58
PANDUAN TEORI INSTALASI LISTRIK Penyusun: Ir. Syahril Ardi, MT POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Jl. Gaya Motor Raya 8 Sunter II Jakarta Utara 14330 Telepon: 6519555, Fax: 6519821, email: [email protected]

Panduan Teori Instalasi Listrik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Panduan Teori Instalasi Listrik

PANDUAN TEORI

INSTALASI LISTRIK

Penyusun:

Ir. Syahril Ardi, MT

POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRAJl. Gaya Motor Raya 8 Sunter II Jakarta Utara 14330

Telepon: 6519555, Fax: 6519821, email: [email protected]

Page 2: Panduan Teori Instalasi Listrik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISI

BAB I KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA I-1

1.1 Dasar-dasar Peraturan Umum I-1

1.2 Keselamatan Kerja I-1

1.3 Beberapa Ketentuan untuk Keamanan dan Keselamatan Kerja I-3

1.4 Keamanan Kerja !-7

1.5 Tips Seputar Keselamatan Kerja I-9

BAB II PERKAKAS LISTRIK II-1

2.1 Pendahuluan II-1

2.2 Tang II-1

2.3 Obeng II-4

2.4 Solder Listrik II-8

2.5 Testpen II-9

2.6 Alat Ukur Multimeter II-9

2.7 Alat Ukur Megger II-9

BAB III GAMBAR INSTALASI III-1

3.1 Gambar Instalasi III-1

3.2 Diagram Instalasi Lampu III-1

3.3 Instalasi Satu Fase, Dua Fase, dan Tiga Fase III-2

3.4 Hantaran Tiga Fase III-3

3.5 Mengatur Tegangan III-3

3.6 Macam-macam Rangkaian Lampu III-4

3.7 Timer (Relay Waktu) III-6

3.8 Aplikasi Timer pada Lampu III-7

3.9 Instalasi Sistem Lampu Setopan III-7

IV KOMPONEN INSTALASI LISTRIK IV-1

4.1 Saklar Tukar Kutub Tiga (Reverse Switch) IV-1

4.2 Kontaktor Magnet (MC: Magnetic Contactor) IV-2

4.3 Tombol Tekan On-Off (Push-Button) IV-3

Page 3: Panduan Teori Instalasi Listrik

4.4 Instalasi Gabungan saklar Tukar dan Rangkaian Self-Holding IV-7

4.5 Putaran Bolak-Balik dengan Kontaktor Magnet IV-8

4.6 Membalik Putaran tidak Langsung IV-8

4.7 Instalasi Putaran Motor Bolak-Balik yang dilengkapi dengan

Kontaktor Pembatas Otostop (Limit Switch) IV-9

4.8 Pengasutan (Starting) Langsung IV-9

4.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Bolak-balik IV-10

BAB V MOTOR 3 FASE V-1

5.1 Menjalankan Motor 3 Fase V-1

5.2 Membalik Arah Putaran V-1

5.3 Mengukur Arus Motor V-1

5.4 Pengasutan Motor Y- V-2

5.5 Mengukur Arus Motor Y- V-4

5.6 Membalikkan Arah Putaran pada Instalasi saklar Y- V-4

5.7 Gerak Mula Y- Otomatis V-5

5.8 Sistem Rem Motor Induksi V-7

5.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Tukar V-9

5.10 Instalasi Motor Double Speed dengan Kontaktor Magnet V-10

5.11 Instalasi Motor Double Speed dengan Saklar Khusus V-11

5.12 Tes instalasi V-12

5.13 Skema Instalasi Mesin Frais V-13

BAB VI MENCARI GANGGUAN (Trouble-Shooting) VI-1

6.1 Langkah-langkah Mencari Gangguan VI-1

6.2 Mencari Gangguan pada Rangkaian Instalasi Motor VI-2

6.3 Mencari Gangguan (Jika rangkaian tidak Bekerja) VI-3

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Panduan Teori Instalasi Listrik

BAB IKEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

Listrik sangat penting dalam kehidupan kita. Hampir semua orang

memerlukan listrik dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk penerangan,

peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Namun, hanya sedikit orang yang

memahami kelistrikan secara mendalam. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman

dan ketrampilan mengenai pemasangan instalasi listrik, agar listrik dapat

digunakan seefisien dan seaman mungkin

1.1 Dasar-dasar Peraturan Umum

Pemasangan instalasi listrik tidak dapat dilakukan sembarangan. Jika tidak

hati-hati dapat membawa akibat yang fatal, baik bagi pemasangan instalasi

maupun bagi pemakainya. Oleh karena itu, sebelum seseorang memasang suatu

instalasi listrik perlu mengetahui peraturan instalasi listrik. Peraturan-peraturan ini

bertujuan melindungi manusia dan mengamankan barang dari bahaya yang

mungkin ditimbulkan oleh listrik, serta menyediakan tenaga listrik yang aman dan

efisien.

Peraturan untuk instalasi listrik terdapat pada buku Peraturan Umum

Instalasi Listrik 1987, yang disingkat PUIL 1987. Buku peraturan instalasi ini

diterbitkan oleh Limbaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). PUIL 1987 ini

berlaku untuk semua instalasi listrik arus kuat (ayat 102.A1), kecuali instalasi-

instalasi atau bagian-bagian instalasi yang disebut dalam ayat 102.A2.

1.2 Keselamatan Kerja

Seperti telah disebutkan di atas, peraturan-peraturan yang ada dimaksudkan

untuk pengamanan, baik bagi manusia, barang, maupun instalasi itu sendiri. Oleh

karena itu, untuk memasang suatu instalasi listrik diperlukan tindakan atau

langkah-langkah keselamatan kerja. Tindakan atau langkah keselamatan kerja

dapat dibedakan atas 4 hal berikut:

Page 5: Panduan Teori Instalasi Listrik

1.2.1 Keselamatan kerja bagi diri sendiri, yaitu tindakan keselamatan bagi diri

orang yang melakukan pekerjaan pemasangan instalasi.

