102
PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (STUDI KASUS DI PULAU TEGAL, KABUPATEN PESAWARAN) (Skripsi) Oleh SANDY KUSUMA DEWA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

  • Upload
    others

  • View
    41

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (STUDI KASUS DI PULAU TEGAL, KABUPATEN PESAWARAN)

(Skripsi)

Oleh

SANDY KUSUMA DEWA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

ABSTRAK

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

(STUDI KASUS DI PULAU TEGAL, KABUPATEN PESAWARAN)

Oleh

SANDY KUSUMA DEWA

Pulau Tegal memiliki potensi dan keanekaragaman wisata bahari yang menjadi

daya tarik bagi wisatawan. Namun, belum tersedia informasi yang dapat membantu

wisatawan dalam mengetahui objek dan kawasan wisata yang terdapat di Pulau

Tegal. Penelitian ini menyajikan informasi wisata yang ada di Pulau Tegal ke

dalam bentuk peta Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode pemetaan yang

dilakukan menggunakan perangkat lunak Quantum GIS dengan bantuan plugin

QuickMapServices (QMS) untuk menampilkan citra Google Earth dan plugin

qgis2web untuk mengkonversi file QGIS (.qgz) menjadi peta web (WebGIS) serta

adanya input indeks wisata. Hasil pemetaan didapatkan digitasi dari setiap objek

dan fasilitas wisata di Pulau Tegal ke dalam bentuk shapefile (.shp) serta informasi

ditampilkan pada attribute table layer. WebGIS digunakan sebagai media penyaji

peta SIG yang mudah diakses dan disesuaikan tampilannya dengan library

JavaScript Leaflet (open source). Peta SIG memberikan kemudahan bagi

masyarakat dalam menyampaikan dan mencari informasi wisata di Pulau Tegal.

Kata Kunci: Ekowisata, Indeks Kesesuaian Wisata, Daya Dukung Kawasan, Sistem

Informasi Geografis, Pulau Tegal

Page 3: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

ABSTRACT

MAPPING OF MARINE ECOTOURISM AREA

USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

(CASE STUDY IN TEGAL ISLAND, PESAWARAN DISTRICT)

By

SANDY KUSUMA DEWA

Tegal Island has the potential and diversity of marine tourism which became

attraction for tourists. However, the information that could help tourists knowing

the objects and tourist areas contained in Tegal Island is not yet available. This

research presents tourism information in Tegal Island in the form of a Geographic

Information System map. The mapping method was done using Quantum GIS

software with QuickMapServices (QMS) plugin to display Google Earth imagery

and the qgis2web plugin to convert QGIS files (.qgz) into web maps (WebGIS) and

the presence of tourist index input. Each mapping results obtained digitization for

each tourist objects and facilities on Tegal Island in the form of shapefiles (.shp) as

well as information displayed on the attribute table layer. WebGIS is used as a

media for GIS map renderers which is easily accessed and adjusted according to the

JavaScript Leaflet library (open source). Map of Geographic Information System

made it easier for people to convey and search for tourist information on Tegal

Island.

Keywords: Ecotourism, Tourism Suitability Index, Regional Carrying Capacity,

Geographic Information System, Tegal Island

Page 4: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (STUDI KASUS DI PULAU TEGAL, KABUPATEN PESAWARAN)

Oleh

SANDY KUSUMA DEWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis
Page 6: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis
Page 7: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis
Page 8: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 12 Juli 1997.

Merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan

Bapak Irwan dan Ibu Hartini. Penulis memiliki kakak

bernama Anggi Kusuma Dewi dan tiga orang adik bernama

Gandhi Kusuma Dewa, Nila Kurmila Dewa dan Novia

Kusuma Anggraini.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak Xaverius I Bandar

Lampung pada tahun 2002, pada tahun 2003 memasuki Sekolah Dasar Xaverius I

Bandar Lampung, kemudian pada tahun 2009 melanjutkan jenjang pendidikan di

SMP Xaverius I Bandar Lampung dan SMA Fransiskus Bandar Lampung pada

tahun 2012 dan lulus pada tahun 2015.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) pada tahun 2015. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di

organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil FT UNILA. Pada tahun 2018

penulis melakukan Kerja Praktik pada proyek Gedung Rumah Sakit PTN UNILA

selama 3 bulan. Penulis juga telah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa

Terang Makmur, Kec. Gubung Terang, Kab. Tulang Bawang Barat selama 32 hari

pada periode Juli-Agustus 2018.

Page 9: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

LEMBAR PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tiada henti kuucapkan pada Allah SWT,

atas segala nikmat dan karunia yang telah Engkau berikan.

Dengan penuh rasa cinta, kupersembahkan karya ini

kepada

Ibunda, Ayahanda dan Kakak-Adik tersayang

yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayang di setiap langkah, melantunkan

harapan dalam setiap doa,

mendukung sepenuhnya baik moril maupun materil demi sebuah cita-cita di masa

depan.

Juga untuk saudara, keluarga, serta teman-temanku

yang senantiasa mendukung keberhasilanku

dan

Almamater Tercinta.

Page 10: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

MOTTO

Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu

untuk dirinya sendiri.

(QS Al Ankabut ayat 6)

Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran

kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS Al Baqarah ayat 282)

Page 11: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pemetaan Kawasan Ekowisata Bahari Menggunakan Sistem

Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus di Pulau Tegal, Kabupaten

Pesawaran)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan ilmu, pengetahuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Ahmad Herison, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I, atas

bantuan, bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu

selama membimbing Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

2. Ibu Hj. Yuda Romdania, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing II, atas

bantuan, bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu

selama membimbing Penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D., selaku Dosen Penguji, atas bantuan,

bimbingan, motivasi dan kesediaannya dalam meluangkan waktu selama

Penulis menyelesaikan tugas akhir.

Page 12: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

4. Bapak Dr. Endro Prasetyo Wahono, S.T., M.Sc., selaku Pembimbing

Akademik, atas arahan, bimbingan dan dukungan yang diberikan kepada

Penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik

Sipil, Universitas Lampung, beserta seluruh dosen Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Irwan dan Ibu Hartini yang senantiasa

memberikan curahan kasih dan saying, doa yang tiada henti serta dukungan

moril maupun materil dalam mencapai cita-cita di masa depan.

8. Kakak Anggi Kusuma Dewi dan adik-adikku tersayang Gandhi Kusuma

Dewa, Nila Kurmila Dewa, Novia Kusuma Anggraini yang senantiasa

menjadi semangat, memotivasi dan mendoakan Penulis.

9. Teman-teman seperjuangan skripsi ekowisata di Pulau Tegal, Wica

Ramadhanti Lestari, Andi Marcelino yang telah bersama meluangkan waktu,

tenaga, dukungan dan berjuang selama masa-masa penelitian.

10. Teman-teman Volunteer, Eria Zundi Rahmadani, Fitri Indah Sari, Revi

Melianita dan teman-teman lain yang senantiasa membantu Penulis dalam

mempersiapkan seminar.

11. Teman-teman pendukung, Ella Gita Silviana, S.Si., Adji Pangestu, S. Kom

yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini.

Page 13: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

12. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil Unila Angkatan 2015 dan teman-teman

mahasiswa lain yang tidak mungkin Penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberi dukungan dalam pengerjaan laporan.

Penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan balasan

kebaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan pengetahuan bagi siapa saja yang

menggunakannya. Aamiin.

Bandar Lampung, 26 Agustus 2019

Penulis,

Sandy Kusuma Dewa

Page 14: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Batasan Masalah .............................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

E. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8

A. Penelitian Terdahulu (State of The Art) ........................................... 8

B. Ekowisata Bahari ............................................................................. 11

1. Mangrove ................................................................................... 13

2. Lamun ........................................................................................ 24

3. Terumbu Karang ......................................................................... 29

C. Sistem Informasi Geografis ............................................................. 34

D. Peta SHP .......................................................................................... 40

E. Indeks Kesesuaian Wisata ................................................................ 41

F. Daya Dukung Kawasan .................................................................... 48

III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 50

A. Lokasi Penelitian .............................................................................. 50

B. Data .................................................................................................. 51

1. Data primer ................................................................................ 51

2. Data sekunder ............................................................................ 52

C. Alat dan Bahan ................................................................................. 52

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 54

E. Analisis Data .................................................................................... 56

1. Analisis Potensi Objek Wisata .................................................... 57

2. Analisis Indeks Kesesuian Wisata ............................................. 58

3. Analisis Kawasan Ekowisata Bahari Menggunakan SIG ........... 69

F. Metode Penyajian Data .................................................................... 70

G. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 71

Page 15: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 72

A. Potensi Daya Tarik Ekowisata ......................................................... 73

B. Perhitungan Potensi Objek Wisata ................................................... 79

C. Perhitungan IKW Kategori Rekreasi Pantai .................................... 82

D. Perhitungan IKW Kategori Wisata Mangrove ................................. 84

E. Perhitungan IKW Kategori Wisata Lamun ...................................... 86

F. Perhitungan IKW Kategori Wisata Selam ....................................... 88

G. Perhitungan IKW Kategori Wisata Snorkeling ................................ 90

H. Perhitungan Daya Dukung Kawasan ............................................... 92

I. Pemetaan dengan Sistem Informasi Geografis ................................ 94

J. Visualisasi dengan Pesawat Drone .................................................. 108

K. Analisis Hasil Penelitian .................................................................. 112

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 127

A. Simpulan .......................................................................................... 127

B. Saran ................................................................................................ 128

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 129

LAMPIRAN .................................................................................................. 136

Lampiran A (Peta Web SIG Pulau Tegal Kabupaten Pesawaran) .................. 136

Lampiran B (Lembar Asistensi) ..................................................................... 147

Page 16: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian terdahulu (State of The Art) .................................................. 9

2. Penilaian penutupan lamun dalam kotak kecil penyusun kuadrat ......... 28

3. Faktor penilai potensi objek wisata ....................................................... 42

4. Matriks IKW kategori rekreasi pantai ................................................... 45

5. Matriks IKW kategori wisata mangrove ................................................ 46

6. Matriks IKW kategori wisata lamun ...................................................... 46

7. Matriks IKW kategori wisata selam ...................................................... 47

8. Matriks IKW kategori wisata snorkeling ............................................... 47

9. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) ............... 48

10. Prediksi waktu yang diperlukan pada setiap kegiatan wisata ................ 49

11. Data-data primer .................................................................................... 52

12. Data-data sekunder ................................................................................ 53

13. Peralatan penelitian ................................................................................ 53

14. Analisis data penelitian .......................................................................... 56

15. Kategori kelas potensi objek wisata ...................................................... 58

16. Metode penyajian data ........................................................................... 70

17. Karakteristik wilayah di Pulau Tegal .................................................... 73

18. Informasi Pulau Tegal ............................................................................ 78

19. Pengelolaan pariwisata .......................................................................... 79

Page 17: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

iv

20. Potensi objek wisata Pulau Tegal .......................................................... 80

21. Indeks kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai ................................. 83

22. Indeks kesesuaian wisata kategori wisata mangrove ............................. 85

23. Indeks kesesuaian wisata kategori wisata lamun ................................... 87

24. Indeks kesesuaian wisata kategori wisata selam ................................... 89

25. Indeks kesesuaian wisata kategori wisata snorkeling ............................ 91

26. Perhitungan daya dukung kawasan objek wisata ................................... 93

Page 18: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jenis-Jenis Ekowisata ............................................................................ 2

2. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 7

3. Mangrove ............................................................................................... 13

4. Mangrove Avicennia .............................................................................. 16

5. Mangrove Bruguiera ............................................................................. 16

6. Mangrove Ceriops ................................................................................. 17

7. Mangrove Rhizopora ............................................................................. 18

8. Mangrove Sonneratia ............................................................................ 18

9. Zonasi Pohon Mangrove ........................................................................ 19

10. Posisi Pengukuran Lingkar Batang Pohon Mangrove ........................... 20

11. Ilustrasi Metode Hemisperichal Photography ....................................... 21

12. Titik Pengambilan Foto Mangrove ........................................................ 22

13. Lamun .................................................................................................... 24

14. Skema Transek Kuadrat Lamun ............................................................ 26

15. Nomor Kotak Kuadrat ........................................................................... 28

16. Terumbu Karang .................................................................................... 29

17. Arah Penarikan Garis Transek ............................................................... 32

18. Ilustrasi Metode LIT .............................................................................. 33

19. Pemetaan dengan SIG ............................................................................ 34

Page 19: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

vi

20. Tabel Quarry Data ................................................................................. 36

21. Proses Interaksi SIG Berbasis Website .................................................. 37

22. Tampilan Antarmuka OpenStreetMap ................................................... 38

23. Peta SHP Provinsi Lampung ................................................................. 40

24. Peta Foto Udara Pulau Tegal ................................................................. 51

25. Flowchart Proses Pengumpulan Data .................................................... 55

26. Ilustrasi Pengukuran Kemiringan Pantai ............................................... 60

27. Ilustrasi Pengukuran Kecerahan Perairan .............................................. 61

28. Ilustrasi Pengukuran Ketebalan Mangrove ............................................ 63

29. Ilustrasi Kerapatan Mangrove ................................................................ 64

30. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 71

31. Gapura Pantai Sari Ringgung ................................................................ 74

32. Kondisi Akses Jalan Masuk ................................................................... 74

33. Dermaga Tegal Mas ............................................................................... 75

34. Pintu Masuk Pulau Tegal ....................................................................... 75

35. Loket Tiket Masuk ................................................................................. 76

36. Toilet ...................................................................................................... 77

37. Gazebo ................................................................................................... 77

38. Cottage ................................................................................................... 77

39. Lombok Apung ...................................................................................... 77

40. Villa Mas ................................................................................................ 77

41. Restoran ................................................................................................. 77

42. Masjid Apung ........................................................................................ 78

43. Citra Google Earth QMS ....................................................................... 95

Page 20: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

vii

44. Menyesuaikan Kebutuhan Layer Baru .................................................. 96

45. Membuat Layer Baru ............................................................................. 97

46. Membuat Atribut Informasi Layer ......................................................... 98

47. Hasil Digitasi Fasilitas Wisata ............................................................... 99

48. Tampilan Informasi Objek Wisata ......................................................... 100

49. Menyesuaikan Tampilan Objek Peta ..................................................... 100

50. Menginstall Plugin qgis2web ................................................................ 101

51. Mengatur Layer Map Website ............................................................... 102

52. Membuat Domain Name Website .......................................................... 103

53. Tampilan Peta Digital Website .............................................................. 104

54. Melakukan Pengaturan Website ............................................................. 105

55. Meng-upload Data Website ................................................................... 106

56. Mengekstrak File Website ..................................................................... 106

57. Tampilan Akhir Website Peta Digital SIG ............................................. 107

58. Tampak Utara Pulau Tegal 1 ................................................................. 108

59. Tampak Utara Pulau Tegal 2 ................................................................. 109

60. Tampak Udara Lombok Mas ................................................................. 109

61. Tampak Udara Lombok Apung ............................................................. 109

62. Tampak Udara Masjid ........................................................................... 110

63. Tampak Udara Dermaga ........................................................................ 110

64. Tampak Timur Pulau Tegal ................................................................... 110

65. Tampak Udara Mangrove Timur ........................................................... 111

66. Tampak Udara Mangrove Barat ............................................................ 111

67. Tampak Selatan Pulau Tegal ................................................................. 111

Page 21: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

viii

68. Hubungan antara Objek Wisata dan Indikator Analisa ......................... 112

69. Potensi Objek Wisata Kelas S1 ............................................................. 115

70. Tampak Atas Kawasan Objek Wisata ................................................... 116

71. Tampilan Pemetaan dan Informasi Ekowisata Bahari ........................... 117

72. Tampak Atas Kawasan Mangrove Titik Timur ..................................... 119

73. Tampilan Pemetaan dan Informasi Wisata Mangrove Timur ................ 120

74. Pemetaan dan Informasi Wisata Software GIS ...................................... 124

75. Tampilan dan Informasi WebGIS Kawasan Pulau Tegal ...................... 136

76. Tampilan dan Informasi WebGIS Rekreasi Pantai ................................ 137

77. Tampilan dan Informasi WebGIS Wisata Mangrove ............................. 138

78. Tampilan dan Informasi WebGIS Wisata Lamun .................................. 139

79. Tampilan dan Informasi WebGIS Wisata Terumbu Karang .................. 140

80. Tampilan dan Informasi WebGIS Fasilitas Penginapan ........................ 141

81. Tampilan dan Informasi WebGIS Fasilitas Restoran ............................. 142

82. Tampilan dan Informasi WebGIS Fasilitas Toilet .................................. 143

83. Tampilan dan Informasi WebGIS Fasilitas Masjid ................................ 144

84. Tampilan dan Informasi WebGIS Fasilitas Dermaga ............................ 145

85. Tampilan dan Informasi WebGIS Fasilitas Gazebo ............................... 146

Page 22: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Perhitungan IKW .......................................................................... 113

2. Hasil Perhitungan DDK ......................................................................... 121

3. Hubungan antara IKW dan DDK .......................................................... 122

Page 23: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan berdasarkan waktu.

