Paresis Facialis.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    1/29

    Referat

    Oleh :

    Parese Nervus Fasialis

    Oleh :

    1. Rika Effendy 04120036

    2. Nola fitria 04120054

    3. Okta Prima 04120070

    4. Intan Vindalia D. 04120109

    5. Swesti Sari Suciati 04120135

    Konsulen Pembimbing :

    dr. Yan Edward, Sp.THT-KL

    BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

    RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

    2008

    KATA PENGANTAR

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    2/29

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

    hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul

    Parese Nervus Fasialis.

    Referat ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

    kepaniteraan klnik senior di Bagian Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas

    Kedokteran Universitas Andalas.

    Penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Yan Edward, SpTHT-KL

    selaku pembimbing referat. Penulisan referat ini jauh dari sempurna, oleh karena

    itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga

    referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Padang, 9 Desember 2008

    Penulis

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    3/29

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR........................................................................................ i

    DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii

    BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

    1.2 Batasan Masalah....................................................................... 2

    1.3 Metode Penulisan ..................................................................... 2

    1.4 Tujuan Penulisan....................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4

    2.1 Definisi...................................................................................... 4

    2.2 Anatomi dan Fisiologi Nervus Fasialis..................................... 4

    2.3 Etiologi ..................................................................................... 6

    2.4 Gejala dan Manifestasi Klinis................................................... 8

    2.5 Klasifikasi Parese Fasialis......................................................... 11

    2.6 Uji Diagnostik........................................................................... 11

    2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................ 18

    2.8 Penatalaksanaan........................................................................ 20

    2.9 Komplikasi................................................................................ 22

    BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 22

    3.1 Kesimpulan.................................................................................. 22

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    4/29

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 Bagan Saraf Fasialis................................................................................5

    Gambar 2 Nukleus Motorik Saraf Kranial...............................................................5

    Gambar 3 Persarafan Otot Wajah , Perasat Otot wajah disebabkan oleh lesi UMN

    dan LMN nervus VII.........................................................................................9

    Gambar 4 komponen serat saraf fasialis dan intermediet dan tanda-tanda

    kerusakan segmen individualnya....................................................................11

    Gambar 5 Ekspresi Wajah Penderita Parese Nervus Fasialis................................20

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    5/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kelumpuhan (parese) nervus fasialis merupakan kelumpuhan yang

    meliputi otot-otot wajah. Parese nervus fasialis dapat terjadi sentral dan perifer.

    Hal ini berhubungan dengan lokasi lesi jaras nervus fasialis dan dapat dibedakan

    dengan melihat gejala kelumpuhan yang timbul.1,2,3

    Nervus fasialis memiliki anatomi yang sangat komplek dan terdiri dari

    7000 serat masing-masing berfungsi membawa impuls listrik ke otot-otot wajah.

    Informasi yang disampaikan akan menimbulkan ekspresi fasial seperti tertawa,

    menangis, tersenyum dan berbagai ekspresi fasial lainnya. Nervus fasial tidak

    hanya membawa impuls ke otot-otot wajah tetapi juga ke glandula lakrimal,

    glandula saliva, dan ke otot dekat tulang pendengaran (stapes) serta

    menstransmisikan rasa dari bagian depan lidah. Oleh karena itu, bila terjadi

    kerusakan setengah atau lebih dari serat-serat saraf ini maka akan timbul gejala

    lumpuh atau paralysis pada wajah, kekeringan pada mata atau mulut, gangguan

    dalam pengecapan.4

    Parese nervus fasialis perifer merupakan kelemahan jenis motor neuron

    yang terjadi bila nucleus atau serabut distal nervus fasialis terganggu, yang

    menyebabkan kelemahan otot wajah. Parese nervus fasialis biasanya mengarahpada suatu lesi nervus fasialis ipsilateral atau dapat pula disebabkan lesi nucleus

