29
PEMERIKSAAN FISIK PADA FRAKTUR MAKSILOFACIAL Pembimbing: dr. Tantri Kurniawati, Sp THT-KL. M, Kes Oleh: Sumindah (11.2014.191)

Pemeriksaan Fisik Fraktur Maksilofasial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ppt

Citation preview

PEMERIKSAAN FISIK PADA FRAKTUR MAKSILOFACIAL

Pembimbing:dr. Tantri Kurniawati, Sp THT-KL. M, Kes

Oleh:Sumindah (11.2014.191)

Definisi Fraktur Maksilofasial

Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh.

Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu tulang frontal, temporal, orbitozigomatikus, nasal, maksila dan mandibula

Anatomi Maksilofasial Penting → ada organ indra &

saraf cranial yg mempersyarafi Kulit wajah → cabang – cabang

ketiga divisi N.Trigeminus Pasokan pembuluh darah : a.fasialis

dan a.temporalis superfisialis 1/3 atas : os.frontalis, regio supra

orbita,rima orbita,sinus frontalis 1/3 tengah:

os.nasal,os.zigomatikus,os .lakrimal,os.maksilaris,os.palatinum. nasal konka inferior,os.vomer

1/3 bawah: mandibula

Etiologi

tindak kejahatan atau penganiayaan, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga dan industri, bersifat patologis yang dapat

menyebabkan rapuhnya bagian tulang

Gambaran klinis Dislokasi terutama pada fraktur mandibula

Pergerakan abnormal pada sisi fraktur

nyeri Pembengkakan dan

memar Krepitasi Laserasi Diskolorisasi perubahan

warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan

fraktur orbita : penglihatan kabur / ganda, penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus

Fraktur os nasal

trauma dengan bengkak, dan krepitus pada jembatan hidung. mungkin mengalami epistaksis, namun tidak harus selalu bercampur dengan CSF.

Fraktur nasal sering menyebabkan deformitas

Fraktur NOE (nasoorbitalethmoid): memiliki bukti patah hidung dengan pelebaran jembatan hidung dengan canthus medial terpisah, dan epistaksis atau rhinorrhea CSF.

Pemerikasaan fisik fraktur nasal

Inspeksi: Didapatkan deformitas, pembengkakan,

perdarahan, perubahan warna kulit

Pemerikasaan fisik fraktur nasal

Pemerikasaan fisik fraktur nasal

Pemerikasaan fisik fraktur nasal

Rinoskopi anterior: adanya pembengkakan mukosa hidung, bekuan darah, dan kemungkinan ada robekan pada mukosa septum

Fraktur Os Zygoma & Arcus Zygomaticus

Penemuan klinis yang bisa ditemukan rasa sakit di pipi atas pergerakan rahang. tulang pipi yang datar dan nyeri saat

palpasi. Pendarahan subkonjungtiva Parestesi pada lateral hidung dan bibir

bagian atas (nervus infraorbital.) diplopia. Trismus bisa terjadi tetapi tidak sering

akibat kelainan di mandibula. ekimosis intraoral atau destruksi pada gusi.

Pemeriksaan fisik os zygoma dan arkus zygoma

Fraktur maksila Le Fort

Lefort 1 : fraktur transversal →lantai rongga sinus maksila diatas gigi→memisahkan prosesus alveolaris, palatum dan prosesus pterigoid dari struktur tengkorak wajah diatasnya.

Lefort II : fraktur bentuk piramida. garis fraktur berjalan diagonal dari lempeng pterigoid →maksila → tepi inferior orbita dan ke atas melewati sisi medial orbita →hidung,.

Lefort III :fraktur yang melewati sutura zigomatikofrontalis, →kedasar orbita → sutura nasofrontalis. tulang-tulang wajah terpisah dari kranium.

Le fort I

Fraktur ini menyebabkan rahang atas mengalami pergerakan (floating jaw)

Pergerakan palatum durum dan gigi bagian atas.

Edema pada wajah hipoestesia nervus infraorbital

kemungkinan terjadi akibat dari adanya edema.

.

Le Fort II :

Edema pada wajah, edema di kedua periorbital, ekimosis, yang

terlihat seperti racoon sign. Perdarahan subkonjungtiva dan hipoesthesia

di nervus infraorbital, karena trauma langsung atau karena laju perkembangan dari edema.

