14

Click here to load reader

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

1

Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif

di Kabupaten Garut

Endah Djuwendah, Hepi Hapsari, Erna Rachmawati

Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT

The Guidance for Center of Growth and Services Area Through Comparative

Advantage Analysis at The District of Garut

The agricultural sector plays an important role in social economic life of Garut.

Therefore, regional development strategies in accordance with the potentiality of

agricultural resources are absolutely necessary in Garut regency.The aims of this

research ware (1) to identify the agricultural commodities basis and the area could be

become the priority to be developed in Garut, (2) to know the localizastion of

commodities and specialization of agricultural activity in each sub-district, (3) to

know a hierarchy system of service and growth areas which supported the

development of area in Garut.

The results showed superior agricultural commodities to be developed are food

crops namely rice, peanuts, soybeans, corn and cassava; horticultural commodities are

potatoes, chili, carrots, tomatoes, alpuket, tangerines, bananas and papayas.

Superior agricultural commodities showed a tendency localized in several sub-

districts. The 31sub-districts (% 73.81) had a tendency of specialization of

agricultural activities, while 11 sub-districts (26.19%), others do not specialize in

agricultural activities in some specific commodities. Sub Karangpawitan Garut City

and a point of growth. There are six sub-district as the main service centers, 13

district as a local service center and the 23 district which became the center of the

smallest service.

Keywords: Growth Center, service center, comparative advantage

Page 2: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

2

ABSTRAK

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi

masyarakat Kabupaten Garut. Oleh karena itu strategi pengembangan daerah yang

sesuai dengan potensialitas sumberdaya pertanian mutlak diperlukan di Kabupaten

Garut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1)komoditas pertanian yang menjadi

unggulan untuk dikembangkan di Kabupaten Garut, dan 2) sistem hierarki pusat-

pusat pelayanan dan pertumbuhan yang mendukung pengembangan wilayah di

Kabupaten Garut.

Hasil penelitian menunjukkan Komoditas pertanian unggulan untuk

dikembangkan adalah komoditas tanaman pangan yaitu padi sawah, kacang tanah,

kedelai, jagung dan ubi kayu; komoditas hortikultura yaitu kentang, cabe besar,

wortel, tomat, alpuket, jeruk keprok, pisang dan pepaya. Komoditas unggulan

pertanian tersebut menunjukkan kecenderungan terlokalisasi di beberapa kecamatan.

31 Kecamatan (73,81%) memiliki kecenderungan spesialisasi kegiatan pertanian

sedangkan 11 kecamatan (26,19%) lainnya tidak mengkhususkan kegiatan

pertaniannya pada beberapa komoditas tertentu. Kecamatan Garut Kota dan

Karangpawitan merupakan titik pertumbuhan. Terdapat 6 Kecamatan sebagai pusat

pelayanan utama, 13 kecamatan sebagai pusat pelayanan lokal dan 23 Kecamatan

menjadi pusat pelayanan terkecil.

Kata kunci : Pusat Pertumbuhan, pusat pelayanan, keunggulan komparatif

PENDAHULUAN

Selama ini Kabupaten Garut telah dikenal sebagai sentra produksi tanaman

pangan, sayuran dan buah-buahan serta perkebunan yang potensial di Jawa Barat.

Pada tahun 2008 sektor pertanian memberi sumbangan terbesar terhadap

perekonomian Kabupaten Garut yaitu Rp.7.912,94 miliar (38,86%) dari total

Pendapatan kotor daerah (PDRB) atas dasar harga berlaku. Kondisi tersebut dapat

dimengerti, karena perekonomian wilayah Garut masih di dominasi oleh sektor

Page 3: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

3

pertanian. Hal ini terlihat dari sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di

sektor ini serta sebagian besar( hampir mencapai 75 % lahan di wilayah Kabupaten

Garut digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian (Pemda Garut, 2009).

