7
713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu dengan memanfaatkan mikroba Aspergillus niger, dan digunakan sebagai substitusi terhadap tepung bungkil kedelai dalam formulasi pakan ikan patin. Percobaan dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Dengan menggunakan 12 unit akuarium ukuran 100 cm x 60 cm x 60 cm dengan sistem air mengalir dan pengatur suhu. Ke dalam wadah ditebar ikan patin ukuran 11,41± 0,03 g/ekor dengan kepadatan ikan 20 ekor/akuarium. Sebagai perlakuan adalah persentase substitusi protein tepung ampas tahu terfermentasi (gizi terbaik dari percobaan pertama) terhadap protein tepung kedelai dengan perincian sebagai berikut; (a) substitusi protein 0% (kontrol) (pakanA); (b) substitusi protein 2,52% (pakan B); (c) substitusi protein 4,03% (pakan C); (d) substitusi protein 6,04% (pakan D). Sebelum dilakukan uji formulasi, dilakukan percobaan upaya perbaikan kualitas ampas tahu dengan cara mencampurkan tapioka dengan berbagai perbandingan yaitu (a) 100% ampas tahu; (b) 75% ampas tahu: 25% tapioka;(c) 50% ampas tahu: 50% tapioka; dan (d) 25% ampas tahu: 75% tapioka , untuk selanjutnya campuran tersebut difermentasi menggunakan A. niger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan 75% ampas tahu dan 25% tapioka memberikan hasil kenaikan protein yang lebih baik (129,58%) dibandingkan perlakuan yang lain dan substitusi protein ampas tahu terfermentasi terhadap protein tepung kedelai sebesar 4,03% (pakan C) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan tepung bungkil kedelai, artinya ampas tahu terfermentasi berpeluang untuk menggantikan tepung bungkil kedelai. KATA KUNCI: fermentasi, Aspergillus niger , ampas tahu, substitusi PENDAHULUAN Delapan puluh persen bahan pakan yang digunakan untuk menyusun pakan ikan adalah berasal dari impor, kondisi ini mengakibatkan harga pakan menjadi mahal. Hal ini telah mendorong ahli nutrisi dan formulasi pakan untuk menemukan bahan pakan yang tersedia dalam jumlah banyak, murah dan mudah didapat. Indonesia dengan iklim tropis kaya akan hasil-hasil sampingan dari proses pengolahan industri pertanian, perkebunan dan perikanan bisa dijadikan sebagai alternatif bahan baku pakan. Salah satunya yang telah banyak digunakan adalah ampas tahu. Keberadaan ampas tahu di tanah air cukup melimpah, murah dan mudah didapat. Ampas tahu merupakan hasil sampingan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu, untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Potensi ampas tahu di Indonesia cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada tahun 1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100%–112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton di Jawa Barat (http//bisnisukm.com). Ampas tahu ini telah banyak digunakan sebagai pakan babi, kerbau, sapi bahkan ayam. Permasalahan muncul karena rendahnya kadar protein, tingginya kadar air dan serat kasar sehingga penggunaannya terbatas dan belum memberikan hasil yang maksimum. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas ampas tahu salah satunya yaitu dengan fermentasi menggunakan mikroba dalam hal ini adalah Aspergillus niger. Fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, biopolimer dan antibiotika. Lestari (2001) menyatakan bahwa pada fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, di antaranya dapat mengawetkan, menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna, PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DALAM FORMULASI PAKAN IKAN PATIN Irma Melati, Zafril Imran Azwar, dan Titin Kurniasih Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: [email protected]

PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

  • Upload
    docong

  • View
    221

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu dengan memanfaatkan mikroba Aspergillusniger, dan digunakan sebagai substitusi terhadap tepung bungkil kedelai dalam formulasi pakan ikan patin.Percobaan dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Dengan menggunakan 12 unit akuariumukuran 100 cm x 60 cm x 60 cm dengan sistem air mengalir dan pengatur suhu. Ke dalam wadah ditebarikan patin ukuran 11,41± 0,03 g/ekor dengan kepadatan ikan 20 ekor/akuarium. Sebagai perlakuan adalahpersentase substitusi protein tepung ampas tahu terfermentasi (gizi terbaik dari percobaan pertama) terhadapprotein tepung kedelai dengan perincian sebagai berikut; (a) substitusi protein 0% (kontrol) (pakanA); (b)substitusi protein 2,52% (pakan B); (c) substitusi protein 4,03% (pakan C); (d) substitusi protein 6,04% (pakanD). Sebelum dilakukan uji formulasi, dilakukan percobaan upaya perbaikan kualitas ampas tahu dengancara mencampurkan tapioka dengan berbagai perbandingan yaitu (a) 100% ampas tahu; (b) 75% ampastahu: 25% tapioka;(c) 50% ampas tahu: 50% tapioka; dan (d) 25% ampas tahu: 75% tapioka , untuk selanjutnyacampuran tersebut difermentasi menggunakan A. niger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan75% ampas tahu dan 25% tapioka memberikan hasil kenaikan protein yang lebih baik (129,58%) dibandingkanperlakuan yang lain dan substitusi protein ampas tahu terfermentasi terhadap protein tepung kedelaisebesar 4,03% (pakan C) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan tepung bungkil kedelai,artinya ampas tahu terfermentasi berpeluang untuk menggantikan tepung bungkil kedelai.

KATA KUNCI: fermentasi, Aspergillus niger, ampas tahu, substitusi

PENDAHULUAN

Delapan puluh persen bahan pakan yang digunakan untuk menyusun pakan ikan adalah berasaldari impor, kondisi ini mengakibatkan harga pakan menjadi mahal. Hal ini telah mendorong ahlinutrisi dan formulasi pakan untuk menemukan bahan pakan yang tersedia dalam jumlah banyak,murah dan mudah didapat. Indonesia dengan iklim tropis kaya akan hasil-hasil sampingan dariproses pengolahan industri pertanian, perkebunan dan perikanan bisa dijadikan sebagai alternatifbahan baku pakan. Salah satunya yang telah banyak digunakan adalah ampas tahu. Keberadaanampas tahu di tanah air cukup melimpah, murah dan mudah didapat. Ampas tahu merupakan hasilsampingan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di PulauJawa. Oleh karena itu, untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu.

Potensi ampas tahu di Indonesia cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada tahun1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang kedelaitersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar100%–112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton diJawa Barat (http//bisnisukm.com).

Ampas tahu ini telah banyak digunakan sebagai pakan babi, kerbau, sapi bahkan ayam.Permasalahan muncul karena rendahnya kadar protein, tingginya kadar air dan serat kasar sehinggapenggunaannya terbatas dan belum memberikan hasil yang maksimum. Perlu dilakukan upaya untukmeningkatkan kualitas ampas tahu salah satunya yaitu dengan fermentasi menggunakan mikrobadalam hal ini adalah Aspergillus niger.

Fermentasi merupakan aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku menjadi produkyang bernilai lebih tinggi, seperti asam-asam organik, protein sel tunggal, biopolimer dan antibiotika.Lestari (2001) menyatakan bahwa pada fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, di antaranyadapat mengawetkan, menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna,

PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAIDALAM FORMULASI PAKAN IKAN PATIN

Irma Melati, Zafril Imran Azwar, dan Titin Kurniasih

Balai Riset Perikanan Budidaya Air TawarJl. Raya Sempur No. 1, Bogor

E-mail: [email protected]

Page 2: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 714

menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya dan menghasilkan warna yangdiinginkan. Beberapa penelitian tentang fermentasi bahan baku telah banyak dilakukan di antaranyaMirwandono & Siregar (2004) mencatat bahwa pemanfaatan mikroba A. niger dalam proses fermentasilimbah sawit (bungkil inti dan lumpur sawit) mampu meningkatkan kadar protein dari 15,40% menjadi23,40%, dan meningkatkan daya cerna bahan jika dimanfaatkan oleh ternak unggas. Sedangkanpenggunaan mikroba lain Thricoderma viridae dan Rhizopus oligosporus dalam fermentasi limbah sawitselama 6 hari masing-masing meningkatkan kadar protein kasar 17,57% menjadi 21,34%, dan 23,74hingga 27,21%. Penelitian Miskiyah et al. (2006) terhadap ampas kelapa dari industri minyak kelapamencatat bahwa penggunaan A. niger dan penambahan mineral dalam proses fermentasi secara aerobikkemudian diikuti dengan anaerobik (secara enzimatik) mampu meningkatkan kadar protein kasardari 11,35% menjadi 26,09%, dan kadar lemak turun 28,70% hingga 11,39%. Sedangkan uji kecernaanbahan kering memperlihatkan peningkatan dari 78,99% menjadi 95,10%. Penelitian Palinggi (2003)memperlihatkan bahwa dedak halus yang diinkubasikan A. niger sebanyak 5 g/kg bahan dan kemudianditambah air 100%, kandungan proteinnya meningkat dari 10,0% awal menjadi 18,30%. Peningkatanprotein disebabkan peningkatan aktivitas mikroba yang mengubah nitrogen anorganik menjadi pro-tein sel.

