15
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER FEMUR SINISTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: SEPTIAN PUTRA RAHARJO J100 150 030 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST

ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER FEMUR

SINISTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III pada

Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SEPTIAN PUTRA RAHARJO

J100 150 030

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF

FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER FEMUR

SINISTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

Septian Putra Raharjo

J100 150 030

Telah diperiksa dan disetujui untuk di uji oleh:

Dosen

Pembimbing,

Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M.Kes.

NIDN: 0614127401

Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF

FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER FEMUR

SINISTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

OLEH

SEPTIAN PUTRA RAHARJO

J100150030

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, 24 Juli 2018

Dewan Penguji

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M.Kes ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Arif Pristianto, SSTFT., M.Fis ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Siti Soekiswati, M.H ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIK/NIDN: 786/06-1771-7301

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 26 Juli 2018

Penulis

Septian Putra Raharjo

J100150030

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

1

PENATALAKSANAAN0FISIOTERAPI0PADA0KASUS0POST0ORIF0

FRACTURE0COMMINUTIVE0SUPRACONDYLER FEMUR0SINISTRA0DI

RST DR. SOEDJONO MAGELANG

Abstrak

Fraktur atau yang lebih sering dikatakan dengan patah tulang yaitu hilangnya

kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifise, baik bersifat total

ataupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana terjadinya patahan,

harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat

menyebabkan tulang tersebut patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan

tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan

(Siregar & Nasution, 2017). Fisioterapi berperan penting dalam proses rehabilitas

dalam menangani problematika dengan memberikan modalitas Infrared dan terapi

latihan berguna untuk mengurangi nyeri, menurunkan bengkak di daerah incisi,

meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan LGS pada gerak lutut kiri. Tujuan

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui guna dan manfaat dari

intervensi fisioterapi berupa infrared dan terapi latihan berupa hold relax, active

resisted movement, static contraction. Setelah melakukan terapi 5 kali dengan

sinar infared dan terapi latihan berupa hold relax, active resisted movement, free

active movement, static contraction nyeri mengalami penurunan, nyeri diam T0-

T1: 1,0 cm T5: 0 cm, nyeri tekan T0-T1: 4,8 cm T5: 2,1 cm, nyeri gerak T0-T1:

7,4 cm T5: 4,2 cm, LGS mengalami penambahangerakanaktifT0-T1: S (15⁰-0⁰-95⁰)dan T5: S (0⁰-0⁰-130⁰), kekuatan otot mengalami penambahan pada T0-T1: 2

dan T5: 3, oedem mengalami penurunan pada Epicondylus Lateralis T0-T1: 36

cm pada T5: 34 cm, 10 cm keatas dari Epicondylus Lateralis T0-T1: 33 cm pada

T5: 31 cm, 20 cm keatas dari Epicondylus Lateralis T0-T1: 38 cm pada T5: 37

cm, 10 cm kebawah dari Epicondylus Lateralis T0-T1: 32 cm pada T5: 31 cm, 20

cm kebawah dari Epicondylus Lateralis T0-T1: 35 cm pada T5: 35 cm. Setelah

menjalani fisioterapi sebanyak 5 kali didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan

kekampuan fungsional pasien. Infra merah dan terapi latihan berupa hold relax,

static contraction, active resisted movementmerupakan teknologi intervensi

fisioterapi yang dapat membantu meningkatkan lingkup gerak sendi knee sinistra

dan kekuatan otot, serta menurunkan bengkak dan skala nyeri diam, tekan, dan

gerak pada pasien.

