24
Alifah Diendhia 1102011021 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Saluran Nafas Atas Anatomi Makroskopik Saluran Napas Atas Saluran napas atas terdiri dari hidung, faring dan laring.

PBL 1 RESPI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl

Citation preview

Alifah Diendhia1102011021

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Saluran Nafas Atas

Anatomi Makroskopik Saluran Napas Atas

Saluran napas atas terdiri dari hidung, faring dan laring.

1. HidungTerdiri dari 2 rongga, kanan dan kiri yang dibatasi oleh sekat/septum mediana. Bagian yang lebar disebut vestibulum dan bagian yang kecil di bagian belakang disebut respirasi. Epitel vestibulum nasi : epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat rambut. Epitel respirasi berupa epitel bertingkat torak, bersilia, bersel goblet.Ada 3 tonjolan di dalam hidung yaitu :1. Konka Nasalis Superior.1. Konka Nasalis Media.1. Konka Nasalis Inferior terdapat pleksus pembuluh darah.

Alat penghidu :1. Reseptor Mukosa Olfaktoria.1. Epitel bertingkat torak tanpa sel goblet, Ada 3 sel : sel penyokong, sel basal, sel olfaktorius.Rongga hidung dihubungkan dengan rongga tengkorak melalui sinus paranasal yang terdiri : 1. sinus maksilaris 1. sinus frontalis 1. sinus etmoidalis 1. sinus sphenoidalis1. 1. Faring

Faring merupakan suatu tempat diantara rongga mulut dan esofagus. Bagian bawah faring berfungsi sebagai saluran udara dan makanan.Faring terbagi menjadi 3 yaitu :1. Nasofaring1. Orofaring1. Laringofaring

1. LaringMerupakan saluran yang menghubungkan faring dengan trakea. Peranan penting dalam pembentukkan suara. Terdiri dari tulang rawan hialin dan tulang rawan elastin. Terdapat pita suara. Epitel berlapis gepeng tanpa zat tanduk, bila berhadapan dengan organ lidah. Epitel respirasi bila berhadapan dengan faring.

Anatomi Mikroskopis Saluran Pernafasan Atas

Rongga hidung

Vestibulum: bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Di sekitar permukaan dalam nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.

Fosa nasalis (Cavum Nasi): dari masing-masing dinding lateral terdapat concha. Concha media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi sedangkan concha superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Di dalam lamina propria concha terdapat plexus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies).

Mukosa Olfaktorius

Epitel respiratoris yang melapisi cavum nasi adalah epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel goblet. Epitel olfaktoris dikhususkan sebagai reseptor penghidu yang epitelnya bertingkat silindris tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktoris dijumpai pada atap setiap cavum nasi, pada masing-masing sisi septum dan pada concha nasal superior.

Epitel Olfaktorius adalah epitel bertingkat silindris tinggi ,terdiri atas tiga jenis sel berbeda :

Sel Penyokong :sel sustentakular (3)itu panjang dengan inti lonjongnya yang terletak lenih ke apikalatau superficial pada epitel.permukaan apeksnya yang lebar mengandung mikrivili halus yang menonjol ke dalam lapisan mucus permukaan(2);bagian basal sel-sel ini lebih langsing.

Sel Olfaktoris : adalah neuron bipolar sensoris(4).inti bulat atau lonjongnya menempati daerah pada epitel yang terletak diantara inti sel penyokong(3)dan sel basal(5).Apeks olfaktorius itu langsing selalu mengarah ke permukaan epitel.Memancar dari apeks ini adalah silia olfaktoris non-motil dan panjang yang terletakparalel tarhadap permukaan epitel dalam mucus diata epitel(2);silia ini berfungsi sebagai reseptor untuk bau.terjulur keluar dari basis selyang langsing terhadap akson yang masukkedalam jaringan ikat lamina propria di bawahnya(6),tempat mereka bergabung dalam berkas-berkas kecil nervus olfaktorius tanpa myelin,yaitu fila olfaktoria(14).saraf ini akhirnya keluar dari cavum nasidan berjalan ke dalam bulbus olfaktorius otak.

