Upload
titik-indraini
View
1.045
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
efektivitas
Citation preview
PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN KREDIT TERHADAP RENTABILITAS PD. BPR BKK
DI KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
TRI ENDAH WAHYUNINGTYAS NIM. 3351402606
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra.Margunani MP Drs. Tarsis Tarmudji NIP. 131570076 NIP. 1310529513
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Sukirman, M.si NIP. 131967646
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang ujian skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 21 Agustus 2007
Penguji skripsi
Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP 131813667
Anggota I Anggota II
Dra. Margunani MP Drs. Tarsis Tarmudji NIP. 131570076 NIP. 1310529513
Mengetahui,
Dekan fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.si NIP. 131658236
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 21 Agustus 2007
Tri Endah W
NIM. 3351402606
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
− Kami tinggikan derajat orang yang kami kehendaki tetapi di atas tiap-
tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang maha mengetahui.
(QS. Yusuf :76).
− Jika tidak punya harapan di masa mendatang , maka tidak akan ada
kekuatan dimasa sekarang. (penulis)
− Setiap orang bisa menanggung bebannya seberat apapun apabila
disertai dengan do'a dan usaha. (penulis)
Persembahan :
1. Ibu dan Alm. Bapak atas do'a dan kasih
sayangnya
2. Mas Aan dan Mas Uun serta Adikku Ina
atas dukungannya
3. Sahabatku Mamy, Indah atas bantuan
dan motivasinya.
4. Teman-temanku Rizan, Wanty atas
bantuannya.
5. Adik2 Cost Oriza 1 yang di villa atas
trima kasih atas bantuannya.
6. Teman-teman Akuntansi '02
7. Almamaterku.
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern Kredit Terhadap
Rentabilitas Pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga Tahun 2003-2005”.
Skripsi ini diajukan dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat disusun tanpa adanya
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si Rektor UNNES yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di UNNES.
2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si Dekan Fakultas Ekonomi UNNES yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di UNNES.
3. Drs. Sukirman, M. Si Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNNES
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di
UNNES.
4. Dra. Margunani MP selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Drs. Tarsis Tarmudji selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Drs. Fachrurrozie M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi.
7. Supardi, S.IP. selaku Direktur Utama PD. BPR-BKK Kabupaten Purbalingga
yang telah memberikan kesempatan umtuk melakukan penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan, karena ini semua disebabkan
keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Amin.
Semarang, 21 Agustus 2007
Penulis
SARI
Tri Endah.W. 2007.. “Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern Kredit Terhadap Rentabilitas Pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga Tahun 2003-2005”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekononomi. Unversitas Negeri Semarang. Pembimbig I Dra. Margunani MP, Pembimbing II Drs. Tarsis Tarmudji. 72 Halaman. Kata Kunci: Efektivitas Pengendalian Intern Kredit, Rentabilitas, PD. BPR-
BKK, Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan data keuangan yang ada pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga Tahun 2003-2005, menunjukan bahwa ROA tergolong sehat karena melebihi 1,50 , sama halnya dengan BOPO juga tergolong sehat karena kurang dari 93,52. Penelitian sebelumnya yang menunjukkan tidak ada pengaruh antara efektivitas pengendalian intern kredit terhadap rentabilitas pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Tegal 2001-2003. Oleh karena itu peneliti ingin menguji kembali apakah efektivitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap rentabilitas pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga. Permasalahan yang diungkap penelitian ini, 1) apakah efektivitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap rentabilitas pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga Tahun 2003-2005?, 2) Seberapa besar pengaruh efektivitas pengendalian intern kredit terhadap rentabilitas pada PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga Tahun 2003-2005?
Populasi dalam penelitian ini adalah 11 PD. BPR-BKK di Kabupaten Purbalingga. Populasi ini sekaligus sebagai sample penelitian. Adapun variabel yang diukur efektivitas pengendalian intern kredit sebagai variabel bebas sedangkan rentabilitas sebagai variabel terikatnya. Data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan angket (kuesioner) serta dianalisis menggunakan analisis regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap rentabilitas pada PD BPR BKK Purbalingga di Kabupaten Purbalingga. Uji hipotesis I menggunakan analisis regresi diperoleh p value = 0,001< 0,05, yang berarti ada pengaruh pengendalian intern kredit terhadap ROA. Uji hipotesis II diperoleh p value = 0.000 < 0,05, yang berarti ada pengaruh pengendalian intern kredit terhadap BOPO. Besar pengaruh efektivitas intern terhadap ROA pada PD BPR BKK Purbalingga di Kabupaten Purbalingga mencapai 28.4%, sedangkan pengaruhnya terhadap BOPO sebesar 31,3%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap rentabilitas pada PD BPR BKK Purbalingga di Kabupaten Purbalingga. Kualitas pengendalian intern kredit perlu dilakukan oleh PD. BPR BKK Kabupaten Purbalingga terutama berkaitan dengan pengawasan kredit dan kolektibilitas kredit, sebab kedua indikator tergolong lebih rendah daripada indikator lain, sehingga diharapkan mampu meningkatkan rentabilitas.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
SURAT REKOMENDASI ............................................................................. iv
PERNYATAAN............................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
PRAKATA....................................................................................................... vii
SARI................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ......................................... 7
2.1 Lembaga Keuangan Bank .............................................................. 7
2.1.1 Pengertian Bank...................................................................... 7
2.1.2 Penggolongan Bank................................................................ 9
2.1.3 Usaha Pokok Bank.................................................................. 10
2.2 Bank Perkreditan Rakyat................................................................ 11
2.2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat...................................... 11
2.2.2 Tugas Pokok ........................................................................... 12
2.2.3 Pendirian Bank Perkreditan Rakyat........................................ 14
2.3 Rentabilitas .................................................................................... 16
2.3.1 Pengertian Rentabilitas .......................................................... 16
2.3.2 Macam-macam Rasio Rentabilitas ........................................ 18
2.3.3 Tujuan Penggunaan Rentabilitas ........................................... 19
2.4 Pengendalian Intern........................................................................ 20
