115
PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON TUGAS AKHIR Disusun oleh : DWI AFRIYANI NIM :140309240892 POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN JURUSAN TEKNIK SIPIL BALIKPAPAN 2017

PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

  • Upload
    vunhan

  • View
    253

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAIAGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT

HALUS PADA CAMPURAN BETON

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :DWI AFRIYANI

NIM :140309240892

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

BALIKPAPAN2017

Page 2: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

i

PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAIAGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT

HALUS PADA CAMPURAN BETON

TUGAS AKHIR

KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARATUNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

Disusun oleh :DWI AFRIYANI

NIM :140309240892

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

BALIKPAPAN2017

Page 3: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAIAGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI AGREGAT

HALUS PADA CAMPURAN BETON

Disusun Oleh :

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Pembimbing I

Mahfud, S.Pd.MT19661102 199303 1 005

Pembimbing II

Drs. Sunarno, M.Eng.NIP. 19640413 199003 1 015

Penguji I

Karmila Achmad, S.T., MTNIP. 19790317 2007012 017

Penguji II

Mersyanti, ST.MTNIDN. 0030017710

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil

Drs. Sunarno, M.Eng.19640413 199003 1 015

Page 4: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dwi Afriyani

Tempat/Tgl Lahir : Balikpapan, 2 April 1996

NIM : 140309240892

Menyatakan bahwa proposal tugas akhir yang berjudul “PEMANFAATAN

BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN PASIR PALU

SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan

merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,

kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapat sanksi akademis.

Balikpapan, Juni 2017

Mahasiswa,

DWI AFRIYANINIM : 140309240892

Dwi Afriyani

NIM : 140309240892

Page 5: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

iv

Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta

Syamsuddin dan Suasa

Saudaraku dan Saudariku yang kusayangi

Edy Sofyan, Ely, Achmad Jumadil, Linda, Fajar, Fauzi dan Nur Anisa

Sahabat-sahabatku terkasih

Dan seseorang yang selalu mendampingiku

Beserta teman-teman kelas 3ts1 yang aku banggakan

Page 6: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

v

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Dwi Afriyani

NIM : 140309240892

Program Studi : Teknik Sipil

Judul TA : Pemanfaatan Batu Lokal Semoi sebagai Agregat Kasar

dan Pasir Palu sebagai Agregat Halus pada Campuran

Beton

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak

kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih medis atau

format-kan, mengelola dalam bentuk pengkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Balikpapan

Pada Tanggal : 02 Juni 2017

Yang Menyatakan

DWI AFRIYANINIM :140309240892

Page 7: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

vi

ABSTRACK

In the effort to utiizetion local material, Semoi local rock’s as a newalternative in the technology of concrete. The appropriateness of these localmaterial have not been identified. The purpose of this research are to informationrelated to Compressive strength of concrete by using Semoi local material’s. Thusthe title of Thesis is “Ultizetion of Semoi local rock’s as coarse aggregate andPalu sand as fine aggregate of mix concrete”

On the planning of concrete in this researsch using the method SNI 03-2834-2000 and types of research form the experiment from mix concrete of Semoilocal rock and Palu sand. This reseasch was conducted in civil engineeringlaboratory of polytechnic country of Balikpapan. The time in this research march-june 2017. The number of test objects is 18 samples with 2 variations of mixconcrete used is Semoi local rock with Palu sand and Palu gravel with Palu sand.

From the test results obtained by compressive strength Palu gravel withPalu sand and Semoi local rock with Palu sand get average compressive strengthresult 267,47 kg / cm² or quality of concrete K267,47 and 276,02 kg/cm² orquality of concrete K276,02. The compressive strength results have increased by34.57% and 36.37% of the planned K175 concrete quality. The compressivestrength outweighs the concrete planning of K 175. This shows the compressivestrength of concrete by using material Palu gravel with Palu sand and Semoilocal rock and Palu sand meet planning of K175 concrete.

Keyword : Semoi local rock, Palu Gravel, Compressive Strength, Palu Sand

Page 8: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

vii

ABSTRAK

Dalam upaya pemanfaatan material batu lokal Semoi sebagai alternatife barudalam teknologi beton. Untuk kelayakan material lokal ini sebagai materialbangunan belum dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkaninformasi terkait kuat tekan beton dengan menggunakan material lokal Semoi.Dengan demikian judul Tugas Akhir ini adalah “ Pemanfaatan Batu Lokal Semoisebagai Agregat Kasar dan Pasir Palu sebagai Agregat Halus pada CampuranBeton”.

Pada perencanaan campuran beton dalam penelitian ini menggunakanmetode SNI 03-2834-2000 dan jenis penelitian berupa eksperimen dari campuranbeton material batu lokal Semoi dan pasir Palu. Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan. Waktu yang digunakandalam penelitian ini yaitu bulan Maret – Juni 2017. Jumlah benda uji adalah 18sampel dengan 2 variasi campuran beton yang digunakan yaitu batu lokal Semoidengan pasir Palu dan kerikil Palu dengan pasir Palu.

Dari hasil pengujian diperoleh kuat tekan dengan material kerikil Paludengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu mendapatkan hasil kuattekan rata-rata 267,47 kg/cm² atau mutu beton K267,47 dan 275,02 kg/cm² ataumutu beton K275,02. Hasil kuat tekan tersebut mengalami peningkatan sebesar34,57% dan 36,37% terhadap mutu beton K175 yang sudah direncanakan. Hal inimenunjukkan kuat tekan beton dengan menggunakan material kerikil Palu denganpasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu memenuhi perencanaan betonK175.

Kata kunci : Batu lokal Semoi, Kerikil Palu, Kuat Tekan Beton, Pasir Palu

Page 9: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyusun laporan Tugas

Akhir dengan judul “ Pemanfaatan Batu Lokal Semoi sebagai Agregat Kasar dan

Pasir Palu sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton.

Penulisan Proposal Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi

persyaratan kurikulum guna menyelesaikan studi Diploma pada jurusan Teknik

Sipil Politeknik Negeri Balikpapan.

Selama penyusunan Proposal Tugas Akhir ini penyusun banyak menerima

kritik dan saran, dukungan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang

senantiasa sangat bermanfaat tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ramli, S.E., M.M. selaku Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.

2. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Negeri Balikpapan.

3. Bapak Mahfud, S.Pd.MT., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

4. Bapak Drs. Sunarno, M.Eng., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah mengajari kami selama di

Politeknik Negeri Balikpapan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan

materi, serta selalu menjadi penyemangat.

7. Sahabat-sahabat tercinta dan teman spesial yang selalu memberikan support

dan selalu membantu selama penyusunan proposal ini.

8. Teman-teman kelas seperjuangan yang selalu memberikan bantuan selama

penyusunan Proposal Tugas Akhir ini hingga selesai.

9. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, yang

telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan Proposal Tugas Akhir ini hingga selesai.

Page 10: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

ix

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah karya yang sempurna dan

masih banyak ditemui kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan

masukan yang membangun sangat diharapkan.

Balikpapan, Juni 2017

Penulis

Page 11: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN.............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton Secara Umum ......................................................................................... 4

2.2 Beton Normal.................................................................................................... 4

2.3 Sifat-sifat pada Beton........................................................................................ 5

2.3.1 Kemudahan Pekerjaan (Workability) ........................................................ 6

2.3.2 Pemisahan Kerikil (Segregation) ................................................................ 6

2.3.3 Pemisahan Air (Bleeding) ........................................................................... 6

2.4 Batu Lokal Semoi ............................................................................................. 6

2.5 Material Penyusun Beton .................................................................................. 7

2.5.1 Semen Portland .............................................................................................. 7

2.5.2 Agregat Halus ................................................................................................ 8

Page 12: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xi

2.5.3 Agregat Kasar .............................................................................................. 10

2.5.4 Air ............................................................................................................... 11

2.6 Gradasi Agregat .............................................................................................. 12

2.7 Persyaratan Beton ........................................................................................... 13

2.8 Mix Design ...................................................................................................... 13

2.9 Kuat Tekan Beton ........................................................................................... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penlitian ................................................................................................. 16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 16

3.3 Peralatan dan Bahan yang digunakan ............................................................. 17

3.3.1 Peralatan ..................................................................................................... 17

3.3.2 Bahan Uji ..................................................................................................... 19

3.3.3 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 19

3.4 Pemeriksaan Agregat Halus........................................................................... 20

3.4.1 Pengujian Gradasi Agregats menurut SNI 03-1968-1990 ........................... 21

3.4.2 Pengujian Berat Isi Agregat ......................................................................... 21

3.4.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990 ......................... 22

3.4.4 Pengujian Kadar Lumpur ............................................................................. 23

3.4.5 Pengujian Berat Jenis & Penyerapan air menurut SNI 03-1970-1990......... 23

3.5 Pemeriksaan Agregat Kasar........................................................................... 25

3.5.1 Pengujian Gradasi Agregat menurut SNI 03-1968-1990............................. 25

3.5.2 Pengujian Berat Isi Agregat ......................................................................... 26

3.5.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990 ......................... 27

3.5.4 Pengujian Kadar Lumpur ............................................................................. 27

3.5.5 Pengujian Berat Jenis & Penyerapan air menurut SNI 03-1970-1990......... 28

3.5.6 Pengujian Tes Abrasi (Keausan).................................................................. 29

3.6 Perencanaan Campuran Beton ....................................................................... 29

3.6.1 Uji Slump menurut SNI 03-1972-1990........................................................ 30

3.6.2 Pembuatan Benda Uji .................................................................................. 31

3.6.3 Penamaan Benda Uji.................................................................................... 31

3.7 Perawatan Benda Uji ..................................................................................... 32

3.8 Pengujian Kuat Tekan Beton ......................................................................... 32

Page 13: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xii

3.9 Analisa Data dan Kesimpulan........................................................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum ............................................................................................................. 33

4.2 Hasil Pengujian Agregat Halus ...................................................................... 33

4.2.1 Hasil Pengujian Gradasi Pasir Palu.............................................................. 33

4.2.2 Hasil Pengujian Berat Isi ............................................................................. 34

4.2.3 Hasil Pengujian Kadar Air ........................................................................... 35

4.2.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur.................................................................... 36

4.2.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air......................................... 36

4.2.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu) ........................... 37

4.3 Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil Palu) ............................................... 38

4.3.1 Hasil Pengujian Gradasi Kerikil Palu .......................................................... 39

4.3.2 Hasil Pengujian Berat Isi ............................................................................. 40

4.3.3 Hasil Pengujian Kadar Air ........................................................................... 41

4.3.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur.................................................................... 41

4.3.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air......................................... 42

4.3.6 Hasil Pengujian Tes Abrasi (Keausan) ....................................................... 43

4.3.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)........................ 43

4.4 Hasil Pengujian Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi) ..................................... 44

4.4.1 Hasil Pengujian Gradasi Batu Lokal Semoi................................................. 44

4.4.2 Hasil Pengujian Berat Isi ............................................................................. 46

4.4.3 Hasil Pengujian Kadar Air ........................................................................... 47

4.4.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur.................................................................... 47

4.4.5 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air......................................... 48

4.4.6 Hasil Pengujian Tes Abrasi (Keausan) ........................................................ 49

4.4.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi) .............. 49

4.5 Hasil Pengujian Bahan ................................................................................... 50

4.6 Pengujian Nilai Slump .................................................................................... 51

4.7 Pembuatan Benda Uji ..................................................................................... 51

4.8 Perawatan Benda Uji....................................................................................... 51

4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan ........................................................................... 52

Page 14: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xiii

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 55

5.2 Saran ............................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 56

LAMPIRAN......................................................................................................... 57

Page 15: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.2 Gambar Alir Penelitian 20

Gambar 4.1 Batas Gradasi Pasir Palu 35

Gambar 4.2 Batas Gradasi Kerikil Palu 39

Gambar 4.3 Batas Gradasi Batu Lokal Semoi 45

Gambar 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton BN dan BNBL 54

Page 16: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Hasil uji pasir Palu 9

Tabel 2.2 Batas-batas Gradasi Agregat Halus 12

Tabel 2.3 Batas-batas Gradasi Agregat Kasar 13

Tabel 2.4 Hubungan antara Umur dan Kuat Tekan Beton 15

Tabel 3.1 Waktu Penelitian 16

Table 3.2 Penamaan Benda Uji 31

Tabel 4.1 Pengujian Gradasi Butir Halus Pasir Palu 33

Tabel 4.2 Pengujian Berat Isi Pasir Palu 35

Tabel 4.3 Kadar Air Pasir Palu 35

Tabel 4.4 Kadar Lumpur Pasir Palu 36

Tabel 4.5 Berat Jenis dan Penyerapan air Pasir Palu 37

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu) 38

Tabel 4.7 Pengujian Gradasi Butir Halus Kerikil Palu 39

Tabel 4.8 Pengujian Berat Isi Kerikil Palu 40

Tabel 4.9 Kadar Air Kerikil Palu 41

Tabel 4.10 Kadar Lumpur Kerikil Palu 41

Tabel 4.11 Berat Jenis dan Penyerapan air Kerikil Palu 42

Tabel 4.12 Hasil Tes Abrasi Kerikil Palu 43

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Kerikil Palu) 43

Tabel 4.14 Pengujian Gradasi Butir Halus Batu Lokal Semoi 45

Tabel 4.15 Pengujian Berat Isi Batu Lokal Semoi 46

Tabel 4.16 Kadar Air Batu Lokal Semoi 47

Tabel 4.17 Kadar Lumpur Batu Lokal Semoi 47

Tabel 4.18 Berat Jenis dan Penyerapan air Batu Lokal Semoi 48

Tabel 4.19 Hasil Tes Abrasi Batu Lokal Semoi 49

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Batu Lokal Semoi) 49

Tabel 4.21 Perencanaan Campuran Beton 50

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 7 Hari 52

Tabel 4.23 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 7 Hari 52

Page 17: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xvi

Tabel 4.24 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 14 Hari 53

Tabel 4.25 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 14 Hari 53

Tabel 4.26 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 28 Hari 53

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 28 Hari 53

Page 18: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Mix Design 57

Lampiran 2. Pengujian Bahan 59

Lampiran 3. Material Bahan 76

Lampiran 4. Material Alat 77

Lampiran 5. Pengujian Agregat 80

Lampiran 6. Pelaksanaan Pengujian Nilai Slump 92

Lampiran7. Pelaksanaan Pembuatan Beton 94

Lampiran 8. Perawatan Beton 96

Lampiran 9. Pelaksanaan Pengujian Beton 97

Lampiran 10. Lembar Asistensi dan Revisi 98

Page 19: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan struktur dalam konstruksi

bangunan. Beton diminati karena banyak memiliki kelebihan dibandingkan

dengan bahan lainnya, antara lain mudah dibentuk, mempunyai sifat tahan korosi,

bahan baku penyusun mudah didapat, tahan lama, tahan terhadap api, tidak

mengalami pembusukan. Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan

beton sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya.

Salah satu material pembentuk beton adalah agregat. Agregat ialah butiran

material yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton.

Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan

ukuran secara alamiah atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan suatu alternatif baru dalam

teknologi beton dengan menggunakan produk lokal. Pemanfaatan material lokal

dalam perencanaan campuran beton menjadi hal yang sangat penting dengan

mempertimbangkann ketersediaan material dan keunggulan teknis yang dimiliki.

Penelitian ini menggunakan agregat lokal yang selain mudah dieksploitasi, juga

jaraknya relatif dekat dibandingkan harus mendatangkan dari luar Kalimantan.

Dalam penelitian ini akan digunakan agregat kasar lokal yang ada di wilayah

Semoi Dua yaitu batu lokal Semoi. Semoi merupakan salah satu desa di

kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur,

Indonesia. Agregat halus dalam campuran beton ini ialah pasir Palu. Batu lokal

Semoi dan pasir Palu ini belum ada yang menelitinya. Dengan demikian penulis

mengangkat masalah dalam tugas akhir dengan judul “PEMANFAATAN BATU

LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN PASIR PALU SEBAGAI

AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON”

Page 20: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Berapakah kuat tekan beton menggunakan material kerikil Palu dengan

pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu sebagai agregat pada

campuran beton ?

