1

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020

TENTANG CIPTA KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN

PRODUK HUKUM KEUANGAN

DAERAH DI KABUPATEN PATI

Oleh :

Mohammad Iqbal, SE, MM

NIDN: 0614096901

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO

PROGRAM FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG

2021

Page 2: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

ii

- .

,,

Mohammnd IqbAl, SE. ~[1II1'1101'1.0614096901

S.I1I .... nQ.28 OeseI1II1<r 2020Ketu" Pcn ibdhln

/~

Kee, CayamsoriScmomogBiD}'. Pribadi

Mohammad Iqool. SE. MMLaki-lakl0614096901Mnnajcmc:n1118Tennga Pcng.ojorEkonomi Ml\nnjelnenUSM)1 Soekarne HOloScmorang 50 196024-6702757

MohMnnud Iqbal. SI!, MM

ManaJcmcn

lMPLlKASI UNDANC·UNDANC NOMORII TAIIUN 2020 Tf.N'I'ANC ClPTAKt:RJA TF.RHADAI' PEMDENTlIKANPRODU" IIUKUM KEUANGANOAERAH 01 ""DUI'ATEN P,\TI

Yoh.n", Suhnrdjo, SE. MSi. Ak, CANIS. 06557000504075

MengetahulO.k •• FE Unlversll as Scmarung

2. Bidan"J. K<I.. P<1.kSlln.

a. Namab Jenis KclliminC. NIONd Disiplin Ihnue. Pong.knl I Oolon&,,"f. 10001an~ Program S",dih. Pergurunn Tingsli. Alamal KantorJ. TdpIFaksIE'm",1

4. AnggolftL Ang,sol& Peruamab. Anggota Ked..c. Ancaoca Keliga

S. L4kasi.. L4kasi Kcgi.tlnb. KOla

6. Jumleh bloyo y3l1g diusulbn

J"".I

LDt:BAR PENGESAHANPENGABDIAN KEFADA MASYARAKAT

Page 3: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM
Page 4: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

iii

RINGKASAN Gagasan omnislaw yang produk akhirnya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

Tentang Cipta Kerja telah mempengaruhi kebijakan keuangan daerah. Disinilah

memungkinkan adanya pemahaman para anggota DPRD atas pengelolaan keuangan daerah.

Melalui konsep pengabdian dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentunya hal ini

menjadi penting bagi bekal anggota DPRD dalam membangun keuangan daerah yang

berbasis pada kepentingan masyarakat.

Kata kunci : Undang-Undang Cipta Kerja, Produk Hukum, Dan Keuangan Daerah

Page 5: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

iv

.

DAFTAR ISI

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ....................................................... ii

RINGKASAN .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................

BAB II KEGIATAN ..................................................................................................................

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

Page 6: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu

melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan

serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan

pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek

hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum,

pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan

selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan

global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar

mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-

luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah

dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata

dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk

menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan

kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan

berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.

Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama

dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab

adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan

dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah

Page 7: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

6

termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan

nasional. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu

berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan

kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Kepentingan dan aspirasi masyarakat tersebut harus dapat ditangkap oleh

Pemerintah Daerah maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai representasi

perwakilan rakyat dalam struktur kelembagan pemerintahan daerah yang menjalankan

fungsi pemerintahan, yang bertujuan sebagaimana yang disebutkan di atas. Pemerintah

daerah menjalankan fungsi pemerintahan dan DPRD menjalankan fungsi legislasi, fungsi

penganggaran (budgeting) dan fungsi pengawasan. Sebagai unsur pemerintahan daerah

DPRD turut serta melahirkan kebijakan-kebijakan di daerahnya, terutama yang

dituangkan dalam Peraturan Daerah. Secara umum peran ini diwujudkan dalam tiga

fungsi, yaitu:

1. Regulator yaitu mengatur seluruh, kepentingan daerah, baik yang termasuk urusan-

urusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun urusan- urusan pemerintah pusat

yang diserahkan pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan);

2. Policy Making yaitu merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan

program-program pembangunan di daerahnya;

3. Budgeting yaitu Perencanaan Anggaran Daerah (APBD); Lebih khusus berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU Susduk dan UU Pemerintahan

Daerah), implementasi kedua peran DPRD tersebut lebih disederhanakan

perwujudannya ke dalam tiga fungsi, yaitu :

1. Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah,

2. Fungsi anggaran; dan

3. Fungsi pengawasan.

Tugas dan Wewenang DPRD

1. Membentuk peraturan daerah kabupaten bersama Kepala Daerah;

2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai

anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten yang diajukan oleh Kepala

Daerah;

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten;

Page 8: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

7

4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan/atau wakil Kepala

Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan

pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;

5. Memilih wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil Kepala

Daerah; (catatan bagian hukum)

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupaten

terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan

oleh pemerintah daerah kabupaten;

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten;

9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan

pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

10. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

11. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD seyogyanya merupakan hubungan

kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna

bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan

sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini dapat dicerminkan dalam membuat

kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara

Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan

daerah untuk otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua

lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung (sinergi)

bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi

masing-masing. Namun dalam kenyataannya, sinergisme tersebut belum dapat berjalan

secara optimal. Kesetaraan hubungan tersebut seringkali dimaknai lain, yang mengurangi

fungsi dan kewenangan dewan. Sebagai contoh, masih banyaknya produk peraturan-

peraturan daerah yang merupakan inisiasi dari pemerintah daerah, bukan dari DPRD.

