140
PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13 MAKASSAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SKRIPSI Oleh Muh. Fahrizal Syahdan NIM: 10519214114 Diajukan unruk memenuhi salah satu sarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Aagama Islam Fakultas Ajaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP

NEGERI 13 MAKASSAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Oleh Muh. Fahrizal Syahdan

NIM: 10519214114

Diajukan unruk memenuhi salah satu sarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi

Pendidikan Aagama Islam Fakultas Ajaran Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020

Page 2: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
Page 3: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
Page 4: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi

pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar

Page 5: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

NAMA : MUH. FAHRIZAL SYAHDAN

NIM : 10519214114

Judul Skripsi : PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13

MAKASSAR TAHUN PELAJARAN

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan

maupun kegiatan program akademik yang tercantum sebagai bagian dari Skripsi ini. Jika

terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan

ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam pernyataan ini, mohon di berikan bimbingan dan proses dalam

memperbaiki skripsi yang baik dan benar sesuai persyaratan penulisan karya ilmiah dan yang

telah ditentukan di perpustakaan karya tulis ilmiah Universitas Muhammadiyah Makassar.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.

Makassar, 25 september 2020

Yang membuat pernyataan,

Muh. Fahrizal Syahdan

NIM. 10519214114

Page 6: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa

tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman

yang terang benderang ini. sehingga bisa menyelasaikan skripsi dengan judul “PENANAMAN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13 MAKASSAR (Studi kasus pada Coffee Groove

Semarang)” sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Diponegoro.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi

namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada : 1. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag, M.Si Selaku Ketua Prodi Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan saya arahan selama

penyusunan skripsi

3. Ahmad Nasir, S.Pd, M.Pd.I Selaku Wakil Dekan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan saya pengarahan terhadap penyusunan skripsi dan juga pada

masa perkuliahan.

4. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Fakultas agama islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Seluruh responden yang telah membantu dan meluangkan waktu dalam pengisian kuesioner.

6. Seluruh Staf dan guru Smp Negeri 13 Makassar yang telah memberikan ijin penelitian dan

membantu kelancaran penelitian ini.

7. Kedua orang tua dan saudari yang telah memberikan doa dan dukungan selama proses

pembuatan skripsi.

8. Teman-teman jurusan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

membantu dan memberikan pengarahan.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang telah membantu memberikan dukungan.

Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya

Makassar,September2020

Penulis,

( Muh. Fahrizal Syahdan)

Page 7: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

ABSTRAK

MUH. FAHRIZAL SYAHDAN. 2020. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan

Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar. Skripsi. Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah

Makassar. Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang

bertujuan mendeskrispikan (1) Nilai-nilai pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Makassar. (2) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar. (3) Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar. Objek penelitian

ini adalah guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh peserta didik SMP Negeri 13

Makassar yang tersebar pada tiga tingkatan kelas (kelas VII, VIII, dan IX) pada

pembelajaran pendidikan Agama Islam. Data penelitian ini, yaitu data tentang

nilai pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Data nilai pendidikan penelitian ini, yaitu

segala teks yang mengandung muatan nilai pendidikan karakter yang terdapat

dalam pembelajaran Agama Islam. Sumber data penelitian ini, yaitu proses

pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara dan format

pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang

ditanamkan di SMP Negeri 13 Makassar mengacu pada Permendikbud Tahun

2018 dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama

nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, dan bertanggung jawab. Proses pembelajaran agama Islam di SMP Negeri

13 Makassar kadang terkendala oleh sarana pembelajaran dan karakteristik peserta

didik. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan kreativitas guru dalam mengolah

pembelajaran dengan baik dan guru mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan

karakter pada setiap tahapan pembelajaran. Penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar dilakukan oleh guru dengan menggunakan beberapa metode dan teknik

yaitu dengan metode pembiasaan dan kegiatan rutin seperti salah berjamaah di

masjid setiap hari sekolah. Selanjutnya, melalui keteladanan dengan memberikan

contoh kepada peserta didik, seperti karakter selalu syukur dengan

mengungkapkan rasa syukur di depan peserta didik setiap pertemuan dan ketika

ada peserta didik yang berprestasi di kelas. Metode berikutnya adalah kegiatan

spontanitas yang sifatnya sumbangsih dana kepada warga sekolah yang secara

tiba-tiba membutuhkan karena terdampak bencana dan sebaginya.

iii

Page 8: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. iv

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 10

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 11

A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ........................................................ 12

1. Pengertian Pendidikan Karakter ........................................................................ 12

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ......................................................... 15

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ................................................................ 16

4. Sasaran Pendidikan Karakter di SMP .............................................................. 17

5. Metode dalam Implementasi Pendidikan Karakter ...................................... 21

6. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter .......................................................... 23

vi

Page 9: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

7. Penanaman nilai …………………………………………………………………..... 25

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP .................................................. 32

1. PembelajaranPendidikan Agama Islam di SMP……………………… .32

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP………………35

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP…........35

C. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............ 39

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................................... 45

A. Desain Penelitian......................................................................................................... 45

B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................................................... 45

C. Fokus Penelitian .......................................................................................................... 46

D. Deskripsi Fokus ........................................................................................................... 46

E. Data dan Sumber Data ............................................................................................... 47

F. Instrumen Penelitian ................................................................................................... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 47

H. Teknik Analisis Data.................................................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 50

A. Gambaran Umum Penelitian .................................................................................... 46

B. Hasil Penelitian ............................................................................................................ 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................... 97

BAB V PENUTUP ...................................................................................................................... 104

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 104

vi

Page 10: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

B. Saran ............................................................................................................................ 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 107

vi

Page 11: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era revolusi industri 4.0 saat ini sangat berbeda dengan era sebelumnya,

karena di era 4.0 ini sangat bergantung pada internet. Semua proses kehidupan

berkaitan dengan internet. Bahkan dunia pendidikan pun bergantung dengan

internet. Era revolusi industri 4.0 ini diharapkan dapat menyejahterakan manusia

bukan merobotkan manusia. Posisi pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0

ini sangat penting karena manusia diharapkan untuk mempunyai karakter yang

bijak dalam menggunakan teknologi dengan baik.

Berdasarkan pada konsep terseut, maka Indonesia memerlukan sumber

daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama

dalam pembangunan di era 4.0. Untuk memenuhi sumberdaya manusia di era 4.0,

pendidikan memiliki peran yang sangat penting dengan menerapkan amanah UU

No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang

menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Page 12: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

2

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa

pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus

diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut

berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Kesuksesan

seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis

(hard skill), tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen

oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan, orang-orang

tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan

soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan

karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat

istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia berbudi pekerti luhur.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan

jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah

Page 13: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

3

peradaban yang manusiawi dan lebih baik, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses

dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta

didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada

setiap satuan pendidikan1. Pendidikan berkarakter merupakan pendidikan yang

mengembangkan nilai dan karakter pada diri peserta didik sehingga memiliki nilai dan

karakter dirinya dan menerapkannya dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyaraka

telah memberikan konsep -konsep tentang pendidikan karakter. Salah satu ayat yang

menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S Luqman ayat 12-24, Walaupun

terdapat banyak ayat Al -Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pendidikan karakter

tetapi Q.S Luqman ayat 12 -14 mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan

makna paling dekat dengan konsep pendidikan karakter

Terjemahannya :

“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada

Allah!. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk

dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah

Mahakaya lagi Maha Terpuji”(12). Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,

ketika dia memberi pelajaran kepadanya,"Wahai anakku! Janganlah engkau

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan allah adalah benar – benar suatu

1

Mulyasa, Enco. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.hal.9

Page 14: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

4

yang besar” (13). keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua

tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku

kembalimu (14). 2

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)

harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi

kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan

atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja

seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan

pengembangan kurikulum 2013, dan implementasi pembelajaran dan penilaian di

sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik.

Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan

dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Mengacu pada uraian tersebut, maka penanaman nilai pendidikan karakter

pada pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran agama Islam sangat

penting. Penanaman tersebut mempunyai aspek-aspek pemahaman tentang hakikat

pembelajaran, hakikat nilai, hakikat belajar, hakikat proses belajar mengajar bahan

ajar, dan hakikat pembudayaan bahan ajar. Di sisi lain, nilai pendidikan karakter

harus mampu menjelaskan hakikat karakter, implementasi, dan contoh-contohnya;

menjelaskan sumber-sumber pengetahuan dan nilai-nilai dan jenis karakter yang

harus digali dan dikembangkan, ukuran atau pembenaran

2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : Mahkota

Surabaya, 1989).

Page 15: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

5

kelaziman karakter dalam lingkup pribadi, kelompok, berbangsa maupun secara

universal. Jika karakter dipandang sebagai nilai yang perlu digali, dikembangkan,

dan diimplementasikan, maka konteks ruang dan waktu serta arah

pengembangannya menjadi sangat penting.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang sebagai ajang atau

wahana bagi pengembangan karakter di sekolah. Perpaduan atau sinergi antara

pendidikan karakter dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan

keadaan unik sebagai suatu proses pembelajaran yang dinamis yang merentang

dalam ruang dan waktunya. Dengan demikian, pendidikan karakter dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan potensi sekaligus fakta yang

harus menjadi bagian tak terpisahkan bagi setiap insan pengembang pendidikan,

baik pendidik, tenaga pendidik maupun pengambil kebijakan pendidikan.

Secara umum, kiranya semua sependapat bahwa tidaklah mudah

memahami kompleksitas karakter sebagai suatu nilai atau suatu isi atau konten.

Jika memikirkan karakter sebagai suatu isi atau konten maka secara umum, apa

pun yang dibicarakan, selalu berkaitan dengan dua hal yaitu: konten dan

metodenya. Apakah isi atau konten formal dan isi atau konten material pendidikan

karakter itu? Apakah isi atau konten formal dan isi atau konten material pada

bahan ajar itu? Apakah isi atau konten formal dan isi atau konten material

pendidikan karakter pada bahan ajar itu? Untuk dapat menjawab semua

pertanyaan itulah, diperlukan kajian tentang hakikat dari semua aspek yang

terkandung di dalam nilai pendidikan karakter pada pembelajaran Agama Islam.

Page 16: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

6

Prinsip-prinsip dasar pengembangan pendidikan karakter dalam

Pendidikan Agama Islam meliputi berbagai proses yang secara hierarkis

merentang mulai dari kesadaran diri dan lingkungannya, perhatian, rasa senang,

dan rasa membutuhkan disertai dengan harapan ingin mengetahui, memiliki, dan

menerapkannya; merasa perlunya memunyai sikap yang selaras dan harmoni

dengan keadaan di sekitarnya, baik dalam keadaan pasif maupun aktif, serta

mengembangkannya dalam bentuk tindakan dan perilaku berkarakter; merasa

perlunya disertai usaha untuk mencari informasi dan pengetahuan tentang karakter

dan karakter dalam bahan ajar, yang dianggap baik; mengembangkan

keterampilan menunjukan sifat, sikap, dan perilaku berkarakter pada bahan ajar;

serta keinginan dan terwujudnya pengalaman mengembangkan hidupnya dalam

bentuk aktualisasi diri berkarakter dalam bahan ajar, baik secara sendiri, bersama

ataupun dalam jejaring sistemik.

Penanaman nilai pendidikan karakter di sekolah khususnya pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar sangat

penting, mengingat intensitas merebaknya sikap hidup yang buruk bagi genarasi

muda/pelajar. Selain itu, dengan melembaganya budaya kekerasan atau

merakyatnya bahasa ekonomi dan politik, disadari atau tidak, telah ikut

melemahkan karakter anak-anak bangsa, sehingga menjadikan nilai-nilai luhur

dan kearifan sikap hidup mati suri. Anak-anak sekarang gampang sekali

melontarkan bahasa oral dan bahasa tubuh yang cenderung tereduksi oleh gaya

ungkap yang kasar dan vulgar. Nilai-nilai etika dan estetika telah terbonsai dan

terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan konstan.

Page 17: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

7

Berbagai kasus yang marak dalam masyarakat bertentangan dengan nilai-

nilai moral dan rendahnya nilai karakter. Data konkret mulai dari kasus Prita,

Gayus Tambunan, Makam Priok, Angelina Sondakh, dan sebagainya menjadi

dasar betapa pentingnya pendidikan karakter ditanamkan sejak dini terutama di

bangku sekolah.3 Lebih memprihatinkan lagi, perbuatan itu tidak sedikit

melibatkan orang-orang yang terdidik. Ini menunjukkan bahwa pendidikan kurang

berhasil dalam membentuk watak (karakter) yang terpuji. Dalam kondisi yang

demikian, kiranya cukup relevan untuk diungkapkan kembali “paradigma lama”

tentang pendidikan, yakni pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai. Warisan nilai-

nilai budaya masa lalu itu tidak sedikit yang merupakan nilai-nilai moral.

Paradigma pendidikan seperti itu sering dianggap kuno, konservatif, dan tidak

sesuai dengan tuntutan zaman. Namun, hal itu tidak berarti bahwa nilai-nilai

warisan masa lalu, lebih-lebih nilai-nilai moral dan sopan santun, adalah sesuatu

yang usang dan harus dibuang.4

Mencermati problematik tersebut, maka seharusnya penamanam nilai

karakter harus ditanamkan kepada generasi muda di sekolah dengan

memanfaatkan segala komponen yang dapat mendukung penanaman nilai

pendidikan karakter, termasuk mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam. Integrasi nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran pada setiap mata

pelajaran diyakini dapat merestorasi dan menguatkan kembali nilai-nilai

pendidikan karakter pada anak didik.

3 Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.hal.1.

4 Poespoprojo. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Grafika. 1999.

Page 18: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

8

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai pada setiap

mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak

hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan

nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Berdasarkan uraian tentang pentingnya penanaman nilai karakter pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian penanaman nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Hal tersebut dilakukan mengingat

banyaknya pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah yang isinya

kurang sesuai dengan adat dan budaya masyarakat. Persoalan lain yang terjadi

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah kurang tergambarnya nilai-

nilai pendidikan. Faktanya dalam buku teks, sangat sulit menemukan nilai-nilai

pendidikan di dalamnya. Konten buku teks tersebut lebih cenderung menyajikan

konsep dan informasi terbaru yang terjadi di seantero dunia. Diperparah ketika

pembelajaran membaca teks wacana tentang perkembangan teknologi

(handphone, gadget, dan sebagainya) yang merupakan suatu suguhan materi yang

nihil dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

Kurangnya nilai pendidikan karakter menjadi tugas dan tanggung jawab

guru untuk mengoptimalkan penanaman nilai pendidikan karakter melalui strategi

dan berbagai cara lain, misalnya ketika guru mengajarkan materi yang minim

dengan nilai karakter, maka guru harus cermat dan terampil mengintegrasikan

nilai pendidikan karakter.

Page 19: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

9

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar”. Hal ini dilakukan

untuk mengkaji dan mengetahui lebih mendalam tentang nilai pendidikan pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Data lain adalah buku yang merupakan

suplai dari berbagai penerbit sehingga dapat menyaring buku-buku yang layak

digunakan sesuai dengan tujuan penanaman nilai pendidikan karakter. Selain itu,

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses dan metode guru menanamkan

nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 13 Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter di SMP Negeri 13

Makassar?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Negeri 13 Makassar?

3. Bagaimanakah penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1. Nilai-nilai pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Makassar.

2. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar.

Page 20: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

10

3. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran bagi pembaca

mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang perlunya

pembelajaran pendidikan karakter di sekolah-sekolah sehingga dapat

meningkatkan pembelajaran dan penanaman nilai pendidikan karakter bagi

peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan

contoh penanaman nilai karakter dalam diri (peserta didik).

b. Bagi guru pendidikan Agama Islam sebagai acuan dan pedoman dalam

mengajarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

pembelajaran Agama Islam.

c. Bagi peneliti lanjut, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan acuan

dalam melakukan penelitian yang relevan.

Page 21: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang

membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter adalah kualitas mental

atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Karakter adalah sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang

lain atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadibadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak.5

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Menurut Sumardjo bahwa untuk mengenal watak seseorang dapat diteliti

(1) Apa yang dikatakan (2) Apa yang dilakukannya (3) Bagaimana sikapnya

dalam menghadapi persoalan (4) Bagaimana penilaian tokoh lain atas dirinya6.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan

jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah

peradaban yang manusiawi dan lebih baik, yang bertujuan untuk meningkatkan

mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan

5 Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2012.hal.3.

6 Sumardjo, Jacob. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. 1994.hal.56.

Page 22: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

12

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan

standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.7

Pendidikan berkarakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai

dan karakter pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter

dirinya dan menerapkannya dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat.

Nilai-nilai moral sosial, meliputi: bekerjasama, suka menolong, kasih

sayang, kerukunan, suka memberi nasihat, peduli nasib orang lain, dan suka

mendoakan orang lain. nilai-nilai moral religi, meliputi: percaya kekuasaan tuhan,

percaya adanya tuhan, berserah diri kepada tuhan/bertawakal, dan memohon

ampun kepada tuhan.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun

kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di

sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-

komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan

penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan

lingkungan sekolah.

Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,

7 Mulyasa, Enco. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.hal.1-9.

Page 23: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

13

apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan

pengembangan kurikulum 2013 dan implementasi pembelajaran dan penilaian di

sekolah, tujuan pendidikan di sekolah sebenarnya dapat dicapai dengan baik.

Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan

dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada

tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan

internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Alwi, dkk. menjelaskan

bahwa karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Karakter merupakan nilai

perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat. Karakter juga merupakan cara berpikir dan berperilaku

yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam

lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Individu yang berkarakter

baik adalah individu yang mampu membuat suatu keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.8

Berkaitan dengan karakter, Saryono mengemukakan bahwa pembelajaran Agama

Islam dapat dijadikan sarana untuk membentuk karakter bangsa, antara nilai atau

aspek (1) literer-estetis, (2) humanistis, (3) etis dan moral, dan (4) religius-

8 Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Balai

Pustaka.2008.hal.623.

Page 24: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

14

sufistis-profetis. Keempat nilai tersebut dipandang mampu mengoptimalkan peran

bahan ajar buku teks dalam pembentukan karakter bangsa9.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi

dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional,

logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung

jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat

dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf,

berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif,

berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif

sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). 10

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan

karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school

life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di

sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk

komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses

pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler,

pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga

sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu

9 Saryono, Djoko. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing. 2009.hal.52.

10 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta: 2012), hlm. 9-10.

Page 25: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

15

perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus

berkarakter.

Pendidian karakter menurut Lickona (dalam Gunawan, 2012: 23) adalah

pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi

pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku

yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan

sebagainya.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

a) Tujuan

Menurut Gunawan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan

membentuk bangsa yang tangguh, kompetititf, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan karakter

bertujuan pula meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di

sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi

lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari11

.

11 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.20

Page 26: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

16

b) Fungsi

Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar

berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, (2) memperkuat dan

membangun perilaku bangsa yang multicultural, (3) meningkatkan peradaban

bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Menurut Gunawan bahwa pendidikan karakter memiliki prinsip sebagai

berikut:

a) Mempromosikan nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakupi pemikiran,

perasaan, dan perilaku.

c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk

membangun karakter.

d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang

baik.

f) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang

menghargai semua peserta didik, membangun karakter peserta didik, dan

membantu untuk mencapai kesuksesan.

g) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada pserta didik.

h) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

bertanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang

sama.

Page 27: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

17

i) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

j) Memfunsgikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha

membangun karakter.

k) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru karakter,

dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik12

.

4. Sasaran Pendidikan Karakter di SMP

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan

budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan

keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan

masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau

watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para

peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran

program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan

pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi

contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.

Dalam Kemendiknas dijelaskan tentang nilai pendidikan karakter sebagai

berikut: Nilai Religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

12 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.35.

Page 28: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

18

prestasi, bersahabat dan komunikatif, cintadamai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab13

.

Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,

kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian

yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih

luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui

pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar

Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan

remaja;

b) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;

c) Menunjukkan sikap percaya diri;

d) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas;

e) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional;

f) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-

sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

g) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

13 Kemendiknas. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktur Jenderal Mandikdasmen. 2010.hal.3.

Page 29: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

19

h) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya;

i) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari;

j) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

k) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;

l) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan

Republik Indonesia;

m) Menghargai karya seni dan budaya nasional;

n) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;

o) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

dengan baik;

p) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;

q) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat;

r) Menghargai adanya perbedaan pendapat;

s) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;

t) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;

u) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah;

v) Memiliki jiwa kewirausahaan.

Page 30: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

20

5. Metode dalam Implementasi Pendidikan Karakter

Dalam proses pendidikan, termasuk pendidikan karakter diperlukan

metode-metode pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai karakter kepada

peserta didik sehingga peserta didik bukan hanya mengetahui tentang moral

karakter atau moral knowing, melainkan juga diharapkan mampu melaksanakan

moral atau moral action yang menjadi tujuan utama pendidika karakter.

Menurut Gunawan bahwa metode dalam mengimplementasikan

pendidikan karakter sebagai berikut:

a) Metode Percakapan

Metode percakapan dilakukan dengan berdialog secara silih berganti

antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik dan dengan

sengaja diarhakan pada satu tujuan yang dikehendaki. b) Metode Cerita

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, cerita sebagai metode

pendukung pelaksanaan pendidikan yang memiliki peranan yang sangat penting

dalam kisah cerita terdapat berbagai keteladanan berdasarkan jelajah kejadian

masa lalu.

c) Metode Perumpamaan, Asosiasi, dan Contoh

Metode perumpamaan baik digunakan oleh guru dan mengajari peserta

didiknya, terutama dalam menanamkan nilai karakter. Cara penggunaan metode

perumpamaan yaitu dengan berkisah.

Page 31: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

21

d) Metode Keteladanan

Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan

merupakan metode yang lebih efektif dan efisien karena peserta didik pada

umumnya cenderung meneladani guru atau pendidiknya. Keteladanan dapat

ditunjukkan dalam perilaku dan sikap pendidik dalam memberikan contoh

tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta

didik.

e) Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang disengaja dilakukan secara berulang agar

sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Salah contoh penerapan metode pembiasaan

adalah membiasakan peserta didik melakukan sendiri dan jangan selalu menunggu

dari guru.

f) Metode Nasihat dan Sugesti

Metode nasihat disebut dengan istilah mau’idhoh yakni nasihat yang

lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

g) Metode Janji

Metode ini sering disebut targhib yakni janji terhadap kesenangan,

kenikmatan akhirat, yang disertai dengan bujukan14

.

6. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter

Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah

pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual,

emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik

14 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.88.

Page 32: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

22

tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai

hasil proses pendidikan. Nelson Black dalam bukunya yang berjudul “Kapan

Sebuah Bangsa Akan Mati” menyatakan bahwa nilai-nilai akhlak, kemanusiaan,

kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya merupakan sederet faktor

keunggulan sebuah masyarakat yang humanis. Sebaliknya, kebejatan sosial dan

budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban. Hidup

haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan, dan

masyarakat seharusnya tidak menolak elemen-elemen yang datang dari peradaban

asing. Ini adalah demi mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang

lebih lanjut bagi kehidupan nasional serta secara mutlak untuk menaikkan

martabat kebanggaan bangsa Indonesia.15

Terlepas dari persoalan kuantitatif maupun kualitatif tersebut, dalam

konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang

amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan profesionalisme para

pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program

pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan

siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan ”Reward” (tanda

jasa), penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya,

sehingga setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima

dan dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru

memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik.

15 Marlis, Alen. 2010. “Manfaat Pendidikan Karakter bagi Guru untuk Membangun

Peradaban Bangsa.” Dikutip dari http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress. com/2012/10/03/manfaatkarakteristikpendidikan-bagi-guru-untuk membangun peradabanbangsa/ diakses hari Minggu tanggal 10 April pukul 20.02 WIB.

Page 33: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

23

Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan

menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah

faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak

mudah frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif.

Dalam karakter pendidikan guru penting sekali dikembangkan nilai-nilai

etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan

rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja

pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai

basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk mengembangkan

karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud serta

mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan

sekolah sehari-hari. Yang terpenting adalah semua komponen sekolah

bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai

dengan nilai-nilai inti.

Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai

dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan

moral dalam hidupnya. Demikian juga seorang pendidik dikatakan berkarakter,

jika memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan

serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai

pendidik. Dengan demikian, pendidik yang berkarakter, berarti telah memiliki

kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran,

amanah, keteladanan, ataupun sifat-sifat lain yang harus melekat pada diri

pendidik. Pendidik yang berkarakter kuat tidak hanya memiliki kemampuan

Page 34: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

24

mengajar dalam arti sempit (transfer pengetahuan/ilmu), melainkan juga harus

memiliki kemampuan mendidik dalam arti luas (keteladanan sehari-hari).

Tujuan model pendidikan holistik berbasis karakter adalah membentuk

manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek

fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual peserta didik secara

optimal. Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar

sejati) bisa dilakukan dengan beberapa langkah sebagaimana uraian berikut.

a) Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu

metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi

manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang konkrit,

bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active

learning, contextual learning, inquiry-based learning, integrated learning).

b) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning

community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana

yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan

semangat.

c) Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan

berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the

good, and acting the good.

d) Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak,

yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan

manusia.

Page 35: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

25

7. Penanaman Nilai

a. Pengertian Nilai

Nilai adalah suatu perangkat ataupun perasaan yang diyakini sebagai

identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan,

keterkaitan, dan perilaku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan

bahwa nilai adalah siat-sifat atau hal-hal yang pentin dan berguna bagi

kemanusiaan16

. Wahid mengatakan ”Sesuatu yang mempunyai nilai itu tidak

hanya sesuatu yang berwujud benda material saja, tetapi juga sesuatu yang

berwujud abstrak juga dapat mempunyai nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi

kemanusiaan17

.

Dalam pengertian sehari-hari, nilai diartikan sebagai harga, ukuran, dan

perbandingan dua benda yang dipertukarkan, bisa juga berarti angka kepandaian

(nilai ujian, nilai rapor), kadar, mutu, dan bobot. Namun, dalam sosiologi, nilai

mengandun pengertian yang lebih luas daripada pengertian sehari-hari. Nilai

merupakan sesuatu yang baik, yang diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap

penting oleh warga masyarakat.

Nilai merupakan sesuatu yang dihargai atau dihormati, atau sesuatu yang

ingin dicapai atau dianggap sebagai sesuatu yang berharga. Dengan demikian,

nilai sosial adalah sesuatu yang dianggap sangat berharga untuk dicapai atau

dihormati dalam masyarakat. Nilai terbentuk daripada yang besar, pantas, dan

luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan. Nilai bukanlah keinginan, melainkan

apa yang diinginkan, jadi bersifat subjektif. Selain itu, nilai juga bersifat relatif

16 Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). Op.cit. hal. 690.

17 Wahid, Sugirah. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makasar: BSID FBS, UNM.2004.hal.19.

Page 36: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

26

karena apa yang menurut kita sudah benar dan baik belum tentu disebut nilai.

Jadi, nilai merupakan tujuan yang ingin dicapai.

Nilai-nilai (dalam pengertian sebagai penggambaran kecenderungan

terhadap apa-apa yang tidak di sukai) akan kelihatan bila sistem-sistem sosial

dipakai sebagai alat konsepsi di dalam tindakan sosial.

Nilai merupakan wujud penikmatan. Dengan penikmatan dapat

memberikan corak tersendiri antara individu akan sesuatu yang dianggapnya atau

dinilainya. Dengan nilai, sesuatu dapat dikategorikan atau ditaksir bagaimana dan

apa yang dinilai. Begitu pula dalam pembelajaran Agama Islam, banyak hal yang

patut menjadi penilaian, meskipun wujud dari penilaian pembaca berbeda antara

satu sama lain, karena hal tersebut dapat dilihat dari tingkat intensitas perindividu

berbeda. Jadi, secara singkat dapat diartikan bahwa nilai adalah hasil penelitian

pertimbangan baik atau buruk terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan

sebagai dasar melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

b. Perspektif Nilai Pendidikan Karakter

Setiap pembelajaran Agama Islam tentu saja menanamkan sejumlah nilai.

Di dalamya terdapat berbagai nilai di antaranya: nilai moral, nilai sosial, budaya,

dan nilai pendidikan.

Aksiologi merupakan ilmu tentang nilai. Dalam kaitannya dengan

pendidikan, maka aksiologi menelusuri seluk-beluk nilai pendidikan. Sementara,

pendidikan dapat dirumuskan sebagai suatu pembimbingan yang diberikan

dengan sengaja oleh pendidik kepada anak didik ke arah satu tujuan. Mengenai

pembimbingan atau bagaimana cara memberikan bimbingan, materi apa yang

Page 37: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

27

akan diberikan dalam pembimbingan,apa tujuannya,dan hakikat pendidikan serta

anak didik itu sendiri, dapat tergantung pada dasar filsafah pendidikan.

Pendidikan menurut Alwi dkk. (Eds.), 2008: 149) adalah usaha dan

perbuatan dari generasi tua dan mengalihkan pengalaman, pengetahuan dan

keterampilan kepada generasi muda untuk melangsungkan fungsi hidup dengan

baik.

Bukanlah semata-mata pelajaran umum, tetapi merupakan peoses

kemandirian kesadaran pembangunan bangsa dan kesadaran individu secara

terpadu. Dengan demikian, manusia dapat mengkomunikasikan kebudayaan dan

warisan intelektualnya pada generasi yang akan datang serta memberikan

inspirasi cita-cita hidupnya.

Pendidikan adalah suatu proses, bukan kegiatan yang dijalankan oleh

subjek tertentu (pendidik atau anak didik). Ini berarti bahwa pendidikan

merupakan tahap perkembanan yang terus- menerus. Proses tersebut terjadi

karena interkasi berbagai faktor. Jadi, bukan hanya interaksi antara orang dewasa

dan manusia belum dewasa, melainkan juga bahan yang dipelajari, faktor

lingkungan (alam, kebudayaan, masyarakart, dan sebagainya).

Berdasarkan lingkungannya, pendidikan dapat pula digolongkan dalam 3

golongan kecil, yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan

masyarakat. Ketiga golongan ini dikenal dengan istilah “tripusat pendidikan”.18

Keluarga adalah pranata kehidupan terkecil yang secara langsung dialami

untuk pertama kali oleh seorang manusia. Kehadiran seorang anak dalam

18 Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). Op.cit. hal. 149.

Page 38: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

28

keluarga mengakibatkan bertambahnya tanggungjawab tiap orang tua.

Masyarakat merupakan suatu bentuk tata kehidupan sosial yang mencakup tata

nilai dan tata budaya sendiri.

Nilai pendidikan masyarakat dan keluarga mengalami perkembangan

sesuai dengan kemajuan kebudayaan manusia, demikian juga pendidikan yang

didapatkan di sekolah. Pendidikan dalam bentuk sekolah ini berkembang sesuai

dengan perkembangan kebudayaan manusia. Di sekolah anak mengalami

pendidikan formal seperti taman-taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan

seterusnya sampai perguruan tinggi.

Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan

batin,luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya diharapkan untuk menjadi

anggota masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas kesejahteraan

bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Harapan itu memperlihatkan

bahwa betapa pentingnya dunia pendidikan bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah suatu proses bimbingan manusia untuk mencapai tujuan yang

berguna bagi individu dan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka aksiologi pendidikan berhubungan

dengan ilmu tentang nilai. Aksiologi mengkaji seluk beluk nilai. Aksiologi

menyangkut pula nilai-nilai yang berupa pertanyaan tentang kebaikan. Aksiologi

adalah suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Bidang kajian aksiologi,

yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan),

sosiopolitical life (kehidupan sosial politik). Nilai terdiri atas tiga bentuk, yaitu

nilai digunakan sebagai kata benda yang abstrak, nilai sebagai kata

Page 39: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

29

benda konkret, dan nilai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai,

dan dinilai.

d. Substansi Nilai-nilai Karakter dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP

Substansi nilai-nilai karakter dalam standar kompetensi lulusan SMP

menurut Gunawan dapat dicermati pada tabel 2.1 berikut ini19

.

Tabel 2.1 Pemetaan Nilai Karakter sesuai dengan SKL

No. Standar Kompetensi Lulusan Nilai Karakter yang

Dikembangkan

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai Religious, jujur, dan

dengan tahap perkembangan remaja tanggung jawab

2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri Jujur dan cerdas

3. Menunjukkan sikap percaya diri Jujur

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku Bertanggung jawab

dalam lingkungan yang lebih luas

5. Menghargai keberagaman agama, budaya, uku, Peduli dan toleransi ras, dan golongan sosial ekonomi dalam

lingkungan nasional

6. Mencari dan menerapkan informasi dari Cerdas dan kreatif

lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara

logis, kritis, dan kreatif

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, Cerdas dan kreatif

kreatif, dan inovatif

8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri Cerdas dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya bertanggung jawab

9. Menunjukkan kemmapuan menganalisis dan Cerdas

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari

10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial Bertanggung jawab

11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung Bertanggung jawab dan

jawab cerdas

12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam Peduli dan bertanggung kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan jawab

bernegara demi terwujudnya persatua dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia

13. Menghargai karya seni dan budaya nasional Peduli dan bertanggung jawab

14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki Bertanggung jawab dan kemampuan untuk berkarya kreatif

19 Gunawan, Heri. Op.cit. hal.218.

Page 40: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

30

15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan Bersih dan sehat

memanfaatkan waktu luang

16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan Peduli dan kreatif santun

17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain Bertanggung jawab dalam pergaulan di masyarakat

18. Menghargai adanya perbedaan pendapat Jujur dan peduli

19. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis Cerdas dan kreatif

naskah pendek sederhana

20. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, Cerdas dan kreatif membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris sederhana

21. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk cerdas mengikuti pendidikan menengah

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam

bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere”yang berarti menyampaikan

pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide

yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran20

.

Kegiatan belajar dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang

melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta

didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka

pencapaian kompetensi dasar. Pembelajaran adalah kegiatan dimana guru

melakukan perananperanan tertentu agar peserta didik dapat belajar untuk

mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Strategi pengajaran merupakan

keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan peserta

didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

20 Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2008. hal. 265.

Page 41: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

31

Pembelajaran dalam konteks pendidikan merupakan aktivitas pendidikan berupa

pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan21

.

Selain itu, pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta

didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri

mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar dimana

peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya dengan

pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik

mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien22

.

Dalam pengetian lain, pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan

untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa

yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifa internal23

.

Dapat dikatakan pembelajaranmerupakansegala upaya untuk menciptakan

kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated)

pencapaiannya. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Zakiyah Darajat berpendapat bahwa pendidikan agama islam adalah

suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup24

.