2. Bagaimanakah pengaruh kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal

Semoi dengan pasir Palu terhadap campuran beton ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Semen yang digunakan adalah semen Tonasa.

2. Perencaan beton meggunakan K 175.

3. Agregat kasar yang digunakan adalah batu lokal Semoi yang terpapar

sinar matahari dan terkena hujan, berwarna abu-abu.

4. Agregat halus yang digunakan adalah pasir Palu.

5. Air yang digunakan adalah air PDAM Kota Balikpapan.

6. Benda uji berupa kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm.

7. Jumlah seluruh benda uji kuat tekan adalah 18 benda uji.

8. Umur beton yang diuji adalah 7, 14 dan 28 hari.

9. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri

Balikpapan.

10. Metode perancangan yang digunakan adalah SNI 03-2834-2000.

1.4 Tujuan Penelitian

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas , maka tujuan penelitian ini :

1. Mendapatkan kuat tekan beton menggunakan material kerikil Palu

dengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu sebagai

agregat pada campuran beton.

2. Mengetahui pengaruh kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal

Semoi dengan pasir Palu terhadap campuran beton.

Page 21: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

3

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Memberikan informasi terkait kuat tekan beton dengan menggunakan

kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu

sebagai agregat pada campuran beton.

2. Diharapkan dapat menunjukkan bahwa pembuatan beton dengan bahan

pengganti batu lokal Semoi dan pasir Palu dapat meningkatkan kualitas

beton sehingga diperoleh kuat tekan beton optimal.

Page 22: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum Beton

Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971), beton

didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,

agregat kasar, semen portland dan air (aditif).

Menurut SNI-03-2847-2000, pengertian beton adalah campuran antara

semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan

air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Agregrat

diperoleh dari hasil sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran

secara alamiah atau dapat pula diperoleh dengan cara memecah batu alam.

Beton dapat diklarifikasikan menjadi 3 kategori umum :

1. Beton Ringan (Light Weight Concrete)

Beton ringan mempunyai berat 1800 kg/m3. Pada beton ini terdapat

banyak sekali agregat yang diterapkan misalnya agregat sintesis (agregat

alam) yang diproses atau dibentuk sehingga berubah karakteristik

mekanisnya.

2. Beton Normal (Normal Weight Concrete)

Beton yang mempunyai berat 2400 kg/m3 dan mengandung pasir, krikil

alam dan batu pecah sebagai agregat.

3. Beton Berat (Heavy Weight Concrete)

Beton ini selalu digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi yang

beratnya > 3200 kg/m3.

2.2 Beton Normal

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3

sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau

tanpa dipecah. (SNI-03-2847-2002).

Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan

kuat desak/hancur yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh

Page 23: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

5

bahan-bahan pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), factor air semen

dan zat tambahan bila diperlukan.

Adapun Kelebihan dari beton adalah :

1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik serta mempunyai sifat

tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.

2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan

dengan cetakan yang dapat dipakai berulang kali sehingga lebih

ekonomis.

3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama retak

maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.

4. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang

pada tempat-tempat yang posisinya sulit.

Kekurangan dari beton antara lain :

1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah

retak.

2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu,

sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan akibat

terjadinya perubahan suhu.

3. Beton yang sudah dibuat sulit untuk diubah.

4. Beton bersifat getas/rapuh sehingga harus dihitung dan diteliti secara

seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi

bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

2.3 Sifat-sifat pada Beton

Pada saat segar atau sesaat setalah dicetak, beton bersifat plastis dan mudah

untuk dibentuk. Sedangkan pada saat keras, beton memiliki kekuatan yang cukup

untuk menerima beton. Sifat beton segar yang baik sangat mempengaruhi

kemudahan pengerjaan sehingga menghasilkan beton dengan berkualitas baik.

Sifat-sifat beton antara lain :

Page 24: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

6

2.3.1 Kemudahan Pekerjaan (Workability)

Workability merupakan ukuran dari tingkat kemudahan atau kesulitan

adukan untuk diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan yang mengandung unsur-

unsur seperti jumlah air pencampur, kandungan semen, gradasi campura pasir-

kerikil, bentuk butiran agregat kasar dan cara pemadatan serta alat pemadatan.

Perbandingan bahan-bahan maupun sifat bahan-bahan ini secara bersamasama

mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar.

2.3.2 Pemisahan kerikil (Segregation)

Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton

dinamakan segregasi. Segregasi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain

campuran kurang semen, terlalu banyak air, besar ukuran agregat maksimum lebih

dari 40 mm dan permukaan butir agregat kasar, semakin kasar permukaan butir

agregat. Untuk mengurangi kecenderungan terjadinya segregasi maka dapat

dicegah dengan cara tinggi jatuh diperpendek, penggunaan air sesuai dengan

syarat, ukuran agregat sesuai dengan syarat

dan pemadatan baik.

2.3.3 Pemisahan Air (Bleeding)

Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru

dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-

butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan membentuk

selaput. Bleeding dipengaruhi oleh susunan butir agregat, banyaknya air,

kecepatan hidrasi dan proses pemadatan. Bleeding dapat dikurangi dengan cara

memberi lebih banyak semen, memberi air sesedikit mungkin dan menggunakan

butir halus lebih banyak.

2.4 Batu Lokal Semoi

Batu Lokal Semoi merupakan batu alam, semua bahan yang menyusun

kerak bumi dan merupakan suatu agregat mineral yang telah mengeras akibat

proses secara alami seperti membeku, pelapukan, mengendap dan adanya proses

kimia.

Page 25: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

7

Batu lokal Semoi adalah batu yang berasal dari bukit tinggi di Semoi,

Penajam Pasir Utara. Batuan ini memiliki ukuran mulai dari 4 mm hingga tak

terhingga. Penduduk sekitar menggunakan batu ini sebagai pondasi maupun akses

jalan ke ladang. Batu ini diperoleh dengan cara manual, yaitu digali dan

dipecahkan. Batu lokal yang digunakan dalam penelitian ini adalah batuan yang

sudah dipecahkan, ditumpuk dan terpapar sinar matahari maupun hujan. Warna

batu ini coklat dan abu-abu.

2.5 Material Penyusun Beton

Bahan penyusun beton meliputi air, semen portland, agregat kasar dan halus

serta dengan atau tanpa bahan tambah, di mana setiap bahan penyusun

mempunyai fungsi dan pengaruh yang berbeda-beda. Sifat yang penting pada

beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada

umumnya juga baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri

dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air semen, gradasi agregat, ukuran

maksimum agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan dan

perawatan) serta umur beton (Tjokrodimuljo, 1996).

2.5.1 Semen Portland

Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling

klinker (yang didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata

antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi),

dengan batu gips sebagai bahan tambah dalam jumlah yang cukup. Bubuk halus

ini bila dicampur dengan air, selang beberapa waktu dapat menjadi keras dan

digunakan sebagai bahan ikat hidrolis.

Pada umumnya semen berfungsi sebagai campuran untuk mengikat pasir

dan kerikil agar terbentuk beton serta mengisi rongga-rongga diantara butir-butir

agregat. Komponen semen portland terdiri dari :

a. Trikalsium Silikat(C3S)

b. Dikalsium Silikat(C2S)

c. Trikalsium Aluminat (C3A)

d. Tetrakalsium Aluminoferit (C3AF)

Page 26: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

8

Jenis-jenis semen Portland menurut SNI 15-2049-2004 membagi semen

portland menjadi 5 jenis, yaitu :

a. Jenis I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan

persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.

b. Jenis II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

c. Jenis III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikat terjadi.

d. Jenis VI, semen Portland yang dalam penggunaannya memerluka kalor

hidrasi rendah.

e. Jenis V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan tinggi terhadap sulfat.

2.5.2 Agregat halus

Agregat halus adalah agregat yang butir-butiranya lebih kecil dari 4,80 mm,

adapun agregat halus berupa disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh

langsung dari sungai atau tanah galian atau dari pemecah batu. Harus mempunyai

bentuk yang baik, bersih, keras dan gradasinya baik. (Kardiyono Tjokrodimuljo).

Agregat halus adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm. Agregat

halus berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang

dihasilkan dari alat pemecah batu. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan

menjadi 3 macam yaitu :

a. Pasir galian, merupakan pasir yang tajam, bersudut, berpori, dan bebas

dari kandungan garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran

tanah.

b. Pasir sungai, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena

gesekan.

c. Pasir laut, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan

serta banyak mengandung garam. (Tjokrodimuljo,1996).

Page 27: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

9

Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi syarat yang telah

ditetapkan. Dalam Teknologi beton, ilmu bahan bangunan syarat-syarat agregat

halus sebagai berikut :

a. Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2

b. Kekal tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Jika di uji dengan

larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, jika

dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18%

c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0.06 mm)

d. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak yang dibuktikan dengan

percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas

endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap dari pada warna

standar/pembanding.

e. Modulus halus butir antara 1,50-3,80 dan dengan variasi butir sesuai

standar gradasi

f. Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus harus

tidak reaktif terhadap alkali

g. Agregat halus dari laut/pantai, boleh dipakai boleh dipakai asalkan

dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

Pasir merupakan bahan pengisi yang dipakai bersama bahan pengikat dan air

untuk membentuk campuran yang padat dan keras. Pasir yang dimaksud adalah

butiran mineral yang keras dan besar butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm.

Dalam penelitian ini pasir yang digunakan berasal dari Palu.

Dari penelitian Karmila Achmad pada “pasir Kandilo dan kerikil Petangis

sebagai material local tanah” telah menguji beberapa pasir salah satunya yaitu

pasir Palu. Hasil uji pasir Palu pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Hasil uji pasir Palu

Sumber : Penelitian Karmila Achmad.

1 Berat Jenis 2,5 – 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,50 Memenuhi syarat

2 SSD 2,5 – 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,51 Memenuhi syarat

3 Berat Satuan 1,50 - 1,80 (SNI 03-4804-1998) 1,80 Memenuhi syarat

4 Daya Serap Air 0,5% - 1% (SNI 03-1970-1990) 2,64 Tidak memenuhi syarat

5 Kandungan Lumpur 5% (PUBI-1992) 0,43 Memenuhi syarat

6 Gradasi Mhb 1,5 - 3,8 (SNI 03-1968-1990) 2,38 Memenuhi syarat

KetNo Jenis Uji Syarat Hasil Uji

Page 28: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

10

Berat jenis pasir Palu adalah 2,50 gr/cm3. Berat jenis jenuh kering

permukaan (SSD) sebesar 2,51 gr/cm3. Berdasarkan syarat yang telah ditentukan

makan pasir Palu memenuhi syarat yaitu 2,5 gr/cm3 - 2,7 gr/cm3. Berat satuan

1,80 gr/cm, memenuhi syarat 1,50 – 1,80. Daya serap air pasir palu tidak

memenuhi syarat 0,5%-1% yaitu sebesar 2,64. Kandungan lumpur 0,43%

memenuhi syarat lebih kecil dari 5%. Modulus halus butir 2,38 yang berarti

memenuhi syarat yaitu 1,5 – 3,8.

2.5.3 Agregat Kasar

Menurut SNI 03-2847-2002 yang dimaksud dengan agregat kasar adalah

agregat yang berukuran lebih besar dari 5 mm sampai 40 mm. Agregat kasar

merupakan jenis agregat dengan ukuran butiran lebih dari 5 mm atau agregat yang

butirannya dapat tertahan pada ayakan 4,75 mm. Agregat kasar untuk beton dapat

berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu

pecah yang diperoleh dari pemecahan manual maupun dari mesin.

Jenis agregat agregat kasar yang umum adalah:

a. Batu pecah alami. Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami

yang digali. Batu ini dapat berasal dari gunung berapi, jenis sedimen,

atau jenis metamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi

terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan

dan pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.

b. Kerikil alami. Kerikil diperoleh dari proses alami, yaitu dari pengikisan

tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil

memberikan kekuatan yang lebih rendah daripada batu pecah, tetapi

memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi (Nawy, E. G.

1990).

Agregat kasar yang akan digunakan harus memenuhi syarat yang telah

ditetapkan. Dalam Teknologi beton, ilmu bahan bangunan syarat-syarat agregat

kasar sebagai berikut :

a. Butir-butirnya keras dan tidak berpori. Indeks kekerasan ≤ 5 %. Bila

diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.

Page 29: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

11

b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan

hujan). Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang

hancur maksimum 18%.

c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm)

lebih dari 1%.

d. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap alkali.

e. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20%.

f. Modulus halus butir antara 6-7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar

gradasi.

g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil

antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak

bersih antar tulangan atau bekas tulangan.

2.5.4 Air

Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan

untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir

agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang rendah

menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air

yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous.

Air yang digunakan sebagai campuran tidak boleh mengandung minyak,

asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton. Dalam

pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut

(Standar SK SNI S-04-1989-F. Spesifikasi Bahan Bangunan) :

a. Tidak harus bersih

b. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda melayang lainnya yang

dapat dilihat visual. Benda-benda ini tidak boleh lebih dari 2 gram/liter.

c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak

beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

d. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. Khusus untuk

beton pra-tegang kandungan klorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram per

liter.

e. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Page 30: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

12

Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan,

tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna

permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab

utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.

Sumber air pada penelitian ini adalah air PDAM Kota Balikpapan.

2.6 Gradasi agregat

Gradasi agregat ialah distriusi ukuran butiran dari agregat. Sebagian

pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari berat butiran yang tertinggal atau

lewat di dalam suatu susunan ayakan. Susunan ayakan itu ialah ayakan dengan

lubang : 76,2 mm; 63,5 mm; 50,8 mm; 38,1 mm; 25,4 mm; 19,1 mm; 12,7 mm;

9,5 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm; 0,59 mm; 0,297 mm; 0.149 mm; 0.075

mm 76 mm; 38 mm; 19 mm; 9,6 mm; 4,80 mm; 2,40 mm; 1,20 mm; 0,60 mm;

0,30mm dan 0,15 mm.

Table 2.2 Batas-batas Gradasi Agergat Halus

Sumber : SNI-03-2834-2000

Jenis agregat halus ada 4 zona yaitu

Zona I = Kasar

Zona II = Agak kasar

Zona III = Agak halus

Zona IV = Halus

No Kasar (I) Agak kasar (II) Agak halus (III) Halus (IV)

10 3/8 in 100 100 100 100

4,8 4 90-100 90-100 90-100 95-100

2,4 8 60-95 75-100 85-100 95-100

1,2 16 30-70 55-90 75-100 90-100

0,6 30 15-34 35-59 60-79 80-100

0,3 50 5-20 8-30 12-40 15-50

0,15 100 0-10 0-10 0-10 0-15

Lubang

ayakan

(mm)

Persen berat butir yang lewat ayakan

Jenis agregat halus

Page 31: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

13

Table 2.3 Batas-batas gradasi agergat kasar

Ukuran ayakan (mm)

Persen berat butir yang lewat ayakan

dengan butir maksimum (%)

10 mm 20 mm 40 mm

4,76 0 10 0 10 0 5

9,52 50 85 30 60 10 40

19 100 100 95 100 37 70

38,1 100 100 100 100 95 100

Sumber : SNI-03-2834-2000

Ukuran lubang ayakan 38,1 mm; 19,1; 9,52; dan 4,75 memiliki persentase

lolos komulatif berurutan sebesar 95-100%, 35-70% 30-10% dan 0-5 %.