2.4.1 Pengertian Pengendalian Intern ............................................. 20
2.4.2 Unsur Pengendalian Intern .................................................... 21
2.4.3 Tujuan Struktur Pengendalian Intern..................................... 22
2.4.4 Keterbatasan Struktur Pengendalian Intern ........................... 23
2.4.5 Pengujian Pengendalian Intern .............................................. 24
2.5 Pengendalian Intern Kredit............................................................. 25
2.5.1 Pengertian Kredit................................................................... 25
2.5.2 Pengertian Pengendalian Intern Kredit.................................. 26
2.5.3 Pentingnya Pengendalian Intern Kredit................................. 27
2.5.4 Tujuan Pengendalian Intern Kredit........................................ 28
2.5.5 Rencana Kebijakan Kredit..................................................... 29
2.5.6 Analisis Permohonan Kredit.................................................. 30
2.5.7 Pengawasan Kredit ................................................................ 34
2.5.8 Kolektibilitas Kredit .............................................................. 34
2.5.9 Jenis-jenis Kredit..................................................................... 36
2.5.10 Penyelamatan Kredit............................................................. 41
2.6 Kerangka Berfikir .......................................................................... 42
2.7 Hipotesis Penelitian........................................................................ 44
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 45
3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................... 45
3.1.1 Populasi Penelitian .............................................................. 45
3.1.2 Sampel ................................................................................. 45
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................ 46
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 47
3.4 Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 49
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 54
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 54
4.1.1 Gambaran Variabel Penelitian ............................................. 54
4.1.2 Uji Prasyarat......................................................................... 62
4.1.3 Uji Hipotesis ........................................................................ 64
4.2 Pembahasan.................................................................................... 67
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
5.1 Simpulan ........................................................................................ 71
5.2 Saran ............................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN .................................................................................................... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tingkat Penilaian Aspek Rentabilitas............................................... 19
Tabel 2 Hasil Uji Validitas............................................................................. 50
Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Angket ............................................................ 51
Tabel 4 Mean dan Persentase Efektivitas Pengendalian Intern Kredit .......... 55
Tabel 5 Klasifikasi Pinjaman ......................................................................... 59
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Efektivitas pengendalian Intern Kredit............ 61
Tabel 7 Rata-rata Rentabilitas PD. BPR-BKK Di Kabupaten Purbalingga... 61
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Data................................................................. 62
Tabel 9 Hasil Uji Linieritas............................................................................ 63
Tabel 10 Uji Hipotesis I ................................................................................... 64
Tabel 11 Koefisien Determinasi ...................................................................... 65
Tabel 12 Uji Hipotesis II.................................................................................. 66
Tabel 13 Koefisien Determininasi ................................................................... 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Persentase Efektivitas Pengendalian Intern Kredit ......................... 58
Gambar 2 Klasifikasi Pinjaman ....................................................................... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Validitas Rencana Kebijakan Kredit ........................................... 73
Lampiran 2 Uji Validitas Analisis Permohonan Kredit ................................ 74
Lampiran 3 Uji Validitas Kolektibilitas Kredit.............................................. 75
Lampiran 4 Uji Validitas Pengawasan Kredit................................................ 76
Lampiran 5 Reliability Angket Rencana Kebijakan Kredit ........................... 77
Lampiran 6 Reliability Analisis Permohonan Kredit..................................... 78
Lampiran 7 Reliability Pengawasan Kredit ................................................... 79
Lampiran 8 Reliability Kolektibilitas Kredit ................................................. 80
Lampiran 9 Uji Normalitas Data.................................................................... 81
Lampiran 10 Uji Linieritas.............................................................................. 82
10.1 Report ..................................................................................... 82
10.2 Anova Table .......................................................................... 82
10.3 Measures Association ............................................................ 83
Lampiran 11 Regression .................................................................................. 84
Lampiran 12 Regression .................................................................................. 85
Lampiran 13 Data Hasil Penelitian .................................................................. 86
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perbankan sangat berperan penting dalam perekonomian,
khususnya perkreditan. Menurut Undang-Undang no. 10 tahun 1998, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan dan usaha
secara konvensional atas berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BPR yang melaksanakan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah tidak diperkenankan
melaksanakan kegiatan usaha konvensional, begitu juga sebaliknya.
Bentuk badan hukum BPR adalah berupa salah satu perusahaan daerah,
koperasi, perseroan terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Dan PD BPR BKK adalah salah satu bentuk dari BPR dengan
badan hukum perusahaan daerah, yang pada dasarnya merupakan lembaga
perkreditan pedesaan yang menyalurkan kredit kecil kepada para petani dan
pedagang (pengusaha kecil) dan atau golongan ekonomi lemah di desa-desa
atau kecamatan-kecamatan yang kekurangan modal dalam kegiatan usahanya,
dengan cara mudah, murah, dan terarah, dengan bunga yang tidak terlalu
tinggi, guna melindungi masyarakat dari pengijon, pelepas uang dan untuk
menaikkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan produktivitas
diberbagai bidang wilayah pedesaan.
