22
PENGAMATAN GAMET JANTAN DAN GAMET BETINA Ahmad Soni, Jurusan Biologi, Fakultas Ma tematika da n Ilmu Pengetahuan Alam, Uniersitas Bra!i"a#a Malang, $%%& ABST'A( Proses )em*entukan gamet atau sel kelamin dise*ut gametogenesis, terda)at dua "enis )roses )em*elahan sel #aitu mitosis dan meiosis+ Tu"uan dari )raktikum ini adalah mem)ela"ari )er*edaan morologi gamet "an tan dan *et ina + Pra kti kum )en gamatan gamet "an tan dan  *etina di laksanakan )ada tanggal $- .kto*er $%%& )ukul /0+%%1 /2+$2 dan dilaksanakan di 3a*oratorium Fisiologi 4e!an+ Alat #ang digunakan dalam )raktikum )engamatan gamet "antan dan *etina adalah s#ringe 2 ml, o*#ek dan 5oer glass, tissue, kertas saring,  )i)et tetes, 5a!an )etri ke5il, mi5rotu*e /+2 ml, mikrosko) *inokuler dan kame ra di gi ta l+ Ba han #ang di gun akan adalah semen sa )i , oarium kam*ing, Phos)hate Buer Saline 6PBS7, Na8l Fisiologis+ Pengamatan dilakukan dengan metode )engamatan langsung dengan mata telan"ang+ Prosedur #ang dilakukan #aitu )engamatan sel gamet  "antan dan )engamatan sel gamet *etina+ 4asil )engamatan )ada oosit menun"ukkan *ah!a oosit terdiri dari *e*era)a *agian, #aitu 9ona )e lusi da , me m*ra n se l, nukl eus, dan i te lli ne la#er + 4a si l  )engamatan )ada s)erma akir dan s)erma  straw, menun"ukk an te rda)at em )a t *a gi an #ai tu ak rosom, ke )a la , le he r da n ekor+ Moti li tas se l )a da se l s)er ma  straw, la*ih *aik dan le*ih 5e)at a)a*ila di*andingkan dengan s)erma akir+ (ata kun5i: *etina, gamet, oosit, sel, s)erma+

Pengamatan Gamet Jantan Dan Gamet Betina

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BIO

Citation preview

PENGAMATAN GAMET JANTAN DAN GAMET BETINAAhmad Soni, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya

Malang, 2009

ABSTRAK

Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis, terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari perbedaan morfologi gamet jantan dan betina. Praktikum pengamatan gamet jantan dan betina di laksanakan pada tanggal 27 Oktober 2009 pukul 13.00-15.25 dan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan. Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan gamet jantan dan betina adalah syringe 5 ml, obyek dan cover glass, tissue, kertas saring, pipet tetes, cawan petri kecil, microtube 1.5 ml, mikroskop binokuler dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah semen sapi, ovarium kambing, Phosphate Buffer Saline (PBS), NaCl Fisiologis. Pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan langsung dengan mata telanjang. Prosedur yang dilakukan yaitu pengamatan sel gamet jantan dan pengamatan sel gamet betina. Hasil pengamatan pada oosit menunjukkan bahwa oosit terdiri dari beberapa bagian, yaitu zona pelusida, membran sel, nukleus, dan vitelline layer. Hasil pengamatan pada sperma afkir dan sperma straw, menunjukkan terdapat empat bagian yaitu akrosom, kepala, leher dan ekor. Motilitas sel pada sel sperma straw, labih baik dan lebih cepat apabila dibandingkan dengan sperma afkir.Kata kunci: betina, gamet, oosit, sel, sperma.BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis, terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Bila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis.Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis.

1.2 Permasalahan

Bagaimanakah perbedaan morfologi dari gamet jantan dan gamet betina?1.3 TujuanMempelajari perbedaan morfologi gamet jantan dan betina.

