39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam semua makhluk hidup yang tersusun dari beberapa asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia. Protein memiliki fungsi yang sangat peting bagi kehidupan manusia yaitu untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel yang telah rusak. Pengukuran kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki setiap bahan makanan berbeda-beda (Poedjiadi, 1994). Pengukuran kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV–VIS. Pada dasarnya analisis kuantitatif/kualitatif dengan spektrofotometer berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan elektro bahan. Karena memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi

Penentuan Kadar Protein

Embed Size (px)

DESCRIPTION

protein

Citation preview

Page 1: Penentuan Kadar Protein

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein adalah segolongan besar senyawa organik yang dijumpai dalam

semua makhluk hidup yang tersusun dari beberapa asam amino yang dihubungkan

dengan ikatan peptida. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama

sel hewan atau manusia. Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan

manusia. Protein memiliki fungsi yang sangat peting bagi kehidupan manusia yaitu

untuk membangun sel tubuh baru dan mengganti sel  yang telah rusak. Pengukuran

kadar peotein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki

setiap bahan makanan berbeda-beda (Poedjiadi, 1994).

Pengukuran kadar protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer

UV–VIS. Pada dasarnya analisis kuantitatif/kualitatif dengan spektrofotometer

berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan elektro bahan. Karena

memiliki fungsi sebagai gelombang sekaligus sebagai materi, radiasi elektromagnetik

menjadi bermanfaat. Sebagai gelombang radiasi elektromagnetik mempunyai

panjang gelombang tertentu yang membuatnya dapat member warna yang terlihat.

Sebagai materi, gelombang elektromagnetik mempunyai energi yang dapat

berinteraksi dengan bahan. Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan

berbeda-beda. Karena itu, pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan.

Untuk dapat menghitng kadar protein, maka diperlukan spektrofotometer dengan

cara penembakan sampel. Untuk itulah maka pada praktikum kali ini dilakukan

percobaan untuk menentukan kadar protein dari berbagai sampel.

Page 2: Penentuan Kadar Protein

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara

penentuan kadar protein dalam suatu sampel dengan menggunakan metode Lowry.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar protein dalam

suatu sampel melalui metode Lowry dengan menggunakan spektrofotometer 20 D+.

1.3 Prinsip Percobaan

Reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat

dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triftofan (merupakan residu protein) dan akan

menghasilkan warna biru. Intensitas warna diukur pada panjang gelombang

maksimum dengan spektrofotometer 20 D+.

Page 3: Penentuan Kadar Protein

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kata protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau

utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau

manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang

terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan

pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 1994).

Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses

kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu

protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin yang ada di

dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut

oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.

Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang

disebut antigen, juga suatu protein (Poedjiadi, 1994).

Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau

tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang

berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein

adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan juga

buah-buahan (Poedjiadi, 1994).

Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan

yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping

digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai

sumber energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. komposisi rata-

rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah : karbon 50%, hidrogen 7%,

Page 4: Penentuan Kadar Protein

oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 3%. Dengan berpedoman

pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein

dalam suatu bahan makanan. Unsur nitrogen ditentukan secara kuantitatif, misalnya

dengan cara kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat (Poedjiadi,

1994).

Monomer pembentuk protein, asam amino, juga mempunyai peranan penting

dalam metabolisme sel hidup. Peranan tersebut adalah : sebagai substrat untuk

sintesis protein, pemasok nitrogen untuk sintesis senyawa yang mengandung nitrogen

lain, dan sumber energi bila dikatabolisme. Asam amino lain meskipun penyusun

molekul protein, tetapi mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme dalam

sel. Beberapa contoh misalnya adalah : asam gamma-aminobutirat yang penting

sebagai senyawa antara sintesis arginin dan siklus urea, dan lain-lain (Toha, 2001).

Tubuh manusia memiliki ribuan protein yang berbeda, yang semuanya

diperlukan untuk tetap hidup dan sehat. Asam amino adalah blok bangunan protein.

Ada 20 asam amino yang berbeda di alam. Semua asam amino termasuk lima bagian

dasar: pusat atom karbon, atom hidrogen, gugus amino (NH2), gugus karboksil

(COOH), kelompok R atau rantai samping (Sridianti, 2012).

Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut

organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda

dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik

maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut

dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Poedjiadi, 1994).

Terdapat dua jenis asam amino, berdasarkan kemampuan tubuh dalam

sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino

esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis didalam tubuh, tetapi

Page 5: Penentuan Kadar Protein

diperoleh dari luar misalnya melalui makanan (lisin, leusin, isoleusin, treonin,

metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial adalah

asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain

(Venesia, 2012).

Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai samping (gugus –

R) dan sifat kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas

asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian struktur

asam amino) (Venesia, 2012).

Asam amino non polar memiliki gugus R alifatik terdidri dari (Glisin, alanin,

valin, leusin, isoleusin dan prolin). Asam amino polar memiliki gugus R yang tidak

bermuatan, terdiri dari (Serin, treonin, sistein, metionin, asparagin, glutamin). Asam

amino dengan gugus R aromatik terdiri dari (Fenilalanin, tirosin dan triptofan). Asam

amino dengan gugus R yang bermuatan positif terdiri dari (Lisin, arginin, dan

histidin). Asam amino dengan gugus R yang bermuatan negatif terdiri dari (Aspartat

dan glutamat) (Nuringtyas, 2011).

Molekul asam amino dikatakan mempunyai konfigurasi L, jika gugus –NH2

terdapat disebelah kiri atom karbon α. Bila posisi gugus –NH2 disebelah kanan,

molekul asam amino itumempunyai konfigurasi D. Hal ini seperti pada konfigurasi

D-gliserida yang mempunyai gugus –OH disebelah kanan atom karbon asimetrik.

Dalam hal ini gugus –COOH pada molekul asam amino ditempatkan disebelah atas

seperti posisi gugus –COH pada molekul gliseraldehida. Asam-asam amino yang

terdapat pada protein umumnya mempunyai konfigurasi L (Poedjiadi, 1994).

Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara

5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan

menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam

Page 6: Penentuan Kadar Protein

molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan

peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik

(Poedjiadi, 1994).

Melalui suatu proses tertentu sejumlah besar molekul asam amino dapat

membentuk suatu senyawa yang memiliki banyak ikatan peptida. Molekul senyawa

ini merupakan suatu molekul besar atau makromolekul yang terdiri dari banyak

molekul asam aminodan karenanya disebut polipeptidaprotein adalah salah satu

makromolekul yang terdiri dari sejumlah besar asam amino (Poedjiadi, 1994).

Suatu peptida yang mempunyai dua buah ikatan atau lebih dapat bereaksi

dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan membentuk suatu senyawa kompleks yang

berwarna biru ungu. Reaksi ini dikenal dengan nama reaksi biuret.disamping itu

gugus karboksil pada asam amino dapat dilepaskan dengan proses dekarboksilasi dan

menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat bereaksi dengan

asam nitritdan melepaskan gas nitrogen yang dapat diukur volumenya. Van Slyke

menggunakan reaksi ini untuk menentukan gugus amino bebas pada asam amino,

pepetida maupn protein (Poedjiadi, 1994).

Alam menyediakan banyak polipeptida. Terdapat dua jenis polipeptida di

alam, yaitu polipeptida non protein dan polipeptida protein. Polipeptida non protein

adalah polipeptida polipeptida yang tersusun dari berbagai asam amino termasuk

asam amino bukan penyusun protein. Sebaliknya polipeptida protein hanya disusun

oleh 20 jenis asam amino penyusun protein (Toha, 2001).

Beberapa contoh polipeptida non protein yang terdapat di alam dengan fungsi

fisiologis khas adalah sebagai berikut : karnosin adalah beta alanin-L-histidin, suatu

peptida paling kecil yang terdapat dalam jaringan otot vertebrata. Anserin adalah beta

alanin-M3-metil-L-histidin juga terdapat dalam jaringan otot vertebrata termasuk

Page 7: Penentuan Kadar Protein

manusia. Kedua peptida terkecil ini diduga berperan dalam menentukan pH sel otot

(Toha, 2001).