Rentabilitas merupakan salah satu alat untuk menilai keberhasilan
perusahaan dalam memperoleh laba serta dapat dijadikan ukuran bahwa
perusahaan telah bekerja secara efisien. Efektivitas pengendalian intern kredit
merupakan usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar,
produktif dan tidak macet. Semakin meningkatnya pemberian kredit atas
permintaan dari masyarakat, PD BPR BKK terus berusaha meningkatkan pula
pelayanannya serta berusaha menjadi mitra usaha yang baik bagi masyarakat
dan saling menguntungkan. Menguntungkan bagi masyarakat dan
menguntungkan bagi pihak PD BPR BKK, sebab tanpa adanya keuntungan,
suatu perusahaan tidak mungkin dapat berjalan dengan lancar begitu juga PD
BPR BKK. Seiring dengan perkembangan teknologi dan adanya spesialisasi
perusahaan, maka dibutuhkan dana untuk membiayai kegiatan usahanya yang
harus digunakan seefisien mungkin. Prinsip manajemen perusahaan menuntut
baik dalam memperoleh atau menggunakan dana harus didasarkan pada
pertimbangan efisien dan efektivitas, artinya setiap dana yang tertanam dalam
aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan
keuntungan investasi yang maksimal (Bambang Riyanto, 2001:5).
PD BPR BKK mempunyai peranan sebagai financial intermediary,
sehingga harus melaksanakan kegiatannya dengan baik, yaitu adanya proses
pengolahan penghimpunan dana masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian
dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat serta pemupukannya
secara optimal melalui penggerakan semua sumber daya yang tersedia untuk
mencapai tingkat rentabilitas yang memadai.
Cara pertama yang ditempuh bank adalah dengan memperhatikan
efektivitas pengendalian intern kredit. Efektivitas pengendalian intern kredit
pada PD BPR BKK khususnya di Kabupaten Purbalingga dimulai sejak tahap
analisis kredit sampai dengan saat pelunasannya. Sehingga PD BPR BKK
dapat mewujudkan fungsi dan tugasnya seperti yang tercantum dalam pasal 6-
7 Peraturan daerah Propinsi Jawa Tengah no. 20 tahun 2002, PD BPR BKK
membantu menyediakan modal usaha bagi usaha mikro, kecil, dan menengah
melalui usaha pemberian kredit.
Kegiatan utama PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga adalah
pemberian kredit, dan merupakan sumber pendapatan utama bagi bank.
Dengan memberikan kredit kepada masyarakat perusahaan (PD BPR BKK)
akan memiliki kredit yang memberikan penangguhan penerimaan uang,
dengan begitu akan memberikan pengaruh yang kurang baik apabila
pemberian kredit yang dilakukan terlalu besar sehingga terjadi penumpukan
modal kerja dalam kredit. Dengan penimbunan modal kerja tersebut akan
mempengaruhi pendanaan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya
yang secara langsung maupun tidak langsung menghambat kegiatan
operasional perusahaan. Aktivitas pemberian kredit dalam hal ini sangat
penting karena menyangkut modal kerja dalam kredit serta berpengaruh
terhadap rentabilitas yang akan dicapai. Semakin besar proporsi pemberian
kreditnya memperbesar jumlah investasi dalam kredit walaupun ini berarti
semakin besar resikonya tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar
rentabilitas. Dengan pengelolaan kredit yang baik PD BPR BKK dapat
memberikan kepercayaan dan pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan
pinjaman, sehingga membantu dan mendorong pertumbuhan dan
pembangunan daerah di segala bidang serta dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat dan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah (Peraturan
daerah Propinsi Jawa Tengah no. 20 tahun 2002).
Berdasarkan observasi awal pada PD BPR-BKK di kabupaten
Purbalingga tahun 2000-2002 ROA tergolong sehat karena melebihi 1,50.
Sedangkan jika dilihat dari BOPO tergolong sehat karena kurang dari 93,52.
(Kep BI/ No 30/12/Kep/DIR tanggal 30 April 1997). Dari hasil tersebut
peneliti ingin mengetahui apakah peningkatan kedua faktor tersebut sebagai
dampak dari meningkatnya pengendalian intern yang akan mempengaruhi
tingkat rentabilitasnya. Penelitian sebelumnya tentang rentabilitas telah
dilakukan Laili (2003) menemukan bukti empiris bahwa tidak ada pengaruh
antara efektivitas pengendalian intern kredit dan piutang terhadap rentabilitas
pada PD BPR BKK di Kabupaten Tegal.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk menguji
kembali apakah efektifitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap
rentabilitas pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN KREDIT
TERHADAP RENTABILITAS PD BPR BKK DI KABUPATEN
PURBALINGGA”.
1.2 Rumusan Masalah
Rentabilitas sangat penting bagi PD BPR BKK karena merupakan
ukuran keberhasilan usaha bagi bank, dimana dengan rentabilitas yang
diperoleh PD BPR BKK, akan menimbulkan citra yang baik kepda
masyarakat. Rentabilitas bank sangat dipengaruhi oleh efektivitas
pengendalian intern kredit. Selaras dengan uraian diatas maka timbul
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah efektivitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap
rentabilitas pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga?
2. Seberapa besar pengaruh efektivitas pengendalian intern kredit terhadap
rentabilitas pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan mengenai sasaran
maka penelitian harus mempunyai tujuan, adapun tujuan penulis untuk
mengadakan penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui apakah efektivitas pengendalian intern kredit
berpengaruh terhadap rentabilitas pada PD BPR BKK di Kabupaten
Purbalingga.
2. Ingin mengetahui besarnya pengaruh efektivitas pengendalian intern kredit
terhadap rentabilitas pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga.
1.4 Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yakni
sebagai berikut :
1. Kegunaan secara teoritik
a. Secara teoritik mencoba menerapkan konsep teori pengendalian intern
kredit berkaitan dengan rentabilitas yang dikemukakan Rimsky K.
Judisseno (2002:138) yang akan dicobakan pada PD BPR BKK di
Kabupaten Purbalingga.
b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media untuk belajar
memecahkan masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan
pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah
pada khususnya dan pengaruh efektivitas pengendalian intern kredit
terhadap rentabilitas pada PD BPR BKK.
c. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan
pemikiran dan bahan kajian dalam penelitian.