Kata Kunci: Fracture0comminutive0supracondyler Femur, Infra Merah, Terapi

Latihan

Abstract

Fracture was about losing continuity of bone, catilage of bone, cartilage of epifise,

in total or partial. To know why and how bone could be getting fracture, it must

be known physically of bone and the situation of the trauma which is lead the

bone to fracture. A lot of fracture cause by the failure of the bone itself to hold the

pressure especially the bend pressure, oblique, and tearing (Siregar & Nasution,

2017). Physical therapy are used to be known in the rehabilitation program patient

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

2

for reducing patient’s problem as reducing pain, reducing oedem in incision areas,

incresing the power of muscles, and increasing Range of Motion. The purpose is

to know the advantages of physical therapy intervention as infrared light, and

therapeutic excercise such as hold relax, active resisted movement, and static

contraction. Results after patient got the physical therapy intervention are

decreasing silent pain T0-T1: 1,0 cm T5: 0 cm, press pain T0-T1: 4,8 cm T5: 2,1

cm, moving pain T0-T1: 7,4 cm T5: 4,2 cm, LGS ROM incresing in active

movement from T0-T1: S (15⁰-0⁰-95⁰)and T5: S (0⁰-0⁰-130⁰), power of muscles

increasing from T0-T1: 2 and T5: 3, oedem does decreasing from Epicondylus

Lateralis T0-T1: 36 cm in T5: 34 cm, 10 cm above from Epicondylus Lateralis

T0-T1: 33 cm in T5: 31 cm, 20 cm above from Epicondylus Lateralis T0-T1: 38

cm to T5: 37 cm, 10 cm down from Epicondylus Lateralis T0-T1: 32 cm to T5T5:

31 cm, 20 cm down from Epicondylus Lateralis T0-T1: 35 cm to T5: 35 cm. After

patient got therapy intervention for about 5 times, there is the result such as

increasing of fuctional activiy. Light of infrared and therapeutic excercise like

hold relax, static contraction, active resisted movement could help to increasing of

ROM and muscles power, also decreasing oedema, and al of the scale of pain.

Keywords: Fracture0Comminutive0Supracondyler Femur, Infra Red, Therapeutic

Excercise.

1. PENDAHULUAN

Fraktur supracondyler femur adalah cedera parah yang secara teknis dapat

ditangani secara operatif. Meskipun mereka terhitung kurang dari 1% dari

semua fraktur diantara 3% dan 6% dari fraktur femur, insiden ini

kemungkinan akan meningkat dengan meningkatnya populasi geriatrik dan

meningkatnya jumlah cedera peri-prostetik. Luka pada femur distal

mengikuti distribusi bimodal antara fraktur energi rendah geriatrik dan

trauma high energy. Seperti dengan semua fraktur yang melibatkan tulang

metafisis periartikular, pengobatan selalu mencakup pemahaman

karakteristik fraktur, perencanaan pra operasi yang matang, penilaian

tujuan pasien dan kesehatan, kualitas tulang, pengalaman ahli bedah dan

implan pilihan (Gangavalli & Nwachuku, 2016).Pada tindakan medis pada

kasus ini adalah dengan operasi pemasangan plate and screw. Akibat yang

ditimbulkan pasca operasi adalah gangguan seperti adanya nyeri, bengkak,

penurunan kekuatan otot serta keterbatasan lingkup gerak sendi.

Fisioterapi berperan penting dalam proses rehabilitasi dalam menangani

problematika dengan memberikan modalitas Infrared dan terapi latihan

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

3

berguna untuk mengurangi nyeri, menurunkan bengkak di daerah incisi,

meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan lingkup gerak sendi pada

gerak lutut kiri.

2. METODE

2.1 Teknologi Intervensi Fisioterapi

2.1.1 Infrared/Sinar merah

Infrared adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih

panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi

gelombang radio. Yang memiliki panjang gelombang antara 700 nm

dan 1 mm. Sinar infra merah termasuk dalam gelombang

elektromagnetik dan berada dalam rentang frekuensi 300 GHz sampai

40.000 GHz. Sinar infra merah dihasilkan oleh proses di dalam

molekul dan benda panas. .Rasa hangat yang di timbulkan infra merah

dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisial sehingga dapat

mempelancar metabolisme dan menyebabkan efek rilaks pada ujung

saraf sensorik dan efek teraputiknya bisa memperedah nyeri (Ansari et

al., 2014).