1.4 Manfaat

Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan praktikan mampu membedakan antara sel gamet jantan dan sel gamet betina. Hal ini dapat diaplikasikan dalam bidang peternakan dalam hal perkawinan silang untuk mendapatkan jenis ternak unggulan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gametogenesis

Setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan utuk bereproduksi. Kelestarian suatu organisme diukur semata-mata dari kemampuannya untukmenggantikan dirinya sendiri dengan keturunan yang sehat dan subur. Pada makhluk hidup yang bereproduksi secara generatif atau seksual, awal kemampuan reproduksi ditandai sejak di dalam organ kelamin tersebut mengalami proses gametogenesis. Gametogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin atau gamet. Gametogenesis merupakan suatu cara yang erat hubungannya dengan pembelahan meiosis yang berfungsi untuk mempersiapkan sel kelamin yang berguna untuk menjaga kelangsungan hidup. Proses ini pada hewan jantan terjadi si dalam testis dan di dalam ovarium pada hewan betina.2.2 Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Yatim, 1990).Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu (Yatim, 1990):1.SpermatocytogenesisMerupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.2. Tahapan MeioisSpermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.

Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Apabila dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.3. Tahapan SpermiogenesisMerupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita X. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :

1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.

2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.

3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.

4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.

Gambar 1. Spermatogenesis (Embryologi, 2009)

2.3 Oogenesis

Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan spermatozoa dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu (Carlson, 1999).

Proses oogenesis ialah sebagai berikut (Campbell, 2004):

1. Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium.

2. Oogonium berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama.

3. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid. Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit primer.

4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.

5. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila oosit sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua . begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis diulang kembali.

6. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang.

7. Kedua sel haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat dipoid (2n).

Gambar 2. Oogenesis (Tarleton, 2009)BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan TempatPraktikum Pengamatan Gamet Jantan dan Betina di laksanakan pada tanggal 27 Oktober 2009 pukul 13.00-15.25 dan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan gamet jantan dan betina adalah syringe 5 ml, obyek dan cover glass, tissue, kertas saring, pipet tetes, cawan petri kecil, microtube 1.5 ml, mikroskop binokuler dan kamera digital.

Bahan yang digunakan adalah seman sapi, ovarium kambing, Phosphate Buffer Saline (PBS), NaCl Fisiologis.3.3 Cara Kerja

Pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan langsung dengan mata telanjang. Prosedur yang dilakukan yaitu:3.3.1 Pengamatan sel gamet jantan (spermatozoa)

Dicampurkan satu tetes semen sapi dengan satu tetes PBS atau NaCl fisiologis lalu dipipet ke dalam mikrotube, diteteskan pada obyek glass, kemudian ditutup dengan cover glass. Diamati dengan mikroskop pada pembesaran lemah terlebih dahulu lalu pembesaran kuat. Dicatat dan digambar morfologi dan pergerakan sel pada spermatozoa.3.3.2 Pengamatan sel gamet betina (ovum)

Dibersihkan ovarium kambing dari jaringan-jaringan yang ada di sekitarnya, diisikan syringe dengan PBS atau NaCl fisiologis sebanyak 2ml, lalu diaspirasi sel-sel ovarium kambing dengan menggunakan syringe tadi. Dimasukkan cairan yang sudah didapat ke dalam cawan Petri dan diamati di bawah mikroskop pada pembesaran lemah terlebih dahulu lalu pembesaran kuat. Dicatat dan gambar sel-sel yang didapatkan.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur

Pengamatan sel gamet jantan menggunakan sample semen sapi dengan dua macam jenisnya yaitu semen sapi straw dan semen sapi afkir. Semen sapi straw merupakan semen sapi yang mempunyai kualitas sperma yang baik, sedangkan sperma afkir merupakan semen yang memiliki kualitas kurang baik dan cenderung tidak motil. Semen sapi diambil dengan yellowtip pada pipet mikro dengan sebelumnya diatur volume yang ingin diambil terlebih dahulu supaya volme semen yang kita ambil mempunyai ukuran yang tepat. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam mikrotube untuk kemudian ditambahkan dengan larutan PBS atau Phosphat Buffer Saline dan kemudian dihomogenkan dengan menggunakan pipet mikro supaya sample yang didapatkan benar-benar homogen atau tercampur. Pemberian larutan PBS dimaksudkan agar kondisi fisiologis sperma tetap terjaga. Sampel yang telah didapatkan diambil dengan menggunakan pipet mikro untuk diteteskan ke gelas obyek dan kemudian ditutup dengan menggunakan cover glass dan diamati di bawah mikroskop. Untuk semen sapi straw tidak perlu dilakukan pengenceran dengan PBS. Semen sapi straw sudah berada dalam suatu tempat yang mirip dengan pipet yang sebelumnya disimpan dalam suhu dingin, dan kemudian dimasukkan ke dalam air hangat dengan suhu sekitar 37 derajat C agar sperma bisa aktif kembali. Ujung dari pipet digunting dan tepat dibagian tengahnya juga digunting agar sperma yang tersimpan bisa keluar dan diamati geraknya pada mikroskop.