Definisi ekowisata pertama kali dikemukakan oleh organisasi The

International Ecotourism Society sebagai suatu kegiatan perjalanan wisata

ke kawasan alami yang bertujuan untuk mengkonservasi lingkungan,

melestarikan kehidupan dan memajukan kesejahteraan penduduk setempat.

Adanya aspek pendidikan yang ditawarkan melalui kegiatan ekowisata juga

merubah pengertian ekowisata di beberapa negara, sehingga ekowisata

dapat diartikan sebagai wisata yang berdasarkan pada kawasan alami

dengan menambahkan aspek pendidikan, proses komunikasi terhadap

kawasan alam serta budaya masyarakat sekitar yang dikelola untuk menjaga

kelestarian ekologis (Bricker, 2017). Berdasarkan pengertian tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat empat unsur penting yang terkandung

dalam ekowisata, yaitu pendidikan, sosial, ekonomi dan kegiatan konservasi

alam.

Terdapat tiga konsep dasar mengenai ekowisata, yaitu: Pertama, merupakan

perjalanan di luar ruangan dan di kawasan alami yang tidak berdampak pada

kerusakan lingkungan. Kedua, mengutamakan pada penggunaan fasilitas-

Page 24: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

2

fasilitas yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Ketiga,

memberikan perhatian yang besar terhadap lingkungan alam dan kearifan

budaya lokal (Nafi, Supriyadi and Roedjinandari, 2017). Dalam hal

pengembangan ekowisata, konsep keberlanjutan merupakan faktor utama

yang harus diperhatikan (Haryanto, 2016). Dimana ekowisata dapat

dikelola menjadi sumber pendapatan masyarakat yang berkesinambungan,

sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan budaya masyarakat dan potensi

sumber daya alam yang ada. Adapun jenis-jenis ekowisata yang

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis-Jenis Ekowisata.

(Sumber: Yulius et al., 2018)

Jenis-Jenis Ekowisata

Alam

Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang, gunung dan danau)

Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan, taman bunga dan cagar alam)

Fauna (hewan langka & endemik, suaka margasatwa dan taman nasional)

Perkebunan (teh, kopi, cokelat, tebu dan tembakau)

Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar, snorkeling, diving dan tracking)

Ekstrim (mendaki gunung, paralayang, arung jeram, raftingdan panjat tebing)

Budaya

Suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes, suku Baduy, suku Mentawai dan suku Bajo)

Kerajinan tangan (batik, ukiran, gerabah, wayang kulit dan kain tenun)

Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial, bangunan bersejarah dan cadas)

Page 25: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

3

Pengembangan ekowisata yang sangat berpotensi di Indonesia salah satunya

adalah ekowisata bahari (Abdillah, 2016). Ekowisata bahari merupakan

wisata yang memiliki objek dan berdaya tarik yang berasal dari potensi

bentang laut (seascape) dan bentang darat pantai (coastal landscape).

Wisata yang berasal dari potensi bentang laut adalah aktifitas wisata yang

mengutamakan pada kekayaan sumber daya bawah laut dan dinamika air

laut, sedangkan wisata bentang darat pantai adalah aktifitas wisata yang

berdasarkan pada sumber daya di daerah pantai dan budaya masyarakat

sekitar, seperti olahraga, rekreasi dan menikmati panorama pantai

(Yulianda, 2007).

Indonesia memiliki luas daratan sebesar 1.922.570 km2 dan luas perairan

sebesar 3.257.483 km2 (Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik,

2018). Dengan besarnya luas perairan tersebut, Indonesia menyimpan

potensi yang sangat besar terhadap ekowisata bahari di daerah pantai. Hal

ini sangat didukung dengan kondisi negara Indonesia yang sebagian besar

wilayahnya terdiri atas lautan dan pulau-pulau kecil (Lasabuda, 2013).

Pengembangan kawasan bahari sebagai objek wisata berkembang pesat di

Indonesia (Koroy, Yulianda and Butet, 2017). Adanya kerjasama antara

pemerintah dan masyarakat sekitar dalam mengelola objek wisata saling

memberikan manfaat satu sama lain. Berbagai macam kegiatan dapat

dilakukan oleh wisatawan di kawasan wisata bahari, seperti menaiki perahu,

menyelam, berselancar, memancing, berfoto, snorkeling, berenang, bermain

pasir dan yang lainnya.

Page 26: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

4

Ekowisata bahari yang terdapat di Provinsi Lampung salah satunya berada

di Pulau Tegal, Desa Gebang, Kabupaten Pesawaran. Pulau seluas ±140 Ha

ini dihuni oleh sekitar 20 kepala keluarga (Anggraini, Damai and Hasani,

2018). Pulau ini memiliki kondisi topografi berupa pantai dengan pasir

putih yang landai (bagian barat, selatan, timur dan utara) dan pantai yang

berbatu (bagian barat daya, barat laut, tenggara dan timur laut). Wilayah

daratannya berupa dataran hingga lereng bukit. Akses untuk menuju pulau

ini menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh ±15 menit dari Pantai

Sari Ringgung (Titaheluw and Ira, 2012). Adanya ekosistem mangrove,

padang lamun dan terumbu karang menambah daya tarik wisatawan untuk

mengunjungi pulau ini (Pratiwi, 2010). Terdapat beberapa fasilitas

pendukung seperti penginapan, toilet umum, masjid dan restoran yang

disediakan oleh pengembang setempat. Kegiatan wisata yang dapat

dilakukan diantaranya snorkeling, menyelam dan bermain perahu.

Informasi terkait objek wisata di pulau ini disajikan melalui sosial media

yang ada dengan sangat baik.

Tersedianya informasi mengenai suatu kawasan objek wisata, dapat

mendorong peningkatan jumlah pengunjung. Tidak hanya dalam lingkup

nasional, apabila digunakan media yang mudah untuk digunakan dan

diakses oleh banyak orang, maka dapat menjadi alternatif pengunjung dari

luar negeri sebagai tempat wisata (Yusendra, 2015). Meningkatnya jumlah

pengunjung berpengaruh terhadap keuntungan yang dihasilkan oleh

pengembang. Sehingga dapat dilakukan penambahan fasilitas-fasilitas dan

dilakukan pengelolaan kawasan ekowisata bahari secara berkelanjutan.

Page 27: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

5

Dengan menggunakan suatu teknologi informasi kawasan seperti Sistem

Informasi Geografis, maka dapat disajikan informasi lengkap mengenai

objek dan fasilitas wisata yang terdapat di Pulau Tegal, Desa Gebang,

Kabupaten Pesawaran, Lampung dan disajikan dalam bentuk peta digital.

Sehingga suatu kawasan objek wisata dapat dipromosikan dalam suatu

media informasi yang lengkap dan lebih menarik (Soyusiawaty, Umar and

Mantofani, 2007). Penyajian peta sistem informasi geografis ini juga dapat

digunakan oleh pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan dalam

pengembangan kawasan di pulau tersebut dan dapat memberikan hasil yang

bermanfaat dalam segi ekonomi maupun sosial. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa manfaat yang dapat diperoleh adalah memajukan

pendapatan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan baru dan juga

memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah (Rahmayanti and

Pinasti, 2013).

Dengan mempertimbangkan permasalahan mengenai pengembangan

kawasan dan kebutuhan informasi wisata di Pulau Tegal Lampung sebagai

objek ekowisata bahari, maka perlu adanya penelitian mengenai data

informasi tersebut. Melalui penelitian ini, akan dikumpulkan informasi-

informasi mengenai objek dan fasilitas wisata di Pulau Tegal Lampung yang

disajikan ke dalam bentuk peta Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan

menggunakan alat bantu GPS dan drone. Sehingga dapat memudahkan

wisatawan dalam mencari informasi dan menambah daya tarik wisata ke

Pulau Tegal.

Page 28: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pemetaan objek dan fasilitas wisata yang terdapat di Pulau Tegal

Lampung dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini dilakukan pembatasan terhadap masalah-masalah yang

ada, yaitu:

1. Lokasi penelitian atau wilayah pengambilan data hanya di lingkup Pulau

Tegal, Desa Gebang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran,

Lampung.

2. Metode yang digunakan adalah metode skoring dan analisis deskriptif

dengan alat bantu drone, GPS dan perangkat lunak Quantum GIS.

3. Penelitian dilakukan dalam satu tim yang terdiri dari beberapa orang,

dimana pengumpulan data lapangan (primer) dilakukan secara bersama.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi wisata yang berupa

peta sistem informasi geografis terkait objek dan kawasan wisata di Pulau

Tegal, Desa Gebang, Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Page 29: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

7

E. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian.

Lokasi penelitian berada di Pulau

Tegal, Desa Gebang, Kabupaten

Pesawaran, Lampung.

Memahami kondisi Pulau Tegal

yang memiliki potensi ekowisata

bahari.

Sudah adanya penyebaran

informasi mengenai kegiatan

wisata di pulau tersebut melalui

sosial media yang ada, sehingga

dapat diketahui oleh masyarakat

luas.

Namun, belum adanya kajian

mengenai kesesuaian wisata dan

pemetaan terhadap objek wisata

beserta sarana prasarana yang

ada di Pulau Tegal.

Diperlukan kajian mengenai

kesesuaian wisata dan pemetaan

terhadap objek wisata beserta

sarana prasarana yang ada di

Pulau Tegal.

Perancangan peta digital berisi

informasi aktual kawasan

ekowisata bahari di Pulau Tegal

menggunakan software Sistem

Informasi Geografis (SIG).

Hasil dari penelitian berupa peta

digital yang memuat mengenai

informasi-informasi objek wisata

di Pulau Tegal.

Page 30: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu (State of The Art)

Ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata alam pada daerah alami yang

bertanggung jawab, kegiatan ini memperhatikan unsur-unsur pemahaman,

pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat sekitar dan dukungan pada

upaya-upaya konservasi sumber daya alam yang ada (Permendagri No. 33

Tahun 2009). Mengingat wilayah Indonesia yang memiliki karakteristik

wilayah berupa negara kepulauan, maka ekowisata bahari dirasa sangat

sesuai apabila dapat dikembangkan dan diterapkan secara langsung di

Indonesia. Berkembangnya suatu kawasan ekowisata ditentukan oleh

banyak faktor, seperti kendala suplai (product driven), kurangnya

pemahaman pada pasar (market driven), sedikitnya dukungan kebijakan

oleh pemerintah dan adanya permasalahan dalam lembaga (Asmin, 2017).

Untuk itu perlu dilakukan suatu pemetaan kawasan ekowisata bahari yang

berupa peta digital sistem informasi geografis (SIG) dan selanjutnya dapat

digunakan oleh pemerintah dalam turut serta mengambil kebijakan

pengembangan kawasan tersebut.

Penelitian mengenai analisis indeks kesesuaian wisata bahari telah banyak

dilakukan oleh para peneliti terdahulu, namun untuk pemetaan SIG kawasan

Page 31: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

9

wisata bahari yang memuat informasi dari indeks kesesuaian wisata di

dalamnya masih sangat terbatas. Kebanyakan dari penelitian terdahulu

melakukan pemetaan terhadap kawasan hutan konservasi ataupun suatu

daerah yang lebih luas, namun hanya untuk objek tertentu (pasar, sekolah

dan wisata kuliner). Dalam penelitian ini, dilakukan pemetaan digital

terhadap kawasan ekowisata bahari secara engineering yang berbasis pada

teknologi dan nilai-nilai ekologi.

Pembelajaran untuk peneliti dari para peneliti terdahulu dalam hal pemetaan

wilayah geografis seperti Chhetri and Arrowsmith, 2008; Chen, Li and

Wang, 2009; Saputra and Yulmaini, 2012; Nahuelhual et al., 2013; Riyanto,

Hamzari and Golar, 2014; Silaban, 2018; Azhari, 2018; Saputra, 2018 dan

Ferdiansyah, 2019. Berikut disajikan beberapa peneliti terdahulu melalui

jurnal mereka.

Tabel 1. Penelitian terdahulu (State of The Art)

Sumber Judul Jurnal /

Penelitian

Objek

yang

ditinjau

Pokok Bahasan Lokasi

Penelitian

Prem Chhetri

dan Colin

Arrowsmith,

2008

Pemodelan

berbasis SIG pada

rekreasi potensi

tujuan wisata

berbasis alam

Hutan dan

Pantai

Pemetaan objek-

objek wisata

alam

menggunakan

GIS

Victoria

Barat,

Australia

Nengwang

Chen,

Huancheng Li

dan Lihong

Wang, 2009

Sebuah pendekatan

berbasis SIG untuk

pemetaan

penggunaan

langsung nilai jasa

ekosistem pada

skala daerah:

implikasi

Manajemen

Hutan

Konservasi

Zonasi sebaran

ekosistem di

kawasan hutan

konservasi

dengan GIS

Zhejiang,

China

Selatan

Page 32: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

10

Tabel 1. (lanjutan)

Sumber Judul Jurnal /

Penelitian

Objek

yang

ditinjau

Pokok Bahasan Lokasi

Penelitian

Ardi Dwi

Saputra I. S.

dan Yulmaini,

2012

Perancangan

Sistem Informasi

Geografis (SIG)

Pariwisata di

Provinsi Lampung

Wisata

pantai

Penggunaan

SIG untuk

mendata semua

pariwisata di

lingkup provinsi

Lampung,

Indonesia

Laura

Nahuelhual,

Alejandra

Carmona, Paola

Lozada,

Amerindia

Jaramillo, 2013

Pemetaan rekreasi

dan ekowisata

sebagai layanan

ekosistem budaya:

aplikasi pada

tingkat lokal di

selatan Chili

Hutan dan

Pantai

Pemetaan zona

kawasan wisata

budaya

masyarakat di

tingkat kota

Chili

Selatan,

Amerika

Riyanto,

Hamzari dan

Golar, 2014

Analisis

Pembangunan

Ekowisata di

Kawasan Taman

Hutan Raya

Berbasis SIG

Hutan

Konservasi

Analisis

pembangunan

ekowisata yang

dimodelkan

dalam program

GIS

Palu,

Sulawesi

Tengah

Willy Brilliant

Yosua Silaban,

2018

Analisis Zonasi

Ekowisata Bahari

Berbasis Sistem

Informasi

Geografis

Pantai Analisis dan

pemetaan zona

ekowisata

menggunakan

GIS

Pesisir

Barat,

Lampung

Kgs Fajar

Parningotan

Azhari, 2018

Analisis Indeks

Kesesuaian

Ekowisata Bahari

Pantai Analisis IKW

dan pemetaan

pantai tingkat

kecamatan

dengan GIS

Kecamatan

Rajabasa,

Kabupaten

Lampung

Selatan

Fazario

Adhitya

Saputra, 2018

Analisis

Pemanfaatan dan

Pembangunan

Ekowisata Bahari

Berbasis SIG dan

Drone

Pantai Analisis IKW

dan pemetaan

pantai tingkat

kecamatan

dengan GIS

Kecamatan

Bakauheni,

Kabupaten

Lampung

Selatan

Dipo Akbar

Ferdiansyah,

2018

Konsep

Pengembangan

Ekowisata Bahari

Secara Terpadu

Berbasis Sistem

Informasi

Geografis dan

Drone

Mangrove

dan Pantai

Analisis IKW,

DDK dan

pemetaan pantai

tingkat

kabupaten

dengan GIS

Kabupaten

Lampung

Selatan

Page 33: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

11

B. Ekowisata Bahari

Ekowisata bahari adalah suatu konsep pemanfaatan yang berkelanjutan

terhadap sumber daya daerah pesisir, menggunakan sistem layanan jasa

lingkungan yang ada dengan mengunggulkan sumber daya alam daerah

pesisir sebagai objek layanan utama (Hawkins & Roberts, 1993). Kemudian

menurut Direktorat Jenderal Pariwisata (1998), wisata bahari merupakan

aktivitas wisata yang berhubungan secara langsung dengan sumber daya

laut, baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan air laut. Konsep

ekowisata bahari berdasarkan pada pemandangan, karakteristik ekosistem,

keunikan alam dan seni budaya masyarakat sekitar (Salim & Purbani, 2015).