2. Kegunaan secara praktis
Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran bagi PD BPR
BKK di Kabupaten Purbalingga dalam pelaksanaan pengendalian intern
kredit, dan tingkat rentabilitas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lembaga Keuangan Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku.
Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani
kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara
resmi dan populer menjadi Bank. Agar pengertian bank menjadi
jelas, penulis mengutip beberapa definisi atau rumusan yang
dikemukakan para penulis sebagai berikut.
1. Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10
Tahun 1998:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
b. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
c. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
d. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
2. Prof. G.M. Verryn Stuart
Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan
orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang
diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan
mengeluarkan uang baru dan uang kertas. Jadi bank melakukan
operasi pasif dan aktif, yaitu mengumpulkan dana dari
masyarakat yang berkelebihan dana (surplus spending unit – SSU
) dan menyalurkan kredit kepada masyarakat yang membutuhkan
dana (defisit spending unit – DSU )
3. Dr. B.N. Ajuha
Bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat
menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang dapat
membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. Bank
juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara
aman dan dengan tingkat bunga yang menarik.
4. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
a. Bank Umum adalah lembaga keuangan, pencipta uang,
pengumpulan dana dan penyalur kredit, pelaksana lalulintas
pembayaran, stabilisator moneter, serta dinamisator
pertumbuhan perekonomian.
b. Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan
usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset
keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga
sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.
c. Bank adalah pencipta uang dimaksudkan bahwa bank
menciptakan uang giral dan mengedarkan uang kartal.
d. Bank adalah pengumpul dana dan penyalur kredit berarti
bank dalam operasinya mengumpulkan dana kepada SSU dan
menyalurkan kredit kepada DSU.
2.1.2 Penggolongan Bank
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No.
10 Tahun 1998 tentang perbankan penggolongan bank meliputi:
1. Berdasarkan jenisnya:
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran, di mana dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah.
2. Berdasarkan kepemilikannya:
a. Bank Milik Pemerintah
b. Bank Milik Pemerintah Daerah
c. Bank Milik Swasta Nasional
d. Bank Milik Koperasi
e. Bank Asing/Campuran
3. Berdasarkan bentuk hukumnya:
a. Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah
b. Bank berbentuk hukum Perseroan (PERSERO)
c. Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT)
d. Bank berbentuk hukum Koperasi
4. Berdasarkan kegiatan usahanya:
a. Bank Devisa
b. Bank Bukan Devisa
5. Berdasarkan sistem pembayaran jasa:
a. Bank berdasarkan pembayaran bunga
b. Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil
keuntungan (bank dengan prinsip syariah).
2.1.3 Usaha Pokok Bank
Bank pada dasarnya merupakan perantara antara SSU
(surplus spending unit) dengan DSU (defisit spending unit), usaha
pokok bank didasarkan atas empat hal pokok, yaitu:
1) Denomination Divisibility
Adalah bank yang menghimpun dana dari SSU yang masing-
masing nilainya relatif kecil, tetapi secara keseluruhan jumlahnya
akan sangat besar. Dengan demikian bank dapat memenuhi
permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk
kredit.
2) Maturity Flexibility
Adalah bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan
bentuk-bentuk simpanan yang bervariasi jangka waktu dan
penarikannya, seperti rekening giro, rekening koran, deposito
berjangka, sertifikat deposito, buku tabungan dsb.
3) Liquidity Transformation
Adalah dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada
bank umumnya bersifat likuid. Karena itu, SSU dapat dengan
mudah mencairkannya sesuai dengan bentuk tabungannya.
4) Risk Diversification
Adalah bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak
atau debitur dan sektor-sektor ekonomi yang beraneka macam,
sehingga risiko yang dihadapi bank dengan cara menyebarkan
kredit semakin kecil.
2.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2.2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah ( Hasibuan, 38).
Bank Perkreditan Rakyat menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Pada mulanya tugas pokok BPR diarahkan
untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pergeseran
serta mengurangi praktek-praktek ijon dan para pelepas uang.
2.2.2 Tugas Pokok Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Untuk mewujudkan tugas pokoknya Bank Perkreditan Rakyat
melakukan usaha sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.
4. Menempatkan dana dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan
pada bank lain.
Usaha-usaha yang dilarang bagi Bank Perkreditan Rakyat
meliputi:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran (LLP).
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali
melakukan transaksi atau jual beli uang kertas asing (money
changer).
3. Melakukan penyertaan modal.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud diatas.
2.2.3 Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pendirian Bank Perkreditan Rakyat dapat dilakukan oleh :
1. Warga Negara Indonesia.
2. Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh
WNI.
3. Pemerintah Daerah.
4. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka (1), (2)
dan (3).
Setiap orang yang mengajukan permohonan untuk
mendirikan usaha Bank Perkreditan Rakyat wajib memenuhi
persyaratan mengenai:
1. Susunan organisasi dan kepengurusan.
2. Permodalan.
3. Kepemilikan.
4. Keahlian dibidang perbankan.
5. Kelayakan rencana kerja.
Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No.
32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan
Rakyat dikatakan bahwa modal disetor untuk mendirikan BPR
ditetapkan sekurang-kurangnya:
1. Dua miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di DKI Jakarta, dan
Kabupaten/ Kotamadya Tanggerang, Bogor, Bekasi, dan
Karawang.
2. Satu miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di wilayah Ibukota
Provinsi di luas wilayah yang disebut dalam huruf (a)
3. Lima ratus juta rupiah untuk BPR yang didirikan di luar wilayah
yang disebut dalam huruf (a) dan (b).
Pihak pemohon izin usaha untuk Bank Perkreditan Rakyat
wajib memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan pasal 6 Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tentang
Bank Perkreditan Rakyat, serta melampirkan:
1. Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan
anggaran dasar badan hukum yang telah disisakan oleh instansi
yang berwenang.