Glutation merupakan tripeptida gamma glutamil-sistemia-glisin yang umum

terdapat dalam hewan, bakteri dan tumbuhan. Fungsi glutation diantaranya adalah

pengangkut asam amino melintas membran: melindungi protein dari bahan

berbahaya, mempertahankan atom besi hemoglobin dalam keadaan tereduksi.

Polipeptida non protein lain adalah oksitosin dan vasopresin merupakan hormon

peptida yang masing-masing berfungsi memacu kontraksi otot rahim wanita hamil

dan pengeluaran air susu pada wanita menyusui serta membersihkan pengaruh

antidiuretika yang kuat dengan memacu reabsorbsi air oleh ginjal (Toha, 2001).

Polipeptida non protein lain adalah angiotensin, yaitu dekapeptida yang

memiliki aktivitas prekursor. Terdapat dua macam angiotensin yaitu I dan II masing-

masing berfungsi meningkatkan tekanan darah, dan memacu kelenjar pituitari untuk

meningkatkan sekresi vasopresin. Somatostatin juga merupakan hormon peptida non

protein yang dihasilkan oleh pankreas dan hipotalamus. Somatostatin pankreas

berfungsi mengendalikan pelepasan insulin dan glukagon. Sedangkan somatostatin

hipotalamus dan berfungsi menghambat produksi hormon pertumbuhan manusia.

Sementara itu, golongan polipeptida protein dijumpai dalam jumlah banyak di alam.

Karena banyaknya jumlah protein dengan komposisi, urutan asam ammonium, dan

struktur tiga dimensi (Toha, 2001).

BAB III

Page 8: Penentuan Kadar Protein

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu: BSA (Bovine Serum

Albumin) 1 mg/ml, Lowry A, Lowry B (Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N 25 mL,

larutan Na.K.Tartrat 2% 0,25 mL dan larutan CuSO4.5H2O 1% 0,25 mL), tissue roll,

larutan sampel, kertas label dan akuades.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: Rak tabung

reaksi, tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL, pipet ukur 0,2 mL,

pipet ukur 0,5 mL, pipet ukur 1 mL, pipet ukur 5 mL, pipet ukur 0,2 mL, pipet ukur

25 mL, buret 50 mL, statif dan klem, pipet tetes, bulb, dan spektrofotometer

(spektronik 20 D+).

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Larutan Induk

Dalam percobaan ini tidak ada pembuatan larutan induk, karena larutan

induk BSA telah tersedia di laboratorium.

3.3.1 Pembuatan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan cara melakukan pengenceran terhadap larutan

induk BSA. Terlebih dahulu dihitung banyaknya volume yang ingin dipipet dan

volume yang ingin ditambahkan yang telah diketahui konsentrasinya dan volume

totalnya. Setelah diketahui disediakan 6 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

Kemudian dengan menggunakan pipet skala 0,2 mL, larutan induk dipipet sesuai

Page 9: Penentuan Kadar Protein

dengan volume yang telah dihitung masing-masing dengan konsentrasinya. Lalu

ditambahkan akuades dengan volume yang telah dihitung.

3.3.2 Pembuatan Reagen Lowry

Pada pembuatan pereaksi Lowry A yaitu dengan pencampuran antara follin

dengan akuades dengan perbandingan 1 : 1, digunakan follin sebanyak 2 mL dan

akuades 2 mL. Kemudian dengan menggunakan pipet skala 5 mL, follin dan akuades

dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 10 mL. Lalu larutan dihomogenkan.

Pembuatan Lowry B dilakukan dengan mencampurkan Na2CO3 dalam

NaOH 0,1 N, larutan CuSO4.5H2O 1 %, dan larutan Na-K-Tartrat 2 % dengan

perbandingan 100 : 1 : 1. Diambil larutan Na2CO3 dalam NaOH 0,1 N sebanyak 25

mL, ditambahkan dengan 0,25 mL larutan CuSO4.5H2O 1 % dan ditambahkan lagi

dengan 0,25 mL Na-K-Tartrat 2 %, lalu dihomogenkan.