Secara administrasi Kabupaten Garut memiliki wilayah cukup luas yaitu

306.519 Hektar yang terbagi atas 42 kecamatan dan 419 desa/ kelurahan. Dengan

mengembangkan wilayah pedesaan maka paling sedikitnya sebesar 75 % penduduk

tersentuh oleh pembangunan tersebut. Sebaliknya bila pembangunan tidak diarahkan

ke wilayah pedesaan, maka akan berakibat sebagian besar penduduk tidak dapat

menikmati pembangunan yang pada gilirannya berpengaruh terhadap penurunan

produktifitas pertaniannya.

Secara spasial basis pembangunan pertanian adalah pembangunan pedesaan.

Oleh karena itu pembangunan pedesaan di daerah sentra produksi melalui

pengembangan daerah pusat pertumbuhan perlu lebih dimantapkan agar memiliki

keunggulan komperatif dan keberlanjutan (Departemen Pertanian, 2002).

Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Anderson dan Rajul Pradya (2003)

yang mengemukakan perlunya memfasilitasi pertumbuhan pertanian dan

pembangunan pedesaan melalui perbaikan infrastruktur pedesaan, pasar dan

perbaikan aksesibilitas terhadap input faktor secara tepat. Adanya infrastruktur

ekonomi yang memadai merupakan prakondisi bagi tumbuh kembangnya kegiatan

agribisnis dan perekonomoian di pedesaan.

Selama ini industri yang dianggap dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi

wilayah pedesaan dan menunjukkan rantai dan cabang usaha yang terkait (lingkage)

dengan sektor pertanian dan industri adalah agroindustri. Desa-desa memiliki potensi

yang besar di sektor pertanian dan memiliki keunggulan komparatif sehingga

pembangunan ekonominya harus bersifat resource based atau agrobased.

Sehubungan dengan itu diperlukan pengkajian secara komprehensif terhadap

karakteristik wilayah pedesaan dan kegiatan usaha pedesaan yang memiliki

keunggulan komparatif. Pengetahuan mengenai keunggulan komparatif suatu

Page 4: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

4

daerah sangat membantu kelancaran pembangunan pertanian di daerah yang

bersangkutan karena kegiatan/komoditas potensial yang ada diharapkan dapat

menjadi tulang punggung perekonomian wilayah guna mempercepat integrasinya ke

dalam struktur pusat-pusat pertumbuhan regional.

Pada dasarnya pusat wilayah mempunyai hierarki yang ditentukan oleh :(a)

Jumlah penduduk yang bermukim pada pusat tersebut, (b) Jumlah fasilitas pelayanan

umum yang tersedia, dan (c) Jumlah jenis fasilitas pelayanan umum yang tersedia

(Budiharsono, 2001). Kota Kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan

harus dapat menyediakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat

setempat. Agar fasilitas pelayanan tersebut efektif dan efisien, maka penyebarannya

dapat dikonsentrasikan pada titik tertentu berdasarkan hiearkinya. Konsentrasi

tersebut akan menguntungkan karena dapat menghemat dana anggaran pembangunan

dan menghindarkan duplikasi pembangunan. Pemusatan fasilitas pelayanan tersebut

merupakan bentuk usaha mengkonsentrasikan kegiatan pembangunan.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif dengan unit analisis

42 kecamatan di Kabupaten Garut dan obyek penelitiannya adalah produksi sektor

pertanian dan kondisi sarana prasanana ekonomi dan sosial yang berada di Kabupaten

Garut. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari arsip, catatan,

dokumen dan informasi dari Bappeda, Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Garut.

Teknis analisis data menggunakan Quesien lokasi, analisis Koefisien Lokalisasi (α),

analisis koefisien Spesialisasi (β), Analisis Ketersediaan Fasilitas Sosial Ekonomi,

metode skalogram dan metode Skorsentralitas.

Analisis Location Quatient (LQ) Koefisien Lokalisasi (α) dan Spesialisasi (β)

Penilaian potensialitas pertanian dalam penelitian ini dilihat dari tingkat

produksi dan dianalisis menggunakan Analisis Location quotient (LQ), Koefisien

lokalisasi (α) dan spesialisasi (β). Location quotient (LQ) merupakan perbandingan

Page 5: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

5

antara produksi relatif suatu sektor dalam suatu daerah dengan total produksi relatif

sektor pada tingkat daerah yang lebih luas sebagai petunjuk adanya keunggulan

komparatif suatu wilayah bagi sektor yangtelah lama berkembang(Tarigan, 2004).