    fasialis ipsilateral pada pons.3

    Foester melaporkan bahwa kerusakan nervus fasialis sebanyak 120 dari

    3907 kasus (3%) dari seluruh trauma kepala saat Perang Dunia I. Friedman dan

    Merit menemukan sekitar 7 dari 430 kasus trauma kepala. Adapun parese nervus

    fasialis yang tidak diketahui penyebabnya (Bells Palsy) sekitar 20-30 kasus per

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    6/29

    100.000 penduduk pertahun, sekitar 60-75% dari semua kasus merupakan

    paralysis nervus fasialis unilateral.3

    Insiden pada laki-laki dan perempuan sama, namun rata-rata muncul pada

    usia 40 tahun meskipun penyakit ini dapat timbul di semua umur. Insiden

    terendah adalah pada anak di bawah 10 tahun, meningkat pada umur di atas 70

    tahun. Frekuensi parese nervus fasialis kanan dan kiri sama. Kausa tumor

    merupakan hal yang jarang, hanya sekitar 5% dari semua kasus parese nervus

    fasialis.3

    Parese nervus fasialis memberikan dampak yang besar bagi kehidupan

    seseorang dimana pasien tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah

    sehingga tampak wajah pasien tidak simetris. Dalam menggerakkan otot ketika

    menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi akan tampak sekali wajah pasien

    tidak simetris. Hal ini menimbulkan suatu deformitas kosmetik dan fungsional

    yang berat.1

    Parese nervus fasialis merupakan suatu gejala penyakit, sehingga harus

    dicari penyebab dan ditentukan derajat kelumpuhannya dengan pemeriksaan

    tertentu guna menetukan terapi dan prognosisnya. Penyebabnya dapat berupa

    kelaian congenital, infeksi, trauma, tumor, idiopatik, dan penyakit-penyakit

    tertentu seperti DM, hipertensi berat, dan infeksi telinga tengah. Penanganan

    pasien dengan parese nervus fasialis secara dini, baik operatif maupun secara

    konservatif akan menentukan keberhasilann dalam pengobatan.1

    1.2. Batasan Masalah

    Referat ini membahas tentang etiologi, patogenesis, diagnosis, danpenatalaksanaan parese nervus fasialis.

    1.3. Metode Penulisan

    Metode yang dipakai dalam penulisan referat ini berupa tinjauan

    kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literature dan makalh ilmiah.

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    7/29

    1.4. Tujuan Penulisan

    Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman

    mengenai etiologi, patogenesis, diagnosis, dan penatalaksanan parese nervus

    fasialis.

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    8/29

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Kelumpuhan nervus fasialis ( N VII ) merupakan kelumpuhan otot-otot

    wajah dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga

    wajah pasien tidak simetris. Hal ini tampak sekali ketika pasien diminta untuk

    menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi.1

    2.2. Anatomi dan Fisiologi Nervus Fasialis

    Saraf fasialis mempunyai 2 subdivisi , yaitu:5,6

    1. Nervus fasialis yang sebenarnya: yaitu nervus fasialis yang murni untuk

    mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus

    bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.

    2. Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang lebih

    tipis yang membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen somatis.

    - Aferen otonom: mengantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga depan

    lidah. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah dihantar melalui

    saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum dan

    kemudian ke nukleus traktus solitarius.

    - Eferen otonom (parasimpatik eferen): datang dari nukleus salivatorius

    superior. Terletak di kaudal nukleus. Satu kelompok akson dari nukleus

    ini, berpisah dari saraf fasilalis pada tingkat ganglion genikulatum dan

    diperjalanannya akan bercabang dua yaitu ke glandula lakrimalis dan

    glandula mukosa nasal. Kelompok akson lain akan berjalan terus ke

    kaudal dan menyertai korda timpani serta saraf lingualis ke ganglion

    submandibularis. Dari sana, impuls berjalan ke glandula sublingualis dan

    submandibularis, dimana impuls merangsang salivasi.

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    9/29

    - Aferen somatik: rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari

    sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus.

    Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf atau tumpang

    tindih) ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna, dan

    bagian luar membran timpani.

    Inti motorik nervus VII terletak di pons. Serabutnya mengitari nervus VI,

    dan keluar di bagian lateral pons. Nervus intermedius keluar di permukaan lateral

    pons di antara nervus VII dan nervus VIII. Ketiga nervus ini bersama-sama

    memasuki meatus akustikus internus. (lihat gambar 2) Di dalam meatus ini, saraf

    fasialis dan intermediet berpisah dari saraf VIII dan terus ke lateral dalam kanalis

    fasialis, kemudian ke atas ke tingkat ganglion genikulatum. Pada ujung akhir

    kanalis , saraf fasialis meninggalkan kranium melalui foramen stilomastoideus.