Beberapa jenis mikroorganisme salah satunya kapang mempunyai kemampuan untuk menkonversipati menjadi protein dengan penambahan nitrogen anorganik melalui proses fermentasi. Kapangyang sering digunakan dalam teknologi fermentasi antara lain A. niger yang merupakan salah satujenis aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan (Gray, 1970).

Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki kualitas ampas tahu melalui fermentasi menggunakanA. niger dan pemanfaatan sebagai bahan pakan untuk mensubtitusi tepung kedelai dalam formulasipakan ikan patin.

BAHAN DAN METODE

Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah untuk menentukanperbandingan ampas tahu dan tapioka yang tepat dalam proses fermentasi. Tahap kedua adalahpenggunaan dosis terbaik pada tahap 1 (campuran ampas tahu dan tapioka) terfermentasi sebagaisubstitusi protein tepung bungkil kedelai dalam formulasi pakan ikan patin.

Tempat pelaksanaan penelitian baik untuk tahap I maupun tahap II yaitu di Laboratorium Kimiadan Laboratorium Basah Nutrisi Ikan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Kapang yangdigunakan adalah A. niger, produksi Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Antar Universitas (PAU), InstitutPertanian Bogor.

Proses Fermentasi Bahan

Masing-masing 100 g bahan campuran ampas tahu dan tapioka ditingkatkan kadar airnya menjadi70% dengan penambahan akuades kemudian dikukus selama 30 menit, didingi nkan dan inokulasimenggunakan A. niger sebanyak 9 mL/100 g bahan (kepadatan A. niger 101) kemudian diinkubasipada suhu ruang secara aerob selama 4 hari dan diikuti dengan sistem an aerob selama 3 hari.Sebagai perlakuan adalah perbandingan ampas tahu dan tapioka yaitu: a) 100% ampas tahu; b) 75%ampas tahu dan 25% tapioka; c) 50% ampas tahu dan 50% tapioka; d) 25% ampas tahu; dan 75%tapioka. Masing-masing perlakuan dilakukan 2 ulangan, dan setiap perlakuan diukur nilai gizinyadengan melakukan analisis proksimat.

Uji Formulasi Pakan

Bahan uji, campuran ampas tahu dan tapioka yang memberikan respon peningkatan kualitaslebih tinggi (hasil percobaan perbaikan kualitas bahan baku), lebih lanjut digunakan untuk penelitianformulasi pakan. Ikan uji yang akan digunakan adalah ikan patin ukuran 11,41±0,03 g/ekor, dengankepadatan 20 ekor/akuarium. Kebutuhan gizi pakan disesuaikan dengan kebutuhan standar ikanpatin ukuran sebar yaitu protein 30% dan lemak 5%. Percobaan dilaksanakan dalam 12 unit akuariumukuran 100 cm x 60 cm x 60 cm dengan sistem air mengalir dan pengatur suhu, dengan kepadatanikan 20 ekor/akuarium. Sebagai perlakuan adalah persentase substitusi tepung ampas tahu terfermentasi

Page 3: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

715 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati)

(gizi terbaik dari percobaan pertama) terhadap tepung kedelai dengan perincian sebagai berikut; (a)substitusi protein 0% (kontrol) (pakanA); (b) substitusi protein 2,52% (pakan B); (c) substitusi protein4,03% (pakan C); (d) substitusi protein 6,04% (pakan D) atau persentase bungkil kacang kedelai dalamransum adalah (a) 30% (pakan A);(b) 21% (pakan B); (c) 17% (pakan C); (d) 13% (pakan D) (Tabel 1).Tepung ikan maksimal yang digunakan dalam formulasi adalah 15% dan tepung kedelai maksimaladalah 30%.