2. Data kepemilikan, berupa daftar pemegang saham berikut
rincian besarnya kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk
hukum Perseroan Terbatas/ Perusahaan Daerah.
3. Daftar susunan Dewan Komisaris dan Direksi.
4. Rencana susunan organisasi.
5. Rencana kerja untuk tahun pertama, yang memuat hasil
penelaahan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi,
rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan
penyaluran dana serta langkah-langkah kegiatan yang akan
dilakukan.
6. Bukti pelunasan modal disetor, sekurang-kurangnya 30% dalam
bentuk foto copy bilyet deposito pada bank umum di Indonesia
dan atas nama Direksi Bank Indonesia.
7. Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang
berbentuk Perseroan Terbatas dan Perusahaan Daerah.
Persyaratan diatas merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi si pemohon persetujuan prinsip, sebaliknya maka Bank
Indonesia dituntut untuk segera menangani permohonan tersebut
apabila kelengkapan persyaratan telah dipenuhi.
Pendirian PD. BPR BKK Purbalingga sesuai dengan SK
Menteri Keuangan No. Kep-463/KM.13/1991 Tanggal 8 Oktober
1991.
2.3 Rentabilitas
2.3.1 Pengertian Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan
antara laba dengan aktiva / modal yang menghasilkan laba tersebut.
Dengan kata lain rentabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu
(Bambang Riyanto, 2001 :35).
Rentabilitas menurut Munawir (2001:86), adalah rasio untuk
mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan
untuk operasi tersebut. Atau ratio mengukur kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan menurut Wasis (1989:97)
dalam bukunya "Pembelanjaan Perusahaan" rentabilitas mempunyai
sinonim dengan rate of retum, eaming power, dan profitability. Yang
dimaksud rentabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba. Kalau laba atau profit adalah jumlahnya, maka
rentabilitas adalah kemampuan untuk memperoleh jumlah tersebut.
Kemampuan itu antara lain disebabkan oleh tersedianya kemudahan
dalam bentuk modal kerja yang ditanamkan.
Rentabilitas dalam hal ini bukan semata-mata kemampuan
saja, tetapi kemampuan yang dikaitkan dengan modal yang
digunakan. Oleh karena itu rentabilitas juga merupakan
perbandingan, yaitu perbandingan antara laba tersebut. Rentabilitas
menunjukan angka nisbi yang dipergunakan sebagai petunjuk atau
indikator keberhasilan perusahaan. Bagi perusahaan pada umumnya
masalah rentabilitas lebih penting dari masalah laba, karena laba
yang besar belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah
dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal
yang menghasilkan laba tersebut, dengan kata lain menghitung
rentabilitasnya. Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh
perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk mempertinggi
rentabilitasnya (Bambang Riyanto, 2001:37). Pendapat lain menurut
Faisal Abdullah, Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam
menghasilkan profit (laba) melalui operasi bank (2003:28).
Tingkat rentabilitas BPR mencerminkan keberhasilan atau
kegagalan manajemen BPR dalam mengelola atau menanamkan dana
yang tersedia pada aktiva produktif untuk memperoleh bunga atau
penghasilan serta pengaturan pembiayaan yang harus dikeluarkan
untuk menunjang operasional BPR yang bersangkutan. Rentabilitas
berguna untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
BPR dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
2.3.2 Macam-macam Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas yang digunakan untuk menilai bank adalah
sebagai berikut:
1. ROA
ROA= %100Usahavolumerata-Rata
Pajak Sebelum Laba×
Perhitungan terhadap ROA dialkukan dengan cara rasio sebesar
0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan
0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 denagn maksimal
100.
2. BOPO
BOPO =%100
lOperasiona PendapatanlOperasiona Biaya
×
Perhitungan pada rasio efesiensi BOPO dilakukan dengan cara
rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.
(Dendawijaya.2003:121).
Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
Tabel 1 Tingkat Penilaian Aspek Rentabilitas
Rasio Penilaian Kriteria
ROA BOPO Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
1,22 - 1,50 0,99 -< 1,22 0,77-<0,99 0-<0,77
92,00 - 93,52 93,52-<94,72 94,72-<95,92 95,92-<100
(Sumber: SK DIR BI NO 30/12/KEP/DIR)
2.3.3 Tujuan Penggunaan Rentabilitas
Tujuan penggunaan rentabilitas menurut Harnanto
(1991:351) adalah sebagai kriteria penilaian hasil operasi merupakan
tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai:
1. Suatu indikator tentang efektivitas manajemen.
Rentabilitas sebagai indikator tentang efektivitas manajemen
karena rentabilitas mampu menggambarkan kemampuan
perusahaan (PD BPR BKK) untuk mendapatkan laba dengan
membandingkan modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba
tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa rentabilitas adalah
manifestasi dari efektivitas dan kualitas manajemen.
2. Suatu alat membuat proyeksi laba perusahaan.
Rentabilitas sebagai alat membuat proyeksi laba perusahaan
karena rentabilitas mampu menggambarkan korelasi atau
hubungan antara laba dengan modal yang digunakan untuk
menghasilan laba tersebut. Oleh karena itu manajer dapat
menganalisa dan merencanakan laba pada berbagai tingkat
perubahan yang ditanam.
3. Suatu alat pengendali bagi manajemen.
Rentabilitas sebagai alat pengendali bagi manajemen karena
rentabililas juga dapat digunakan sebagai alat kendali dalam
menyusun target (rencana), budget, koordinasi, evaluasi hasil
pelaksanaan operasi perusahaan dan kriteria penilaian altematif
serta dasar pengambilan keputusan penanaman modal.
2.4 Pengendalian Intern
2.4.1 Pengertian Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia (1996:19) sebagaimana tercantum dalam standar
profesional akuntan publik adalah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
tujuan usaha yang spesifik akan dapat dicapai. Pengertian keyakinan
memadai mengandung arti bahwa struktur pengendalian intern
satuan usaha tidak melebihi manfaat yang diharapkan.