Wilayah pesisir yang menjadi objek dari ekowisata bahari memiliki banyak

potensi dari segi kelengkapan ekosistemnya, hal ini mendorong

meningkatnya keberadaan biota-biota yang ada sebagai objek pengamatan

wisatawan. Berdasarkan letaknya, aktivitas wisata yang dapat dilakukan di

atas permukaan laut yaitu seperti olahraga, panjat tebing, bersepeda,

penelurusan gua di pantai, memancing, berenang, bersampan (berdayung

atau berlayar) dan berselancar. Sedangkan aktivitas wisata yang dapat

dilakukan di bawah permukaan laut yaitu snorkeling dan wisata selam

(Djou, 2013).

Pengembangan ekowisata bahari memiliki manfaat yang sangat penting,

baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, hal ini

mendukung tindakan konservasi lingkungan terhadap ekosistem laut.

Secara ekonomis, pengembangan ekowisata bahari dapat meningkatkan

Page 34: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

12

pendapatan devisa negara dan naiknya perekonomian masyarakat sekitar

(Yustinaningrum, 2017). Konsep ekowisata diperlukan sebagai dasar dari

upaya pengembangan ekowisata bahari, dimana konsep keberlanjutan yang

memiliki karakteristik berupa pelestarian sumber daya (bentang alam),

menjaga ketersediaan sumber daya untuk masa mendatang (konservasi) dan

kesejahteraan masyarakat (pengelolaan budaya). Sebelum suatu kawasan

ekowisata dikembangkan, terdapat beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, seperti persyaratan kelayakan sosial ekonomi, ekologis dan

ketersediaan sarana prasarana sehingga dapat menjadi kawasan wisata yang

menarik (Soebiyantoro, 2009).

Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara dua wilayah yang berbeda,

yaitu wilayah lautan dan daratan. Ekosistem yang hidup di kawasan pesisir

memiliki keunikan sendiri dan sangat kompleks, mulai dari yang berada di

garis pantai, di kedalaman laut, hingga yang berada di antaranya.

Keberadaan ekosistem di kawasan pesisir menambah kelestarian dan

keragaman jenis biota yang ada di sekitarnya, selain itu mampu memberikan

manfaat bagi lingkungan seperti meredam gelombang laut. Faktor

lingkungan dan kondisi geografis dari suatu kawasan mendukung jumlah

atau kualitas dari ekosistem di kawasan pesisir. Menurut Dahuri et al.

(2008), terdapat beberapa ekosistem di daerah pesisir memiliki potensi yang

dapat dikembangkan sehingga dapat menambah daya tarik wisata di

kawasan tersebut, yaitu:

Page 35: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

13

1. Mangrove

Gambar 3. Mangrove.

Mangrove atau bakau adalah suatu ekosistem hutan yang dapat hidup di

daerah pasang surut (muara sungai, laguna dan pantai) yang tergenang

oleh air laut pasang dan bebas air saat terjadi surut, juga mangrove

mempunyai toleransi terhadap kandungan garam air laut (salinity).

Hutan mangrove terletak di daerah garis pantai dan sangat dipengaruhi

oleh keadaan pasang dan surut air laut, oleh karena itu hutan ini perlu

tergenang air. Mangrove terletak mulai dari permukaan rata-rata daerah

pantai yang terlindung sampai pada pasang air laut yang tinggi (Utomo,

Budiastuty, & Muryani, 2018) dan merupakan ekosistem pendukung

dari berbagai ekosistem lain di sepanjang daerah pantai pada iklim

tropis (Donato et al., 2012).

Ekosistem mangrove memiliki fungsi fisik, ekonomis dan ekologis.

Fungsi fisik dari ekosistem mangrove yaitu meredam gelombang atau

angin yang datang, menguraikan limbah organik dan memperluas lahan

(substrat). Oleh karena itu, sering dilakukan upaya perlindungan garis

pantai terhadap abrasi dengan cara menanam pohon mangrove di garis

Page 36: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

14

pantai. Fungsi ekonominya adalah menghasilkan bibit, keperluan

rumah tangga dan industri. Fungsi ekologisnya yaitu mencegah

perembesan air laut, tempat tinggal ikan dan biota lainnya (feeding,

nursery dan spawning ground), sarang burung, sumber plasma nutfah,

mengatur iklim mikro dan melindungi garis pantai (Djohan, 2007).

Penanaman mangrove adalah upaya mitigasi bencana seperti abrasi,

gelombang pasang air laut serta menetralisir pencemaran perairan

karena sifatnya yang meredam gelombang (Lasibani & Kamal, 2009).

Indonesia sendiri merupakan negara dengan luas mangrove terbesar di

dunia, dimana luasannya mencapai 3.244.018 ha atau 19% dari luas

seluruh mangrove di dunia (Ghufrona et al., 2015). Ekosistem

mangrove dapat dijadikan sebagai objek wisata alam dan ekowisata

(Sawitri et al., 2013). Ekowisata mangrove dapat dijadikan sebagai

objek wisata yang berwawasan pada lingkungan alami, dimana wisata

tersebut menawarkan keindahan alami dari ekosistem mangrove dan

biota perairan yang ada di sekitarnya tanpa perlu merusak ekosistem

tersebut agar dapat lebih menarik pengunjung. Hal ini disebabkan

karena hutan mangrove memiliki ciri khas khusus yaitu banyaknya flora

dan fauna yang hidup di sekitarnya (Bustaman, 2014). Ekowisata hutan

mangrove memiliki sinergi dengan upaya konservasi ekosistem hutan

secara langsung (Binawati et al., 2015), sehingga dalam pengembangan

di lapangan harus dikelola untuk menghindari dampak buruk dan resiko

bagi lingkungan, seperti dengan melihat daya dukung dan aspek

kesesuaian lingkungannya (Trigantiarsyah & Mulyadi, 2012).

Page 37: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

15

Indonesia memiliki 202 spesies tumbuhan mangrove, yang terbagi

menjadi 89 jenis pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis

pemanjat, 5 jenis palma dan 1 jenis paku. Dari 89 jenis pohon, 43

diantaranya merupakan jenis mangrove sejati, sementara 46 lainnya

merupakan mangrove ikutan. Menurut Noor et al. (2006), spesies

mangrove yang tergolong dalam kategori tersebut yaitu:

1. Mangrove sejati : merupakan tumbuhan yang tumbuh pada

pasang surut, membentuk tegakan murni dan jarang bergabung

dengan tanaman darat. Terdiri dari: Acanthus, Avicenia,

Bruguiera, Ceriops, Deris, Dolichandron, Lumnitzera, Kandelia,

Nypa, Rhizopora, Sorenatia dan Xylocarpus.

2. Mangrove ikutan : merupakan tumbuhan yang tidak pernah

tumbuh di komunitas mangrove sejati dan biasanya tumbuh

bergabung dengan tumbuhan daratan. Terdiri dari: Acrosticum,

Cerbera, Exoecaria, Heritiera dan Hibiscus.

Menurut Noor et al. (2006) dalam buku Pengenalan Mangrove di

Indonesia, di wilayah Indonesia sendiri terdapat 5 genus mangrove yang

paling umum ditemui, yaitu:

1. Avicennia

Avicennia di Indonesia dikenal dengan nama api-api, dimana

dicirikan dengan perakaran yang berbentuk pensil yang menonjol

dari permukaan air yang berfungsi sebagai akar nafas. Zona

Avicennia terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove,

dengan kondisi tanah berlumpur lembek dan berkadar garam

Page 38: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

16

tinggi. Di Indonesia dikenal 5 jenis api-api, yaitu A. alba, A.

eucalyptifolia, A. lanata, A. marina dan A. officinalis.

Gambar 4. Mangrove Avicennia.

2. Bruguiera

Tanaman Bruguiera dicirikan dengan akar lutut. Genus ini

terdapat di kondisi tanah berlumpur agak keras, dimana perakaran

tanaman lebih peka dan hanya terendam pasang naik dua kali

sebulan. Di Indonesia dikenal 6 jenis tanaman ini, yaitu B.

cylindryca, B. exaristata, B. gymnorrhiza, B. haenessii, B.

parviflora dan B. sexangula.

Gambar 5. Mangrove Bruguiera.

(Sumber: Noor et al., 2006)

Page 39: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

17

3. Ceriops

Ceriops merupakan vegetasi mangrove yang dicirikan dengan

akar pensil dengan buah memanjang, dimana di Indonesia sering

dijumpai 2 jenis yaitu C. decandra dan C. tagal. Terletak pada

zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini

sebenarnya tidak harus ada, kecuali jika terdapat air tawar yang

mengalir (sungai) ke laut.

Gambar 6. Mangrove Ceriops.

(Sumber: Noor et al., 2006)

4. Rhizopora

Jenis ini sangat dicirikan dengan bentuk perakaran yang

menghunjam ke tanah atau dikenal dengan akar tunjang (still

root). Genus ini terletak pada tanah berlumpur lembek dengan

kadar garam lebih rendah, dimana perakaran tanaman tetap

terendam selama air laut pasang. Sering dijumpai 3 jenis dari

Rhizophora di ekosistem mangrove di Indonesia, yaitu R.

apiculata, R. mucronata dan R. stylosa.

Page 40: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

18

Gambar 7. Mangrove Rhizopora.

5. Sonneratia

Sonneratia dikenal umum dengan nama pedada dengan sistem

perakaran umumnya berbentuk pensil (pneumatophora) dan

dibedakan dari Avicennia dari bentuk bunga, buah dan bentuk

daun. Genus ini terletak pada zona terjadinya penimbunan

sedimen tanah sebagai hasil dari cengkeraman perakaran

tumbuhan genus ini. Di Indonesia umum dijumpai 3 jenis, yaitu

S. alba, S. caseolaris dan S. ovata.

Gambar 8. Mangrove Sonneratia.

(Sumber: Noor et al., 2006)

Page 41: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

19

Ket

eran

gan

: A

a

- A

vice

nnia

alb

a

Dh

-

Der

ris

het

erop

hyl

la

Ac

- A

egic

eras

corn

icula

tum

R

a -

Rhiz

opo

ra a

pic

ula

ta

Bc

- B

rug

uie

ra c

ylin

dri

ca

Rm

- R

. m

ucr

onata

Bg

- B

. g

ymn

orr

hiz

a

Sb

-

Sarc

olo

bu

s ba

nks

ii

Ct

- C

erio

ps

taga

l X

g

- X

ylo

carp

us

gra

na

tum

Gam

bar

9.

Zon

asi

Pohon M

angro

ve.

(Sum

ber

: N

oor

et a

l., 20

06)

Page 42: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

20

Menurut Dharmawan & Pramudji (2014) dalam buku Panduan

Monitoring Status Ekosistem Mangrove, pengukuran dilakukan untuk

mengetahui nilai kerapatan dan tutupan dari mangrove. Berikut

merupakan langkah-langkah pengukuran data lapangan yang dilakukan:

1. Dalam setiap plot 10 m × 10 m, dilakukan pengukuran diameter

batang pohon mangrove dengan menggunakan meteran pada

variasi letak pengukuran yang ditampilkan pada Gambar 10.

2. Pengukuran dilakukan pada seluruh pohon yang berada di setiap

plot dan melakukan identifikasi jenis pohon mangrove.

3. Apabila terjadi keraguan dalam identifikasi, perlu dilakukan

pemotretan bagian tanaman tersebut, yaitu akar, batang, daun,

pembungaan dan buah serta lakukan pengambilan sampel untuk

diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium dengan bantuan literatur

atau dengan bantuan pakar identifikasi mangrove.

4. Setiap data yang diperoleh dicatat dalam data sheet yang telah

disiapkan pada kertas tahan air.

Gambar 10. Posisi Pengukuran Lingkar Batang Pohon Mangrove.

(Sumber: Dharmawan & Pramudji, 2014)

Page 43: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

21

Persentase tutupan mangrove dihitung dengan menggunakan metode

hemisperichal photography (Gambar 11), dibutuhkan kamera dengan

lensa fish eye dengan sudut pandang 180o pada satu titik pengambilan

foto. Teknik ini masih cukup baru digunakan di Indonesia pada hutan

mangrove, penerapannya mudah dan menghasilkan data yang lebih

akurat. Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Setiap plot 10 × 10 m dibagi menjadi empat plot kecil yang

berukuran 5 × 5 m.

2. Titik pengambilan foto, ditempatkan di sekitar pusat plot kecil,

harus berada di antara satu pohon dengan pohon lainnya serta

hindarkan pemotretan tepat disamping batang satu pohon.

Gambar 11. Ilustrasi Metode Hemisperichal Photography.

(Sumber: Dharmawan & Pramudji, 2014)

3. Dalam setiap stratifikasi, minimal dilakukan pengambilan foto

sebanyak 12 titik dimana setiap plot 10 × 10 m diambil 4 titik

pemotretan (Gambar 12).

Page 44: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

22

4. Posisi kamera disejajarkan dengan tinggi dada peneliti/tim

pengambil foto, serta tegak lurus/menghadap lurus ke langit.

5. Dicatat nomor foto pada form data sheet untuk mempermudah

dan mempercepat analisis data.

6. Hindarkan pengambilan foto ganda pada setiap titik untuk

mencegah kebingungan dalam analisis data.

Gambar 12. Titik Pengambilan Foto Mangrove.

(Sumber: Dharmawan & Pramudji, 2014)

Onrizal (2008), dalam situasi tertentu dimana plot transek kuadrat tidak

dapat digunakan (luasan mangrove sangat kecil), maka pengambilan

data mangrove dilakukan secara sensus, yaitu seluruh individu

tumbuhan mangrove pada lokasi penelitian diidentifikasi, dihitung

jumlahnya dan khusus untuk tingkat pohon diukur diamater pohon,

tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon. Diameter pohon yang

diukur adalah diameter batang pada ketinggian 1,3 m dari atas

permukaan tanah atau 10 cm di atas banir (untuk pohon-pohon dari

marga Bruguiera) atau akar tunjang (untuk pohon-pohon dari marga

Rhizophora) apabila banir atau akar tunjang tertinggi terletak pada

ketinggian 1,3 m atau lebih. Perhitungan besarnya nilai kuantitif

Page 45: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

23

parameter vegetasi, khususnya dalam penentuan indeks nilai penting,

dilakukan dengan formula berikut ini:

a. Kerapatan suatu jenis (K) (ind/ha)

K = ∑ individu suatu jenis

Luas petak contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) (%)

KR = K suatu jenis

K seluruh jenis×100%

c. Frekuensi suatu jenis (F)

F = ∑ sub-petak ditemukan suatu jenis

∑ seluruh sub-petak contoh

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR) (%)

FR = F suatu jenis

F seluruh jenis×100%

e. Dominansi suatu jenis (D) (m2/ha)

D = Luas bidang dasar suatu jenis

Luas petak contoh

f. Dominansi relatif suatu jenis (DR) (%)

DR = D suatu jenis

D seluruh jenis×100%

g. Indeks Nilai Penting (INP) (%)

Untuk tingkat pohon, INP = KR + FR + DR

Untuk tingkat semai dan pancang, INP = KR + FR

Page 46: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

24

2. Lamun

Gambar 13. Lamun.

Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga yang tumbuh

pada daerah laut dangkal (Latuconsina & Dawar, 2012). Karakteristik

dari lamun yaitu tumbuhan monokotil yang memiliki akar, daun, buah

dan bunga seperti pada tumbuhan berpembuluh di darat (Tomlinson,

1974). Lamun tumbuh pada suatu kawasan membentuk hamparan yang

di dalamnya bisa terdapat satu atau lebih dari satu spesies lamun,

hamparan ini yang disebut sebagai padang lamun. Ekosistem lamun

adalah suatu ekosistem di wilayah pesisir yang di dalamnya terdapat

keanekaragaman hayati yang tinggi dan ikut menyumbang nutrisi yang

sangat potensial terhadap kesuburan perairan di sekitarnya (Muhammad

Husni Azkab, 1999; Hutomo & Azkab, 1987). Padang lamun

merupakan habitat bagi biota laut sebagai tempat mencari makan

(feeding ground), pembesaran (nursery ground) dan pemijahan

(spawning ground) (Latuconsina, 2011). Pada perairan laut dangkal,

lamun berperan sebagai produsen, pendaur ulang zat hara dan

Page 47: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

25

menangkap sedimen (R. M. Lestari, 2010). Sama seperti tumbuhan

lainnya, lamun memiliki klorofil sehingga mampu berfotosintesis.