Pendidikan agama Islam sebagai upaya mendidikkan agama Islam atau

ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap

21 Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.hal. 201.

22 Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media. 1996. hal.157.

23 Warsita, Bambang. Op.cit. hal. 266.

24 Darajat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Hal.87.

Page 42: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

32

hidup) peserta didik. Pendidikan agama Islam juga merupakan upaya sadar untuk

mentaati ketentuan Allah sebagai pedoman dan dasar para pesera didik agar

berpengetahuan keagamaan dan handal dalam menjalankan ketentuan-ketentuan

Allah secara keseluruhan25

.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

agama Islam adalah sebuah sistem pendidikan yang mengupayakan terbentuknya

akhlak mulia peserta didik serta memiliki kecakapan hidup berdasarkan nilai-nilai

Islam. Karena pendidikan agama Islam mencakup dua hal, (a) mendidik peserta

didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam, (2) mendidik

peserta didik unuk mempelajari materi ajaran Islam yang sekaligus menjadi

pengetahuan tentang ajaran Islam iu sendiri. Sedangkan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh

belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus

mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara

beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan yang

mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku

seseorang yang baik dalam kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Majid bahwa pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah

bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta

didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang

25 Saputra. Aplikasi Metode Contextual Teaching Learning (CTL) dalam Pembelajaran PAI, (Jurnal At-Ta’dib Volume VI, No. 1, April-September 2014).hal.17.

Page 43: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

33

dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi26

.

Lebih lanjut, tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu

usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan usaha dan

kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya

bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk

tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,

berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki cakupan dan

ruang lingkup yang luas. Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang

lingkup yang saling terkait yaitu lingkup keyakinan (akidah), lingkup norma

(syariat), muamalat, dan perilaku (akhlak/behavior). 27

a) Akidah

Akidah secara bahasa (etimologi) biasa dipahami sebagai ikatan simpul

dan perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada

makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang

kuat untuk menerima dan mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan

menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. Selain itu, akidah juga mengandung

cakupan keyakinan terhadap yang ghaib, seperti malaikat, surga, neraka, dan

sebagainya. Akidah Islam berisikan ajaran tentang apa saja yang harus dipercaya,

diyakini dan diimani oleh setiap Muslim. Karena agama Islam bersumber kepada

26 Majid, Abdul dan Dian andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Hal.230.

27 Rois, Mahfud. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga, 2011.

Page 44: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

34

kepercayaan dan keimanan kepada Allah, maka akidah merupakan sistem

kepercayaan yang mengikat manusia kepada Islam. a) Iman Iman secara umum

dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan

lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan

ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta Sunnah Nabi Muhammad

SAW. Dalam AlQur’an terdapat sejumlah ayat yang menunjukkan kata-kata iman,

diantaranya terdapat pada firman Allah:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-

tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka

mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu

mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat

siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. (QS. Al-Baqarah:2/165). 28

Rukun iman yang dipahami oleh kaum Muslim secara umum meliputi

iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada

nabi, iman hari kiamat, dan iman kepada qhada dan qadar Allah SWT. Esensi

iman kepada Allah SWT adalah pengakuan tentang keesaan (tauhid)- Nya. Tauhid

berarti keyakinan tentang kebenaran keesaan Allah, tidak mempersekutukan-Nya

dengan sesuatu apa pun. Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang

termasuk gaib, tidak dapat dicapai dengan pancaindera, dan oleh karenanya

28 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Jakarta : Mahkota

Surabaya, 1989).

Page 45: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

35

termasuk golongan makhluk yang immaterial (rohani). Namun demikian, ia tetap

ada dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah SWT yang tidak

pernah melanggar perintah Allah SWT. Selain percaya kepada Allah SWT, orang

yang beriman juga wajib percaya kepada kitabkitab Allah, sebab iman kepada

Allah dan iman kepada Rasul-Nya menjadi satu kesatuan yang utuh. Allah

menurunkan kitab-kitab Nya untuk dijadikan pedoman oleh manusia dalam

menata dan mengatur kehidupannya demi mencapai keridhoan Allah sebagai

puncak dari tujuan hidup uang sesungguhnya. b) Syariat

Secara etimologis, syariat berarti jalan ke tempat pengairan atau jalan pasal

yang diturut atau tempat mengalir air di sungai. Syariat merupakan aturan-aturan

Allah yang dijadikan referensi oleh manusia dalam menata dan mengatur

kehidupannya baik dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan

Allah SWT, hubungan antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia

dengan alam sekitarnya.

Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongkrit, tetapi juga suatu

kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan Muslim. Ruang lingkup

syariat secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu ibadah dan

muamalah. Ibadah diartikan secara sederhana sebagai persembahan, yaitu

sembahan manusia kepada Allah SWT sebagai wujud penghambaan diri kepada

Allah SWT. Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi kedalam dua jenis yaitu

mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghair mahdah (ibadah umum).

Page 46: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

36

c) Akhlak, Etika dan Moral

Ruang lingkup ajaran Islam yang ketiga adalah akhlak. Akhlak merupakan

refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan akidah dan syariat. Kata akhlak

secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata khulukun yang berarti budi

pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah laku, atau sistem perilaku yang dibuat.

Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara

baik dan buruk, antar yang baik dan buruk, antara yang terbaik dan tercela, baik

itu berupa perkataan maupun perbuatan manusia, lahir dan batin. Akhlak berarti

budi pekerti atau perangai. Dalam berbagai literatur Islam, akhlak diartikan

sebagai pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, tujuan perbuatan,

serta pedoman yang harus diikuti. Pengetahuan yang menyelidiki perjalanan hidup

manusia sebagai parameter perbuatan, perkataan, dan ihwal kehidupannya.

C. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam pendidikan Islam yaitu

penciptaan fitrah peserta didik yang ber-akhlakul karimah, karena inti dari Islam

yakni terciptanya akhlakul karimah. Jika akhlak seseorang hilang berarti sebuah

kegagalan atas tujuan dari ajaran-ajaran agama Islam, sehingga pendidikan perlu

ditanamkan sejak dini. Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila pendidikan

akhlak dapat ditanamkan sejak dini antara lain: pertama, pendidikan akhlak

mewujudkan kemajuan rohani, kedua, pendidikan akhlak menuntun kebaikan, dan

ketiga, pendidikan akhlak mewujudkan kesempurnaan iman. Keempat, pendidikan

akhlak memberikan keutamaan hidup di dunia dan kebahagiaan di hari kemudian.

Page 47: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

37

Kelima, pendidikan akhlak akan membawa kepada kerukunan rumah tangga,

pergaulan di masyarakat dan pergaulan umum.29

Dalam Kemendiknas Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan

pendidikan kewarganegaraan, pendidikan karakter harus menjadi fokus utama

yang mana karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga

dampak pengiring. Dengan hal ini, diharapkan dapat menjadikan peserta didik

peduli dan mampu mengamalkan nilai-nilai karakter yang telah didapatkannya itu.

Integrasi pendidikan karakter juga dapat dilakukan pada penginternalisasi nilai-

nilai di dalam tingkah laku yang dilakukan guru setiap hari dalam proses

pelaksanaan pembelajaran. Contohnya, guru yang datang tepat waktu secara tidak

sengaja telah memodelkan karakter disiplin. Dalam proses pembelajaran,

pendidikan karakter dimulai pada tahap perencanaan, kemudian dilaksanakan, dan

akhirnya dievaluasi30

.

1. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan ialah proses penyusunan pola kegiatan pembelajaran yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuan. 41 Dalam silabus dan RPP memuat SK,

KD, tujuan pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, evaluasi

pembelajaran, indikator pencapaian, alokasi waktu, materi pembelajaran dan

sumber belajar. Dalam perencanaan pembelajaran pendidikan karakter perlu

dilakukan perubahan pada tiga komponen silabus dan RPP, yaitu:

a) Penambahan atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan

29 Achmadi. Meluruskan Islam Fobia Mengembalikan Fitrah Islam dengan Pendidikan, (Jurnal Edukasi. 2007. Hal.24.

30 Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang. 2010. Hal. 34.

Page 48: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

38

pembelajaran yang mengembangkan karakter.

b) Penambahan atau modifikasi pencapaian sehingga ada indikator yang terkait

dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter

c) Penambahan atau modifikasi teknik penilaian yang dapat mengembangkan

atau mengukur perkembangan karakter Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa RPP memiliki peranan penting dalam pengintegrasian

nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran di sekolah. RPP

merupakan gambaran tentang pembelajaran yang akan dilakukan dalam

proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan pembelajaran karakter

Pelaksanaan pendidikan karakter tentunya tidak terlepas dari perencanaan

yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi pelaksanaan pembelajaran merupakan

implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pendidikan haruslah masuk atau ada dalam

setiap kegiatan tersebut Praktik penanaman pendidikan karakter harus dilakukan

menggunakan metode yang tepat. Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan

Nasional dalam kaitannya dengan pengembangan budaya sekolah yang

dilaksanakan dalam kaitan pengembangan diri, menyarankan empat hal yang

meliputi:

a) Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta

didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat.

b) Kegiatan spontan Bersifat spontan saat itu juga, pada waktu terjadi keadaan

tertentu, misalnya mengumpulkan sumbangan bagi korban bencana alam.

Page 49: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

39

c) Keteladanan Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru

perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan seluruh

warga sekolah yang dewasa lainnya sebagai model.

d) Pengkondisian Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan

pendidikan karakter.

Menurut Masnur Muslich dalam bukunya yang berjudul

“Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional”

menyatakan beberapa metode yang dapat digunakan dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter, di antaranya:

a) Keteladanan

b) Kegiatan spontan

c) Teguran

d) Pengondisian lingkungan

e) Kegiatan rutin.

Pelaksanaan pendidikan karakter haruslah dilaksanakan secara sungguh-

sungguh dan berkelanjutan. Jadi penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya

dilakukan dalam satu kali pertemuan pembelajaran. Penanaman pendidikan

karakter juga jangan hanya dilakukan di ruang kelas, namun dalam setiap kegiatan

dan di lingkungan sekolah guru harus dapat memberikan contoh atau dapat

mengarahkan peserta didik untuk bertindak yang sesuai dengan karakter yang

baik. Jadi upaya untuk mengimplementasi pendidikan karakter perlu dilakukan

dengan pendekatan holistis, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter

kedalam setiap aspek kehidupan sekolah.

Page 50: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

40

Pendekatan holistis dalam pendidikan karakter memiliki indikasi sebagai

berikut:

a) Segala kegiatan di sekolah diatur berdasarkan sinergitas kolaborasi

hubungan antara peserta didik, guru, dan masyarakat.

b) Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli dimana ada

ikatan yang jelas yang menghubungkan peserta didik, guru, dan sekolah.

c) Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik.

d) Kerjasama dan kolaborasi diantara peserta didik menjadi hal yang lebih

utama dibandingkan persaingan.

e) Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian

pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun diluar kelas.

f) Peserta didik-peserta didik diberikan banyak kesempatan untuk

mempraktikkan perilaku moralnya melalui kegiatankegiatan seperti

pembelajaran memberikan pelayanan.

g) Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi focus dalam memecahkan masalah

dibandingkan hadiah dan hukuman.

Page 51: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian untuk

memudahkan dalam melakukan penelitian. Dalam hal ini, mendatangkan hasil

yang baik, sehingga penulis menyusun desain penelitian. Sebagai langkah awal

yaitu penulis menentukan rumusan penelitian, kemudian penelitian mengadakan

studi kepustakaan. Selanjutnya menyelidiki variabel, memberikan definisi

operasional penelitian, serta menentukan metode yang akan digunakan dalam

penelitian.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah dengan cara kerjanya

mendiskripsikan nilai pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam

pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar. Objek penelitian

ini adalah guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh peserta didik SMP Negeri

13 Makassar yang tersebar pada tiga tingkatan kelas (kelas VII, VIII, dan IX)

yang belajar pendidikan Agama Islam.

Page 52: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

42

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini, yaitu:

1. Penanaman nilai pendidikan karakter. Nilai dalam yang diamati di

antaranya: nilai religius, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat dan komunikatif, cinta damai,

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab

2. Pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar difokuskan pada

cara dan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian ini, yaitu penanaman, nilai dan pendidikan

karakter.

1. Penanaman nilai pendidikan karakter adalah upaya membentuk karakter

peserta didik yang religius, semangat kebangsaan, jujur, cinta tanah air,

toleransi, menghargai prestasi, disiplin, bersahabat/komunikatif, kerja

keras, cinta damai, kreatif gemar membaca, mandiri, peduli lingkungan,

demokratis, peduli sosial, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab.

2. Pembelajaran Agama Islam adalah cara dan proses kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru dengan memberikan bimbingan dan

asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai pendangan hidup (way of life). Selain itu,

pembelajaran agama Islam merupakan proses bimbingan dan asuhan

terhadap peserta didik nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

Page 53: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

43

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah

diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai

suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat

kelak.

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Data penelitian ini, yaitu data tentang nilai pendidikan karakter yang

diimplementasikan dalam pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar.

Data nilai pendidikan penelitian ini, yaitu segala teks yang mengandung

muatan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam pembelajaran Agama Islam.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini, yaitu proses pembelajaran Agama Islam di

SMP Negeri 13 Makassar.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan

wawancara dan format pengamatan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai

berikut:

1. Teknik Dokumentasi

Page 54: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

44

Teknik ini dilakukan dengan mendokumentasikan pembelajaran Agama

Islam.

2. Teknik Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan memawancarai guru dan peserta didik

tentang wujud dan bentuk penanaman nilai pendidikan karakter.

c. Teknik Observasi

Teknik catat dilakukan dengan mengamati segala aktivitas guru dan

peserta didik dalam pembelajaran Agama Islam untuk mengamati karakter yang

ditanamkan.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alir

(Miles dan Huberman 2004). Model alir merupakan salah satu teknik analisis

dengan memadukan konsep yang menghasilkan sebuah metode analisis yakni:

pencatatan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan sementara,

validasi (sahih), dan penarikan kesimpulan akhir.

Kegiatan analisis data dimulai dari kegiatan pencatatan data. Kegiatan

reduksi data pada dasarnya merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi “data mentah”. Reduksi data

dimaksudkan untuk menyesuaikan bentuk data yang ada dengan bentuk data yang

dibutuhkan dengan kegiatan analisis. Kegiatan reduksi data setiap saat dapat

dilakukan selama dalam proses pengumpulan dan analisis data. Apabila ada data

yang tidak relevan dengan masalah, dilakukan reduksi data berupa pembuangan

Page 55: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

45

data. Setelah diperoleh data yang representatif melalui reduksi data, dilakukan

penyajian data. Penyajian data diharapkan dapat tersusun secara sistematis

sehingga memudahkan peneliti mengamati dan menafsirkan (menginterpretasi)

data-data tersebut.

Penarikan simpulan sementara dilakukan dengan merumuskan (1) Nilai-

nilai pendidikan karakter apa sajakah yang ditanamkan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. (2) Metode guru

menanamkan nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMP Negeri 13 Makassar.

Page 56: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Lokasi Penelitian

SMP Negeri 13 Makassar didirikan pada tanggal 31 Desember 1981

melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 01 Januari

1980. SMP Negeri 13 Makassar didirikan bertujuan untuk meningkatkan

pendidikan khususnya pendidikan dasar menengah sejak tahun 1980-1981 dan

didirikan untuk mengantisipasi lonjakan lulusan SD sampai dampak keberhasilan

program wajar dikdas 9 tahun serta membantu pemerintah dalam pembentukan

SDM yang berkualitas baik IMTAK maupun IPTEK. Kepemilikan

tanah/bangunan SMP Negeri 13 Makassar merupakan milik pemerintah dengan

luas tanah 17693/ SHM dan luas bangunan 2975/SHM31

.

SMP Negeri 13 Makassar memiliki Visi yakni “membentuk manusia

cerdas spiritual, intelektual dan emosional yang berwawasan lingkungan sesuai

dengan nilai-nilai budaya daerah”, yang didukung dengan Misinya yaitu :

a. Menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan melalui pengalaman

ajaran agama yang dianut.

b. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam rangka

mengembangkan potensi siswa secara optimal.

31 Dokumentasi SMPN 13 Makassar pada tanggal 20 Maret 2020

Page 57: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

47

c. Menanamkan kedisiplinan dalam rangka pembentukan karakter bagi

seluruh warga sekolah.

d. Mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa dalam bidang akademik

maupun non akademik.

e. Menumbuhkan semangat dan kreatifitas dalam merenofasi bagi seliruh

warga sekolah.

f. Menumbuhkembangkan budaya bersih, rapi, indah, asri, dan peduli

lingkungan bagi seluruh warga sekolah.

g. Menanamkan anti korupsi dan anti narkoba bagi seluruh warga sekolah.

h. Melestarikan nilai-nilai budaya daerah dan budaya bangsa bagi peserta

didik.

i. Membudayakan senyum, salam, sapa, sopan, santun, semngat dan sepenuh

hati bagi seluruh warga sekolah.

j. Menerapkan manajeman berbasis sekolah yang partisipatif, transparan dan

akuntabel dengan melibatkan selruh kompenen sekolah32

.