Struktur pengendalian intern suatu organisasi terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan
yang memadai agar tujuan organisasi dapat tercapai (Mulyadi,
2001:164). Pengendalian intern meliputi rencana organisasi dan
semua metode yang terkoordinisir dan tindakan atau ukuran yang
diterapkan dalam suatu perusahaan untuk mengamankan hartanya,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, meningkatkan
efisiensi operasi dan mendorong kekuatan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh manajemen (Bambang Hariadi, 1990:3).
Berdasarkan Pengertian pengendalian intern tersebut, terdapat
beberapa konsep dasar sebagai berikut:
1) Pengendalian intern merupakan proses untuk mencapai tujuan
tertentu.
2) Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
3) Pengendalian intern diharapkan hanya dapat memberikan
keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak karena
pengendalian intern mengandung keterbatasan yang dapat
menimbulkan resiko.
2.4.2 Unsur Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern menurut Mulyadi (2001:166),
antara lain :
1) Adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan
fungsi-fungsi.
Fungsi-fungsi yang harus dipisahkan :
a) Fungsi pengawasan
b) Fungsi pencatatan
c) Fungsi penyimpanan
2) Sistem pemberian wewenang dan prosedur pencatatan salah satu
cara untuk mengendalikan harta, utang, pendapatan dan biaya
adalah melalui pemberian wewenang sampai batas-batas
kewajaran yang telah ditetapkan.
3) Unsur pelaksanaan yang wajar.
Prosedur yang telah ditetapkan seyogyanya ditaati oleh setiap
petugas didalam perusahaan.
4) Unsur kualitas pegawai.
Sistem pengendalian pegawai hanya akan berfungsi apabila
petugas pelaksana memiliki kecakapan berdasarkan pengalaman
dan pendidikan.
2.4.3 Tujuan Struktur Pengendalian Intern
Tujuan struktur pengendalian intern menurut Mulyadi
(2001:169) adalah sebagai berikut:
1) Menjaga kekayaan organisasi
2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3) Mendorong efisiensi
4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut tujuannya struktur pengendalian intern dapat dibagi dua
macam:
Tujuan pokok struktur Pengendalian intern
Menjaga kekayaan organisasi Pengendalian intern
akuntansi
Pengendalian intern administrasi
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Mendorong efisiensi
Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
2.4.4 Keterbatasan Struktur Pengendalian Intern
Keterbatasan struktur pengendalian intern menurut Mulyadi
dan Kanaka (1998:173), yaitu:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personel perusahaan (PD BPR BKK)
salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang
diambilnya, karena keterbatasan informasi, waktu dan tekanan
lain.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan mungkin
terjadi karena personel salah dalam memahami dan menafsirkan
kebijakan, perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian,
kurangnya perhatian atau karena kelelahan.
3. Kolusi
Kolusi merupakan kerjasama yang dibangun oleh beberapa orang
untuk tidak mematuhi pengendalian intern, untuk tujuan
mengambil keuntungan dan melakukan kecurangan terhadap
kekayaan entitas untuk keperluan pribadi
4. Pengabaian oleh pengurus (manajemen)
Manajemen atau pengurus dengan wewenang pengambilan
keputusan yang ada pada mereka dapat mengabaikan kebijakan
atau proseedur yang telah ditetapkan untuk mengambil
keuntungan pribadi, penyajian laporan keuangan yang
berlebihan, dan kepatuhan semu.
5. Biaya lawan manfaat
Dalam membangun dan mengimplementasikan pengendalian
intern pengurus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan
dengan manfaat yang diperoleh. Namun manfaat yang diperoleh
dari pengendalian intern sulit diukur karena umumnya bersifat
kualitatif.
6. Sence of control
Bilamana pengawas dan pengurus serta manajer atau direksi
tidak memiliki sence of control yang memadai akan mendorong
mereka untuk tidak mengembangkan dan mengimplementasikan
intern dengan baik.
2.4.5 Pengujian Pengendalian Intern
Pengujian pengendalian menurut Mulyadi dan Kanaka
(1998:10) adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk
menentukan efektivitas desain dan atau operasi kebijakan dan
presedur dalam hubungannya dengan operasi suatu kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern, pengujian pengendalian
dilakukan berkaitan, dengan apakah kebijakan dan prosedur
sesungguhnya berjalan dengan baik. Kebijakan dan prosedur akan
efektif bila diterapkan semestinya secara konsisten oleh orang yang
berwewenang.
Jenis penguji pengendalian :
1) Permintaan keterangan
2) Pengamatan
3) Inspeksi
4) Pelaksanaan kembali
2.5 Pengendalian Intern Kredit
2.5.1 Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya istilah
kredit, yang diartikan penundaan pembayaran oleh pihak yang
menerima barang atau uang kepada pihak yang memberikannya
dengan perjanjian tertentu.
Istilah kredit sebenarnya berasal dari bahasa latin “credere”
yang berarti kepercayaan atau “credo” yang artinya saya percaya.
Bila seseorang memperoleh kredit, berarti dia telah memperoleh
kepercayaan (Hadiwijaya, 1997: 4).
Beberapa pendapat tentang pengertian kredit antara lain :
Menurut Tucker dalam Hadiwijaya (1997 : 6), kredit adalah
pertukaran atau pemindahan sesuatu yang berharga, baik berupa
barang ataupun jasa dengan keyakinan bahwa ia akan dapat atau
mampu membayar dengan nilai atau harga yang sama di waktu yang
akan datang.
Pengertian kredit menurut UU No. 10/1998 Pasal 1 ayat 11
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut Malayu Hasibuan
(2001:87) kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar
kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa kredit merupakan pembiayaan yang potensial menghasilkan
pendapatan dibanding dengan alternatif pendanaan lainnya.