Maloklusi kemungkinan terjadinya deformitas pada

palpasi di area infraorbital dan sutura nasofrontal.

Keluarnya cairan cerebrospinal dan epistaksis

Le Fort III

Edema wajah yang masif, ekimosis periorbital, remuknya wajah serta adanya mobilitas

tulang zygomatikomaksila, pergerakan gigi, palatum durum, epistaksis, keluar cairan serebrospinal

pada hidung. Komplikasi yaitu keluarnya cairan otak

melalui atap ethmoid dan lamina cribiformis

Pemeriksaan fisik fraktur tulang maksila (mid facial)

Fraktur Mandibula

Symphysis : berikatan dengan garis vertikal →distal gigi kaninus.

Angle : area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior otot masseter →perlekatan poesterosuperior otot masseter (dari mulai distal gigi molar 3).

 Ramus : berdekatan dengan bagian superior angle →dua garis apikal pada sigmoid notch.

Processus Condylus : area pada superior prosesus kondilus hingga regio ramus.

Processus Coronoid : termasuk prosesus koronoid pada superior mandibula hingga regio ramus.

Processus Alveolaris : regio yang secara normal terdiri dari gigi.

Tanda dan gejala

Nyeri Maloklusi Pergerakan Abnormal Ketidakmampuan menutup rahang =

menandakan fraktur pada prosessus alveolar, angulus, ramus dari simfisis.

Krepitasi tulang. Mati rasa pada bibir dan pipi. Oedem daerah fraktur dan wajah tidak

simetris.

DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIALAnamnesis

mekanisme cedera? kesadaran? masalah visual? masalah pendengaran? (oklusi normal)? mengalami mati rasa atau kesemutan pada

wajah? mengalami kesulitan bernapas melalui hidung?  perdarahan dari hidung atau telinga?  kesulitan membuka atau menutup mulut?  Apakah ada rasa sakit atau kejang otot?

Pemeriksaan klinis pasien secara umum

Umumnya trauma maksilofasial dapat diketahui pada pemeriksaan awal (primary survey) atau pemeriksaan sekunder (secondary survey).

Pemeriksaan saluran napas penting karena dapat menyebabkan gangguan jalan napas.

Penyumbatan : terjatuhnya lidah kearah belakang, tertutupnya saluran napas akibat adanya lendir, darah, muntahan, dan benda asing

Pemeriksaan radiologi

Proyeksi posterior-anterior : fraktur pada daerah angle mandibula

Proyeksi oblik lateral : fraktur pada daerah angle mandibula

Proyeksi Towne : pergeseran fraktur kondilar

Foto panoramik : fraktur yang bergeser pada kiri badan mandibula dan fraktur subkondilar kanan

Proyeksi Waters : fraktur pada daerah dasar orbita

Proyeksi wajah lateral : fraktur Le Fort III atau terjadi pemisahan kraniofasial. Garis fraktur memisahkan wajah bagian tengah dari kranium.

Proyeksi submental verteks :fraktur arkus zygomatikus (panah)

Gambaran tomografi : kerusakan dasar orbita

CT scan : kerusakan dari dinding medial dan dasar orbita kanan

Radiografi digital imaging 3D

Penatalaksanaan Pasien Fraktur Maksilofasial

Manajemen Umum A : Airway maintenance with

cervical spine control/ protection B : Breathing and adequate

ventilation C : Circulation with control of

hemorrhage D : Disability neurologic

examination E: Exposure/ enviromental

control

Definitif (fraktur panfasial)

Gambar 2.8. Teknik Bottom up (Miloro, 2004)

Gambar 2.9. Teknik top to bottom (Miloro, 2004)

Kesimpulan Fraktur maksilofasial : fraktur pada tulang-tulang

pembentuk wajah akibat langsung dari trauma. melibatkan tulang – tulang penyusun wajah atau

tengkorak bagian depan dan bisa terjadi hanya pada satu tempat ataupun kompleks. Yang terdiri dari tulang-tulang pipih dan menonjol seperti tulang nasal, zigoma, maksila dan mandibula sehingga lebih rentan terkena trauma dan terjadi fraktur.

Diagnosa klinis : ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

Memiliki prinsip penatalaksaan yang sama dengan kasus trauma pada umumnya. Penanganan dimulai dengan penilaian awal pada primary survey, resusitasi, secondary survey, dan terapi definitif.