    Dari titik ini, serat motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan

    penyebaran itu, beberapa melubangi glandula parotis.5,6

    Sewaktu meninggalkan pons, nervus fasialis beserta nervus intermedius

    dan nervus VIII masuk ke dalam tulang temporal melalui porus akustikus

    internus. Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, nervus VII dibagi dalam 3segmen, yaitu segmen labirin, segman timpani dan segmen mastoid.1

    Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion

    genikulatum . panjang segmen ini 2-4 milimeter.1

    Segmen timpani (segmen vertikal), terletak di antara bagian distal ganglion

    genikulatum dan berjalan ke arah posterior telinga tengah , kemudian naik ke arah

    tingkap lonjong (venestra ovalis) dan stapes, lalu turun kemudian terletak sejajar

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    10/29

    dengan kanal semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12

    milimeter.1

    Segmen mastoid ( segmen vertikal) mulai dari dinding medial dan superior

    kavum timpani . perubahan posisi dari segman timpani menjadi segmen mastoid,

    disebut segman piramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling

    posterior dari nervus VII, sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi.

    Selanjutnya segmen ini berjalan ke arah kaudal menuju segmen stilomaoid .

    panjang segmen ini 15-20 milimeter.1

    Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan

    yang mengarahkan gerakan ekspresi emosional pada otot-otot wajah. Juga ada

    hubungan dengan gangglion basalis. Jika bagian ini atau bagian lain dari sistem

    piramidal menderita penyakit penyakit, mungkin terdapat penurunan atau

    hilangnya ekspresi wajah (hipomimia atau amimi).6

    2.3.Etiologi

    Penyebab kelumpuhan nervus fasialis bisa disebabkan oleh kelainan

    congenital, infeksi, tumor, trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan

    penyakit-penyakit tertentu.1,3

    1. Kongenital

    Kelumpuhan yang didapat sejak lahir ( congenital ) bersifat irreversible

    dan terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang

    pendengaran.1 Pada parese nervus fasialis bilateral dapat terjadi karena

    adanya gangguan perkembangan nervus fasialis dan seringkali bersamaan

    dengan kelemahan okular (sindrom Moibeus).3

    2. Infeksi

    Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat

    menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis. Infeksi intracranial yang

    menyebabkan kelumpuhan ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes

    otikus. Infeksi Telinga tengah yang dapat menimbulkan parese nervus

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    11/29

    fasialis adalah otitis media supuratif kronik ( OMSK ) yang telah merusak

    Kanal Fallopi.1

    3. Tumor

    Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal merupakan penyebab yang

    paling sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru,

    dan prostat. Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor

    regional dan sel schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari

    kelenjar parotis bisa menginvasi cabang akhir dari nervus fasialis yang

    berdampak sebagai bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus

    yang sangat jarang, karena pelebaran aneurisma arteri karotis dapatmengganggu fungsi motorik nervus fasialis secara ipsilateral.2

    4. Trauma

    Parese nervus fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika

    terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal.

    Selain itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga

    bisa menjadi penyebab. Nervus fasialis pun dapat cedera pada operasi

    mastoid, operasi neuroma akustik/neuralgia trigeminal dan operasi

    kelenjar parotis.2

    5. Gangguan Pembuluh Darah

    Gangguan pembuluh darah yang dapat menyebabkan parese nervus fasialis

    diantaranya thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri serebri

    media.1

    6. Idiopatik (Bells Palsy )

    Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui

    penyebabnya atau tidak menyertai penyakit lain.Pada parese Bell terjadi

    edema nervus fasialis. Karena terjepit di dalam foramen stilomastoideus

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    12/29

    dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai Bells

    Palsy.3

    7. Penyakti-penyakit tertentu

    Parese fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu,

    misalnya DM, hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi,

    infeksi telinga tengah, sindrom Guillian Barre.3

    2.4. Gejala dan Manifestasi Klinis

    Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu,terdapat perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf VII jenis sentral dan perifer.

    Pada gangguan sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan dari 2

    sisi, tidak lumpuh ; yang lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan

    N VII jenis perifer (gangguan berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot

    sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga termasuk cabang saraf yang mengurus

    pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama N. Fasialis.5

    Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat

    persarafan dari korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah

    bagian atas mendapat persarafan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral)

    (gambar 3). Karenanya kerusakan sesisi pada upper motor neuron dari nervus VII

    (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik) akan mengakibatkan

    kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian atasnya tidak.

    Penderitanya masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi dan menutup mata

    (persarafan bilateral) ; tetapi pasien kurang dapat mengangkat sudut mulut

    (menyeringai, memperlihatkan gigi geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh.

