49
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) PEDOMAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN PENILAIAN RANAH AFEKTIF

Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

PEDOMAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN DAN

PENILAIAN RANAH AFEKTIF

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM2003 – 2004

Rev. Akhir

Page 2: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat taufiq, rahmat, dan

hidayahNya, buku Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian ranah

Afektif telah selesai disusun. Buku pedoman ini ditujukan kepada para guru

serta pengelola pendidikan untuk mengembangkan instrumen afektif serta cara

melakukan penilaiannnya. Ranah afektif merupakan bagian tujuan pembelajaran

peserta didik dan memiliki hubungan yang positif dengan pencapaian ranah

kognitif dan psikomotor. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian atas

pencapaian ranah afektif.

Pembuatan pedoman ini mengunakan pendekatan teoritis dan empiris.

Pendekatan teoritis dilakukan melalui kajian sejumlah buku-buku teks dan jurnal-

jurnal yang membahas penilaian ranah afektif. Pendekatan empiris dilakukan

melalui validasi pedoman ini kepada sejumlah guru serta kepala sekolah.

Validasi pedoman dilakukan di enam propinsi yaitu Bengkulu, Kalimantan Barat,

Banten, Sulawesi Tenggara, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Nusa Tenggara

Barat. Oleh karena itu diharapkan buku ini bisa digunakan oleh para guru serta

pengelola pendidikan dalam mengembangkan instrumen dan menilai ranah

afektif.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi

masukan demi sempurnanya buku ini. Walaupun demikian, kami yakin buku ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran demi sempurnanya

buku ini sangat kami harapkan.

Jakarta, Oktober 2003 Penyusun

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif ii

Page 3: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

DAFTAR ISI

HALAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

II. PENGERTIAN AFEKTIF ............................................................. 4

III. PERINGKAT RANAH AFEKTIF .................................................. 5

IV. KRITERIA RANAH AFEKTIF ..................................................... 7

V. KARAKTERISTIK RANAH AFEKTIF............................................ 7

VI. PENGEMBANGAN INSTRUMEN ................................................ 10

VII. OBSERVASI ................................................................................ 27

VIII. KESIMPULAN ........................................................................... 27

DAFTAR ACUAN ................................................................................... 29

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif iii

Page 4: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

I. PENDAHULUAN

Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah. Tiga ranah

ini adalah kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan, dan

perilaku. Setiap peserta didik memiliki potensi pada dua ranah, yaitu

kemampuan berpikir dan keterampilan, namun tingkatannya dari satu peserta

didik ke peserta didik yang lain bisa berbeda. Ada peserta didik atau peserta

didik yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, namun keterampilannya

rendah. Demikian sebaliknya ada peserta didik yang memiliki kemampuan

berpikir rendah, namun memiliki keterampilan yang tinggi. Ada pula peserta

didik yang kemampuan berpikirnya biasa, demikian pula keterampilannya

juga biasa, tidak ada yang menonjol. Namun jarang sekali ada peserta didik

yang memiliki kemampuan berpikirnya rendah dan keterampilannya rendah.

Karena apabila demikian, sulit bagi peserta didik untuk bisa hidup di

masyarakat, karena tidak memiliki potensi untuk hidup di masyarakat. Hal ini

merupakan keadilan dari Tuhan YME, sehingga tiap peserta didik memiliki

potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk hidup di

masyarakat.

Mempelajari setiap pelajaran memerlukan kemampuan berpikir.

Kemampuan berpikir termasuk pada ranah kognitif yang meliputi kemampuan

menghapal, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan

menganalisis, kemampuan mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan

menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di

lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer

pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan

dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan

dengan kemampuan kognitif, karena di dalamnya diperlukan kemampuan

berpikir untuk memahaminya.

Kemampuan yang ke dua adalah keterampilan psikomotor, yaitu

kemampuan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot seperti lari,

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 1

Page 5: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

melompat, menari, melukis, berbicara, membongkar dan memasang

peralatan, dan sebagainya. Peringkat kemampuan psikomotorik ada lima,

yaitu: 1) gerakan reflek, 2) gerakan dasar, 3) kemampuan perseptual, 4)

kemampuan fisik, gerakan terampil, dan 5) komunikasi nondiskursip (Sax,

1980:76). Gerakan reflek adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang

muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada

keterampilan komplek yang khusus. Peserta didik yang telah mencapai

kompetensi dasar pada ranah ini mampu melakukan tugas dalam bentuk

keterampilan sesuai dengan standar atau kriteria.

Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan

kemampuan motor atau gerak. Kemampuan fisik merupakan kemampuan

untuk mengembangkan gerakan yang terampil. Gerakan terampil adalah

gerakan yang mampu dilakukan peserta didik sehingga menghasilkan produk

yang optimal, seperti keterampilan melakukan gerak tari, keterampilan

menendang bola, keterampilan mengenderai sepeda atau sepeda motor.

Untuk mencapai gerakan terampil, peserta didik harus belajar secara

sistematik melalui langkah-langkah tertentu. Gerakan yang telah dipelajari

peserta didik akan tersimpan lama dalam sistem memori dan saraf peserta

didik, sehingga apabila peserta didik salah dalam memperlajari gerakan

psikomotor maka sulit untuk memperbaiknya. Oleh karena itu guru harus

merancang dengan baik pembelajaran psikomotor sehingga mencapai

standar.

Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan gerakan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mengucapkan

kata-kata dalam mempelajari bahasa asing. Seperti ketika peserta didik

belajar mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggeris. Gerakan ini

mencakup gerakan lidah, penempatan lidah dan tekanan suara, sehingga

peserta didik dapat mengucapkan berbagai kata dengan benar.

Mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor

adalah pendidikan jasmani, pendidikan seni, serta pelajaran lain yang

memerlukan praktik. Kegiatan pada pelajaran yang berkaitan dengan ranah

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 2

Page 6: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

psikomotor selalu berhubungan dengan gerak anggota badan atau indera.

Gerakan anggota badan peserta didik melalui tahapan tertentu. Setiap

tahapan memiliki kunci gerakan, seperti gerakan memukul bola tenis,

gerakan membuka busi speda motor, gerakan melakukan tari, gerakan

mematri komponen elektronika, dan sebagainya.

Kecakapan hidup sebagai bagian dari kompetensi lulusan SMA

(Sekolah Menengah Atas) dalam proses pembelajaran melekat pada semua

mata pelajaran. Beberapa kompetensi kecakapan hidup yang berkaitan

dengan ranah afektif adalah tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen,

percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan

mengendalikan diri. Semua kecapakan ini harus menjadi bagian dari tujuan

pembelajaran di sekolah, yaitu dengan menentukan pengalaman belajar

yang tepat. Semua warga belajar harus ikut serta membantu proses

pembelajaran peserta didik. Lingkungan sekolah harus dirancang untuk

mendukung pencapaian kompetensi kecakapan hidup. Sebagian kompetensi

kecakapan hidup berkaitan erat dengan ranah afektif, seperti disiplin,

komitmen, kerjasama, sikap sosial, dan sebagainya. Keberhasilan guru

melaksanakan pembelajaran ranah afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu

dikembangkan pedoman pengembangan instrumen ranah afektif serta

penafsiran hasil pengukurannya.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi, atau nilai. Menururt Popham (1995), ranah afektif menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada

pelajaran tertentu sulit untuk mencapai kerhasilan studi secara optimal.

Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan

mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua guru

harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik belajar pelajaran

yang menjadi tanggungjawab guru. Selain itu ikatan emosional sering

diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan,

semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 3

Page 7: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

lembaga pendidikan dalam merancang program pembelajaran harus

memperhatikan ranah afektif.

Hasil belajar akan bermanfaat bagi masyarakat bila para lulusan

memiliki perilaku dan pandangan yang positif dalam ikut mensejahterahkan

dan menenteramkan masyarakat. Masalah afektif dirasakan penting oleh

semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan

merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti

pembelajaran kognitif. Oleh karena itu, sekolah harus merancang

pengalaman belajar peserta didik yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif

dapat dicapai.

II. PENGERTIAN AFEKTIF

Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar,

kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan

Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir,

berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal

berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan

dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia

dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

Gambar 1 menunjukkan bahwa hasil belajar ditentukan oleh kualitas proses

pembelajaran. Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu

karakteristik peserta didiknya. Kemampuan afektif merupakan bagian dari

hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran

pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif

peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positip

terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran

tersebut, sehingga dapat diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran

yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini, namun belum banyak

tindakan yang dilakukan guru secara sistimatik untuk meningkatkan minat

peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal,

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 4

Page 8: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

guru dalam merancang program pembelajaran dan pengalaman belajar

peserta didik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

Karakteristik Pembelajaran Hasil belajar Peserta didik

Perilaku Peringkat dan tipe afektif pencapaian

Kecepatan belajar

Karakteristik afektif Hasil afektif

Kualitas pembelajaran

Gambar 1. Ubahan utama sistem pembelajaran

III. PERINGKAT RANAH AFEKTIF

Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif

mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di

dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif.

Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu:

receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization.