2.7 Persyaratan Beton

Persyaratan umum beton menurut SNI 03-2834-2000 yang harus dipenuhi :

1. Proposi campuran beton harus menghasilkan beton yang memenuhi

persyaratan berikut:

a. Kekentalan yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,

pemadatan, dan perataan) dengan mudah dapat mengisi acuan dan

menutup permukaan secara serba sama (homogen);

b. Keawetan;

c. Kuat tekan;

d. Ekonomis;

2. Beton yang dibuat harus menggunakan bahan agregat normal tanpa

bahan tambah.

2.8 Mix Design (Perencanaan Campuran)

Tujuan utama mempelajari sifat-sifat beton dalah perencanaan campuran

(mix design), yaitu pemilihan bahan-bahan yang memadai, serta menentukan

proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton ekonomis dengan

kualitas yang baik. Kriteria utama mix design, yaitu kekuatan tekan beton dan

hubungannya dengan factor air semen dan kemudahan Pengerjaan.

Page 32: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

14

Langkah perhitungan mix design telah tertuang dalam SK SNI 03-2834-2000

meliputi :

a. Kadar air agregat,

b. Berat jenis & penyerapan agregat,

c. Berat isi agregat, dan

d. Analisa Saringan (Gradasi).

2.9 Kuat Tekan beton

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang

menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan

tertentu dari mesin uji tekan beton. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting

dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton

ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air

dan berbagai jenis campuran. Perbandingan dari air semen merupakan faktor

utama menentukan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air semen,

semakin tinggi kuat tekannya.

Nilai kuat tekan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

f’c = 𝑃

𝐴

Dimana :

f’c = Kuat tekan beton (MPa)

P = Beban maksimum/beban runtuh (kN)

A = Luas penampang benda uji (𝑐𝑚2)

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kuat tekan beton, yaitu:

1. Faktor Air Semen

Jumlah air untuk campuran beton pada umumnya dihitung berdasarkan

nilai perbandingan antara berat air dan berat semen Portland pada campuran

adukan, dan pada peraturan beton Indonesia (PBI-1971) dikenal dengan

istilah faktor air semen yang disingkat dengan fas, sedangkan peraturan

pengganti (SNI 03-2847-2002) disebut rasio air semen yang disingkat

dengan ras, atau water cement ratio (wer). Pada umumnya makin besar nilai

fas, makin besar pula jumlah air yang digunakan pada campuran beton,

Page 33: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

15

berarti adukan beton makin encer dan mutu beton akan makin turun/rendah,

sebaliknya makin kecil nilai fas, makin tinggi kuat tekan beton yang

dihasilkan.

2. Umur Beton

Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur

beton tersebut. Karena beton ini termasuk bahan yang sangat awet (ditinjau

dari pemakaiannya), maka sebagai standar kuat tekan akan ditetapkan waktu

beton berumur 28 hari. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan mencapai

65%, pada umur 14 hari mencapai 88% dan 100% dari kuat tekan umur 28

hari. Menurut PBI-1971, hubungan antara umur dan kekuatan tekan beton

dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.4 Hubungan antara Umur dan Kuat Tekan Beton

Umur (Hari) Kuat tekan beton (%)

3 40

7 65

14 88

21 95

28 100

90 120

365 135

Sumber : PBI-1971

3. Jumlah dan Jenis Semen

Jumlah kandungan semen yang digunakan pada adukan akan

berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Jenis semen juga berpengaruh

terhadap kuat tekan beton. Semen Portland yang dipakai untuk struktur

harus mempunyai kualitas tertentu yang telah ditetapkan agar dapat

berfungsi secara efektif. Jenis Portland semen yang digunakan ada 5 jenis

yaitu : I, II, III, IV, V.

4. Pekerjaan Perawatan (Curing)

Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu

pasca pembukaan bekisting agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai

mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa

pencegahan atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam beton

yang ternyata masih diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi.

Page 34: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan metode ekperimen. Tahap

awal pelaksanaan penelitian berupa pemeriksaan bahan meliputi pemeriksaan atau

pengujian terhadap bahan agregat kasar dan halus, setelah pemeriksaan bahan

dilakukan dan memenuhi standart maka dilanjutkan dengan pembuatan benda uji.

Bahan agregat kasar yang digunakan adalah batu lokal Semoi dan agregat halus

menggunakan pasir Palu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri

Balikpapan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bulan Maret – Juni

2017. Pada bulan maret mengumpulkan data dan studi literature mengenai

penelitian tersebut. Persiapan alat dan bahan pada awal bulan april dan

pemeriksaan bahan dilaksanakan pada tanggal 10 -14 April 2017. Pada minggu

ketiga bulan april melakukan perencanaan campuran selanjutnya di minggu

keempat pembuatan benda uji. Perawatan benda uji dilakukan pada bulan mei.

Benda uji di uji kuat tekan pada umur 7, 14 dan 28 hari setelah pembuatan benda

uji. Analisa data dan kesimpulan pada minggu pertama dan kedua.

Table 3.1 Waktu Pekerjaan

Maret

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengumpulan Data & Studi Literatur

2 Persiapan Alat dan Bahan

3 Pemeriksaan Bahan

4 Perencanaan Campuran

5 Pembuatan Benda Uji

6 Perawatan Benda Uji

7 Pengujian Benda Uji

8 Analisa Data dan Kesimpulan

No Uraian April Mei Juni

Bulan

Page 35: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

17

3.3 Peralatan dan Bahan yang digunakan

Dalam pemeriksaan benda uji maupu pembuatan benda uji dibutuhkan

peralatan dan bahan sebagai berikut :

3.3.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian berasal dari Laboratorium

Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan. Alat-alat yang digunakan dalam

pembuatan beton normal ini antara lain :

a. Ayakan, alat ini terbuat dari baja, untuk ayakan batu mempunyai ukuran

lubang berurutan : 76,2 mm; 63,5 mm; 50,8 mm; 38,1 mm; 25,4 mm;

19,1 mm; 12,7 mm; 9,5 dan pan. Sedangkan untuk ayakan pasir

mempunyai ukuran lubang berurutan : 4,76 mm; 2,38 mm; 1,19 mm;

0,59 mm; 0,297 mm; 0.149 mm; 0.075 mm dan pan. Cara pemakaian

dengan cara di susun dari atas melalui ukuran lubang besar

kemudian kebawah sekain kecil, dan paling bawah adalah pan (tempat

penampung sisa ayakan). Alat ini berfungsi sebagai penguji gradasi

agregat kasar dan agregat halus;

b. Mesin pengguncang saringan (sieveshaker), alat ini digunakan unruk

pemisah agregat sesuai dengan ukuran saringan;

c. Piknometer, alat ini digunakan untuk mengukur berat jenis SSD (Surface

Saturated Dry), berat jenis kering, berat jenis jenuh dan penyerapan

agregat halus, piknometer ini mempunyai kapasitas 1000 cc;

d. Timbangan, timbangan yang di gunakan adalah timbangan digital yang

mempunyai kapasitas 15 kg dan timbangan manual dengan kapasitas 20

kg dengan ketelitian 0,1% dari benda contoh;

e. Talam Logam, talam logam anti karat ini berfungsi sebagai wadah benda

uji;

f. Gelas Ukur, digunakan untuk mengukur takaran air yang akan di pakai

pada campuran beton;

g. Kerucut Abram’s, disebut dengan kerucut terpancung beserta wadah

pelat dan tongkat penusuk baja digunakan untuk pengujian slump

pada pembuatan adukan beton, dengan ukuran diameter atas 10 cm,

bawah 20 cm,dan tinggi 30 cm;

Page 36: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

18

h. Oven, alat ini berfungsi untuk mengeringkan semple agregat halus

dan agregat kasar. Suhu oven dapat diatur sampai (110 ± 5)ºC;

i. Tongkat Baja, tongkat ini memiliki ukuran diameter 16 mm, alat ini

digunakan untuk pengujian slump serta proses pemadatan campuran

dalam cetakan silinder beton.;

j. Bak Perendam, bak ini digunakan untuk merendam benda uji;

k. Alat Uji Kuat Tekan Beton, alat ini digunakan sebagai alat uji tekan

terhadap benda uji beton;

l. Cetakan Kubus, benda ini terbuat dari baja, digunakan untuk

mencetak benda uji dengan ukuran 15 cm x 15cm x 15 cm;

m. Mesin Pengaduk Beton (concrete Mixer), alat pengaduk beton ini

digunakan untuk mencapur bahan adukan beton. Kapasitas alat ini 0,125

m3 dengan kecepatan 20-30 rpm;

n. Los Angeles, alat ini berfungsi untuk mengetahui tingkat ketahanan aus

batu lokal Semoi yang dihubungkan dengan kekerasan dan kekuatan;

o. Penggaris, digunakan untik mengukur nilai slump;

p. Talam, digunakan sebagai wadah agregat kasar dan agregat halus.

q. Alat pemisah contoh;

r. Desikator;

s. Kuas, untuk membersihkan sisa-sisa dari agregat yang tertinggal pada

talam, cawan dan sebagainya;

t. Sendok/cetok;

u. Cawan;

v. Bejana tempat air;

w. Keranjang kawat; dan

x. Stopwach.

Page 37: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

19

3.3.2 Bahan Uji

Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton ringan ini meliputi :

a. Semen berfungsi sebagai bahan pengisi & pengikat pada campuran

beton;

b. Agregat Kasar yang digunakan adalah Batu lokal Semoi;

c. Agregat Halus yang digunakan pasir Palu;

d. Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air yang

digunakan adalah air PDAM Kota Balikpapan.

3.3.3 Diagram Alir Penelitian

Dalam penelitian ini mengikuti alir sebagai berikut :

Uji:

Kadar Air

Berat Jenis &

Penyerapan

Berat Isi

Analisa Saringan

Tes Abrasi

Uji:

Kadar Air

Berat Jenis &

Penyerapan

Berat Isi

Analisa Saringan

Tahap II

Air

Tahap I

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Semen Agregat

Halus

Agregat

Kasar

A

Pengumpulan Data & Studi Literatur

Page 38: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

20

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.4 Pemeriksaan Benda Uji Agregat Halus

Sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi kuat tekan beton yang dihasilkan

sehingga, sebelumnya dilakukan rancang campur (mix design) beton, harus

diketahui beberapa sifat agregat berikut : bentuk dan tekstur, ukuran dan gradasi,

kadar air, berat jenis dan berat satuan atau bobot isi.

Ya

Perencanaan Campuran

Tidak Uji Slump

Syarat 10±2 ?

Tahap III

A

Pembuatan Campuran

Analisa Data

Selesai

Pembuatan Benda Uji

Perawatan Benda Uji Tahap IV

Tahap V Pengujian Benda Uji

Tahap VI

Kesimpulan Tahap VII

Page 39: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

21

3.4.1 Pengujian Gradasi Agregat menurut SNI 03-1968-1990

Gradasi dan keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih

diperhitungkan daripada agregat kasar, karena sangat menentukan sifat pengerjaan

dan sifat kohesi campuran adukan beton. Pasir sangat menentukan pemakaian

semen dalam pembuatan beton. Analisis saringan agregat menentuan persentase

berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka

persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Alat yang digunakan, yaitu

timbangan, satu set saringan, oven, alat pemisah contoh, mesin pengguncang

saringan, kuas, sendok dan lain-lain.

Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut :

a. Benda uji dikeringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai

berat tetap.

b. Benda uji disaring melalui susunan saringan paling besar ditempatkan

paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin selama 15

menit.

c. Persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan

dihitung terhadap berat total benda uji setelah disaring.

d. Hasil analisa saringan dalam pengujian gradasi agregat, diwujudkan

dalam bentuk grafik. Selanjutnya digunakan sebagai acuan perencanaan

adukan beton.

3.4.2 Pengujian Berat Isi Agregat Halus

Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume

yang ditempatinya. Hal ini dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan

campuran beton bila kita menimbang agregat dengan ukuran volume, karena

umumnya agregat tersebut dalam keadaan padat, sedangkan pada kenyataan pada

saat penimbangan agregat tidak dilakukan dengan wadah untuk penakaran

sehingga satuan volume agregat berada dalam keadaan gembur, sehingga

diperlukan adanya faktor konversi (faktor pengali).

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat isi agregat halus (pasir

Palu). Berat satuaan pasir adalah perbandingan antara berat pasir dengan volume

Page 40: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

22

alat ukur. Unit weight diperoleh dengan memasukkan pasir ke dalam alat ukur

yang telah diketahui volumenya sehingga berat pasir dapat diketahui.

Prosedur pengujian berat isi agregat halus sebagai berikut :

a. Agregat sesudah direndam selama 24 jam, permukaannya disapu dengan

lap basah.

b. Timbang kotak takar kosong.

c. Timbang kotak takar berisi air penuh.

d. Isi masing-masing kotak takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama

tebal, dimana tiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali. Cara ini disebut

Rodding.

e. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.

f. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.

g. Kosongkan kotak takar dan isi lagi dengan benda uji yang dimasukkan

dengan singkup dan tinggi tidak lebih dari 2 inci (2”) diatas kotak takar.

Cara ini disebut Shoveling.

h. Ratakan muka benda uji dengan tangan atau mistar.

i. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.

3.4.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990

Metode ini sebagai acuan untuk menentukan besarnya kadar air agregat.

Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung

agregat dengan dalam keadaan kering, yang dinyatakan dalam persen. Peralatan

yang digunakan antara lain : timbangan, oven, talam logam tahan karat.

Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut :

a. Timbang dan catat berat talam (𝑊1).

b. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian berat talam dan

benda uji ditimbang. Catat beratnya (𝑊2).

c. Hitunglah berat benda uji 𝑊3 = 𝑊2 − 𝑊1 .......................................... (3.8)

d. Keringkan contoh benda uji berserta talam di dalam oven pada suhu

(110±5)ºC.

e. Setelah kering timbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (𝑊4).

f. Hitunglah berat benda uji kering 𝑊5 = 𝑊4 − 𝑊1 .............................. (3.9)

Page 41: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

23

g. Kemudian hitung kadar air agregat 𝑊3−𝑊5

𝑊5 x 100%....................... (3.10)

3.4.4 Pengujian Kadar Lumpur Agregat

Pasir adalah salah satu bahan dasar beton sebagai agregat halus. Pasir yang

digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi beberapa persyaratan, salah

satunya adalah pasir harus bersih. Pasir dapat dikatakan bersih dan dapat dipakai

bila tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Lumpur

adalahbagian dari pasir yang lolos dari ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur

lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih lebih dahulu. Syarat-syarat agregat

halus harus sesuai dengan PBI NI-2, 1971.

Kadar lumpur pasir dihitung dengan Persamaan 3.15.

Kadar lumpur =𝑊3

𝑊1x 100% ....................................................................... (3.15)

dengan :

𝑊1 = berat awal pasir (gram)

𝑊3= berat pasir akhir (gram)

3.4.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air menurut SNI 03-1970-1990

Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam

merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel

tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan.

Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan :

a. Berat Jenis, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering

dengan volume pasir total.

b. Berat jenis jenuh kering permukaan , yaitu perbandingan antara berat

pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.

c. Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan

volume butir pasir.

d. Penyerapan, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan

berat pasir kering.

Page 42: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

24

Nilai-nilai yang ingin diketahui di atas dihitung dengan persamaan (3.11) – (3.12).

Berat jenis curah = 𝐵𝑘

(𝐵+500−𝐵𝑡) ............................................................ (3.11)

Berat jenis jenuh kering muka = 500

(𝐵+500−𝐵𝑡) ...................................... (3.12)

Berat jenis semu = 𝐵𝑘

(𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡) .............................................................. (3.13)

Penyerapan = (500−𝐵𝑘)

𝐵𝑘 x 100% ........................................................... (3.14)

Peralatan yang digunakan antara lain : timbangan, piknometer, kerucut

terpancung, batang penumbuk, saringan No. 4 (4,75 mm), oven, talam, cawan dan

lain-lain. Benda uji adalah agregat yang lolos saringan nomor 4 (4,75 mm),

diperoleh dari alat pemisah contoh agregat atau cara penempatan sebanyak 500 gr.