3.3.4 Preparasi Sampel

Disiapkan tabung reaksi yang telah diisi 0,02 mL larutan sampel. Kemudian

dilarutkan dengan akuades hingga 2 mL. Setelah itu dihomogenkan.

3.3.5 Penentuan Kadar Protein

Disediakan 6 buah tabung reaksi yang telah berisi 2 mL larutan standar pada

konsentrasi berturut-turut 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 0 ,12 mg/mL, 1 buah tabung

reaksi yang diisi blanko sebanyak 2 mL dan 1 buah tabung reaksi yang diisi 2 mL

larutan sampel, masing-masing ditambah dengan 2,75 mL reagen Lowry B,

kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit. Setelah itu ditambah lagi dengan

0,25 mL larutan Lowry A, dikocok dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit.

Page 10: Penentuan Kadar Protein

Lalu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer 20 D+ pada panjang gelombang

maksimum tertentu (ditentukan terlebih dahulu).

Page 11: Penentuan Kadar Protein

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

4.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode bergantung pada jenis

sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode yang umum digunakan

adalah metode Kjeldahl, Lowry dan Biuret. Pada percobaan ini yang digunakan

adalah metode Lowry. Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu2+ dengan ikatan

peptida dan reduksi asam fosfomolibdat asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan

(merupakan residu protein) akan menghasilkan warna biru. Dalam metode Lowry ini

dilakukan beberapa hal yaitu membuat pereaksi, pembuatan kurva standar, penyiapan

sampel, dan penetapan sampel.

Untuk menentukan kadar protein dalam sampel cair digunakan larutan

standar dan blanko (akuades) sebagai pembanding. Larutan induk yang digunakan

adalah BSA (Bovine Serum Albumin) yang mempunyai konsentrasi 1 mg/mL.

Larutan standar yang digunakan dibuat dari larutan induk yang diencerkan dengan

akuades pada berbagai konsentrasi yaitu 0,02 mg/mL; 0,04 mg/mL; 0,06 mg/mL;

0,08 mg/mL; 0,1 mg/mL; dan 0,12 mg/mL.

Sebelum sampel ditambahkan pereaksi, maka terebih dahulu diadakan

preparasi sampel yaitu dipipet sebanyak 0,02 mL dan ditambahkan akuades sebanyak

5,9 mL sehingga volumenya menjadi 6 mL. Larutan tersebut kemudian dipipet lagi

sebanyak 1 mL dan ditambahkan akuades hingga volumenya mencapai 2 mL. Faktor

pengenceran yang digunakan pada preparasi sampel adalah 120 kali.

Page 12: Penentuan Kadar Protein

Blanko, larutan standar, dan sampel selanjutnya ditambahkan dengan

pereaksi Lowry yaitu Lowry A dan Lowry B. Reagen Lowry A dibuat dengan

menggunakan follin clocalteus yang diencerkan dengan akuades dengan

perbandingan 1:1. Reagen ini terdiri dari fosfotungstat-fosfomolibdat yang berperan

memberikan warna biru pada protein yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi

protein yang bersangkutan dalam suasana alkalis. Lowry A berperan sebagai pereaksi

utama yang akan tereduksi dalam suasana alkalis dengan membentuk kompleks

dengan protein. Sedangkan Lowry B terdiri atas Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N, Na-

K-tartrat 2%, dan CuSO4.5H2O. Dalam hal ini, Na-K-tartrat bertindak mencegah

terjadinya pengendapan kupri oksida yang terdapat dalam reagen. Sedangkan Na2CO3

sebagai garam yang mengkondisikan reaksi dalam suasana alkalis bersama NaOH, di

mana reaksi hanya akan terjadi dalam suasana alkalis. Adapun penggunaan

CuSO4.5H2O dalam percobaan ini ialah mereduksi fosfotungstat-fosfomolibdat. Pada

masing-masing tabung reaksi yang berisi larutan sampel, larutan standar dan blanko

ditambahkan dengan larutan Lowry B, dikocok dan didiamkan selama ±10 menit.