Sel Basal(5) : sel kecil pendek terletak di basis epiteldan diantara basis sel-sel penyokong dan sel olfaktoris.

LaringDaerah yang dimulai dari adytus laryngis sampai batas bawah cartilago krikoid. Laring juga menghubungkan faring dan trakhea.Di dalam lamina propria terdapat sejumlah tulang rawan laring. Tulang rawan lebih besar (thyroid, krikoid dan kebanyakan arytenoid) merupakan tulang rawan hialin. Tulang rawan lebih kecil (epiglotis, kuneiform, kornikulatum, ujung aritenoid) merupakan tulang rawan elastin.

FaringEpitel yang membatasi nasofaring merupakan epitel bertingkat silindris bersilia atau epitel berlapis gepeng yang mengalami pergesekan yaitu tepi belakang pallatum molle dan dinding belakang faring tempat kedua permukaan tersebut mengalami kontak langsung sewaktu menelan

Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Saluran Pernafasan Atas Proses Sistem Pernapasan/Respirasi Pada Manusia

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilanoksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusiadalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida kelingkungan.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.1. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-seltubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukandengan dua cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada1. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut1. Tulang rusuk terangkat ke atas1. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehinggaudara masuk ke dalam badan.1. Respirasi / Pernapasan Perut1. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi1. Diafragma datar1. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dadamengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaantubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kalidan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus,hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar keciltekanan udara.Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter airraksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebihsebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida /CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuandarah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO21. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO21. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O21. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Mekanisme Pernafasan

Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan yang tergantung pada:1.Tekanan intar-pleural

Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih tekananatmosfir( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasidiafrgamaberkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekananintar pleuraldanintar alveolarturun dibawah tekananatmosfirsehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatasatmosfirsehingga udara mengalir keluar.2.Compliance

Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagaicopliance.

Ada dua bentuk compliance:-Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas( airway pressure)sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O-Effective Compliance:(tidal volume/peak pressure)selama fase pernafasan. Normal: 50 ml/cm H2OCompliancedapat menurun karena:-Pulmonary stiffes: atelektasis,pneumonia, edemaparu,fibrosisparu-Space occupying prosess:effuse pleura, pneumothorak-Chestwall undistensibility:kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomenPenurunancomplianceakan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.3.Airway resistance(tahanan saluran nafas)

Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi Definisi

Rinitis alergi adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.

Klasifikasi

Ada 2 jenis rhinitis alergika:1. Rhinitis alergika perennial 1. Rhinitis alergika seasonal

Rhinitis Alergika Perennial 1. Alergi terjadi sepanjang tahun 1. Alergen yang memicu terutama debu, bulu binatang, tungau, bau bahan-bahan kimia. Alergen ini ditemui sepanjang tahun

Rhinitis Alergika Seasonal 1. Alergi terjadi pada musim-musim tertentu 1. Alergen berupa serbuk sari bunga, kayu, rumput dll

Berdasarkan frekuensi serangan, WHO Initiative Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma 2000 membagi rinitis alergi menjadi 2 jenis :1. Yaitu intermiten, bila gejala 4 minggu.