Pada umumnya, ekosistem di daerah pesisir terdiri dari 3 komponen,

yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang. Ketiga komponen

ekosistem tersebut menjadikan wilayah pesisir sebagai daerah yang

subur dan produktif, dimana kaya akan biota perairannya. Berdasarkan

letaknya, lamun berada di antara ekosistem terumbu karang dan

ekosistem mangrove. Ekosistem lamun merupakan ekosistem yang

sangat kompleks, dimana ekosistem ini memiliki fungsi dan manfaat

yang penting untuk perairan di wilayah pesisir (Tangke, 2010). Jenis

dan pola penyebaran dari lamun dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan seperti turbiditas, pola pasang surut, suhu perairan dan

salinitas. Adaptasi vegetasi lamun pada perubahan lingkungan yang

cukup baik dan pertumbuhannya yang relatif cepat (Azkab, 2006).

Komponen ekowisata padang lamun terdiri dari vegetasi lamun dan

biota-biota bawah laut yang saling berinteraksi menjadi padang lamun.

Salah satu manfaat dari ekowisata padang lamun adalah sebagai wisata

edukasi atau pendidikan, misalnya untuk melihat ekologi padang lamun

beserta biota-biotanya (teripang, bulu babi, bintang laut, kerang dan

ikan). Selain itu ekowisata padang lamun juga kaya akan

keanekaragaman biota bawah laut dikarenakan ekosistem padang lamun

merupakan penghubung antara ekosistem mangrove dengan ekosistem

terumbu karang (Riniatsih & Munasik, 2017).

Page 48: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

26

Menurut Rahmawati et al. (2014) dalam buku Panduan Monitoring

Padang Lamun, pengukuran data lamun di lapangan guna untuk

memperoleh nilai tutupan dari lamun. Pengambilan data dilakukan

pada tiga transek dengan panjang masing-masing 100 m dan jarak

antara satu transek dengan yang lain adalah 50 m, sehingga total

luasannya 100 × 100 m2. Frame kuadrat diletakkan di sisi kanan

transek dengan jarak antara kuadrat satu dengan yang lainnya adalah 10

m (Gambar 14). Titik awal transek diletakkan pada jarak 5-10 m dari

kali pertama lamun dijumpai (dari arah pantai).

Gambar 14. Skema Transek Kuadrat Lamun.

(Sumber: Rahmawati et al., 2014)

Adapun langkah-langkah kerja yang harus dilakukan, yaitu:

1. Cek waktu pasang surut sebelum menentukan waktu ke lapangan

atau cari informasi mengenai pasang surut dari penduduk

lokal/nelayan di lokasi monitoring. Pelaksanaan monitoring

umumnya lebih mudah dan aman dilakukan pada saat surut.

Page 49: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

27

2. Isi lembar kerja lapangan yang terdiri dari nama pengamat, lokasi

(nama pantai dan nama daerah/kabupaten) dan kode stasiun,

tanggal dan waktu pengamatan, nomor transek, serta informasi

umum (kedalaman air, kejernihan air, ada/tidaknya pelabuhan,

ada/tidaknya sungai, dsb) dan informasi lain yang bermanfaat.

3. Tentukan posisi transek dan catat koordinat (Latitude dan

Longitude) serta kode di GPS pada lembar kerja lapangan. Titik

ini merupakan titik awal transek nomor 1 dan meter ke-0.

4. Tandai titik awal transek dengan tanda permanen seperti patok

besi yang dipasangi pelampung kecil, serta keramik putih agar

mudah menemukan titik awal transek pada monitoring tahun

selanjutnya.

5. Buat transek dengan menarik roll meter sepanjang 100 meter ke

arah tubir. Pengamat yang lain mengamati pembuatan transek

agar transek lurus.

6. Tempatkan kuadrat 50 × 50 cm2 pada titik 0 m, disebelah kanan

transek. Pengamat berjalan disebelah kiri agar tidak merusak

lamun yang akan diamati.

7. Tentukan nilai persentase tutupan lamun pada setiap kotak kecil

dalam frame kuadrat (Gambar 15), berdasarkan penilaian pada

Tabel 2 dan catat pada lembar kerja lapangan.

8. Pada setiap kotak kecil, dapat dicatat komposisi jenis lamun yang

ada dan penutupan setiap jenis lamun.

Page 50: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

28

Gambar 15. Nomor Kotak Kuadrat.

(Sumber: Rahmawati et al., 2014)

Tabel 2. Penilaian penutupan lamun dalam kotak kecil penyusun kuadrat

Kategori Nilai Penutupan Lamun (%)

Tutupan penuh 100

Tutupan 3/4 kotak kecil 75

Tutupan 1/2 kotak kecil 50

Tutupan 1/4 kotak kecil 25

Kosong 0

(Sumber: Rahmawati et al., 2014)

9. Amati karakteristik substrat secara visual dan dengan memilinnya

menggunakan tangan, lalu catat. Karakteristik substrat dibagi

menjadi: berlumpur, berpasir dan Rubble (pecahan karang).

10. Setelah itu, bergerak 10 meter ke arah tubir dan ulangi tahap 6-9.

11. Pengamatan dilakukan setiap 10 meter sampai meter ke-100 (0 m,

10 m, 20 m, 30m, dst) atau sampai batas lamun, apabila luasan

padang lamun kurang dari 100 m.

12. Pasang patok dan penanda pada titik terakhir.

13. Tandai posisi titik terakhir dengan GPS dan catat koordinat

(Latitude dan Longitude) pada lembar kerja lapangan.

Page 51: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

29

3. Terumbu Karang

Gambar 16. Terumbu Karang.

Terumbu karang atau coral reef adalah suatu ekosistem di bawah

permukaan laut yang tersusun atas kumpulan binatang karang dan

membentuk suatu struktur kalsium karbonat (sejenis batu gamping atau

kapur). Terumbu karang merupakan rumah bagi berbagai biota laut,

karena dapat menjadi tempat peneluran, pemijahan dan pembesaran

ikan. Terumbu karang menyediakan suplai makanan untuk ikan-ikan

kecil, serta menjadi tempat berlindung dari ikan predator. Struktur

terumbu karang dapat melindungi ekosistem laut dari pengaruh

gelombang dan juga melindungi daerah pantai dari gelombang arus

yang kuat (Burke et al., 2012). Beberapa faktor yang mempengaruhi

keberadaan terumbu karang yaitu salinitas, kecerahan perairan, sirkulasi

air, kecepatan arus, suhu dan sedimentasi. Untuk memperoleh tingkat

pertembuhan yang maksimum, lokasi dari perairan terumbu karang

harus memiliki suhu yang hangat, kondisi air jernih, terhindar dari

sedimentasi dan sirkulasi air yang lancar.

Page 52: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

30

Indonesia adalah negara yang memiliki terumbu karang terluas di bumi.

Dimana luas dari terumbu karangnya diperkirakan seluas 75.000 km2

atau 14% dari luasan terumbu karang yang berada di bumi (Arini,

2013). Terumbu karang memberikan manfaat dan keuntungan baik

secara ekologi, ekonomi dan sosial bagi masyarakat pesisir (Yuliani et

al., 2016). Secara ekologis, terumbu karang bermanfaat dalam

melindungi daerah pantai terhadap pengaruh arus dan ombak, serta

habitat biota perairan (feeding, nursery and spawning ground). Secara

ekonomis, terumbu karang berfungsi sebagai lokasi penangkapan ikan

hias, bahan obat dan kawasan wisata yang menarik. Secara sosial,

ekosistem terumbu karang dapat dikelola dan difungsikan sebagai objek

wisata oleh masyarakat sekitar yang mampu menambah pendapatan.

Terumbu karang memiliki kepekaan yang tinggi dan sangat sensitif

terhadap lingkungan sekitarnya. Merusak terumbu karang secara tidak

langsung dapat mengganggu keutuhan dari ekosistem tersebut, dimana

di dalamnya ada hubungan saling ketergantungan antara biota ataupun

mahkluk hidup yang berada di sekitarnya (Arini, 2013). Proses

pembentukan terumbu karang memakan waktu yang lama, diperkirakan

bahwa terumbu karang utuh yang ada di Indonesia mulai terbentuk dari

450 tahun lalu. Apabila faktor lingkungan dan karakteristik habitat

terumbu karang terjaga dengan baik, maka terumbu karang mampu

memperbaiki bagiannya yang rusak atau patah. Seperti ekosistem

lainnya, terumbu karang tidak memerlukan campur tangan oleh

manusia untuk keberlangsungan hidupnya (Dahuri et al., 2008).

Page 53: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

31

Menurut Giyanto et al. (2014) dalam buku Panduan Monitoring

Kesehatan Terumbu Karang, pengukuran transek pada terumbu karang

dilakukan untuk dapat mengetahui penutupan terumbu karang, jenis

ikan karang dan megabenthos. Metode umum yang dilakukan yaitu

metode LIT (Line Intercept Transect), yaitu sebagai berikut:

1. Jika merupakan lokasi baru, beri nama stasiunnya dan catat posisi

koordinatnya dengan GPS. Jika merupakan lokasi lama (lokasi

ulangan untuk monitoring), pastikan posisi transek di lokasi

penelitian sesuai dengan koordinat posisi transek pengamatan

yang tercatat sebelumnya.

2. Setelah yakin posisinya merupakan lokasi stasiun transek

permanen yang akan diambil datanya, sebelum turun ke bawah air

(menyelam), maka tulis di papan (slate) nama stasiun tersebut

yang akan segera dilakukan pengambilan datanya.

3. Selanjutnya penyelam yang bertugas menarik garis transek mulai

menyelam dan mencari titik awal transek yang ditandai oleh

adanya patok besi sebanyak 2 buah (untuk posisi transek

permanen yang datanya pernah diambil di tahun sebelumnya).

Jika lokasi tersebut merupakan lokasi baru, tentukan titik awal

transek, dan jangan lupa memberi tanda titik awal tersebut dengan

memberi patok besi sejumlah 2 buah.

4. Setelah tanda titik awal ditemukan/ditentukan, penyelam

memasang pelampung hingga timbul ke permukaan air sehingga

pengamat dapat mengetahui titik awal transek.

Page 54: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

32

5. Setelah melihat pelampung timbul ke permukaan air, penyelam

yang bertugas menarik garis transek mulai meletakkan garis

transek dengan menggunakan roll meter (pita berskala) sepanjang

40 meter pada kedalaman sekitar 5 m dan sejajar garis pantai,

dimulai dari titik awal sebagai meter ke-0. Untuk keseragaman

dalam penarikan garis transek, posisi pulau berada di sebelah kiri

garis transek. Ilustrasi penarikan garis transek ditampilkan pada

Gambar 17.

Gambar 17. Arah Penarikan Garis Transek.

6. Selanjutnya penyelam melakukan penelusuran di sepanjang garis

transek dengan melakukan pencatatan terhadap keberadaan

lifeform yaitu identifikasi jenis lifeform yang ada dan mencatat

pada jarak ke berapa lifeform dijumpai dan berakhir. Dalam

pengidentifikasian diperlukan pengetahuan dalam mencatat jenis

lifeform, oleh karena itu untuk mempermudah dapat dilakukan

pengambilan foto untuk identifikasi di darat. Ilustrasi

pengambilan data terumbu karang dapat dilihat pada Gambar 18.

Page 55: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

33

Gambar 18. Ilustrasi Metode LIT.

(Sumber: Giyanto et al., 2014)

7. Pencatatan jarak terumbu karang dilakukan dalam ketelitian senti

meter (cm), dan hanya dilakukan pada jenis karang hidup.

8. Pengukuran data dilakukan saat kondisi perairan tenang untuk

meminimalkan pengaruh dari gelombang air laut serta kecerahan

perairan yang baik.

9. Selama melakukan pencatatan terhadap tutupan terumbu karang,

dapat dilakukan juga identifikasi jenis ikan karang yang terdapat

di sepanjang karang.

Page 56: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

34

C. Sistem Informasi Geografis

Gambar 19. Pemetaan dengan SIG.

(Sumber: Azhari, 2018)

Sistem informasi geografis atau SIG merupakan suatu teknologi pemetaan

yang berfungsi untuk menganalis, mengelola dan menyebarkan informasi

mengenai geografis yang terkait pada ketataruangan dan informasi di

dalamnya (Hidayat & Tarmuji, 2013). Berdasarkan istilahnya, sistem

informasi geografis merupakan perpaduan dari tiga ilmu pokok, yaitu sistem

(teknologi), informasi (data-data) dan geografi (pemetaan). Manfaat dari

teknologi ini adalah dapat memberikan layanan informasi kepada pengguna

atau pengambil keputusan untuk menentukan peraturan mengenai suatu

wilayah, umumnya terkait dengan tata ruang.

Sistem informasi geografis (SIG) mulai digunakan di Indonesia sejak tahun

1980 untuk digunakan oleh berbagai instansi pemerintahan. Teknologi ini

membantu dalam penyebaran informasi mengenai suatu daerah dalam

bentuk peta yang mudah digunakan. SIG menggunakan software Quantum

GIS agar pengguna dapat melakukan proses visualisasi, memuat informasi

Page 57: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

35

dan melakukan analisis. Melalui perkembangannya, kebutuhan mengenai

informasi wisata dan lokasinya menjadi sangat perlu. Perlunya informasi

tersebut tidak hanya untuk kebutuhan bagi beberapa masyarakat tertentu,

namun menjadi kebutuhan masyarakat secara luas.

Apabila dikaitkan dengan ekowisata bahari, maka sistem informasi

geografis akan menyajikan lokasi dari suatu wisata dan informasi yang

terkandung pada wisata tersebut. Perubahan data terhadap suatu informasi

geografis yang ada, baik berupa penambahan maupun pengurangan data

dapat dilakukan tanpa perlu membuat peta baru.

Menurut Susanto et al. (2016), SIG memiliki ciri sebagai berikut:

A. Memiliki sub-sistem pelaporan yang dapat menampilkan sebagian

atau seluruh dari data, menjadi bentuk peta, grafis dan tabel.

B. Mempunyai sub-sistem analisis data dan manipulasi yang

menampilkan fungsi permodelan, hambatan, estimasi parameter,

pemisahan dan pengelompokan, serta tipe data.

C. Memiliki sub-sistem yang dapat membuka dan menyimpan data,

sehingga memungkinkan data yang tersimpan untuk dibuka, diedit dan

disesuaikan kembali. Dapat dilihat pada Gambar 20.

D. Mempunyai sub-sistem pengisian data yang dapat mengolah dan

menampung data spasial dari sumber mana saja. Sub-sistem tersebut

juga berisi perubahan data spasial yang berbeda tipenya (kontur peta

menjadi elevasi ketinggian).

Page 58: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

36

Gambar 20. Tabel Quarry Data.

(Sumber: Hasil Screenshot Software QGIS)

Peta digital sistem informasi geografis menyajikan data spasial dan

informasi yang berkaitan dengan suatu wilayah. Dalam pengembangannya,

peta digital SIG tidak hanya dapat diakses melalui software yang mampu

menampilkan data shapefile, namun dapat dikelola agar dapat ditampilkan

melalui website sehingga dapat diakses oleh banyak kalangan. Pembuatan

peta digital SIG ke dalam bentuk website dibantu dengan adanya plugin di

software Quantum GIS, yaitu:

1. QuickMapServices (QMS) : berfungsi untuk menampilkan peta citra

Google Sattelite, sehingga tidak perlu membuat peta daerah.

2. qgis2web : berfungsi untuk menggabungkan beberapa file shapefile

menjadi bentuk webgis yang selanjutnya dapat diunggah ke web

hosting yang digunakan.

Page 59: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

37

Web mapping menggunakan fungsi interaksi yang ada di software SIG ke

dalam bentuk webgis. Bentuk umum interaksi berbasis peta di website

dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Proses Interaksi SIG Berbasis Website.