2.1.2 Hold Relax

Hold relax adalah suatu teknik yang menggunakan kontraksi isometrik

dari kelompok otot antagonis yang memendek dengan ditambah

rileksasi kelompok otot tersebut untuk mengulus otot antagonis yang

memendek atau spasme. Adapun tujuan kontraksi isometrik adalah

untuk mendapatkan rileksasi optimal setelah otot bekerja secara

optimal sehingga memutus reflek myotatic. Latihan menggunakan

hold relax ini berpengaruh dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan

lingkup sendi (Hendrik et al., 2009).

2.1.3 Static Contraction

Static contraction merupakan kontraksi otot tanpa perubahan panjang

otot atau tanpa gerakan sendi yang nyata. Tujuan static contraction

adalah untuk meningkatkan rileksasi otot dan sirkulasi darah serta

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

4

menurunkan nyeri pada kondisi pasca operasi fraktur dalam proses

penyembuhan (Carolyn Kisner, 2012).

2.1.4 Active Resisted Exercise

Active Resisted Exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dengan

latihan aktif yang mengontraksikan otot dan menahan kekuatan otot

dari luar yang diberikan secara manual ataupun mekanikal maka otot

tersebut akan beradaptasi dengan meningkatkan kekuatan otot akibat

hasil adaptasi syaraf dan peningkatan serat otot (Wibawa et al., 2014).

2.2 Proses Fisioterapi

2.2.1 Pengkajian Fisioterapi

1) Anamnesis

2) PemeriksaanObjektif

2.2.2 Problematika Fisioterapi

1) Impairment

a) Adanya oedema pada bagian paha sebelah kanan pasien

b) Adanya nyeri tekan pada daerah bekas incisi dan gerak

flexion knee.

c) Keterbatasan gerak pada knee sinistra

d) Adanya penurunan kekuatan otot flexor dan extensor knee

sinistra

2) Fungsional Limitation

Aktifitas fungsional pasien yang terganggu yakni pasien

belum mampu menekuk lutut akibatnya kesulitan dalam BAB

serta pola jalan yang masih terganggu.

3) Disability

Pasien belum mampu melakukan pekerjaannya sebagai

tukang bangunan namun pasien masih mampu bersosialisasi

terhadap lingkungan sekitar dengan baik.

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

5

3. HASIL DAN PEMBAHAAN

3.1 Hasil

Setalah dilakukan intervensi sebanyak 5 kali dengan pemberian sinar infrared

dan terapi latihan pada Pasien dengan nama Sdr. AR umur 28 tahun, dengan

diagnosa post ORIF supracondyler femur sinistra berupa hold relax, active

resisted exercise, static contraction didapatkan hasil berikut:

3.1.1 Hasil evaluasi nyeri

Grafik 1. Evaluasi Nyeri

Setelah melakukan terapi 5 kali dengan sinar infared dan terapi

latihan berupa hold relax, active resisted exercise, static contraction

nyeri mengalami penurunan, nyeri diam T0-T1: 1,0 cm T5: 0 cm, nyeri

tekan T0-T1: 4,8 cm T5: 2,1 cm, nyeri gerak T0-T1: 7,4 cm T5: 4,2 cm.

3.1.2 Hasil evaluasi lingkup gerak sendi (LGS)

Grafik 2. Hasil Evaluasi LGS

0

1

2

3

4

5

6

7

8

T0 T1 T2 T3 T4 T5

Nyeri Diam

Nyeri Tekan

Nyeri Gerak

0

1

2

3

4

5

6

Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4

Series 1

Series 2

Series 3

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

6

Setelah melakukan terapi 5 kali dengan sinar infared dan terapi

latihan berupa hold relax, active resisted exercise, static contraction pada

knee sinistra pasien, Lingkup Gerak Sendi mengalami penambahan

gerakan aktif - - - dan - - .