EtiologiEtiologi dari penyakit ini adalah adanya paparan dari alergen tertentu. Berdasar cara masuknya alergen dapat dibagi menjadi alergen inhalan (debu rumah tangga, serpihan epitel kulit binatang,dll), aleren ingestan (susu sapi, telur, coklat, kepiting, udang, kacang-kacangan, dll.), alergen injektan (penisilin, sengatan lebah, dll), dan alergen kontaktan (bahan kosmetik, perhiasan, dll). PatogenesisPajanan terhadap alergen pada orang atipik menyebabkan produksi IgE dan infiltrasi mukosa hidung oleh sel-sel inflamasi. Reaksi klinis pada paparan ulang dengan alergen disebut sebagai fase respon awal dan fase respon alergi akhir. Pelekatan IgE pada permukaan sel mast oleh alergen menginisiasi respon awal, yang dikarakterisasikan dengan terjadinya degranulasi sel mast dan pengeluaran mediator inflamasi, seperti histamin, prostaglandin E2, dan leukotrien sisteinil.Target di mukosa hidung adalah kelenjar mukus, saraf, pembuluh darah dan sinus vena. Respon akhir terjadi setelah 4-8 jam terpapar oleh alergen dan disertai dengan infiltrasi sel T yang mensekresi sitokin dan eosinofil dengan sekresi protein, protein dengan sifat kation dan leukotrien yang dapat menyebabkan kerusakan epitel. Hal ini akan menimbulkan gejala klinis dan histologi yang nyata pada alergi yang kronik. Manifestasi klinis

Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :

1. Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin. 1. Rinore. Ingus yang keluar. 1. Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak. 1. Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi). 1. Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung. 1. Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal1. Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung

Diagnosis Anamnesis Pada anamnesis umumnya ditanyakan hal-hal seperti berikut :1. Kapan gejala timbul dan apakah mulainya mendadak atau berangsur. Umur permulaan timbulnya gejala dapan menuntun kita untuk membedakan apakah kondisi tersebut diperantarai IgE atau tidak. Sebagai contoh, lebih dari 90% pasien dengan gejala rinitis yang mucul sebelum umur 10 tahun menunjukkan tes kulit yang positif, sedangkan pada pasien yang gejalanya timbul setelah 40 tahun kurang dari 40% yang menunjukkan sensitivitas terhadap alergen.1. Karakter, lama. Frequensi dan beratnya gejala. Utrikaria akut lebih mungkin disebabkan oleh alergen dibandingkan untikaria yang kronik. Frequensi dan beratnya gejala diperlukan untuk menentukan apakah diperlukan untuk menentukan apakah diperlukan pengobatan terus menerus atau hanya saat timbulnya gejala.1. Saat timbulnya gejala. Apakah keluhan paling hebat di waktu pagi, atau tidak menentu. Alergi dapat intermiten, setiap tahun, atau berhubungan dengan musim. Di Indonesia, karena tidak ada musim gugur, semi, dingin atau panas, keluhan lebih banyak menetap sepenjang tahun. Pekerjaan dan hobi. Keluhan pasien dapat saja timbul saat berada di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja. Sekitar 5% kasus asma berhubungan dengan tempat kerja. Demikian juga dengan kejadian pajanan lateks, binatang percobaan, atau produk kimia di tempat kerja.1. Bagaimana perjalanan penyakit dari permulaan sampai sekarang, apakah bertambah baik, tidak berubah, atau bertambah berat. Bagaimana pengaruh pengobatan sebelumnya.1. Adakah jangka waktu palinglama tanpa serangan, bagaimana dan dimana.1. Apakah timbul keluhan setelah mengeluarkan tenaga. 