2. Letak Geografis

Letak Geografis SMP Negeri 13 Makassar terletak di Jl. Tamalate VI

No.2, Kelurahan Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Sekolah

ini bertempat di belakang Kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar dan berada

ditengah pemukiman penduduk Tamalate VI. Lokasi SMP Negeri 13 Makassar

termasuk yang strategis karena berdekatan dengan SDN, SMPN lainnya,

SMAN dan Universitas. SMP Negeri 13 Makassar karena letaknya

32 Dokumentasi SMPN 13 Makassar pada tanggal 20 Maret 2020

Page 58: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

48

berdekatan dengan Dinas Pendidikan Kota Makassar dan memiliki ruangan guru

yang luas maka sering digunakan sebagai tempat pertemuan/rapat Dinas

Pendidikan Kota Makassar sepulang siswa sekolah33

.

3. Organisasi dan Kepengurusan

Struktur organisasi dan kepengurusan SMP Negeri 13 Makassar sebagai

berikut:

Kepala Sekolah

Drs. Ramli, M.Pd

Wakil Kepala Wakil

Kepala

Sekolah Kesiswaan Sekolah

Kurikulum

Ismuddin, S.Pd Rosmini, S.Pd

Kepala

TU

Astati Amir, S. Sos

Kepala BK

Radiawati,S.Pd

Kepala Perpustakaan Kepala Laboratorium

Dra. Husnah

IPA

Asmawati, S.Pd

Wali kelas VII, VIII,

dan IX

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMPN 13 Makassar

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Jumlah pendidik di SMP Negeri 13 Makassar sebanyak 60 orang guru

mata pelajaran termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah dan

beberapa bertindak sebagai wali kelas untuk 30 rombel kelas. Sebagian guru

33 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020

Page 59: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

49

juga memiliki jabatan sebagai kepala perpustakaan, kepala koperasi, kepala

kantin, kepala laboratorium IPA dan Kepala Laboratorium Komputer,

Pembina Pengurus Mushalla, Pembina pengurus Aula Kesenian, dan beberapa

Pembina Ekstrakulikuler.

Jumlah Tenaga kependidikan terdiri atas Staff Tata Usaha dan Petugas

keamanan sekolah. Jumlah Staff Tata Usaha yang mengurus Administrasi

sekolah sebanyak 10 orang dan jumlah petugas keamanan sekolah sebanyak 5

orang34

.

5. Peserta Didik

Jumlah peserta didik SMP Negeri 13 Makassar tahun pelajaran

2019/2020 sebanyak 1070 siswa, dengan perincian:

a. Jumlah siswa kelas VII berjumlah 396 siswa terdiri dari 157 peserta didik

putra dan 239 peserta didik putri, masing-masing sebanyak 10 rombel

terdiri atas 36 siswa.

b. Jumlah siswa kelas VIII berjumlah 358 siswa terdiri dari 155 peserta didik

putra dan 203 peserta didik putri, masing-masing sebanyak 10 rombel

terdiri atas 34/36 siswa.

c. Jumlah siswa kelas IX berjumlah 346 siswa terdiri dari 165 peserta didik

putra dan 181 peserta didik putri, masing-masing sebanyak 10 rombel

terdiri atas 34/35 siswa35

.

6. Sarana dan Prasarana

34 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020

35 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020

Page 60: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

50

Sarana dan prasarana yang tersedia di SMP Negeri 13 Makassar termasuk

lengkap sehingga dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar

yang kondusif. Adapun sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 13

Makassar antara lain:

a. Terdapat 30 ruang kelas yaitu: kelas VII sebanyak 10 kelas, kelas VIII

sebanyak 10 kelas, dan kelas IX sebanyak 10 kelas

b. Terdapat ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang

kurikulum, ruang guru, ruang staff tata usaha, ruang BK, UKS, ruang 10

K, Koperasi, kantin, gudang, toilet, pos satpam dan parkir guru, dan

kolam ikan.

c. Terdapat tempat penunjang pembelajaran diantaranya: perpustakaan,

Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa,

lapangan basket, lapangan Volly, lapangan bola, rumah kaca, taman baca,

Mushola beserta tempat wudhu

d. Ruang penunjang kegiatan ekstrakurikuler, seperti sanggar pramuka,

markas PMR, ruang OSIS dan Aula Kesenian36.

7. Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan pada pembelajaran di SMP Negeri 13

Makassar adalah Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013/ 2014. Kurikulum

2013 di SMPN 13 Makassar diterapkan secara utuh mulai dari RPP, buku

cetak berbasis K13, proses belajar mengajar dalam kelas, dan proses evaluasi.

36 Dokumentasi SMPN 13 Makassar Pada Tanggal 20 Maret 2020

Page 61: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

51

Kurikulum 2013 juga selalu mengalami revisi sehingga setiap pergantian

revisi maka diikuti dengan penggantian RPP, buku cetak yang dibagikan ke

siswa, serta penilaian.

8. Evaluasi

Penerapan kurikulum 2013 di SMP Negeri 13 Makassar mengharuskan

evaluasi pembelajarannya pun harus berbasis K13 yaitu setiap kali pertemuan

dilakukan penilaian baik dalam bentuk tes maupun non tes serta adanya

penilaian karakter pada setiap mata pelajaran.

B. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang penanaman nilai-nilai

pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

13 Makassar. Hasil penelitian diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan di

sekolah, khususnya pada saat pembelajaran Agama Islam berlangsung.

Wawancara dan pengamatan yang dilakukan telah menemukan nilai-nilai

pendidikan karakter di SMP Negeri 13 Makassar. Proses pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Penanaman nilai-nilai pendidikan

karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar.

1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di SMP Negeri 13 Makassar

Dalam Permendikbud Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter

pada Satuan Pendidikan, pasal (2) ayat (1) dinyatakan bahwa Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila

Page 62: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

52

dalam pendidikan karakter terutama nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin,

bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini

sebagaimana dimaksud pada ayat tersebut merupakan perwujudan dari 5 (lima)

nilai utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian,

gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.

Menurut guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar dari

hasil wawancara bahwa dalam pembelajaran Agama Islam pada tiga tingkatan

kelas, guru agama Islam memiliki tujuan pembelajaran Agama Islam yang

dirumuskan pada komptetensi spiritual yang tercantum dalam Perencanaan

Pembelajarannya. Implementasi nilai spiritual yang diterapkan oleh guru Agama

Islam secara umum diklasifikasi ke dalam beberapa kategori, yakni nilai aqidah,

ibadah, dan akhlak.

a. Nilai Aqidah

Nilai aqidah terdiri dari 4 (empat) nilai karakter Islam, yaitu nilai religius,

tanggungjawab, toleransi, dan jujur, dan masing-masing nilai karakter tersebut

memiliki indikator.

1) Nilai Religius

Nilai religius merupakan konsep mengenai penghargaan tinggi yang

diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam

kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga dijadikan pedoman bagi tingkah

laku keagamaan warga masyarakat yang bersangkutan. Makna religiusitas

Page 63: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

53

lebih luas (universal) daripada agama, karena agama terbatas pada ajaran-ajaran

atau aturan-aturan, berarti ia mengacu pada agama (ajaran) tertentu. Nilai religius

dapat berkaitan dengan hubungan manusai dengan Tuhannya, hubungan sesama

manusia, hubungan manusia dengan alam atau lingkungan, serta yang berkaitan

dengan pendidikan keagamaan.

Hasil wawancara dari 4 guru agama Islam, rata-rata menyatakan bahwa

nilai riligius selalu menjadi prioritas untuk ditanamkan kepada peserta didik

dalam setiap pembelajaran. Guru menambahkan bahwa kompetensi spiritual aspek

religius harus sejalan dengan penanaman kompeteni pengetahuan kepada peserta

didik. Hal ini tampak pada kutipan wawancara dua orang guru Agama Islam di SMP

Negeri 13 Makassar, yaitu (Muslihati guru Pendidikan Agma Islam kelas IX, 11

Maret 2020)

“Jika yang berkaitan dengan penanaman nilai karakter religius, saya kira itu

menjadi program dan tujuan utama kita sebagai guru agama Islam. Namanya

pelajaran Agama Islam, ya tentu harus berbasis religi, atau keislaman, dan itu

tanggung jawab kita sebagai guru untuk mengajari dan menanamkannya

kepada peserta didik agar dapat berguna bagi orang-orang di sekitarnya

kelak.”

Kutipan wawancara dengan (Muammar,guru Pendidikan Agama Islam kelas VII,12 Maret 2020)

“Kalau saya, ya sebagai guru agama Islam punya tanggung jawab besar kepada anak didik kami untuk menanamkan nilai religius. Saya selalu

berupaya dan mengulang-ulangi di setiap pembelajaran bahwa kalian sebagai hamba harus selalu menjaga hubungan baik dengan Tuhan,

melaksanakan segala yang dianjurkannya dan menjauhi segala larangannya.

Adapun bentuk tindakannya biasanya dilakukan dalam praktik pembelajaran. Selalu juga mengajarkan kepada anak didik terutama anak

kelas VII bagaimana menjalin hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan alam atau lingkungan, serta yang berkaitan dengan

pendidikan keagamaan”.

Page 64: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

54

Data hasil waancara tersebut menunjukkan bahwa guru pendidikan agama

Islam di SMP Negeri 13 Makassar telah menanamkan nilai pendidikan karakter

religius pada peserta didiknya. Menurut guru sebagai responden bahwa mereka

merumuskan tujuan pembelajaran pada aspek kompetensi spiritual lebih utama

dengan tujuan menanamkan nilai karakter. Guru menyatakan pula bahwa

pembelajaran yang dilaksanakan harus mencerminkan pembelajaran agama Islam,

punya ciri khas dan tujuan yang berbeda dengan mata pelajaran lain.

Kutipan tersebut juga mengindikasikan wujud nilai pendidikan karakter

yang selalu ditanamkan oleh guru dalam pembelajaran agama Islam di SMP

Negeri 13 Makassar. Guru pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa tanggung

jawabnya kepada peserta didik sangat besar untuk membekalinya dalam

pengetahuan spiritual.

Dari hasil pengamatan saat pembelajaran agama Islam belangsung,

ditemukan wujud penanaman nilai karakter oleh guru terhadap peserta didiknya.

Nilai karakter yang ditanamkan sebagai wujud religiusitas adalah peserta didik

dibiasakan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran sebagai tampak pada

gambar berikut ini.

Page 65: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

55

Gambar 4.1 Aktivitas Peserta Didik Sebelum Memulai Pembelajaran Agama Islam

Gambar tersebut mencerminkan wujud penanaman nilai karakter religius

kepada peserta didik. Dalam kegiatan ini, peserta didik dituntut agar mampu

memahami dan meningkatkan intensitas hubungannya dengan Tuhan sebagai

Sang Pencipta melalui berdoa kepada-Nya agar segala sesuatu yang dilakukan

(belajar selama di sekolah) diberikan kemudahan, kelancaran, dan terutama

keberkahan sehingga bernilai ibadah untuk dunia dan akhirat.37

Gambar 4.2 Aktivitas Peserta Didik dalam Melaksanakan Salat Wajib

37

Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 13 Maret 2020 pada kelas IX 2

Page 66: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

56

Lebih lanjut, wujud penanaman nilai karakter religius kepada peserta didik

di SMP Negeri 13 Makassar tampak pada upaya guru meningkatkan kompetensi

spiritual peserta didik melalui kegiatan rutinitas salat, terutama salat berjamaah di

masjid sekolah ditambah salat sunnah lainnya. 38

Pada konteks lain, tampak wujud penanaman nilai karakter religius kepada

peserta didik melalui kegiatan keagamaan di sekolah, seperti mengikuti peringatan

hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi Besar Muhammad saw dan Isra Miraj.

Walaupun sifatnya kegiatan sekolah, tetapi hal ini diitegrasikan oleh guru sebagai

bagian pembelajaran agama Islam. Pada kegiatan ini, peserta didik diwajibkan

mengikuti semua rangkaian kegiatan dan guru memberikan tugas tertentu yang

bekaitan dengan materi, seperti meringkas materi ceramah, menuliskan hikmah

dari kegiatan tersebut, dan sebagainya.

2) Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan kemampuan bawaan makhluk hidup,

mewakili kehendak untuk dapat melaksanakan semua tugas dengan sebaik

mungkin dengan tujuan untuk mengembangkan rasa tanggung jawab dalam diri

peserta didik. Tangggung jawab juga diartikan sebagai sikap dan perilaku untuk

melaksanakan tugas dan kewajaiban sebagaimana seharusnya dilakukan terhadap

diri sendir, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam di

SMP Negeri 13 Makassar bahwa penanaman karakter bertangung jawab sering

38

Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 12 Maret 2020 pada kelas IX 2

Page 67: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

57

ditanamkan kepada peserta didik sebagaimana tampak pada kutipan wawancara

berikut ini.

(Muslihati guru Pendidikan Agma Islam kelas IX, 11 Maret 2020)

“Kita sebagai guru juga punya tanggung jawab, yakni mendidik peserta didik. Jadi,

bukan hanya peserta didik yang punya tanggung jawab di sekolah. Jika

pertanyaannya tentang apakah Anda sering menanamkan nilai karakter tanggung

jawab di sekolah, ya jawabannya pasti seringlah sebagaimana telah tertuang dalam

program pembelajaran atau RPP yang disusun oleh setiap guru. Dalam RPP sudah

tergambar karakter yang ingin ditanamkan kepada peserta didik. Dalam kaitannya

dengan karakter tanggung jawab, ada beberapa komponen yang perlu ditanamkan

kepada peserta didik, di antaranya menanamkan dalam dirinya tentang perlunya

memajukan diri sendiri, menjaga kehormatan diri, komitmen pada tugas-tugas, dan

tentunya adalah bertanggung jawab atas keberhasilan sekolahnya dengan mengikuti

proses belajar dengan baik untuk sebagai wujud bukti kepada orang tuanya.”42

Data wawancara tersebut menggambarkan bahwa karakter tanggung jawab

merupakan salah satu wujud karakter yang sering ditanamkan kepada peserta

didik di SMP Negeri 13 Makassar. Ada beberapa wujud karakter tanggung jawab,

seperti melatih peserta didik agar mampu memajukan diri sendiri, menjaga

kehormatan diri, komitmen pada tugas-tugas, dan tentunya adalah bertanggung

jawab atas keberhasilan sekolahnya dengan mengikuti proses belajar dengan baik

untuk sebagai wujud bukti kepada orang tuanya.

Pada gambar berikut ini juga menggambarkan bentuk penanaman karakter

tanggung jawab kepada peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar.

Page 68: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

58

Gambar 4.3 Diskusi Kelompok

sebagai Wujud Penanaman Karakter Tanggung Jawab

Pada gambar tersebut tampak kegiatan pembelajaran diskusi dalam belajar

Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar. Menurut guru bahwa konteks kegiatan

tersebut diharapkan dapat membentuk rasa tanggung jawab kepada peserta didik.

Ketika peserta didik belajar kelompok, semua memiliki beban tugas masing-

masing untuk diselesaikan. 39

3) Toleransi

Pada dasarnya, konsep toleransi erat hubungannya dengan sikap jiwa

terhadap segala sesuatu yang berbeda. Sikap jiwa yang dimaksudkan adalah sikap

untuk menghormati, menghargai, bertenggang rasa, dan memberi kesempatan

terhadap keberadaan segala sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di dalam

diri kita. Konsep toleransi juga mengandung arti sebagai suatu sikap untuk tidak

menghina, tidak mencela, tidak menghujat, tidak merasa benar sendiri, dan tidak

ingin menang sendiri dalam hidup bersama dengan komponen lain yang berbeda

dengan keberadaan kita. Saling hormat menghormati dalam kehidupan beragama.

39

Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 12 Maret 2020 pada kelas IX 1

Page 69: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

59

Toleransi di SMP Negeri 13 Makassar merupakan salah satu sikap dan

karakter unggul yang terus ditanamkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal

ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki sikap kepekaan terhadap sesama

dalam kehidupannya, terutama mampu menunjukkan sikap menghargai,

memberikan kebebeasan kepada sesama, memahami perbedaan suku, rasa, dan

agama sebagaimana tampak pada kutipan wawancara berikut ini.

(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 11 Maret 2020)

“Bertoleransi di sini sangat dianjurkan untuk dipahami oleh peserta didik.

Kita selalu mengajari untuk saling menghargai perbedaan. Di sekolah ini

ada beberapa agama, dari situ peserta didik diajari untuk menghargai

temannya yang beragama lain. Contohnya saja, kalau ada pembelajaran

agama mereka dizinkan untuk mengikuti pelajarannya. Dalam diskusi juga

diajarkan saling menghargai perbedaan pendapat. Jika terjadi perbedaan

argumen, peserta didik diajarkan untuk menghargai argumen tersebut, tidak

dengan saling menyalahkan.”

Kutipan wawancara tersebut mengindikasikan wujud penanaman karakter

toleransi di SMP Negeri 13 Makassar. Pada data wawancara tersebut, peserta

didik diajarkan dan ditanamkan karakter bertoleransi antarwarga sekolah untuk

menghargai perbedaan. Hal ini perlu ditanamkan mengingkat peserta didik

sebagai makhluk sosial yang kelak akan berbaur di tengah masyarakat yang

memiliki banyak fenomena dan perbedaan. Jadi, toleransi merupakan alat

penangkal perbedaan dan fenomena tersebut.

4) Jujur

Di era milenilai saat ini, kejujuran bukan lagi hal tabuh. Banyak tontonan

di berbagai media yang ditampilkan oleh orang-orang dari kalangan masyarakat,

mulai kalangan politis sampai akademisi sekalipun. Mengumbar janji dan harapan

Page 70: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

60

manis yang endingnya akan bermuara pada harapan palsu. Dalam fenomena ini,

terdapat indirect education yang akan ditiru oleh para generasi muda dengan

mencoba melakukan hal yang sama atau sudah menyimpan di memori bahwa

mengumbar janji itu tidak dilarang. Padahal, sesungguhnya janji itu adalah utang.