Prosedur pengujian dilaksanakan sebagai berikut :

a. Mengeringkan benda uji dalam oven selama 2 jam, kemudian dinginkan

pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam;

b. Buang air perendam dengan hati-hati, tebarkan agregat diatas talam,

keringkan di udara panas dengan cara membolak-balikkan benda uji.

Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenih;

c. Membuang air perendam dan mengeringkan benda uji di udara panas

sampai tercapai keadaan jenuh kering permukaan.

d. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji

ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk

sebanyak 25 kali, angkat kerucut, keadaan kering permukaan jenuh

tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak;

e. Setelah kondisi keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram

benda uji ke dalam piknometer, masukkan air suling sampai mencapai

90% isi piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat

gelembung udara di dalamnya;

f. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penysuaian

perhitungan kepada suhu standar 25ºC;

g. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas;

h. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram

(Bt);

Page 43: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

25

i. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)ºC

sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator;

j. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Bk);

k. Tentukan berat poknometer berisi air penuh dan ukur suhu air gunakan

penyesuaian dengan suhu standar 25ºC (B).

3.5 Pemeriksaan Agregat Kasar

Untuk mengetahui lulus atau tidaknya benda uji maka dilakukan pengujian

terbahadap benda uji. Adapun beberapa tahapan pemeriksaan benda uji agregat

halis pasir Palu sebagai :

3.5.1 Pengujian Gradasi Agregat menurut SNI 03-1968-1990

Gradasi pada kerikil sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan

sifat kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah

diperhatikan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi

diameter butiran kerikil, prosentase dan modulus kehalusannya. Modulus

kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan

kerikil. Alat yang digunakan, yaitu timbangan, satu set saringan, oven, alat

pemisah contoh, mesin pengguncang saringan, kuas, sendok dan lain-lain.

Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut :

a. Benda uji dikeringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai

berat tetap.

b. Benda uji disaring melalui susunan saringan paling besar ditempatkan

paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin selama 15

menit.

c. Persentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan

dihitung terhadap berat total benda uji setelah disaring.

d. Hasil analisa saringan dalam pengujian gradasi agregat, diwujudkan

dalam bentuk grafik. Selanjutnya digunakan sebagai acuan perencanaan

adukan beton.

Page 44: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

26

3.5.2 Pengujian Berat Isi Agregat Kasar

Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat agregat dengan volume

yang ditempatinya. Hal ini dapat digunakan untuk mempermudah perhitungan

campuran beton bila kita menimbang agregat dengan ukuran volume, karena

umumnya agregat tersebut dalam keadaan padat, sedangkan pada kenyataan pada

saat penimbangan agregat tidak dilakukan dengan wadah untuk penakaran

sehingga satuan volume agregat berada dalam keadaan gembur, sehingga

diperlukan adanya faktor konversi (faktor pengali).

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat isi agregat kasar (batu

lokal Semoi). Berat satuan kerikil adalah perbandingan antara berat kerikil dengan

volume alat ukur. Unit weight diperoleh dengan memasukkan kerikil ke dalam

alat ukur yang telah diketahui volumenya, sehingga berat kerikil dapat diketahui.

Prosedur pengujian berat isi agregat kasar sebagai beirkut :

a. Agregat sesudah direndam selama 24 jam, permukaannya disapu dengan

lap basah.

b. Timbang kotak takar kosong.

c. Timbang kotak takar berisi air penuh.

d. Isi masing-masing kotask takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama

tebal, dimana tiap lapisan ditusuk sebanyak 25 kali. Cara ini disebut

Rodding.

e. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.

f. Timbang kotak takar yang berissi benda uji.

g. Kosongkan kotak takar dan isi lagi dengan benda uji yang dimasukkan

dengan singkup dan tinggi tidak lebih dari 2 inci (2”) diatas kotak takar.

Cara ini disebut Shoveling.

h. Ratakan muka benda uji dengan tangan atau mistar.

i. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.

Page 45: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

27

3.5.3 Pengujian Kadar Air Agregat menurut SNI 03-1971-1990

Metode ini sebagai acuan untuk menentukan besarnya kadar air agregat.

Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung

agregat dengan dalam keadaan kering, yang dinyatakan dalam persen. Peralatan

yang digunakan antara lain : timbangan, oven, talam logam tahan karat.

Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut :

a. Timbang dan catat berat talam (𝑊1).

b. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian berat talam dan

benda uji ditimbang. Catat beratnya (𝑊2).

c. Hitunglah berat benda uji 𝑊3 = 𝑊2 − 𝑊1 .......................................... (3.1)

d. Keringkan contoh benda uji berserta talam di dalam oven pada suhu

(110±5)ºC.

e. Setelah kering timbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (𝑊4).

f. Hitunglah berat benda uji kering 𝑊5 = 𝑊4 − 𝑊1 .............................. (3.2)

g. Kemudian hitung kadar air agregat 𝑊3−𝑊5

𝑊5 x 100%......................... (3.3)

3.5.4 Pengujian Kadar Lumpur Agregat

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan lumpur

dalam pasir maupun krikil. Prosedur pengujian kandungan lumpur untuk agregat

adalah sebagai berikut :

a. Krikil kering oven ditimbang beratnya (W1).

b. Krikil dicuci diatas ayakan No. 200 (W2).

c. Krikil yang tertinggal diatas ayakan dipindahkan ke dalam wadah dan

dimasukkan ke dalam oven selama 1 x 24 jam.

d. Krikil dikeluarkan dari oven dan ditimbang (W3).

3.5.5 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air menurut SNI 03-1969-1990

Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam

merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel

tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan.

Page 46: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

28

Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan :

e. Berat Jenis, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering

dengan volume pasir total.

f. Berat jenis jenuh kering permukaan , yaitu perbandingan antara berat

pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.

g. Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan

volume butir pasir.

h. Penyerapan, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan

berat pasir kering.

Prosedur pengujian berat jenis agregat kasar sebagai berikut :

a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang

melekat pada permukaan;

b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai berat

tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan berat harga jenis digunakan

dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan air

aslinya, maka tidak perlu digunakan pengeringan dengan oven;

c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian

timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk);

d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam

e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput

air pada permukaan hilang, umtuk butiran yang besar pengeringan harus

satu persatu;

f. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj);

g. Letakan benda uji didalam keranjang, gincangkan batunya untuk

mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air

(Ba) dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu

standar (25ºC);

h. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat

dan ringan;

i. Menghitung berat jenis curah, benda jenis jenuh kering muka, berat jenis

semu dan penyerapan beratnya menggunakan rumus-rumus berikut :

Page 47: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

29

Berat jenis curah = Bk

(Bj−Ba) ..................................................................... (3.4)

Berat jenis jenuh kering muka = Bj

(B−Ba) ................................................ (3.5)

Berat jens semu = Bk

(Bk−Ba) ..................................................................... (3.6)

Penyerapan =(Bj−Bk)

Bk 𝑥 100% ............................................................ (3.7)

3.5.6 Pengujian Tes Abrasi (Keausan)

Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang

dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7

mm) terhadap berat semula, dalam persen. Peralatan untuk pengujian ini, yaitu

mesin abrasi Los Angeles, saringan No. 12 (1,7 mm), timbangan, bola-bola baja

dan oven.

Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

b. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam

pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles.

c. Menyiapkan material sebanyak 5000 gr.

d. Masukkan bola-bola baja dan krikil ke dalam mesin Los Angeles.

e. Memutar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30-35 rpm sebanyak 500

putaran, lalu benda uji dikeluarkan dan disaring dengan ukuran saringan

No. 12.

f. Menimbang kerikil yang tertahan pada saringan No. 12, kemudian cuci

kerikil sampai bersih.

g. Keringkan dalam oven selama 24 jam.

h. Hitung berat kering kerikil dan hitnglah presentase keausan.

3.6 Perencanaan Campuran Beton

Pada penelitian perencanaan campuran beton mengacu pada standar SNI 03-

2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Pembuatan

adukan beton, yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai, serta

menentukan proporsi masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang

ekonomis dengan kualitas yang baik.

Page 48: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

30

Perencanaan campuran beton harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Perhitungan perencanaan campuran beton harus didasarkan pada data

sifat-sifat bahan yang akan digunakan dalam produksi beton;

2. Susunan campuran beton diperoleh dari perencanaan ini harus

dibuktikan melalui campuran coba yang menujukkan bahwa proporsi

tersebut dapat memenuhi kekuatan beton yang disyaratkan.

3.6.1 Uji Slump menurut SNI 03-1972-1990

Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka slump beton. Slump

ditetapkan sesuai kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh beton yang mudah

dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Angka slump menggambarkan sifat

kelecakan (workability) beton segar. Peralatan uji slump ialah cetakan dari logam,

tongkat pemadat, pelat logam, sendok cekung dan mistar.

Prosedur pengujian slump pada beton sebagai berikut :

a. Kerucut Abrams diletakkan di atas bidang alas yang rata dan tidak

menyerap air.

b. Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan supaya tidak bergeser.

c. Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur supaya sama

tebalnya (1/3 tinggi kerucut Abrams).

d. Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk sebanyak 25 kali.

e. Lapis terakhir dilebihkan pengisiannya, setelah dipadatkan lalu diratakan

dengan menggelindingkan batang penusuk di atasnya.

f. Segera setelah permukaan atas beton diratakan, cetakan diangkat dengan

kecepatan 3-7 detik, diangkat lurus vertikal.

g. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak

boleh lebih lama dari 2,5 menit.

h. Letakkan cetakan di samping beton yang diuji slump nya (boleh

diletakkan dibalik posisinya) dan ukur nilai slump: penurunan

permukaan atas beton pada posisi titik tengah permukaan atasnya.

i. Jika terjadi kegagalan slump (tidak memenuhi kisaran slump yang

disyaratkan keruntuhan benda uji termasuk keruntuhan geser), maka

Page 49: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

31

pengujian diulang maksimal 3 kali, jika masih gagal maka beton

dinyatakan tidak memenuhi syarat dan ditolak.

j. Nilai Slump = Tinggi cetakan dikurang tinggi rata-rata benda uji

3.6.2 Pembuatan Benda Uji

Benda uji yang dibuat pada penelitian ini benda uji dengan bentuk kubus

dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm untuk menghitung kuat tekan pada beton.

Benda uji yang dibuat sebanyak 9 benda uji.

Prosedur pembuatan benda uji sebagai berikut :

1. Menyiapkan dan menimbang bahan-bahan campuran adukan beton

sesuai dengan mix design.

2. Beri air pada molen terlebih dahulu sebelum memasukkan campuran

beton.

3. Mencampurkan bahan-bahan tersebut dan mengaduknya sampai

campuan homogen dengan cara dimasukkan ke dalam molen secara

berurutan. Mulai dari air, pasir, batu gunung Semoi dan semen.

4. Setelah adukan homogen, tuangkan adukan beton ke dalam cetakan

kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm hingga penuh saambil

dipadatkan.

5. Pada setiap adukan dilakukan uji slump. Pengujian ini bertujuan untuk

menentukan nilai slump beton segar, sehingga dapat diketahui tingkat

kemudahan pengerjaannya (workability).

3.6.3 Penamaan Benda Uji

Penamaan benda uji dilakukan setelah adukan beton di tuang kedalam

cetakan kubus berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Adapun fungsi dari penamaan

benda uji ini untuk membedakan masing-masing benda uji. Penamaan benda uji

dapat dilihat pada table 3.2.

Table 3.2 Penamaan Benda Uji

7 Hari 14 Hari 28 Hari

1 Beton Normal dengan Batu Lokal Semoi BNBL1-BNBL3 BNBL4-BNBL6 BNBL7-BNBL9

2 Beton Normal BN1-BN3 BN4-BN6 BN7-BN9

No NamaKeterangan

Page 50: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

32

3.7 Perawatan Beton

Perawatan beton dilakukan setelah benda uji mongering dan dilepas dari

cetakan agar kelembapan pada beton tetap terjaga dengan baik. Bertujuan agar

proses pengerasan pada beton bekerja secara optimal. Adapun cara melakukan

perawatan beton direndam dalam bak yang berisi air selama masa perawatan.

Pada umumnya perawatan mencegah pengeringan yang biasa menyebabkan

kekurangan air yang dibutuhkan untuk proses pengerasan pada beton. Pada

penelitian benda uji diangkat sehari sebelum pengujian benda uji tekan beton yang

akan dilakukan.

3.8 Pengujian Kuat Tekan Beton menurut SNI 03-1974-1990

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.

Tujuannya untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar. Kuat

tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan

benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan

oleh mesin tekan. Alat yang digunakan adalah timbangan digital dan Compression

Testing Machine (CTM).

Prosedur pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut :

1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;

2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar

antara 2 sampai 4 kg/cm2 perdetik;

3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah

beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;

4. Catat hasil beban maksimum.

3.9 Analisa Data dan Kesimpulan

Analisa hasil perhitungan dapat dilakukan setelah data-data telah diolah.

Data-data yang didapat mulai dari awal penelitian, saat penelitian sampai akhir

penelitian. Hasil penelitian dibahas lebih rinci lagi pada bab IV.

Kesimpulan dari hasil data penelitian akan dibahas pada bab V beserta saran

untuk lebih dapat menyempurnakan hasil dari Tugas Akhir.

Page 51: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian yang dilakukan di

Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Balikpapan yang terdiri dari hasil

pengujian bahan dan hasil pngujian beton dengan Mix Design yang mengacu pada

Metode Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2834-2000). Data dan hasil

perhitungan pengujian pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, gambar

dan grafik untuk dianalisa. Bahan yang diuji, yaitu pasir Palu, batu lokal Semoi

dan kerikil Palu.

4.2 Hasil Pegujian Agregat Halus

Pengujian agregat halus yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi

butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur berat jenis dan penyerapan

air. Berikut ini hasil penelitian pasir Palu :

4.2.1 Hasil Pegujian Gradasi Pasir Palu

Tujuan dari pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau

jumlah perentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang

diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil pengujian gradasi spasir

Palu dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Gradasi Butir Halus Pasir Palu

No. mm gram % Tertinggal Lolos

1" 25,4 0,00 0,00 0,00 100

3/4" 19,1 13,13 1,32 1,32 98,68

3/8" 9,5 32,96 3,31 4,63 95,37

4 4,76 48,43 4,87 9,50 90,50

8 2,38 96,09 9,66 19,15 80,85

16 1,19 118,47 11,90 31,06 68,94

30 0,59 190,89 19,18 50,24 49,76

50 0,297 215,10 21,61 71,85 28,15

100 0,149 136,43 13,71 85,56 14,44

200 0,075 123,51 12,41 97,97 2,03

PAN 20,16 2,03 100 0,00

995,17 273,32

2,73

Lubang SaringanPasir Palu

Tertinggal Komulatif

Modulus Halus Saringan Pasir Palu, Fm

Page 52: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

34

Gambar 4.1. Batas Gradasi Pasir Palu

Pada tabel 4.2 dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi butir halus pasir

Palu di dapatkan modulus halus butir pasir Palu adalah 2,73. Kemudian hasil

tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat halus dan sesuai dengan syarat

standart yang ditetapkan untuk MHB agregat halus dengan kisaran 1,5 - 3,8 maka

untuk nilai MHB pasir Palu termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Untuk

hasil pengujian gradasi pasir Palu setelah di cocokan dengan zona gradasi yang

terdapat pada SNI 03-2834-2000 terdapat 4 zona gradasi pasir (zona 1, zona 2,

zona 3, zona 4) dan hasil dari uji bahan tersebut masuk dalam zona 4 seperti

terlihat pada gambar 4.1.