1. Faktor-faktor yang memperngaruhi serangan penting ditanyakan dalam rangka penanganan pasien, misalnya faktor musim, faktor tempat, faktor hewan, faktor kelelahan, kurang tidur, penghentian cuaca, hawa dingin, debu, makanan, obat, emosi, kehamilan asap bau-bauan, dan lain-lain.1. Kebiasaan merokok, dan beberapa batang sehari.1. Dalam usaha mencari alergen, hubungan antara alergi dengan waktu dan tempat sangat penting. Dengan mengenal timbulnya gejala pada waktu tertentu, kecurigaan akan penyakit alergi lebih dipertegas. Begitu juga halnya dengan faktor tempat. Dalam hal ini kita harus mempunyai pengetahuan dengan alergen sekeliling pasien.untuk itu yang ditanyakan adalah tentang :1. Keadaan rumah, apakah sudah tua, masih baru, dan kelembabannya.1. Kamar tidur, karena di tempat ini banyak dijumpai D, pteronyssinus.1. Keadaan sekeliling pasien, apakah banyak hewan peliharaan seperti anjing, kucing, burung, dan sebagainya.1. Pada pasien asama atau alergi saluran nafas lain ditanyakan juga tentang dahak : jumlahnya (banyak, sedang, sedikit), warnanya ( putih, kuning, hijau), kekentalan (encer, kental).1. Pengaruh terhadap kualitas hidup. Apakah keluhan tersebut mempengaruhi pekerjaan, absensi sekolah, menganggu aktivitas olahraga atau hobi lainnya, atau mengganggu tidur.1. Perlu juga ditanyakan riwayat alergi pada keluarga, apakah ada keluarga sedarah yang menderita asma, rinitis, eksim, alergi makanan, atau alergi obat.Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisis yang lengkap harus dibuat, dengan perhatian di tujukan terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring, dan paru. Kalau seseorang datang dengan keluhan hidung, maka perhatian lebih lanjut di tujukan lagi terhadap pemeriksaaan hidung dan kerongkongan, baik dari luar maupun dari dalam rongga hidung. HidungPada pemeriksaan hidung bagian luar di bidang alergi ada beberapa tanda yang sudah baku, walaupun tidak patognomonik, misalnya : allergic salute, yaitu pasien dengan menggunakan telapak tangan menggosok ujung hidungnya kearah atas untuk menghilangkan rasa gatal dan melonggarkan sumbatan ; allergic crease, garis melintang akibat lipatan kulit ujung hidung. Kemudian allergic facies, terdiri dari pernapasan mulut, allergic shiners, dan kelainan gigi-geligi.Bagian dalam hidung diperkisa dengan menggunakan spekulum hidung dengan bantuan senter untuk menilai warna mukosa, jumlah dan bentuk sekret, edema, polip hidung, dan abnormalitas anatomi seperti deviasi septum. Mulut dan orofaringPemeriksaan ditijukan untuk menilai eritema, edema, hipertrofi tonsil, post nasal drip. Pada rinitis alergi, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan, edema atau keduanya. Oral trush juga perlu diperhatikan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid inhalasi. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil, serta tulang maksila yang menonjol kadang disebabkan oleh penyakit alergi yang kronik. DadaDiperiksan secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, baik terhadap organ paru maupun jantung. Pada waktu serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan dan mengi, sedangkan dalam keadaan normal mungkin tidak ditemukan kelainan.Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium hanya memperkuat dugaan adanya penyakit alergi, jadi tidak untuk menetapkan diagnosis. Selain itu, pemeriksaan lab juga dipakai untuk pemantauan pasien, misalnya untuk menilai timbulnya penyulit penyakit dan hasil pengobatan.