Padahal jika kita merujuk pada Pasal 95 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2004

dengan tegas dinyatakan bahwa ”DPRD memegang kekuasaan membentuk Peraturan

Daerah”. Ini artinya bahwa “leading sector” pembentukan PERDA seharusnya ada

ditangan DPRD. Belum lagi yang berkaitan dengan “bargaining posisition” dalam

Page 9: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

8

pembahasan APBD, DPRD masih dalam posisi yang lemah. Bagaimana tidak, draft Perda

APBD tersebut biasanya masuk ke Dewan dalam waktu yang sangat pendek, sehingga

sangat sulit bagi Dewan untuk secara teliti mengkaji substansi dari draft tersebut. Selain

kedua contoh di atas, jika kita lihat dari aspek penganggaran yang dimiliki Dewan, masih

sangat timpang dibandingkan dengan penganggaran yang ada di pemerintah daerah.

Dewan tidak mempunyai otonomisasi anggaran yang dapat mendukung fungsi dan

kinerjanya secara optimal. Sehingga tidak aneh jika seringkali muncul ’rumor’ bahwa

DPRD hanya sebagai ’rubber stamp’ yang meligitimasi semua kebijakan pemerintah. Hal

ini diperparah lagi dengan regulasi kita yang belum memberikan kedudukan yang setara

antara pemerintah daerah dengan DPRD, yaitu antara lain yang berkaitan dengan :

• Status pejabat negara, hanya melekat pada kepala daerah tidak termasuk anggota

DPRD;

• Pengaturan hak inisiasi legislasi bagi anggota maupun kelembagaan DPRD dibanding

dengan pengaturan inisiasi legislasi dari pemerintah daerah (dalam bentuk peraturan

teknis pelaksanaan);

• Kedudukan, tugas dan fungsi alat kelengkapan Panitia Legislasi dalam struktur

kelembagaan Dewan;

• Pengangkatan staf ahli untuk mendukung kinerja dewan; dll.

Dari kondisi yang demikian, memang sepertinya sangat sulit untuk berharap banyak

adanya kesetaraan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD, tetapi hal ini bukannya tidak

mungkin. Sejalan dengan perubahan konstitusi dan kematangan otonomi daerah, mulai

dilakukan penguatan fungsi dan kinerja dewan melalui perubahan regulasi, pembenahan

struktur kelembagaan (mis. Adanya penambahan alat kelengkapan dewan yang berupa

Panitia Legislasi, Badan Kehormatan, dll), penguatan kelembagaan (optimalisasi fungsi

alat-alat kelengkapan dewan), penguatan penganggaran, peningkatan daya dukung Dewan

(sarana-prasarana dan staf) dan penentuan Program Legislasi Daerah sebagai instrumen

perencanaan pembentukan peraturan daerah yang disusun secara berencana, terpadu dan

sistematis antara Dewan dan Pemerintah Daerah.

Dalam rangka Tri Dharma Perguruan Tinggi dan mendasari Peraturan Pemerintah

Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, serta mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 133 Tahun 2017 Tentang Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Page 10: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

9

Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

133 Tahun 2017 tentang Orientasi dan Pendalaman Tugas Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Pati ada

beberapa materi yang akan disampaikan; pertama yaitu “Penyusunan Renja DPRD yang

berkualitas dan Implementasi E- Pokirbagi pimpinan dan Anggota DPRD. ”, DPRD

merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan yang memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Fungsi anggaran yang ada bersama kepala daerah menyusun serta menetapkan APBD tiap

tahun ke tahun. Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang

mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta

mengorganisasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah. Fasilitasi Penyusunan Pokok-pokok Pikiran DPRD

adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun oleh Sekretariat DPRD.

Proses input Pokok-pokok Pikiran DPRD diawali dengan pelaksanaan kegiatan

Reses DPRD dalam rangka Sosialisasi Pelaksanaan APBD dan Penyerapan Aspirasi

Masyarakat dalam hal ini konstituen dari masing-masing Anggota Dewan Aksi perubahan

yang dilaksanakan oleh project leader ini diharapkan mampu memberikan perubahan

dalam menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government) dengan

terciptanya hubungan yang harmonis antara Eksekutif dan Legislatif sebagai

penyelenggara pemerintahan. Tidak ada lagi Anggota DPRD harus dijadikan tersangka

Tipikor hanya karena anggaran aspirasi

yang diterjemahkan dalam bentuk program dan kegiatan tidak termuat dan terbahas dalam

Pokok-Pokok Pikiran DPRD dan tidak disinergikan dengan RKPD (Rencana Kegiatan

Pembangunan Daerah) dan RPJMD. Pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat terlaksana

dengan baik sesuai dengan tahapan dan regulasi dalam rangka untuk mewujudkan tujuan

nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Materi yang kedua yaitu Implikasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja terhadap Pembentukan Produk Hukum Keuangan Daerah di

Kabupaten Pati, Konsep Omnibus Law dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan menjadi sangat populer di Indonesia. Presiden menganggap Omnibus Law dapat

menjadi solusi disharmoni/tumpang-tindih peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

Namun, penyiapan Omnibus justru menimbulkan permasalahan di masyarakat, mulai dari

Page 11: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

10

proses penyusunan yang sangat singkat dan dianggap tidak partisipatif ditambah materi

muatan yang dianggap merugikan masyarakat karena proses pembuatanya dilakukan

secara tertutup dan tidak melibatkan semua pemangku kepentingan

Materi yang ketiga yaitu Kepemimpinan dan Komunikasi Politik, Kepemimpinan

merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian kinerja yang demokratis.