4.2.2 Hasil Pegujian Berat isi

Pengujian berat isi pasir Palu dilakukan dengan 2 cara, yaitu rodding dan

cara shoveling. Cara rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk pasir Palu

sebanyak 25 kali tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama tebal,

sedangkan cara shoveling dilkakukan tanpa ditusuk-tusuk pada pasir Palu. Hasil

pengujian berat isi pada Pasir Palu dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

10

30

59

90

100 100 100

0 8

35

55

75

90

100

14.44

28.15

49.76

68.94

80.8590.5

95.37

98.68

0

20

40

60

80

100

120

0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19

Kom

ula

tif L

olo

s S

ari

ngan

Lubang Ayakan

Batas Gradasi Pasir (Sedang) No. 2

Batas Atas Zona 2 Batas Bawah Zona 2 Batas Pasir Palu

Page 53: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

35

Tabel 4.2 Pengujian Berat Isi Pasir Palu

Dari hasil pengujian berat isi pasir Palu diatas berat isi pasir Palu yang

dilakukan dengan cara rodding lebih besar dari berat isi dengan cara shoveling,

yaitu 1,427 gr/cm³, sedangkan berat isi dari Pasir Palu dengan cara shoveling

sebesar 1,313 gr/cm³. Hal ini disebabkan karena adanya tusukan-tusukan yang

dilakukan pada cara rodding sebanyak 25 kali yang mengakibatkan volume

menjadi lebih padat dan berat isi menjadi lebih besar dibandingkan dengan cara

shoveling yang dilakukan tanpa di tusuk. Sehingga dalam mix design nilai berat isi

yang digunakan adalah dengan cara rodding. Berat isi dari pasir Palu memenuhi

syarat ASTM C33 karena persyaratan berat isi agregat tidak boleh kurang dari 1,2

gr/cm³.

4.2.3 Hasil Pegujian Kadar Air

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh angka persentase kadar

air yang terkandung pada pasir Palu. Hasil pengujian kadar air yang terkandung

pada pasir Palu disajikan pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Kadar Air Pasir Palu

Rodding Shoveling

A Berat Kotak Takar (gr) 2815 2815

B Berat Kotak Takar + Air (gr) 5920 5920

C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 7315 6955

D Berat Bersih Sampel (A - B) (gr) 4500 4140

E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 3154,13 3154,13

F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,427 1,313

1 (gr) 2 (gr) 3 (gr)

A Berat Cawan + Pasir Basah (W2) 89,56 96,87 96,92

B Berat Pasir Basah (W2-W1) 76,14 83,54 83,44

C Berat Cawan + Pasir Kering Oven (W3) 86,14 93,24 92,91

D Berat Air (A-C) 3,42 3,63 3,71

E Berat Cawan Kosong (W1) 13,42 13,33 13,18

F Berat Pasir Kering (B-E) 72,72 79,91 79,73

G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 4,70 4,54 4,65

H Kadar Air Rata-rata (%)

Sampel PasirUraian

4,633

Page 54: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

36

Pada tabel 4.3 dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada pasir Palu

sebesar 4,633%. Presentase kadar air pada pasir Palu cukup tinggi namun masih

memenuhi syarat SNI 03-1971-1990 karena syarat kadar air bernilai ≤ 5%. Kadar

air yang terkandung pada pasir Palu cukup tinggi dikarenakan sehari sebelum

pengambilan sampel cuaca sedang hujan.

4.2.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase kandungan kadar

lumpur dalam pasir tersebut. Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung pada

pasir Palu terdapat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Kadar Lumpur Pasir Palu

Kadar lumpur pasir yang disyaratkan menurut Standar Nasional Indonesia

tahun 2002 yaitu ≤ 5%. Apabila kadar lumpur ≤ 5 %, maka pasir harus dicuci

terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya sebelum digunakan dalam

campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas hasil kadar lumpur yang

terkandung pada pasir Palu adalah 0,662%, maka pasir Palu dapat digunakan

dalam perencanaan campuran beton tanpa harus dicuci terlebih dahulu.

4.2.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan air

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat jenis curah (Bulk Specific

Grafity), berat jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent Specific

Gravity) dan penyerapan (Absorption) pada pasir Palu. Adapun rumus-rumus

yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah sebagai berikut :

- Berat jenis curah =Bk

(B + 500 – Bt) ............................................................... (4.1)

- Berat jenis jenuh kering permukaan =500

(B + 500 - Bt) ................................. (4.2)

- Berat jenis semu =Bk

(B + Bk - Bt) ................................................................... (4.3)

Uraian Sampel Pasir Palu

Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 984,73

Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 978,21

Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 6,52

Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 0,662

Page 55: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

37

- Penyerapan air = 500 - Bk

Bk ........................................................................... (4.4)

Dimana :

Bk = Berat pasir kering oven (gr)

500 = Berat pasir jenuh kering muka (gr)

Bt = Berat piknometer berisi pasir dan air (gr)

B = Berat piknometer berisi air (gr)

Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada pasir Palu dapat dilihat

pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Berat Jenis dan Penyerapan air Pasir Palu

Dari Tabel diatas hasil berat jenis jenuh kering permukaan yaitu 2,50 yang

dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-1990 yaitu 2,5 - 2,7.

Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil 8,60%, persyaratan

penyerapan air sebesar ≤ 5%. Hal ini dikarenakan sehari sebelum pengambilan

sampel cuaca sedang hujan. Hal ini dapat mempengaruhi proporsi air pada mix

design. Oleh karena itu, pada saat pencampuran dan pengecoran beton

mencampurkan air sedikit demi sedikit agar campuran pada beton tidak menjadi

encer.

4.2.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu)

Setelah semua pengujian pasir Palu dilakukan dan didapat data-data

pengujian secara keseluruhan dan dirangkum dalam tabel 4.6 rekapitulasi hasil

pengujian agregat halus (pasir Palu) sebagai berikut :

Benda Uji Pasir Palu

Berat Pasir Kering oven (gr) (Bk) 460,42

Berat Pasir Jenuh Kering Muka 500 gr 500

Berat Piknometer Pasir dan Air (gr) (Bt) 1535

Berat Piknometer berisi Air (gr) (B) 1235

Berat Jenis Curah (Bk/(B+500-Bt)) 2,30

Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (500/(B+500-Bt)) 2,50

Berat Jenis Semu (Bk/(B+Bk-Bt)) 2,87

Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 8,60

Page 56: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

38

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Halus (Pasir Palu)

Hasil rekapitulasi pengujian pasir Palu ialah :

a. Pengujian berat jenis memiliki presentase nilai 2,50 pada SSD yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat minimum nilai, yaitu 2,5 - 2,7.

Sedangkan pada penyerapan air tidak memenuhi syarat karena hasil

pengujian penyerapan air diapat nilai sebesar 8,60 persyaratan pada

penyerapan air ialah ≤ 5%. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi proporsi

air pada mix design.

b. Pada pengujian berat isi didapatkan presentase nilai 1,427% yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat berat isi ialah ≥ 1,2% menurut ASTM

C33.

c. Pengujian kadar air memiliki presentase nilai sebesar 4,633% yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat presentase kadar air ialah ≤ 5%.

d. Pengujian kadar lumpur didapatkan presentse nilai 0,662% memenuhi

syarat dikarenakan syarat kadar lumpur ialah ≤ 5%.

e. Pengujian gradasi MHB memiliki nilai 2,73 memenuhi syarat dikarenakan

batas minimum nilai gradasi pasir ialah 1,6 – 3,8.

4.3 Hasil Pegujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)

Pengujian agregat kasar yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi

butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan

air. Berikut ini hasil penelitian kerikil Palu :

No. Jenis Uji Syarat Hasil Uji Ket.

1 Berat Jenis

SSD 2,5 - 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,50 Memenuhi syarat

Penyerapan Air ≤ 5% (SNI 03-1970-1990) 8,60 Tidak memenuhi syarat

2 Barat Isi ≥ 1,2% (ASTM C33) 1,427 Memenuhi syarat

3 Kadar Air ≤ 5% (SNI 03-1971-1990) 4,633 Memenuhi syarat

4 Kadar Lumpur ≤ 5% (PUBI-1992) 0,662 Memenuhi syarat

5 Gradasi Mhb 1,6 - 3,8 (SNI 03-2834-2000) 2,73 Memenuhi syarat

Page 57: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

39

4.3.1 Hasil Pegujian Gradasi kerikil Palu

Tujuan dari pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau

jumlah perentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang

diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil pengujian gradasi kerikil

Palu dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Gradasi Butir Halus Kerikil Palu

Gambar 4.2. Batas Gradasi Kerikil Palu

No. mm gram % Tertinggal Lolos

1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 100

1" 25,4 159,91 3,22 3,22 96,78

3/4" 19,1 1274,59 25,64 28,85 71,15

3/8" 9,5 2976,15 59,86 88,71 11,29

4 4,76 530,94 10,68 99,39 0,61

8 2,38 27,38 0,55 99,94 0,06

16 1,19 0,75 0,02 99,96 0,04

30 0,59 0,05 0,00 99,96 0,04

50 0,297 1,08 0,02 99,98 0,02

100 0,149 0,33 0,01 99,98 0,02

PAN 0,075 0,77 0,02 100,00 0,00

4971,95 620,00

Modulus Halus Saringan Kerikil, Fm 6,20

KerikilLubang Saringan

Tertinggal Komulatif

5

40

70

100 100

0

10

35

95100

0.61

11.29

71.15

100 100

0

20

40

60

80

100

120

4.8 9.6 19 38 76

Kom

ula

tif L

olo

s S

ari

ng

an

Lubang Saringan

Batas Gradasi Kerikil atau Koral ukuran maksimum 40 mm

Batas Atas Zona 3 Batas Bawah Zona 3 Batas Kerikil Palu

Page 58: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

40

Pada tabel 4.7 dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi butir halus kerikil

Palu di dapatkan modulus halus butir kerikil Palu adalah 6,20. Kemudian hasil

tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat kasar dan sesuai dengan syarat

standart yang ditetapkan untuk MHB agregat kasar dengan kisaran 5,0 - 8,0 maka

untuk nilai MHB kerikil Palu termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Untuk

hasil pengujian gradasi kerikil Palu setelah di cocokan dengan zona gradasi yang

terdapat pada SNI 03-2834-2000 terdapat 3 zona gradasi (zona 1, zona 2, zona 3)

dan hasil dari uji bahan tersebut masuk dalam zona 3 yaitu seperti terlihat pada

gambar 2.

4.3.2 Hasil Pegujian Berat isi

Pengujian berat isi kerikil Palu dilakukan dengan 2 cara, yaitu rodding dan

cara shoveling. Cara rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk kerikil Palu

sebanyak 25 kali tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama tebal,

sedangkan cara shoveling dilkakukan tanpa ditusuk-tusuk pada kerikil Palu. Hasil

pengujian berat isi pada kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8 Pengujian Berat Isi Kerikil Palu

Dari hasil pengujian berat isi kerikil Palu diatas yang dilakukan dengan cara

rodding lebih besar dari berat isi dengan cara shoveling, yaitu 1,509 gr/cm³,

sedangkan berat isi dari kerikil Palu dengan cara shoveling sebesar 1,314 gr/cm³.

Hal ini disebabkan karena adanya tusukan-tusukan yang dilakukan pada cara

rodding sebanyak 25 kali yang mengakibatkan volume menjadi lebih padat dan

berat isi menjadi lebih besar dibandingkan dengan cara shoveling yang dilakukan

tanpa di tusuk. Sehingga dalam mix design nilai berat isi yang digunakan adalah

dengan cara rodding. Berat isi dari kerikil Palu memenuhi syarat ASTM C33

karena persyaratan berat isinya tidak boleh kurang dari 1,2 gr/cm³.

Rodding Shoveling

A Berat Kotak Takar (gr) 6070 6070

B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915 15915

C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 22520 20400

D Berat Bersih Sampel (A - B) (gr) 16450 14330

E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83 10904,83

F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,509 1,314

Kerikil Palu

Page 59: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

41

4.3.3 Hasil Pegujian Kadar Air

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh angka persentase kadar

air yang terkandung pada kerikil Palu. Hasil pengujian kadar air yang terkandung

pada kerikil Palu disajikan pada tabel 4.9 sebagai berikut :

Tabel 4.9 Kadar Air Kerikil Palu

Pada tabel 4.9 dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada kerikil Palu

sebesar 1,446%. Presentasi kadar air pada kerikil Palu memenuhi syarat SNI 02-

1971-1990 karena syarat kadar air bernilai ≤ 5%.

4.3.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase kandungan kadar

lumpur dalam agregat tersebut. Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung

pada kerikil Palu terdapat pada tabel 4.10 sebagai berikut :

Tabel 4.10 Kadar Lumpur Kerikil Palu

Kadar lumpur pasir yang disyaratkan menurut Standar Nasional Indonesia

tahun 2002 yaitu ≤ 1%. Apabila kadar lumpur ≤ 1 %, maka kerikil Palu harus

dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya sebelum digunakan dalam

campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas hasil kadar lumpur yang

terkandung pada kerikil Palu adalah 2,357%, maka kerikil Palu sebelum

digunakan dalam perencanaan campuran beton harus dicuci terlebih dahulu.

1 (gr) 2 (gr) 3 (gr)

A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 98,20 106,80 103,50

B Berat Agregat Basah (W2-W1) 85,30 93,10 90,20

C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 97,00 105,46 102,21

D Berat Air (A-C) 1,20 1,34 1,29

E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30

F Berat Agregat Kering (B-E) 84,10 91,76 88,91

G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 1,43 1,46 1,45

H Kadar Air Rata-rata (%)

Uraian

1,446

Sampel Kerikil

Uraian Sampel Kerikil

Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 1000,85

Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 977,26

Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 23,59

Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 2,357

Page 60: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

42

4.3.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan air

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat jenis curah (Bulk Specific

Grafity), berat jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent Specific

Gravity) dan penyerapan (Absorption) pada kerikil Palu. Adapun rumus-rumus

yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah sebagai berikut :

- Berat jenis curah = Bk

(Bj - Ba) ....................................................................... (4.5)

- Berat jenis jenuh kering permukaan = Bj

(Bj - Ba)........................................ (4.6)

- Berat jenis semu = Bk

(Bk - Ba) ........................................................................ (4.7)

- Penyerapan air = Bj - Bk

Bk x 100%............................................................... (4.8)

Dimana :

Bk = Berat benda uji kering oven (gr)

Bj = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gr)

Ba = Berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gr)

Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air pada kerikil Palu dapat dilihat

pada tabel 4.11 sebagai berikut :

Tabel 4.11 Berat Jenis dan Penyerapan Air Kerikil Palu

Dari Tabel diatas hasil berat jenis jenuh kering permukaan yaitu 2,70 yang

dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-1990 yaitu 2,5 - 2,7.

Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil 1,01%, hasil tersebut

memenuhi syarat, persyaratan penyerapan air sebesar ≤ 5%.

Kerikil

Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4970

Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5020

Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3161

Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,67

Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,70

Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,75

Penyerapan Air % ((Bj-Bk)/Bk*100%) 1,01

Page 61: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

43

4.3.6 Hasil Pegujian Tes Abasi (Keausan)

Hasil Tes Abrasi (keausan) pada kerikil Palu dapat dilihat pada tabel 4.12

sebagai berikut.

Tabel 4.12 Hasil Tes Abrasi Kerikil Palu

Pengujian tes abrasi tersebut menggunakan berat dan gradasi type B, dimana

lewat ayakan no. ¾” – ½” yang masing-masing jumlah berat agregat 2500 gram.

Jumlah berat agregat keseluruhan yaitu 5000 gram, setelah di tes abrasi

menggunakan alat Los Angeles kemudian disaring ayakan no.12 berat agregat

yaitu 4140 gram. Hasil pengujian batu lokal Semoi ini sebesar 17,20%, hasil ini

memenuhi syarat SNI 2417-2008, yaitu ≤ 50%.