Jumlah leukosit dan hitung jenis selPada penyakit alergi jumlah leukosit normal, kecuali kalau disertai infeksi. Sel eosinofil pada sekret konjungtiva, hidung dan sputum. Semasa periode simtomatik sel eosinofil banyak dalam sekret, tetapi kalau ada infeksi, sel neutrofil lebih dominan.Serum IgE total

Meningkatnya serum IgE total menyokong adanya penyakit alergi, tetapi hanya didapatkan pada sekitar 60-80% pasien.

IgE Spesifik

Dilakukan untuk mengukur IgE terhadap alergen tertentu secara in vitro dengan cara RAST (radio allergo sorbent test) atau ELISA ( enzym linked immuno sorbent assay). Keuntungan pemeriksaan IgE spesifik dibandingkan tes kulit adalah resiko pasien tidak ada dan hasilnya kuantitatif, tidak dipengaruhi obat atau keadaan kulit, alergen lebih stabil.

Tes Kulit

Tes kulit sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit alergi, telah dilakukan sejak lebih 100 tahun yang lalu, karena cara pelaksanaannya cukup sederhana dan terbukti mempenyai koralasi yang baik dengan kadar IgE spesifik atau dengan tes provokasi.

Tes tusuk (prick test)

Pembacaan dilakukan setelah 15-20 menit dengan mengukur diameter bentol dan eritema yang timbul, juga pseupoda yang terjadi. Hasil negatif, didapatkan bila hasil tes sama dengan kontrol negatif. Hasil positif dinilai berdasarkan bantol atau eritema dengan penilaian sebagai berikut :Hasil negatif= sama dengan kontrol negatif.Hasil +1= 25% dari kontrol positif.Hasil +2= 50% dari kontrol positif.Hasil +3= 100% dari kontrol positif.Hasil +4= 200% dari kontrol positif.Tes tempel (patch test)Dilakukan dengan cara menempelkan suatu bahan yang dicurigai sebagai penebab dermatitis alergi kontak. Jika pada penempelan bahan kulit menunjukkan reaksi, mungkin pasien alergi terhadap bahan tersebut, ataupun bahan atau benda lain yang mengandung unsur tersebut.Pembacaan dilakukan setelah 48 jam. Kemudian menunggu selama - 1 jam. Reaksi alergi lebih jelas sesudah 96 jam.0= tidak ada reaksi+/-= eritema riingan, meragukan1+= reaksi ringan ( eritema dengan edema ringan)2+= reaksi kuat (papular eritema dengan edema)3+= reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)Tes Provokasi Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen secara langsung kepada pasien sehingga timbul gejala.Tes provokasi nasal Pada tes ini diberikan pada mukosa hidung baik dengan disemprotkan atau menghisap alergen yang kering melalui satu lubang hidung sedang hidung yang lain di tutup. Tes dianggap positif bila dalam beberapa menit timbul bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, batuk, atau pada kasus berat menjadi gejala yang sama. Pada pemeriksaan hidung tampak bengkak sehingga menyumbat rongga hidung.Tes provokasi bronkialDigunakan untuk tes pada pasien dengan asma dengan rangsangan yang bersifat alergen maupun non alergen.

Diagnosis Banding

Rinitis alergika harus dibedakan dengan:1. Rinitis vasomotor 1. Rhinitis bacterial 1. Rinitis virus 1. Influenza (Flu)

Komplikasi rhinitis alergi yang sering adalah :1. Polip HidungBeberapa peneliti mendapatkan bahwa alergi hidung merupakan satu faktor penyebab terbentuknya polip hidung1. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak1. Sinusitis paranasan1. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial.Kedua komplikasi yang terakhir bukanlah sebagai akibat langsung dari rhinitis alergi, tetapi karena adanya sumbatan hidung sehingga menghambat drainase.

Penatalaksanaan Rinitis Alergi

Terapi Non Farmakologi

Pengobatan alergi hidung bergantung pada beberapa faktor. Yang pertama, bila mungkin agen alergi harus disingkirkan. Dalam hal alergi serbuk bunga, pasien harus mengadakan perubahan lingkungan yang sesuai seperti, mencegah paparan yang tak perlu terhadap serbuk rumput-rumputan. Pemakaian AC dirumah atau dikendaraan, demikian pula penggunaan filter udara listrik dapat sangat membantu. Pasien yang peka terhadap debu harus hidup dalam lingkungan sebersih mungkin, setiap ruangan sungguh-sungguh dijaga bebas dari benda-benda pengumpul debu seperti karpet dan gorden. Pasien yang peka terhadap kapang harus menghindari tidur ditempat yang lelmab seperti, kamar tidur di lantai bawah tanah. Jendela harus tertutup pada malam hari, karena udara malam seringkali mengandung kapang. Pasien yang peka terhadap asap harus menghindari ruanan penuh asap, serta hubungan dengan perokok dalam ruang tertutup, seperti mobil. Pasien yang diketahui peka terhadap makanan tertentu harus berusaha menyingkirka makanan tersebut dari diet mereka. Hal ini mungkin tidak mudah, karena makanan olahan seringkali mengandung beberapa zat, dimana informasi mengenai zat-zat tersebut seringkali tidak diketahui konsumen. Terapi Farmakologi