Koefisien lokalisasi adalah indikator untuk melihat penyebaran kegiatan

pertanian di suatu daerah sedangkan koefisien spesialisasi adalah indikator untuk

melihat ada tidaknya spesialisasi kegiatan pertanian di suatu daerah.

LQ = (Si/Ni)/(Si/N) atau (Si/S)/(Ni/N)

Analisis Koefisien lokalisasi (α)

α = Si/Ni- S/N

Analisis koefisien spesialisasi (β)

β = Si/S- Ni/N

keterangan :

Si = Jumlah rpoduksi sektor i pada tingkat kecamatan

S = Jumlah produksi seluruh sektor pda tingkat kecamatan

Ni = Jumlah produksi sektor i pada tingkat Kabupaten

N = Jumlah produksi seluruh sektor pada tingkat Kabupaten

Analisis Hierarki Pusat Pertumbuhan

Sebelumnya dilakukan pengelompokan ketersediaan sumberdaya manusia

dan sarana-prasarana pendukung aktifitas sosial ekonomi dalam kategori, sedang dan

tinggi. Peringkat pusat pertumbuhan diperoleh dengan metode skorsentralitas dan

skalogram. Setelah diketahuinya peringkat pusat pertumbuhan dan fasilitas pelayanan

maka struktur dan organisasi tataruang wilayah Kabupaten Garut dapat diketahui.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komoditas Basis dan Lokalisasi Kegiatan Pertanian di Kabupaten Garut

Penetapan komoditas unggulan tidak hanya berdasarkan hasil analisis basis

yang dasar perhitungannya sangat tergantung pada data produksi komoditas namun

sehingga komoditas lama yang telah menjadi trade mark (lokal spesific) akan

Page 6: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

6

tersisihkan karena produksinya relatif kecil (Djuwendah, 2006). Oleh karena itu

dipertimbangkan juga komoditas unik daerah seperti jeruk keprok yang lebih dikenal

sebagai jeruk Garut, walaupun produksinya relatif kecil tetap dipertimbangkan

sebagai komoditas unggulan daerah.

Tabel 1. Koefisien lokasi (LQ) dan lokalisasi (α) komoditas Pertanian Kabupaten Garut

No Komoditas Produksi

(Ton)

Jlh

Kecamatan LQ α

1 Padi sawah 586.343 38 1.43 0.84

2 Jagung 285.674 35 2.54 0.81

3. Ubi kayu 507.446 36 2.80 0.80

4 Kacang tanah 29.926 33 1.81 0.81

5 Kedelai 7.872 29 1,32 0,93

6 Kentang 110.018 17 2,38 0.97

7 Tomat 88.980 28 1,35 0.93

8 Cabe besar 67.388 31 1,29 0.90

9 Wortel 24.857 13 1.76 0.98

10 Pisang 104.727 33 2,58 0,92

11 Pepaya 61.318 5 1,27 0,87

12 Alpuket 37.421 33 1,12 0,91

13 Jeruk keprok 8.119 26 1,06 0.95

14 Mangga 27.680 34 1,14 0,89

Berdasarkan analisis LQ dan koefisien lokalisasi (α), diperoleh 14 komoditas

pertanian yang potensial menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Garut. Pada

kelompok palawija, padi sawah menempati posisi pertama yang tersebar di 33

kecamatan dengan kemampuan menghasilkan padi melewati kebutuhan wilayahnya

(sektor basis). Pada kelompok hortikultura kentang menduduki peringkat pertama

yang tersebar di 17 kecamatan sentra selanjutnya diikuti oleh pisang yang tersebar di

33 kecamatan sentra.