4.3.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Kerikil Palu)

Setelah pengujian kerikil Palu dilakukan dan didapat data-data pengujian,

kemudian data-data tersebut dirangkum dalam tabel 4.13 rekapitulasi hasil

pengujian kerikil Palu sebagai berikut :

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Pengujian Kerikil Palu

Lewat Tertinggal A B C

1 1/2" 1" 1250

1" 3/4" 1250

3/4" 1/2" 1250 2500

1/2" 3/8" 1250 2500

3/8" 1/4" 2500

1/4" No.4 (4,75) 2500

Jumlah Bola 12 11 8

Berat Agregat (A) 5000 5000 5000

Berat Trtahan di atas

Ayakan No.12 (B)4140

Nilai Keausan %

((A-B)/A*100%) 17,20

Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)Ket.

No. Jenis Uji Syarat Hasil Uji Ket.

1 Berat Jenis

SSD 2,5 - 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,70 Memenuhi syarat

Penyerapan Air ≤ 5% (SNI 03-1970-1990) 1,01 Memenuhi syarat

2 Barat Isi ≥ 1,2% (ASTM C33) 1,509 Memenuhi syarat

3 Kadar Air ≤ 5% (SNI 03-2461-2002) 1,446% Memenuhi syarat

4 Kadar Lumpur ≤ 1% (SNI 03-2461-2002) 2.357% Tidak memenuhi syarat

5 Gradasi Mhb 5,0 - 8,0 (SNI 03-2834-2000) 6,20 Memenuhi syarat

6 Tes Abrasi ≤ 50% (SNI 2417-2008) 17,20% Memenuhi syarat

Page 62: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

44

Hasil rekapitulasi pengujian kerikil Palu ialah :

a. Pengujian berat jenis memiliki presentase nilai 2,70 pada SSD yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat minimum nilai, yaitu 2,5 - 2,7. Dan

pada penyerapan air dengan nilai 1,01% memenuhi syarat karena

persyaratan pada penyerapan air ialah ≤ 5%.

b. Pada pengujian berat isi didapatkan presentase nilai 1,509% yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat berat isi ialah ≥ 1,2% menurut ASTM

C33.

c. Pengujian kadar air memiliki presentase nilai sebesar 1,446% yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat presentase kadar air ialah ≤ 5%.

d. Pengujian kadar lumpur didapatkan presentse nilai 2,357% tidak

memenuhi syarat dikarenakan syarat kadar lumpur pada agregar kasar

ialah ≤ 1%. Sehingga kerikil Palu dicuci terlebih dahulu sebelum

digunakan dalam pencampuran adukan beton.

e. Pengujian gradasi MHB memiliki nilai 6,20 memenuhi syarat dikarenakan

batas minimum nilai gradasi pasir ialah 5,0 – 8,0.

f. Pengujian Tes Abrasi memiliki nilai 17,20% memenuhi syarat dikarenakan

syarat nilai tes abrasi ialah ≤ 50%.

4.4 Hasil Pegujian Batu Lokal Semoi

Pengujian agregat kasar yang dilakukan pada penelitian ini meliputi, gradasi

butir halus agregat, berat isi, kadar air, kadar lumpur, berat jenis dan penyerapan

air. Berikut ini hasil penelitian batu lokal Semoi :

4.4.1 Hasil Pegujian Gradasi Batu Lokal Semoi

Tujuan dari pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau

jumlah perentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang

diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel dan grafik. Hasil pengujian gradasi batu

lokal Semoi dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut :

Page 63: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

45

Tabel 4.14 Gradasi Butir Halus Batu Lokal Semoi

Gambar 4.3. Zona Gradasi Batu Lokal Semoi

Pada tabel 4.14 dapat dilihat hasil dari pengujian gradasi butir halus batu

lokal Semoi di dapatkan modulus halus butir batu lokal Semoi adalah 6,82.

Kemudian hasil tersebut dimasukan pada grafik gradasi agregat kasar dan sesuai

dengan syarat standart yang ditetapkan untuk MHB agregat kasar dengan kisaran

No. mm gram % Tertinggal Lolos

1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 100

1" 25,4 716,97 14,52 14,52 85,48

3/4" 19,1 2657,94 53,81 68,33 31,67

3/8" 9,5 1558,99 31,56 99,89 0,11

4 4,76 0,95 0,02 99,91 0,09

8 2,38 0,28 0,01 99,92 0,08

16 1,19 0,20 0,00 99,92 0,08

30 0,59 0,30 0,01 99,93 0,07

50 0,297 0,22 0,00 99,93 0,07

100 0,149 0,34 0,01 99,94 0,06

PAN 0,075 2,97 0,06 100,00 0,00

4939,16 682,35

Modulus Halus Saringan Batu Lokal Semoi Fm 6,82

Batu Lokal SemoiLubang Saringan

Tertinggal Komulatif

5

40

70

100

0

10

35

95100

0.09 0.11

31.67

85.48

100

0

20

40

60

80

100

120

4.8 9.6 19 38 76

Ko

mu

lati

f L

olo

s S

ari

ng

an

Lubang Saringan

Batas Gradasi Kerikil atau Koral ukuran maksimum 40 mm

Batas Atas Zona 3 Batas Bawah Zona 3 Batas Batu Lokal Semoi

Page 64: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

46

5,0 - 8,0 maka untuk nilai MHB batu lokal Semoi termasuk dalam kategori

memenuhi syarat. Untuk hasil pengujian gradasi batu lokal Semoi setelah di

cocokan dengan zona gradasi yang terdapat pada SNI 03-2834-2000 terdapat 3

zona gradasi (zona 1, zona 2, zona 3) dan hasil dari uji bahan tersebut masuk

dalam zona 3 yaitu seperti terlihat pada gambar 4.3.

4.4.2 Hasil Pegujian Berat isi

Pengujian berat isi batu lokal Semoi dilakukan dengan 2 cara, yaitu rodding

dan cara shoveling. Cara rodding dilakukan dengan cara menusuk-nusuk batu

lokal Semoi sebanyak 25 kali tusukan dalam kotak takar dengan 3 lapisan sama

tebal, sedangkan cara shoveling dilakukan tanpa ditusuk-tusuk pada batu lokal

Semoi. Hasil pengujian berat isi pada batu lokal Semoi dapat dilihat pada tabel

4.15 sebagai berikut :

Tabel 4.15 Pengujian Berat Isi

Berat isi batu lokal Semoi dilakukan dengan cara rodding lebih besar dari

berat isi dengan cara shoveling, yaitu 1,371 gr/cm³, sedangkan berat isi dari batu

lokal Semoi dengan cara shoveling sebesar 1,254 gr/cm³. Hal ini disebabkan

karena adanya tusukan-tusukan yang dilakukan pada cara rodding sebanyak 25

kali yang mengakibatkan volume menjadi lebih padat dan berat isi menjadi lebih

besar dibandingkan dengan cara shoveling yang dilakukan tanpa di tusuk.

Sehingga dalam mix design nilai berat isi yang digunakan adalah dengan cara

rodding. Berat isi dari batu lokal Semoi memenuhi syarat ASTM C33 karena

persyaratan berat isinya tidak boleh kurang dari 1,2 gr/cm³.

Rodding Shoveling

A Berat Kotak Takar (gr) 6070 6070

B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915 15915

C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 21020 19750

D Berat Bersih Sampel (A - B) (gr) 14950 13680

E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83 10904,83

F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,371 1,254

Semoi

Page 65: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

47

4.4.3 Hasil Pegujian Kadar Air

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh angka persentase kadar

air yang terkandung pada batu lokal Semoi. Hasil pengujian kadar air yang

terkandung pada batu lokal Semoi disajikan pada tabel 4.16 sebagai berikut :

Tabel 4.16 Kadar Air Batu Lokal Semoi

Pada tabel 4.15 dapat dilihat hasil dari pengujian kadar air pada batu lokal

Semoi sebesar 0,784%. Presentasi kadar air pada batu lokal Semoi memenuhi

syarat SNI 02-1971-1990 karena syarat kadar air bernilai ≤ 5%.

4.4.4 Hasil Pegujian Kadar Lumpur

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase kandungan kadar

lumpur dalam agregat tersebut. Hasil pengujian kadar lumpur yang terkandung

pada batu lokal Semoi terdapat pada tabel 4.17 sebagai berikut :

Tabel 4.17 Kadar Lumpur Batu Lokal Semoi

Kadar lumpur agregat kasar yang disyaratkan menurut Standar Nasional

Indonesia tahun 2002 yaitu ≤ 1%. Apabila kadar lumpur ≤ 1 %, maka agregat

kasar harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpurnya sebelum

digunakan dalam campuran adukan beton. Berdasarkan pada tabel diatas hasil

kadar lumpur yang terkandung pada batu lokal Semoi adalah 1,0%, maka batu

lokal Semoi sebelum digunakan dalam perencanaan campuran beton harus dicuci

terlebih dahulu.

1 (gr) 2 (gr) 3 (gr)

A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 81,47 90,19 90,50

B Berat Agregat Basah (W2-W1) 68,57 76,49 77,20

C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 80,94 89,66 89,83

D Berat Air (A-C) 0,53 0,53 0,67

E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30

F Berat Agregat Kering (B-E) 68,04 75,96 76,53

G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 0,78 0,70 0,88

H Kadar Air Rata-rata (%)

Sampel Batu Lokal Semoi

0,784

Uraian

Uraian Sampel Batu Lokal Smeoi

Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 835,48

Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 827,17

Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 8,31

Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 1,0

Page 66: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

48

4.4.5 Hasil Pegujian Berat Jenis dan Penyerapan air

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan berat jenis curah (Bulk Specific

Grafity), berat jenis jenuh permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent Specific

Gravity) dan penyerapan (Absorption) pada batu lokal Semoi. Adapun rumus-

srumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis adalah sebagai berikut :

- Berat jenis curah = Bk

(Bj - Ba) ........................................................................ (4.9)

- Berat jenis jenuh kering permukaan = Bj

(Bj - Ba)...................................... (4.10)

- Berat jenis semu = Bk

(Bk - Ba) ..................................................................... (4.11)

- Penyerapan air = Bj - Bk

Bk x 100%............................................................ (4.12)

Dimana :

Bk = Berat benda uji kering oven (gr)

Bj = Berat benda uji jenuh kering permukaan (gr)

Ba = Berat benda uji jenuh kering permukaan dalam air (gr)

Hasil berat jenis dan penyerapan air pada batu lokal Semoi dapat dilihat

pada tabel 4.18 sebagai berikut :

Tabel 4.18 Berat Jenis dan Penyerapan Air Batu Lokal Semoi

Dari Tabel diatas hasil berat jenis jenuh kering permukaan yaitu 2,55 yang

dimana hasil tersebut memenuhi syarat dari SNI 03-1970-1990 yaitu 2,5 - 2,7.

Pada penyerapan air jenuh kering muka didapatkan hasil 1,40%, hasil tersebut

memenuhi syarat, persyaratan penyerapan air sebesar ≤ 5%.

Batu Lokal Semoi

Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4943,97

Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5015

Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3045,60

Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,51

Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,55

Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,60

Penyerapan Air % ((Bj-Bk)/Bk*100%) 1,44

Page 67: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

49

4.4.6 Hasil Pegujian Tes Abasi (Keausan)

Hasil Tes Abrasi (keausan) pada batu lokal semoi dapat dilihat pada tabel

4.19 sebagai berikut.

Tabel 4.19 Hasil Tes Abrasi Batu Lokal Semoi

Pengujian tes abrasi tersebut menggunakan berat dan gradasi type A, dimana

lewat ayakan no. 1 ½ - ½ yang masing-masing jumlah berat agregat 1250 gram.

Jumlah berat agregat keseluruhan yaitu 5000 gram, setelah di tes abrasi

menggunakan alat Los Angeles kemudian disaring ayakan no.12 berat agregat

yaitu 3450 gram. Hasil pengujian batu lokal Semoi ini sebesar 31%, hasil ini

memenuhi syarat SNI 2417-2008, yaitu ≤ 50%.

4.4.7 Rekapitulasi Hasil Pengujian Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi)

Setelah pengujian batu lokal Semoi dilakukan dan didapat data-data

pengujian, kemudian data-data tersebut dirangkum dalam tabel 4.20 rekapitulasi

hasil pengujian batu lokal Semoi sebagai berikut :

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Pengujian Batu Lokal Semoi

Lewat Tertinggal A B C

1 1/2" 1" 1250

1" 3/4" 1250

3/4" 1/2" 1250 2500

1/2" 3/8" 1250 2500

3/8" 1/4" 2500

1/4" No.4 (4,75) 2500

Jumlah Bola 12 11 8

Berat Agregat (A) 5000 5000 5000

Berat Trtahan di atas

Ayakan No.12 (B)3450

Nilai Keausan %

((A-B)/A*100%) 31,0

Berat dan Gradasi Benda Uji (gram)Ket.

Diameter Ayakan

No. Jenis Uji Syarat Hasil Uji Ket.

1 Berat Jenis

SSD 2,5 - 2,7 (SNI 03-1970-1990) 2,55 Memenuhi syarat

Penyerapan Air ≤ 5% (SNI 03-1970-1990) 1,40 Memenuhi syarat

2 Barat Isi ≥ 1,2% (ASTM C33) 1,371 Memenuhi syarat

3 Kadar Air ≤ 5% (SNI 03-2461-2002) 0,784% Memenuhi syarat

4 Kadar Lumpur ≤ 1% (SNI 03-2461-2002) 1,0% Memenuhi syarat

5 Gradasi Mhb 5,0 - 8,0 (SNI 03-2834-2000) 6,82 Memenuhi syarat

6 Tes Abrasi ≤ 50% (SNI 2417-2008) 31% Memenuhi syarat

Page 68: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

50

Hasil rekapitulasi pengujian batu lokal Semoi ialah :

a. Pengujian berat jenis memiliki presentase nilai 2,55 pada SSD yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat minimum nilai, yaitu 2,5 - 2,7. Dan

pada penyerapan air dengan nilai 1,40% memenuhi syarat karena

persyaratan pada penyerapan air ialah ≤ 5%.

b. Pada pengujian berat isi didapatkan presentase nilai 1,371% yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat berat isi ialah ≥ 1,2% menurut ASTM

C33.

c. Pengujian kadar air memiliki presentase nilai sebesar 0,784% yang

memenuhi syarat dikarenakan syarat presentase kadar air ialah ≤ 5%.

d. Pengujian kadar lumpur didapatkan presentse nilai 1,0% tidak memenuhi

syarat dikarenakan syarat kadar lumpur pada agregar kasar ialah ≤ 1%.

Sehingga batu lokal Semoi dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan

dalam pencampuran adukan beton.

e. Pengujian gradasi MHB memiliki nilai 6,82 memenuhi syarat dikarenakan

batas minimum nilai gradasi pasir ialah 5,0 – 8,0.

f. Pengujian Tes Abrasi memiliki nilai 31,0% memenuhi syarat dikarenakan

syarat nilai tes abrasi ialah ≤ 50%.

4.5 Hasil Pegujian Bahan

Pada penelitian ini menggunkan Mix Design Metode Standar Nasional

Indonesa (SNI 03-2834-2000). Berikut adalah rencana perencanaan beton :

Tabel 4.21 Perencanaan Campuran Beton

Mix design tersebut digunakan untuk 9 sampel BN dan 9 sampel BNBL

yang akan diuji pada 7, 14 dan 28 hari. Dimana BN yang merupakan nama benda

uji pengulangan untuk variasi beton normal dengan menggunakan agregat pasir

BN 9,37 17,14 5,6 36,40 - 9

BNBL 9,37 17,46 5,6 - 35,22 9

18Jumlah Sampel

Campuran Beton

VariasiSemen

(kg)

Pasir Palu

(kg)Air (kg)

Kerikil Palu

(kg)

Batu

Lokal

Jumlah

Sampel

Page 69: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

51

Palu dan kerikil palu dan BNBL untuk variasi beton normal dengan menggunakan

agregat pasir Palu dan batu lokal Semoi. Untuk rincian perhitungan mix design

dapat dilihat pada lampiran no.2.