3.1.3 Hasil Kekuatan Otot

Grafik 3 Hasil Kekuatan Otot

Setelah melakukan terapi 5 kali dengan sinar infared dan terapi

latihan berupa hold relax, active resisted exercise, static contraction

kekuatan otot mengalami penambahan T0-T1: 2 dan T5: 3.

3.1.4 Hasil Antropomerti Lingkar Segmen dengan Metline.

Tabel 1. Hasil Antropometri Lingkar Segmen dengan Metline

Titik Pengukuran

(epicondylus lateralis)

T0-T1

T5

Epycondylus Lateralis 36 cm 34 cm

10 cm ke atas 33 cm 31 cm

20 cm ke atas 38 cm 37 cm

10 cm ke bawah 32 cm 31 cm

20 cm ke bawah 35 cm 35 cm

Setelah melakukan terapi 5 kali dengan sinar infa red dan terapi

latihan berupa hold relax, active resisted exercise, static contraction

pengukuran antropometri mengalami penurunan.

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4

Hasil Kekuatan Otot

Otot Quadriceps

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

7

3.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis akan menyampaikan pengaruh dari modalitas

sinar infared dan terapi latihan berupa hold relax, active resisted exercise,

static contraction untuk mengurangi nyeri (diam, tekan, dan gerak),

mengurang bengkak, menambah LGS, serta menambah kekuatan otot

tungkai.

3.2.1 Nyeri

Nyeri yang terjadi pada paien mengalami penurunan secara bertahab.

Penurunan nyeri ini dapat terjadi karena berkurangnya inflamasi ataupun

kerana adanya peningkatan ambang nyeri. Pemberian infra merah dengan

jarak 30 cm dan 45 cm berpengaruh terhadap peningkatan nilai ambang nyeri.

Efek sedatif dari infra merah ini dapat meningkatkan ambang nyeri, hal ini

dikarenakan stimulasi panas pada jaringan sub-cutan yang mengakibatkan

vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran pembuluh darah meningkat dan

subtansi P ikut dalam aliran pembuluh darah tersebut, serta meningkatnya

metabolisme mengakibatkan peningkatan suplai nutrisi, O2 ke jaringan

tersebut sehingga nyeri berkurang (Wulandari et al., 2015).

Pada kasus pasca operasi biasanya disertai dengan adanya spasme otot

pada daerah sekitar yang mengalami cidera. Serabut otot yang mengalami

spasme, dalam waktu yang lama dapat terbentuk nodule yang menyebabkan

terjadinya iskemik pada pembuluh darah dibawahnya, hal ini menyebabkan

metabolisme di sekitar otot tersebut tidak lancar sehingga menimbulkan

nyeri. Terapi latihan dalam bentuk rileksasi. Terapi latihan dalam bentuk

rileksasi seperti hold relax dapat mengurangi adanya spasme sehingga nyeri

berkurang. Hold relax dengan kontraksi antagonis adalah suatu teknik

menggunakan kontraksi isometrik yang optimal dari kelompok otot antagonis

yang memendek, kemudian setelah melalui fase rileksasi, otot agonis

dikontraksikan secara isotonik untuk mengulur otot antagonis yang spasme

atau memendek. Tujuan kontraksi isometrik antagonis adalah untuk

mendapatkan rileksasi yang optimal setelah otot bekerja secara optimal

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

8

sehingga memutus reflek myotatic. Maka dari itu, nyeri juga akan berkurang

seiring dengan otot yang mulai rileks (Yulianto, 2016).

3.2.2 Kekuatan otot

Peningkatan kekuatan otot dapat terjadi karena adanya teori tentang respons

tubuh terhadap terapi latihan penguatan, yaitu tubuh akan beradaptasi dengan

latihan penguatan,latihan penguatan ini berupa active resisted exercise.