Dengan kemampuan komunikasi yang memahami kondisi sekelilingnya dan mampu

berempati terhadap semua kelompok masyarakat, maka upaya untuk mencapai tujuan

organisasi lebih memungkinkan untuk dicapai tanpa menghadapi penolakan dari berbagai

entitas di masyarakat. Eksistensi Kepemimpin dalam konteks komunikasi, adalah

kemampuan pemimpin dalam melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain,

supaya dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Haiman

(dalam Stogdill,1974:7), “kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dalam proses

interaksi melalui pembicaraan ataupun melalui prilaku orang lain”. Sedangkan Rogers

(1969 :223), menegaskan, “kepemimpinan sebagai kemampuan bertindak dan

berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain sesuai dengan jalan yang diinginkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan “. Berdasarkan kepada dua pengertian itu, unsur –

unsur yang menonjol dalam kepemimpinan adalah kemampuan berkomunikasi untuk

mempengaruhi

Materi yang keempat yaitu Tata cara penyusunan, penyampaian dan integrasi

pokok pikiran DPRD dalam dokumen perencanaan, Sesuai ketentuan dalam Lampiran

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 33 Tahun 2019 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2020,

menyebutkan, DPRD menyampaikan pokok-pokok pikiran paling lambat seminggu

sebelum dilaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan untuk penyusunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Apabila disampaikan melewati batas waktu

seminggu sebelum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), pokir dewan

tersebut akan dijadikan bahan masukan saat penyusunan perubahan RKPD sebagai dasar

perubahan APBD tahun berjalan atau pada penyusunan RKPD tahun berikutnya

Guna mewujudkan dasar pemikiran di atas, maka bersama ini kami Universitas

Semarang (USM) melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas

Semarang (PPSDM-USM) bekerjasama dengan Sekretariat DPRD Kabupaten Pati serta

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa

Tengah telah menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis DPRD Kabupaten Pati

dengan tema “Penyusunan Renja DPRD yang Berkualitas”.

Page 12: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

11

B. DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang -

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-

Undang;

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

5. Permendagri Nomor 133 Tahun 2017 sebagaimana telah diubah dalam

Permendagri Nomor 14 Tahun 2018 Tentang Orientasi dan Pendalaman Tugas

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten dan Kota;

6. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2017 tentang Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD;

7. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

8. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata

Tertib DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah;

10. Permendagri No. 33 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020;

11. Permendagri No. 64 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021;

Page 13: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

12

12. Surat Edaran Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya manusia Kementerian

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 895.3/4007/BPSDM perihal Pelaksanaan

Pendalaman Tugas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

dalam Tatanan Adaptasi Kebiasaan Baru.

C. MATERI

1. Penyusunan Renja DPRD yang berkualitas dan Implementasi E- Pokir bagi pimpinan

dan Anggota DPRD

Narasumber : Rino Rio Kent, S.STP, MM (Kemendagri RI)

2. Implikasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap

Pembentukan Produk Hukum Keuangan Daerah di Kabupaten Pati

Narasumber : Mohammad Iqbal, S.E.,M.M.

(Akademisi)

3. Kepemimpinan dan Komunikasi Politik

Narasumber : : Dr. Drs. Teguh Yuwono, M.Pol.Admin

(Praktisi, Pengamat Politik, Akademisi)

4. Tata cara penyusunan, penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD dalam

dokumen perencanaan

Narasumber : Siti Ismaillyaningsih (Bappeda Provinsi Jawa Tengah)

5. FGD (Focus Group Discussion)

“Penyusunan Renja DPRD yang Berkualitas”

Narasumber : Pimpinan DPRD Kab. Pati

D. MAKSUD DAN TUJUAN PELAKSANAAN

Maksud dan Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Memberikan sumbangan pemikiran serta peningkatan kapasitas dan kompetensi

bagi pimpinan, anggota, sekretaris dan staf sekretariat DPRD Provinsi dan DPRD

Kabupaten/Kota mengenai pembaharuan tugas anggota DPRD yang berlaku saat

ini;

Membekali peserta agar memiliki kompetensi dan kemampuan profesi sebagai

anggota DPRD yang merupakan wakil rakyat;

Meningkatakan wawasan, pengetahuan, kapasitas dan kapabilitas Sumber Daya

Page 14: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

13

Manusia guna mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas-tugas DPRD;

Peserta mampu bagaimana memahami Penyusunan Renja DPRD yang

berkuakitas dan Implementasi E- Pokir bagi pimpinan dan Anggota DPRD;

Peserta mampu bagaimana memahami Implikasi Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Pembentukan Produk Hukum Daerah di

Kabupaten Pati Peserta mampu memahami Pencegahan Tidak Pidana Korupsi;

Peserta mampu memahami kepemimpinan dan komunikasi politik;

Peserta mampu memahami Tata cara penyusunan, penyampaian dan integrasi

pokok pikiran DPRD dalam dokumen perencanaan;

Peserta mampu memahami dan menerik kesimpulan dari beberapa materi

kegiatan Bimbingan Teknis.

E. PEMBIAYAAN

Pembiayaan pengabdian Implikasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang

Cipta Kerja Terhadap Pembentukan Produk Hukum Keuangan Daerah Di Kabupaten

Pati dibiayai oleh pribadi.

.