Seperti yang disampaikan marzuki “……Adapun perilaku anti karakter bangsa

diantaranya ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa

Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan, serta ditandai dengan

munculnya berbagai kasus kriminal” (Marzuki, 2013).

Di SMP Negeri 13 Makassar, pembelajaran agama Islam atau

pembelajaran lain tentunya mengemban tujuan spiritual untuk menanamkan

karakter jujur pada peserta didik. Sebagaimana tampak pada kutipan wawancara

seperti yang dikatakan guru (Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII,

12 Maret 2020) menyatakan bahwa

“Pada kompetensi inti tiap mata pelajaran, telah tertulis nyata bahwa

peserta didik harus mampu memahami dan memiliki karakter jujur dalam

kehidupannya. Bukan hanya karena telah termuatnya dalam kompetensi

inti, saya sebagai guru agama punya tugas dan tanggung jawab moral untuk

membentuk perilaku anak didik saya menjadi lebih baik, terutama jujur.

Saya sering sampaikan bahwa kebaikan seseorang dilihat dari kejujurannya,

karenanya jangan sekali-kali hianati kejujuran itu”.

Dan juga wawancara dengan (Muammar, guru Pendidikan Agama Islam

kelas VII, 11 maret 2020)

“Hampir setiap aktivitas belajar selalu ditanamkan sikap dan karakter jujur

kepada peserta didik. Saat ujian, mengerjakan tugas agar sesuai dengan

kemampuannya, tidak menyontek, dan sebagainya. Ketika berada di rumah,

bersikap jujurlah kepada orang tua kalian, di kantin sekolah, dan

sebagainya”.

Kedua kutipan tersebut menggambarkan penanaman karakter jujur kepada

peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar.

Page 71: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

61

kepada peserta didik. Kejujuran adalah salah satunya sebagai cerminan identitas

pribadi seseorang. Berbagai bentuk upaya guru dilakukan untuk membentuk

karakter jujur bagi peserta didiknya. Pembelajaran di kelas merupakan momentum

paling tepat sebagai proses pembentukan karakter jujur dengan melatih peserta

didik berikap jujur saat menempuh ujian atau mengerjakan tugas individu.

b. Nilai pendidikan karakter

Nilai pendidikan karakter dalam penelitian ini terdiri dari 7 (tujuh) nilai

karakter Islam, yaitu menghargai prestasi, peduli sosial, peduli lingkungan, gemar

membaca, rasa ingin tahu, mandiri, dan kerja keras/ketekunan.

1) Prestasi

Salah satu karakter yang dibangun di SMP Negeri 13 Makassar optimis

untuk berprestasi. Optimis membentuk karakter peserta didik yang memiliki daya

juang tinggi, tidak mudah menyerah dalam meraih prestasi. Bila dalam suatu

kegiatan seorang peserta didik mengalami kegagalan, anak yang tangguh adalah

segera bangkit kembali untuk melakukan aktivitas menuju keberhasilan.

Optimistis membimbing peserta didik memiliki keyakinan bila mau bekerja

dengan sungguh-sungguh akan memperoleh keberhasilan. Apa-apa yang telah

dikerjakan dengan sungguh-sungguh pasti akan membawa manfaat bagi dirinya

sendiri. Hasil wawancara penanaman karakter berprestasi tampak pada kutipan

berikut ini.

(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Masalah memang bukan hal muda, tidak semua peserta didik punya

potensi untuk berprestasi karena faktor latar belakang sosial budaya serta

strata ekonomi dan pendidikan orang tuanya. Namun, saya sebagai guru

sangat punya ekspektasi tinggi agar semua anak didik saya bisa berprestasi

Page 72: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

62

dalam segala bidang. Setiap mengawali dan mengakhiri pembelajaran,

saya selalu memberikan ilustrasi dan pandangan tentang orang sukses

melalui biografinya. Kesuksesan tokoh tersebut karena dipengaruhi oleh

salah satunya adalah prestasinya. Hal ini saya sampaikan kepada anak

didik saya sebagai bentuk motivasi.”

(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Peserta didik selalu diikutkan dalam berbagai event dan kegiatan yang

sifatnya perlombaan untuk menguji kemampuan dan mencari pengalaman.

Melalui kegiatan tersebut, peserta didik akan berupaya maksimal untuk

menunjukkan prestasinya.”

Data kutipan tersebut menggambarkan bentuk nilai karakter yang

ditanamkan di SMP Negeri 13 Makassar. Berprestasi merupakan karakter yang

didambakan oleh smeua sekolah agar peserta didiknya dapat meraih prestasi yang

gemilang sebagai gambaran kebanggaan sekolah. Salah satu cara yang dilakukan

adalah melalui pembiasaan dalam mengikuti tantangan dalam bentuk perlombaan.

2) Peduli sosial

Peduli sosial adalah sikap dan perbuatan mencerminkan kepedulian

terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Kepedulian

tercermin pada kemampuan individu memperlakukan orang lain dengan sopan,

bertindak santun, tidak menyakiti orang lain, tidak mengambil keuntungan dari

orang lain, dan sebagainya.

Peduli sosial merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada setiap

anak, agar dapat mengapresiasi karya seni dan budaya secara maksimal. Hal ini

Page 73: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

63

akan menjadi modal dasar anak menjadi manusia yang berkarakter,

berkepribadian berdasarkan Pancasila.

Gambar 4.4 Kegiatan Sosial Tukar Beras

dari Hasil Pengumpulan Sampah

Gambar 4.4 tersebut menampilkan aktivitas kepedulian sosial peserta didik

di SMP Negeri 13 Makassar. Peserta didik selalu diajari dan dibiasakan

mengumpulkan sampah dan dari pengumpulan sampah tersebut ditukar dengan

barang berharga. Hal ini mencerminkan penanaman karakter kepedulian sosial.

Melalui kegiatan ini, peserta didik akan memahami bahwa menukar barang

berharga dari hasil jerih payah seseorang merupakan bentuk kepedulian sosial.40

3) Peduli lingkungan

Karakter peduli lingkungan merupakan karakter yang wajib

diimplementasikan bagi sekolah di setiap jenjang pendidikan. Semua warga

sekolah harus mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan dengan cara

meningkatkan kualitas lingkungan hidup, meningkatkan kesadaran warga sekolah

tentang pentingnya peduli lingkungan serta mempunyai inisiatif untuk mencegah

40

Observasi proses kegiatan belajar mengajar pada tanggal 12 Maret 2020 pada kelas IX 1

Page 74: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

64

kerusakan lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan ditanamkan sejak dini kepada

peserta didik sehingga dapat mengelola secara bijaksana sumber daya alam yang ada di

sekitar,Barnadib (1999 : 120) menyatakan bahwa “Barnadib mengemukakan bahwa

lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang bertanggung jawab atas

pembentukkan kepribadian, kasih sayang, kelakuan, perhatian, bimbingan, kesehatan dan

suasana rumah”.

Berikut ini dokumentasi kepedulian lingkungan yang sering ditanamkan oleh guru SMP

Negeri 13 Makassar.

Gambar 4.5 Kegiatan Kebersihan Lingkungan Sekitar Sekolah

Gambar 4.6 Kegiatan Kebersihan Lingkungan dalam Sekolah

Data tersebut menunjukkan karakter kepedulian lingkungan peserta didik.

Melalui pembiasaan kerja bakti dan menanam tanaman merupakan bentuk

kepedulian lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat. Tampak peserta dengan

Page 75: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

65

arahan dan bimbingan guru membersihkan lingkungan masyarakat sekitar sekolah

dan lingkungan sekolah itu sendiri. 41

Pada hasil wawancara dengan salah seorang guru di SMP Negeri 13 Makassar

bahwa kepedulian lingkungan sering dilakukan: (Rosdiawati, guru Pendidikan

Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Peserta didik selalu ditanamkan agar mau mencintai lingkungan

sekitarnya, merawatnya, membersihkan dan menghijaukan kembali. Setiap

hari Jumat ada disebut Jumat bersih. Di situ semua peserta didik melakukan

pembersihan di sekitar lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan tentu untuk

menumbuhkembangkan kepekaan peserta didik terhadap sekitarnya”

Penanaman karakter peduli lingkungan pada dasarnya membantu guru

dalam penanaman karakter peserta didik tentang kepedulian mereka terhadap

lingkungan. Pendidikan karakter peduli lingkungan dapat menjadi tolok ukur

kepedulian serta kepekaan peserta didik kepada lingkungannya. Kepedulian dan

kepekaan peserta didik terhadap lingkungan akan suasana belajar mengajar yang

sehat dan nyaman. Lingkungan sekolah atau suasana belajar mengajar yang sehat

dan nyaman dapat meningkatkan prestasi dan kreativitas peserta didik.

4) Gemar Membaca Melalui Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah salah satu program Kemendikbud

RI. Program ini dicetuskan oleh mantan Mendikbud RI Anies Baswedan. Program

ini lahir untuk memperkuat Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 Tentang

Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satunya adalah upaya penumbuhan budaya

literasi pada peserta didik dengan cara membaca buku non pelajaran selama 15

menit sebelum pelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah merupakan kemampuan

41Observasi proses kegiatan sebelum pembelajaran pada tanggal 12 Maret 2020 pada setiap kelas.

Page 76: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

66

mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai

aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. GLS

berupaya menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya

literat melalui pelibatan publik.

Karakter gemar membaca sebagai bentuk literasi, rutin dilaksanakan di

SMP Negeri 13 Makassar seperti tampak pada dokumentasi kegiatan berikut ini.

Gambar 4.7 Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi

Gambar 4.8 Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi

Gambar 4.7 dan 4.8 menunjukkan implementasi gerakan literasi sekolah

melalui kegiatan membaca. Kegiatan ini dilakukan selama 15 menit sebelum

Page 77: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

67

pembelajaran dimulai. Setting pelaksanaannya berlangsung di depan kelas

masing-masing. Setiap peserta didik melakukan keterampilan informasi atau

membaca untuk mendapat informasi terbarukan. Kegiatan ini bertujuan

menumbuhkan semangat kebiasaan membaca bagi generasi muda. Kegiatan ini

merupakan program sekolah agar yang ingin menciptakan semua warga sekolah

yang literat. 42

Pada konteks lain, upaya menumbuhkan kegemaran membaca juga

dilakukan oleh setiap guru mata pelajaran. Peserta didik digiring untuk mengakses

informasi melalui membaca di perpustakaan pada waktu tertentu sebagai

penunjang materi pembelajaran yang sedang diajarkan. Perhatikan gambar berikut

ini!

Gambar 4.9 Kegiatan Literasi Baca di Perpustakaan

Pada gambar tersebut tampak kegiatan berliterasi baca di perpustakaan

sekolah. Peserta didik mengakses berbagai informasi dengan membaca buku

42

Observasi proses pembelajaran di kelas VII 1 pada tanggal 11 Maret 2020.

Page 78: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

68

terbaru yang ada di perpustakaan. Menurut guru bahwa literais baca sangat

penting dilakukan pada setiap pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk

memperdalam materi yang sedang dipelajari dengan memperbanyak sumber dan

referensi bacaan.

5) Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu (curiosity) merupakan keinginan untuk menyelidiki dan amencari

pemhaman terhadap rahasia alam. Rasa ingin tahu senantiasa akan memotivasi diri untuk

terus mencari dan mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu

pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan belajar. Rasa ingin tahu akan

memperlihatkan sikap dan tindakan yang selalu berusaha untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya.

Dalam pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, guru selalu

menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik dengan membangkitkan emosi untuk terus

bereksplorasi, investigasi, dan belajar. (Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas

IX, 13 Maret 2020)

“Menurut saya, karakter rasa ingin tahu memang harus terus ditumbuhkan dan

ditanamkan kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan amanah dalam

kurikulum 2013 dan konsep pembelajaran abad 21. Dalam pembelajaran abad

21, peserta didik aktif, kreatif, dan inovatif dengan terus mencari dan mencari

sesuatu yang baru. Namun, perlu diingat bahwa guru juga harus terampil dan

kreatif menciptakan pembelajaran yang bisa menggiring peserta didik untuk

terus aktif bereksplorasi dengan konsep kelas yang menyenangkan”.

(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 11 Maret 2020)

“Rasa ingin ditanamkan kepada peserta didik dengan menuntun dan

membimbing untuk terus bertanya dan bertanya saat pembelajaran

berlangsung, memberikan stimulus yang bersumber dari berbagai media

Page 79: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

69

informasi, seperti TV, koran, akun jejaring sosial media, dan sebagainya.

Dari situ nanti kembali ke kelas untuk mendiskusikannya”.

Pada kutipan tersebut, tampak bawa suasana kelas dapat membuat peserta didik

bertanya tentang materi pelajarannya termasuk keberanian menyampaikan temuan konsep

ilmu yang baru saja didapat dari membaca. Menanyakan sesuatu tentang kondisi sosial

lingkungan yang terjadi tentang info terkini yang didapatnya dari berbagai sumber Koran,

radio, TV, atau teman dijejaring sosialnya.

Pada gambar berikut ini juga menampilkan aktivitas keingintahuan peserta didik

dalam pembelajaran.

Gambar 4.10 Aktivitas Peserta Didik di Luar Kelas untuk Merumuskan

Masalah Pembelajaran dalam Kaitannya dengan Lingkungan Sekitar

Pada aktivitas gambar 4.10 tersebut menampilkan rasa keingintahuan

peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Melalui kegiatan

pembelajaran field trip, peserta didik menggali masalah yang sedang dipelajari

dengan mengaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar. Peserta didik belajar

Page 80: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

70

bersama secara berkelompok dan saling bekerja sama dalam menelusuri dan

mengeksplor materi dengan bimbingan guru. 43

6) Mandiri

Karakter mandiri adalah pendidikan yang membentuk akhlak, watak, budi

pekerti, dan mental manusia agar hidupnya tidak tergantung atau bersandar

kepada pihak-pihak lain, tidak bergantung pada bantuan orang lain.Seperti yang

dikatakan (T.Ramli,2003) Menurutnya pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya

adalah untuk membentuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang

baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Karakter mandiri mendorong

dan memacuseseoranguntuk memecahkan sendiri persoalan hidup dan cara

kehidupannya,sehingga dia termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi,

berinovasi, proaktif danbekerja keras. Pendidikan budi pekerti mandiri memacu

keberanian seseoranguntuk berbuat atau bereaksi, tidak pasrah dan beku, tetap

dinamis, energik danselalu optimis menuju ke masa depan.

Pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar menuntut peserta

didiknya untuk memiliki kemandirian, baik kemandirian belajar, aktivitas hidup,

dan kegiatan persoalitas peribadinya yang lain.

(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 13 Maret 2020)

“Kita sebagai guru harus selalu mendidik peserta didik kita untuk mandiri,

tidak selalu bergantung pada orang lain. Diajarkan untuk selalu berusaha

sendiri terlebih dahulu”. Untuk anak usia SMP, minimal mereka harus

terbiasa belajar mandiri, mengurus diri sendiri tanpa harus selalu bantuan

orang tua, misalnya berangkat sekolah, mengurusi pakaian di rumah,

makanan di rumah, dan sebagainya”.

(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 13 Maret 2020)

“Dalam pembelajaran, kadang kita memberikan tugas yang harus

dikerjakan sendiri tanpa harus kerja kelompok. Jadi, ini juga membiasakan

peserta didik bekerja mandiri”.

43

Observasi proses pembelajaran di kelas VII 1 pada tanggal 11 Maret 2020.

Page 81: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

71

Pada kutipan tersebut, tampak usaha guru menanamkan kemandirian bagi

peserta didiknya melalui berbagai cara, terutama dalam proses pembelajaran agama

Islam. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik setelah tamat sekolah ia akan

menggunakan ilmunya untuk menciptakan sendiri dan menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat.

Pada gambar berikut ini mencerminkan penanaman kemandirian kepada

peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar dalam proses belajar mengajar.

Gambar 4.11 Aktivitas Pesserta Didik Mengerjakan Tugas

Secara Individu

Guru terus berupaya menumbuhkan jiwa kemandirian bagi peserta

didiknya dengan membiasakan belajar tanpa bantaun teman-temannya, tidak

melulu kerja kelompok. Pada gambar tersebut tampak jarak tempat duduk

antarpeserta didik dengan peserta didik lainnya dalam mengerjakan tugas belajar.

Hal ini mengindikasikan bahwa guru membiasakan peserta didiknya untuk

mandiri.44

44

Observasi proses pembelajaran di kelas VII 1 pada tanggal 11 Maret 2020.

Page 82: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

72

7) Kerja Keras

Kerja keras merupakan sikap pantang menyerah untuk melakukan sesuatu,

tidak mengeluh dan selalu berusaha walaupun banyak rintangan dan tetap

berusaha untuk mencapainya. Kerja keras juga diartikan sebagai perilaku atau

tindakan yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai

hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Pada pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar, peserta didik harus

memiliki semangat dan pantang menyerah untuk menyelesaikan tugas dari guru.

Sikap ini terus ditanamkan kepada peserta didik dalam menghadapi suatu hal

sebagaimana tampak pada kutipan wawancara berikut ini.