4.6 Pegujian Nilai Slump

Pengujian nilai slump dilakukan pada adukan beton yang diambil langsung

dari tempat pengadukan beton, karena pengadukan dilakukan secara manual.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kelecakan beton. Hal ini mempunyai

pengaruh terhadap kemudahan dalam pengerjaan beton (workability).

Pada umumnya nilai slump 10 ± 2 cm, sedangkan nilai slump yang didapat

dilapangan ada 4 kali adukan beton yang dimana adukan beton pertama untuk 6

sampel adalah 120 mm, pada adukan kedua untuk 3 sampel adalah 110 mm, pada

adukan ketiga untuk 6 sampel adalah 110 mm dan pada adukan keempat untuk 3

sampel adalah 120 mm. Sehingga nilai slump rata-rata pada adukan beton adalah

115 mm, hasil ini memenuhi persyaratan.

4.7 Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji penelitian ini menggunakan benda uji berupa kubus

dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Selain itu, benda uji yang akan digunakan

pada penelitian ini memiliki 2 variasi umur yaitu 3, 14 dan 28 hari, serta memiliki

2 variasi material campuran dengan jumlah 18 sampel yang dimana tiap masing-

masing memiliki 3 sampel.

4.8 Perawatan Benda Uji

Beton yang sudah dicetak dibiarkan mengering selama ± 24 Jam, kemudian

dilepas dari cetakan dan setelah itu dilakukan perawatan beton selama sehari

sebelum waktu pengujian kuat tekan beton dengan cara perendaman beton dalam

bak perendaman agar beton tetap lembab. Setelah sehari sebelum waktu pengujian

kuat tekan beton dikeluarkan agar mengering sebelum waktu pengujian kuat tekan

beton.

Page 70: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

52

4.9 Hasil Pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 7, 14 dan 28 hari.

Alat yang digunakan adalah timbangan elektrik dan Compression Testing

Machine (CTM). Pengujian kuat tekan ini untuk mengetahui kuat tekan beton dari

material pasir Palu, kerikil Palu dan batu lokal Semoi. Adapun rumus-rumus yang

digunakan untuk menghitung kuat tekan beton adalah sebagai berikut :

- Luas Penampang = sisi x sisi ............................................ (4.13)

- Beban Maksimum = Beban (Kn) x 102 ............................. (4.14)

- Kuat Tekan (kg/cm²) = Beban Maksimum

Luas Penampang ................................ (4.15)

- Kuat Tekan (Mpa) = Kuat Tekan (kg/cm²)

10 x 0,83.................. (4.16)

- Estimasi Kuat Tekan 28 Hari = Kuat Tekan (kg/cm²)

Faktor Koreksi Hari .............................. (4.17)

- Estimasi Kuat Tekan 28 Hari = Kuat Tekan (Mpa)

Faktor Koreksi Hari ............................... (4.18)

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 7 Hari

Tabel 4.23 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 7 Hari

(kg/cm²) (kg/cm²)

1 BN1 12 225 8,37 640 290,13 0,65 446,36

2 BN2 12 225 8,56 280 126,93 0,65 195,28

3 BN3 12 225 8,47 570 258,40 0,65 397,54

225,16 346,39

Faktor

Koreksi

Hari

Slump

(Cm)

Rata-rata

26

April

2017

No.

3 Mei

2017

Luas

Penampang

(Cm²)

Beban

(Kn)

Nama

Variasi

Estimasi Kuat

Tekan 28 Hari

Kuat

TekanTgl

Test

Berat

Sampel

(Kg)

Tgl

Cor

(kg/cm²) (kg/cm²)

1 BNBL1 11 225 8,39 480 217,60 0,65 334,77

2 BNBL2 11 225 8,44 480 217,60 0,65 334,77

3 BNBL3 11 225 8,49 750 340,00 0,65 523,08

258,40 397,54Rata-rata

No. Nama

Variasi

Tgl

Cor

Tgl

Test

Slump

(Cm)

Luas

Penampang

(Cm²)

Berat

Sampel

(Kg)

Beban

(Kn)

Faktor

Koreksi

Hari

Estimasi Kuat

Tekan 28 Hari

Kuat

Tekan

27

April

2017

4 Mei

2017

Page 71: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

53

Tabel 4.24 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 14 Hari

Tabel 4.25 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 14 Hari

Tabel 4.26 Hasil Pengujian Kuat Tekan BN 28 Hari

Tabel 4.27 Hasil Pengujian Kuat Tekan BNBL 28 Hari

(kg/cm²) (kg/cm²)

1 BN4 12 225 8,37 780 353,60 0,88 401,82

2 BN5 12 225 8,56 990 448,80 0,88 510,00

3 BN6 12 225 8,47 680 308,27 0,88 350,30

370,22 420,71

Slump

(Cm)

Luas

Penampang

(Cm²)

Berat

Sampel

(Kg)

Beban

(Kn)

Kuat

Tekan

Faktor

Koreksi

Hari

Estimasi Kuat

Tekan 28 Hari

26

April

2017

11

Mei

2017

Rata-rata

No. Nama

Variasi

Tgl

Cor

Tgl

Test

(kg/cm²) (kg/cm²)

1 BNBL4 11 225 8,39 700 317,33 0,88 360,61

2 BNBL5 11 225 8,44 610 276,53 0,88 314,24

3 BNBL6 11 225 8,49 780 353,60 0,88 401,82

315,82 358,89

Faktor

Koreksi

Hari

Estimasi Kuat

Tekan 28 Hari

Rata-rata

Beban

(Kn)

Kuat

TekanNo. Nama

Variasi

Tgl

Cor

Tgl

Test

Slump

(Cm)

Luas

Penampang

(Cm²)

Berat

Sampel

(Kg)

27

April

2017

12

Mei

2017

(kg/cm²) (kg/cm²)

1 BN7 11 225 8,58 300 136,00 1,00 136,00

2 BN8 11 225 8,55 660 299,20 1,00 299,20

3 BN9 11 225 8,61 810 367,20 1,00 367,20

267,47 267,47

No. Nama

Variasi

Tgl

Cor

Tgl

Test

Slump

(Cm)

Luas

Penampang

(Cm²)

Berat

Sampel

(Kg)

Faktor

Koreksi

Hari

Estimasi Kuat

Tekan 28 HariBeban

(Kn)

Kuat

Tekan

26

April

2017

24

Mei

2017

Rata-rata

(kg/cm²) (kg/cm²)

1 BNBL7 12 225 8,39 640 290,13 1,00 290,13

2 BNBL8 12 225 8,44 600 272,00 1,00 272,00

3 BNBL9 12 225 8,49 580 262,93 1,00 262,93

275,02 275,02

Faktor

Koreksi

Hari

Estimasi Kuat

Tekan 28 Hari

27

April

2017

25

Mei

2017

Rata-rata

Luas

Penampang

(Cm²)

Berat

Sampel

(Kg)

Beban

(Kn)No.

Nama

Variasi

Tgl

Cor

Tgl

Test

Slump

(Cm)

Kuat

Tekan

Page 72: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

54

Dapat dilihat pada tabel tersebut hasil dari pengujian kuat tekan beton

normal menggunakan kerikil Palu dan pasir Palu dengan batu lokal Semoi dan

pasir Palu umur 7, 14 dan 28 hari. Pada umur 7 hari kuat tekan beton rata-rata

keikil Palu dan pasir Palu yaitu 346,39 kg/cm². Pada umur 14 hari kuat tekan rata-

rata yaitu 420,71 kg/cm² dan pada umur beton 28 hari kuat tekan rata-rata yaitu

267,47 kg/cm². Sedangkan pada umur 7 hari kuat tekan beton rata-rata batu lokal

Semoi dan pasir Palu yaitu 397,54 kg/cm². Pada umur 14 hari kuat tekan rata-rata

yaitu 358,89 kg/cm² dan pada umur beton 28 hari kuat tekan rata-rata yaitu 275,02

kg/cm².

Adapun grafik yang menjelaskan perhitungan kuat tekan beton normal

menggunakan material pasir Palu dan kerikil Palu dengan beton normal

menggunakan material pasir Palu dan batu lokal Semoi mengambil nilai rata-rata

setiap variasi sebagai berikut :

Gambar 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton BN dan BNBL

Dapat dilihat pada gambar 4.4 perbandingan kuat tekan beton BN dan

BNBL kuat tekan yang lebih baik yaitu kuat tekan BNBL, karena pada pengujian

kuat tekan umur 7 dan 28 hari BNBL lebih tinggi dibandingkan dengan BN. Dari

hasil kuat tekan BN umur 7, 14 dan 28 hari berturut-turut mengalami peningkatan

terhadap mutu beton K175 yaitu sebesar 49,48%, 58,40% dan 34,57%. Sedangkan

pada hasil kuat tekan BNBL umur 7, 14 dan 28 hari berturut-turut mengalami

peningkatan yaitu sebesar 55,98%, 51,24% dan 36,37%. Hal ini menunjukkan

bahwa kuat tekan beton dari BN dan BNBL memenuhi dari rencana mutu beton

K175 yang sudah direncanakan.

BN BNBL

7 hari 346.39 397.54

14 hari 420.71 358.89

28 hari 267.47 275.02

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00450.00

Ku

at

Tek

an

Bet

on

Page 73: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

55

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

2. Kuat tekan beton rata-rata menggunakan material kerikil Palu dengan pasir

Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir Palu sebagai agregat pada

campuran beton yaitu 267,47 kg/cm² atau mutu beton K267,47 dan 275,02

kg/cm² atau mutu beton K275,02.

3. Pengaruh kerikil Palu dengan pasir Palu dan batu lokal Semoi dengan pasir

Palu terhadap campuran beton dapat dilihat dari kuat tekan yang

dihasilkan mengalami penigkatan sebesar 34,57% dan 36,37% terhadap

mutu beton K175 yang sudah direncanakan.

5.2 Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adapun beberapa saran

yang dapat diberikan pada masa yang akan datang sebagai berikut :

3. Diharapkan pada pencampuran beton lebih diperhatikan lagi agar

campuran beton merata sehingga beton yang dihasilkan dapat

meningkatkan kuat tekan beton nantinya.

4. Apabila memadatkan adukan beton pada cetakan dapat diteliti dan

dicermati agar benda uji tidak poros.

5. Pada saat pengujian kuat tekan beton diperhatikan kembali dan diteliti

agar benda uji masuk ke dalam alat dengan posisi yang tepat sehingga

kuat tekan yang diperoleh dapat maksimal.

Page 74: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

56

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Karmila. (2015). Pasir Kandilo dan Kerikil Petangis sebagai material

lokal Tanah Grogot dalam Campuran Beton. Jurnal Media Teknik

Sipil. Politeknik Negeri Balikpapan

Anonim (1971). Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Bandung.

SNI, 03-1968-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Analisis Saringan Agregat

halus dan kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.

SNI, 03-1969-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air

Agregat Kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.

SNI, 03-1971-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Kadar Air Agregat. Jakarta:

Badan Standardisasi Nasional BSN.

SNI, 03-1972-1990. (1990). Tata Cara Pengujian Slump Beton. Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional BSN.

SNI, 03-2847-2000. (2000). Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton

Norma. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional BSN.

Tjokrodimuljo, 1996. (1996). Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil. Yogyakarta:

Fakultas Universitas Gadjah Mada.

Page 75: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

57

Lampiran 1. Mix Design

Perencanaan Campuran Beton Kerikil Palu

Tabel/Grafik/ Ket.Perhitungan

1 Kuat tekan yang disyaratkan (benda uji silinder/kubus) 14,53 Mpa2 Deviasi standar 73 Nilai tambah (margin) 11,48 Mpa4 Kekuatan rata - rata yang ditargetkan 26,01 Mpa5 Jenis semen Semen Tonasa6 Jenis agregat : -kasar Batu Pecah

halus Alami7 Faktor air semen bebas 0,68 Faktor air semen maksimum ditetapkan 0,6 mm9 Slump 60-180 mm

10 Ukuran agregat maksimum 40 mm11 Kadar air bebas 185 kg/m²12 Jumlah semen 308,33 kg/m²13 Jumlah semen maksimum ditetapkan 308,33 kg/m²14 Jumlah semen minimum Tabel 4 275 kg/m²15 Faktor air semen yang disesuaikan 0,616 Susunan besar butir agregat halus Grafik 4 No.217 Susunan agregat kasar atau gabungan Grafik 9 No.318 Persen agregat halus % 33 %19 Berat jenis relative, agregat (kering permukaan) 2,59720 Berat isi beton 2274 kg/m²21 Kadar agregat gabungan 1780,667 kg/m²22 Kadar agregat halus 587,620 kg/m²23 Kadar agregat kasar 1193,047 kg/m²24 Proporsi campuran

Semen 308,333 kg/m²Air 185,000 kg/m²Agregat Halus 587,620 kg/m²Agregat kasar 1193,047 kg/m²

25 Koreksi CampuranAir 203,041 kgAgregat halus 563,329 kgAgregat kasar 1198,296 kg

No Uraian Nilai

Volume Kubus 0,0034Campuran 1 sampelSemen 1,041Air 0,685Pasir Palu 1,901Kerikil Palu 4,044

Page 76: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

58

Perencanaan Campuran Beton Batu Lokal Semoi

Tabel/Grafik/ Ket.Perhitungan

1 Kuat Tekan yang disyaratkan (benda uji kubus) 14,53 Mpa2 Deviasi Standar 73 Nilai tambah (margin) 11,48 Mpa4 Kekuatan rata-rata yang ditargetkan 26,01 Mpa5 Jenis Semen Semen Tonasa6 Jenis Agregat : Kasar Batu Pecah Semoi

: Halus Alami7 Faktor Air Semen bebas 0,68 Faktor Air Semen Maksimum 0,6 mm9 Slump 60-180 mm

10 Ukuran agregat maksimum 40 mm11 Kadar air bebas 185 kg/m²12 Jumlah semen 11:08 308,33 kg/m²13 Jumlah semen maksimum 11:07 308,33 kg/m²14 Jumlah semen minimum Tabel 4 275 kg/m²15 Faktor air semen yang disesuaikan 0,616 Susunan besar butir agregat halus Grafik 4 No.217 Susunan agregat kasar atau gabungan Grafik 9 No.318 Persen agregat halus % 33 %19 Berat jenis relative, agregat (kering permukaan) 2,53020 Berat isi beton 2235 kg/m²21 Kadar agregat gabungan 1741,667 kg/m²22 Kadar agregat halus 574,750 kg/m²23 Kadar agregat Kasar 1166,917 kg/m²24 Proporsi campuran :

Semen 308,333 kg/m²Air 185,000 kg/m²Agregat Halus 574,750 kg/m²Agregat Kasar 1166,917 kg/m²

25 Koreksi CampuranAir 215,396 kgAgregat Halus 515,969 kgAgregat Kasar 1159,301 kg

UraianNo. Nilai

Volume Kubus 0,0034Campuran 1 sampelSemen 1,041Air 0,727Pasir Palu 1,741Batu Lokal Semoi 3,913

Page 77: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

59

HASIL PEMERIKSAANANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 13 April 2017

No mm gram % Tertinggal Lolos1" 25,4 0,00 0,00 0,00 100

3/4" 19,1 13,13 1,32 1,32 98,683/8" 9,5 32,96 3,31 4,63 95,37

4 4,76 48,43 4,87 9,50 90,508 2,38 96,09 9,66 19,15 80,85

16 1,19 118,47 11,90 31,06 68,9430 0,59 190,89 19,18 50,24 49,7650 0,297 215,10 21,61 71,85 28,15100 0,149 136,43 13,71 85,56 14,44

200 0,075 123,51 12,41 97,97 2,03

PAN 20,16 2,03 100,00 0,00Total 995,17 273,32

LubangSaringan

Modulus Halus Butir 2,73

Pasir PaluTertinggal Komulatif

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 13 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 78: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

60

HASIL PEMERIKSAANANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 13 April 2017

No mm gram % Tertinggal Lolos1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 1001" 25,4 159,91 3,22 3,22 96,78