Peningkatan kekuatan diakibatkan oleh adaptasi neural yang kemudian

diikuti dengan adaptasi struktural. Proses adaptasi tersebut secara bertahap

akan menyebabkan peningkatan ukuran penampang melintang otot, hipertropi

pertumbuhan miofibril, hiperplasia serabut otot, dan perubahan serabut otot,

sehingga kekuatan otot secara bertahap akan mengalami peningkatan

(Tresnasari et al., 2017).

3.2.3 Lingkup Gerak Sendi

Peningkatan lingkup gerak sendi dapat terlihat seiring dengan menurunnya

nyeri, oedema, sehingga pasien dapat lebih leluasa menggerakan sendi yang

sebelumnya mengalami keterbatasan gerak. Setelah dilakukan penanganan

terapi sebanyak 6 kali, terlihat adanya peningkatan lingkup gerak sendi.

Terapi latihan dengan memberikan hold relax, selain membantu

menurunkan nyeri, fungsi utama dari latihan ini adalah untuk meningkatkan

lingkup gerak sendi ankle. Hal ini dapat terjadi karena pemberian hold relax

yang akan menyebabkan jaringan lunak yang mengalami pemendekan akibat

kondisi pasca operasi mengalami penguluran. Adanya penguluran pada

jaringan lunak yang memendek di sekitar sendi ankle akan diikuti dengan

penambahan LGS ankle secara signifikan. Pemberian hold relax berulang–

ulang terhadap jaringan yang memendek akan menyebabkan penguluran pada

jaringan tersebut sehingga LGS dapat bertambah dan dengan terjadinya

kontraksi otot agonis yang kuat, diikuti dengan rileksasi secara tiba – tiba otot

agonis serta terfasilitasinya serabut afferen pada otot agonis akan

menyebabkan rileksasi pada otot agonis dan antagonis. Maka dari itu, LGS

akan bertambah seiring dengan adanya rileksasi pada otot tersebut (Hendrik

et al., 2009).

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

9

3.2.4 Oedema

Pada kasus ini pasien mengalami keterbatasan gerak ankle dan pasien

merasakan nyeri tekan serta gerak, salah satu sebab terjadinya keterbatasan

dan nyeri tersebut karenanya adanya oedema pada daerah lutut kiri pasien.

Maka dari itu dengan berkurangnya oedema mempengaruhi peningkatan

lingkup gerak dan penurunan nyeri gerak pada ankle.

Static contraction merupakan salah satu latihan yang dapat dilakukan

untuk menurunkan odema pada daerah lutut kiri pasien. Static contraction

adalah salah satu bentuk latihan statis yang membuat otot berkontraksi tanpa

melibatkan pemanjangkan ataupun pergerakan sendi (Kisner& Colby, 2012)

Karena adanya kontraksi otot dalam keadaan statis ini, sehinga

memberikan efek pumping action, dimana menyebabkan peningkatan perifer

resistance of blood vessels. Adanya hambatan pada perifer ini menyebabkan

blood pressure meningkat dan diikuti dengan peningkatan cardiac output

secara otomatis sehingga mekanisme metabolisme menjadi lancar dan

sehingga menyebabkan oedema menurun (Joyner & Casey, 2015).

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Seorang pasien bernama Sdr. AR usia 28 tahun dengan diagnose post ORIF

fraktur supracondyler femur sinistra setelah menjalani fisioterapi sebanyak 5

kali mendapatkan hasil bahwa adanya peningkatan lingkup gerak sendi knee

sinistra dan kekuatan otot, serta penurunan bengkak dan skala nyeri diam,

tekan, dan gerak dengan modalitas infra merah dan terapi latihan berupa hold

relax, static contraction, active resisted exercise. Dari hasil dan uraian

sebelumnya penulis menyimpulkan bahwa infra merah dan terapi latihan

berupa hold relax, static contraction, active resisted exercise merupakan

teknologi intervensi fisioterapi yang dapat membantu meningkatkan lingkup

gerak sendi knee sinistra dan kekuatan otot, serta menurunkan bengkak dan

skala nyeri diam, tekan, dan gerak pada pasien.