Berdasarkan analisis koefisien lokalisasi (β) pada Tabel 2, diketahui 33

kecamatan (78,57 %) menunjukkan kecenderungan melakukan spesialisasi kegiatan

pertaniannya pada beberapa komoditas tertentu. Sedangkan 9 kecamatan lainnya

Page 7: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

7

(21,53%) memiliki kecenderungan tidak melakukan spesialisasi kegiatan pertanian

pada komoditas tertentu tetapi lebih beragam.

Tabel 2. Koefisien Spesialisasi (β) komoditas Pertanian di Kabupaten Garut

No Kecamatan Nilai β No Kecamatan Nilai β

1 Cisewu 0,22 22 Samarang 0,79

2 Caringin 0,98 23 Pasirwangi 0,79

3 Talegong 0,17 24 Tarogong kidul 0,75

4 Bungbulang 0.98 25 Tarogong kaler 0,48

5 Mekarmukti 0.98 26 Garut kota 0,95

6 Pamulihan 0,98 27 Karangpawitan 0.72

7 Pekenjeng 0,40 28 Wanaraja 0,48

8 Cikelet 0,68 29 Sucinagara 0,17

9 Pameungpeuk 0.98 30 Pangatikan 0,98

10 Cibalong 0,98 31 Sukawening 0,98

11 Cisompet 0,98 32 Karangtengah 0,90

12 Singajaya 0,75 33 Banyuresmi 0,60

13 Cihurip 0,72 34 Leles 0,82

14 Peundeuy 0,98 35 Leuwigoong 0,98

15 Cikajang 0,98 36 Kadungora 0,97

16 Banjarwangi 0.95 37 Cibiuk 0,26

17 Cilawu 0,84 38 Cibatu 0,36

18 Bayongbong 0,37 39 Kersamanah 0,50

19 Cikedug 0,24 40 Malangbong 0,67

20 Cisurupan 0,96 41 Limbangan 0,37

21 Sukaresmi 0,72 42 Selaawi 0,72

Menurut Direktorat jenderal Penataan Ruang Departemen Pemukiman dan

prasarana wilayah (2003), suatu wilayah pertanian sebaiknya dikembangkan menjadi

kawasan agropolitan yang ditunjang oleh ketersediaan sumberdaya lahan dengan

agroklimat yang sesuai, memiliki sarana dan prasarana agribisnis yang memadai,

memiliki sarana dan prasarana sosial yang memadai serta adanya upaya menjaga

kelestarian alam dan lingkungan hidup. Oleh karena itu guna mendorong pertumbuhan

wilayah berbasis komoditas pertanian unggulan(agropolitan) diperlukan

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan wilayah.

Page 8: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

8

Hierarki Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan

Hasil analisis metode skalogram dan skorsentralitas terhadap kelima variabel

penentu pusat pertumbuhan dan kawasan penyangganya (hinterland) yaitu jumlah

penduduk, tingkat keterpusatan, aksesibiltas, ketersediaan fasilitas ekonomi dan

fasilitas sosial diperoleh tipe pusat pelayanan dan pertumbuhan wilayah Kabupaten

Garut seperti tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 . Tipe Pusat Pelayanan dan Pertumbuhan Kabupaten Garut

No Pusat-pusat Wilayah Kecamatan

1. Titik pertumbuhan (Tipe I) Garut Kota , Karangpawitan,

2. Pusat Pelayanan Utama

(Tipe II)

Bayongbong, Tarogong Kidul, Kadungora,

Leles, Limbangan, Cibatu

3. Pusat pelayanan kecil

(Tipe III)

Malangbong, Cilawu, Cisurupan, Cikajang,

Bungbulang, Pakenjeng, Banyuresmi, Sela-

awi, Singajaya, Talegong, Cisewu

4. Pusat Pelayanan Terkecil

(Tipe IV)

Banjarwangi, Cikelet, Sukawening, Cisompet,

Samarang, Pameungpeuk, Pasirwangi, Mekar-

mukti, Karangtengah Sukaresmi, Pangatikan,

Sucinagara, Leuwigoong, Pamulihan, Cihu-

rip, Cibiuk, Kersamanah, Cikedug, Peundeuy,

Cibalong, Caringin, Tarogong Kaler, Wanaraja

Kecamata Garut Kota dan Karangpawitan merupakan wilayah yang berada

pada tipe I yang merupakan titik pertumbuhan. Wilayah belakang yang dilayaninya

terdiri atas pusat-pusat pelayanan utama dengan hierarki yang lebih rendah.