Antihistamin

Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid peroral atau lokal. Terdapat lima kelas antihistamin, dan mungkin perlu dilakukan uji coba sebelum menentukan mana yang paling efektif dengan efek samping terkecil. Antihistamin kelas H1 adalah obat terpilih dalam penanganan rhinitis alergi. Obat ini mengganggu kerja histamin dengan menghambat tempat histamin H1. Pseudoefedrin dan fenilpropanolamin oral juga dapat digunakan bula gejala utama thinitis alergi berupa kongesti. Obat ini efektif digunakan bersama antihistamin karena memiliki efek samping berupa rangsangan berlebihan dan insomnia.Natrium kromolin intranasal dapat digunakan sebagai profilaksis, karena obat ini dapat menghambat pelepasan histamin dari sel mast paru-paru dan tempat-tempat tertentu.

Tabel Klasifikasi AntihistaminKelas 1Etanolamin adalah antagonis H1 yang sangat poten dan efektif.ES : terutama sedasi, gangguan pada saluran cerna jarang terjadi

Kelas 2Etlendiamin adalah antagonis H1 yang sangat efektif.ES : gangguan saluran cerna

Kelas 3Alkilamin merupakan salah satu antagonis H1 yang paling efektif, jarang menimbulkan sedasi.

Kelas 4 Piperazin adalah antagonis H1 dengan masa kerja memanjang

Kelas 5Fenotiazin addalah antagonis H1 dengan efek sedatif berat

Kortikosteroid

Berdasarkan pemakaiannya, kortikosteroid dibagi menjadi 2 yaitu topikal dan sistemik. Kortikosteroid topikal menjadi pilihan pertama untuk penderita rinitis alergi dengan gejala sedang sampai berat dan persisten (menetap), karena mempunyai efek antiinflamasi jangka panjang. Kortikosteroid topikal efektif mengurangi gejala sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat.

Efek spesifik kortikosteroid topikal antara lain menghambat fase cepat dan lambat dari rinitis alergi, menekan produksi sitokin Th2, sel mast dan basofil, mencegahswitching dan sintesis IgE oleh sel B, menekan pengerahan lokal dan migrasi transepitel dari sel mast, basofil, dan eosinofil, menekan ekspresi GM- CSF, IL-6, IL-8, RANTES, sitokin, kemokin, mengurangi jumlah eosinofil di mukosa hidung dan juga menghambat pembentukan, fungsi, adhesi, kemotaksis dan apoptosis eosinofil.Studi meta-analisis oleh Weiner JM dkk, seperti dilansir dariBritish Medical Journal 1998, menyimpulkan bahwa kortikosteroid intranasal lebih baik digunakan sebagai terapi lini pertama rinitis daripada antihistamin, ditilik dari segi keamanan dancos t- effectiv e-nya. Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk terapi jangka pendek pada penderita rinitis alergi berat yang refrakter terhadap terapi pilihan pertama.

Dekongestan Dekongestan dapat mengurangi sumbatan hidung dan kongesti dengan cara vasokonstriksi melalui reseptor adrenergik alfa. Preparat topikal bekerja dalam waktu 10 menit, dan dapat bertahan hingga 12 jam. Efek samping adalah rasa panas dan kering di hidung, ulserasi mukosa, serta perforasi septum. Yang terakhir jarang terjadi. Takifilaksis dan gejalarebound (rinitis medikamentosa) dapat terjadi pada pemakaian dekongestan topikal jangka panjang.Efek terapi dari preparat oral dirasakan setelah 30 menit dan berakhir 6 jam kemudian, atau dapat lebih lama (8-24 jam) bila bentuk sediaanya adalah tablet lepas lambat (sustained release). Efek samping berupa iritabilitas, pusing melayang (dizziness), sakit kepala, tremor, takikardi, dan insomnia.Penstabil Sel Mast