(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, 11 maret 2020)

“Rata-rata dalam setiap pembelajaran, kita sebagai guru senantiasa selalu

mendidik anak kita agar cepat putus asa, terutama tidak cengeng, apalagi anak usia SMP kelas VII yang kadang masih membawa sifat kekanak-

kanakannnya waktu SD. Sedikit-sedikit ngambek, putus asa, tidak mau mengerjaka tugas, dan sebagainya. Di kelas VII selalu banyak yang masih

manja, kalau tugasnya tidak bisa diselesaikan, kadang dibiarkan atau ditinggalkan.”.

(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, 11 maret 2020)

“Usia SMP adalah masa di mana anak harus lebih tanamkan nilai kerja keras. Anak sudah harus memahami hakikat dari kerja keras, walaupun kadang ada anak yang tau konsepnya tetapai belum bisa menerapkannya. Maklum, anak usia SMP masih sangat labil dan sangat sulit untuk mengontrol emosinya. Sering ditemukan terutama anak perempuan, apalagi

yang memiliki riwayat manja-manja dari rumahnya, kadang sangat sulit melaksanakan sesuatu yang diperintahkan. Istilahnya adalah mau-maunya. Jadi anak demikian harus terus dimotivasi dan diberi penghargaan agar mau melakukan sesuatu, termasuk mengerjakan tugassekolah”.

Page 83: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

73

(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Pada saat pembelajaran, khususnya mengerjakan tugas, kadang ada peserta didik tiba-tiba termenung atau diam ditempat, atau acuh ketika

merasa sulit mengerjakan tugas yang diberikan. Hal demikian harus terus dipacu dan dibimbing agar mau dan mau terus bekerja menyelesaikan

tugas sampai akhir. Kita sebagai guru harus melakukan komunikasi secara

kontinyu, karena kalau tidak direspons justru semakin menjadi-jadi. Artinya, menumbuhkan semangat kerja keras harus memperhatikan anak.

Sesungguhnya anak usia SMP sangat butuh perhatian saat belajar di kelas”.

Kutipan tersebut mengindikasikan proses penanaman karakter kerja keras

bagi peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar. Penanaman karakter kerja keras

dilakukan dengan bimbingan, tuntunan, arahan, pujian, dan perhatian. Reward

menjadi daya tarik bagi anak usia SMP untuk mengerjakan tugas sehingga guru

harus memahami karakteristik peserta didik jika ingin mengubah karakternya.

c. Nilai Akhlak

Nilai akhlak terdiri dari 3 (tiga) nilai karakter Islam, yaitu disiplin,

komunikatif, dan demokratis.

1) Disiplin

Disiplin merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian

dalam hidupnya, perilaku itu tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan

dan pengalaman. Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar

mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka

Page 84: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

74

sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka

akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.

Gambar 4.12 Aktivitas Peserta Didik Setiap Hari dengan Antre

dan Mengatur Barisan untuk Bersalaman dengan Guru

Konteks tersebut menggambarkan wujud kedisiplinan yang ditanamkan

oleh guru kepada peserta didik. Setiap hari tampak peserta didik berbaris dan antre

bersalaman dengan guru. Setiap peserta didik wajib melakukan kegiatan ini setiap

hari saat memasuki area sekolah. Hal ini berupakan pembiasaan yang harus

Page 85: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

75

dilakukan guna membentuk jiwa kedisiplinan bagi anak didik45

. Hal ini sejalan

dengan hasil wawancara dengan guru agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar

seperti berikut:

(Muslihati guru Pendidikan Agama Islam kelas IX, 13 Maret 2020)

“Salah satu program sekolah yang juga menjadi tujuan kami di

pembelajaran agama adalah bagaimana mendisiplinkan peserta didik sebagai cerminan nilai akhlak mereka. Kami selaku guru agama terus

berupaya mendidik anak kami agar memiliki akhlak yang baik dengan

menunjukkan perilaku disiplin di sekolah, di rumah, dan di tengah-tengah masyarakat. Salah satu caranya adalah membiasakan peserta didik teratur

dan disiplin setiap hari, datang tepat waktu di sekolah dan jangan lupa berbaris rapih bersalaman dengan para guru di pelataran sekolah”

Pada kutipan tersebut, dapat dinyatakan bahwa guru senantiasa selalu

menanamkan nilai akhlak mulia kepada peserta didiknya dengan membimbing

dan mengarahkan untuk berlaku disiplin stiap saat di sekolah agar kelak dapat

ditunjukkan dalam kehidupannya di mana saja mereka berada.

2) Komunikatif

Komunikatif merupakan keterampilan kecakapan verbal maupun

nonverbal yang dimiliki oleh individu dalam menjalin interaksi dengan invidu

lain. Komunikatif menunjukkan kerahaman (humble) seorang individu dalam

merespons stimulus di sekitarnya. Pada konsep lain, komunikatif sebagai wujud

keterampilan berbicara dan berpikir kritis untuk menanggapi suatu permasalahan.

Pada pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, peserta

didik selalu dibiasakan untuk tampil di depan umum untuk menyampaikan

argumen sebagai wujud penanaman karakter komunikatif dan percaya diri. Peserta

45

Observasi Siswa SMPN 13 Makassar sebelum memasuki sekolah 16 Maret 2020.

Page 86: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

76

didik dibiasakan menyampaikan argumen dan pendapat dalam bentuk pertanyaan

dan pernyataan melalui kegiatan diskusi sebagaimana tampak pada gambar

berikut ini.

Gambar 4.13 Peserta Didik Tampil Menyampaikan Pendapat

di Depan Peserta Didik Lainnya

Pada gambar tersebut tampak perwujudan nilai karakter komunikatif pada

pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar. Pada konteks tersebut, peserta didik

dibiasakan tampil di depan peserta didik lainnya melakukan presentasi tugas dan

menyampaikan argumen dan pendapatnya. Pada sisi lain, peserta didik lainnya

mengajukan tanggapan, kritik, saran, dan pertanyaan. Proses ini merupakan

gambaran penanaman karakter komunikatif. 46

Proses pembelajaran untuk menanamkan karakter komunikatif ini

didampingi oleh guru dengan maksud agar isi dan konten komunikasi yang

disampaikan oleh peserta didik mengandung nilai dan kesantunan berbahasa dan

tidak asal berargumen. Jadi, proses penanaman karakter komunikatif tetapi

46

Observasi Proses Pembelajaran Peserta didik di kelas IX 3 pada tanggal 13 Maret 2020.

Page 87: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

77

menganut prinsip kesantunan berbahasa agar maksud yang disampaikan oleh

peserta didik berterima bagi komunikan lainnya.

3) Demokratis

Demokrasi adalah memberikan kekuasaan, tempat kepada individu untuk

berperan dalam sebuah minat atau keinginan. Pembelajaran yang demokratis dan

humanis dinyatakan bahwa karakter yang terbentuk melalui pendidikan

demokratis merupakan model pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip

demokrasi yaitu pendidikan yang menghargai perbedaan pendapat, kebebasan

untuk mengaktualisasi diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing di

dalam perwujudan diri sendiri, pendidikan yang membangun moral dan

pendidikan yang semakin mendekatkan diri pada sang pencipta.

Penanaman nilai demokratis di SMP Negeri 13 Makassar sering dilakukan

oleh guru sebagaimana tampak pada kutipan waancara berikut ini.

(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Menurut saya, rata-rata guru di sini memiliki tujuan yang sama, yakni

mendidik dan membiasakan peserta didik agar menunjukkan sikap akhlak

mulia termasuk demokratis dengan mengajari untuk menghargai pendapat

orang lain saat berdebat dan diskusi materi, mengajari menyampaikan kritik,

mengajari diskusi atau belajar kelompok dan bermusyawarah dalam belajar,

berembuk saat ada pembagian tugas kelompok, dan sebagainya.”

Kutipan tersebut sejalan dengan aktivitas pada gambar berikut ini

tentang pembentukan karakter demokratis di SMP Negeri 13 Makassar. Pada saat

pembelajaran berlangsung, guru memiliki banyak teknik penanaman karakter

demokratis di kelas. Salah satunya adalah kooperatif learning. Dalam model ini,

Page 88: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

78

peserta didik digiring untuk belajar bersama, berkelompok, berdemokratis,

menghargai, menerima pendapat.

Gambar 4.14 Model Penanaman Nilai Aklak Demokratis melalui Rembuk, Diskusi, dan Musyawarah

Pentingnya sikap demokratis dimiliki oleh peserta didik, membuat peserta

didik SMP Negeri 13 Makassar turut serta dalam menumbuhkan sikap tersebut.

Selain itu, untuk mewujudkan misi sekolah di antaranya menanamkan akhlakul

karimah dan membuka cakrawala pandang sebagai bagian dari masyarakat dunia

serta menanamkan toleransi. Bahkan, pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar

jauh lebih efektif, tidak hanya penggunaan metode Timed Pair Share atau teknik

Time Token Arend namun juga menggunakan metode debate, atau bahkan

bermain peran. Penggunaan metode yang bervariatif dengan mengembangkan

materi yang dikemas menjadi menarik ternyata memang benar dapat

menumbuhkan sikap demokratis dengan baik.47

2. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar

47

Observasi Proses Pembelajaran Peserta didik di kelas IX pada tanggal 13 Maret 2020.

Page 89: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

79

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan

interaksi antara partisipan di kelas (guru dengan peserta didik dan peserta didik

dengan peserta didik). Dalam proses pembelajaran, terdapat transfer ilmu

pengetahuan dari guru atau sumber lain kepada pererta didik yang dapat

mengubah karakter dan cara pandangnya.

Proses pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar dilakukan dengan mengemban tujuan dan kompetensi yang harus

dikuasai oleh peserta didik. Tujuan dan kompetensi tersebut yakni peserta didik

memiliki sikap spiritual, pengetahuan, dan keterampilan. Pelaksanaan

pembelajaran mengacu pada alokasi waktu pembelajaran agama Islam, yakni

3x40 menit per minggu.

Guru memiliki kreativitas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan mendesain dua setting pembelajaran yakni ruang kelas dan masjid

sekolah. Pembelajaran di kelas jika materi pembelajaran pengetahuan dan apabila

pembelajaran keterampilan rata-rata dilaksanakan di masjid sekolah karena lebih

berorientasi pada praktik, misalnya praktik salat, adzan, dan sebagainya.48

Berikut ini disajikan proses pembelajaran Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar pada tiga tingkatan kelas (kelas VII, VIII, dan IX). Pembelajaran

diamati masing-masing 1 pekan dengan alokasi waktu dua kali pertemuan.

48

Observasi Proses Pembelajaran Peserta didik di kelas IX pada tanggal 13 Maret 2020.

Page 90: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

80

Tabel 4.1 Pengamatan Proses Pembelajaran Agama Islam di Kelas VII

SMP Negeri 13 Makassar

NO Kegiatan Yang Diamati Pertemuan Pertemuan

I II

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Kegiatan pendahuluan

Guru membuka pelajaran √ √ dengan mengucapkan

salam

Guru mengarahkan √ √ peserta didik membaca

artikel sebagai bentuk

LITERASI

Guru mengecek keadaan √ √ fisik dan psikis peserta

didik

Guru melakukan √ √ apersepsi/ motivasi

dengan menampilkan

video motivator

Mengecek kesiapan √ √ peserta didik mengikuti

pembelajaran di kelas

Memberi pertanyaan √ √ kepada peserta didik

untuk mengetahui

konsep-konsep prasyarat

yang sudah dikuasai oleh

peserta didik.

Menyampaikan KD, √ √ indikator, materi yang

diajarkan

2. Kegiatan inti

Guru mengorganisasikan √ √ peserta didik dalam

bentuk kelompok

heterogen

Guru menyajikan materi √ √ dengan media,

pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan

variatif.

Menuntun peserta didik √ √ mendefinisikan dan

Page 91: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

81

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah

(menetapkan topik, tugas,

dll).

Membimbing peserta √ √ didik pada pembelajaran

4C (Creativity,

Collaboration, Critical

Thinking,

Communication) dan

HOTS (Hight Order

Thinking Skill)

Guru memantau setiap √ √ kelompok dalam

mengerjakan LKS secara

individu maupun

kelompok

Membimbing peserta √ √ didik menganalisis

(analyze) cara-cara

(means) yang dibutuhkan

untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

Guru menugaskan √ √ perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan

hasil kerjanya, dan

menyempurnakan

jawaban peserta didik

yang kurang tepat

Guru memberikan √ √ kesempatan pada setiap

kelompok untuk

menanggapi hasil

persentase kelompok lain

Guru mengecek √ √ pemahaman peserta didik

dengan memberi umpan

balik (refleksi)

Page 92: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

82

3. Kegiatan penutup

Guru dan peserta didik √ √ membuat kesimpulan dari

materi yang telah

dipelajari

Guru memberikan √ √ penghargaan pada

kelompok yang memiliki

kinerja yang baik

Guru menyampaikan √ √ materi selanjutnya

Guru memberikan tugas √ √

rumah pada peserta didik Sumber: Pengamatan Aktivitas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, tampak proses pembelajaran pendidikan

Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 13 Makassar yang diperoleh melalui

pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Pengamatan

dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi indikator

pelaksanaan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup pada RPP guru.

Pada kegiatan pendahuluan, aktivitas guru dan peserta didik yakni guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengarahkan

peserta didik membaca artikel sebagai bentuk LITERASI. Artikel yang dibaca

bertema keagamaan. Guru mengecek keadaan fisik dan psikis peserta didik. Guru

melakukan apersepsi/ motivasi dengan menampilkan video motivator. Guru

mengecek kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran di kelas. Guru juga

memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui konsep-konsep

prasyarat yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Guru menyampaikan KD,

indikator, materi yang diajarkan. Keterampilan guru pada kegiatan pendahuluan

rata-rata dikategorikan baik.

Page 93: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

83

Selanjutnya, pada kegiatan inti, aktivitas guru dan peserta didik yakni

pertama-tama guru mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok

heterogen. Bentuk kelompoknya adalah kelompok kooperatif learning.

Selanjutnya, guru menyajikan materi dengan media, pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan variatif. Media yang sering digunakan dan paling

menarik dan menyenangkan adalah media audiovisual. Guru lalu menuntun

peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, dll). Pada kegiatan ini

guru tak lepas dalam membimbing peserta didik pada pembelajaran 4C

(Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication) dan HOTS (Hight

Order Thinking Skill). Guru juga selalu memantau setiap kelompok dalam

mengerjakan LKS secara individu maupun kelompok. Membimbing peserta didik

menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya, dan menyempurnakan jawaban peserta didik

yang kurang tepat. Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk

menanggapi hasil persentase kelompok lain. Guru mengecek pemahaman peserta

didik dengan memberi umpan balik (refleksi). Keterampilan guru pada kegiatan

inti rata-rata baik.

Selanjutnya, pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan peserta didik yakni

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik.

Guru menyampaikan materi selanjutnya. Guru memberikan tugas rumah pada

Page 94: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

84

peserta didik. Keterampilan guru pada kegiatan penutup rata-rata dikategorikan

baik.

Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13

Makassar secara umum berlangsung dengan lancar. Artinya, guru sudah

melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Adapun kendala yang dihadapi tidak terlalu signifikan, dan kendala yang dihadapi

tersebut dapat diatasi. Kutipan wawancara dari guru berikut ini.

(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VII, 11 maret 2020)

“Kendala yang paling sering saya temukan saat mengajar adalah masalah kemampuan peserta didik yang bervariasi, sehingga kadang sulit menentukan model dan media pembelajaran yang cocok untuk banyak anak yang berbeda sehingga harus cermat memilih dan menentukan media dan model pembelajarannya.”

Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, khususnya di

kelas VII rata-rata berlangsung dengan lancar tanpa ada masalah yang berarti.

Semua masalah dapat diatasi dengan keterampilan guru memilih dan menentukan

media dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Tabel 4.2 Pengamatan Proses Pembelajaran Agama Islam di Kelas VIII

SMP Negeri 13 Makassar

NO Kegiatan Yang Diamati Pertemuan Pertemuan

I II

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Kegiatan pendahuluan

Guru membuka pelajaran √ √ dengan mengucapkan

salam

Guru mengarahkan √

peserta didik membaca √

Page 95: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

85

artikel sebagai bentuk

LITERASI

Guru mengecek keadaan √ √ fisik dan psikis peserta

didik

Guru melakukan √ √ apersepsi/ motivasi

dengan menampilkan

video motivator

Mengecek kesiapan √ √ peserta didik mengikuti

pembelajaran di kelas

Memberi pertanyaan √ √ kepada peserta didik

untuk mengetahui

konsep-konsep prasyarat

yang sudah dikuasai oleh

peserta didik.

Menyampaikan KD, √ √ indikator, materi yang

diajarkan

2. Kegiatan inti

Guru mengorganisasikan √ √ peserta didik dalam

bentuk kelompok

heterogen

Guru menyajikan materi √ √ dengan media,

pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan

variatif.

Menuntun peserta didik √ √ mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah

(menetapkan topik, tugas,

dll).