A. Peringkat Receiving

Pada peringkat receiving atau attending, peserta didik memiliki

keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya

kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas guru adalah

mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek

pembelajaran afektif. Misalnya guru mengarahkan peserta didik agar senang

membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan

menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang

positip.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif

Tugas belajar

5

Page 9: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

B. Peringkat Responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai

bagian dari perilakunya. Pada peringkat ini peserta didik tidak saja

memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran

pada daerah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan

memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Peringkat yang

tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada

pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang

membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan

kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

C. Peringkat Valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang

menunjukkan derajad internalisasi dan komitmen. Derajad rentangannya

mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan

keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian

berbasis pada internalisasi dari seprangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar

pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil

agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini

diklasifikasi sebagai sikap dan apresiasi.

D. Peringkat Organisasi

Pada peringkat organisasi, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan dan

konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal

yang konsisten. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi

nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.

E. Peringkat Characterization

Peringkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada

peringkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 6

Page 10: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil

pembelajaran pada peringkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

IV. KRITERIA RANAH AFEKTIF

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk

diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku

ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku ini harus

tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini

adalah: intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajad atau

kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain,

misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu sebagian orang

kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain.

Arah berkaitan dengan orientasi positip atau negatif dari perasaan.

Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang

pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila

intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik

afektif berada dalam suatu skala yang kontinum.

Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari

perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada

beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap

sekolah, matematika, situasi sosial, atau pengajaran. Tiap unsur ini bisa

merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh

seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik

merasa tegang bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut

cenderung sadar bahwa target ketegangan adalah tes.

V. KARAKTERISTIK RANAH AFEKTIF

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat,

konsep diri, nilai, dan moral. Lima tipe afektif ini yang akan dibahas dalam

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 7

Page 11: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

pedoman ini, khususnya tentang penilaiannya. Pembahasan meliputi definisi

konseptual, definisi operasional, dan penentuan indikator. Sesuai dengan

karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran, masalah yang akan

dibahas mencakup lima ranah, yaitu minat, sikap, konsep diri, nilai, dan

moral.

A. Sikap

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi

yang dipelajari untuk merespon secara positip atau negatif terhadap suatu

objek, situasi, konsep, atau orang. Objek sekolah adalah sikap peserta didik

terhadap sekolah, sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Ranah sikap

peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta

didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggeris, harus lebih positif

setelah peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Inggeris. Jadi sikap peserta

didik setelah mengikuti pelajaran harus lebih positif dibanding sebelum

mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator

keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu

guru harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar

peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran

menjadi lebih positip.

B. Minat

Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir

melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek

khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau

pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum

minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.

C. Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu

terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 8

Page 12: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target

konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah

konsep diri bisa positip atau negatip, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam

suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,

yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa

dipilih alternatif karir yang tepat bagi diri peserta didik. Selain itu informasi

konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi belajar peserta didik

dengan tepat.

D. Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam

tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang

dianggap jelek. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu

organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedang

suatu nilai mengacu pada keyakinan.

Menurut Andersen target nilai cenderung menjadi ide, tetapi sesuai

dengan definisi dari Rokeach, target dapat juga berupa sesuatu seperti sikap

dan perilaku. Arah nilai dapat positip dan dapat negatip. Selanjutnya

intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi

dan nilai yang diacu.

Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai

adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam

mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa

manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan idea sehingga objek ini

menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya

sekolah harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai

yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik dalam memperoleh

kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positip terhadap masyarakat.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 9

Page 13: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

E. Moral

Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral

anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgment

moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang

melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan,

bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.

Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap

kebahagiaan orang lain. Perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri

sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai

orang lain baik fisik maupun perasaan. Moral juga sering dikaitkan dengan

keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa

dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan

seseorang.

F. Ranah Afektif Lain

Beberapa ranah afektif lain yang tergolong penting adalah:

a. Kejujuran: Peserta didik harus belajar untuk menghargai kejujuran

dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Integritas: Peserta didik harus mengikat pada kode nilai, misalnya

moral, dan artitistik.

c. Adil: Peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh

perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

d. Kebebasan: Peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis

harus memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimum

kepada semua orang.

VI. PENGEMBANGAN INSTRUMEN

Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola

pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan isi program

sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 10

Page 14: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional

yang secara langsung mengikuti definisi konseptual.

Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk

mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri.

Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik

afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi

psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang

mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini

menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan

fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik

lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau

perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya dan kondisi lingkungan.