Contoh golongan ini adalah sodium kromoglikat. Obat ini efektif mengontrol gejala rinitis dengan efek samping yang minimal. Sayangnya, efek terapi tersebut hanya dapat digunakan sebagai preventif. Preparat ini bekerja dengan cara menstabilkan membran mastosit dengan menghambat influks ion kalsium sehingga pelepasan mediator tidak terjadi. Kelemahan lain adalah frekuensi pemakaiannya sebanyak 6 kali per hari sehingga mempengaruhi kepatuhan pasien

ImmunoterapiMekanisme immunoterapi dalam menekan gejala rinitis adalah dengan cara mengurangi jumlah IgE, neutrofil, eosinofil, sel mast, dan limfosit T dalam peredaran darah. Salah satu contoh preparat ini adalah omalizumab. Omalizumab merupakan antibodi anti-IgE monoklonal yang bekerja dengan mengikat IgE dalam darah.

Pencegahan

Hindari bahan-bahan yang terbuat dari bulu untuk selimut dan bantal. Cuci secara teratur seprai dan selimut dengan air panas. Mebel kayu lebih baik daripada yang terbuat dari kain. Bantalan berat mebel biasanya banyak menyimpan debu dan lebih sulit untuk dibersihkan. Buat disekitar Anda bebas dari debu sebanyak mungkin. Untuk mencegah pembentukan kotoran di kamar mandi, gunakan desinfektan dan larutan pembunuh kuman di toilet, wastafel dan shower. Juga lakukan pemeriksaan apakah ada kotoran dalam mesin cuci atau lemari pendingin. Gunakan pembersih vakum dalam pembersihan. Gunakan masker saat membersihkan untuk menghindari debu yang dapat memicu serangan alergi. Hindari karpet. Karpet tempat berkembang biak yang baik bagi debu tungau. Kayu keras, linoleum atau ubin lebih baik dan lebih mudah untuk membersihkan. Menjaga hewan peliharaan Anda di luar ruangan sesering mungkin. Juga, mandikan hewan peliharaan Anda secara teratur.

Prognosis Prognosis Rhinitis Alergika sulit dipastikan. Terdapat kesan bahwa gejala-gejala klinis alergika berkurang dengan bertambahnya usia. Memahami Anatomi Pernafasan Menurut Agama Islam

Berwudhu dapat melindungi seseorang dari kuman penyakit. Penelitian membukatikan bahwa jumlah kuman pada orang yang berwudhu lebih sedikit dibanding orang yang tidak berwudhu. Para ilmuwan membuktikan bahwa wudhu dapat mencegah lebih dari 17 penyakit seperti influenza, batuk rejan, radang amandel, penyakit- penyakit telinga, penyakit-penyakit kulit.

Dalam berwudhu ada istilah istinsyaq dan istintsar. Istinsyaq adalah menghirup air ke dalam hidung sedangkan istintsar adalah mengeluarkan air nafasnya. Rasulullah sangat menyempuranakan kedua perbuatan tersebut.

Jumlah kuman di dalam hidung akan berkurang setengahnya setelah istinsyaq pertama lalu berkurang menjadi seperempatnya setelah istinsyaq kedua dan menjadi sangat sedikit setelah istinsyaq ketiga. Penelitian menyebutkan, hidung manusia setelah bersih dari kuman setelah istinsyaq akan tetap bersih selama 5 jam sebelum akhirnya tercemar lagi. Oleh karena itu manusia perlu membersihkannya lagi dengan cara wudhu yang disertai istinsyaq.

Istinsyaq berulang kali setiap akan sholat adalah cara efektif untuk membersihkan, mensterilkan, dan mengurangi kuman-kuman yang bersembunyi di dalamnya.

Rasulullah SAW bersabda, Sempurnakanlah wudhu, ratakanlah air di antara jarijemari, bersunguhlah dalam istinsyaq kecuali kamu berpuasa (HR Bukhari dan Muslim).