Selama percobaan ikan diberi pakan sebanyak 5% hingga 2 minggu pertama kemudian menurunhingga 3% untuk bulan berikutnya. Parameter yang diamati adalah laju tumbuh spesifik, pertambahanbobot, sintasan, komposisi tubuh (proksimat), konversi pakan. Sebelum pakan dibuat dilakukananalisis proksimat bahan yang dipakai (Tabel 2). Rancangan percobaan yang digunakan adalahrancangan acak lengkap masing-masing dengan 3 kali ulangan. Lama percobaan adalah 45 hari.

HASIL DAN BAHASAN

Fermentasi Bahan

Dari hasil analisis proksimat dapat dilihat bahwa kenaikan protein, penurunan lemak dan seratkasar tertinggi diperoleh pada perlakuan B seperti tertera pada Tabel 3.

Umumnya pada saat proses fermentasi terjadi pelepasan molekul air. Pada percobaan ini selamaproses fermentasi terjadi penurunan kadar air yang tidak cukup tajam berkisar 13,05%–29,72%. Padapenelitian Azwar & Melati (2009) penurunan molekul air pada proses fermentasi tepung maggotterjadi penurunan kadar air cukup tajam yaitu berkisar 76,49% hingga 69,91%. Penurunan kadar air

Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan percobaan

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D

Tepung Ikan 15 15 15 15MBM 8 7 8 9Tp. Bungkil Kedelai 30 21 17 13Ampas tahu terfermentasi 0 10 16 24Dedak 11,39 14 11,39 10Polar 20 18 20 17Tapioka 6 8 6 5,5DCP 2 2 2 2Premix 3 3 3 3Minyak ikan 1,11 1,21 1,11 1CMC 0,5 0,79 0,5 0,5

Bahan pakanPakan uji

Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji (berdasar bobot kering)

Kadar air Protein Lemak Abu Serat kasar

Pakan A 6,8 29,96 4,98 13,66 3,57Pakan B 6,6 29,6 5,32 13,78 3,14Pakan C 6,8 29,33 5,15 13,98 3,38Pakan D 6,6 29,59 5,24 12,84 3,26

Jenis pakan

Kadar nutriea (%)

Page 4: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 716

terjadi untuk setiap proses fermentasi hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan senyawakompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bahan kering media dirombak oleh kapang (A.niger) menjadi energi untuk pertumbuhannya dan sebagian lain dilepas menjadi CO2 dan H2O. Secaravisual pelepasan molekul air dapat terlihat dengan adanya air pada plastik penutup wadah tempatbahan uji difermentasi.

Suhu medium/substrat juga meningkat selama proses fermentasi, peningkatan suhu terjadi sejakhari kedua, dan peningkatan yang sangat mencolok terjadi setelah hari ketiga, dan mencapaimaksimum setelah hari keempat yaitu mencapai 42oC. Peningkatan suhu menunjukkan terjadinyaproses fermentasi oleh mikroba Aspergillus niger dalam substrat. Suhu sangat mempengaruhi efisiensikonversi substrat menjadi massa sel dan koversi subtrat maksimum terjadi pada suhu optimum.

Kenaikan protein tertinggi diperoleh pada perlakuan B sebesar 129,58% yaitu dari 15,40% menjadi35,36%. Sedangkan kenaikan protein terendah dihasilkan pada perlakuan C sebesar 7,23% yaitu dari14,32% menjadi 15,36%. Kenaikan protein pada proses fermentasi bisa disebabkan oleh kenaikanjumlah massa sel kapang (Wang et al., 1979) dan kehilangan bobot kering selama fermentasiberlangsung (Halid, 1991). Peningkatan kandungan protein pada bahan baku yang diinokulasikan A.nigger juga telah diperlihatkan dari hasil penelitian oleh beberapa peneliti lainnya. Kadar proteinampas kelapa meningkat 129,86% (dari 11,35% menjadi 26,09%) (Miskiyah et al., 2006), bungkilkelapa kadar proteinnya meningkat dari 21,25% hingga 35,20% atau meningkat 65,64%, dan bungkilsawit proteinnya meningkat dari 12,74% menjadi 37,72% atau meningkat 196% setelah mengalamiproses fermentasi dengan menggunakan A. niger (Mirwandhono & Siregar, 2004). Kenaikan persentasiprotein diikuti oleh penurunan persentasi karbohidrat dan lemak, hal ini menandakan bahwa A.niger dapat memanfaatkan baik karbohidrat ataupun lemak sebagai sumber energi bagipertumbuhannya.