Pada Gambar 21, interaksi antara pengguna (user) dengan server

berdasarkan pada request dan respond. Dimana web browser pada

pengguna mengirimkan request ke internet (web server), yang mengambil

data peta dari hosting yang telah di input oleh admin. Adapun pengertian

dari domain dan hosting yaitu:

1. Domain : merupakan nama website yang digunakan agar dapat

mengakses website yang telah dibuat. Ekstensi dari nama domain

bermacam-macam tergantung pada jenis website, diantaranya yaitu

.com, .ac.id, .net, .co.id, dsb.

2. Hosting : merupakan wadah yang menampung data-data yang

diperlukan oleh website, sehingga dapat diakses dengan internet.

Dimana data dapat berupa email, gambar, file atau database.

User Internet Domain

Hosting Admin

akses

input

Page 60: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

38

QuickMapServices (QMS) adalah sebuah plugin untuk memuat dan

menampilkan informasi dalam bentuk peta digital. Siapapun dapat

berkontribusi untuk QMS dan ribuan orang dapat menambahkan proyek

QMS setiap harinya (Suryadi, 2015). Plugin ini mampu menampilkan peta

dari berbagai sumber, seperti Google Maps, Bing, Landsat, OSM,

MapSurfer dan NASA. Adapun tampilan citra Google Earth pada

QuickMapServices (QMS) dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Tampilan Citra Google Earth.

(Sumber: Hasil Screenshot Software QGIS)

Untuk dapat mengakses, pengunjung situs atau pengguna terlebih dahulu

harus terhubung dengan koneksi internet. Berbeda dengan proses editing

data spasial dan atribut di situs web OpenStreetMap (OSM) atau JOSM

(Java OpenStreetMap), pengunjung situs yang ingin melakukan akses tidak

diharuskan memiliki akun pada situs web OSM. Situs web OSM sendiri

dapat diakses melalui perangkat lunak internet browser apapun (Mozilla

Firefox, Google Chrome, Safari, Opera, dan lain-lain).

Page 61: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

39

Tampilan antarmuka sistem tentu saja sama dan merupakan tampilan situs

web OpenStreetMap itu sendiri (karena menggunakan sistem yang

sama/sistem yang sudah ada). Situs web OpenStreetMap menampilkan

antarmuka slippy yang dibangun dengan pustaka javascript. Slippy secara

umum berarti sebuah istilah yang mengacu pada peta web modern yang

memungkinkan pengguna peta melakukan zoom in, zoom out dan

menjelajah peta (peta akan bergeser mengikuti arah pointer mouse jika

pengguna menyeret/menarik (drag) layer peta dengan mouse). Situs web

OpenStreetMap sendiri sebenarnya adalah sebuah media untuk

menampilkan hasil render data OpenStreetMap. Dalam pembangunan

webgis berbasis OSM ini, tahapan proses dari mulai editing/adding data

sampai menampilkannya pada situs web OpenStreetMap kurang lebih

adalah seperti berikut:

1. Data diunduh dan di-edit atau ditambahkan melalui perangkat lunak

JOSM yang berformat vektor dan kemudian setelah melalui proses

pengunggahan tersimpan di database OpenStreetMap.

2. Ketika kita mengakses pada browser, terdapat sebuah proses rendering

dimana javascript berjalan di dalam browser yang secara dinamis

meminta (request) peta dari server di dalam background browser (tanpa

mengisi kembali (reloading) seluruh halaman HTML) untuk

memberikan pengalaman browsing peta slippy yang lembut (smooth).

3. Peta ditampilkan pada halaman HTML browser dalam bentuk image

(raster) beserta perubahan yang ditambahkan sebelumnya.

Page 62: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

40

D. Peta SHP

Gambar 23. Peta SHP Provinsi Lampung.

(Sumber: Hasil Screenshot Software QGIS)

Peta shapefile adalah peta dasar dari suatu wilayah dengan format file

berupa shapefile (.shp). Shapefile merupakan format file yang digunakan

untuk menyimpan data spasial (ruang) non-topologis berbasis vektor (Riadi,

Syafi’i, & Widodo, 2011). Shapefile dapat digunakan untuk menyimpan

data peta digital pada sistem informasi geografis (SIG). Environmental

Systems Research Institute (ESRI) merupakan pengembang dari format file

tersebut. Format file ini dapat menyimpan data spasial seperti bidang (pulau

atau wilayah suatu provinsi), garis (jalan dan sungai), titik (lokasi kota dan

bangunan) dan informasi mengenai ketiga data spasial tersebut (jenis suatu

jalan, nama suatu kota, dll) (Lestari, 2014). Format file ini menggunakan

vektor, sehingga data spasial seperti titik, garis dan bidang disimpan dalam

bentuk kumpulan titik. Untuk data garis, disimpan titik-titik sudutnya.

Sedangkan untuk bidang, juga disimpan titik-titik sudutnya.

Page 63: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

41

E. Indeks Kesesuaian Wisata

Pemanfaatan dari suatu kegiatan yang sedang atau akan dikembangkan

seharusnya telah disesuaikan dengan peruntukan dan potensi sumber

dayanya. Sebab itu diperlukan analisis indeks kesesuaian wisata (IKW),

yaitu analisis yang dilakukan pada potensi sumber daya yang dikembangkan

sebagai tujuan ekowisata bahari dimana setiap objek wisata memiliki

lingkungan dan persyaratan sumber daya yang memiliki kesesuaian dengan

objek wisata yang akan dikembangkan (Yulianda, 2007). Nilai kesesuaian

kawasan merupakan nilai kecocokan suatu kawasan sebagai tujuan kawasan

tertentu, melalui pola tata guna kawasan yang terarah, adanya kegiatan

pemelihaaan ekosistem serta penentuan nilai dari suatu kawasan (Bibin,

Vitner, & Imran, 2017). Pengelolaan kawasan yang berkelanjutan dan

optimal membutuhkan adanya pengelolaan tata ruang yang matang.

Analisis indeks kesesuaian wisata (IKW) menggunakan matriks kesesuaian

yang telah tersusun sesuai dengan kepentingan setiap parameternya agar

dapat mendukung kegiatan yang dilakukan pada suatu kawasan (Domo,

Zulkarnaini, & Yoswaty, 2017). Persamaan yang digunakan untuk

menghitung kesesuaian wisata merujuk pada Yulianda (2007), yaitu:

IKW = ∑ (Ni

Nmaks

) × 100%

Keterangan:

IKW : Indeks Kesesuaian Wisata

Ni : Nilai pada parameter ke-i (skor × bobot)

Nmaks : Nilai maksimum dari matriks kesesuaian

Page 64: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

42

Hasil yang didapatkan melalui matriks kesesuaian selanjutnya dikategorikan

ke dalam 4 kategori, yaitu:

S1 : Sangat sesuai (75-100%)

S2 : Sesuai (50-74%)

S3 : Sesuai bersyarat (25-49%)

N : Tidak sesuai (<25%)

Perhitungan nilai kesesuaian dapat dilakukan pada objek wisata yang

mengacu pada PUSPAR UGM (2005) mengenai ketersediaan infrastruktur

penunjang dan ekosistem pesisir yang mengacu pada Yulianda (2007).

Faktor penentu penilaian potensi objek wisata dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Faktor penilai potensi objek wisata

No. Faktor Penilai

Potensi Variabel Kriteria Skor

1 Kualitas objek

wisata

a. Keunikan objek

wisata dan fungsi

sebagai kawasan

lindung

• Bila objek banyak

ditemukan di tempat

lain

• Bila objek banyak

ditemukan di tempat

lain dan memiliki

fungsi lindung

• Bila objek jarang

ditemukan di tempat

lain dan memiliki

fungsi lindung

1

2

3

b. Keragaman atraksi

pendukung

• Belum memiliki atraksi

• Memiliki 1-2 atraksi

pendukung

• Memiliki >2 atraksi

pendukung

1

2

3

2 Kondisi objek

wisata

c. Kebersihan

lingkungan objek wisata

dan ketersediaan lahan

untuk pengembangan

• Objek wisata kurang

bersih dan tidak

memiliki lahan untuk

pengembangan

• Objek wisata bersih

tetapi tidak memiliki

lahan untuk

pengembangan atau

sebaliknya

• Objek wisata bersih dan

memiliki lahan

pengembangan

1

2

3

Page 65: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

43

Tabel 3. (lanjutan)

No. Faktor Penilai

Potensi Variabel Kriteria Skor

3 Daya saing

ekonomi objek

wisata

d. Jumlah wisatawan • Jumlah wisatawan

rendah

• Jumlah wisatawan

sedang

• Jumlah wisatawan

tinggi

1

2

3

e. Harga tiket • Harga tiket mahal

• Harga tiket sedang

• Harga tiket murah

1

2

3

4 Aksesibilitas f. Prasarana jalan

menuju lokasi objek

wisata

• Tersedia prasarana

jalan motor dan mobil

• Tersedia prasarana

jalan yang dapat dilalui

motor dan mobil,

terdapat jalan alternatif

yang bisa

dikembangkan, kondisi

buruk

• Tersedia prasarana

jalan motor dan mobil,

terdapat jalan alternatif

yang bisa

dikembangkan, kondisi

baik

1

2

3

g. Waktu tempuh

wisatawan menuju suatu

objek wisata dari ibu

kota

• Waktu tempuh >2 jam

dari ibu kota

• Waktu tempuh 1-2 jam

dari ibu kota

• Waktu tempuh <2 jam

dari ibu kota

1

2

3

h. Ketersediaan

angkutan umum untuk

menuju lokasi objek

wisata

• Tidak tersedia angkutan

umum

• Tersedia angkutan

umum, tidak reguler

• Tersedia angkutan

umum, reguler

1

2

3

5 Dukungan

pengembangan

objek wisata

i. Dukungan

pengembangan objek

• Tidak ada pengelola

• Hanya dikelola secara

sederhana

• Objek wisata dikelola

oleh pemerintah dan

masyarakat/swasta

secara profesional

1

2

3

Page 66: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

44

Tabel 3. (lanjutan)

No. Faktor Penilai

Potensi Variabel Kriteria Skor

j. Pengembangan dan

promosi objek wisata

• Objek wisata belum

dikembangkan dan

belum terpublikasikan

• Objek wisata sudah

dikembangkan tetapi

belum dipublikasikan

• Objek wisata sudah

dikembangkan dan

terpublikasi

1

2

3

6 Fasilitas penunjang

objek wisata

k. Ketersediaan fasilitas

pemenuhan kebutuhan

fisik dan sosial warga

• Tidak tersedia

• Tersedia 1-2 jenis

fasilitas sederhana

• Tersedia >2 jenis

fasilitas eksklusif

1

2

3

7 Fasilitas pelengkap l. Ketersediaan fasilitas

pelengkap (tempat

parkir, toilet/WC, pusat

informasi)

• Tidak tersedia

• Tersedia 1-2 jenis

fasilitas

• Tersedia >2 jenis

fasilitas

1

2

3

8 Keamanan dan

kenyamanan

m. Keamanan wilayah

sekitar objek wisata

• Sering terjadi tindak

kejahatan di sekitar area

objek wisata

• Jarang terjadi tindak

kejahatan di sekitar area

objek wisata

• Tidak pernah terjadi

tindak kejahatan di

sekitar area objek

wisata

1

2

3

(Sumber: PUSPAR UGM, 2005)

Menurut Yulianda (2007), indeks kesesuaian wisata pantai terdiri dari dua

kategori, yaitu kategori rekreasi dan wisata mangrove. Kesesuaian wisata

pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter dengan empat

klasifikasi penilaian (S1, S2, S3 dan N). Matriks IKW rekreasi pantai dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 67: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

45

Tabel 4. Matriks IKW kategori rekreasi pantai

No Parameter

Bo

bot

Kategori

S1 Sk

or Kategori

S2 Sk

or Kategori

S3 Sk

or Kategori

N Sk

or

1 Kedalaman

pantai (m) 5 0-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10 0

2 Tipe pantai 5 Pasir

putih 3

Pasir

putih,

sedikit

karang

2

Pasir

hitam,

berkarang,

sedikit

terjal

1

Lumpur,

berbatu,

terjal

0

3 Lebar pantai

(m) 5 >15 3 10-15 2 3-<10 1 <3 0

4

Material

dasar

perairan

3 Pasir 3 Karang

berpasir 2

Pasir

berlumpur 1 Lumpur 0

5 Kecepatan

arus (m/s) 3 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34-0,51 1 >0,51 0

6 Kemiringan

pantai (o) 3 <10 3 10-25 2 >25-45 1 >45 0

7 Kecerahan

perairan (%) 1 100 3 50-<100 2 30-<50 1 <30 0

8 Penutupan

lahan pantai 1

Kelapa,

lahan

terbuka

3

Semak,

belukar,

rendah,

savana

2 Belukar

tinggi 1

Hutan bakau,

pemukiman,

pelabuhan

0

9 Biota

berbahaya 1

Tidak

ada 3 Bulu babi 2

Bulu babi,

ikan pari 1

Bulu babi,

ikan pari,

lepu, hiu

0

10

Ketersediaan

air tawar

(km)

1 <0,5 3 >0,5-1 2 >1-2 1 >2 0

Sumber: Yulianda (2007)

Kawasan ekowisata bahari umumnya memiliki tiga komponen ekosistem

pendukung di wilayah pesisir, yaitu mangrove, lamun dan terumbu karang.

Keberadaan ekosistem tersebut dihitung nilai kesesuaiannya berdasarkan

parameter yang ada. Matriks kesesuaian untuk ketiga ekosistem tersebut

mengacu pada Yulianda (2007), yang dapat dilihat pada Tabel 5 - Tabel 8.

Page 68: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

46

Tabel 5. Matriks IKW kategori wisata mangrove

No Parameter

Bo

bot

Kategori

S1 Sk

or Kategori

S2 Sk

or Kategori

S3 Sk

or Kategori

N Sk

or

1

Ketebalan

mangrove

(m)

5 >500 3 >200-500 2 50-200 1 <50 0

2

Kerapatan

mangrove

(100 m2)

3 >15-20 3 >10-15,

>20 2 5-10 1 <5 0

3 Jenis

mangrove 3 >5 3 3-5 2 1-2 1 0 0

4 Pasang

surut (m) 1 0-1 3 >1-2 2 >2-5 1 >5 0

5 Obyek biota 1

Ikan, udang,

kepiting,

moluska,

reptil,

burung.

3

Ikan,

udang,

kepiting,

moluska.

2 Ikan,

moluska. 1

Salah

satu biota

air.

