terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis

proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.

b. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak

mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.

c. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan

meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.

d. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian

obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.

11

Page 12: Osteo Malasia

e. Gangguan malabsorbsi

Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :

a. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus

halus proksimal dan penyakit ileum.

b. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan

kerja enzim-enzim oksidase hati.

c. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular

acidosis yang disertai disproteinemia kronik

2.4. Patofisiologi

Osteomalasia terjadi akibat gangguan umum metabolisme mineral. Faktor risiko

terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gasterektomi,

gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan yang berkepanjangan (fenitoin, feobarbital)

dan kekurangan vitamin D (diet, sinar matahari). Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D

yang sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek) terutama akibat

kemiskinan dan proses mematangkan makanan serta kurangnya pengetahuan mengenai

nutrisi juga merupakan salah satu faktor penyebabnya. Di sebagian dunia, seringkali

vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan terjadi kekurangan dari diet dan jauh

dari sinar matahari. Perlu kita ketahui, bahwa sinar matahari merupakan faktor

terpenting untuk membantu vitamin D. Sinar matahari bersama-sama dengan kolesterol

membentuk vitamin D3 di hepar dan selanjutnya oleh ginjal diubah menjadi vitamin D3

aktif (calciferol) yang berfungsi untuk menyerap kalsium dan fosfor di usus.

Osteomalasia juga dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorbsi kalsium atau

kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gastrointestinal dimana absorbsi

lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D

(bersama dengan vitamin yang larut lemak lainnya) dan kalsium. Kalsium diekskresikan

melalui feses dalam kombinasi dengan asam lemak, kelainan ini meliputi penyakit

seliak, obstruksi traktus biliaris kronik, pankreatitis kronik dan sekresi usus halus. Gagal

ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk

menetralkan asidosis dan hormon paratiroid terus menyebabkan pelepasan kalsium dari

kalsium yang ada di skelet sebagai usaha untuk mengembalikan Ph fisiologis. Selama

pelepasan kalsium skelet terus menerus ini terjadi fibrosis tulang dan kista tulang.

Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi dan keracunan logam berat mengakibatkan

berkurangnya kadar fosfat serum dan demineralisasi tulang.

12

Page 13: Osteo Malasia

Penyakit hati dan ginjal juga dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena

keduanya merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif.

Akhirnya, hiperparatiroidisme mengakibatkan dekalsifikasi skelet dan artinya

osteomalasia dengan peningkatan ekskresi fosfat dalam urine. ( Smeltzer & Brenda,

2001, 2339). Selain itu, perempuan yang memakai pakaian radisional seperti burka kulit

mereka mengalami penurunan kemampuan dalam memproduksi vitamin D karena burka

menghalangi paparan sinar matahari ke kulit.

Gb. Perempuan dengan burka

(http://www.arc.org.uk/arthinfo/patpubs/6058/6058.asp

2.5. Manifestasi Klinik

Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :

1. nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya

terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara

berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah

pinggang dan paha

2. Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan

tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan

bentuk thoraks (kifosis).

3. Penurunan berat badan

4. Anoreksia

13

Page 14: Osteo Malasia

Pada anak – anak

1. Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di

bagian dada.

2. Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit

3. Sakit pada seluruh tulang tubuhnya

4. Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.

5. Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke

posisi berdiri.

6. Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti

tulang lengan atau tulang kaki.

2.6. Pemeriksaan Diasnostik

Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk menegetahui adanya osteomalasia antara

lain:

1. Sinar – X, pada sinar-X jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.

2. Pemeriksaan vetebra, memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas

vetreba yang jelas.

3. Pemeriksaan laboratorium, memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor yang rendah

dan peningkatan moderat kadar alkali fosfat, kalsium urine dan ekskresi kreatinin

rendah.

4. Biopsi tulang, menunjukkan peningkatan jumlah osteoid. ( Smeltzer &

Gb. Pemeriksaan X Ray pada pasien osteomalasia

(http://courses.washington.edu/bonephys/hypercalU/opmal2.html)

2.7. Penatalaksanaan dan Pencegahan

1. Penatalaksanaan medik

14

Page 15: Osteo Malasia

a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D

200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan

1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.

b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan

mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.