Kecamatan-kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ini harus mampu menjadi

penggerak pembangunan bagi seluruh wilayah belakangnya dan dalam jangka panjang

diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten Garut.

Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan utama meliputi 6

kecamatan (14,28%) dan berperan untuk melayani pusat-pusat pelayanan kecil

dengan hierarki yang lebih rendah. Kecamatan yang termasuk pusat pelayanan kecil

berjumlah 11 buah (26,19%) yang berperan untuk melayani pusat pelayanan terkecil

dengan hierarki yang lebih rendah. Pusat pelayanan terkecil mencakup 23 kecamatan

(54,76%) dan bertugas hanya melayani desa-desa di sekitarnya.

Page 9: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

9

Semakin banyak wilayah yang berada pada tipe tertinggi yaitu tipe I dan II

akan semakin banyak wilayah integrasi karena memiliki keterkaitan fungsional

dengan wilayah hinterlandnya. Hal ini sangat baik bagi wilayah belakang karena

semakin dekat dengan pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan (Hanafiah dalam

Gita Anggi , 2005) Sebaliknya semakin banyak wilayah yang berada pada tipe III

dan IV berarti semakin sedikit wilayah interaksi sehingga menunjukkan semakin

tingginya ketimpangan wilayah.

Berdasarkan hasil penelitian Wahid Abdul (2006), terdapat ketimpangan

wilayah di Kabupaten Garut terkait dengan perbedaan keadaan geografis dan potensi

fisik wilayah dimana wilayah kaya sebagian besar berada di Garut Utara (SWP I)

dan wilayah miskin berada di Garut Selatan (SWP II dan SWP III) kecuali

kecamatan Karang Tengah, Kersamanah dan Cibiuk. Hal senada dikemukakan oleh

Dicky Achmad (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Kabupaten Garut

merupakan salah satu kabupaten tertinggal di Indonesia berdasarkan penetapan oleh

Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Di dalam internal

Wilayah Kabupaten Garut terdapat ketimpangan wilayah dimana perkembangan fisik

wilayah bagian utara lebih maju dibandingkan bagian selatan. Faktor geografis

wilayah bagian selatan merupakan faktor utama lainnya terhadap ketimpangan

tersebut.

Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah Kabupaten Garut, pusat

pelayanan dan pertumbuhan tipe I dan II ternyata berada pada sub wilayah

pembangunan kesatu (SWP I ), sedangkan tipe III dan IV pada umumnya berada

pada sub wilayah pembangunan kedua dan ketiga (SWP II & SWP III). Dengan

demikian pembangunan di sub wilayah pembangunan dua dan tiga harus lebih

diprioritaskan lagi guna meningkatkan kinerja pemerintahan, meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat

Meninjau misi Pemda Kabupaten Garut diantaranya adalah mengembankan

ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, agroindustri dan pariwisata disertai

Page 10: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

10

pengembangan budaya lokal serta meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur

wilayah sesuai dengan daya dukung dan fungsi ruang (Pemda Kabupaten Garut,

2008) serta sejalan dengan temuan dari beberapa hasil penelitian yang telah

dilakukan maka perlu adanya suatu konsep pembangunan wilayah (regional

development) di Kabupaten Garut yang sesuai dengan potensi dan karakteristik

daerah setempat sebagai upaya dalam mengurangi ketertinggalan tersebut sekaligus

memacu pertumbuhan ekonomi yang akan berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Garut.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Terdapat 14 Komoditas basis pertanian yang layak menjadi komoditas unggulan

Kabupaten Garut yaitu padi sawah, kacang tanah, ubi kayu,kedelai, jagung,

kentang, cabe besar, wortel, tomat, alpuket, jeruk keprok, mangga, pisang, dan

pepaya.