Pengamatan sel gamet betina menggunakan sampel ovarium kambing yang sebelumnya dibersihkan dahulu agar kelenjar-kelenjar yang berada disekitarnya bisa bersih. Syringe yang digunakan untuk mengambil sel telur harus berada dalam kondisi steril. Usahakan jangan memakai syringe yang sebelumnya telah terpakai karena hal ini akan mempengaruhi hasil dari pengambilan sel telur. Syringe diisi dengan larutan PBS sebanyak 2mL dan mengaspirasi sel dalam ovarium dengan menggunakan syringe tersebut. Cairan yang telah didapatkan dari syringe tersebut dituangkan ke dalam cawan Petri untuk diamati dengan menggunakan mikroskop. Sampel yang terlihat akan berupa bulatan kecil dengan warna hitam didalamnya yang merupakan sitoplasma.4.2 Analisa Hasil

4.2.1 Oosit

Gambar 3. Pengamatan oosit (Mikroskop Stereo)

Keterangan :

1. Zona pellusida

2. Nukleus

3. Vitelline layer

4. Membran sel

Pengamatan oosit pada sapi ini dilakukan di bawah mikroskop stereo. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa oosit pada sapi terdiri atas beberapa bagian, antara lain zona pellusida yang terletak pada bagian paling luar, nukleus atau ini sel yang berwarna gelap dan terletak di tengah yang berfungsi dalam transfer materi genetic dan mengatur kehidupan sel, viteline layer yang terletak pada bagian sebelah dalam dari membran sel.

Gambar 4. Oosit (Usf, 2009)

Sel telur atau ovum adalah sel reproduksi betina hasil dari ovarium (ovary). Manusia memiliki sel telur berukuran diameter 145 m. Pada banyak hewan merupakan oosit (oocyte). Sel telur tidak seperti sel yang lain,memiliki membran vitelina atau pembungkus yang melapisi membran plasma. Membran ini berfungsi pada saat masuknya sel sperma. Ketika kepala sperma menerobos sel tel telur, membran ini akan membuat lapisan tebal sehingga tidak ada lagi kepala sperma yang dapat masuk ke dalam sel telur (Ville,1988).4.2.2 Sperma Afkir

Gambar 5. Pengamatan sperma afkir (perbesaran 400x)

Keterangan :

1. Kepala2. Leher3. EkorPengamatan sperma afkir dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler pada perbesaran 400x. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sperma afkir terdiri atas bagian kepala yang berisi nukleus, bagian leher yang kaya akan mitokondria serta bagian ekor yang berfungsi pada motilitas sel. Sel sperma afkir mempunyai motilitas sel yang relatif lebih lamban apabila dibandingkan dengan sperma straw. Hal ini dikarenakan kualitas antara sperma afkir dengan sperma straw jauh berbeda, dimana kualitas sperma straw jauh lebih baik daripada kualitas dari sperma afkir.4.2.3 Sperma Straw

Gambar 6. Pengamatan sperma straw (perbesaran 400x)

Keterangan :

1. Akrosom2. Kepala3. Leher4. EkorPengamatan sperma straw pada sapi dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler pada perbesaran 400x. Hasil pengamatan pada sperma straw menunjukkan bahwa terdapat empat bagian, yaitu akrosom yang merupakan enzim yang mampu menembus zona pellusida pada oosit, bagian kepala yang mengandung nukleus, bagian leher yang mengandung banyak mitokondria, serta bagian ekor yang berfungsi dalam motilitas sel. Sperma straw mempunyai tingkat motilitas yang lebih cepat daripada sperma afkir. Hal ini disebabkan karena kualitas sperma straw jauh lebih baik daripada sperma afkir.