Instrumen afektif yang dibahas pada buku ini adalah sikap, minat,

konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah yang harus diikuti

dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu:

1. Menentukan spesifikasi instrumen.

2. Menulis instrumen.

3. Menentukan skala instrumen

4. Menentukan sistem penskoran

5. Mentelaah instrumen

6. Merakit instrumen.

7. Melakukan ujicoba.

8. Menganalisis hasil ujicoba

9. Memperbaiki instrumen.

10.Melaksanakan pengukuran.

11.Menafsirkan hasil pengukuran

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 11

Page 15: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

A. Spesifikasi Instrumen

Spesifikasi instrumen terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrumen. Dalam

bidang pendidikan, ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen

pengukuran ranah afektif, yaitu:

1. Instrumen sikap.

2. Instrumen minat.

3. Instrumen konsep diri.

4. Instrumen nilai.

5. Instrumen moral

Dalam menyusun spesifikasi instrumen, ada empat hal yang harus

diperhatikan yaitu:

1. Tujuan pengukuran

2. Kisi-kisi instrumen

3. Bentuk dan format

instrumen

4. Panjang instrumen.

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat

peserta didik terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk

meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.

Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik

terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, terhadap guru,

dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif.

Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran

yang tepat untuk peserta didik.

Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif

terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik

sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan

kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 12

Page 16: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

sebaiknya ditempuh oleh peserta didik. Informasi karakteristik peserta didik

diperoleh dari hasil pengukuran.

Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan

keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang

positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif

diperlemah dan akhirnya dihilangkan.

Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral

seseorang diperoleh melalui pengamatan akan perbuatan yang ditampilkan

dan laporan diri yaitu mengisi kuesioner. Hasil pengamatan bersama dengan

hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral seseorang.

Setelah tujuan pengukuran afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya

adalah menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi, juga disebut blue-print,

merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis.

Langkah pertama dalam menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi

konseptual yang berasal dari teori-teori yang diambil dari buku teks.

Selanjutnya mengembangkan definisi operasional berdasarkan kompetensi

dasar, yaitu yang bisa diukur. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan

menjadi sejumlah indikator. Indikator ini merupakan pedoman dalam menulis

instrumen. Tiap indikator bisa ditulis dua atau lebih butir instrumen. Salah

satu format kisi-kisi instrumen afektif ditunjukkan Tabel 1.

B. Penulisan Instrumen

Ada 5 (lima) ranah afektif yang biasa dinilai di sekolah, yaitu sikap,

minat, konsep diri, nilai, dan moral. Penilaian ranah afektif peserta didik

dilakukan dengan menggunakan instrumen afektif. Hal ini akan dibahas

berturut-turut di bawah ini.

1. Instrumen Sikap

Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespons

secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek.

Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 13

Page 17: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap ini bisa positif bisa negatif.

Definisi operasional: sikap adalah perasaan positip atau negatif terhadap

suatu objek. Objek ini bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang

mudah untuk mengetahui sikap siswa adalah melalui kuesioner.

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Afektif

Definisi konseptual: Sikap adalah perasaan seseorang terhadap suatu objek.

Definisi operasional: Sikap adalah perasaan positip atau negatip terhadap

suatu objek

No. Indikator Jumlah butir Pertanyaan/Pernyataan Skala

1

2

3

4

5.

Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan

yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-

kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah

perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi,

baik-buruk, diingini-tidak diingini.

Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya

adalah:

a. Membaca buku matematika

b. Belajar matematika

c. Interaksi dengan guru matematika

d. Mengerjakan tugas matematika

e. Diskusi tentang matematika

f. Memiliki buku matematika

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 14

Page 18: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

Contoh kuesioner:

a. Saya senang membaca buku matematika

b. Tidak semua orang harus belajar matematika

c. Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran

matematika

d. Saya tidak senang pada tugas pelajaran matematika

e. Saya berusaha mengerjakan soal-soal matematika sebaik-

baiknya

f. Matematika penting untuk semua peserta didik

2. Instrumen Minat

Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat

peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan

untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran.

Definisi konseptual: Minat adalah watak yang tersusun melalui pengalaman

yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, pengertian, keterampilan

untuk tujuan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: Minat adalah

keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek.

Contoh indikator minat terhadap pelajaran matematika:

a. Catatan pelajaran matematika.

b. Usaha memahami matematika

c. Memiliki buku matematika

d. Kehadiran dalam pelajaran matematika

Contoh kuesioner:

a. Catatan pelajaran matematika saya lengkap

b. Catatan pelajaran matematika saya terdapat coretan-coretan tentang

hal-hal yang penting

c. Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum pelajaran matematika

d. Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika

e. Saya senang mengerjakan soal matematika.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 15

Page 19: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

f. Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran matematika

3. Instrumen Konsep diri

Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik

digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh

peserta didik. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik peserta didik yang

diperoleh dari hasil pengukuran.