2. Penatalaksanan non medik

a. Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak

konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja

lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan

teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.

b. Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi

makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk

membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di

bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 - 17.

15

Page 16: Osteo Malasia

BAB 5

WOC

16

Diet Malnutrisi:a. proses mematangkan

makanan terlalu lama.b. Kurang pengetahuan

tentang nutrisi Sindoma Nefrotik GasterektomiKelainan GIT (steatorhea)

Kurang paparan sinar matahari

Pe↑ katabolisme Vit D

Pe↓ abrsorbsi Vit D di makalan

Vit D larut lemak hilang

Pembentukan vit D di kulit

terhambat

Pe↑ ekskresi Vit D

Gangguan Fungsi Hati

Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Kegagalankonversi Vit.Dke bentuk aktif

Ca & phosphat ≠dimasukkan ke

kalsifikasi tulangPe↓ Vit D dalam serum

Mineralisasi tulang ↓

Kadar Calsium dalam otot↓

Kekuatan otot ↓Proses pengerasan tulang

(osifikasi) ↓

Tulang menjadi lunak

Page 17: Osteo Malasia

17

Osteomalasia

Pelengkungan tulang

Patah tulang patologik

MK B6 (Bone)Intoleransi aktivitas

Perlunakan & perlemahan kerangka tubuh

Resiko cedera

MK B6 (Bone) Gangguan

mobilitas fisik

Bentuk kaki O

MK B6 (Bone) Gangguan Konsep

diri

Kadar calcium dalam tubuh ↓

Pemgaktifan senyawa kimia

(Histamin,prostaklandin, dll)

Respon fisiologis system syaraf

Pengiriman impuls ke saraf

Pengiriman impuls balik ke

target

Kalsum dalam otot ↓

MK B6 (Bone)Intoleransi aktivitas

Otot kekurangan

energi

Kekuatan otot↓

Pada usus peristaltic ↓

Gerak makanan statis

Kaki menopang berat badan tubuh

Tulang pada kaki menjadi bengkok

Page 18: Osteo Malasia

18

MK: B3 (Brain) Nyeri

Penumpukan makanan di

lambung

Peningkatan produksi asam

lambung

Reflek mual dan muntah

Terasa kenyang

Anoreksia

Berat badan↓

MK B5(Bowel) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 19: Osteo Malasia

BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1. Pengkajian

a. Biografi Klien

Nama lengkap :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pekerjaan :

Agama :

Status :

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Pasien mengeluh nyeri tulang

b. Ekstremitas disertai nyeri tekan

c. Kelemahan otot

d. Cara jalan bebek atau pincang

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

a. Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi

b. Kekurangan calsium dalam diet

c. Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik

d. Klien pernah mengalami gangguan hati

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia

c. pemeriksaan Fisik

1. Ekstermitas

a. Deformitas skelet

b. Deformitas vertebra

c. Deformitas lengkungan tulang panjang

d. Otot Lemah

d. Data dasar Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat

Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri

2. Sirkulasi

19

Page 20: Osteo Malasia

Tanda : takikardia ( Respon stress )

3. Neurosensori

Gejala : hilang gerakan

Tanda : Deformitas local, kelemahan

4. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : nyeri tekan

e. pemeriksaan diagnostik

Pada foto x – ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata.

Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada

ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum

kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi urine

calsium dan creatinin lamba

4.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan tulang ditandai dengan wajah pasien

meringis.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan resiko cedera ditandai

dengan pasien tidak mampu melakukan aktivitas dasar secara mandiri.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan tulang ditandai

dengan pasien mudah mengalami patah tulang patalogik.

4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk anatomis tubuh

ditandai dengan bentuk kaki O.

5. Nutrisi kurang dari ebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan

ditandai dengan pasien mual dan muntah.

4.3. Rencana Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan tulang ditandai dengan wajah pasien

meringis.