3/4" 19,1 1274,59 25,64 28,85 71,153/8" 9,5 2976,15 59,86 88,71 11,29

4 4,76 530,94 10,68 99,39 0,618 2,38 27,38 0,55 99,94 0,06

16 1,19 0,75 0,02 99,96 0,0430 0,59 0,05 0,00 99,96 0,0450 0,297 1,08 0,02 99,98 0,02

100 0,149 0,33 0,01 99,98 0,02

PAN 0,77 0,02 100,00 0,00Total 4971,95 620,00

Kerikil PaluTertinggal Komulatif

LubangSaringan

Modulus Halus Butir 6,20

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 13 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 79: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

61

HASIL PEMERIKSAANANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 13 April 2017

No mm gram % Tertinggal Lolos1,5" 38,1 0,00 0,00 0,00 1001" 25,4 716,97 14,52 14,52 85,48

3/4" 19,1 2657,94 53,81 68,33 31,673/8" 9,5 1558,99 31,56 99,89 0,11

4 4,76 0,95 0,02 99,91 0,098 2,38 0,28 0,01 99,92 0,0816 1,19 0,20 0,00 99,92 0,0830 0,59 0,30 0,01 99,93 0,0750 0,297 0,22 0,00 99,93 0,07

100 0,149 0,34 0,01 99,94 0,06

PAN 2,97 0,06 100,00 0,00Total 4939,16 682,35

Lubang Batu Lokal SemoiSaringan Tertinggal Komulatif

Modulus Halus Butir 6,82

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 13 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 80: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

62

HASIL PEMERIKSAANBERAT ISI AGREGAT HALUS

Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017

No Pengujian Batu Lokal SemoiA Berat Kotak Takar (gr) 2815B Berat Kotak Takar + Air (gr) 5920C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 6955D Berat Bersih Sampel (A - C) (gr) 4140E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 3154,13F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,3131,427

2815592073154500

3154,13

Rodding Shoveling

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 12 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 81: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

63

HASIL PEMERIKSAANBERAT IS AGREGAT HALUS

Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017

No Pengujian Kerikil PaluA Berat Kotak Takar (gr) 6070B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 20400D Berat Bersih Sampel (A - C) (gr) 14330E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,3141,509

10904,83

2252016450

607015915

Rodding Shoveling

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 12 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 82: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

64

HASIL PEMERIKSAANBERAT ISI AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017

No Pengujian Batu Lokal SemoiA Berat Kotak Takar (gr) 6070B Berat Kotak Takar + Air (gr) 15915C Berat Kotak Takar + Sampel (gr) 19750D Berat Bersih Sampel (A - C) (gr) 13680E Volume (1/4 x λ x r² x t) (cm³) 10904,83F Berat Isi (D/E) (gr/cm³) 1,2541,371

Shoveling6070

15915

Rodding

10904,831495021020

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 12 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 83: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

65

HASIL PEMERIKSAANKADAR AIR AGREGAT HALUS

Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017

Sampel 1 (gr) Sampel 2 (gr) Sampel 3 (gr)A Berat Cawan + Pasir Basah (W2) 89,56 96,87 96,62B Berat Pasir Basah (W2-W1) 76,14 83,54 83,44C Berat Cawan + Pasir Kering Oven (W3) 86,14 93,24 92,91D Berat Air (A-C) 3,42 3,63 3,71E Berat Cawan Kosong (W1) 13,42 13,33 13,18F Berat Pasir Kering (B-E) 72,72 79,91 79,73G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 4,70 4,54 4,65H Kadar Air Rata-rata (%)

No UraianBerat (gr)

4,633

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 12 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 84: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

66

HASIL PEMERIKSAANKADAR AIR AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017

Sampel 1 (gr) Sampel 2 (gr) Sampel 3 (gr)A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 98,20 106,80 103,50B Berat Agregat Basah (W2-W1) 85,30 93,10 90,20C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 97,00 105,46 102,21D Berat Air (A-C) 1,20 1,34 1,29E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30F Berat Agregat Kering (B-E) 84,10 91,76 88,91G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 1,43 1,46 1,45H Kadar Air Rata-rata (%)

Berat (gr)UraianNo

1,446

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 12 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 85: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

67

HASIL PEMERIKSAANKADAR AIR AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 11 April 2017

Sampel 1 (gr) Sampel 2 (gr) Sampel 3 (gr)A Berat Cawan + Agregat Basah (W2) 81,47 90,19 90,50B Berat Agregat Basah (W2-W1) 68,57 76,49 77,20C Berat Cawan + Agregat Kering Oven (W3) 80,94 89,66 89,83D Berat Air (A-C) 0,53 0,53 0,67E Berat Cawan Kosong (W1) 12,90 13,70 13,30F Berat Agregat Kering (B-E) 68,04 75,96 76,53G Kadar Air : (D-F)/100% (%) 0,78 0,70 0,88H Kadar Air Rata-rata (%)

No

0,784

Berat (gr)Uraian

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 12 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 86: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

68

HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (Lolos Ayakan No. 200)

Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 12 April 2017

No Uraian Pasir Palu1 Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 984,732 Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 978,213 Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 6,524 Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 0,662

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 13 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 87: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

69

HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (Lolos Ayakan No. 200)

Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 12 April 2017

No Uraian1 Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr2 Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr3 Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr4 Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100%

Kerikil Palu1000,85977,2623,592,357

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 13 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 88: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

70

HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (Lolos Ayakan No. 200)

Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 12 April 2017

No Uraian Batu Lokal Semoi1 Berat Agregat Kering Oven (Kering Tungku) (W1) gr 835,482 Berat Agregat setelah dicuci (Kering Tungku) (W2) gr 827,173 Berat Butiran yang lewat Ayakan No. 200 (W3 = W1 - W2) gr 8,314 Butiran yang lewat Ayakan (W3 / W1)*100% 1,0

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 13 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 89: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

71

HASIL PEMERIKSAANBERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT HALUS

Pemeriksaan Agregat Halus : Pasir PaluTanggal Pemeriksaan : 15 April 2017

No Uraian Pasir Palu1 Berat Pasir Kering oven (gr) (Bk) 460,422 Berat Pasir Jenuh Kering Muka 500 gr 500,003 Berat Piknometer Pasir dan Air (gr) (Bt) 1535,004 Berat Piknometer berisi Air (gr) (B) 1235,005 Berat Jenis Curah (Bk/(B+500-Bt)) 2,306 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (500/(B+500-Bt)) 2,507 Berat Jenis Semu (Bk/(B+Bk-Bt)) 2,878 Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 8,60

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 16 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 90: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

72

HASIL PEMERIKSAANBERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Kerikil PaluTanggal Pemeriksaan : 15 April 2017

No Uraian Kerikil Palu1 Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4970,002 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5020,003 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3161,004 Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,675 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,706 Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,757 Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 1,01

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 16 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 91: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

73

HASIL PEMERIKSAANBERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR PADA AGREGAT KASAR

Pemeriksaan Agregat Halus : Batu Lokal SemoiTanggal Pemeriksaan : 15 April 2017

No Uraian Batu Lokal Semoi1 Berat Benda Uji Kering oven (gr) (Bk) 4943,972 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan (gr) (Bj) 5015,003 Berat Benda Uji Jenuh Kering Permukaan dalam air (gr) (Ba) 3045,604 Berat Jenis Curah (Bk/(Bj-Ba)) 2,515 Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (Bj/(Bj-Ba)) 2,556 Berat Jenis Semu (Bk/(Bk-Ba)) 2,607 Penyerapan Air Jenuh Kering Muka % ((500-Bk)/Bk*100%) 1,44

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 16 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 92: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

74

HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN TES ABRASION BY LOS ANGELES MACHINE

(AASTHO T-96-74*)

Asal Bahan : Kerikil PaluBerat Sampel : 5000 gramDi Tes Oleh : 16 April 2017Jumlah Bola Besi : 11Kecepatan Mesin : 33 RPMJumlah Putaran : 500 putaran

KetLewat Tertinggal A B C

1 1/2" 1" 12501" 3/4" 12503/4" 1/2" 1250 25001/2" 3/8" 1250 2500

3/8" 1/4" 2500

1/4" No.4 (4.75) 2500Jumlah Bola 12 11 8Berat Agregat (A) 5000 5000 5000Berat Trtahan di atas Ayakan No.12(B) 4140Nilai Keausan % ((A-B)/A*100%) 17,20

Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gr)

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 17 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 93: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPANJURUSAN TEKNIK SIPIL

LABORATORIUM TEKNIK SIPILJl. Soekarno Hatta Km. 8 Politeknik Negeri Balikpapan 76125

Telp. (0542) 860895, 862305 Fax. 861107Email : [email protected] Web : http//www.poltekba.ac.id

75

HASIL PEMERIKSAANPENGUJIAN TES ABRASION BY LOS ANGELES MACHINE

(AASTHO T-96-74*)

Asal Bahan : Batu Lokal SemoiBerat Sampel : 5000 gramDi Tes Oleh : 16 April 2017Jumlah Bola Besi : 11Kecepatan Mesin : 33 RPMJumlah Putaran : 500 putaran

KetLewat Tertinggal A B C

1 1/2" 1" 12501" 3/4" 12503/4" 1/2" 1250 25001/2" 3/8" 1250 2500

3/8" 1/4" 2500

1/4" No.4 (4.75) 2500Jumlah Bola 12 11 8Berat Agregat (A) 5000 5000 5000Berat Trtahan di atas AyakanNo.12 (B) 3450Nilai Keausan % ((A-B)/A*100%) 31,00

Diameter Ayakan Berat dan Gradasi Benda Uji (gr)

Laporan

Sajali, A.md

Balikpapan, 17 April 2017Peneliti

Dwi AfriyaniNIM : 140309240892

Page 94: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

76

Lampiran 3

Material Bahan

Berikut ini adalah foto-foto material pencampuran adukan beton yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berkut :

Pasir Palu Batu Lokal Semoi Semen Tonasa

Kerikil Palu Air

Page 95: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

77

Lampiran 4.

Material Alat

Berikut ini adalah foto-foto material peralatan yang digunakan dalam penelitian

ini sebagai berikut :

Satu Set Saringan Timbangan Berat Jenis Sieve Shaker

Oven Los Angeles Compression TestingMachine (CTM)

Page 96: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

78

Timbangan ElektrikKetelitian 0.1%

Timbangan ElektrikKetelitian 0.1%

Gerobak

Kuas Sarung Tangan Meteran

Kerucut dan Tongkat Baja Cetakan Kubus Ember

Page 97: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

79

Wadah (Pelat Baja) Talam Cawan

Kotak Takar

Page 98: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

80

Lampiran 5

Pengujian Agregat

Berikut ini adalah foto-foto proses pengujian agregat yang digunakan dalam

campuran adukan beton sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus dan Agregat Kasar

Timbang Kotak Takar Kosongdan Berisi Air Penuh

Berat Isi dengan cara Roddingditusuk sebanyak 25 kali

Berat Isi dengan cara Shoveling Ratakan Muka Benda Uji

Page 99: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

81

Timbang Kotak Takar Berisi Benda Uji

Page 100: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

82

2. Pemeriksaan Gradasi Butir Halus Agregat Halus dan Kasar

Menyiapkan 1 set Saringan sesuaiNo. Lubang Saringan

Timbang Agregat Halus seberat 1 kgkemudian dioven

Timbang Agregat Kasar seberat 5 kgkemudian dioven

Masukkan Benda Uji ke dalamSaringan

Page 101: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

83

Saring benda uji dengan alat SieveShaker

Timbang Benda Uji yang tertahanpada Saringan

Page 102: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

84

3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus dan Agregat Kasar

Timbang Berat Cawan Kosong Masukkan Benda Uji ke dalamCawan kemudian di Timbang

Oven Sampel selama 24 jam dalamsuhu 110ºC

Masukkan Benda Uji ke dalamCawan kemudian di Timbang

Page 103: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

85

4. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus dan Agregat Kasar

Oven Sampel 500gr selama 24jamdalam suhu 110ºC

Timbang Sampel Kemudian Cucisampel diatas ayakan No. 200

Oven Sampel yg telah dicuciselama 24jam dalam suhu 110ºC

Timbang Sampel yang telah dioven

Page 104: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

86

5. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air

Oven Sampel yg telah dicuciselama 2jam dalam suhu 110ºC

Rendam Sampel dalam air selama24jam

Tebarkan Sampel Agregat Halusdiatas talam keringkan diudara

panas

Timbang piknometer Kosong

Page 105: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

87

Timbang Piknometer berisi AirPenuh

Setelah kondisi SSD masukkan500gram Agregat Halus ke dalam

piknometer

Isi Air pada Piknometer berisiSampel dan guncang

Isi Penuh Air pada Piknometer

Page 106: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

88

Diamkan Sampel selamaTimbang Piknometer Berisi Air penuh

dan Sampel

Lab Sampel Agregat Kasar denganKain Penyerap

Timbang Sampel Agregat Kasar JenuhKering Permukaan

Page 107: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

89

Letakkan Sampel didalam keranjangpada Timbangan Berat Jenis

Masukkan Keranjang ke dalam Air

Tentukan Berat Sampel Agregat Kasar didalam Air

Page 108: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

90

6. Pengujian Tes Abrasi (Keausan) Agregat Kasar

Pisahkan Sampel Sesuai Kelompokdengan Berat Total 5000gr

Masukkan bola-bola Baja danSampel kedalam Mesin

Nyalakan mesin Los Angeles putarsebanyak 500 putaran

Keluarkan Sampel kemudian SaringSampel dengan Saringan No.12

Page 109: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

91

Cuci Sampel yang tertahansaringan No.12

Oven Selma 24 jam

Timbang Sampel yang tertahanSaringan No.12

Page 110: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

92

Lampiran 6

Pelaksanaan Pengujian Nilai Slump

Berikut ini adalah foto-foto proses pengujian nilai Slump dengan campuran beton

sesuai mix design yang telah dibuat :

Basahi cetakan kerucutterpancung dan pelat

Isi kerucut sampai penuh dengan 3 lapisan, setiaplapis ditusuk sebanyak 25 kali

Ratakan permukaan bendauji dengan tongkat

Angkat cetakanperlahan-lahan tegak

lurus ke atas

Balik cetakan danletakkan perlahan-lahan

disamping benda uji

Page 111: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

93

Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan tinggi cetakan dengan tinggibenda uji

Page 112: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

94

Lampiran 7

Pelaksanaan Pembuatan Beton

Berikut ini adalah foto-foto pelaksanaan pembuatan beton :

Air Semen Agregat Halus (Pasir Palu)

Siapkan dan timbang bahan-bahan campuran adukan beton mix design

Agregat Kasar (Kerikil Palu) Agregat Kasar (Batu Lokal Semoi)

Siapkan dan timbang bahan-bahan campuran adukan beton mix design

Page 113: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

95

Campur bahan-bahantersebut dan aduk sampai

campuran homongen

Uji Slump setiap adukanBeton

Siapkan cetakan kubusyang telah dioles oli

Tuangkan adukan beton ke dalamcetakan kubus dengan 3 lapisan

sebanyak 25 tusukan setiap lapisan

Beri Penamaan pada BendaUji

Page 114: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

96

Lampiran 8

Perawatan Beton

Berikut ini adalah foto-foto pelaksanaan perawatan beton :

Buka cetakan sehari setelahpembuatan benda uji

Rendam benda uji dalam bak yang berisi airpenuh

Page 115: PEMANFAATAN BATU LOKAL SEMOI SEBAGAI AGREGAT …spmi.poltekba.ac.id/spmi/fileTA/140309240892_2017.pdfSEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN BETON” adalah bukan merupakan hasil karya

97

Lampiran 9

Pelaksanaan Pengujian Beton

Berikut ini adalah foto-foto pelaksanaan pengujian beton :

Letakkan benda uji pada mesin uji tekansecara centris

Jalankan mesin uji tekan lakukanpembebanan hingga benda uji hancur

Keluarkan benda uji dan catat hasil uji tekan