Larutan Lowry B dimasukkan terlebih dulu agar larutan CuSO4 siap untuk mereduksi

asam fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat pada Lowry A. Setelah itu,

dimasukkan larutan Lowry A dan didiamkan selama ±30 menit agar reaksi berjalan

sempurna dan warna yang timbul semakin baik. Asam fosfotungstat-fosfomolibdat

yang terdapat dalam larutan Lowry A inilah yang memberikan warna biru. Setelah

penambahan tersebut, semua larutan kemudian diukur absorbannya dengan

menggunakan spektrofotometer (spektronik 20 D+ ).

Pengukuran pada spektronik ini terlebih dahulu ditentukan panjang

gelombang maksimumnya.

Page 13: Penentuan Kadar Protein

Tabel 1. Data Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum pada [C] = 0,02 mg/mL

No. Panjang gelombang (λ) Absorban (A)

1 610 0,044

2 620 0,057

3 630 0,055

Grafik 1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, dengan menggunakan

panjang gelombang ini kita dapat menentukan kadar protein pada masing-masing

konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometer. Sehingga didapatkan data di

bawah ini.

Page 14: Penentuan Kadar Protein

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein

Konsentrasi

(ppm)Absorbansi

0,02-0,009

0,040,009

0,060,057

0,080,065

0,10,097

0,120,073

Sampel0,041

Blanko0

Grafik 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein

Keterangan:

y = absorbansi sampel = 0,041

x = konsentrasi sampel = 0,0616

Page 15: Penentuan Kadar Protein

Dari grafik di atas, didapatkan persamaan y = 0,974x - 0,019.

Dimana: y = ax + b

y = 0,974x - 0,019

0,041= 0,974x - 0,019

x = 0,0616

maka kadar protein = x . Fp

= 0,0616 x 100 = 6,16 mg/mL

4.2 Reaksi

Page 16: Penentuan Kadar Protein

4.3 Pembahasan

Dari rumus yang tertera di atas (y = 0,041) dengan y adalah absorban, x adalah

konsentrasi, dari rumus ini maka bisa dihitung konsentrasi sampel yang sudah kita

ketahui nilai absorbannya. Sedangkan untuk menghitung kadar protein dalam sampel

tersebut adalah dengan mengalikan nilai konsentrasi dengan faktor pengenceran,

yaitu sebesar 100 kali. Hasil akhir dari perhitungan tersebut adalah nilai kadar dari

protein.

Dari perhitungan dengan memperhatikan grafik absorban terhadap

konsentrasi maka diperoleh kadar protein 6,16 mg/mL. Hasil ini tidak sesuai dengan

apa yang sebenarnya karena larutan sampel mempunyai nilai absorban yang berada

diluar dari absorban deret standar. Hal ini dikarenakan beberapa kesalahan

diantaranya pembuatan reagen Lowry yang tidak sesuai, atau karena pengambilan

volume dari setiap bahan yang kurang pas karena dibutuhkan ketelitian tingkat tinggi

mengingat volume yang digunakan berada dalam skala cukup kecil atau mungkin

cara pengencaran sample yang kurang tepat. Sebenarnya untuk memperoleh kadar

protein yang akurat maka harus mengulang prosedur pengukuran kadar protein

sample tetapi karena keterbatasan waktu dan bahan maka prosedur tersebut tidak

diulangi.

Page 17: Penentuan Kadar Protein

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa

kadar konsentrasi protein sampel adalah sebesar 6,16 mg/mL.

5.2 Saran

5.2.1 saran untuk laboratorium

Sebaiknya alat-alat dilaboratorium ditambah agar dalam praktikum praktikan

tidak membuang waktu saling tunggu untuk bergantian menggunakan alat.

5.2.2 saran untuk percobaan

Sebaiknya pada percobaan ini dilakukan juga penentuan kadar protein dengan

menggunakan metode Biuret, agar dapat dibandingkan hasilnya.

5.2.3 saran untuk asisten

Sebaiknya asisten lebih tegas dalam praktikum, dan menjelaskan semua

konsep yang dibutuhkan oleh praktikan.

Page 18: Penentuan Kadar Protein

DAFTAR PUSTAKA

Nuringtyas Tri Rini, 2011, Asam-Asam Amino dan Protein, (online), http://www.elisa 1.ugm.ac.id/files/…asam%20amino%20protein.ppt, diakses pada tanggal 01 maret 2014.