Gambar 7. Sperma (Wikimedia,2009)

Sel sperma dewasa memiliki panjang 0,05 milimeter. Sel ini terdiri atas kepala, badan dan ekor. Bagian kepala sperma ditutupi oleh suatu tudung dan mengandung nukleus, di mana nukleus ini berisi materi genetik padat yang tersusun atas 23 jumlah kromosom. Hal ini diperoleh dari leher ke kepala yang mengandung banyak mitokondria yang menyuplai energy untuk aktifitas sperma. Seluruh sel normal yang berada di dalam tubuh makhluk hidup yang memiliki sel gamet ini memiliki 46 kromosom. Hanya sel gamet atau sel sperma yang memiliki 23 kromosom. Jika sel sperma berhasil melakukan fertilisasi yaitu memasuki sel telur, maka penggabungan itu akan mengakibatkan kromosom mengganda dan kembali menjadi 46 kromosom (Sex.ed, 2009).4.2.4 Macam-macam Abnormalitas Sperma

a. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan jumlahnya (Fertility-Docs, 2009) : Polyzoospermia: tingginya konsentrasi cairan sperma

Oligozoospermia: jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml

Hypospermia: volume cairan semen kurang dari 1,5 ml

Hyperspermia: volume cairan semen melebihi 5,5 ml

Aspermia: tidak memiliki cairan semen

Pyospermia: terdapat leukocytes (sel yang merusak) pada cairan semen

Hematospermia: terdapat sel darah merah pada cairan semen

Asthenozoospermia: pergerakan sel kurang dari 40%

Teratozoospermia: lebih dari 40% menunjukkan pergerakan sel sperma yang tidak aktif

Necrozoospermia: banyak sel sperma yang dihasilkan mengalami kematian

Oligoasthenozoospermia: pergerakan dan kepadatan yang ditunjukkan sperma kurang dari 8 juta sperm/mlb. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan bentuknya (Fertility-Docs, 2009) : Kepala sperma yang Abnormal

Banyak perbedaan yang terjadi pada kepala sperma yang abnormal. Contohnya adalah Macrocephalic yaitu kepala sperma yang terlalu besar, Microcephalic yaitu kepala sperma yang terlalu kecil, teardrop shape yaitu bentuk kepala sperma yang terlalu meruncing, serta terbentuknya lebih dari satu kepala sperma. Ekor Sperma yang Abnormal

Terjadinya penggulungan dan pembengkokan ekor sperma terkadang terjadi. Kerusakan ekor sperma yang terjadi jika melebihi setengahnya sudah dapat diketegorikan abnormal. Selain itu, ekor sperma yang abnormal dapa dikatakan jika ekor yang terbentuk lebih dari satu. Kejadian yang terjadi dapat sampai empat ekor. Sitoplasma yang menetes di sepanjang ekor sperma dapat mengindikasikan bahwa sperma tersebut tidak mengalami dewasa.4.2.5 Proses Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses meleburnya sel gamet jantan (sel sperma) dan sel gamet betina (ovum/sel telur). Pada waktu sperma mendekati permukaan telur terjadi reaksi akromosom. Pada sejumlah spesies terbentuklah satu atau lebih filamen akrosom yang menembus membran vitellina. Enzim-enzim yang dimiliki oleh akrosom akan dikeluarkan, yang berfungsi untuk merusak membran sel telur. Jika sel sperma menyentuh permukaan sel telur, membran secara otomatis akan rusak sehingga terbentuk jalan bagi sperma masuk ke dalam sitoplasma telur. Ekor sperma tersebut dapat tertinggal di luar. Reaksi kortikal terjadi pada permukaan sel telur diperistiwa ini, yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi penebalan membran plasma. Mukopolisakarida yang telah tertimbun dalam granula kortikal dilepaskan ke permukaan. Karena zat ini menyerap air dan membengkak, maka membran vitellina terangkat dari permukaan telur dan membentuk membran fertilisasi. Inilah yang dimaksud dengan reaksi kortikal. Saat sel sperma mencapai inti sel telur atau nukleus, maka terjadi peleburan dua sel gamet (Junquiera and Carneiro, 2005). 4.2.6 Pengujian Kualitas Sperma

Kriteria yang mendukung dikatakannya suatu sperma berkualitas ialah (Darmawan, 2007):

1. Kuantitas.

Seorang pria dianggap subur bila memiliki lebih dari 20 juta sperma per milimeter cairan mani. Meski begitu, menurut para ahli, memiliki sperma yang sehat (berkualitas) sama pentingnya dengan jumlah sperma yang diproduksi. Dari berjuta-juta sel sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi, hanya 200 sel sperma yang bisa mencapai sel telur di tuba falopii (saluran indung telur). Dari jumlah ini, hanya satu sel sperma yang beruntung bisa membuahi sel telur.