Page 15: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

14

BAB II

KEGIATAN

A. TEMA PENGABDIAN

“IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG

CIPTA KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM

KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN PATI ”

B. WAKTU DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN

Hari : Rabu s.d. Sabtu

Tanggal : 16 s.d. 19 Desember 2020

Tempat : Hotel Grand Edge - Kota Semarang

Jl. Sultan Agung No.96, Wonotingal, Kec. Candisari,

Kota Semarang

C. MATERI PENGABDIAN

1. Penyusunan Renja DPRD yang berkualitas dan Implementasi E- Pokir bagi

pimpinan dan Anggota DPRD

2. Implikasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap

Pembentukan Produk Hukum Keuangan Daerah di Kabupaten Pati

3. Kepemimpinan dan Komunikasi Politik

4. Tata cara penyusunan, penyampaian dan integrasi pokok pikiran DPRD dalam

dokumen perencanaan

5. FGD (Focus Group Discussion)

“Penyusunan Renja DPRD yang Berkualitas”

D. NARASUMBER

2. Mohammad Iqbal, S.E.,M.M.( Akademisi)

E. MODERATOR

1. Sudarmono, S.E.

F. PESERTA

Peserta yang mengikuti pengabdian dari Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Pati sebanyak 47 orang peserta.

Page 16: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

15

Pendamping dari Sekretariat DPRD Kabupaten Pati sebanyak 6 orang

Absensi Peserta dan Pendamping terlampir.

DAFTAR PUSTAKA

Arinanto, Satya. Reviving Omnibus Law: Legal Option for Better Coherence. Jakarta Post,

2019

Asshiddiqie, Jimly. Perihal Undang-Undang, Jakarta, Rajawali Pers, 2010 Badan Pembinaan

Hukum Nasional-Kementerian Hukum dan HAM, Dokumen Pembangunan Hukum

Nasional Tahun 2019, Jakarta, 2019

Bab IV Lampiran UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, khususnya

pembahasan mengenai Arah Pembangunan Nasional. Perencanaan Pembangunan

Hukum Nasional

Bryan A. Garner, et. al. (Eds.). Black’s Law Dictionary Ninth Edition. St. Paul: West

Publishing Co., 2009 Conboy, Maria Soetopo, “Indonesia Getting its Second Wind:

Law and Economics for Welfare Maximization”, Kompas Gramedia, Jakarta, 2015

Daliyo, dkk, Pengantar Ilmu Hukum : Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utma, 1996, h. 21-32 Duhaime Legal Dictionary, 2016

Hestu, B. Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009

I C van der Vlies, Handboek wetgeving. Print book, Dutch, 1991

Page 17: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

16

FOTO-FOTO KEGIATAN

Page 18: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

17

Page 19: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

18

BIODATA TIM PENGABDIAN KETUA PENGABDIAN

A Identitas Diri

No Biodata Uraian

1 Nama lengkap Mohammad Iqbal, S.E.,M.M.

2 Jabatan fungsional Dosen Ekonomi D III Manajemen

3 Jabatan structural Tenaga Pengajar

4 NIS/NIDN 0614096901

5 Tempat dan tanggal lahir Semarang, 14 September 1969

6 Alamat Rumah Jl . Badak Kota Semarang

7 No telpon/Faks/HP 085225039999

8 Alamat email [email protected]

9 Mata kuliah diampu Manajemen Pemasaran

Riwayat Pendidikan

No Keterangann S1 S2

1 Nama Perguruan Tinggi Universitas

Diponegoro

(UNDIP)

Universitas

Diponegoro

(UNDIP)

2 Bidang Ilmu Manajemen Magister Manajemen

3 Tahun Masuk-Lulus 1989-1993 1995-1997

Pengalaman Karya Ilmiah 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Karya Ilmiah Isbn/Issn Penerbit

1. 2020 PERLINDUNGAN

HUKUM

TERHADAP MEREK

YANG TERDAFTAR

Journal Ius

Constituendum P -

ISSN : 2541-2345 ,

E -ISSN : 2580-8842

Volume 5, nomor 1,

April 2020

Magister Hukum

2. 2020 PENGARUH

PELAKSANAAN E

KATALOG DALAM

PENGADAAN

BARANG/JASA

PEMERINTAH

TERHADAP UMKM

Journal Ius Law

Review ISSN

: 2621-4105

Volume 3, nomor 1,

April 2020

Magister Hukum

Demikian biodata ini sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Page 20: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

19

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam penyusunan laporan Pengabdian kepada Masyarakat.

Semarang, 23 Desember 2020

Pengusul

Mohammad Iqbal, SE, MM

NIDN.0614096901

Page 21: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM
Page 22: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM
Page 23: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM
Page 24: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM
Page 25: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

1

OLEH :Mohammad Iqbal, SE, MM

NIDN: 0614096901

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS SEMARANG

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR

11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

TERHADAP PEMBENTUKAN PRODUK

HUKUM KEUANGAN DAERAH DI

KABUPATEN PATI

Page 26: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

Page 27: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

Page 28: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

Page 29: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

“OMNIBUSLAW BERPENGARUH

PADA KEUANGAN DAERAH

KARENA MEMILIKI ASPEK

HUBUNGAN MASALAH

INVESTASI DAN UMKM

SEBAGAIMANA MATERI

OMNIBUSLAW SEBAGAI BERIKUT

Page 30: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

OMNIBUSLAW : PERUBAHAN PERATURAN

01

02

03

04

MERUPAKAN UPAYA MERUBAH UNDANG-

UNDANG SECARA SEKALIGUS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG

MENCAKUP BERBAGAI TOPIK

SUATU PERATURAN YANG DIBUAT BERDASARKAN HASIL

KOMPILASI BEBERAPA ATURAN DENGAN SUBSTANSI

DAN TINGKATANNYA BERBEDA

SEBUAH UNDANG-UNDANG (UU) YANG DIBUAT UNTUK

MENYASAR ISU BESAR YANG ADA DI SUATU NEGARA. “SELAIN

MENYASAR ISU BESAR, TUJUANNYA JUGA UNTUK MENCABUT

ATAU MENGUBAH BEBERAPA UU

Page 31: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

ORIENTASI OMNIBUSLAW PEMERINTAH(perspektif kajian akademis)