Kredit berarti suatu pemberian pretasi oleh pihak satu kepada
pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa
tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi yang
berupa bunga (Sinungan, 2000: 4).
2.5.2 Pengertian pengendalian intern kredit
Pengendalian intern kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga
kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet. Lancar
dan produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama
bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah
pihak (Malayu Hasibuan,2001:105).
Pengendalian intern kredit penting, karena jika kredit macet
berarti kerugian bagi bank bersangkutan. Oleh karena itu, penyaluran
kredit harus didasarkan pada prisip kehati-hatian dan dengan sistem
pengendalian intern kredit yang baik dan benar.
2.5.3 Pentingnya pengendalian intern kredit
Kredit memberikan dampak adanya penangguhan penerimaan
uang, baru pada saat jatuh temponya terjadi aliran kas masuk.
Penangguhan penerimaan uang tersebut akan memberikan pengaruh
yang kurang baik, apabila pemberian kredit yang dilakukan terlalu
besar akan terjadi penimbunan modal kerja dalam aktiva lancar
kredit yang diberikan.
Pengendalian intern kredit mutlak harus dilaksanakan untuk
menghindari terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet.
Oleh karena itu diperlukan pengelolaan piutang (kredit) yang baik
yaitu dalam bentuk kebijaksanaan kredit yang mengandung unsur
pengendalian intern piutang, agar dana yang terdapat dari para
debitur dapat tertagih tepat pada waktunya sehingga tidak
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Menurut Faisal Abdullah dalam bukunya "Manajemen
Perbankan", menyebutkan bahwa agar dapat menjamin
terselenggaranya penyaluran kredit secara sehat dan menguntungkan,
kebijaksanaan kredit wajib mengandung unsur pengendalian intern
atas semua kegiatan yang bersangkutan dengan kredit, sejak tahap
analisis kredit, hingga saat pelunasannya (2000 :14).
2.5.4 Tujuan pengendalian intern kredit
Tujuan pengendalian intern kredit bagi bank, dalam hal ini
PD.BPR BKK adalah untuk:
1. Menjaga agar kredit yang disalurkan tetap aman
a. Mengetahui apakah kredit yang disalurkan itu lancar atau
tidak
b. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian kredit
macet atau kredit bermasalah
c. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran kredit yang
dilakukan telah baik atau masih perlu disempurnakan
d. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analisis kredit
dan mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang kembali
e. Mengetahui posisi persentase collectibility credit yang
disalurkan bank
f. Meningkatkan moral dan tanggungjawab karyawan analisis
kredit bank (Malayu Hasibuan,2001:105).
2. Unsur pengendalian intern kredit
Hasibuan mengemukakan mengenai unsur pengendalian piutang
(kredit) yang harus ada dalam PD BPR BKK adalah sebagai
berikut:
2.5.5 Rencana Kebijakan Kredit
Rencana kebijakan kredit dimaksudkan sebagai penyusunan
segenap komponen yang mengatur perihal perkreditan bank, baik
prosedur, jumlah kredit maupun jangka waktu dan tingkat bunga
kredit yang disusun dan dijadikan pedoman bank melaksanakan
penyaluran kredit kepada debitur. Kebijakan kredit bank yang
komprenhensif terdiri dari dari tiga bagian yaitu :
1. Kebijakan umum kredit
Kebijakan umum kredit menyangkut sasaran yang ingin dicapai,
strategi pokok penyaluran kredit, daerah pemasaran, standar
mutu kredit dan jaminan yang di kehendaki, dan batas wewenang
persetujuan / pemberian kredit.
2. Prosedur pemberian dan pengawasan
Merupakan kebijaksanaan yang harus dipenuhi oleh bank dan
calon debitur. Secara garis besar prosedur pemberian kredit
menyangkut tiga persoalan yaitu, standar dokumentasi kredit,
perlindungan melalui program asuransi dan pengawasan kredit.
3. Pedoman khusus penanganan kredit
Kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi khusus dan tujuan
tiap sektor ekonomi, karena tiap sektor ekonomi mempunyai
kondisi tujuan yang tidak sama. Misalnya kredit industri
manufaktur, perdagangan, maupun perikanan. Untuk tujuan
tertentu misal kredit pembelian rumah dan kredit untuk modal
usaha.
2.5.6 Analisis Permohonan Kredit
Analisis permohonan kredit terkait dengan calon debitur,
langkah yang dilakukan bank sampai dengan menganalisis
permohonan kredit (Hasibuan, 2001:105)
1. Permohonan Kredit
Tahap pertama dalam pemberian kredit adalah pengajuan
permohonan kredit oleh calon debitur. Permohonan ini bisa
diajukan secara tertulis tetapi dalam prakteknya lebih banyak
dilakukan secara lisan.
2. Pengumpulan data dan pengamatan jaminan.
Apabila permohonan kredit dinilai layak, maka pihak bank akan
melakukan pengumpulan data lapangan baik menyangkut data
pribadi maupun reputasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
bisnis calon debitur.
3. Analisis kredit
Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan
keputusan pemberian kredit adalah. penentuan layak atau tidak
permohonan kredit calon debitur. Disini pihak bank dituntut
obyektif dan konsisten atas hasil analisis dengan berpegang pada
prinsip-prinsip kelayakan kredit.
Prinsip analisis kredit dalam dunia perbankan dikenal dengan
konsep 5C, yaitu:
1. Character (Watak)
Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara
mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank-bank
lain tentang perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatannya
memenuhi pembayaran transaksi. Karakter yang baik jika ada
keinginan untuk membayar kewajibannya.
2. Capacity (Kemampuan)
Kemampuan calon debitur perlu dianalisis apakah ia mampu
memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Kalau ia mampu
meminpin perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai
dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berdiri.