2. Umumnya komoditas basis pertanian tersebut memiliki nilai koefisien lokalisasi

mendekati satu yaitu menunjukkan kecenderungan terlokalisasi di beberapa

kecamatan.Sebanyak 31 Kecamatan (73,81%) menunjukkan adanya kecenderungan

spesialisasi kegiatan pertanian sedangkan 11 kecamatan (26,19%) lainnya tidak

mengkhususkan kegiatan pertaniannya pada beberapa komoditas tertentu.

3. Kecamatan Garut Kota dan Karangpawitan merupakan titik pertumbuhan.

Kecamatan ini menjadi penggerak pembangunan bagi seluruh wilayah belakangnya

dan dalam jangka panjang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian

Kabupaten Garut. Kecamatan Bayongbong, Tarogong kidul, Kadungora, Leles,

Limbangan dan Cibatu berfungsi sebagai pusat pelayanan utama dan wilayah

belakang yang dilayani terdiri atas pusat-pusat pelayanan kecil dengan hierarki yang

lebih rendah. Pusat pelayanan lokal terdiri dari Kecamatan Cilawu, Cikajang,

Cibatu, Karangtengah, Cisurupan, Bungbulang, Banjarwangi, Wanaraja,

Malangbong, Tarogong Kaler, Banyuresmi, Tarogong Kidul dan Pasirwangi. Pusat

Page 11: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

11

pelayanan terkecil (tipe IV) meliputi kecamatan Cikelet, Cisompet, Singajaya,

Bayongbong, Cigedug, Cibiuk, Cisewu, Pameungpeuk, Mekarmukti, Cibalong,

Pakenjeng, Sukaresmi Pangatikan, Sucinagara, Talegong,Selaawi, Kersamanah,

Leuwigoong, Pamulihan, Cihurip, Peundeuy dan Caringin.

Pengembangan komoditas basis pertanian hendaknya diarahkan pada lokasi

yang memiliki potensi sumberdaya alam pertanian berupa ketersediaan lahan dan

kesesuaian kondisi agroklimat. Selain itu disesuaikan pula dengan pengembangan

kawasan komoditas unggulan dan kebijakan alokasi pemanfaatan ruang budidaya.

Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah Kabupaten Garut, pusat

pelayanan dan pertumbuhan tipe I dan II ternyata berada pada sub wilayah

pembangunan ke-satu (SWP I ), sedangkan tipe III dan IV berada pada sub wilayah

pembangunan ke-dua dan ke-tiga (SWP II dan SWP III). Dengan demikian

pembangunan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi di SWP I dan SWP II harus

lebih diprioritaskan lagi guna meningkatkan kinerja pemerintahan, meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi yang akan

berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Garut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, terutama

kepada Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bappeda, Biro Pusat Statitsik

dan Dinas Pertanian Kabupaten Garut.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson PP and Rajul Pradya-lorch, 2003. The Unfinished Agenda, Internasional

Food Policy Research institute, washington, USA.

Budiharsono, Sugeng, 2001, Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan

Lautan, Padnya Paramita, Jakarta.

Dewi Siska N, 2007. Potensialitas Sumberdaya Pertanian dalam Mendukung

Kecamatan Cisurupan sebagai Distrik Prioritas Agropolitan di Kabupaten

Garut. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Unpad, Bandung.

Page 12: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

12

Dicky Achmad. 2008. Studi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Garu

Selatan (studi kasus : wilayah pembangunan di Kabupaten Garut)

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-

dickyachma-28493( Diakses 24 April 2010).

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pemukiman dan Prasarana Wila-

yah.2003. Penyusunan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Terpadu.

Djuwendah, Endah, 2006. Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan di

Kabupaten Sumedang, Lembaga Penelitian Unpad, Bandung

Hanafiah, T, (1988), Pendekatan Wilayah dan pembangunan Pedesaan, Jurusan

Sosek, Faperta IPB, Bogor.

Gita Anggi, 2005. Alokasi Sumberdaya Lahan dalam Mendukung Perwilayahan

Komoditas Pertanian di Kabupaten Sumedang, Jurusan Sosial Ekonomi

Unpad, Bandung.