Membimbing peserta √ √ didik pada pembelajaran

4C (Creativity,

Collaboration, Critical

Thinking,

Communication) dan

HOTS (Hight Order

Thinking Skill)

Page 96: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

86

Guru memantau setiap √ √ kelompok dalam

mengerjakan LKS secara

individu maupun

kelompok

Membimbing peserta √ √ didik menganalisis

(analyze) cara-cara

(means) yang dibutuhkan

untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

Guru menugaskan √ √ perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan

hasil kerjanya, dan

menyempurnakan

jawaban peserta didik

yang kurang tepat

Guru memberikan √ √ kesempatan pada setiap

kelompok untuk

menanggapi hasil

persentase kelompok lain

Guru mengecek √ √ pemahaman peserta didik

dengan memberi umpan

balik (refleksi)

3. Kegiatan penutup

Guru dan peserta didik √ √ membuat kesimpulan dari

materi yang telah

dipelajari

Guru memberikan √ √ penghargaan pada

kelompok yang memiliki

kinerja yang baik

Guru menyampaikan √ √ materi selanjutnya

Guru memberikan tugas √ √

rumah pada peserta didik Sumber: Pengamatan Aktivitas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VIII

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, tampak proses pembelajaran pendidikan

Agama Islam di kelas VII SMP Negeri 13 Makassar yang diperoleh melalui

Page 97: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

87

pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Pengamatan

dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi indikator

pelaksanaan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup pada RPP guru.

Pada kegiatan pendahuluan, aktivitas guru dan peserta didik yakni guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengarahkan

peserta didik membaca artikel sebagai bentuk LITERASI. Artikel yang dibaca

bertema keagamaan. Guru mengecek keadaan fisik dan psikis peserta didik. Guru

melakukan apersepsi/ motivasi dengan menampilkan video motivator. Guru

mengecek kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran di kelas. Guru juga

memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui konsep-konsep

prasyarat yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Guru menyampaikan KD,

indikator, materi yang diajarkan. Keterampilan guru pada kegiatan pendahuluan

rata-rata dikategorikan baik.

Selanjutnya, pada kegiatan inti, aktivitas guru dan peserta didik yakni

pertama-tama guru mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok

heterogen. Bentuk kelompoknya adalah kelompok kooperatif learning.

Selanjutnya, guru menyajikan materi dengan media, pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan variatif. Media yang sering digunakan dan paling

menarik dan menyenangkan adalah media audiovisual. Guru lalu menuntun

peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, dll). Pada kegiatan ini

guru tak lepas dalam membimbing peserta didik pada pembelajaran 4C

Page 98: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

88

(Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication) dan HOTS (Hight

Order Thinking Skill). Guru juga selalu memantau setiap kelompok dalam

mengerjakan LKS secara individu maupun kelompok. Membimbing peserta didik

menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya, dan menyempurnakan jawaban peserta didik

yang kurang tepat. Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk

menanggapi hasil persentase kelompok lain. Guru mengecek pemahaman peserta

didik dengan memberi umpan balik (refleksi). Keterampilan guru pada kegiatan

inti rata-rata baik.

Selanjutnya, pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan peserta didik yakni

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik.

Guru menyampaikan materi selanjutnya. Guru memberikan tugas rumah pada

peserta didik. Keterampilan guru pada kegiatan penutup rata-rata dikategorikan

baik.

Mencermati uraian tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar di kelas VIII

berlangsung dengan lancar. Dalam konteks ini, pembelajaran dapat dilaksanakan

oleh guru sesuai dengan perencanaan yang telah disusun pada RPP. Masalah

kendala yang dihadapai tidak menjadi pemicu kegagalan peserta didik dalam

memahami materi pembalajaran. Kutipan wawancara guru berikut ini.

“Seperti yang kita lihat materi tadi bahwa kompetensi dasar yang diajarkan adalah KD 3.11. Memahami tata cara puasa wajib dan sunah. Pada

Page 99: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

89

(Rosdiawati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 12 Maret 2020)

pembelajaran materi ini, rata-rata peserta didik mampu memahami dengan baik. Prosesnya pun di kelas yakni diskusi sudah berlangsung sesuai dengan harapan. Proses tanya jawab saling beradu argumen sangat terjalin sehingga sikap kritis dan komunikatif dari peserta didik sangat tampak. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang saya gunakan adalah model JIGSAW. Jadi, model ini mampu mengaktifkan peserta didik dalam belajar”.

Kutipan wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, khususnya di

kelas VIII rata-rata berlangsung dengan lancar tanpa ada masalah yang berarti.

Semua masalah dapat diatasi dengan keterampilan guru memilih dan menentukan

model pembelajaran JIGSAW yang dapat menstimulus peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam belajar.

Tabel 4.2 Pengamatan Proses Pembelajaran Agama Islam di Kelas IX

SMP Negeri 13 Makassar

NO Kegiatan Yang Diamati Pertemuan Pertemuan

I II

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Kegiatan Pendahuluan

Guru membuka pelajaran √ √ dengan mengucapkan

salam

Guru mengarahkan √ peserta didik membaca √

artikel sebagai bentuk

LITERASI

Guru mengecek keadaan √ √ fisik dan psikis peserta

didik

Guru melakukan √ √ apersepsi/ motivasi

dengan menampilkan

video motivator

Mengecek kesiapan √ √ peserta didik mengikuti

pembelajaran di kelas

Page 100: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

90

Memberi pertanyaan √ √ kepada peserta didik

untuk mengetahui

konsep-konsep prasyarat

yang sudah dikuasai oleh

peserta didik.

Menyampaikan KD, √ √ indikator, materi yang

diajarkan 2. Kegiatan inti

Guru mengorganisasikan √ √ peserta didik dalam

bentuk kelompok

heterogen

Guru menyajikan materi √ √ dengan media,

pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan

variatif.

Menuntun peserta didik √ √ mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah

(menetapkan topik, tugas,

dll).

Membimbing peserta √ √ didik pada pembelajaran

4C (Creativity,

Collaboration, Critical

Thinking,

Communication) dan

HOTS (Hight Order

Thinking Skill)

Guru memantau setiap √ √ kelompok dalam

mengerjakan LKS secara

individu maupun

kelompok

Membimbing peserta √ √ didik menganalisis

(analyze) cara-cara

(means) yang dibutuhkan

untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

Guru menugaskan √ √

Page 101: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

91

perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan

hasil kerjanya, dan

menyempurnakan

jawaban peserta didik

yang kurang tepat

Guru memberikan √ √ kesempatan pada setiap

kelompok untuk

menanggapi hasil

persentase kelompok lain

Guru mengecek √ √ pemahaman peserta didik

dengan memberi umpan

balik (refleksi)

3. Kegiatan penutup

Guru dan peserta didik √ √ membuat kesimpulan dari

materi yang telah

dipelajari

Guru memberikan √ √ penghargaan pada

kelompok yang memiliki

kinerja yang baik

Guru menyampaikan √ √ materi selanjutnya

Guru memberikan tugas √ √

rumah pada peserta didik

Sumber: Pengamatan Aktivitas Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX

Kegiatan pembelajaran sebagaimana tampak pada tabel 4.3 tersebut terdiri

atas dua kali pertemuan yang diamati. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan lembar pengamatan yang berisi indikator pelaksanaan pembelajaran

sebagaimana yang telah dirumuskan dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,

dan penutup pada RPP guru.

Pada kegiatan pendahuluan, aktivitas guru dan peserta didik yakni guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya, guru mengarahkan

peserta didik membaca artikel sebagai bentuk LITERASI. Artikel yang dibaca

Page 102: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

92

bertema religius. Setelah kegiatan literasi, guru mengecek keadaan fisik dan psikis

peserta didik. Guru melakukan apersepsi/motivasi dengan menampilkan video

motivator. Guru mengecek kesiapan peserta didik mengikuti pembelajaran di

kelas. Guru juga memberi pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui

konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Guru

menyampaikan KD, indikator, materi yang diajarkan. Keterampilan guru pada

kegiatan pendahuluan rata-rata dikategorikan baik.

Selanjutnya, pada kegiatan inti, aktivitas guru dan peserta didik yakni

pertama-tama guru mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok

heterogen. Bentuk kelompoknya adalah kelompok kooperatif learning.

Selanjutnya, guru menyajikan materi dengan media, pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan variatif. Media yang sering digunakan dan paling

menarik dan menyenangkan adalah media audiovisual. Guru lalu menuntun

peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, dll). Pada kegiatan ini

guru tak lepas dalam membimbing peserta didik pada pembelajaran 4C

(Creativity, Collaboration, Critical Thinking, Communication) dan HOTS (Hight

Order Thinking Skill). Guru juga selalu memantau setiap kelompok dalam

mengerjakan LKS secara individu maupun kelompok. Membimbing peserta didik

menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Guru menugaskan perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya, dan menyempurnakan jawaban peserta didik

yang kurang tepat. Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk

Page 103: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

93

menanggapi hasil persentase kelompok lain. Guru mengecek pemahaman peserta

didik dengan memberi umpan balik (refleksi). Keterampilan guru pada kegiatan

inti rata-rata baik.

Selanjutnya, pada kegiatan penutup, aktivitas guru dan peserta didik yakni

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki kinerja yang baik.

Guru menyampaikan materi selanjutnya. Guru memberikan tugas rumah pada

peserta didik. Keterampilan guru pada kegiatan penutup rata-rata dikategorikan

baik.

Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar di kelas IX berlangsung

dengan lancar sebagaimana tampak pada kutipan wawancara berikut ini.

(Muslihati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Jika ditanya masalah hambatan-hambatan, ya paling itu itu terus dari tahun ke tahun, yakni sarana pembelajaran yang tersedia di kelas seperti LCD. Karena kadang kita sebagai guru ingin menampilkan materi melalui power point dan LCD tapi tdak ada, ya terpaksa kita mengajar secara konvensional lagi. Tapi semua ada solusi, LCD bukan menjadi penyebab ketidakberhasilan pembelajaran yang penting kita sebagai guru harus

berkreasi dan terus berinovasi”.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, khususnya di

kelas IX kadang terkendala oleh sarana di kelas seperti LCD. Namun, masalah

tersebut dapat diatasi dengan keterampilan, kreativitas dan inovasi guru.

Page 104: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

94

3. Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter adalah cara dan proses yang

dilakukan dengan berbagai tahap dan upaya yang dilakukan guru untuk mengubah

cara pandang spiritual dan sosial peserta didik. Dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar, ada beberapa cara yang dilakukan guru

dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter, di antaranya adalah melalui

pembiasaan, keteladanan, dan sebagainya.

Pelaksanaan pendidikan karakter tentunya tidak terlepas dari perencanaan

yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi, pelaksanaan pembelajaran merupakan

implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pendidikan haruslah masuk atau ada dalam

setiap kegiatan tersebut Praktik penanaman pendidikan karakter harus dilakukan

menggunakan metode yang tepat.

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar dilaksanakan dalam kaitan

pengembangan budaya sekolah dan pengembangan diri. Penanmaan dilakukan

melalui kegiatan dan tindakan berikut ini. a. Kegiatan Rutin dan Pembiasaan

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara

terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin yang dilakukan untuk

membentuk karakter peserta didik di SMP Negeri 13 Makassar, seperti salat

berjamaah setiap hari di masjid sekolah dengan tujuan menanamkan karakter

Page 105: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

95

religius. Selain itu, tampak pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS),

membaca buku atau artikel 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Di sekolah

juga dilaksanakan gerakan salim kepada guru saat tiba di sekolah.

Gambar 4.15 Salat Berjamaah sebagai Kegiatan Rutin setiap Hari untuk Membentuk Karakter Religius

Gambar 4.16 Membaca Buku 15 Menit Sebelum Pembelajaran untuk

Membentuk Karakter Gemar Membaca (Peserta Didik yang Literat)

Page 106: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

96

4.17 Kegiatan Rutin Setiap Pagi Saat Peserta Didik Tiba di Sekolah

Gambar 4.15 sampai dengan 4.17 tersebut menggambarkan bentuk

penanaman karakter bagi peserta didik melalui kegiatan rutin dan pembiasaan.

Kegiatan rutin dan pembiasaan yang dilakukan seperti salat dhuhur berjamaah,

membaca sebagai wujud literasi yang dilakukan setiap pagi, bersalama dengan

guru setiap hari saat tiba disekolah. Beberapa kegiatan tersebut dilakukan agar

peserta didik memiliki kebiasaan yang berlanjut seiring dengan perkembangan

usianya dan dapata diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.49

b. Kegiatan Spontan

Penanaman karakter yang bersifat spontanitas juga sering dilakukan di

SMP Negeri 13 Makassar. Kegiatan ini dilakukan dengan bersifat spontan saat itu

juga, pada waktu terjadi keadaan tertentu, misalnya mengumpulkan sumbangan

bagi korban bencana alam atau ada keluarga peserta didik yang meninggal.seperti

Kutipan wawancara guru berikut ini.

(Muslihati, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 13 Maret 2020)

“Masalah kegiatan spontanitas yang tujuannya menanamkan karakter, ya

sering dilakukan di sini. Peserta didik berpartisipasi mengumpulkan dana

untuk keperluan mendesak atau sifatnya sumbangan bencana dan lainnya.

Pengumpulan dana dilakukan dan dikoordinir oleh pengurus OSIS ataukah 49

Observasi Kegiatan Peserta didik SMPN 13 Makassar pada tanggal 13 Maret 2020

Page 107: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

97

biasa ketua kelas yang mengumpulkan, lalu disetor untuk digabungkan dari kelas lainnya. Adapun jumlah sumbangannya sesuai dengan keikhlasan peserta didik, tidak diberi patokan. Bahkan ada yang tidak kalau memang tidak membawa uang cukup saat itu juga.”

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa kegiatan spontanitas merupakan

salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menanamkan karakter di SMP Negeri 13

Makassar. Dalam pembelajaran Agama Islam, peserta didik diberikan pemahaman

tentang sumbangan infak dan sadaqah. Jadi, saat ada masalah bencana yang

dialami oleh salah seorang keluarga SMP Negeri 13 Makassar, maka peserta didik

sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut.

c. Keteladanan

Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan

sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan seluruh warga sekolah

yang dewasa lainnya sebagai model.

Guru pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar sering

memberikan keteladanan sebagaimana tergambar pada kutipan berikut ini.

(Muammar, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII, 11 Maret 2020)

“Saya sebagai guru ya tentu selalu memberi contoh kepada anak didik.

Tidak cukup hanya dengan menyuruh dan menyuruh atau memerintah anak

didik untuk melakukan sesuatu. Karakter anak didik sekarang harus dibujuk

dan dimanja. Jika kita menginginkan peserta didik rajin melaksanakan salat

berjamaah di masjid, maka kita sebagai guru juga harus berjamaah di

masjid, jangan hanya memerintahkan dan menyuruh semua ke masjid,

sementara gurunya tidak berjamaah”.

Mencermati uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan

karakter haruslah dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan

Page 108: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

98

berkelanjutan. Jadi, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya dilakukan

dalam satu kali pertemuan pembelajaran. Penanaman pendidikan karakter juga

jangan hanya dilakukan di ruang kelas, namun dalam setiap kegiatan dan di

lingkungan sekolah guru harus dapat memberikan contoh atau dapat mengarahkan

peserta didik untuk bertindak yang sesuai dengan karakter yang baik. Jadi upaya

untuk mengimplementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan pendekatan

holistis, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek

kehidupan sekolah.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional

Indonesia dan tanggapan terhadap tuntutan perubahan zaman. Oleh karena itu,

pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama

itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali

dalam hidup di kemudian hari.

Pendidikan agama yang diajarkan dan diberikan oleh guru harus

dilaksanakan oleh anak di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat

Page 109: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

99

supaya benar-benar tercermin dalam sikap, tingkah laku, cara menghadapi

persoalan dalam keseluruhan pribadinya.

Pendidikan karakter sangat diperlukan dalam pembentukan karakter

peserta didik, karena tujuannya pendidikan karakter salah satunya adalah

mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang

dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan

karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif

menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku

dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau

pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian

perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak, kemudian dibarengi dengan

keteladanan lingkungan sekolah dan rumah, dan proses pembiasaan berdasarkan

tingkat dan jenjang sekolahnya.

Pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Negeri 13 Makassar merupakan sebuah bentuk pembelajaran substantif.

Pembelajaran substantif adalah pembelajaran yang substansi materinya terkait

langsung dengan suatu nilai, seperti pada mata Pelajaran Agama dan PKN. Proses

pembelajaran substantif dilakukan dengan mengkaji suatu nilai yang dibahas,

mengkaitkannya dengan kemaslahatan (untuk kebaikan) kehidupan anak dan

kehidupan manusia, baik di dunia (saat ini) maupun di akhirat (setelah

meninggal). Dengan ini, pendidikan agama di SMP Negeri 13 Makassar, misalnya

pendidikan agama Islam, tidak saja menjadikan anak terampil dalam bacaan dan

Page 110: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

100

gerakan shalat, tetapi juga anak memiliki kebiasaan, kemauan yang kuat dan

merasakan manfaat shalat bagi dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Proses pembelajaran selalu dikaitkan dengan nilai yang ingin diperkuat

pada anak didik. Misalnya nilai yang terkandung dalam shalat adalah

penghambaan, keteraturan/ketertiban, kerendahan hati, keikhlasan, kebersamaan,

Amar Ma’ruf Nahi Munkar (menyuruh pada kebaikan dan mencegah kepada

kejelekan), dan sebagainya. Nilai mana yang akan dirujuk dalam pembelajaran

terlebih dahulu didesain oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran yang

mengarah pada visi sekolah.

Dalam model pelaksanaan nonpembelajaran, proses pembentukan karakter

peserta didik yang diajarkan oleh guru dilakukan dengan berbagai metode, dan

metode yang digunakan, seperti pembiasaan. Proses pembiasaan yang diberikan

supaya pembentukan karakter melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam

adalah pembiasaan membaca surat-surat pendek, pembiasaan mendirikan sholat,

dan pembiasaan untuk selalu memuji Allah. Sedangkan pembiasaan terbentuknya

karakter positif yang terkandung dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

ialah dilakukan dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi

internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

Lebih rincinya kegiatannya dilaksanakan dalam proses pelaksanaan

pendidikan karakter dalam pendidikan agama Islam. Pembiasaan membaca surat-

surat pendek dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar itu dimulai, dan

kegiatan ini dilaksanakan kurang lebih 10 menit. Pembiasaan ini dilakukan

Page 111: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

101

dengan meminta salah satu peserta didik untuk memimpin membaca bersama-

sama dengan bergantian setiap harinya.