Definisi konsep diri: Persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang

menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri

adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata

pelajaran.

Contoh indikator konsep diri adalah:

a. Mata pelajaran yang mudah dipahami

b. Kecepatan memahami mata pelajaran

c. Mata pelajaran yang dirasa sulit

d. Kekuatan dan kelemahan fisik

Contoh instrumen:

a. Saya sulit mengikuti pelajaran matemeatika

b. Saya mudah memahami bahasa Inggeris

c. Saya mudah menghapal

d. Saya mampu membuat karangan yang baik

e. Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika

f. Saya bisa bermain sepak bola dengan baik

g. Saya mampu membuat karya seni yang baik

h. Saya perlu waktu yang lama untuk memahami

pelajaran fisika.

4. Instrumen Nilai

Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi

peserta didik. Pencapaian kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan

memberi manfaat bagi masyarakat, apabila tidak diikuti dengan kempetensi

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 16

Page 20: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

afektif. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan bisa baik, bila

digunakan membantu orang lain, namun bisa tidak baik bila kemampuan

tersebut digunakan untuk merugikan orang lain. Hal inilah letak pentingnya

kemampuan afektif.

Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi nilai

(value) peserta didik. Ada yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada

yang tidak. Ada yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak.

Kesemua ini dipengaruhi nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan

penilaian baik dan buruk terhadap kegiatan tersebut.

Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagiamana ia

berbuat atau keinginan berbuat. Hermin dan Simon memasukkan pada

bagian nilai seperti keyakinan, sikap, aktivitas atau perasaan yang

memuaskan, antar lain yang didukung dan terpadu dengan perilaku yang

sesungguhnya serta berulang dalam kehidupan seseorang. Jadi nilai

berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau tindakan seseorang.

Tindakan merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya.

Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan yang dalam terhadap suatu

pendapat, kegiatan, atau suatu objek. Definsi operasional, nilai adalah

keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya

keyakinan akan kemampuan peserta didik, kayakinan tentang kinerja guru.

Kemungknan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit untuk

ditingkatkan. Atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit untuk melakukan

perubahan.

Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan

keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang

positif dan yang negatif. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif

diperlemah dan akhirnya dihilangkan.

Contoh indikator nilai adalah:

a. Keyakinan akan peran sekolah

b. Keyakinan atas keberhasilan peserta didik

c. Keyakinan atas kemampuan guru.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 17

Page 21: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

d. Keyakinan akan harapan masyarakat

Contoh kuesioner tentang nilai peserta didik:

a. Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit

untuk ditingkatkan.

b. Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum.

c. Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes

cenderung akan diterima di perguruan tinggi.

d. Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat

kesejahteraan masyarakat.

e. Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah.

f. Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah

karena atas usahanya.

Selain melalui kuesioner ranah afektif peserta didik, sikap, minat, konsep

diri, nilai, dan dapat digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik

afektif peserta didik dilakukan di tempat terjadinya kegiatan belajar dan

mengajar. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif peserta didik, guru harus

menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari peserta

didik yang berkaitan dengan indikator ranah afektif peserta didik. Untuk itu

perlu ditentukan dulu indikator substansi yang akan diukur.

5. Instrumen Moral

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik. Moral

didefinisikan sebagai pendapat, tindakan yang dinaggap baik dan yang

dianggap tidak baik. Contoh indikator moral sesuai dengan definisi di atas

adalah:

a. Memegang janji

b. Kepedulian terhadap orang lain

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 18

Page 22: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

c. Kepedulian terhadap tugas-tugas

d. Kejujuran

Contoh instrumen moral

a. Bila berjanji pada teman saya, tidak harus selalu menepati.

b. Bila berjanji kepada orang yang lebih tua saya berusaha menepatinya.

c. Bila berjanji pada anak kecil saya tidak harus selalu menepatinya.

d. Bila menghadapi kesulitan saya selalu minta bantuan orang lain.

e. Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan saya berusaha

membantunya.

f. Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.

g. Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat

saya.

h. Bila bertemu guru saya, saya selalu menyapanya, walau ia tidak

melihat saya.

i. Saya selalu bercerita tentang hal yang menyenangkan teman saya,

walau tidak seluruhnya benar.

j. Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.

C. Skala Instrumen

Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam

penelitian, yaitu Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Skala Thurstone terdiri dri 7 kategori, yang paling banyak bernilai 7 dan yang

paling kecil bernilai 1.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran Sejarah

7 6 5 4 3 2 11. Saya senang belajar Sejarah !...... !. . ...!......! …..! ... ..!. .....!.......!