0

Sumber: Yulianda (2007)

Tabel 6. Matriks IKW kategori wisata lamun

No Parameter

Bo

bot

Kategori

S1 Sk

or Kategori

S2 Sk

or Kategori

S3 Sk

or Kategori

N Sk

or

1 Tutupan

lamun (%) 5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0

2

Kecerahan

perairan

(%)

3 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0

3 Jenis ikan 3 >10 3 6-10 2 3-5 1 <3 0

4 Jenis lamun 3

Cymodocea

Halodule

Halophila

3

Syringo-

dium

Thalasso-

dendron

2 Thallasia 1 Enhalus 0

5 Jenis

substrat 1

Pasir

berkarang 3 Pasir 2

Pasir

berlumpur 1 Berlumpur 0

6 Kecepatan

arus (cm/s) 1 0-15 3 15-30 2 30-50 1 >50 0

7 Kedalaman

lamun (m) 1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10, <1 0

Sumber: Yulianda (2007)

Page 69: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

47

Tabel 7. Matriks IKW kategori wisata selam

No Parameter

Bo

bo

t

Kategori

S1 Sk

or Kategori

S2 Sk

or Kategori

S3 Sk

or Kategori

N Sk

or

1 Kecerahan

perairan (%) 5 >80 3 50-80 2 20-<50 1 <20 0

2

Tutupan

komunitas

karang (%)

5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0

3 Jenis life

form 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0

4 Jenis ikan

karang 3 >100 3 50-100 2 20-<50 1 <20 0

5 Kecepatan

arus (cm/s) 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0

6

Kedalaman

terumbu

karang (m)

1 6-15 3 >15-20

3-<6 2 >20-30 1

>30

<3 0

Sumber: Yulianda (2007)

Tabel 8. Matriks IKW kategori wisata snorkeling

No Parameter

Bo

bo

t

Kategori

S1 Sk

or Kategori

S2 Sk

or Kategori

S3 Sk

or Kategori

N Sk

or

1 Kecerahan

perairan (%) 5 >80 3 50-80 2 20-<50 1 <20 0

2

Tutupan

komunitas

karang (%)

5 >75 3 >50-75 2 25-50 1 <25 0

3 Jenis life

form 3 >12 3 <7-12 2 4-7 1 <4 0

4 Jenis ikan

karang 3 >50 3 30-50 2 10-<30 1 <10 0

5 Kecepatan

arus (cm/s) 1 0-15 3 >15-30 2 >30-50 1 >50 0

6

Kedalaman

terumbu

karang (m)

1 1-3 3 >3-6 2 >6-10 1 >10

<1 0

7

Lebar

hamparan

datar karang

(m)

1 >500 3 >100-

500 2 20-100 1 <20 0

Sumber: Yulianda (2007)

Page 70: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

48

F. Daya Dukung Kawasan

Perhitungan nilai daya dukung kawasan diperlukan untuk mengetahui

kapasistas maksimum pengunjung yang secara fisik mampu ditampung pada

kawasan yang ada pada waktu tertentu tanpa menyebabkan timbulnya

gangguan, baik pada alam maupun manusia (Domo et al., 2017). Pada

penelitian ini, nilai daya dukung kawasan wisata serta parameternya

mengacu pada persamaan Yulianda (2007), yaitu:

DDK = K × Lp

Lt ×

Wt

Wp

Keterangan :

DDK : Daya dukung kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit luas

Lp : Luas atau panjang daerah yang digunakan

Lt : Luas unit daerah untuk suatu kegiatan wisata

Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan dalam satu hari

Wp : Waktu yang dibutuhkan pengunjung untuk kegiatan wisata

Tabel 9. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)

No Jenis Kegiatan K

(∑ Pengunjung)

Lt

(Unit Area) Keterangan

1 Selam 2 2000 m2 2 orang dalam 200 m × 10 m

2 Snorkeling 1 500 m2 1 orang dalam 100 m × 5 m

3 Wisata lamun 1 250 m2 1 orang dalam 50 m × 5 m

4 Wisata mangrove 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang track

5 Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai

6 Memancing 1 25 m 1 orang setiap 25 m

7 Perahu 1 500 m 1 jam dengan jarak 500 m

8 Wisata olahraga 1 50 m 1 orang setiap 50 m

Sumber: Yulianda (2007)

Page 71: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

49

Waktu kegiatan wisata pengunjung (Wp) didapatkan melalui total waktu

yang diperlukan oleh pengunjung dalam melakukan kegiatan tertentu.

Dimana waktu tersebut diperhitungkan melalui pertimbangan terhadap

waktu yang diberikan oleh kawasan (Wt), yaitu merupakan panjang waktu

area wisata dibuka dalam satu hari, umumnya rata-rata waktu kerja yaitu

selama 10 jam (07.00 s.d 17.00). Nilai prediksi waktu yang diperlukan pada

setiap kegiatan wisata dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Prediksi waktu yang diperlukan pada setiap kegiatan wisata

No Jenis Kegiatan Waktu yang dibutuhkan

Wp (jam)

Total waktu 1 hari

Wt (jam)

1 Selam 2 8

2 Snorkeling 3 6

3 Wisata lamun 2 4

4 Wisata mangrove 2 8

5 Rekreasi pantai 3 6

6 Memancing 3 6

7 Berperahu 1 8

8 Olahraga air 2 4

Sumber: Yulianda (2007)

Page 72: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Pulau Tegal, Desa Gebang, Kecamatan Padang

Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara geografis pulau

ini terletak pada koordinat 05o34’00” LS dan 105o16’29” BT (Oriana et al.,

2017). Akses menuju pulau ini dapat menggunakan perahu motor dari

Pantai Sari Ringgung, dengan jarak tempuh 2,8 km atau waktu perjalanan

selama 15 menit. Pulau Tegal memiliki keliling pantai dengan panjang 5,8

km dan wilayah daratan seluas ±140 Ha yang terletak di perairan Teluk

Lampung (Arief, 2013). Mayoritas penduduk di pulau ini bermata

pencaharian sebagai petani, nelayan dan pegawai keramba jaring apung

(KJA) yang merupakan usaha dari beberapa investor.

Pulau Tegal menyimpan potensi untuk dikembangkan menjadi suatu

kawasan ekowisata bahari. Hal ini didukung tersedianya ekosistem pesisir

seperti mangrove, lamun dan terumbu karang yang menjadi daya tarik

ekowisata. Karena memiliki penginapan terapung dan keeksotisan alam,

pulau ini sering disebut mirip dengan Pulau Maladewa. Tidak hanya

wisatawan domestik yang mengunjungi pulau ini, bahkan Pulau Tegal saat

Page 73: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

51

ini telah dikunjungi oleh turis dari berbagai negara. Adapun peta foto udara

dari lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Peta Foto Udara Pulau Tegal.

B. Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung di lokasi penelitian

sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Data primer didapatkan dari

pengumpulan data yang bersifat kuantitatif, baik melalui wawancara

dengan informan terkait maupun pengamatan langsung. Pada penelitian

ini, data primer yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 11.

Prov. Lampung

Page 74: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

52

Tabel 11. Data-data primer

No Data Primer Kegunaan Data

1 Peta sketsa

kawasan

Merupakan peta gambaran kasar yang digunakan untuk

mendata objek wisata yang ada (jumlah dan letak).

2 Data GPS

(tracking dan

marking)

Pengukuran secara langsung pada lokasi penelitian yang

meliputi tracking dan marking yang digunakan sebagai objek

digitasi peta sistem informasi geografis.

3 Observasi

kawasan pantai

Terdiri dari kedalaman, tipe, lebar, material dasar perairan,

kecepatan arus, kemiringan, kecerahan perairan, penutupan

lahan, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar yang

digunakan untuk menghitung IKW kategori rekreasi pantai.

4 Observasi hutan

mangrove

Terdiri dari ketebalan, kerapatan, jenis, pasang surut dan

objek biota yang digunakan untuk menghitung IKW kategori

wisata mangrove.

5 Observasi

padang lamun

Terdiri dari tutupan, kecerahan perairan, jenis, tipe substrat,

kecepatan arus dan kedalaman yang digunakan untuk

menghitung IKW kategori wisata lamun.

6 Observasi

terumbu karang

Terdiri dari kecerahan perairan, tutupan, jenis lifeform,

keceparan arus, kedalaman dan lebar hamparan yang

digunakan untuk menghitung IKW kategori wisata selam dan

snorkeling.

7 Dokumentasi Pengambilan data yang berupa video atau foto sangat

diperlukan sebagai gambaran visual untuk memperkuat fakta

mengenai karakteristik Pulau Tegal.

8 Visualisasi udara

melalui drone

Pesawat drone diperlukan untuk melakukan pengambilan

dokumentasi dari udara, sehingga didapatkan gambaran

visual yang detail untuk objek ekowisata bahari.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara langsung dari

lokasi penelitian, akan tetapi data ini dikumpulkan dari instansi-instansi

yang ada ataupun melalui studi literatur yang sesuai dengan penelitian.

Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 12.

Page 75: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

53

Tabel 12. Data-data sekunder

No Data Sekunder Kegunaan Data

1 Peta shapefile

Pulau Tegal

Merupakan peta dasar kawasan dengan format shapefile

sebagai data awal dalam pembuatan peta digital SIG.

2 Studi

pustaka/literatur

Studi pustaka atau literatur dalam penelitian yang berkaitan

dengan indeks kesesuaian wisata (IKW), daya dukung

kawasan (DDK), pemetaan menggunakan SIG dan

informasi mengenai kawasan ekowisata bahari didapatkan

melalui kajian pada artikel dan jurnal yang terkait.

3 Jenis ikan lamun

Diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Lampung yang akan digunakan untuk menghitung IKW

untuk kategori wisata lamun, selam dan snorkeling. 4 Jenis ikan terumbu

karang

5 Jenis lifeform

Diperoleh dari Developer Pulau Tegal Mas Kabupaten

Pesawaran yang akan digunakan untuk menghitung IKW

untuk kategori wisata selam dan snorkeling. 6 Persentase tutupan

terumbu karang

C. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Peralatan penelitian

No Peralatan Fungsi

1 GPS (Global Positioning

System)

Melakukan penyimpanan koordinat suatu

titik (waypoint) atau rute (track) suatu objek

penelitian tertentu.

2 Kamera Mengambil dokumentasi data penelitian,

berupa gambar atau video.

3 Laptop Melakukan kompilasi data yang telah

didapatkan dan diolah menggunakan program

Quantum GIS.

4 Pesawat drone Memperoleh dokumentasi suatu objek

penelitian dari ketinggian tertentu.

5 Roll meter Mengukur panjang maupun ketinggian.

6 Secchi disk Mengukur tingkat kecerahan perairan.

Page 76: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

54

Tabel 13. (lanjutan)

No Peralatan Fungsi

7 Kuadrat ukuran 50 × 50 cm Menghitung tutupan lamun menggunakan

metode transek kuadrat.

8 Botol pelampung dan stopwatch Menghitung kecepatan arus.

9 Tongkat kayu dan selang

waterpass

Mengukur kemiringan pantai.

10 Patok kayu Memberikan tanda batas pasang surut air

laut.

11 Kacamata snorkeling Membantu pengamatan yang dilakukan di

bawah air.

D. Metode Pengumpulan Data

Secara garis besar, teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan

pemetaan dilakukan tracking dan marking dengan GPS pada seluruh

kawasan di Pulau Tegal, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung baik

untuk infrastruktur maupun wilayah. Data primer berupa pengukuran dan

pengamatan secara langsung yang dapat dilakukan menggunakan alat bantu

yang ada, sementara data sekunder berupa dokumentasi, jenis dan sebaran

suatu ekosistem didapatkan melalui instansi terkait. Juga dilakukan

pengambilan data visual berupa foto dan video menggunakan pesawat drone

untuk menghasilkan gambaran yang lebih luas. Adapun bagan alir atau

flowchart dalam proses pengumpulan data yang dapat dilihat melalui

Gambar 25.

Page 77: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

55

Gam

bar

25. F

low

chart

Pro

ses

Pen

gum

pula

n D

ata.

Page 78: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

56

E. Analisis Data

Hasil dari pengolahan data yang telah didapatkan dapat dibagi menjadi dua

kategori analisis yang dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis data penelitian

No Tahapan Keterangan

1 Analisis Potensi Objek

Wisata (Sarana Prasarana)

Bersumber pada PUSPAR UGM (2005), terdapat 8

parameter yang disesuaikan untuk menilai potensi

dari suatu kawasan objek wisata yang memenuhi

kelengkapan sarana dan prasarana. Terdiri dari

kualitas objek wisata, kondisi objek wisata, daya

saing ekonomi objek wisata, aksesibilitas,

dukungan pengembangan objek wisata, fasilitas

penunjang objek wisata, fasilitas pelengkap serta

keamanan dan kenyamanan.

2 Analisis Indeks

Kesesuaian Wisata (Objek

Wisata dan Ekosistem)

Bersumber pada Yulianda (2007), dalam

pengelolaan ekowisata bahari terdapat aspek-aspek

wisata yang diperlukan dalam menunjang kegiatan

ekowisata. Masing-masing aspek dihitung nilai

kesesuainnya berdasarkan parameter yang tersedia

dan ditentukan kelas kesesuaiannya. Adapun

masing-masing aspek yang dinilai kesesuaiannya

yaitu:

Rekreasi Pantai Terdapat 10 parameter yang terdiri dari: kedalaman

pantai, tipe pantai, lebar pantai, material dasar

perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai,

kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, biota

berbahaya dan ketersediaan air tawar.

Wisata Mangrove Terdapat 5 parameter yang terdiri dari: ketebalan

mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove,

pasang surut dan objek biota.

Wisata Lamun Terdapat 7 parameter yang terdiri dari: tutupan

lamun, kecerahan perairan, jenis ikan, jenis lamun,

jenis substrat, kecepatan arus dan kedalaman

lamun.

Wisata Selam Terdapat 6 parameter yang terdiri dari: kecerahan

perairan, tutupan komunitas karang, jenis lifeform,

jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman

terumbu karang.

Page 79: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

57

Tabel 14. (lanjutan)

No Tahapan Keterangan

Wisata Snorkeling Terdapat 7 parameter yang terdiri dari: kecerahan

perairan, tutupan komunitas karang, jenis lifeform,

jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman

terumbu karang dan lebar hamparan karang datar.

Daya Dukung Kawasan Menghitung kapasistas pengunjung setiap objek

wisata dalam satuan orang/hari. Terdapat 8 jenis

objek wisata yang dapat dihitung nilai daya

dukungnya, yaitu selam, snorkeling, wisata lamun,

wisata mangrove, rekreasi pantai, memancing,

berperahu dan wisata olahraga.

3 Analisis Kawasan

Ekowisata Bahari

Menggunakan Sistem

Informasi Geografis

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada

analisis potensi objek wisata dan analisis indeks

kesesuaian wisata, menggabungkan pemetaan

kawasan yang menggunakan software Quantum

GIS pada kawasan tersebut dengan informasi-

informasi terkait objek wisata.

Adapun rincian dari masing-masing tahapan analisis data, yaitu:

1. Analisis Potensi Objek Wisata

Dalam mengetahui nilai kesesuaian dari suatu kawasan wisata secara

keseluruhan, terutama dalam hal pengadaan sarana dan prasarana yang

tersedia di suatu kawasan objek wisata, diperlukan adanya analisis

potensi objek wisata. Dalam menilai seluruh parameter secara

keseluruhan, digunakan metode skoring, dimana melalui setiap

parameternya sudah disediakan nilai-nilai yang disesuaikan terhadap

parameter yang ada. Parameter yang ada berdasarkan PUSPAR UGM

(2005), sementara persamaan yang digunakan dalam menghitung sama

halnya dengan Yulianda (2007). Adapun kategori kelas potensi objek

wisata yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 80: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

58

Tabel 15. Kategori kelas potensi objek wisata

No. Skor Keterangan

1 ≥77 - 100% Sesuai

2 ≥55 - 76% Cukup sesuai

3 <55% Kurang sesuai

(Sumber: PUSPAR UGM, 2005)

2. Analisis Indeks Kesesuaian Wisata

Dalam suatu kawasan objek wisata, terdapat banyak wisata yang

terkandung dalam kawasan tersebut. Setiap wisata dapat dilakukan

perhitungan nilai kesesuaiannya menurut Yulianda (2007). Dimana

kegiatan wisata yang akan dikembangkan harus sesuai dengan potensi

sumber daya dan peruntukannya. Penentuan kesesuaian berdasarkan

perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter.

Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang

diperoleh dengan menjumlah nilai dari seluruh parameter. Adapun

wisata yang diperhitungkan nilai IKW nya yaitu rekreasi pantai, wisata

mangrove, wisata selam, wisata snorkeling dan wisata lamun.

a. Analisis IKW Kategori Rekreasi Pantai

Indeks kesesuaian wisata untuk kategori rekreasi pantai memiliki

10 parameter di dalamnya yang mengacu pada Yulianda (2007).

Nilai Nmaks dari keseluruhan parameter yaitu 84. Matriks

kesesuaian wisata kategori rekreasi pantai dapat dilihat pada Tabel

4. Adapun keterangan dari masing-masing parameternya yaitu:

Page 81: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

59

1) Kedalaman pantai

Kedalaman pantai yang diukur adalah kedalaman yang

berjarak 10 m dari garis pantai yang umumnya dijadikan

sebagai kawasan rekreasi pantai (Yulisa et al., 2016). Alat

yang digunakan yaitu tongkat dan roll meter.

2) Tipe pantai

Melakukan pengamatan secara langsung pada material dasar

pantai yang ada di lokasi stasiun penelitian.

3) Lebar pantai

Melakukan pengukuran yang dimulai dari batas terakhir

vegetasi yang ada sampai dengan batas pasang tertinggi laut.

Alat yang digunakan yaitu roll meter.

4) Material dasar perairan

Melakukan pengamatan secara langsung pada material dasar di

wilayah perairan. Untuk kategori kawasan rekreasi pantai,

material dasar pasir putih lebih baik dibandingkan dengan

lumpur. Hal ini dikarenakan material berlumpur

mempengaruhi tingkat kejernihan perairan di pantai

(Ramadhan et al., 2014).