Pembiasaan mendirikan sholat dilaksanakan setiap hari dengan cara

mengajak

peserta didik untuk melaksanakan sholat duha dan sholat dzuhur berjamaah, untuk

sholat duha dilaksanakan pada jam istirahat pertama sedangkan untuk sholat

dzuhur dilaksanakan pada jam istirahat kedua dan kegiatan itu juga dilaksanakan

bersama-sama guru agama dan semua dewan guru.

Pembiasaan memuji Allah melalui asmaul husna dilaksanakan setiap hari

setelah membaca surat-surat pendek, dan cara membacanya juga bukan sekedar

membaca, melainkan juga menggunakan irama lagu yang bagus sehingga

membantu peserta didik dalam menghafal asmaul husna tersebut.

Melalui keteladanan dalam pembentukan karakter. Keteladanan yang

diberikan oleh guru terkait pembentukan karakter dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam ialah guru turut serta dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah

seperti sholat berjamaah, pembacaan asmaul husna dan guru juga memberikan

contoh cara

membaca dan menghafal surat-surat pendek sebelum memulai pembelajaran.

Contoh lain keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dalam pembentukan karakter

peserta didik di antaranya, selalu mengucapkan salam kepada sesama guru,

dengan peserta didik, mengucap salam ketika masuk ruang guru, ruang kelas,

perpustakaan maupun ruang kepala sekolah. Nilai-nilai karakter yang diharapkan

Page 112: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

102

dapat dikembangkan melalui keteladanan di antaranya disiplin, sopan santun,

bertanggung jawab, dan berani.

Penanaman karakter melalui model pelaksanaan dalam pembelajaran.

Pendidikan karakter dalam proses pembelajaran secara tidak langsung diberikan

ketika proses pembelajaran, seperti metode pembelajaran yang digunakan oleh

guru, serta pembawaan atau keteladanan guru. Keteladanan guru sangat penting

karena guru merupakan contoh yang selalu dilihat dan berhadapan dengan peserta

didik. Proses pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran sangatlah

banyak. Contohnya ketika proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan

kepribadian peserta didik yang beragam, ada yang pendiam dan ada yang aktif.

Jika diberi soal, seringkali peserta didik yang terbilang bisa aktif ingin terus

menjawab dan tidak memberi kesempatan kepada teman yang lain. Maka guru

memberi nasihat bahwa yang belajar ada teman-teman yang lain yang juga berhak

mendapat kesempatan.

Melalui kegiatan tersebut guru secara tidak langsung memberikan

pemahaman dan nilai-nilai karakter baik seperti menghargai sesama teman, dan

peduli terhadap teman lainnya. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter di

SMP Negeri 13 Makassar diserahkan kepada masing-masing guru kelas yang

mengajar. Jadi pelaksanaan pendidikan karakter pada mata pelajaran pendidikan

agama Islam mengacu pada perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang telah

dibuat oleh guru yang di dalamnya meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan

penutup, kemudian di dalam kegiatan inti terdapat kegiatan eksplorasi, elaborasi,

dan konfirmasi.

Page 113: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

103

Dalam proses pembentukan karakter, proses pembiasaan dan keteladanan

tidak boleh dipisahkan karena proses yang satu akan memperkuat proses yang

lain. Apabila pembentukan karakter hanya menggunakan proses pembiasaan tanpa

proses keteladanan, maka akan bersifat verbalistik dan teoritik. Di sisi lain, apabila

proses pembiasaan tanpa proses keteladanan hanya akan menjadikan manusia

berbuat tanpa memahami makna. Proses pembentukan karakter dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar yang

diberikan oleh guru melalui pembiasaan dan keteladanan dengan harapan agar

pendidikan karakter yang diberikan dapat berjalan sesuai sasaran.

Pembiasaan pendidikan karakter dalam pendidikan agama Islam yang

sering dilaksanakan adalah pembiasaan membaca surat-surat pendek, membaca

asmaul husna, dan mendirikan sholat. Dengan cara membiasakan peserta didik

untuk melakukan kegiatan membaca surat-surat pendek, membaca asmaul husna,

dan mendirikan sholat , diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai religius

kepada peserta didik melalui kegiatan tersebut.

Keteladanan merupakan metode kedua yang digunakan dalam

pembentukan karakter peserta didik untuk senantiasa melakukan kegiatan sholat

berjamaah, mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru maupun dengan

sesama teman, berdoa, membaca asmaul husna dan surat-surat pendek,

menyayangi teman dan sebagainya. Apabila pendidik melaksanakan sesuatu yang

diajarkan atau disampaikan dengan memberi keteladanan secara rutin lebih dapat

menggugah peserta didik untuk meniru apa yang dicontohkan oleh gurunya.

Page 114: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

104

Dalam prinsip pengembangan RPP berbasis pendidikan karakter, setiap

guru diberi kebebasan dan keleluasaan dalam mengembangkan RPP sesuai dengan

kebutuhan masing-masing. Prinsip ini sudah dilaksanakan oleh guru pendidikan

agama Islam (PAI) dalam mengembangkan RPP tersebut, baik dari segi

komponen RPP sesuai dengan standar proses pendidikan.

Dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 13 Makassar, ada beberapa hal

yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong dipraktikannya nilai-nilai

karakter yang akan diberikan kepada peserta didik. (1) Guru harus merupakan

sebuah model dalam karakter dari awal hingga akhir pembelajaran, guru harus

menjaga tutur kata, sikap, dan lain-lain, karena guru merupakan cerminan dari

nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya kepada peserta didik. (2) Guru

harus menjaga hubungan baik antar peserta didik, supaya hal saling mengejek

antar peserta didik dapat diminimalisir. Sehingga peserta didik memiliki kebiasaan

dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab, saling menghormati, empati, percaya

diri dll.

Page 115: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pada bagian ini disimpulkan

hasil penelitian sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan di SMP Negeri 13 Makassar

mengacu pada Permendikbud Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan

Karakter pada Satuan Pendidikan, pasal (2) ayat (1) dinyatakan bahwa

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dengan menerapkan nilai-

nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama nilai-nilai religius, jujur,

toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta

damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung

jawab.

2. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar.

Masih dalam tahap konsealing dan upaya stanar kurikulum terhadap pelajaran

berbasis computer dan sumber daya lingkungan. Proses pembelajaran agama

Islam di SMP Negeri 13 Makassar kadang terkendala oleh sarana

pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Namun, hal tersebut dapat diatasi

dengan kreativitas guru dalam mengolah pembelajaran. Selanjutnya, Proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Makassar

dilaksanakan dengan berdasar pada program dan perencanaan yang telah

disusun oleh setiap guru pendidikan Agama Islam.

Page 116: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

106

Pembelajaran disusun dengan alokasi waktu 3x40 menit per pekan.

Pembelajaran dilaksanakan mengikuti langkah dan sintak pembelajaran, yakni

dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap tersebut,

guru mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada setiap instruksi

dan kegiatan pembelajaran.

3. Penenaman nilai- nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran Agama Islam

di SMP Negeri 13 Makassar dilakukan oleh guru dengan menggunakan

beberapa metode dan teknik. Metode yang dipakai adalah pembiasaan yang

diterapkan guru kepada muridnya. Contohnya seperti menarapkan protokol

kesehatan mencuci tangan dan membuang sampah pada tempatnya, juga di sana

juga sudah mendapatkan juara ataupun piagam kebersihan dari kota Makassar

sebagai sekolah yang memiliki wawasan dan lingkungan yang bersih, teratur

dan baik dalam segi epistemologi ( cabang yang mempeljarai filsafat berkaitan

pengetahuan).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, diajukan saran sebagai berikut:

1. Sekolah hendaknya lebih meningkatkan dan menguatkan penanaman nilai

karakter di sekolah dengan menyusun program yang lebih inovatif yang dapat

menstimulus peserta didik lebih memiliki karakter unggul berbasis religius.

2. Guru hendaknya merancang pembelajaran pada setiap pertemuan dengan

mengintegrasikan nilai karakter dalam setiap interaksi kelas antara peserta

didik dengan peserta didik lainnya maupun kepada guru.

Page 117: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

107

3. Bagi pemerintah, hendaknya memberikan dukungan yang real kepada pihak

SMP Negeri 13 Makassar sebagai sekolah penyelenggara penguatan

pendidikan karakter agar sekolah dapat menicptakan generasi yang lebih

memiliki karakter unggul yang dapat berimplikasi positif dalam kehidupan

masyarakat.

Page 118: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

108

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Achmadi. 2007. Meluruskan Islam Fobia Mengembalikan Fitrah Islam dengan

Pendidikan, (Jurnal Edukasi.

Wibowo, Agus 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta.

Alwi, Hasan, dkk. (Eds.). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.

Darajat, Zakiyah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahannya, Surabaya :

Mahkota, 1989.

Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kerangkan, Metode, dan Aplikasi untuk

Pendidikan dan Profesional. Jakarta: Badouse Media.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jalaluddin & Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Gramedia

Pratama.

Junaedie, Moha. 1992. Apresiasi Sastra Indonesia. Ujung Pandang: Putra Maspul.

Kemendiknas. 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktur Jenderal Mandikdasmen.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

Pedoman Sekolah. Jakarta: Balitbang.

Klare, George R. 1984. Handbook of Reading Research: Readability. London: Longman.

Page 119: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

109

Majid, Abdul dan Dian andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Marlis, Alen. 2010. “Manfaat Pendidikan Karakter bagi Guru untuk Membangun

Peradaban Bangsa.” Dikutip dari http://alenmarlissmpn1gresik.wordpress.

com/2012/10/03/manfaatkarakteristikpendidikan-bagi-guru-untuk membangun

peradabanbangsa/ diakses hari Minggu tanggal 10 April pukul 20.02 WIB.

Marsigit. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika: Yogyakarta: UNY Press.

Meisuri, Silvi. 2012. “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Malaikat-Malaikat

Penolong Karya Abdulkarim Khiaratullah”. Skripsi. Padang: Universitas

Negeri Padang.

Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.

Mulyasa, Enco. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Musfitasari, Yulita. 2012. “Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah

Berasrama (Boarding School) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Surakarta.”

Laporan Hasil Penelitian. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Poespoprojo. 1999. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Grafika.

Rois, Mahfud. 2011. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga.

Sahabuddin. 1997. ”Filsafat Pendidikan”. Diktat. Ujung Pandang: PPs IKIP UP.

Saputra. 2014. Aplikasi Metode Contextual Teaching Learning (CTL) dalam

Pembelajaran PAI, (Jurnal At-Ta’dib Volume VI, No. 1, April-

September 2014).

Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing.

Shirley. 2010. Karakter Pendidikan Islam VS Pendidikan Barat: Jakarta: Tim

Kajian Dakwah Alhikmah.

Page 120: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

110

Sulistyarini, Dwi. 2012. “Nilai Moral dalam Cerita Rakyat sebagai Sarana Pendidikan

Budi Pekerti”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sumardjo, Jacob. 1994. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak sebaga i Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wahid, Sugirah. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra. Makassar: BSID FBS, UNM.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Zuhlan, Najib. 2011. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: JePe Press Media

Utama.

Page 121: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

111

LAMPIRAN 1

FORMAT WAWANCARA

Page 122: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

112

JUDUL:

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 13 MAKASSAR

Nama Responden/Guru

:

Jenis Kelamin

:

Mata Pelajaran

:

Lama Mengajar

:

Mengajar di Kelas

Pertanyaan:

1. Apakah di SMP Negeri 13 Makassar memiliki format dan panduan

penanaman nilai karakter?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

2. Kegiatan apa sajakah yang sering dilakukan sekolah pada setiap hari

untuk menanamkan nilai karakter?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

3. Apakah kegiatan penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah pada

setiap hari mendapat dukungan dari semua pihak?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Page 123: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

113

Pertanyaan:

4. Apakah di SMP Negeri 13 Makassar memiliki format dan panduan

penanaman nilai karakter?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

5. Kegiatan apa sajakah yang sering dilakukan sekolah pada setiap hari

untuk menanamkan nilai karakter?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

6. Apakah kegiatan penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah pada

setiap hari mendapat dukungan dari semua pihak?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

7. Apakah Bapak/Ibu memperhatikan secara khusus penanaman nilai karakter

dalam setiap mengajar?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

8. Nilai karakter apa sajakah yang Bapak/Ibu tanamkan kepada peserta didik

pada setiap mengajar di kelas?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Page 124: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

114

Pertanyaan:

9. Apakah di SMP Negeri 13 Makassar memiliki format dan panduan

penanaman nilai karakter?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

10. Kegiatan apa sajakah yang sering dilakukan sekolah pada setiap hari

untuk menanamkan nilai karakter?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

11. Apakah kegiatan penanaman nilai karakter yang dilakukan sekolah pada

setiap hari mendapat dukungan dari semua pihak?

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

12. Apakah Bapak/Ibu memiliki program penilaian dalam pembelajaran

Agama Islam!

Respons guru:

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Page 125: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

115

LAMPIRAN 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS VII

KELAS VIII

KELAS IX

Page 126: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

116

LAMPIRAN 3

LEMBAR

PENGAMATAN DAN

OBSERVASI PROSES

PEMBELAJARAN

AGAMA ISLAM

Page 127: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

117

OBSERVASI DAN PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN

AGAMA ISLAM

Nama Guru :

Kelas :

Semester :

Tahun :

N

O

Kegiatan Yang Diamati

Bai

Pertemuan I

Cuku Kuran

Bai

Pertemuan

II Cuku Kuran

k

p

g

k

p

g 1. Kegiatan pendahuluan

Guru membuka pelajaran

dengan mengucapkan

salam Guru mengarahkan

peserta didik membaca

artikel sebagai bentuk LITERASI Guru mengecek keadaan

fisik dan psikis peserta

didik Gurumelakukan

apersepsi/motivasi

dengan menampilkan

video motivator

Mengecek kesiapan

peserta didik mengikuti

pembelajaran di kelas Memberi pertanyaan

kepada peserta didik untuk mengetahui

konsep-konsep prasyarat

yang sudah dikuasai oleh

peserta didik.

Menyampaikan KD,

indikator, materi yang

Page 128: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

118

diajarkan 2. Kegiatan inti

Guru mengorganisasikan

peserta didik dalam bentuk kelompok

heterogen

Guru menyajikan materi dengan media,

pendekatan, model, dan

metode yang inovatif dan

variatif.

Menuntun peserta didik mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajaryang

berhubungan dengan

masalah (menetapkan

topik, tugas, dll).

Membimbing peserta

didik pada pembelajaran 4C (Creativity,

Collaboration, Critical

Thinking,

Communication) dan

HOTS (Hight Order

Thinking Skill)

Guru memantau setiap kelompok dalam

mengerjakan LKS secara

individu maupun

kelompok

Membimbingpeserta didikmenganalisis

(analyze) cara-cara

(means) yang dibutuhkan

untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Guru menugaskan

perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan

hasil kerjanya, dan

menyempurnakan

Page 129: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

119

jawaban peserta didik

yang kurang tepat

Guru memberikan

kesempatan pada setiap

kelompok untuk

menanggapi hasil

persentase kelompok lain

Guru mengecek pemahaman peserta didik

dengan memberi umpan

balik (refleksi) 3. Kegiatan penutup

Guru dan peserta didik membuat kesimpulan

dari materi yang telah

dipelajari

Gurumemberikan penghargaan pada

kelompok yang memiliki

kinerja yang baik

Guru menyampaikan

materi selanjutnya

Page 130: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

120

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

KEGIATAN PENANANAMAN

NILAI KARAKTER

Page 131: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

121

Aktivitas Peserta Didik Sebelum Memulai Pembelajaran Agama Islam

Aktivitas Peserta Didik dalam Melaksanakan Salat Wajib

Page 132: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

122

Diskusi Kelompok sebagai Wujud Penanaman Karakter Tanggung Jawab

Kegiatan Sosial Tukar Beras

dari Hasil Pengumpulan Sampah

Page 133: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

123

Kegiatan Kebersihan Lingkungan Sekitar Sekolah

Kegiatan Kebersihan Lingkungan dalam Sekolah

Page 134: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

124

Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi

Kegiatan Membaca sebagai Wujud Literasi

Page 135: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

125

Kegiatan Literasi Baca di Perpustakaan

Aktivitas Peserta Didik di Luar Kelas untuk Merumuskan Masalah

Pembelajaran dalam Kaitannya dengan Lingkungan Sekitar

Page 136: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

126

Aktivitas Pesserta Didik Mengerjakan Tugas Secara Individu

Page 137: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

127

Aktivitas Peserta Didik Setiap Hari dengan Antre

dan Mengatur Barisan untuk Bersalaman dengan Guru

\Peserta Didik Tampil Menyampaikan Pendapat

di Depan Peserta Didik Lainnya

Page 138: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

128

Model Penanaman Nilai Aklak Demokratis melalui Rembuk, Diskusi,

dan Musyawarah

Page 139: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
Page 140: PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

128

Model Penanaman Nilai Aklak Demokratis melalui Rembuk, Diskusi,

dan Musyawarah