Mempercepat

Pertumbuhan

Ekonomi

Pada RUU cipta Lapangan

Kerja Omnibuslaw bertujuan

mempercepat proses

ekonomi yang salah satu

bentuknya penciptaan

lapangan kerja

Kemudahan proses

perizinan dalam

mendukung investasi

Penyederhanaan

Peraturan

Page 32: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

8

PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIUBAH DALAM OMNIBUSLAW

BAHWA DARI 78 (TUJUH PULUH DELAPAN)

UNDANG-UNDANG YANG MATERI MUATAN AYAT, PASAL, DAN/ATAU BAGIAN KETENTUAN

NORMANYA DIUBAH ATAUPUN DIHAPUS PADA SAAT PROSES PEMBAHASAN

1. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2. UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pulau Kecil

3. UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

4. UU No. 4 Tahun 2011 tentang Geospasial

5. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

6. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

7. UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek

8. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Kelautan

9. UU No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan

10.UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman

11.UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan

12.UU No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

13.UU No. 13 Tahun 2010 tentang Holtikultura

14.UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

15.UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

16.UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan Pemberantasan Hutan

17.UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

18.UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Page 33: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

LANJUTAN

19.UU No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi

20.UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

21.UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

22.UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

23.UU No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

24.UU No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal

25.UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

26.UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan Rakyat

27.UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

28.UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

29.UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

30.UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

31.UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian

32.UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

33.UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

34.UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

35.UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

36.UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

37.UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

38.UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

39.UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman

Page 34: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

LANJUTAN 40.UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

41.UU No. 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah

42.UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos

43.UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

44.UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

45.UU No. 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan

46.UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

47.UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

48.UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

49.UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

50.UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

51.UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

52.UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Nasional

53.UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

54.UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

55.UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menegah

56.UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

57.UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

58.UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten

59.UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

60.UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

61.Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 juncto Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang Undang-Undang

Gangguan (Hinderordonnantie)

Page 35: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

LANJUTAN

62.UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

63.UU No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak

Garam

64.UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

65.UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

66.UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

67.UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah

68.UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan;

69.UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

70.UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

71.UU No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

72.UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangungan untuk Kepentingan Umum

73.UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

74.UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

75.UU No. 36 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

76.UU No. 37 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

77.UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

78.UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Efek omnibuslaw diantaranya perda RTRW, perizinan dan lain-lainya

Page 36: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

JANGKAUAN YANG DIATURPertama, perbaikan ekosistem investasi dengan menciptakan ekosistem investasi

yang mendukung kemudaan berusaha melalui pengaturan:

a. Penyederhanaan Perizinan Berusaha

b. Persyaratan Investasi

c. Ketenagakerjaan

d. Kemudahan Berusaha

e. Riset dan Inovasi

f. Pengadaan Lahan

g. Kawasan Ekonomi

Kedua, UMK-M termasuk koperasi yaitu menciptakan Kemudahan, Pemberdayaan

dan Perlindungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMK-M) serta Perkoperasian

melalui pengaturan:

a. Kriteria UMK-M

b. Basis Data Tunggal

c. Collaborative Processing/Pengelolaan Terpadu UMK-M

d. Kemudahan Perizinan Tunggal

e. Kemitraan, Insentif dan Pembiayaan

Ketiga, Mendorong peningkatan dan kemudahan Investasi dan Proyek Pemerintah

yang menjadi sumber penciptaan lapangan kerja.

Page 37: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

TUJUAN CIPTA KERJA DIBENTUK :

menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja

dengan memberikan kemudahan, pelindungan, dan

pemberdayaan terhadap koperasi dan UMK-M serta industri dan perdagangan

nasional sebagai upaya untuk dapat menyerap tenaga kerja

Indonesia yang seluas-luasnya dengan tetap

memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antardaerah dalam kesatuan

ekonomi nasional;

menjamin setiap warga negara memperoleh

pekerjaan, serta mendapat imbalan dan perlakuan yang

adil dan layak dalam hubungan kerja;

melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan

yang berkaitan dengan keberpihakan, penguatan, dan

perlindungan bagi koperasi dan UMK-M serta industri

nasional; dan

melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan

yang berkaitan dengan peningkatan ekosistem

investasi, kemudahan dan percepatan proyek strategis nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional

yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi

nasional dengan berpedoman pada haluan ideologi

Pancasila.

Page 38: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;

b. ketenagakerjaan;

c. kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan koperas

Dan UMK-M;

d. kemudahan berusaha;

e. dukungan riset dan inovasi;

f. pengadaan tanah;

g. kawasan ekonomi;

h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek

i. strategis nasional;

j. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan

k. pengenaan sanksi.

Ruang Lingkup Undang-Undang ini mengatur kebijakan strategis Cipta

Kerja yang meliputi:

Page 39: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

OMNIBUSLAW HIPEREGULASI BARU

TERDAPAT MASALAH FUNDAMENTAL YANG ADA DALAM RUU CIPTA LAPANGAN KERJA YANG TELAH DISAHKAN YAITU PADA SATAU SISI DIHARAPKAN MENGATASI

PERMASALAHAN OVER-REGULATED PEMBANGUNAN DAN INVESTASI,

(INDUSTRIALISASI HUKUM KATA MAHFUD MD)

DALAM NASKAH AKHIR RUU CIPTA KERJA MENSYARATKAN ADANYA SEKITAR 500 ATURAN (KURANG LEBIHNYA) TURUNAN

SEHINGGA BERPOTENSI MELAHIRKAN HYPER-REGULATED DAN PENGATURAN YANG JAUH LEBIH KOMPLEKS.