Sebagai contoh:

Menggunakan pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan

Menggunakan peralatan yang cocok

Menggunakan peralatan pengaman (sabuk pengaman, sarung tangan,

sepatu, dan lain-lain).

1.2.4 Keselamatan kerja bagi orang lain, pada saat melakukan suatu pekerjaan

pemasangan instalasi jangan sampai mencelakakan orang lain yang

mungkin berada di sekitar lokasi pekerjaan. Contoh: pemotongan ujung

kabel menggunakan tang potong, jangan sampai sisa potongan kabel

tersebut berserakan di sembarang tempat karena sisa potongan kabel ini

cukup tajam sehingga dapat melukai orang lain yang melewati tempat

tersebut.

1.2.4 Keselamatan alat atau barang. Yang dimaksud alat-alat atau barang ialah

alat-alat atau barang yang digunakan dala pekerjaan tersebut. Misalnya

dalam hal menggunakan peralatan, jangan sampai peralatan tersebut rusak

atau tidak dapat berfungsi lagi akibat penggunaan yang tidak sesuai.

Contoh: menggunakan tang kombinasi untuk memukul paku/sekrup. Hal ini

dapat merusak tang tersebut sehingga tidak dapat difungsikan

sebagaimana mestinya.

1.2.4 Keselamatan lingkungan juga perlu diperhatikan dan dijaga, agar

lingkungan tetap sehat dan tidak membahayakan kehidupan di kemudian

hari. Contoh: tidak membuang sampah kabel sembarangan karena sisa-

sisa kabel baik yang berupa potongan-potongan tembaga ataupun sisa-sisa

bahan isolasinya dapat mencemarkan lingkungan hidup.

Tindakan keselamatan kerja tersebut dapat dikembangkan lagi dengan

menyesuaikan tempat dan keadaan pada masing-masing lingkungan pekerjaan.

Page 6: Panduan Teori Instalasi Listrik

1.3 Beberapa Ketentuan untuk Keamanan dan Keselamatan Kerja

Taatilah peraturan umum instalasi

listrik, sehingga tidak menimbulkan

hal-hal yang tidak diinginkan. Bahaya

kebakaran dapat terjadi apabila kita

bekerja ceroboh.

Janganlah mencoba memegang kawat

berarus tidak berisolasi, sebab cara ini

dapat mengundang maut.

Putuskanlah saklar utama, lepas

sekering, pakailah sepatu karet, dan

gunakan alat/perkakas yang dilapisi

bahan isolator ketika bekerja pada

listrik.

Page 7: Panduan Teori Instalasi Listrik

Nilai sekering pengaman terlalu besar

dan kawat instalasi yang tipis untuk

beban yang besar, akan menyebabkan

kawat terbakar.

Jika sekering terlalu besar, motor akan

terbakar jika menerima beban lebih

(over-load).

Bekerja tanpa memutus/mencabut

arus yang masuk, akan sangat

berbahaya.

Bungkuslah dengan pita isolasi

(electrical tape) jika kawat terluka.

Page 8: Panduan Teori Instalasi Listrik

Mencabut steker dengan menarik

kabel tidak dibenarkan.

Instalasi tanpa hubungan/kontak tanah

dapat membahayakan.

Menghubungkan kawat pada lubang

stop kontak adalah berbahaya.

Untuk menghidupkan dan mematikan

lampu, harus dipasang saklar (switch).

Page 9: Panduan Teori Instalasi Listrik

Sebelum dialiri arus, instalasi harus

diperiksa kembali. Periksa juga

sekering, apakah baik dan sesuai

kekuatan ampere-nya

Singkirkanlah alat-alat dari papan

latihan, jika instalasi akan dialiri arus.

Mencoba Instalasi

Saklar utama pada posisi O (off).

Steker tiga fase dimasukkan, saklar

utama dimasukkan.

Instalasi dihidupkan. Jika instalasi tidak

mau hidup, periksalah dengan testpen.

Page 10: Panduan Teori Instalasi Listrik

1.4 Keamanan Kerja

Selama memasang instalasi listrik,

putuskan saklar utama dan lepas

sekering.

Gunakanlah penampang kawat yang

sesuai dengan beban.

Penampang kawat yang tipis akan

mudah meleleh, dan sarung isolasi

akan terbakar.

Mengupas kawat/kabel dengan tang

pemotong, lubang pengupas

disesuaikan dengan tebal kawatnya.

Penyambungan kawat yang

disekrupkan akan lebih baik jika ujung

kawat dipasang sepatu kabel yang

disolder atau dijepitkan dengan kuat.

Page 11: Panduan Teori Instalasi Listrik

Penyambungan kawat yang

disekrupkan, ujung kawat dilingkarkan

sebesar tebal sekrup, searah jarum

jam, dan menggunakan cincin sekrup.

Salah satu penyambungan kawat

dilindungi dengan tudung (las dop)

isolator.

Penyambungan kawat/kabel yang

dikaitkan merupakan cara yang tidak

baik.

Jika mengupas kawat/kabel dengan

pisau, pemotongan sarung kawat

supaya tidak tegak lurus.

Page 12: Panduan Teori Instalasi Listrik

Menggunakan tang khusus pengupas.

Sekrup pengatur diatur supaya lubang

pengupas sesuai dengan tebal kawat.

Panjang pengupasan sesuai dengan

terminal penghubung.

Pengupasan terlalu panjang akan

membahayakan dan dapat

menyebabkan hubung-singkat.

Pengupasan terlalu pendek, akan

menyebabkan arus listrik terputus.

1.5 Tips Seputar Keselamatan Kerja

Janganlah mencoba untuk memegang

dan memotong kawat/kabel yang

berarus dengan menggunakan alat

tanpa pelindung/isolator.

Page 13: Panduan Teori Instalasi Listrik

Gunakanlah alat-alat yang memakai

penyekat (isolator).

Dilarang keras menghubungkan kawat

antara fase dan nol (netral). Atau

antara fase dengan fase.

Alat/mesin tegangan 1 fase 220 V dan

3 fase tanpa kontak tanah (ground),

akan membahayakan.