    Kontraksi involunter masih dapat terjadi, bila penderita tertawa secara spontan,

    maka sudut mulut dapat terangkat.5

    Pada lesi motor neuron, semua gerakan otot wajah, baik yang volunter

    maupun yang involunter, lumpuh. Lesi supranuklir (upper motor neuron) nervus

    VII sering merupakan bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    13/29

    dan lesi-butuh-ruang (space occupying lesion) yang mengenai korteks motorik,

    kapsula interna, talamus, mesensefalon dan pons di atas inti nervus VII. Dalam

    hal demikian pengecapan dan salivasi tidak terganggu. Kelumpuhan nervus VII

    supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis pseudobulber. 5

    Gejala dan tanda klinik yang berhubungan dengan lokasi lesi . (Lihat gambar 4) 3,6

    1. Lesi di luar foramen stilomastoideus

    Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi

    dan gusi. Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak

    ditutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus.

    2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    14/29

    Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya

    ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang

    terkena berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan

    terlibatnya nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di antara pons

    dan titik dimana korda timpani bergabung dengan nervus fasialis di kanalis

    fasialis.

    3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus

    stapedius)

    Gejala dan tanda klinik seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis.

    4. Lesi ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)

    Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di

    belakang dan didalam liang telinga, dan kegagalan lakrimal. Kasus seperti

    ini dapat terjadi pascaherpes di membrana timpani dan konka. Sindrom

    Ramsay-Hunt adalah parese fasialis perifer yang berhubungan dengan

    herpes zoster di ganglion genikulatum. Tanda-tandanya adalah herpes zoster

    otikus , dengan nyeri dan pembentukan vesikel dalam kanalis auditorius dan

    dibelakang aurikel (saraf aurikularis posterior), terjadi tinitus, kegagalan

    pendengaran, gangguan pengecapan, pengeluaran air mata dan salivasi.

    5. Lesi di meatus akustikus internus

    Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli akibat

    terlibatnya nervus akustikus.

    6. Lesi ditempat keluarnya nervus fasialis dari pons.

    Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda

    terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus dan kadang kadang juga

    nervus abdusen, nervus aksesorius dan nervus hipoglossus.

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    15/29

    2.5. Klasifikasi Parese Fasialis

    Gambaran dari disfungsi motorik fasial ini sangat luas dan karakteristik

    dari parese ini sangat sulit. Beberapa sistem telah usulkan tetapi semenjak

    pertengahan 1980. Sistem house-Brackmann yang selalu atau sangat dianjurkan .

    pada klasifikasi ini grade 1 merupakan fungsi yang normal dan grade 6

    merupakan parese yang komplit. Pertengahan grade ini sistem berbeda

    penyesuaian dari fungsi ini pada istirahat dan dengan kegiatan. Ini diringkas

    dalam tabel:7

    Grade Penjelasan Karakteristik I Normal Fungsi fasial normal

    II Disfungsi

    ringan

    Kelemahan yang sedikit yang terlihat pada inspeksi

    dekat, bisa ada sedikit sinkinesis.

    Pada istirahat simetri dan selaras.

    Pergerakan dahi sedang sampai baik

    Menutup mata dengan usaha yang minimal

    Terdapat sedikit asimetris pada mulut jika

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    16/29

    melakukan pergerakan

    III Disfungsi

    sedang

    Terlihat tapi tidak tampak adanya perbedaan antara

    kedua sisi

    Adanya sinkinesis ringan

    Dapat ditemukam spasme atau kontraktur

    hemifasial

    Pada istirahat simetris dan selaras

    Pergerakan dahi ringan sampai sedang

    Menutup mata dengan usaha

    Mulut sedikit lemah dengan pergerakan yang

    maksimum

    IV Disfungsi

    sedang berat

    Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan

    asimetri

    Kemampuan menggerakkan dahi tidak ada

    Tidak dapat menutup mata dengan sempurna

    Mulut tampak asimetris dan sulit digerakkan.

    V Disfungsi berat Wajah tampak asimetris

    Pergerakan wajah tidak ada dan sulit dinilai

    Dahi tidak dapat digerakkan

    Tidak dapat menutup mata

    Mulut tidak simetris dan sulit digerakkan

    VI Total parese Tidak ada pergerakkan

    2.5. Uji Diagnostik

    Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan fungsi nervus

    fasialis. Tujuan pemeriksaan fungsi nervus fasialis adalah untuk menentukan letak

    lesi dan menentukan derajat kelumpuhannya.1

    1. Pemeriksaan fungsi saraf motorik

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    17/29

    Terdapat 10 otot-otot utama wajah yang bertanggung jawab untuk

    terciptanya mimic dan ekspresi wajah seseorang. Adapun urutan ke-10

    otot-otot tersebut dari sisi superior adalah sebagai berikut :

    a. M. Frontalis : diperiksa dengan cara mengangkat

    alis ke atas.