Page 40: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

IMPLIKASI OMNIBUSLAW CIPTA KERJA TERHADAP PRODUK HUKUM DAERAH

Asas lex superior derogat legi

inferior yang artinya peraturan yang lebih

tinggi mengesampingkan yang rendah (asas

hierarki)

LEX SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIOR

LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALI

Asas Lex Posterior Derogat Legi

Priori yaitu pada peraturan yang

sederajat, peraturan yang paling baru melumpuhkan

peraturan yang lama.

Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori

Lex specialis derogat legi

generali adalah asas

penafsiran hukum

yang menyatakan bahwa

hukum yang bersifat khusus

(lex specialis)

mengesampingkan hukum \

yang bersifat umum (lex

generalis)

Page 41: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

IMPLIKASI TERDAPAT 286 KATA

PEMERINTAH DAERAH, 40 KATA PERATURAN DAERAH, DAN 30

KATA KEPALA DAERAHYANG DISEBUT DALAM UU RI

NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA

Page 42: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

IMPLIKASI OMNIBUSLAW CIPTAKERJA TERHADAP PRODUK HUKUMDAERAH

Terdapat 8 kata pemerintah daerah(huruf kecil semua) yang disebut dalam UU RI Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja

Pasal 22 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059) diubah sebagai berikut: angka 33Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorongPemerintah, pemerintah daerah, atau setiap orang ke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pasal 34 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan danKesehatan Hewan diubah sebagai berikut: (3) Pemerintah daerah kabupatenlkota yang di daerahnyamempunyai persediaan lahan yang memungkinkan dan memprioritaskan budi daya Ternak skala kecilwajib menetapkan lahan sebagai kawasan penggembalaan umum.

Pasal 34 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang Peternakan danKesehatan Hewan diubah sebagai berikut: Pemerintah daerah kabupaten/kota membina bentuk kerjasama antara pengusahaan peternakan dan pengusahaan tanaman pangan, hortikultura, perikanan,perkebunan, dan kehutanan serta bidang lainnya dalam memanfaatkan lahan di kawasan tersebutsebagai sumber pakan Ternak murah.

Page 43: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

IMPLIKASI OMNIBUSLAW CIPTAKERJA TERHADAP PRODUK HUKUMDAERAH

Terdapat 8 kata pemerintah daerah(huruf kecil semua) yang disebut dalam UU RI Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja

Pasal 34 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan danKesehatan Hewan diubah sebagai berikut: (5) Dalam hal pemerintah daerah kabupatenlkota tidakmenetapkan lahan sebagai kawasan penggembalaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3),Pemerintah Pusat dapat menetapkan lahan sebagai kawasan penggembalaan umum.

Pasal 58 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO9 tentang Penerbangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 49561 diubah : Pasal 91 Ayat (4) (4) Kegiatan angkutan udara niaga berjadwal yangbersifat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan atas inisiatif instansiPemerintah, pemerintah daerah dan/atau badan usaha angkutan udara niaga nasional.

Pasal 58 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO9 tentang Penerbangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 49561 diubah : Pasal 118 Ayat (2) Pemegang izin kegiatan angkutan udara bukanniaga yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, badan usaha, dan lembaga tertentuwajib:

Page 44: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

IMPLIKASI OMNIBUSLAW CIPTA KERJA TERHADAP PRODUK HUKUM DAERAH

Terdapat 8 kata pemerintah daerah(huruf kecil semua) yang disebut dalam UU RI Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja

Pasal 79 Ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008tentang Perbankan Syariah diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 9ayat (1) Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh: a.warga negara Indonesia; b. badan hukum Indonesia; c. pemerintah daerah; d.warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warganegara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan.

Pasal 79 Ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008tentang Perbankan Syariah diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: ayat (2)Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruhnyadimiliki oleh warga negara Indonesia; b. pemerintah daerah; atau c. dua pihakatau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b.

Page 45: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

21

DALAM KETENTUAN UMUM

Ketentuan umum

6. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah Daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

7. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Page 46: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

22

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan RuangPasal 9 ayat

(3) Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko menengah tinggi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pemberian: a.

nomor induk berusaha; dan b. sertifikat standar.

(4) Sertifikat standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

merupakan pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi standar usaha

dalam rangka melakukan kegiatan usaha.

(5) Sertifikat standar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

merupakan sertifikat standar usaha yang diterbitkan Pemerintah Pusat

atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya berdasarkan hasil

verifikasi pemenuhan standar pelaksanaan kegiatan usaha oleh Pelaku

Usaha.

Page 47: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

23

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang

Paragraf 4 Perizinan Berusaha Kegiatan Usaha Berisiko Tinggi Pasal 10 :

(1) Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (7) huruf c berupa pemberian: a. nomor induk berusaha; dan b. izin.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan persetujuan Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan kegiatan usaha yang wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha

sebelum melaksanakan kegiatan usahanya.

(3) Dalam hal kegiatan usaha berisiko tinggi memerlukan pemenuhan standar usaha dan standar

produk, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah menerbitkan sertifikat standar usaha dan sertifikat

standar produk berdasarkan hasil verifikasi pemenuhan standar.

Beberapa ketentuan dalam pasal 65 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

pada ayat (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah dengan melibatkan peran masyarakat.