Penurunan kadar lemak lebih bervariasi, penurunan paling tinggi pada perlakuan A yaitu mencapai77,54%, sedangkan terendah pada perlakuan C yaitu turun sebesar 25,00%. Menurut Miskiyah et al.(2006), A. niger dapat memproduksi enzim lipase, sehingga lemak yang terkandung dalam bahandapat menurun. Menurut Suhartono (1989) dan Wang et al. (1996), kapang Rhizopus oligosporus akanmenggunakan karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi untuk pertumbuhan, namunpemanfaatannya sebagai sumber energi sangat tergantung kepada jenis bahan baku. Menurut Ferdiaz(1988), mikroorganisme kapang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi setelah terlebihdahulu dipecah menjadi glukosa.

Kadar serat kasar menunjukkan penurunan untuk semua perlakuan, kecuali perlakuan B terjadikenaikan yaitu sebesar 26,80%. Hal ini bisa diduga disebabkan terjadinya kenaikan protein yang

Tabel 3. Hasil analisis proksimat campuran ampas tahu dan tapioka terfermentasi

di mana:A = 100% ampas tahuB = 75% ampas tahu dan 25% tapiokaC = 50% ampas tahu dan 50% tapiokaD = 25% ampas tahu dan 7% tapioka

Waktu PerlakuanKadar air

(%)Protein

(%)Lemak

(%)Abu (%)

Serat kasar (%)

BETN (%)

Awal A 74,38 22,89 7,16 5,52 21,29 43,13B 63,58 15,40 3,34 2,52 12,03 66,71C 48,21 14,32 1,47 2,03 6,67 75,51D 38,05 8,92 0,57 1,57 3,70 85,24

Akhir A 61,34 31,17 1,62 8,04 17,29 41,90B 33,86 35,36 1,13 5,06 15,25 43,21C 22,27 15,36 1,10 2,74 6,28 74,54D 17,55 12,62 0,39 1,55 3,00 82,45

Page 5: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

717 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati)

cukup signifikan pada perlakuan B yaitu 129,58% dan diduga kenaikan protein ini lebih disebabkankenaikan jumlah massa A. niger. Pertumbuhan miselia kapang dapat meningkatkan kandungan seratkasar disebabkan terbentuknya dinding sel yang mengandung selulosa di samping terjadinyakehilangan sejumlah padatan (Shurtleff & Ayogi, 1979).

Uji Formulasi Pakan

Dari hasil pengamatan pertumbuhan yang dinyatakan dari laju pertumbuhan spesifik (%) danpenambahan bobot rata-rata (g) ikan uji terlihat bahwa penambahan terbaik dialami pada perlakuansubstitusi protein ampas tahu sebanyak 2,52% (pakan B), yaitu 1,92% dan terendah pada perlakuandengan substitusi protein ampas tahu 6,04% (pakan D) yaitu 1,20% (Tabel 4).

Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa perlakuan kontrol (tanpa substitusi campuran ampastahu ) dengan perlakuan substitusi protein campuran ampas tahu hingga 4,03% (pakan C) tidakmemperlihatkan perbedaan pertambahan bobot dan laju pertumbuhan spesifik, namun ketigaperlakuan tersebut memberikan respon berbeda dengan perlakuan substitusi protein campuran ampas

Tabel 4. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik (%) dan pertambahan bobot badan (g)untuk setiap perlakuan

Catatan: baris dengan notasi berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Awal Akhir

Pakan A 11,41±0,33 26,01±4,70 14,60±5,00a 1,80±0,48a

Pakan B 11,43±0,06 27,4±2,79 15,96 ±2,82a 1,92±0,22a

Pakan C 11,61±0,02 26,1±1,53 14,49±1,51a 1,80±0,13a

Pakan D 11,84±0,03 20,21±3,24 8,37±3,28b 1,20±0,32b

Bobot Pertambahan bobot

Laju pertumbuhan spesifik

Jenis pakan

Tabel 5. Konversi pakan, retensi protein dan sintasan (%) untuk setiapperlakuan

Jenis pakan Konversi pakan Retensi protein Sintasan

Pakan A 2,02 ± 0,83a 32,51±6,19a 77,77 ± 7,70a

Pakan B 1,93 ± 0,34a 39,43±1,81a 68,88 ± 3,85a

Pakan C 2,12 ± 0,60a 36,75±7,13a 73,33 ±11,55a

Pakan D 2,67 ± 1,30a 41,01±15,76a 68,89 ± 7,70a

tahu sebesar 6,04% (pakan D). Begitu pula dengan nilai konversi pakan, rertensi protein dan sintasanmemberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (P>0,05)(Tabel 5).