    b. M. Sourcilier : diperiksa dengan cara mengerutkan

    alis

    c. M. Piramidalis : diperiksa dengan cara mengangkat

    dan mengerutkan hidung ke atas

    d. M. Orbikularis Okuli : diperiksa dengan cara memejamkan

    kedua mata kuat-kuat

    e. M. Zigomatikus : diperiksa dengan cara tertawa lebar

    sambil memperlihatkan gigi

    f. M. Relever Komunis : diperiksa dengan cara

    memoncongkan mulut kedepan

    sambil memperlihatkan gigi

    g. M. Businator : diperiksa dengan cara

    menggembungkan kedua pipi

    h. M. Orbikularis Oris : diperiksa dengan cara menyuruh

    penderita bersiul

    i. M. Triangularis : diperiksa dengan cara menarik kedua

    sudut bibir ke bawah

    j. M. Mentalis : diperiksa dengan cara

    memoncongkan mulut yang tertutup

    rapat ke depan

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    18/29

    Pada tiap gerakan dari ke 10 otot tersebut, kita bandingkan antara kanan

    dan kiri :

    a. Untuk gerakan yang normal dan simetris dinilai dengan angka tiga

    ( 3 )

    b. Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka satu ( 1 )

    c. Diantaranya dinilai dengan angka dua ( 2 )

    d. Tidak ada gerakan sama sekali dinilai dengan angka nol ( 0 )

    Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan

    mempunyai nilai tiga puluh ( 30 ).1

    2. Tonus

    Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot

    menentukan terhadap kesempurnaan mimic / ekspresi muka. Freyss

    menganggap penting akan fungsi tonus sehingga mengadakan penilaian

    pada setiap tingkatan kelompok otot muka, bukan pada setiap otot.

    Cawthorne mengemukakan bahwa tonus yang jelek memberikan

    gambaran prognosis yang jelek. Penilaian tonus seluruhnya berjumlah

    lima belas (15) yaitu seluruhnya terdapat lima tingkatan dikalikan tiga

    untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat hipotonus maka nilai tersebut

    dikurangi satu (-1) sampai minus dua (-2) pada setiap tingkatan

    tergantung dari gradasinya.1

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    19/29

    3. Gustometri

    Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh n.

    Korda timpani, salah satu cabang nervus fasialis.1 Kerusakan pada N

    VII sebelum percabangan korda timpani dapat menyebabkan ageusi

    (hilangnya pengecapan).2

    Pemeriksaan dilakukan dengan cara penderita disuruhmenjulurkan lidah, kemudian pemeriksa menaruh bubuk gula, kina,

    asam sitrat atau garam pada lidah penderita. Hali ini dilakukan secara

    bergiliran dan diselingi istirahat. Bila bubuk ditaruh, penderita tidak

    boleh menarik lidahnya ke dalam mulut, sebab bubuk akan tersebar

    melalui ludah ke sisis lidah lainnya atau ke bagian belakang lidah yang

    persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita disuruh untuk

    menyatakan pengecapan yang dirasakannya dengan isyarat, misalnya 1

    untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3 untuk rasa asin, dan 4 untuk

    rasa asam.2

    Pada pemeriksaan fungsi korda timpani adalah perbedaan

    ambang rangsang antara kanan dan kiri. Freyss menetapkan bahwa

    beda 50% antara kedua sisi adalah patologis.1

    4. Salivasi

    Pemeriksaan uji salivasi dapat dilakukan dengan melakukan

    kanulasi kelenjar submandibularis. Caranya dengan menyelipkan

    tabung polietilen no 50 kedalam duktus Wharton. Sepotong kapas yang

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    20/29

    telah dicelupkan kedalam jus lemon ditempatkan dalam mulut dan

    pemeriksa harus melihat aliran ludah pada kedua tabung. Volume

    dapat dibandingkan dalam 1 menit. Berkurangnya aliran ludah sebesar

    25 % dianggap abnormal. Gangguan yang sama dapat terjadi pada jalur

    ini dan juga pengecapan, karena keduanya ditransmisi oleh saraf korda

    timpani.2

    5. Schimer Test atau Naso-Lacrymal Reflex

    Dianggap sebagai pemeriksaan terbaik untuk pemeriksaan

    fungsi serabut-serabut pada simpatis dari nervus fasialis yang

    disalurkan melalui nervus petrosus superfisialis mayor setinggi

    ganglion genikulatum. Kerusakan pada atau di atas nervus petrosus

    mayor dapat menyebabkan berkurangnya produksi air mata.1,2

    Tes Schimer dilakukan untuk menilai fungsi lakrimasi dari mata.