2. Pelajaran sejarah bermanfaat !.......!. . ...!......! …..! ... ..!.......!.......!

3. Saya berusaha hadir tiap pelajaran sejarah !...... !. . ...!......! …..! ... ..!. .....!.......!

4. Saya berusaha memiliki buku pel.sejarah !...... !. . ...!......! …..! ... ..!. .....!.......!

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 19

Page 23: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

5. Pelajaran sejarah membosankan !...... !. . ...!......! …..! ... ..!. .....!.......!

Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran matematika

4 3 2 1

1. Pelajaran matematika bermanfaat SS S TS STS

2. Pelajaran matematika sulit SS S TS STS

3. Tidak semua harus belajar matematika SS S TS STS

4. Pelajaran matematika harus dibuat mudah SS S TS STS

5. Sekolah saya menyenangkan SS S TS STS

Keterangan:

SS : Sangat setujuS : SetujuTS : Tidak setujuSTS : Sangat tidak setuju

Contoh skala Beda semantik:

Pelajaran sejarah

7 6 5 4 3 2 1

Menyenangkan !.......!.......!........!........!........!.......!.......! Membosankan

Sulit !.......!.......!........!........!........!.......!.......! Mudah

Bermanfaat !.......!.......!........!........!........!.......!.......! Sia-sia

Menantang !.......!.......!........!........!........!.......!.......! Menjemukan

Banyak !.......!.......!........!........!........!.......!.......! Sedikit

D. Sistem Penskoran

Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran.

Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir

adalah 7 dan yang terkecil adalah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan

skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, skor tertinggi

tiap butir adalah 5 dan yang terendah adalah 1.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 20

Page 24: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih

jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk mengatasi hal

tersebut skala Likert hanya menggunakan 4 (empat ) pilihan, agar jelas

sikap atau minat responden, yaitu:

Sangat setuju – setuju - tidak setuju - sangat tidak setuju

4 3 2 1

Selanjutnya dilakukan analisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat

klas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor.

Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing

peserta didik dan minat klas terhadap suatu mata pelajaran.

E. Telaah Instrumen

Kegiatan pada telaah instrumen adalah meniliti tentang: a) apakah

butir pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang

digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang

benar, dan c) apakah butir peranyaaan atau pernyataan tidak bias, d) apakah

format instrumen menarik untuk dibaca, e) apakah pedoman menjawab atau

mengisi instrumen jealas, dan f) apakah jumlah butir sudah tepat sehinggga

tidak menjemukan menjawabnya.

Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih

baik bila ada pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat

bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen.

Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan

responden. Hasil telaah ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki

instrumen.

Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu

tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen. Lama pengisian instrumen

sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 21

Page 25: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

pertanyaan atau pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh,

struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata.

Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan

jawaban responden pada arah tertentu, positip atau negatif.

Contoh pertanyaan yang bias:

Sebagian besar guru setuju semua peserta didik yang menempuh

ulangan akhir lulus. Apakah saudara setuju bila semua peserta didik yang

mengikuti ulangan lulus semua?

Contoh pertanyaan yang tidak bias:

Sebagian guru setuju bahwa tidak semua peserta didik harus lulus,

namun sebagian lain tidak setuju. Apakah saudara setuju bila semua peserta

didik yang menempuh ujian akhir lulus semua?

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-

kata untuk suatu kuesioner, yaitu:

a. Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan

tingkat pendidikan responden

b. Pertanyaannya jangan samar-samar

c. Hindari pertanyaan yang bias.

d. Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian.

Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen.

Perbaikan dilakukan terhadap konstruksi instrumen, yaitu kalimat yang

digunakan, waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen, cara pengisian

atau cara menjawab instrumen, dan pengetikan..

F. Merakit Instrumen

Setelah isntrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu

menentukan format tata letak instrumen, urutan pertanyaan atu pernyataan.

Format instrumen harus dibuat menarik, sehingga responden tertarik untuk

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 22

Page 26: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

membaca dan mengisi instrrumen. Format instrumen sebaiknya tidak terlalu

padat. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara

memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang.

Urutkan pertanyaan atau pernyataan instrumen sesuai dengan tingkat

kemudahan dalam menjawabnya atau mengisinya

G. Ujicoba Instrumen

Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai

dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau

orang tua peserta didik. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya

mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah siswa SMA,

maka sampelnya juga siswa SMA. Ukuran sampel yang diperlukan adalah

minimal 30 siswa, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih.

Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran dari

responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat

yang digunakan, waktu yang diperlukan mengisi instrumen. Waktu yang

digunakan disarankan bukan waktu yang saat responden sudah lelah. Selain

itu sebaiknya responden juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat

bawah pengisian instrumen bukan merupakan tes, sehingga walau ada

batasan waktu namun tidak terlalu ketat.

Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai harapan,

maka sebaiknya instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang

diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu lama. Berdasarkan pengalaman,

waktu yang diperlukan agar tidak jenuh adalah sekitar 30 menit atau kurang.

H. Analisis Hasil Ujicoba

Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan

atau pernyataan. Apabila skala isntrumen 1 sampai 5, maka bila jawaban

responden bervariasi dari 1 sampai 5, maka instrumen ini bisa diharapkan

menjadi instrumen yang baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu

pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen ini

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 23

Page 27: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

tergolong tidak biak Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda.

Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, yaitu korelasi antara skor butir

dengan skor total, maka butir instrumen tergolong baik.

Indikator lain yang diperhatikan indeks keandalan yang dikenal dengan

indeks reliabilitas. Besarnya indeks ini adalah minimum 0,70. Bila indeks ini

lebih kecil dari 0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh

karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimum 0,70.

I. Perbaikan Instrumen

Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir yang tidak baik, berdasarkan

hasil analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen tampak baik,

namun hasil ujicoba empirik tampak tidak baik. Untuk itu butir instrumen

harus diperbaiki. Perbaikan termasuk pada semua saran-saran dari

responden ujicoba. Instrumen harus dilengkapi dengan pertanyaan terbuka.

J. Pelaksanaan Pengukuran

Pelaksanaan pengukuran seperti disarankan di depan bukan pada

waktu responden sudah lelah. Selain itu ruang untuk mengisi instrumen

harus memiliki sinar yang cukup dan sirkulasi udara ruang juga cukup.

Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain.

Diusahakan agar responden tidak saling tanya pada responden yang lain

agar jawaban pada kuesioner tidak sama atau homogen.

Pengisian instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan

pengisian, manfaat bagi responden, dan pedoman pengisian instrumen.

K. Penafsiran Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Menafsirkan hasil

pengukuran disebut dengan penilaian. Untuk menafsirkan hasil pengukuran

diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan

jumlah butir yang digunakan. Misalkan digunakan skala Likert dengan 5 (lima

pilihan) untuk mengukur sikap peserta didik, yaitu:

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 24

Page 28: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

Sangat setuju - Setuju - Sama-saja - Tidak setuju - Sangat tidak setuju.

( 5 ) (4) (3) (2) (1)

Ada (4) empat kategori hasil pengukuran sikap atau minat, yaitu sangat

tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Penentuan skor tiap kategori dapat

dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau

sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap dan minat kelas terhadap

mata pelajaran tertentu. Caranya dapat dilihat pada Tabel 3.

Misalkan ada 10 butir pertanyaan pada kuesioner tentang sikap atau

minat seseorang terhadap pelajaran tertentu dengan menggunakan skala

Likert dengan 5 (lima) pilihan. Skor paling tinggi adalah bila peserta didik

memilih sangat setuju,yaitu 5, dan skor paling rendah adalah bila peserta didik

memilih jawaban sangat tidak setuju, yaitu 1. Jadi skor tertinggi adalah 10

butir x 5 = 50, dan skor terendah adalah: 10 butir x 1 = 10. Rangkuman

penentuan kategori hasil pengukuran sikap atau minat dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kategorisasi sikap atau minat peserta didik untuk 10 butir pernyataan

No. Skor peserta didik Kategori Sikap atau Minat

1. Sama atau lebih besar dari 40 Sangat positip/sangat tinggi

2. 30 sampai 39 Tinggi/positip

3. 20 sampai 29 Negatif/rendah

4. Kurang dari 20 Sangat negatif/sangat rendah

Keterangan Tabel 2:

1. Skor batas bawah kategori sangat positip atau sangat tinggi adalah: 0,80 x 50 = 40, dan batas atasnya 50.

2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau positip adalah: 0,60 x 50 = 30, dan skor batas atasnya adalah 39.

3. Skor batas bawah pada kategori negatif atau rendah adalah: 0,40 x 50 = 20, dan skor batas atasnya adalah 29.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 25

Page 29: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

4. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah: kurang dari 20.

Tabel 3 Kategorisasi sikap atau minat klas

No. Skor peserta didik Kategori Sikap atau Minat

1. Sama atau lebih besar dari 40 Sangat positip/sangat tinggi

2. 30 sampai 39 Tinggi/positip

3. 20 sampai 29 Negatif/rendah

4. Kurang dari 20 Sangat negatif/sangat rendah

Keterangan:

1. Cari rerata skor kelas, yaitu: jumlahkan skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik.

2. Skor batas bawah kategori sangat positip atau sangat tinggi adalah: 0,80 x 50 = 40, dan batas atasnya 50.

3. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau positip adalah: 0,60 x 50 = 30, dan skor batas atasnya adalah 39.