2. Kualitas

Seperti yang telah dibahas di atas, morfologi (bentuk dan struktur) harus sempurna mulai dari kepala, leher, sampai ekor karena ketiganya saling berkaitan. Bila sepertiga dari jumlah sperma yang dihasilkan memiliki bentuk dan struktur yang normal maka kemungkinan terjadinya pembuahan juga makin tinggi. Sperma yang normal memiliki bentuk kepala oval dan ekor panjang untuk mendorongnya maju dan berenang mencapai sel telur. Sperma yang bentuknya besar, kecil, lonjong, keriting, atau memiliki ekor dobel, lebih sulit membuahi sel telur.

3. Pergerakan

Untuk mencapai target, sperma harus mampu bergerak. Bila tidak bisa bergerak, bisa-bisa sperma malah akan terbawa cairan mani dan menjauhi sel telur. Sel sperma harus dapa bergerak sendiri untuk dapat mencapai sel telur. Sel sperma harus gesit dan berenang sejauh beberapa inci untuk mencapai dan membuahi sel telur.

4.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Hidup Sperma dan Ovum

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup sperma antara lain pH dan suhu. Sel-sel gamet ini akan bertahan dan hidup pada pH tertentu. Temperatur yang dibutuhkan untuk kehidupan sperma adalah 95-97 F atau 35-36 C. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka sel sperma maupun sel telur akan mengalami kematian sel (Sex.ed, 2009).BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah dilakukan yaitu bahwa oosit (sel gamet betina) pada sapi terdiri atas beberapa bagian, yaitu zona pelusida yang terletak pada bagian sebelah luar, nukleus yang berada di bagian tengah, vitelline layer dan membrane sel. Sperma (sel gamet jantan) pada sapi baik afkir maupun straw disusun oleh beberapa bagian yaitu akrosom yang berbentuk tudung, kepala yang berisi nikleus, leher yang berisi mitokondria, serta ekor yang berfungsi dalam motilitas sel. Sperma straw mempunyai tingkat motilitas yang lebih cepat daripada sperma afkir. Hal ini disebabkan karena kualitas sperma straw jauh lebih baik daripada sperma afkir.

5.2 Saran

Saran bagi praktikan adalah agar lebih teliti dan disiplin dalam melakukan praktikum dan pengambila sampel. Saran bagi asisten ialah agar lebih mengetahui metode yang digunakan terutama dalam pengambilan sel oosit, karena metode pengambilan yang telah dilakukan sebelumnya kurang tepat. Saran untuk praktikum selanjutnya ialah agar peralatan yang digunakan lebih memadai dan dipahami tentang metode praktikum itu sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, Mitchell, 2004. Biology Fifth Edition. Erlangga. JakartaCarlson, Bruce M.,1999.Human Embryology and Developmental Biology 2nd Edition.Mosby Inc.,New York

Darmawan,A.S.2007.Kualitas Sperma yang Baik. http://klipsata.wordpress.com. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2009Embryology.2009.http://www.embryology.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009Fertility-Docs. 2009. Sperm Evaluating and Testing. http://www.fertility-docs.com/.phtml. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2009Junqueira, L. Z. and J. Carneiro. 2005. Basic Histology : Text and Atlas, 11st edition. Mc Graw-Hill. New York.

Sex-ed. 2009. A Human Sperm Cell or Spermatozoa. http://www.sex-ed101.org/articles/men/sperm_cell.html. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2009.

Tarleton. 2009. http://www.tarleton.edu/~anatomy/oogenesis.jpg. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009

Usf. 2009. Ovum. http//www.etc.usf.edu/clipart/50700//ovum_lg_gif. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2009

Ville, C. A., Warren F. W.dan Robert D. B. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. JakartaWikimedia. 2009. Sperms. http//www.commons.wikimedia.org/wiki/ sperms. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2009Yatim, W., 1990. Biologi Modern Histologi. Penerbit Tarsito. Bandung