Tujuan Invervensi Rasional

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam

pasien merasa

nyaman dan nyeri

berkurang. Dengan

KH:

Mandiri

a. Catat lokasi, lamanya intensitas

skala (1-10) penyebaran nyeri.

b. Berikan tindakan nyaman, seprti

pijatan punggung, lingkungan

membantu

mengevaluasi penyebab

nyeri dan intensitasnya.

meningkatkan relaksasi,

menurunkan tegangan

20

Page 21: Osteo Malasia

a. Pasien nampak

tenang

b. Ekspresi wajah

tenang

istirahat

c. Bantu atau dorong penggunaan

nafas berfokus

Kolaborasi

a. Berikan analgesic sesuia

kebutuhan dan evaluasi

keberhasilannya

Observasi

a. Kaji intensitas nyeri skala (1-10)

dan penyebaran nyeri.

otot.

membantu mengarahkan

kembali perhatian dan

untuk relaksasi otot.

analgesic memblok

lintasan nyeri sehingga

mengurangi nyeri

sebagai wujud evaluasi

tindakan

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan resiko cedera ditandai

dengan pasien tidak mampu melakukan aktivitas dasar secara mandiri.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 3x24 jam

pasien mampu

melakukan aktivitas

dasar dengan KH:

1. Pasien meporkan

toleramsi terhadap

aktivitas yang dapat

diukur.

2. mengungkapkan

pemahaman tentang

pembatasan

terapeutik yang

diperlakukan.

Mandiri

1. Bantu pasien dalam melakukan

aktivitas dasar.

2. Usahakan pasien berjemur pada

pagi hari.

3. Berikan asupan kalsium yang

cukup pada pasien.

Kolaborasi

Kolaborasi dengan tim ahli gizi

untuk asupan kebutuhan nutrisi

terutama kalsium.

Untuk memperingan

beban kerja otot dan

tulang.

Untuk mempercepat

sintesis vit D yang

dibutuhkan tubuh.

Kalsium sangat

dibutuhkan oleh tubuh

untuk metabolism otot

dan tulang.

Pemenuhan kebutuhan

tubuh akan kalsium.

21

Page 22: Osteo Malasia

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan tulang ditandai

dengan pasien mudah mengalami patah tulang patalogik.

Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 3x24 jam

Mobilisasi pasien

membaik dengan KH:

1. Meningkatkan/

mempertahankan

mobilitas pada tingkat

paling tinggi yang

mungkin.

2. Mempertahankan

posisi fungsional.

3. Menunjukan tekhnik

yang memampukan

melakukan aktivitas.

Mandiri

1. Intruksikan pasien

untuk/bantu dalam rentang

gerak pasien/aktif pada

ekstermitas yang sakit dan

yang tak sakit.

2. Berikan papan kaki, bebat

pergelangan, gulungan

trokanter yang sesuai.

3. Ubah posisi secara

periodic dan dorong untuk

latihan batuk/napas dalam.

Kolaborasi

Konsul dengan ahli terapi

fisik/okupasi dan rehabilitasi

spesialis.

Meningkatkan aliran darah

ketulang untuk

meningkatkan tonus otot,

mempertahankan gerak

sendi dan mencega

kontraktur.

Berguna untuk

mempertahankan posisi

fungsional ekstremitas, kaki,

dan mencegah komplikasi.

Mencegah/menurunkan

insiden komplikasi

kulit/pernapasan.

Berguna dalam membuat

aktivitas individu/program

latihan.

4.4. Intervensi Keperawatan

Lakukan tindakan yang telah dilakukan dalam rencana intervensi.

4.5. Evaluasi

Evaluasi hasil tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil tindakan yang

dilakukan.

22

Page 23: Osteo Malasia

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh

kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang

disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi

deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada

orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). .( Smeltzer. 2001: 2339 )

Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi

kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga

mengakibatkan terjadinya osteomalasia

Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan.

Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien

kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang

dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemajuan penyakit, kaki

terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan,

pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda

dan gejala lainnya

5.2. Saran

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok

mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama

mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya dan kita sebagai host

harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

23

Page 24: Osteo Malasia

DaftarPustaka

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan

keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi

4. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.

Jakarta : EGC.

24