5) Kecepatan arus

Nilai kecepatan arus permukaan diperoleh menggunakan

pelampung (botol) yang diikat menggunaskan tali sepanjang 5

meter. Kemudian pelampung diapungkan di atas permukaan

air dan dihitung menggunakan stopwatch waktu yang

Page 82: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

60

dibutuhkan agar tali menegang. Percobaan dilakukan

sebanyak 3 kali. Selanjutnya dihitung dengan persamaan

berikut:

Varus = panjang tali (meter)

waktu (detik)

6) Kemiringan pantai

Tingkat kemiringan pantai diukur secara tegak lurus terhadap

garis pantai, dimulai dari batas vegetasi terakhir sampai

dengan batas air laut. Alat yang digunakan yaitu roll meter,

tongkat dan selang waterpass untuk menjaga pengukuran

dalam keadaan sehorizontal mungkin. Kemiringan pantai yang

sesuai untuk kawasan rekreasi pantai memiliki nilai 10-20o

atau landai (Yulianda, 2007). Pengukuran kemiringan pantai

dilakukan setiap jarak 3 m.

Kemiringan pantai = tan-1 = v

h

Gambar 26. Ilustrasi Pengukuran Kemiringan Pantai.

v

h

x

Page 83: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

61

7) Kecerahan perairan

Nilai kecerahan perairan diperlukan dalam mengetahui tingkat

visibility saat melakukan kegiatan wisata di dalam air, seperti

snorkeling dan selam. Alat yang digunakan yaitu secchi disk

dan roll meter. Untuk kedalaman 1,5-5 m maka digunakan

ukuran secchi disk dengan diameter 200 mm. Pertama-tama,

secchi disk ditenggelamkan hingga tidak tampak dari

permukaan, tandai tali pada batas air dan catat sebagai D1.

Kemudian secara perlahan angkat kembali hingga tampak dari

permukaan, catat sebagai D2. Percobaan dilakukan sebanyak 3

kali. Selanjutnya nilai kecerahan dapat dihitung dengan rumus

berikut:

Kecerahan = D2

D1 × 100%

Gambar 27. Ilustrasi Pengukuran Kecerahan Perairan.

8) Penutupan lahan pantai

Penutupan lahan pantai yang dimaksud adalah penutupan oleh

vegetasi yang ada. Untuk rekreasi pantai, maka jenis vegetasi

D1

D2

Page 84: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

62

yang ada bukan yang dapat mengganggu aktifitas wisata yang

dilakukan oleh pengunjung. Vegetasi pesisir seperti pohon

kelapa merupakan vegetasi yang paling cocok sebagai kawasan

rekreasi pantai. Selain itu, dengan adanya vegetasi pohon

kelapa maka semakin memperindah pemandangan di kawasan

objek wisata.

9) Biota berbahaya

Melakukan pengamatan secara langsung dengan snorkeling

pada wilayah pantai dan melakukan wawancara dengan

kelompok selam yang ada di Pulau Tegal. Hal ini untuk

mengetahui macam-macam biota berbahaya yang ada,

terutama yang berbahaya bagi wisata.

10) Ketersediaan air tawar

Melakukan pengukuran jarak dari lokasi penelitian ke sumber

air tawar yang ada. Dalam pengembangan wisata daerah

pantai, ketersediaan air tawar sangat berpengaruh dalam

mendukung aktifitas pengunjung. Air tawar digunakan untuk

kegiatan bilas, mandi, cuci dan sebagainya. Alat yang

digunakan yaitu GPS.

b. Analisis IKW Kategori Wisata Mangrove

Indeks kesesuaian wisata untuk kategori wisata mangrove memiliki

5 parameter di dalamnya yang mengacu pada Yulianda (2007).

Nilai Nmaks dari keseluruhan parameter yaitu 39. Matriks

Page 85: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

63

kesesuaian wisata kategori wisata mangrove dapat dilihat pada

Tabel 5. Adapun keterangan dari setiap parameter yaitu:

1) Ketebalan mangrove

Melakukan pengukuran secara tegak lurus dari batas terluar

mangrove (ke arah daratan) hingga ke batas air laut atau

pasang tertinggi air laut. Alat yang digunakan yaitu roll meter

dan patok kayu.

Gambar 28. Ilustrasi Pengukuran Ketebalan Mangrove.

2) Kerapatan mangrove

Untuk menghitung nilai kerapatan dari mangrove yang ada di

Pulau Tegal, digunakan metode Sensus. Metode ini digunakan

untuk menghitung jumlah atau individu dari mangrove secara

keseluruhan karena luasannya yang kecil, sehingga didapatkan

satuan dari data yang diperoleh yaitu individu/luasan (Onrizal,

2008). Umumnya luasan yang digunakan untuk menghitung

kerapatan dalam suatu petak contoh yaitu 10 m x 10 m.

Namun dalam kondisi yang tidak memungkinkan dapat dipakai

luasan hutan mangrove yang ada sebagai satu petak contoh.

x

Page 86: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

64

Gambar 29. Ilustrasi Kerapatan Mangrove.

3) Jenis mangrove

Melakukan pengamatan secara langsung dan dokumentasi

berupa foto terhadap jenis-jenis mangrove yang ada di lokasi

penelitian. Alat yang digunakan yaitu kamera.

4) Pasang surut

Melakukan pengukuran selisih dari elevasi muka air laut pada

kondisi pasang dan surut. Alat yang digunakan yaitu roll

meter dan patok kayu. Cara pengukuran perbedaan elevasi

serupa dengan cara mengukur kemiringan pantai.

5) Obyek biota

Melakukan pengamatan secara langsung pada kawasan hutan

mangrove untuk mengamati biota-biota yang ada, selain itu

juga dilakukan wawancara terhadap masyarakat sekitar.

c. Analisis IKW Kategori Wisata Lamun

Indeks kesesuaian wisata untuk kategori wisata lamun memiliki 7

parameter di dalamnya yang mengacu pada Yulianda (2007). Nilai

Nmaks dari keseluruhan parameter yaitu 51. Matriks kesesuaian

Laut

Darat Individu Mangrove

Page 87: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

65

wisata kategori wisata lamun dapat dilihat pada Tabel 6. Adapun

keterangan dari masing-masing parameternya yaitu:

1) Tutupan lamun

Pengukuran nilai tutupan lamun diperoleh menggunakan

metode transek kuadrat. Digunakan tiga garis transek

sepanjang 100 m, dengan jarak antara garis transek yaitu 50 m,

sehingga total luasannya yaitu 100 × 100 m. Transek dimulai

di titik awal vegetasi lamun ditemukan dan tegak lurus dengan

garis pantai. Skema transek kuadrat untuk menghitung tutupan

lamun dapat dilihat pada Gambar 14 dan kuadrat transek dapat

dilihat pada Gambar 15. Kemudian dilakukan perhitungan

tutupan lamun dengan rumus berikut:

Tutupan = Jumlah tutupan lamun seluruh transek

Jumlah kuadrat seluruh transek×100%

2) Kecerahan perairan

Alat yang digunakan yaitu secchi disk dan roll meter. Untuk

kedalaman 1,5-5 m maka digunakan ukuran secchi disk dengan

diameter 200 mm. Lakukan percobaan sebanyak 3 kali.

Lamun merupakan tumbuhan yang berfotosintesis, oleh karena

itu lamun umumnya tumbuh di perairan yang cerah dan

dangkal, sehingga kebutuhan akan sinar matahari dapat

diperoleh.

Page 88: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

66

3) Jenis ikan

Melakukan pengamatan secara langsung pada kawasan lamun

untuk mengamati biota-biota yang ada, melakukan wawancara

terhadap kelompok selam dan Dinas yang berkaitan.

4) Jenis lamun

Melakukan pengamatan secara langsung dan dokumentasi

berupa foto terhadap jenis-jenis lamun yang ada di lokasi

penelitian. Alat yang digunakan yaitu kamera.

5) Jenis substrat

Melakukan pengamatan secara langsung pada jenis substrat di

sekitar lamun. Tipe substrat mempengaruhi kecerahan

perairan yang ada, sehingga dapat berdampak pada keberadaan

vegetasi padang lamun.

6) Kecepatan arus

Nilai kecepatan arus diperoleh menggunakan pelampung

(botol) yang diikat menggunakan tali sepanjang 5 meter.

Kemudian pelampung diapungkan di atas permukaan air dan

dihitung menggunakan stopwatch waktu yang dibutuhkan agar

tali menegang.

7) Kedalaman lamun

Melakukan pengukuran kedalaman perairan di tempat vegetasi

padang lamun berada, yaitu pada titik awal lamun ditemukan

dari garis pantai. Umumnya vegetasi padang lamun berada

pada perairan yang dangkal. Pengukuran dilakukan pada batas

Page 89: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

67

awal vegetasi lamun dijumpai. Alat yang digunakan yaitu

tongkat kayu dan roll meter.

d. Analisis IKW Kategori Wisata Selam dan Snorkeling

Indeks kesesuaian untuk objek wisata terumbu karang dibagi ke

dalam dua jenis wisata, yaitu selam dan snorkeling yang mengacu

pada Yulianda (2007). Wisata selam memiliki 6 parameter dengan

nilai Nmaks sebesar 54, sementara wisata snorkeling memiliki 7

parameter dengan nilai Nmaks sebesar 57. Matriks kesesuaian

wisata kategori wisata selam dan snorkeling dapat dilihat pada

Tabel 7-8. Adapun keterangan dari setiap parameter yaitu:

1) Kecerahan perairan

Alat yang digunakan yaitu secchi disk dan roll meter. Untuk

kedalaman 1,5-5 m maka digunakan ukuran secchi disk dengan

diameter 200 mm. Lakukan percobaan sebanyak 3 kali.

2) Tutupan komunitas karang

Menggunakan metode Line Intersect Transect (LIT), dimana

digunakan tali sepanjang 50 m di sepanjang hamparan karang,

kemudian memberikan tanda pada tali yang mewakili dari

keberadaan terumbu karang tersebut. Selanjutnya diukur

panjang dari tali yang mewakili terumbu karang (D1) dan

panjang tali yang tidak ada terumbu karang (D2). Persentase

tutupan komunitas karang dihitung dengan persamaan berikut:

Tutupan Komunitas Karang = D1

D2 × 100%

Page 90: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

68

3) Jenis lifeform

Lifeform merupakan ekosistem terumbu karang yang

membentuk suatu koloni, umumnya dalam satu koloni hanya

terdapat 1 jenis karang dikarenakan setiap karang memiliki

karakteristik pertumbuhan yang berbeda. Bentuk lifeform

dapat dipengaruhi oleh kondisi perairan yang ada, baik arus

dan kecerahan perairan. Jenis lifeform didapatkan melalui

pengamatan secara langsung di lokasi terumbu karang dan

wawancara terhadap kelompok selam.

4) Jenis ikan karang

Melakukan pengamatan secara langsung secara snorkeling

pada terumbu karang di sepanjang garis transek metode LIT,

yaitu sepanjang 50 m. Selain itu juga dilakukan wawancara

terhadap kelompok selam yang ada di Pulau Tegal dan Dinas

terkait untuk memperoleh data ikan karang yang lebih lengkap.

5) Kecepatan arus

Nilai kecepatan arus diperoleh menggunakan pelampung

(botol) yang diikat menggunakan tali sepanjang 5 meter.

Kemudian pelampung diapungkan di atas permukaan air dan

dihitung menggunakan stopwatch waktu yang dibutuhkan agar

tali menegang.

6) Kedalaman

Melakukan pengukuran kedalaman perairan di lokasi terumbu

karang berada. Kedalaman terumbu karang diukur di titik awal

Page 91: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

69

terumbu karang ditemukan dari garis pantai. Alat yang

digunakan yaitu roll meter dan pemberat.

7) Lebar hamparan karang

Melakukan pengukuran lebar terumbu karang yang ada

menggunakan alat bantu GPS. Lebar hamparan karang

merupakan lebar garis karang yang sejajar dengan garis pantai.

Semakin lebar hamparan terumbu karang, maka semakin tinggi

kesesuaian kawasan tersebut untuk dijadikan sebagai objek

wisata terumbu karang (snorkeling atau diving).

3. Analisis Kawasan Ekowisata Bahari Menggunakan SIG

Pengembangan kawasan ekowisata bahari berbasis pada ilmu Teknik

Sipil merupakan cara untuk mengembangkan produktivitas objek wisata

bahari sekaligus sebagai upaya untuk meminimalisir kerugian yang

terjadi. Hal ini berkaitan dengan pembangunan konstruksi pada

kawasan pesisir dan aktivitas manusia yang berdampak buruk bagi

keanekaragaman hayati maupun secara fisik terhadap lingkungan di

sekitarnya (Azhari, 2018). Sejalan dengan prinsip ekowisata bahari

yaitu pengembangan yang dilakukan secara berkelanjutan,

pembangunan kawasan dilakukan dilakukan terus menerus dengan

memperhatikan aturan-aturan terdahulu.

Kesesuaian kawasan ekowisata menentukan pelaksanaan dari suatu

fasilitas, objek wisata maupun aktivitas yang akan dilakukan. Melalui

hasil dari pemetaan yang dilakukan diharapkan mampu membantu

Page 92: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

70

dalam hal pengembangan kawasan ekowisata dengan konsep

keberlanjutan. Dalam menentukan kategori kesesuaian wisata yang ada

di Pulau Tegal, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung sangat

dipengaruhi oleh keadaan fisik kawasan. Data-data yang diperoleh

berdasarkan parameter kesesuaian digunakan sebagai pelengkap

informasi dalam pemetaan. Kemudian dilakukan digitasi menggunakan

software Quantum GIS dan didapatkan hasil akhir berupa peta digital

kawasan ekowisata bahari di Pulau Tegal, Kabupaten Pesawaran,

Provinsi Lampung.

F. Metode Penyajian Data

Penyajian data yang didapatkan dalam penelitian ini selanjutnya akan diolah

dan diinformasikan ke dalam bentuk peta digital sistem informasi geografis.

Adapun metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Metode penyajian data

No Bentuk Data Keterangan

1 Grafik Digunakan untuk menunjukkan tingkatan atau kondisi sebuah

perkembangan yang memiliki nilai sehingga diketahui

perkembangan sebuah kondisi atau proporsi sebuah kondisi yang

dapat ditampilkan dalam diagram yang memiliki nilai.

2 Peta digital Digunakan untuk menunjukkan sebuah kondisi secara spasial

sehingga jelas batasan wilayah yang diambil. Data-data yang dapat

dipetakan memuat informasi-informasi mengenai ekowisata bahari.

3 Tabel Digunakan untuk menunjukkan data-data yang sifatnya tabular

seperti data statistik.

Page 93: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

71

G. Diagram Alir Penelitian

Gambar 30. Diagram Alir Penelitian.

Page 94: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

127

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kawasan ekowisata

bahari di Pulau Tegal, Kabupaten Pesawaran dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemetaan objek dan kawasan wisata di Pulau Tegal telah berhasil

dilakukan menggunakan perangkat lunak Quantum GIS yang dapat

diakses pada website https://tegalmas.000webhostapp.com. Adapun

tampilan peta SIG Pulau Tegal ditunjukkan pada Gambar 57.

2. Objek yang didigitasi dalam website peta SIG Pulau Tegal terdiri dari

pantai, mangrove, lamun, terumbu karang, penginapan

(villa/cottage/lombok), gazebo, warung, toilet, restoran, masjid,

dermaga, jalan akses dan rumah warga.

3. Informasi yang disajikan dalam website peta SIG yaitu parameter

kesesuaian, indeks kesesuaian wisata, daya dukung kawasan dan foto

objek wisata.

Page 95: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

128

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kawasan ekowisata

bahari di Pulau Tegal, Kabupaten Pesawaran maka dapat direkomendasikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Penyediaan sarana dan prasarana wisata harus memperhatikan aspek-

aspek lingkungan yang ada, dimana masih terdapat beberapa bangunan

yang dibangun dekat dengan garis pantai. Hal ini perlu dilakukan

dalam mencegah kerusakan kawasan sekitar akibat pembangunan dan

mengurangi kerusakan bangunan akibat pengaruh air laut.

2. Diperlukan penataan kawasan ekowisata bahari dengan melakukan

pembagian zona kawasan seperti zona inti, zona khusus, zona

penyangga dan zona pemanfaatan. Hal ini diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan alam yang ada.

3. Perlu adanya kegiatan penanaman dan konservasi kawasan hidup

mangrove mengingat jumlah mangrove yang ada relatif sedikit di

beberapa titik yang ditemukan.