    Cara pemeriksaan dengan meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar

    0,5 cm panjang 5-10 cm pada dasar konjungtiva. Setelah tiga menit,

    panjang dari bagian strip yang menjadi basah dibandingkan dengan sisi

    satunya. Freys menyatakan bahwa kalau ada beda kanan dan kiri lebih

    atau sama dengan 50% dianggap patologis.1,2

    6. Refleks Stapedius

    Untuk menilai reflex stapedius digunakan elektoakustik

    impedans meter, yaitu dengan cara memberikan ransangan pada

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    21/29

    muskulus stapedius yang bertujuan untuk mengetahui fungsi N.

    stapedius cabang N.VII.

    7. Uji audiologik

    Setiap pasien yang menderita paralisis nervus fasialis perlu

    menjalani pemeriksaan audiogram lengkap. Pengujian termasuk

    hantaran udara dan hantaran tulang, timpanometri dan reflex stapes.

    Fungsi saraf cranial kedelapan dapat dinilai dengan menggunakan uji

    respon auditorik yang dibangkitkan dari batang otak. Uji ini bermanfaat

    dalam mendeteksi patologi kanalis akustikus internus. Suatu tuli

    konduktif dapat memberikan kesan suatu kelainan dalam telinga tengah,

    dan dengan memandang syaraf fasialis yang terpapar pada daerah ini,

    perlu dipertimbangkan suatu sumber infeksi. Jika terjadi parese saraf

    ketujuh pada waktu otitis media akut, maka mungkin gangguan saraf

    pada telinga tengah. Pengujian reflek dapat dilakukan pada telinga

    ipsilateral atau kontralateral dengan menggunakan suatu nada yang

    keras, yang akan membangkitkan respon suatu gerakan reflek dari otot

    stapedius. Gerakan ini mengubah tegangan membrane timpani dan

    menyebabkan perubahan impedansi rantai osikular. Jika nada tersebut

    diperdengarkan pada belahan telinga yang normal, dan reflek ini pada

    perangsangan kedua telinga mengesankan suatu kelainan pada bagian

    aferen saraf kranialis.2

    8. Sinkinesis

    Sinkinesis menetukan suatu komplikasi dari parese nervus

    fasialis yang sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya

    sinkinesis adalah sebagai berikut :1

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    22/29

    a. Penderita diminta untuk memenjamkan mata kuat-kuat kemudian

    kita melihat pergerakan otot-otot pada daerah sudut bibir atas.

    Kalau pergerakan normal pada kedua sisi dinilai dengan angka dua

    (2). Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih (hiper) dibandingkan

    dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau dua (-2),

    tergantung dari gradasinya.

    b. Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi,

    kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah.

    Penilaian seperti pada (a).

    c. Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara

    (gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot sekitar

    mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol (0) kalau

    pergerakan tidak simetris.

    9. Hemispasme

    Hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai

    pada penyembuhan parese fasialis yang berat. Diperiksa dengan cara

    penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti

    mengedip-ngedipkan mata berulang-ulang maka bibir akan jelas

    tampak gerakan otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata

    bawah. Pada penderita yang berat kadang-kadang otot-otot platisma di

    daerah leher juga ikut bergerak. Untuk setiap gerakan hemispasme

    dinilai dengan angka (-1).1

    Fungsi motorik otot-otot tiap sisi wajah orang normal

    seluruhnya berjumlah lima puluh (50) atau 100%. Gradasi paresis

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    23/29

    fasialis dibandingkan dengan nilai tersebut dikalikan dua untuk

    persentasenya.1

    2.6. Pemeriksaan Penunjang

    Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui

    parese nervus fasialis adalah dengan uji fungsi saraf. Terdapat beberapa uji fungsi

    saraf yang tersedia antara lain Elektromigrafi (EMG), Elektroneuronografi

    (ENOG), dan uji stimulasi maksimal.2

    1. Elektromiografi (EMG)

    EMG sering kali dilakukan oleh bagian neurologi. Pemeriksaan ini

    bermanfaat untuk menentukan perjalanan respons reinervasi pasien.