Page 14: Panduan Teori Instalasi Listrik

BAB IIPERKAKAS LISTRIK

2.1 Pendahuluan

Untuk melaksanakan pekerjaan instalasi listrik seperti: memasang kabel,

memasang rol isolator, memotong kabel, mengupas kabel, dan lain-lain,

diperlukan alat pendukung berupa peralatan atau perkakas listrik.

Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk mengenal dan mempergunakan

peralatan listrik. Karena jika salah memilih alat atau cara menggunakan alat, akan

mengakibatkan kerusakan pada bahan yang dikerjakan sehingga pekerjaannya

tidak akan berhasil dengan baik.

Jenis perkakas listrik antara lain: tang, obeng, palu, gergaji, bor, solder,

pembengkok pipa, reamer, jara, testpen, alat ukur (multimeter).

2.2 Tang

Tang termasuk alat penting yang sering digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik.

Fungsi tang, antara lain:

Memotong kabel

Mengupas kabel

Menarik kabel

Memegang komponen, dll.

Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, tang dapat dibagi menjadi beberapa jenis,

diantaranya:

Tang kombinasi

Tang biasa

Tang pemotong

Tang lancip.

Pemilihan tang haruslah disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Tang yang baik

adalah tang yang dibuat dari baja dan lapisannya tidak mudah berkarat.

Page 15: Panduan Teori Instalasi Listrik

2.2.1 Tang kombinasi

Sesuai dengan namanya, tang jenis ini dapat digunakan untuk

menyelesaikan beberapa macam pekerjaan, seperti: memotong kawat, memuntir

kawat, memegang benda, menarik kawat, dan lain-lain.

Bentuk tang kombinasi, seperti gambar di bawah ini:

Seperti terlihat pada gambar di atas, tang kombinasi terdiri dari beberapa bagian

yaitu:

Bagian depan atau bagian mulut, dapat digunakan untuk memegang benda,

untuk memuntir kabel/kawat, dan menarik kabel.

Bagian tengah samping yaitu bagian yang tajam menyerupai gunting, dapat

digunakan untuk memotong kabel, kawat atau isolasi.

Bagian belakang yaitu bagian pemegang. Biasanya bagian ini dilapisi dengan

bahan isolasi yang terbuat dari karet atau plastik dengan maksud melindungi

pemakainya dari aliran listrik.

Catatan: Untuk menjaga agar tidak tersengat aliran listrik dan menjaga

keselamatan kerja dalam melakukan pengerjaan instalsi listrik, hendaknya aliran

listrik yang berada pada instalsi tersebut dimatikan dulu melalui kontak

sekeringnya.

2.2.2Tang Biasa

Umumnya digunakan hanya untuk memegang benda di saat tangan kita sudah

tidak mampu memegangnya atau untuk memuntir kawat pada pekerjaan instalasi.

Bentuk tang biasa seperti gambar di bawah ini:

Page 16: Panduan Teori Instalasi Listrik

Seperti terlihat pada gambar di atas, tang tersebut biasanya terdapat dalam suatu

kemasanperkakas listrik yang disebut tool-kit atau tool-set seperti gambar di

bawah ini.

Semua perkakas seperti pada gambar di atas selain dapat digunakan dalam

pekerjaan instalsi, juga dapat digunakan dalam pekerjaan elektronika.

2.2.3 Tang pemotong

Juga dikenal dengan nama knijptang. Tang jenis ini termasuk perkakas yang

sering digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik. Fungsinya adalah untuk

memotong kabel/kawat, memotong tali dan memotong isolasi.

Gambar tang pemotong muka dan tang pemotong samping

Page 17: Panduan Teori Instalasi Listrik

Tang pemotong ini biasanya juga terdapat dalam kemasan tool-set.

2.2.4 Tang Lancip

Ada juga yang menyebutnya tang buaya, karena bentuk ujungnya yang

mirip dengan mulut buaya. Sebagian orang ada juga yang menyebutnya tang long

nose atau hidung panjang.

Gambar tang lancip/tang buaya.

Dengan bentuk seperti itu, maka tang lancip ini sangat cocok untuk

memegang benda-benda kecil seperti sekerup, ring, mur atau untuk mengambil

benda kecil yang sulit dijangkau oleh tangan. Selain itu juga tang lancip dapat

dipakai untuk membuat bulatan pada ujung kabel untuk meletakkan sekerup/baut.

Tang lancip juga biasanya terdapat di dalam kemasan tool-set yang berbentuk tas.

2.3 Obeng

Obeng termasuk perkakas yang sering digunakan dalam pekerjaan

instalasi listrik. Fungsinya adalah untuk memasang dan membuka/melepas

sekerup.

Berdasarkan konstruksinya, obeng terdiri dari 3 bagian, yaitu:

Bagian pemegang

Bagian batang

Bagian mata obeng

Obeng yang biasa digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik memiliki pegangan

yang terbuat dari kayu atau plastik dan batangnya terbuat dari baja yang

berbentuk bulat atau persegi dan dilapisi nikel agar tidak berkarat.

Berdasarkan kegunaannya terdapat beberapa macam obeng, diantaranya:

Obeng biasa

Obeng listrik

Obeng kembang

Page 18: Panduan Teori Instalasi Listrik

Obeng kayu

Obeng offset

Obeng tekan

Obeng trimmer

2.3.1 Obeng Biasa

Obeng baiasa disebut juga obeng minus karena bentuk ujungnya pipih dan

menyerupai tanda minus (-). Penggunaan obeng ini bersifat umum, yaitu

memasang dan membuka paku sekerup atau baut dalam pekerjaan mekanik.

Pada umumnya obeng jenis ini pegangannya dibuat dari bahan kayu, plastik dan

mika.

Bentuk obeng biasa seperti gambar di bawah.

Gambar obeng biasa

2.3.2 Obeng Listrik

Obeng listrik adalah obeng yang khusus digunakan dalam pekerjaan

instalasi listrik. Bentuk obeng ini pada bagian matanya lebar selebar batangnya.