Page 48: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

24

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

menegaskan Pasal 14 mengatur Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah

rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupatenlkota yang dilengkapi dengan peraturan

zonasi kabupaten/ kota.

(1) Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 hurlf a

merupakan kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR.

(2) Pemerintah Daerah wajib menyusun dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dan sesuai

standar.

(3) Penyediaan RDTR dalam bentuk digital sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai

dengan standar dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi

mengenai kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya dengan RDTR.

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menegaskan Pasal

15 ayat (1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum menyusun dan menyediakan RDTR sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (2), Pelaku Usaha mengajukan permohonan persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan

ruang untuk kegiatan usahanya kepada Pemerintah Pusat melalui sistem Perizinan Berusaha secara elektronik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 49: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

25

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menegaskan Pasal

11 Wewenang Pemerintah Daerah kabupaten/kota dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kola;

pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.

Beberapa ketentuan dalam pasal 60 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap

orang berhak untuk:

mengetahui rencana tata ruang;

menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan rLlang;

memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan

yang sesuai dengan rencana tata ruang;

mengajukan tuntuan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana

tata ruang di wilayahnya;

mengajukan tuntutan pembatalan persetujuan kegiatan penataan ruang dan/atau penghentian pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

mengajukan gugatan ganti kerugian kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau kepada

pelaksana kegiatan pemanfaatan ruang apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang menimbulkan kerugian.

Page 50: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

26

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Beberapa ketentuan dalam pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang menyatakan Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media

lingkungan hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku mutu 1ingkungan hidup; dan b. mendapat persetujuan

dari pemerintah pusat atau Pemerintah Daerah.

Beberapa ketentuan dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan lingkungan hidup untuk rencana usaha dan/atau kegiatan.

Uji kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim uji kelayakan

lingkungan hidup yang dibentuk oleh lembaga uji kelayakan lingkungan hidup pemerintah Pusat.

Tim uji kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, dan ahli bersertifikat.

Pemerintah Pusat atau pemerintah Daerah menetapkan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup

berdasarkan hasil uji kelayakan lingkungan hidup.

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan sebagai

persyaratan penerbitan perizinan Berusaha, atau persetujuan Pemerintah pusat atau pemerintah

Daerah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata laksana uji kelayakan lingkungan hidup diatur dalam peraturan

Pemerintah.

Page 51: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

27

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Beberapa ketentuan dalam pasal 34 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap Lingkungan Hidup wajib

memenuhi standar UKL-UPL.

Pemenuhan standar UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah menerbitkan Perizinan Berusaha, atau persetujuan

pemerintah pusat atau pemerintah daerah

Beberapa ketentuan dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu

Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah membantu penyusunan Amdal bagi usaha dan/atau kegiatan

Usaha Mikro dan Kecil yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup.

Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya, dan/atau

penyusunan Amdal.

Penentuan mengenai usaha dan/atau kegiatan Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan berdasarkan kriteria sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 52: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

28

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Beberapa ketentuan dalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan pada ayat (4)

Pengelolaan Limbah 83 wajib mendapat Perrzinan Berusaha, atau

persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Ayat (5)

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah wajib mencantumkan

persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang

harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam Perizinan Berusaha, atau

persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

Page 53: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

29

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2Ol9 tentang

Sumber Daya Air dalam pasal 9 ayat (3) dinyatakan Hak

Ulayat dari Masyarakat Adat atas Sumber Daya Air

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diakui

sepanjang kenyataannya masih ada dan telah diatur

dalam Peraturan Daerah.

Page 54: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

30

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Beberapa ketentuan dalam pasal 156 B Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO9

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Dalam mendukung kebdakan kemudahan berinvestasi,

gubernur/bupati/wali kota dapat memberikan insentif fiskal kepada pelaku

usaha di daerahnya.

Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pengurangan,

keringanan, dan pembebasan, atau penghapusan pokok pajak dan/atau

sanksinya.

Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dapat diberikan atas

permohonan wajib pajak atau diberikan secara jabatan oleh kepala daerah

berdasarkan pertimbangan yang rasional.

Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan

kepada DPRD dengan melampirkan pertimbangan kepala daerah dalam

memberikan insentif fiskal tersebut.

Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan

dengan Peraturan Kepala Daerah.

Page 55: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

31

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO9 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Beberapa ketentuan dalam pasal 156 B Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO9 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

1) Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi

sebelum ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sej ak

tanggal persetujuan dimaksud.

2) Rancangan Peraturan Daerah kabupatenlkota tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh bupati/wali kota dan

DPRD kabupaten/kota sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan paling lambat 3

(tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud.

3) Menteri Dalam Negeri melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

menguji kesesuaian Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umum, dan/atau

peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi.

4) Gubernur melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk menguji kesesuaian

Rancangan Peraturan Daerah dengan ketentuan Undang-Undang ini, kepentingan umum, danf atau peraturan perundangundangan lain

yang lebih tinggi.

5) Menteri Dalam Negeri dan gubernur dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) berkoordinasi dengan

Menteri Keuangan.

(5a) Dalam pelaksanaan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Menteri Keuangan melakukan evaluasi dari sisi kebijakan fiskal nasional.

6) Hasil evaluasi yang telah dikoordinasikan dengah Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa persetujuan

atau penolakan.

7) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernur untuk Rancangan

Peraturan Daerah provinsi dan oleh gubernur kepada bupati/wali kota untuk Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota dalam jangka

waktu paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dengan tembusan kepada

Menteri Keuangan.

8) Hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disampaikan dengan disertai alasan penolakan.