Poedjiadi A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Pres, Jakarta.

Sridianti, 2012, Pengrtian dan Struktur asam amino, (online), http://www.sridianti.com/pengertian-asam-amino-dan-struktur.html, diakses pada tanggal 01 maret 2014.

Toha Abdul Hamid A., 2001, Metabolisme Biomolekul, Alfabeta, Bandung.

Venesia Jeane, 2012, Klasifikasi Asam Amino, (online), http://www.jeane 0905.blogspot.com/2012/08 klasifikasi-asam-amino-8713.html. diakses pada tanggal 01 maret 2014.

Page 19: Penentuan Kadar Protein

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR PROTEIN

NAMA : HANUNG ROHANI

NIM : H311 12 001

KELOMPOK : I SATU)

HARI/ TGL. PERC. : KAMIS/ 06 MARET 2014

ASISTEN : SARTIKA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 20: Penentuan Kadar Protein

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 11 Maret 2014

Asisten Praktikan

SARTIKA HANUNG ROHANI

Page 21: Penentuan Kadar Protein

Lampiran 1

Perhitungan dan Larutan Standar

a. Larutan Standar

Pembuatan larutan standar dilakukan dengan mengencerkan larutan

induk dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Pembuatan larutan standar ini

didasarkan pada rumus:

V1 M1 = V2 M2

1. Untuk konsentrasi 0,02 mg/mL

2. Untuk konsentrasi 0,04 mg/mL

3. Untuk konsentrasi 0,06 mg/mL

4. Untuk konsentrasi 0,08 mg/mL

Page 22: Penentuan Kadar Protein

5. Untuk konsentrasi 0,1 mg/mL

6. Untuk konsentrasi 0,12 ppm

Page 23: Penentuan Kadar Protein

LAMPIRAN II

Reaksi-reaksi

Page 24: Penentuan Kadar Protein

Lampiran III

Bagan Kerja

1. Pembuatan Larutan Induk BSA 1 mg/mL

2. Pembuatan Larutan Standar

a. Larutan Standar 0,02 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,04 mL ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,96 mL

Dihomogenkan

Diberi label

b. Larutan Standar 0,04 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,08 mL ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,92 mL

Dihomogenkan

Diberi label

10 mg BSA

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Dilarutkan dengan akuades hingga tanda garis

DihomogenkanHasil

Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

Page 25: Penentuan Kadar Protein

c. Larutan Standar 0,06 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,12 mL ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,88 mL

Dihomogenkan

Diberi label

d. Larutan Standar 0,08 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,16 mL ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,84 mL

Dihomogenkan

Diberi label

e. Larutan Standar 0,10 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,20 mL ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,80 mL

Dihomogenkan

Diberi label

Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

Page 26: Penentuan Kadar Protein

f. Larutan Standar 0,12 mg/mL

Dipipet sebanyak 0,24 mL ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan akuades sebanyak 1,76 mL

Dihomogenkan

Diberi label

3. Pembuatan Reagen Lowry

a. Pembuatan Reagen Lowry A

Ditambahkan akuades sebanyak 2 mL

Dihomogenkan

b. Pembuatan Reagen Lowry B

Ditambahkan 2,5 mL CuSO4

Ditambahkan 2,5 mL K-Na-Tartrat

Dihomogenkan

Larutan BSA 1 mg/mL

Hasil

2 mL follin

Hasil

Hasil

25 mL Na2CO3 dalam NaOH

Page 27: Penentuan Kadar Protein

4. Preparasi Sampel

Dipipet 0,2 mL ke dalam tabung reaksi

Dilarutkan dengan akuades hingga 2 mL

Dihomogenkan

5. Preparasi Kadar Protein

Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

Ditambahkan dengan 2,75 mL larutan Lowry B

Didiamkan selama 10 menit

Ditambahkan dengan 0,25 mL larutan Lowry A

Didiamkan selama 20 menit

Diukur absorbannya dengan menggunakan

spektrofotometer 20 D+

Larutan Sampel

Hasil

2 mL blanko 2 mL larutan standar 2 mL larutan sampel

Data