Pada percobaan ini sumbangan protein dari tepung bungkil kacang kedelai dalam formulasi pakankontrol adalah 13,74% dari total protein pakan 29,96%, dengan tidak berbedanya perlakuan kontroldengan perlakuan substitusi protein ampas tahu 4,03% (pakan C) berarti ada peluang menggantitepung kedelai dengan campuran ampas tahu yang difermentasi. Dengan substitusi protein kedelaidengan campuran ampas tahu sebesar 4,03% (pakan C), jumlah pemakaian tepung bungkil kedelaiakan menjadi 17,00% dalam formulasi pakan, dari pemakaian 30% dalam formulasi. Penekananpemakaian tepung kedelai diharapkan dapat menekan harga pakan ikan. Beberapa penelitian jugamemperlihatkan bahwa bahan baku formulasi pakan ternak dapat digantikan dengan bahan bakuyang terfermentasi, bahkan diketahui bahwa tingkat ketersedian nutriea dan kecernaan bahanmeningkat setelah bahan mengalami proses fermentasi.

Page 6: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 718

Penelitian Wang et al. (1996) mencatat bahwa perubahan kadar protein tepung kedelai, terigumaupun campurannya tidak begitu nyata pada fermentasi mengunakan kapang Rhizopus oligosporus,namun kualitas gizi bahan tersebut meningkat. Hal ini ditunjukkannya dari adanya peningkatantumbuh yang nyata hewan uji yang digunakan (tikus) yang diberi makan pakan sumber bahan bakudifermentasi dan tanpa fermentasi. Lebih lanjut penelitiannya juga mecatat bahwa jumlah atau kadarasam amino esensial tidak banyak berubah (meningkat ataupun menurun) namun uji in vitro yangdilakukannya dengan sistem pepsin dan asam pankreas mencatat bahwa total asam amino esensial(lysine dan histidin) dari bahan baku terigu dengan pencernaan enzimatik tersebut meningkat 10%pada 24 jam pertama dari fermentasi. Kemungkinan enzim-enzim proteolitik dari kapang mampumencerna bahan baku, sehingga meningkatkan ketersediaan lisin. Lisin dan metionin merupakandua asam amino yang sering menjadikan faktor pembatas dari berbagai bahan baku pakan.

Felix & Berindo (2008) mengemukakan bahwa fermentasi mereduksi beberapa senyawa anti nutrisi,khitin dari kulit luar udang, dan meningkatkan ketersediaan beberapa vitamin antara lain thiamin,cyanocobalamin, riboflavin, asam folat, B12, B6 di dalam berbagai bahan baku. Penelitian Nwana(2003), mencatat bahwa ada peningkatan kemampuan penggantian tepung ikan dengan tepungkepala udang yang telah diproses secara fermentasi sebagai bahan pakan ikan lele, Clarias gariepinus.Umumnya tepung kepala udang hanya mampu menggantikan tepung ikan sekitar 30%, namun setelahdiproses fermentasi dengan mikroba Baccilus sp. terjadi peningkatan jumlah substitusi hingga 30%.Ghosh et al. (2004; 2005) dan Modal et al. (2007) mencatat bahwa pertumbuhan dan sintasan ikancarp India (Labeo Rohita, Hamilton, 1822) memberikan respons lebih baik jika diberikan pakan yangmengalami proses fermentasi dengan Baccillus circullan, yaitu mikroba yang diisolasi dari sistempencernaan ikan. Azwar & Melati (2009) juga mencatat bahwa ikan lele dumbo yang diberi pakanformasi dengan substitusi maggot terfermentasi, memberikan respons tumbuh berbeda, lebih baikdengan perlakuan pakan tanpa menggunakan tepung maggot. Dalam percobaan ini sebesar 8% dari10% sumber protein tepung ikan yang digunakan dalam formulasi dapat digantikan oleh tepungmaggot. Sedangkan penelitian Priyadi et al. (2009) pada ikan hias balashark memperlihatkan hanyasekitar 17,80% maggot yang dapat menggantikan sumber protein tepung ikan. Kondisi kualitas,atau peningkatan ketersediaan gizi bahan setelah proses fermentasi menyebabkan pertumbuhanikan yang diberi pakan dengan bahan maggot, polar yang telah mengalami proses fermentasi lebihbaik dari kontrol.