    Pola EMG dapat diklasifikasikan sebagai respon normal, pola

    denervasi, pola fibrilasi, atau suatu pola yang kacau yang

    mengesankan suatu miopati atau neuropati. Namun, nilai suatu EMG

    sangat terbatas kurang dari 21 hari setelah paralisis akut. Sebelum 21

    hari, jika wajah tidak bergerak, EMG akan memperlihatkan potensial

    denervasi. Potensial fibrilasi merupakan suatu tanda positif yang

    menunjukkan kepulihan sebagian serabut. Potensial ini terlihat

    sebelum 21 hari.2

    2. Elektroneuronografi (ENOG)

    ENOG memberi informasi lebih awal dibandingkan dengan EMG.

    ENOG melakukan stimulasi pada satu titik dan pengukuran EMG

    pada satu titik yang lebih distal dari saraf. Kecepatan hantaran saraf

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    24/29

    dapat diperhitungkan. Bila terdapat reduksi 90% pada ENOG bila

    dibandingkan dengan sisi lainnya dalam sepuluh hari, maka

    kemungkinan sembuh juga berkurang secara bermakna. Fisch Eselin

    melaporkan bahwa suatu penurunan sebesar 25 persen berakibat

    penyembuhan tidak lengkap pada 88 persen pasien mereka, sementara

    77 persen pasien yang mampu mempertahankan respons di atas angka

    tersebut mengalami penyembuhan normal saraf fasialis.2

    3. Uji Stimulasi Maksimal

    Uji stimulasi merupakan suatu uji dengan meletakkan sonde

    ditekankan pada wajah di daerah saraf fasialis. Arus kemudian

    dinaikkan perlahan-lahan hingga 5 ma, atau sampai pasien merasa

    tidak nyaman. Dahi, alis, daerah periorbital, pipi, ala nasi, dan bibir

    bawah diuji dengan menyapukan elektroda secara perlahan. Tiap

    gerakan di daerah-daerah ini menunjukkan suatu respons normal.

    Perbedaan respons yang kecil antara sisi yang normal dengan sisi yang

    lumpuh dianggap sebagai suatu tanda kesembuhan. Penurunan yang

    nyata adalah apabila terjadi kedutan pada sisi yang lumpuh dengan

    besar arus hanya 25 persen dari arus yang digunakan pada sisi yang

    normal. Bila dibandingkan setelah 10 hari, 92 persen penderita Bells

    Palsy kembali dapat melakukan beberapa fungsi. Bila respon elektris

    hilang, maka 100 persen akan mengalami pemulihan fungsi yang tidak

    lengkap. Statistik menganjurkan bahwa bentuk pengujian yang palingdapat diandalkan adalah uji fungsi saraf secara langsung.2

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    25/29

    Gambar 5. Dikutip dari Eur Arch Otorhinolaryngol (2008) 265:743

    752

    2.7. Penatalaksanaan

    Pengobatan terhadap parese nervus VII dapat dikelompokkan dalam 3 bagian : 1,2,8

    1. Pengobatan terhadap parese nervus fasialis

    A. Fisioterapi

    1. Heat Theraphy, Face Massage, Facial Excercise

    Basahkan handuk dengan air panas, setelah itu handuk diperas dan

    diletakkan dimuka hingga handuk mendingin. Kemudian pasien

    diminta untuk memasase otot-otot wajah yang lumpuh terutama

    daerah sekitar mata, mulut dan daerah tengah wajah.Masase

    dilakukan dengan menggunakan krim wajah dan idealnya juga

    dengan menggunakan alat penggetar listrik. Setelah itu pasien

    diminta untuk berdiri didepan cermin dan melakukan beberapa

    latihan wajah seperti mengangkat alis mata, memejamkan kedua

    mata kuat-kuat, mengangkat dan mengerutkan hidung, bersiul,

    menggembungkan pipi dan menyeringai.3,8Kegiatan ini dilakukan

    selama 5 menit 2 kali sehari.3

    2. Electrical Stimulation

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    26/29

    Stimulasi energi listrik dengan aliran galvanic berenergi lemah.2

    Tindakan ini bertujuan untuk memicu kontraksi buatan pada otot-

    otot yang lumpuh dan juga berfungsi untuk mempertahankan aliran

    darah serta tonus otot.8

    B. Farmakologi

    Obat-obatan yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan parese

    nervus fasialis antara lain8:

    1. Asam Nikotinik

    Pada parese nervus fasialis yang dikarenakan iskemiaAsam

    nikotinik dan obat-obatan yang bekerja menghambat ganglion

    simpatik servikal digunakan untuk memicu vasodilatasi sehingga

    dapat meningkatkan suplai darah ke nervus fasialis.