Hal ini dimaksudkan agar dapat dipakai untuk memasang dan membuka sekerup

atau baut yang letaknya ditanam pada lubang. Sebagai contoh sekerup yang

dipasang pada lubang yang dipersing atau baut yang terdapat pada steker.

Page 19: Panduan Teori Instalasi Listrik

Perlu juga diketahui bahwa dalam pekerjaan instalasi dapat dijumpai jenis

obeng yang dapat berfungsi ganda, yaitu selain dapat digunakan untuk

memasang/membuka sekerup juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya aliran

listrik dalam suatu penghantar. Dalam hal ini obeng tersebut berfungsi sebagai

alat testpen.

Bentuk obeng tersebut adalah seperti gambar di bawah:

Seperti terlihat pada gambar, bagian dalam dari pegangannya terdapat

lampu yang akan menyala apabila ujung mata obeng tersebut disentuhkan pada

penghantar listrik yang berfase. Selain itu, pada obeng tersebut batangnya diberi

bahan isolasi yang menutupi bagian tangkai sampai batas ujung matanya agar

pemakainya tidak tersentuh aliran listrik. Obeng seperti ini pada umumnya juga

terdapat dalam kemasan tool-set.

2.3.3 Obeng kembang

Obeng kembang secara populer disebut juga obeng philips. Namun

sebagian orang menyebutnya dengan nama obeng positif atau plus, karena pada

nbagoian matanya menyerupai tanda positif (+). Adanya juga yang menyebut

obeng belimbing, karena ujungnya menyerupai buah belimbing.

Obeng jenis ini biasanya dipakai untuk memasang dan membuka kepala

sekerup atau kepala baut dengan alur silang (+).

Perlu diketahui bahwa kepala sekerup dengan alur silang memiliki tenaga gerak

putar yang lebih besar daripada beralur lurus (-).

Gambar obeng kembang

Page 20: Panduan Teori Instalasi Listrik

2.3.4 Obeng Offset

Obeng offset adalah obeng yang memiliki bentuk dan cirikhas sendiri, yaitu

tidak memiliki pegangan khusus namun memiliki dua macam mata di kedua

bagian ujungnya. Keseluruhan batang obeng terbuat dari baja yang dilapis bahan

nikel.

Gambar obeng offset

Obeng offset ini dapat digunakan untuk membuka dan memasang sekerup

pada tempat-tempat yang sempit dan tidak dapat dijangkau oleh obeng biasa.

Melihat bentuknya seperti itu gerakputar obeng ini hanya sedikit-sedikit.

2.3.5 Obeng Tekan

Disebut juga obeng genjot, karena dalam pemakaiannya obeng ini tidak

diputar tapi ditekan atau digenjot. Dengan menekan pemegangnya dan mata

obeng ditaruh pada kepala sekerup, maka sekerup akan berputar ke kiri atau ke

kanan sesuai dengan letak pengatur tombol yang ada pada pemegangnya.

Gambar obeng tekan

Seperti terlihat pada gambar, jika kedudukan tombol pada huruf L (left)

maka batang obeng akan berputar ke kiri yaitu melepas sekerup. Jika tombol pada

kedudukan R (raight) maka batang obeng akan berputar ke kanan yaitu

mengeraskan sekerup.

Page 21: Panduan Teori Instalasi Listrik

Selanjutnya jika tombol berada pada posisi O (di tengah-tengah antara L

dan R) maka batang obeng tidak akan berputar pada waktu ditekan, ini berarti

pemakaian obeng harus diputar dengan tangan seperti obeng biasa.

2.3.6 Obeng Trimmer

Sesuai dengan namanya obeng ini dipakai khusus untuk ngetrim

(mengatur) komponen elektronika seperti: coil, trimpot, trafo MF, dan lain-lain. Jadi

obeng ini hanya digunakan dalam pekerjaan elektronika.

Gambar obeng trimmer

2.4 Solder Listrik

Penggunaan solder biasanya dilakukan pada pekerjaan penyambungan

kawat, sehingga dihasilkan sambungan yang kokoh dan kuat. Solder listrik yang

dipakai dalam pekerjaan instalasi harus memiliki daya cukup besar, sesuai

dengan benda kerja yang akan disolder, misalnya solder 100 watt.

Gambar solder listrik

Ada jenis solder listrik lain yang bentuknya kecil dan dayanya sekitar 15 s/d

25 watt. Solder jenis ini umumnya digunakan dalam praktek elektronika seperti

memasang komponen elektronika seperti transistor dan IC. Penggunaan solder ini

Page 22: Panduan Teori Instalasi Listrik

juga harus hati-hati karena komponen tersebut sangat sensitif terhadap panas

yang berlebihan.

2.5 Testpen

Untuk mengetahui adanya aliran listrik dalam suatu penghantar diperlukan

suatu alat yang namanya testpen. Bagi yang sering berkecimpung dalam bidang

listrik, merupakan keharusan untuk memiliki alat testpen ini.

Gambar testpen

2.6 Alat Ukur Multimeter

Untuk mengetahui baik tidaknya hubungan-hubungan atau sambungan

penghantar dalam suatu instalasi diperlukan suatu alat ukur yang dinamakan

multimeter. Dengan menggunakan multimeter kita dapat mengetahui hasil

pemasangan instalasi meliputi: pemasangan kabel, penyambungan kabel dan

pekerjaan-pekerjaan lain dalam instalasi. Selain untuk mengetahui hasil

pemasangan instalasi, multimeter juga dapat dipakai untuk mengukur besarnya

tegangan listrik dan arus listrik yang mengalir di dalam suatu penghantar.

2.7 Alat Ukur Megger

Megger termasuk alat ukur presisi yang dapat digunakan untuk mengukur

tahanan dalam batas tidak terhingga. Dengan menggunakan megger, pengukuran

suatu instalasi hasilnya akan lebih baik daripada dengan menggunakan multimeter

karena selain dapat mengetahui adanya hubung singkat. Juga dapat mengetahui

adanya suatu kebocoran arus yang terjadi pada penghantar. Hal ini tidak dapat

dilakukan jika menggunakan alat ukur multimeter.