4. Skor batas bawah pada kategori negatif atau rendah adalah: 0,40 x 50 = 20, dan skor batas atasnya adalah 29.

5. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah: kurang dari 20.

Pada Tabel 2 dapat diketahui minat atau sikap tiap peserta didik

terhadap tiap mata pelajaran. Bila sikap peserta didik tergolong negatif atau

minat peserta didik tergolong rendah, maka guru harus berusaha

mingkatkatkan sikap dan minat peserta didik. Sedang bila sikap atau minat

peserta didik tergolong positip atau tinggi, guru harus mempertahankannya.

Tabel 3 menujukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata

pelajaran. Jadi dalam pengukuran sikap atau minat diperlukan informasi

tentang minat atau sikap tiap peserta didik dan sikap atau minat kelas

terhadap suatu objek, seperti mata pelajaran. Hasil pengukuran minat kelas

untuk semua mata pelajaran berguna untuk membuat profil minat kelas. Jadi

sekolah akan memiliki peta minat kelas dan selanjutnya dikaitkan dengan

profil prestasi belajar. Umumnya mereka yang berminat pada mata pelajaran

tertentu prestasi belajarnya baik.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 26

Page 30: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

VII. OBSERVASI

Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner

juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama,

yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional.

Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator

ini menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta didik berminat

pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam

mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapian dan kelangkapan

catatan.

Hasil observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan

demikian informasi yang diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang

ditempuh akan lebih tepat.

VIII. KESIMPULAN

Cukup banyak ranah afektif yang penting untuk dinilai. Namun yang

perlu diperhatikan adalah kemampuan guru untuk melakukan penilaian.

Untuk itu pada tahap awal dicari komponen afektif yang bisa dinilai untuk

guru. Namun pada tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif lain untuk

dinilai.

Jenis instrumen yang dikembangkan dibatasi sesuai dengan ranah

afektif yang penting di kelas, agar guru dan para pengelola pendidikan dapat

mengembangkannya. Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah

sikap dan minat peserta didik. Pengembangan instrumen afektif dilakukan

melalui langkah berikut ini:

1. Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur.

2. Menentukan definisi operasional

3. Menentukan indikator

4. Menulis instrumen.

Instrumen yang dibuat harus ditelah oleh teman sejawat untuk

mengetahui keterbacaan, substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 27

Page 31: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

digunakan. Hasil telaah digunakan untuk memperbaiki instrumen. Selanjutnya

instrumen tersebut di ujicoba di lapangan. Hasil ujicoba akan menghasilkan

informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda, dan indeks keandalan

instrumen. Hasil ujicoba digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hal yang

penting pada instrumen afektif adalah besarnya indeks keandalan instrumen

yang dikatakan baik adalah minimum 0,70.

Penafsiran hasil pengukuran menggunakan distribusi normal dengan

dua kategori yaitu positip atau negatip. Positip berarti minat peserta didik

baik atau sikap peserta didik terhadap suatu objek adalah positip, sedang

negatif berarti minat peserta didik kecil atau sikap peserta didik terhadap

objek negatif. Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk

mengukur ranah afektif yang lain.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 28

Page 32: Ped Penilaian Afektif[1]-12Jan04

DAFTAR ACUAN

Allen, Mary. Yen., & Yen, Wendy. M. (1979). Intrductioan measurement theory. Berkeley, California: Brooks/Cole Publishing Company.

Andersen, Lorin. W. (1981). Assessing affective characteristic in the schools. Boston: Allyn and Bacon.

Gable, Robert. K. (1986). Instrument development in the affective domain. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

Mueller, D. J. (1986). Measuring social attitudes. New York: Teachers College, Columbia University.

Robinson, John. P., & Shaver, Philip. R. ( 1980). Measures of social psychological attitudes. Michigan: The Institute of Social Research.

5Sax, Gilbert. (1980). Principles of educational and psychological measurement and evaluation. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.

Straughan, R. (1989). Belief, behaviuor, and education. London: Biddles Ltd. Guilfordand King’s Lynn.

Thorndike, Robert, L., & Hagen, Elizabeth. P. (1977). Measurement and evaluation in psychology and education. New York: John Wiley & Sons.

Traub, Ross. E. (1994). Reliability for the social sciences. London: Sage Publications.

Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif 29