9) Dalam hal hasil evaluasi berupa persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)., Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat

langsung ditetapkan.

10) Dalam hal hasil evaluasi berupa penolakan sebagaimana dimaksud pa.da ayat (7)', Rancangan Peraturan Daerah dimaksud dapat

diperbaiki oleh gubernur, bupati lwali kota bersama DPRD yang bersangkutan, untuk kemudian disampaikan kembali kepada Menteri

Dalam Negeri dan Menteri Keuangan untuk Rancangan Peraturan Daerah provinsi dan kepada gubernur dan Menteri Keuangan untuk

Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/ kota.

Page 56: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

32

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Beberapa ketentuan dalam pasal 349 Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah

1)Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur

pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

daya saing Daerah dan sesuai dengan norma, standar,

prosedur, dan kriteria, serta kebijakan Pemerintah Pusat.

2)Penyederhanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

3)Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Page 57: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

33

Dalam ketentuan lain-lain UU Cipta Kerja

Dalam ketentuan lain-lain pasal 181 UU no 11 tahun 2020 ytentang Cipta Kerja terdapat harmonisasi

peraturan yang berlaku yang kemudian diatur sebagai berikut :

1. Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, setiap peraturan perundang-undangan di bawah

Undang-Undang yang berlaku dan bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini atau

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, atau bertentangan

dengan putusan pengadilan harus dilakukan harmonisasi dan sinkronisasi yang dikoordinasikan

oleh kementerian atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pembentukan peraturan perundang-undangan.

2. Harmonisasi dan sinkronisasi yang berkaitan dengan peraturan daerah dan/atau

peraturan kepala daerah, dilaksanakan oleh kementerian atau lembaga yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembentukan peraturan perundang-

undangan bersama dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam negeri.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai harmonisasi dan sinkronisasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (21diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Page 58: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

34

Dalam UU Pemerintah Daerah

Pasal 249

1. Gubernur wajib menyampaikan Perda Provinsi dan peraturan gubernur kepada Menteri paling lama 7

(tujuh) Hari setelah ditetapkan.

2. Bupati/wali kota wajib menyampaikan Perda Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali kota kepada

gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat paling lama 7 (tujuh) Hari setelah ditetapkan.

Pasal 250

Perda dan Perkada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 ayat (1) dan ayat (3) dilarang bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, asas pembentukan peraturan perundangundangan

yang baik, asas materi muatan peraturan perundang-undangan, dan putusan pengadilan.

Pasal 251

Agar tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, asas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang baik, asas materi muatan peraturan perundang-undangan, dan putusan

pengadilan, penJrusunan Perda dan Perkada berkoordinasi dengan kementerian yang membidangi urusan

pemerintahan dalam negeri dan melibatkan ahli dan/atau instansi vertikal di daerah yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan.

Page 59: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

35

LANJUTANPasal 2521. Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi atau kabupaten/kota yang masih memberlakukan

Perda yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250 dikenai

sanksi.

2. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sanksi administratif.

3. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan kepada kepala Daerah dan

anggota DPRD berupa tidak dibayarkan hak keuangan selama 3 (tiga) bulan yang diatur dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Dalam hal penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi atau kabupatenlkota masih menetapkan

Perda mengenai pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang tidak mendapatkan nomer register,

dikenakan sanksi penundaan atau pemotongan DAU dan/atau DBH bagi Daerah bersangkutan.

Catatan : dalam pasal 252 ayat (1) UU Pemda sebelum ada omnibuslaw Cipta kerja kata dalam

frasanya menyatakan :

Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi atau kabupaten/kota yang masih memberlakukan

Perda yang dibatalkan oleh Menteri atau oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 251 ayat (4), dikenai sanksi.

Page 60: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

36

DALAM UU PEMERINTAH DAERAH

Dalam pasal 300 UU Pemda

1. Daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari

Pemerintah Pusat, Daerah lain, lembaga keuangan bank,

lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.

2. Kepala daerah dapat menerbitkan obligasi Daerah dan/ atau sukuk

Daerah untuk membiayai infrastruktur danf atau investasi berupa

kegiatan penyediaan pelayanan publik yang menjadi urusan

Pemerintah Daerah setelah memperoleh pertimbangan dari

Menteri dan persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang keuangan.

Page 61: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

37

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahBeberapa ketentuan dalam asal 350 Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

1. Kepala daerah wajib memberikan pelayanan Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

2. Dalam memberikan pelayanan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Daerah membentuk unit

pelayanan terpadu satu pintu.

3. Pembentukan unit pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4. Pelayanan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menggunakan sistem Perizinan

Berusaha secara elektronik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat.

5. Kepala daerah dapat mengembangkan sistem pendukung pelaksanaan sistem Perizinan Berusaha terintegrasi

secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sesuai dengan standar yang ditetapkan Pemerintah

Pusat.

6. Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

penggunaan sistem Perizinan Berusaha terintegrasi secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenai

sanksi administratif.

7. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berupa teguran tertulis kepada gubernur oleh Menteri dan

kepada bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pelanggaran yang bersifat administratif.

8. Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat diberikan oleh menteri atau kepala lembaga yang membina

dan mengawasi Perizinan Berusaha sektor setelah berkoordinasi dengan Menteri.

9. Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (71 dan ayat (8) telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-

turut dan tetap tidak dilaksanakan oleh kepala daerah:

a. menteri atau kepala lembaga yang membina dan mengawasi Perizinan Berusaha sektor mengambil

alih pemberian Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangan gubernur; atau

b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pemberian Perizinan Berusaha yang menjadi

kewenangan bupati/wali kota.

Page 62: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - USM

THANK YOU