    2. Vasokonstriktor, Antimikroba

    Obat ini diberikan pada kelumpuhan nervus fasialis yang

    disebabkan oleh kompresi nervus fasialis pada kanal falopi. Obat

    ini bekerja mengurangi bendungan , pembengkakkan, dan inflamasi

    pada keadaan diatas.

    3. Steroid

    Obat ini diberikan untuk mengurangi proses inflamasi yang

    menyebabkanBells Palsy.

    4. Sodium Kromoglikat

    Diberikan pada parese nervus fasialis jika dipikirkan adanya reaksi

    alergi.

    5. Antivirus

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    27/29

    Baru-baru ini antivirus diberikan dengan atau tanpa penggunaan

    prednisone secara simultan.

    C. Pengobatan Psikofisikal

    Akupuntur, biofeedback, dan electromyographic feedback

    dilaporkan dapat membantu pentembuhanBells Palsy.8

    2. Pengobatan Sekuele ( Gejala Sisa )

    Pengobatan terhadap gejala sisa yang dapat dilakukan antara lain 8:

    A. Depresi

    Pasien dengan parese nervus fasialis memiliki ketakutan bahwa

    mereka memiliki penyakit yang mengancam jiwa ataupun penyakit

    yang melibatkan pembuluh darah otak. Konseling dan terapi

    kelompok yang melibatkan penderita dengan usia yang sama terbukti

    efektif untuk mengatasi depresi tersebut.

    B. Nyeri

    Sebagian pasien dengan Bells Palsy dan hampir seluruh pasien

    dengan Herpes Zooster Cephalic merasakan nyeri. Nyeri ini dapat

    diatasi dengan analgesic non-narkotik. Dapat diberikan steroid dengan

    dosis awal 1 mg/ kg BB/ hari dan tapering off setelah 10 hari

    penggunaan.

    C. Perawatan Mata

    Secara umum, Perawatan mata ditujukan untuk menjaga kelembaban

    mata agar tidak terjadi keratitis dan kerusakan kornea. Pasien diminta

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    28/29

    untuk meengedipkan mata 2 sampai 4 kali permenit disamping

    penggunaan obat tetes mata.

    3. Indikasi Untuk Operasi

    Pada kasus dengan gangguan hantaran berat atau sudah terjadi denervasi

    total, tindakan operatif segera harus dilakukan dengan teknik dekompresi

    nervus fasialis transmastoid.1

    2.8. Komplikasi

    Setelah kelumpuhan fasial perifer, regenerasi saraf yang rusak, terutama

    serat otonom dapat sebagian atau pada arah yang salah. Serat yang terlindung

    mungkin memberikan akson baru yang tumbuh ke dalam bagian yang rusak.

    Persarafan baru yang abnormal ini, dapat menjelaskan kontraktur atau sinkinesis

    (gerakan yang berhubungan) dalam otot-otot mimik wajah6.

    Sindrom air mata buaya (refleks gastrolakrimalis paradoksikal) tampaknya

    didasarkan oleh persarafan baru yang salah. Di perkirakan bahwa serat sekretoris

    untuk kelenjar air liur tumbuh ke dalam selubung Schwann dari serat yang cedera

    yang berdegenerasi dan pada asalnya serat tersebut bertanggung jawab untuk

    glandula lakrimalis6.

  • 7/27/2019 Paresis Facialis.doc

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis

    Perifer. In : Soepardi EA, Iskandar N editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

    Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit

    FK-UI, 2007.

    2. Maisel R, Levine S, 1997. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam Boies Buku

    Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta : EGC.

    3. K.J.Lee. Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery. IIIrd

    Edition, Chapter 10 : Facial Nerve Paralysis.2006.

    4. Facial Nerve Anatomy : Diakses dari

    http/facialparalysisinstitute.com.Oktober2008

    5. SM. Lumbotobing. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental.

    Jakarta : Balai Penerbit FK-UI,2006.

    6. Peter Duus. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.

    Jakarta : Balai Pustaka.1996.

    7. John YS Kim. Facial Nerve Paralysis. Diakses dari

    www.emedicine.com/plastic/topic522.htm.20 November 2008

    8. May, Mark and Barry M. Schaizkin. The Facial Nerve. New York :

    Thieme. 2000.

    http://www.emedicine.com.oktober/http://www.emedicine.com/plastic/topic522.htm.20%20November%202008http://www.emedicine.com.oktober/http://www.emedicine.com/plastic/topic522.htm.20%20November%202008