4. Disarankan adanya penelitian lanjutan mengenai perhitungan nilai

indeks kesesuaian objek wisata menggunakan metode yang berbeda.

Sehingga dapat dibandingkan hasil penelitian melalui parameter

kesesuaian yang beragam.

5. Dilakukan pengembangan terhadap tampilan antarmuka pengguna (user

interface) website sehingga menjadi lebih menarik dan informatif.

Page 96: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

129

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, D. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk

Lampung. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia. 1:45–65.

Anggraini, D. R., Damai, A. A., dan Hasani, Q. 2018. Analisis Kesesuaian

Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di

Perairan Pulau Tegal Teluk Lampung. E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi

Budidaya Perairan. 6:719–728. https://doi.org/10.23960/jrtbp.v6i2.p719-

728

Arief, M. 2013. Metode Deteksi Terumbu Karang dengan Menggunakan Data

Satelit Spot dan Pengukuran Spektrofotometer Studi Kasus: Perairan Pantai

Ringgung, Kabupaten Pesawaran. Jurnal Penginderaan Jauh. 10:71–82.

Arini, D. I. D. 2013. Potensi Terumbu Karang Indonesia “Tantangan dan Upaya

Konservasinya.” INFO BPK Manado. 3:147–173.

Asmin, F. 2017. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan : Dimulai dari

Konsep Sederhana. Padang. 66 hlm.

Azhari, K. F. P. 2018. Analisis Indeks Kesesuaian Ekowisata Bahari (Studi Kasus

di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan) (Skripsi). Universitas

Lampung. Bandar Lampung. 121 hlm.

Azkab, M. H. 2006. Ada Apa Dengan Lamun. Oseana. 31:45–55.

Azkab, M. H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana. 24:1–16.

Bibin, M., Vitner, Y., dan Imran, Z. 2017. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung

Wisata Kawasan Pantai Labombo Kota Palopo. Jurnal Pariwisata. 4:94–102.

Binawati, D. K., Widsyastuty, A. A. S. A., Widyastuti, S., dan Nurhayati, I. 2015.

Konservasi Hutan Mangrove untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

Kawasan Pesisir di Pulau Mengare Kec. Bungah Kab. Gresik Propinsi Jawa

Timur. Prosiding Seminar Nasional. 1:311–319.

Bricker, K. 2017. Travel and Tourism Research Association: Advancing Tourism

Research Globally. The International Ecotourism Society. 1:1–10.

Page 97: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

130

Burke, L., Reytar, K., Spalding, M., dan Perry, A. 2012. Menengok Kembali

Terumbu Karang yang Terancam di Segitiga Terumbu Karang. World

Resources Institute, Washington DC. 76 hlm.

Bustaman, J. P. 2014. Keanekaragaman Fauna Vertikal pada Mangrove Kawasan

Suaka Margasatwa Mampie Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali

Mandar (Skripsi). Universitas Hasanuddin. Makassar. 80 hlm.

Chen, N., Li, H., and Wang, L. 2009. A GIS-based Approach for Mapping Direct

Use Value of Ecosystem Services at a County Scale: Management

Implications. Ecological Economics. 68:2768–2776.

https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2008.12.001

Chhetri, P., and Arrowsmith, C. 2008. GIS-based Modelling of Recreational

Potential of Nature-Based Tourist Destinations. Tourism Geographies.

10:233–257. https://doi.org/10.1080/14616680802000089

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., dan Sitepo, M. I. 2008. Pengelolaan Sumber

Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita,

Jakarta. 328 hlm.

Dharmawan, I. W. E., dan Pramudji. 2014. Panduan Monitoring Status Ekosistem

Mangrove. PT. Sarana Komunikasi Utama, Jakarta. 35 hlm.

Direktorat Jenderal Pariwisata, Depparsenibud RI. 1998. Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Nasional 1998 (Laporan Akhir). Direktorat

Jenderal Pariwisata - Euro Asia Management. 1.

Djohan, T. S. 2007. Distribusi Hutan Bakau di Laguna Pantai Selatan Yogyakarta.

Jurnal Manusia dan Lingkungan. 14:15–25.

Djou, J. A. G. 2013. Pengembangan 24 Destinasi Wisata Bahari Kabupaten Ende.

Kawistara. 3:1–116. https://doi.org/10.1016/S0375-9601(97)00922-5

Domo, A. M., Zulkarnaini, dan Yoswaty, D. 2017. Analisis Kesesuaian dan Daya

Dukung Kawasan Wisata Pantai (Studi Pantai Indah Sergang Laut di Pulau

Singkep). Dinamika Lingkungan Indonesia. 4:109–116.

Donato, D. C., Kauffman, J. B., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M., dan

Kanninen, M. 2012. Mangrove adalah Salah Satu Hutan Terkaya Karbon di

Kawasan Tropis. CIFOR Brief. 13:1-12.

Ferdiansyah, D. A. 2019. Studi Pengembangan Ekowisata Bahari Secara Terpadu

Berbasis Sistem Informasi Geografis dan Drone (Studi Kasus di Kabupaten

Lampung Selatan) (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 140

hlm.

Ghufrona, R. R., Kusmana, C., dan Rusdiana, O. 2015. Komposisi Jenis dan

Struktur Hutan Mangrove di Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan. Jurnal

Silvikultur Tropika. 6:15–26.

Page 98: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

131

Giyanto, Manuputty, A. E.W., M., Abrar, M., Siringoringo, R. M., Suharti S. R.,

Wibowo, K., Edrus, I. N., Arbi, U. Y., Cappenberg, H. A. W., Sihaloho, H.

F., Tuti, Y., dan Zulfianita, D. 2014. Panduan Monitoring Kesehatan

Terumbu Karang. PT. Sarana Komunikasi Utama, Jakarta. 31 hlm.

Haryanto, J. T. 2016. Model Pengembangan Ekowisata dalam Mendukung

Kemandirian Ekonomi Daerah Studi Kasus Provinsi DIY. Jurnal Kawistara.

4:225–330. https://doi.org/10.22146/kawistara.6383

Hawkins, J. P., and Roberts, C. M. 1993. Effects of Recreational Scuba Diving on

Coral Reefs: Trampling on Reef-Flat Communiti. The Journal of Applied

Ecology. 30:25–30. https://doi.org/10.2307/2404267

Hidayat, T., dan Tarmuji, A. 2013. Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan

Lokasi TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Aisyiyah DIY. Jurnal Sarjana

Teknik Informatika. 1:457–464.

Hutomo, M., dan Azkab, M. H. 1987. Peranan Lamun di Lingkungan Laut

Dangkal. Oseana. 12:13–23.

Kementerian Dalam Negeri. 2009. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun

2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Kementerian

Dalam Negeri, Jakarta.

Koroy, K., Yulianda, F., dan Butet, N. A. 2017. Pengembangan Ekowisata Bahari

Berbasis Sumberdaya Pulau- Pulau Kecil di Pulau Sayafi dan Liwo,

Kabupaten Halmahera Tengah. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan.

8:1–17.

Lasabuda, R. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan Dalam Perspektif

Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax. 1:92–101.

Lasibani, S. M., dan Kamal, E. 2009. Pola Penyebaran Pertumbuhan “Progaul”

Mangrove Rhizophoraceae di Kawasan Pesisir Sumatera Barat. Jurnal

Mangrove dan Pesisir. 10:33–38.

Latuconsina, H. 2011. Kompoisi Jenis dan Struktur Komunitas Ikan Padang

Lamun di Perairan Pantai Lateri Teluk Ambon Dalam. Jurnal Ilmiah

Agribisnis dan Perikanan. 4:30–36.

Latuconsina, H., dan Dawar, L. 2012. Telaah Ekologi Komunitas Lamun

(Seagrass) Perairan Pulau Osi Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian

Barat. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 5:12–19.

Lestari, M. 2014. Perancangan Sistem Informasi Geografis Goa-Goa di Indonesia.

Faktor Exacta. 7:98–112.

Lestari, R. M. 2010. Fungsi Lamun (Seagrass) sebagai Nursery Ground dalam

Menunjang Stok Sumberdaya Ikan di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua,

Kepulauan Seribu, Jakarta. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 68 hlm.

Page 99: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

132

Nafi, M., Supriyadi, B., dan Roedjinandari, N. 2017. Pengembangan Ekowisata

Daerah. Buku Bunga Rampai. 1:38–45.

Nahuelhual, L., Carmona, A., Lozada, P., Jaramillo, A., and Aguayo, M. 2013.

Mapping Recreation and Ecotourism as a Cultural Ecosystem Service: An

Application at the Local Level in Southern Chile. Applied Geography.

40:71–82. https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2012.12.004

Noor, Y. R., Khazali, M., dan Suryadiputra, I. N. N. 2006. Pengenalan Mangrove

di Indonesia. Green Coast, Bogor. 220 hlm.

Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove.

Universitas Sumatera Utara. Medan. 19 hlm.

Oriana, N., Nurruhwati, I., Riyantini, I., dan Yuliadi, L. P. S. 2017. Kelimpahan

Foraminifera Bentik Berdasarkan Komposisi Dinding Cangkang di Perairan

Pulau Tegal, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Jurnal Perikanan

Dan Kelautan. 8:1–8.

Pratiwi, R. 2010. Asosiasi Krustasea di Ekosistem Padang Lamun Perairan Teluk

Lampung. Ilmu Kelautan. 15:66–76.

Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada (PUSPAR UGM). 2005. Potensi

Objek Wisata (Online) https://puspar.ugm.ac.id/category/publikasi/. Diakses

pada 30 April 2019.

Rahmawati, S., Irawan, A., Supriyadi, I. H., & Azkab, M. H. 2014. Panduan

Monitoring Padang Lamun (Malikusworo Hutomo & A. Nontji, Eds.).

Jakarta: PT. Sarana Komunikasi Utama.

Rahmayanti, Y. D., dan Pinasti, V. I. S. 2013. Dampak Keberadaan Objek Wisata

Waduk Sermo Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sermo,

Kulon, Progo, Daerah Istemewa Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sosiologi.

1:1–15.

Ramadhan, S., Patana, P., dan Harahap, Z. A. 2014. Analisis Kesesuaian dan

Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.

Jurnal Aquacoastmarine. 5:31–43. https://doi.org/10.7498/aps/62.010302

Riadi, B., Syafi’i, A., dan Widodo, H. M. 2011. Pembangunan Sistem Informasi

Spasial: Studi Kasus Kabupaten Pidiejaya, Provinsi Aceh. Jurnal Globe.

13:69–76.

Riniatsih, I., dan Munasik, M. 2017. Keanekaragaman Megabentos yang

Berasosiasi di Ekosistem Padang Lamun Perairan Wailiti, Maumere

Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kelautan Tropis. 20:55–59.

https://doi.org/10.14710/jkt.v20il.1357

Page 100: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

133

Riyanto, Hamzari, dan Golar. 2014. Analisis Pembangunan Ekowisata di

Kawasan Taman Hutan Raya Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi

Kasus Pada Blok Pembangunan Wisata Ngata Baru Kabupaten Sigi). Warta

Rimba. 2:153–163.

Salim, H. L. dan Purbani, D. 2015. Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis

Masyarakat di Pulau Kaledupa, kabupaten Wakatobi, Propinsi Sulawesi

Tenggara. Jurnal Manusia Dan Lingkungan. 22:380–387.

Saputra, A. D. dan Yulmaini. 2012. Perancangan Sistem Informasi Geografis

(SIG) Pariwisata di Provinsi Lampung. Jurnal Informatika. 12:136–145.

Saputra, F. A. 2018. Analisis Pemanfaatan dan Pembangunan Ekowisata Bahari

Berbasis Sistem Informasi Geografis dan Drone (Studi Kasus Kecamatan

Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan) (Skripsi). Universitas Lampung.

Bandar Lampung. 108 hlm.

Sawitri, R., Bismark, M. dan Karlina, E. 2013. Ekosistem Mangrove sebagai

Obyek Wisata Alam di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di

Kota Tarakan. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam. 10:297–314.

Silaban, W. B. Y. 2018. Analisis Zonasi Ekowisata Bahari Berbasis Sistem

Informasi Geografis (Studi Kasus di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung).

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 150 hlm.

Soebiyantoro, U. 2009. Pengaruh Ketersediaan Sarana Prasarana, Sarana

Transportasi Terhadap Kepuasan Wisatawan. Jurnal Manajemen Pemasaran.

4:16–22. https://doi.org/10.9744/pemasaran.4.1.pp.

Soyusiawaty, D., Umar, R. dan Mantofani, R. 2007. Sistem Informasi Geografis

Objek Wisata Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Berbasis Web. Seminar

Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. 1:17–22.

Subdirektorat Publikasi dan Kompilasi Statistik. 2018. Statistik Indonesia 2018.

Badan Pusat Statistik, Jakarta. 719 hlm.

Suryadi, L. 2015. Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Pelaksanaan

Pekerjaan Studi Kasus : Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Kota

Administrasi Jakarta Selatan dengan Metodologi Berorientasi Obyek.

Prosiding SENTIA 2015. 7:1-5.

Susanto, A., Kharis, A. dan Khotimah, T. 2016. Sistem Informasi Geografis

Pemetaan Lahan Pertanian dan Komoditi Hasil Panen Kabupaten Kudus.

Jurnal Informatika. 10:1233–1243. https://doi.org/10.26555/jifo.v10i2.a5065

Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi).

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 3:9–29.

Page 101: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

134

Titaheluw, S. S. dan Ira. 2012. Status Terumbu Karang dan Ikan Karang di

Perairan Sidodadi dan Pulau Tegal Provinsi Lampung. Jurnal Aqua Hayati.

9:1–11. https://doi.org/10.29239/j.agrikan.10.1.27-33

TIES (The International Ecotourism Society). 2015. The Definition (Online)

http://www.ecotourism.org/what-is-ecotourism. Diakses pada 25 April 2019.

Tomlinson, P. B. 1974. Vegetative Morphology and Meristem Dependence - The

foundation of Productivity in Seagrasses. Aquaculture. 4:107–130.

https://doi.org/10.1016/0044-8486(74)90027-1

Trigantiarsyah, R. dan Mulyadi, H. 2012. Pengembangan Produk Wisata dengan

Menggunakan Teknik Tourism Opportunity Spectrum Terhadap Keputusan

Berkunjung (Survei Pada Pengunjung Cukang Taneuh/Green Canyon

Kabupaten Ciamis). Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal.

2:157–178.

Utomo, B., Budiastuty, S. dan Muryani, C. 2018. Strategi Pengelolaan Hutan

Mangrove di Desa Tanggul Tlare Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara.

Jurnal Ilmu Lingkungan. 15:117–123. https://doi.org/10.14710/jil.15.2.117-

123

World Tourism Organization. 2018. Ecotourism and protected areas (Online)

http://sdt.unwto.org/content/ecotourism-and-protected-areas. Diakses pada

20 April 2019.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasis Konservasi. Seminar Sain Departemen MSP FPIK IPB. 1:1-

27.

Yuliani, W., Ali S., M. dan Saputri, M. 2016. Pengelolaan Ekosistem Terumbu

Karang oleh Masyarakat di Kawasan Lhokseudu Kecamatan Leupung

Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi. 1:1–9.

https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666

Yulisa, E. N., Johan, Y. dan Hartono, D. 2016. Analisis Kesesuaian dan Daya

Dukung Ekowisata Pantai Kategori Rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas

Kabupaten Kaur. Jurnal Enggano. 1:97–111.

https://doi.org/10.31186/jenggano.1.1.97-111

Yulius, Rahmania, R., Kadarwati, U. R., Ramdhan, M., Khairunnisa, T.,

Saepuloh, D., Subandrio, J. dan Tussadiah, A. 2018. Panduan Buku (Kriteria

Penetapan Zona Ekowisata Bahari). PT Penerbit IPB Press, Bogor. 95 hlm.

https://doi.org/10.5281/zenodo.1412165

Yusendra, M. A. E. 2015. Kajian Strategis Destinasi Wisata Pantai Sari Ringgung

Pesawaran Lampung dengan Analisis SWOT. Jurnal Manajemen dan Bisnis.

5:133–152.

Page 102: PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58955/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pemetaan kawasan ekowisata bahari menggunakan sistem informasi geografis

135

Yustinaningrum, D. 2017. Pengembangan Wisata Bahari di Taman Wisata

Perairan Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya. Jurnal Ilmu Pertanian Agrika.

11:96–111.