Page 23: Panduan Teori Instalasi Listrik

Gambar Megger

2.7.1 Cara menggunakan mengger

Misalkan kita akan mengukur hubungan antara 2 penghantar yaitu

penghantar fase dan penghantar nol, seperti gambar di bawah:

Gambar penggunaan megger

2.7.2 Cara pengukuran

Hubungkan probe A dari megger pada penghantar fase dan probe B pada

penghantar nol. Sesudah itu megger diputar.

Perhatikan skala meter, jika megger diputar jarum penunjuk diam dan tidak

bergerak, berarti kedua penghantar tersebut baik dan aman (tidak terjadi

hubung singkat).

Jika megger diputar jarum penunjuk bergerak mendekati harga nol, berarti

pada kedua penghantar tersebut terjadi hubung singkat.

Page 24: Panduan Teori Instalasi Listrik

Klasifikasi pengukuran, sebagai berikut:

1. Jika jarum penunjuk bergerak dan penyimpangannya besar nerarti pada kedua

penghantar tersebut terdapat hubung singkat.

2. Jika jarum penunjuk bergerak dan penyimpangannya sedikit, berarti pada

kedua penghantar tersebut terjadi kebocoran. Kebocoran tersebut bisa saja

terjadi akibat isolasi dari penghantar yang kurang baik. Kebocoran akan

mengakibatkan cepat terjadinya panas jika dibiarkan akan menimbulkan

kebakaran.

3. Jika jarum penunjuk diam atau tidak bergerak sama sekali, berarti kedua

penghantar tersebut baik dan aman

Page 25: Panduan Teori Instalasi Listrik

BAB IIIGAMBAR INSTALASI

3.1 Gambar Instalasi

Untuk mempermudah penggambaran dan

pembacaan, instalasi digambar secara

diagram dan simbol. Simbol kawat

penghantar fase, digambar secara garis.

Sedangkan penghantar N (Nol, Netral): garis

putus-putus. Penghantar pentanahan

(ground): garis titik.

3.2 Diagram Instalasi Lampu

KWh = watt-meter

F = fuse = sekering

S = switch = saklar

L = lampu

Komponen-komponen dalam instalasi

dihubungkan secara deret.

A = instalasi lampu

B = bagan instalasi

3.2.1 Hubungan Lampu Seri (Deret)

Dua buah lampu atau lebih dihubungkan

secara seri (deret). Di sini hanya ada satu

nilai arus. Lampu penerangan dihubungkan

secara seri adalah tidak benar, karena

apabila salah satu lampu mati maka yang

lainnya juga akan mati.

Page 26: Panduan Teori Instalasi Listrik

Mengukur arus I dan tegangan V pada

hubungan seri. Ampere-meter dipasang seri

di antara saluran: titik A, B, C, atau D.

Kapasitas ampere-meter harus sesuai.

Tegangan masing-masing lampu Vm

dipasang antara titik: A-B, B-C, C-D.

Tegangan A-D = T-O.

3.2.2 Hubungan Lampu Paralel

Masing-masing lampu 25 W, 220 V. Tahanan

total paralel, arus I total dan P total dapat

dihitung. Untuk mencocokkan arus tiap

lampu dan arus I total, harus dilakukan

pengukuran.

3.3 Instalasi satu fase, dua fase, dan tiga fase

Gambar instalasi 1-fase, 2-fase, & 3-fase

Pesawat-pesawat listrik, lampu, dan stop

kontak di rumah-rumah, dihubungkan secara

paralel.

Page 27: Panduan Teori Instalasi Listrik

Hantaran rumah-rumah, juga dihubungkan secara paralel. Untuk menjaga

keseimbangan, maka tiap hantaran fase harus mempunyai beban yang kira-kira

sama.

Gambar hantaran listrik di rumah-rumah

3.4 Hantaran Tiga Fase

Setiap mesin 3-fase dihubungkan secara

paralel, dan setiap fasenya haruslah

mempunyai beban yang kira-kira sama.

3.5 Mengatur Tegangan

Dengan menggunakan 'tahanan atur' yang

dihubungkan secara seri dengan lampu 40

W, 220 V.

Besarnya tahanan atur Ra dapat ditentukan,

sesuai dengan besarnya arus I lampu, dan

besarnya tegangan lampu.

Dengan menggeser kontak K berturut-turut

dari A-B…C, lampu mulai menyala dari

redup sampai menyala normal. Besarnya

tegangan lampu/alat yang diketahui dapat

diukur dengan Vm.

Page 28: Panduan Teori Instalasi Listrik

3.6 Macam-macam Rangkaian Lampu

3.6.1 Instalasi Saklar Tukar 1

(Disebut juga saklar hotel).

Satu lampu dapat dinyalakan dan dimatikan

dari dua tempat dengan saklar S1 dan S2.

a. Gambar Diagram susunan instalsi

b. Gambar Diagram singkat

3.6.2 Instalasi saklar tukar 2

Prinsip kerjanya sama

3.6.3 Hubungan Silang

Lampu dapat dilayani dari tiga tempat

S1 = S3 = saklar tukar

S2 = saklar silang

3.6.4 Instalsi Lampu 3 Ruangan

S1 = di pintu masung ruang a

S2 = di pintu masung ruang b

S3 = di pintu masung ruang c

Page 29: Panduan Teori Instalasi Listrik

3.6.5 Lampu kamar dan lampu tempat cuci

S1 = saklar tukar pada pintu kamar

S2 = saklar tukar pada tempat tidur

S3 = saklar tukar pada tempat cuci

3.6.6 Hubungan Bangsal

Penerangan pada ruangan besar

3.6.7 Lampu kamar gelap (Fotografi)

S1 = di ruang masuk 1

L1 = lampu netral, lampu ruangan dinyalakan

dengan S2 dalam persiapan kerja fotografi.

L2, L3 warna hijau dan merah = proses cuci

film dan cetak.

L4 = lampu isyarat proses fotografi (tidak

boleh ada yang masuk).

3.6.8 Lampu terang redup 1

S2 pada posisi (a) = lampu L2 menyala

terang.

S2 pada posisi (b) = L1-L2 berhubungan

secara seri, lampu menyala redup.