KESIMPULAN

1. Perbandingan 75% ampas tahu dan 25% tapioka memberikan hasil kenaikan protein yang lebihbaik (129,58%) dibandingkan perlakuan yang lain.

2. Substitusi protein ampas tahu terfermentasi sebesar 4,03% terhadap tepung bungkil kedelaimemberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan tepung bungkil kedelai, artinya ampas tahuberpeluang untuk menggantikan tepung bungkil kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Z.I. & Melati, I. 2009. Peningkatan kualitas tepung maggot melalui penggunaan mikroba (A.niger) dan Pemanfaatanya dalam formulasi Pakan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus): Disajikandalam Seminar Hasil-Hasil Penelitian Diknas, Jakarta 2009, 16 hlm.

Ferdiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.Felix, N. & Brindo, R.A. 2008. Femented feed ingredients as fish meal replacer in aquafeed produc-

tion. Dept. of Aquaculture Fisheries College and Research Institute Tamilandu Vertinery and Ani-mal Sciences, University, India. Research and Farming Techniques, p. 31-33.

Ghosh, K., Sen, S.K., & Ray, A.K. 2004. Growth and survival of rohu, Labeo rohita (Hamilton, 1882)spawn fed diets fermented with intestineal bacterium, Bacillus circulans. Acta Ichthyologica etpiscatorial, 34(2): 155-165.

Ghosh, K., Sen, S.K., & Ray, A.K. 2005. Feed utilization efficiency and gowth performance in Rohu,Labeo Rohita (Hamilton, 1882) fingerling fed yast extract powder supplemented diets. ActaIchthyologica et piscatorial, 35(2): 111-117.

Page 7: PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI  · PDF file713 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas ampas tahu

719 Pemanfaatan ampas tahu terfermentasi ... (Irma Melati)

Gray, W.D. 1970.The use of fungi as food and in food processing.Ohio: CRC PressHalid, I. 1991. Perubahan nilai gizi onggok yang diperkaya nitrogen bukan protein selama fermentasi dengan

biakan kapang. Thesis. Fakultas Pascasarjanan IPB, 113 hlm.Lestari, S. 2001. Pengaruh kadar ampas tahu yang difermentasi terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan

ikan mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Institut Pertanian Bogor.

Mirwandono, E. & Siregar, Z. 2004. Pemanfaatan hidrosat tepung kepala udang dan limbah kelapasawit yang difermentai dengan Aspergillus niger. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 11hlm.

Miskiyah, Mulyawati, I., & Haliza, W. 2006. Pemanfaatan ampas kelapa limbah pengolahan minyakkelapa murni menjadi pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Verteriner, hlm.830–834.

Mondal, K., Kaviray, A., & Mukhopadhyay, P.K. 2007. Evaluation fermented fish offal in formulateddiet of the Indian Major carp, Rohu, Labeo Rohita (Hamilton), 17(2): 99–105.

Nwanna, L.C. 2003. Nutritional value and digestibility of fermented shrimp head waste meal y Africancat fish Clarias gariepinus. Pakistan, J. of Nutrition, 2(6): 339–345.

Palinggi, N. 2003. Pengaruh penambahan kapang Aspergillus niger dalam dedak halus dengan kadarair yang berbeda terhadap kecernaan pakan ikan kerapu bebek (Cromileptis altivelis). Prosiding Semi-Loka. Pusat Riset Perikanan Budidaya

Priyadi, A., Azwar, Z.I., Subamia, I W., & Hem, S. 2009. Pemanfaatan Maggot sebagai penggantitepung ikan dalam pakan buatan untuk benih ikan balashark (Balanthiocheillus melanopterus Bleeker):12 hlm. (unpublish/dalam proses Jurnal Riset Akuakultur).

Suhartono, M.G. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Departemen Pendidkan,, PAU Bioteknologi IPB, 322hlm.

Shurtleff, W. & Aoyogi, A. 1979. The book of tempe: A Super soy food from Indonesia. Harper & Row.New York.

Wang, D.I.C, Cooney, C.I., & demein, A.L. 1979. Fermentation and Enzymes Technology. John andSons Inc., p. 468–472

Wang, H.I., Doris I. Ruttle, & Hesseltine, C.W. 1996. Protein quality of wheat and soybeans afterRhizopus oligosporus fermetation: J. Nutrirtion, 96: 109–114.