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

10

4.2 Saran

Dari kesimpulan diatas maka Fisioterapis dapat memberikan saran kepada

pasien untuk melakukan latihan dirumah sesuai yang telah diajarkan oleh

fisioterapi yaitu melakukan gerak aktif lutut kiri lalu ditahan dalam 8

hitungan serta menggunakan alat bantu jalan crutch untuk menghindari dari

resiko jatuh dan resiko tulang patah kembali sampai proses penyembuhan

tulang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, N. N., Naghdi, S., Naseri, N., Entezary, E., Irani, S., Jalaie, S., & Hasson,

S. (2014). Effect of therapeutic infra-red in patients with non-specific low

back pain: A pilot study. Journal of Bodywork and Movement Therapies,

18(1), 75–81. https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2013.05.014

Carolyn Kisner, L. A. C. (2012). Therapeutic Exercise. Nervenheilkunde (6th ed.,

Vol. 36). Philadelphia: Davis Company. https://doi.org/10.1007/s13398-014-

0173-7.2

Gangavalli, A. K., & Nwachuku, C. O. (2016). Management of Distal Femur

Fractures in Adults. An Overview of Options. Orthopedic Clinics of North

America, 47(1), 85–96. https://doi.org/10.1016/j.ocl.2015.08.011

Hendrik, T, M. N., & Ramba, Y. (2009). Pengaruh Pemberian Interferensi dan

Ultrasound Pada Penerapan Hold RelaxTerhadap Perubahan Nyeri dan Jarak

Gerak Sendi Lutut Pasien Osteoarthritis di RSUD Prof. HM. Anwar

Makkatutu Bantaeng Hendrik, M. Nurdin T, Yonathan Ramba. Politeknik

Kesehatan Makassar Jurusan Fisioterapi.

Joyner, M. J., & Casey, D. P. (2015). Regulation of Increased Blood Flow

(Hyperemia) to Muscles During Exercise: A Hierarchy of Competing

Physiological Needs. Physiological Reviews, 95(2), 549–601.

https://doi.org/10.1152/physrev.00035.2013

Naibaho, B., Wibawa, A., & Indrayani, A. W. (2014). Kombinasi Resistance

Exercise Dan Stretching Lebih Meningkatkan Keseimbangan Statis

Dibandingkan Stretching Pada Lansia Di Desa Blimbingsari, Kecamatan

Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. FK Unud Denpasar, 000, 1–9.

Siregar, M. H., & Nasution, N. (2017). Clinical Outcome Difference of Internally

Fixated Distal Radius Fracture Between Young Patients and Elderly In Haji

Adam Malik General Hospital, 10(15), 272–276.

Wulandari, Dwitasari, & Nyoman Adiputra. (2015). Kombinasi Contract Relax

STRETCHING DAN INFRA MERAH SAMA BAIKNYA DENGAN

PEDAL EXERCISE UNDERCOMPRESSION DAN INFRA MERAH

Page 15: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF …eprints.ums.ac.id/65064/2/NASKAH PUBLIKASI.pdf · PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRACTURE COMMINUTIVE SUPRACONDYLER

11

UNTUK MENURUNKAN NYERI OTOT BETIS PADA PEMBATIK CAP

DI BUARAN PEKALONGAN. Sport and Fitness Journal, 3(3), 50–61.

Tresnasari, C., Basuki, A., & Defi, I. R. (2017). Efektivitas Latihan Penguatan

terhadap Kemampuan Fungsional Anggota Gerak Atas pada Pasien Strok

Iskemi Fase Subakut The Effectiveness of Strengthening Exercises on Upper

Limbs Functional Ability of Subacute Phase Ischemic Stroke Patients, 5(22),

182–188.

Yulianto Wahyono, B. U. (2016). Efek Pemberian Latihan Hold Relax Dan

Penguluran Pasif Otot Quadriceps. Kementrian Kesehatan Politeknik

Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi, (1), 116–124.