S1 = saklar utama lampu

Page 30: Panduan Teori Instalasi Listrik

3.6.9 Lampu terang redup 2

S2 pada posisi (a) = lampu L1 menyala

terang.

S2 pada posisi (b) = L1-L2 berhubungan

seri.

3.6.10 Lampu terang redup 3

(Hubungan Seri-Paralel)

S1 = on & S2 = off L1, L2, L3 =

berhubungan seri, menyala redup.

S2 = on L1, L2, L3 berhubungan paralel,

masing-masing lampu menyala normal.

3.7 Timer (Relay Waktu)

Timer terdiri atas bagian-bagian:

Terminal sambungan (kaki 1 s/d 8)

Kumparan magnet (koil)

Skala pengatur waktu (second,

minutes, hours, 10hours).

Bentuk dan jenisnya bermacam-macam.

3.7.1 Prinsip Kerja

Jika saklar S dihubungkan, kumparan 2-7

akan dilalui arus dan timbul elektromagnet

sehingga akan menarik kontaktor 1-4.

Pada waktu yang ditentukan (sesuai

setting waktunya), kontaktor 1-4 akan

terputus dan menghubungkan 1-3.

Jika S diputus, elektromagnet akan hilang,

sehingga kontaktor kembali 1-4.

3.8 Aplikasi Timer pada Lampu

Page 31: Panduan Teori Instalasi Listrik

3.8.1 Satu Lampu Kedip

Jika saklar S dihubungkan, maka

lampu akan menyala. Elektromagnet

pada kumparan 2-7 akan menarik

kontaktor 1-4, beberapa detik

kemudian pindah dari 1 ke 3, lampu

mati, elektromagnet kumparan 2-7

hilang kontaktor kembali pada 1-4, dan

terus berlanjut.

3.8.2 Dua lampu Kedip (Flip-Flop)

Perhatikanlah gambar diagram,

pelajarilah prinsip kerjanya.

3.9 Instalasi Sistem Lampu Setopan

Page 32: Panduan Teori Instalasi Listrik

BAB IVKOMPONEN INSTALASI LISTRIK

4.1 Saklar Tukar Kutub Tiga (Reverse Switch)

Ada berbagai macam jenisnya.

Penggunaan: untuk membolak-balik

arah putaran suatu mesin.

Skemanya bermacam-macam. Pada

prinsipnya untuk menukar di antara

dua fase.

Page 33: Panduan Teori Instalasi Listrik

Saklar posisi I: kontaktor

menghubungkan fase R-U, S-V, T-W

Posisi II: R-U, S-W, T-V, fase yang

ditukar di sini adalah S-T, sehingga

putaran motor akan terbalik (reverse).

Saklar tukar untuk 2 motor.

Contoh: Posisi I untuk menghidupkan

motor I, dan posisi II untuk

menghidupkan motor II.

4.2 Kontaktor Magnet (MC: Magnetic Contactor)

Merupakan saklar kutub tiga dan

beberapa kontaktor tambahan. Prinsip

kerjanya berdasarkan sistem

elektromagnet.

Bagian-bagiannya

a. Inti besi lunak.

b. Kumparan magnet dengan ujung

titik A-B.

Kontaktor utama R S T - U V W; 13-14

kontaktor pengganti; 21-22 kontaktor

pengunci/pengaman.

Page 34: Panduan Teori Instalasi Listrik

Rangkaian Kontaktor Magnet

1. Arus yang mengalir ke motor disebut

arus utama.

2. Arus yang melalui kumparan A-B

disebut arus kemudi (arus kontrol).

Prinsip Kerja

Saklar S di ON kan, arus kemudi

masuk kumparan A-B melalui bimetal

relay 95-96, pada kumparan timbul

magnet, kontaktor arus R S T / U V W

menghubung, motor akan bekerja.

Prinsip Kerja Bimetal Relay

Jika motor kelebihan beban (overload),

maka Bimetal panas dan memuai

memutuskan arus kemudi 95-96,

magnet hilang kontaktor utama R S T /

U V W diputuskan, motor mati.

4.3 Tombol Tekan ON-OFF (Push-Button)

Tombol jenis ini lebih aman, karena

tombol ON terhindar dari sentuhan

yang tidak disengaja. Sedangkan

Tombol OFF mudah untuk mematikan.

Page 35: Panduan Teori Instalasi Listrik

Posisi Kontaktor ON-OFF

ON = NO (Normally Open)

OFF = NC (Normally Close)

ON ditekan = kontaktor menghubung.

OFF ditekan = hubungan terputus.

Self Holding System

Titik kontaktor 13-14 adalah kontaktor

pengganti ON.

ON = untuk menghidupkan motor

OFF = untuk mematikan motor.

Prinsip Kerja

ON ditekan, kontaktor 13-14, dan RST /

UVW terhubung, motor bekerja.

Page 36: Panduan Teori Instalasi Listrik

ON dilepas kembali, kontaktor 13-14

dan RST / UVW tetap terhubung,

motor tetap bekerja. Fungsi ON diganti

oleh kontaktor 13-14.

OFF ditekan 1-2 terputus. Kontaktor

13-14 dan RST / UVW terputus, motor

mati.

Self Holding Circuit

Ada bermacam-macam rangkaian,

tetapi prinsipnya sama.

Dengan menggunakan skema, kita

dapat membaca jalannya aliran arus.

Page 37: Panduan Teori Instalasi Listrik

Dengan skema yang benar, kita dapat

mengetahui bagaimana rangkaian

bekerja.

Skema instalasi self-holding circuit dua

fase dengan dua bimetal relay.

Kekuatan nilai amper bimetal 10%

lebih dari arus nominal motor.

Self-holding circuit dengan satu buah

bimetal relay.

Skema dasar rangkaian.

Self-holding system sering dipisahkan

dari rangkaian arus utama untuk

memudahkan penggambaran dan

pembacaan.

Page 38: Panduan Teori Instalasi Listrik

Keuntungan rangkaian self-holding

system

Jika suatu mesin sedang bekerja,

kemudian sumber listrik mati, dan

kemudian menyala lagi, maka motor

tidak dapat hidup sendiri.