Iqbal M dan Iwan Setiadjie, 2002. Rancang Bangun Kebijakan Agropolitan dan

Pengembangan ekonomi lokal menuju percepatan Pembangunan Wilayah,

PSE Bogor.http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART7-2d.pdf

(diakses 25 April 2010).

Mosher, AT, 1987, Menciptakan Struktur Pertanian Progesif Untuk Melayani

Pertanian Modern, CV Yasaguna.

Pemerintahan Kabupaten Garut,2009 . Profil Ekonomi.

http://www.Garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/ekonomi_profile_dom

estik. diakses 24 April 2010 ( 25 April 2010)

Pemerintahan Kabupaten Garut. 2008. Policy brief Rancangan akhir RPJMD

Kabupaten Garut tahun 2009-2014.

http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani_penelitian_dan_ke

bijakan/untuk_organisasi_advokasi/files/110.pdf(diakses 24 April 2010)

Tarigan, R.2004. Ekonomi Regional, Bumi Aksara Jakarta.

Wahid Abdul, 2006. Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal, Studi Kasus di

Kabupaten Garut, Skripsi Pada PS Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Faperta

IPB, Bogor

Page 13: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

13

Lampiran 1. Matriks Skalogram Pusat Pertumbuhan & Pelayanan Kabupaten Garut,

2007

No

Kecamatan Nilai

skala

Nilai

nyata

ordo Tinggi Sedang Rendah

2 1 3 5 4 2 1 3 5 4 2 1 3 5 4

5 Tarogong kaler 15 9 II X X X X X

26 Garut kota 14 12 I X X X X X

27 Karangpawitan 14 12 I X X X X X

17 Cilawu 14 9 II X X X X X

20 Cisurupan 14 9 II X X X X X

42 Malangbong 14 9 II X X X X X

24 Tarogong kidul 14 9 II X X X X X

22 Samarang 13 11 I X X X X X

4 Bungbulang 13 8 III X X X X X

31 Sukawening 12 10 II X X X X X

32 Karangtengah 12 7 III X X X X X

34 Leles 12 10 II X X X X X

39 Kadungora 12 10 II X X X X X

40 Bl. Limbangan 12 10 II X X X X X

33 Banyuresmi 9 9 II X X X X X

16 Banjarwangi 9 9 II X X X X X

15 Cikajang 9 7 III X X X X X

36 Cibatu 9 7 III X X X X X

23 Pasirwangi 9 7 III X X X X X

Page 14: Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/2-Pengarahan-Pusat... · Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan

14

7 Pekenjeng 9 5 IV X X X X X

28 Wanaraja 9 8 III X X X X X

18 Bayongbong 8 5 IV X X X X X

8 Cikelet 8 6 IV X X X X X

No

Kecamatan Nilai

skala

Nilai

nyata

Tipe Tinggi Sedang Rendah

35 Leuwigoong 8 6 IV X X X X X

11 Cisompet 8 IV X X X X X

13 Singjaya 8 6 IV X X X X X

1 Cisewu 6 6 IV X X X X X

41 Selaawi 6 5 IV X X X X X

9 Pameungpeuk 6 4 IV X X X X X

24 Cihurip 6 6 IV X X X X X

21 Sukaresmi 6 6 IV X X X X X

2 Caringin 6 6 IV X X X X X

3 Talegong 6 6 IV X X X X X

5 Mekarmukti 6 6 IV X X X X X

29 Sucinagara 6 6 IV X X X X X

30 Pangatikan 6 6 IV X X X X X

37 Kersamanah 6 6 IV X X X X X

12 Peundeuy 5 5 IV X X X X X

6 Pamulihan 5 4 IV X X X X X

19 Cigedug 5 5 IV X X X X X

38 Cibiuk 5 5 IV X X X X X

10 Cibalong 5 5 IV X X X X X

Frekuensi 210 1 7 9 19 12 1 15 16 16 15 39 21 17 14 8

Kesalahan 36 0 1 2 6 1 1 2 1 2 1 12 0 2 1 4

Derajat Kebenaran = 210 – 36 / 210 X 100 % = 82,86 %