Kerugian instalasi tidak dengan sistem

self-holding

Jika mesin sedang jalan kemudian

listrik mati dan lupa mematikan saklar,

maka jika listrik menyala lagi mesin

akan langsung berjalan sendiri. Hal ini

tentu saja akan membahayakan.

4.4 Instalasi Gabungan Saklar Tukar dan Rangkaian Self-Holding.

Jika arus kemudi diambil dari titik B, cara kerja rangkaian akan berlainan dengan

dari titik A. Dianjurkan diambil dari titik A.

Page 39: Panduan Teori Instalasi Listrik

4.5 Putaran Bolak-Balik dengan Kontaktor Magnet

Membalik putaran langsung:

OFF = menyetop

For = Forward (arah maju) titik 7-8.

Rev= Reverse (membalik) titik 9-10.

Titik 3-4 / 5-6 titik pemutus/penghalang

supaya MC1/MC2 tidak dapat bekerja

bersama.

Kontaktor 13-14 sebagai pengganti

kontaktor ON.

4.6 Membalik putaran tidak langsung

Dari tombol For kemudian OFF baru kemudian Rev.

Kontaktor 21-22 sebagai penghalang / pemutus.

Page 40: Panduan Teori Instalasi Listrik

4.7 Instalasi Putaran Motor Bolak-balik yang dilengkapi dengan kontaktor

pembatas otostop (Limit Switch) MS1/MS2 (MS = Micro Switch)

Salah satu contoh aplikasinya adalah

pada gerakan kasar meja frais.

Kontaktor 21-22 sebagai penghalang

supaya MC1-MC2 tidak bekerja secara

bersama-sama, yang akan

mengakibatkan arus utama terhubung-

singkat.

4.8 Pengasutan (Starting) Langsung

Untuk motor dengan daya 4-6 kW,

gerak mula arusnya mengalir 4-7 kali

lipat. Sehingga untuk pengamanan

terhadap motor perlu dipasang

pengaman Over Load Relay (sistem

bimetal).

Page 41: Panduan Teori Instalasi Listrik

4.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Bolak-Balik

Sekering gerak mulanya 50-60 ampere.

Sekering gerak normalnya 16 ampere.

Page 42: Panduan Teori Instalasi Listrik

BAB VMOTOR 3 FASE

5.1 Menjalankan (starting = pengasutan) Motor 3 Fase

Untuk daya motor sampai dengan 4

kW, dapat dihubungkan secara langsung

dengan saklar 3 kutub. Kekuatan sekering

(fuse) haruslah 20% - 30% lebih besar

daripada arus motor (I).

5.2 Membalik Arah Putaran

Dengan cara menukar di antara 2 fase.

Putaran dilihat dari depan puli (pulley) dan

kotak terminal berada di sebelah kanan

stator (bagian motor yang diam).

5.3 Mengukur arus Motor

Pemasangan ampere-meter cukup pada

salah satu saluran fase. Kapasitas ampere-

meter untuk motor di bawah 4 kW, kira-kira 2-3

kali lipat arus I nominal motor.

Posisi amper-meter haruslah tegak,

posisi jarum sebelum ampere-meter dipasang

juga harus tepat nol dilihat secara paralak.

Pengukuran arus motor juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat

tang-ampere atau clamp-meter. Caranya yaitu dengan meletakkan kabel di dalam

ujung tang-ampere dan langsung nilai arusnya terbaca/terukur.

Page 43: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.4 Pengasutan (Starting) Motor: Y (Star) - (Delta)

Dengan saklar gerak mula manual Y - .

Tujuannya adalah untuk mengurangi arus

gerak mula.

5.4.1 Prinsip saklar Y -

Posisi 0 : kontaktor tidak berhubungan.

Posisi Y : Motor dihubungkan Y.

Posisi : Motor dihubungkan .

5.4.2 Saklar Posisi (Y).

Terminal motor U-V-W terhubung dengan

arus utama R-S-T, terminal Z-X-Y

digabungkan menjadi Y oleh kontaktor Z-

X-Y.

Arus gerak mula (Y) = 1,5 - 2,5 kali arus

motor.

5.4.3 Saklar Posisi ()

Terminal motor U-V-W dan Z-X-Y

digabungkan dengan R-S-T oleh

kontaktor . Hubungan menjadi R-V-Z,

S-V-X, dan T-W-Y.

Page 44: Panduan Teori Instalasi Listrik

Kumparan hubungan Y, dan hubungan

Y pada terminal motor.

Gambaran kumparan hubungan Y

terhadap arus jaringan. Kumparan

seperti hubungan seri, di mana arus I

motor Y kecil berkisar 1,5 - 2,5 kali

arus nominal.

Kumparan hubungan dan hubungan

pada terminal motor.

Gambaran hubungan terhadap arus

jaringan. Kumparan seperti hubungan

paralel, di mana arus I motor besar.

Page 45: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.5 Mengukur Arus Motor Y -

Kita dapat mengetahui perbedaan arus

hubungan Y dan . Pada saat gerak

mula Y, catat arus Y, + 3 detik

kemudian hubungan dan catatlah

beberapa arus .

Mengukur arus langsung hubungan

Saklar Y - dalam posisi . Motor

dijalankan dengan saklar utama,

catatlah berapa ampere arusnya.

5.6 Membalikkan arah putaran pada

instalasi saklar Y -

Dengan menukar arus input (R-S-T).

Dengan menukar ujung-ujung kedua

kumparan.

Page 46: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.7 Gerak Mula Y - Otomatis

Dasar kerja arus utama. Kontaktor

magnet (Km) Y menghubungkan Y, +

3 detik kemudian Km Y putus dan Km

menghubungkan .

Rangkaian arus utama gerak mula Y -

otomatis dengan bantuan 3 unit

kontaktor magnet.

Rangkaian arus kemudi/kontrol

pengasutan Y - otomatis (1) dengan

bantuan relay waktu (timer), dan saklar

pengasut kutub 1.

Pengasut Y - (2) dengan tombol

"ON-OFF".

Prinsip kerja: Tombol di ON kan C2

akan terhubung Y dan C1

menghubungkan R-S-T ke motor. Tiga

detik kemudian relay waktu

memutuskan arus C2 (Y) dan

menghubungkan kemudi C3 untuk

menghubungkan motor ke .

Page 47: Panduan Teori Instalasi Listrik

Gerakan mula dengan 'tahanan atur'

(rheostat) untuk motor jenis 'rotor belit'.

Dayanya 8 - 12 kWatt.

Prinsip Kerja

Saklar dihubungkan, motor mulai

berputar lambat. Dengan memutar

rheostat, maka berangsur-angsur dari

titik 4-1, motor berangsur-angsur

berputar sampai maksimum.

Konstruksi rotor belitan

Penyangga rotor dan konstruksi sikat

(brush)

Page 48: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.8 Sistem Rem Motor Induksi

Dengan memasang dioda pada dua

fase, arus putar dalam kumparan

diubah menjadi arus searah (DC) pada

1 kumparan.

Pengasutan dan menyetop dengan

sistem rem

5.8.1 Saklar pengereman

Saklar tukar S pada posisi R =

rem/pengereman.

Pada posisi O = rem tidak berfungsi.

5.8.2 Alternatif pemasangan dioda

Sistem rem dengan menggunakan dioda dapat dipasang pada saluran dengan

bermacam-macam posisi.

Page 49: Panduan Teori Instalasi Listrik

Pengasutan dengan gabungan saklar

pembalik putaran dengan sistem

pengereman.

S T

U V W

Z X Y

S T

U V W

Z X Y

R

Page 50: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Tukar

Page 51: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.10 Instalasi Motor Double Speed dengan Kontaktor Magnet

(Pemindahan Kecepatan secara Langsung)

Page 52: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.11 Instalasi Motor Double Speed dengan Saklar Khusus

Page 53: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.12 Tes Instalasi

Page 54: Panduan Teori Instalasi Listrik

5.13 Skema Instalasi Mesin Frais

Page 55: Panduan Teori Instalasi Listrik

BAB VIMENCARI GANGGUAN (Trouble-Shooting)

6.1 Langkah-langkah Mencari Gangguan

Gunakanlah alat sederhana (testpen)

Dimulai dari sumber yang masuk,

berturut-turut pada tiap titik

sambungan di mana terdapat testpen

tidak menyala.

Atau mulai dari beban 1.

Dimanakah letak kesalahan jika pada

titik sambungan ini testpen masih

menyala?

Page 56: Panduan Teori Instalasi Listrik

6.2 Mencari Gangguan pada Rangkaian Instalasi Motor

Skema instalasi sangatlah penting

untuk melakukan pemeriksaan

terhadap rangkaian instalasi yang

mengalami gangguan.

Pemeriksaan dibedakan atas:

1. Arus utama yang menuju motor

(rangkaian daya).

2. Arus kemudi/kendali yang menuju

kumparan magnet (rangkaian

kontrol).

Pemeriksaan tegangan, cukup

menggunakan testpen.

Jika tegangan kontrol/kemudi rendah

(24 V) testpen tidak akan menyala,

sehingga perlu digunakan multimeter.

Mencari gangguan saluran kontrol /

kemudi.

Sekering arus utama dilepas.

Tekan tombol I dan II.

Jika tombol ditekan, kontaktor magnet

tidak bekerja, maka saluran itulah

yang harus diperiksa.

Pemeriksaan pada arus utama.

Kontaktor K1 atau K2 ditekan.

Jika salah satu yang ditekan, motor

tidak bekerja (mendengung), maka

saluran kontaktor itulah yang harus

diperiksa dan hubungan ke motor harus

dilepas.

Page 57: Panduan Teori Instalasi Listrik

6.3 Mencari Gangguan (Jika Rangkaian tidak Bekerja)

Gunakanlah alat sederhana (testpen).

Tombol ON ditekan, kontaktor magnet

tidak bekerja. Periksa berturut-turut

dari arus masuk titik 1 misalnya

sampai titik 8 testpen menyala,

sedangkan pada titik 9 tidak menyala,

maka kesalahan terletak pada

komponen antara titik 8-9.

Atau pemeriksaan dimulai dari

belakang (beban). Misalnya: dari titik 9

sampai pada titik 6 testpen tidak

menyala, sedangkan pada titik 5

testpen menyala, maka kesalahan

terletak pada komponen OFF.

Jika ON ditekan kontaktor magnet

tidak bekerja, pemeriksaan berturut-

turut dari titik 1…10 testpen menyala,

maka kesalahan terletak pada kabel

saluran nol (bukankah pada 'saluran

nol' testpen tidak harus menyala?).

Page 58: Panduan Teori Instalasi Listrik

DAFTAR PUSTAKA

1. Rangkaian Listrik, Seri Buku Schaum, Joseph A. Edminister, Penerbit

Erlangga, Edisi kedua.

2. Hukum Kirchhhoff, penuntun berencana 07, Siemens, Alois Koller.

3. Instalasi Listrik Arus Kuat 2, P.van.Harten, Penerbit Binacipta, 1995

4. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik, Soedjana Sapiie & Osamu Nishino,

Pradnya Paramita, cet. 6, 2000.

5. Ketrampilan Teknik Listrik Praktis, John B Robertson, Penerbit Yrama Widya,

cet.3, 1995.

6. Teknik Pengerjaan Listrik, Daryanto, Penerbit Bumi Aksara, cet.1, 2000.

7. Teknik Listrik Instalasi Penerangan, F Suryatmo, Penerbit Rineka Cipta, 1998.

8. Panduan Teori Instalasi Listrik, Polman Astra, Syahril Ardi, 2002.

9. Belajar Instalalasi Listrik, Dedi Rusmadi, Penerbit CV Pionir Jaya, Juli 2001.

10.Elektronik Industri, Frank D Petruzella, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2001.

11.Pemasangan Instalasi Listrik Dasar, Priyo Handoko, Penerbit kanisius, 2000.