3. Capital (Modal)
Modal dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan
struktur modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan
calon debitur.
4. Condition (Kondisi)
Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap variabel
makro yang melingkupi perusahaan baik variabel regiona1,
nasional maupun internasional. Variabel yang diperhatikan
terutama adalah variabel ekonomi.
5. Collateral (Jaminan)
Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan
debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian
tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminan dimasa depan dan
tingkat kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai
(Marketability) (Faisal Abdullah,2003;92-94)
Selain konsep atau prinsip 5C tersebut diatas, dalam
prakteknya bank juga seringkali menerapkan dasar penilaian lain
yang sering disebut dengan prinsip 5P yaitu :
1. Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti
riwayat hidupnya, hobi, keadaan keluarga, sosial standing, serta
hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian
sipeminjam.
2. Purpose
Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan
kredit.
3. Prospect
Bank mencari data tentang harapan masa depan dari bidang
usaha atau kegiatan usaha si peminjam.
4. Payment
Bank mencari data tentang bagaimana perkiraan pembayaran
kembali pinjaman yang akan diberikan.
5. Party
Party (golongan) dari calon-calon peminjam bank perlu
menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa golongan
menurut caracter, capacity dan capital. Penggolongan ini akan
memberi arah analisis bank bagaimana ia harus bersikap.
(Hadiwijaya, 1997 : 37-38).
Selain konsep atau prinsip 5C dan 5P bank juga menerapkan
dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 3R yaitu :
1. Return
Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan
calon peminjam setelah mendapatkan kredit, apakah hasil
tersebut cukup untuk menutup hasil pinjaman serta sekaligus
memungkinkan pula usahanya untuk berkembang terus.
2. Repayment
Sebagai kelanjutan dari return diatas, yang kemudian
diperhitungkan kemampuan, jadwal serta jangka waktu
pengembalian kembali kredit.
3. Risk Bearing Activity
Yaitu sejauh mana ketahanan suatu perusahaan calon peminjam
untuk menanggung resiko kegagalan andaikata terjadi suatu hal
dikemudian hari yang tidak diinginkan.
2.5.7 Pengawasan kredit
Pengawasan kredit merupakan proses penilaian dan
pcmantauan kredit sejak analisis agar yang dilaksanakan dapat
berjalan sesuai dengan rencana kredit pengawasan kredit dapat
dibedakan menjadi :
1. Preventif Control
Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan sebelum
pencairan kredit dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan
terjadi penyimpangan penggunaan kredit.
2. Represif Control
Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan
dan saat penggunaan kredit dengan tujuan untuk mengatasi setiap
penyimpangan yang terjadi (Faisal Abdu11ah,2003:88-96).
2.5.8 Kolektibilitas Kredit
Penggolongan kredit berdasarkan kategori tertentu guna
memantau kelancaran pembayaran kembali (angsuran) oleh debitur.
Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.31 / 147 /
Kep / DIR Tanggal 12 November 1998 tentang kualitas aktiva
produktif pasal 6 ayat 1, membagi tingkat kolektibilitas kredit
menjadi :
1. Kredit lancar
Kredit lancar yaitu kredit yang perjalanannya lancar atau
memuaskan, artinya segala kewajiban (bunga atau angsuran utang
pokok diselesaikan oleh nasabah secara baik).
2. Kredit dalam perhatian khusus
Kredit dalam perhatian khusus yaitu kredit yang selama 1-2
bulan mutasinya mulai tidak lancar, debitur mulai menunggak.
3. Kredit tidak lancar
Kredit tidak lancar yaitu kredit yang selama 3 atau 6 bulan
mutasinya tidak lancar, pembayaran bunga atau utang pokoknya
tidak baik. Usaha-usaha approach telah dilakukan tapi hasilnya
tetap kurang baik.
4. Kredit diragukan
Kredit diragukan yaitu kredit yang telah tidak lancar dan telah
pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh debitur
yang bersangkutan.
5. Kredit macet
Kredit macet sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau
pengaktivan kembali kredit yang tidak lancar dan usaha itu tidak
berhasil, barulah kredit tersebut dikategorikan kedalam kredit
macet. (Muchdarsyah Sinungan,2000:235-236).
2.5.9 Jenis-jenis Kredit
1. Kredit menurut tujuan penggunaannya
a. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk pembelian barang-barang atau
jasa sebagai pemuas kebutuhan manusia secara langsung.
b. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk tujuan produktif seperti yang
dapat meningkatkan kegunaan atau faedah, baik faedah
bentuk, faedah tempat, faedah waktu maupun faedah
kepemilikan.
Kredit produktif dibedakan menjadi 3 :
1) Kredit investasi
Digunakan untuk pembelian barang-barang modal atau
barang-barang tahan lama atau aktiva tetap.
2) Kredit modal kerja
Kredit yang digunakan untuk membiayai modal lancar,
yang biasa habis dalam satu atau beberapa proses
produksi atau siklus.
3) Kredit likuiditas
Kredit ini bertujuan untuk membantu perusahaan yang
sedang kesulitan likuiditas dalam memelihara likuiditas
minimalnya.
2. Kredit dalam pengalihan hak materinya
a. Kredit dalam bentuk uang
b. Kredit dalam bentuk bukan uang
Kredit ini berupa barang atau jasa, yang biasanya diberikan
oleh perusahaan-perusahaan, sedangkan pengembaliannya
dilakukan oleh debiturnya dalam bentuk uang.
3. Kredit menurut cara penggunaannya
a. Kredit tunai
Berupa kredit yang penggunaannya dilakukan dengan tunai
atau pemindahbukuannya kedalam rekening debiturnya atau
ditunjuk oleh debitur yang bersangkutan.
b. Kredit bukan tunai
Kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian
dibuat tetapi ada tenggang waktu dan persyaratan tertentu.
4. Kredit menurut jangka waktunya
a. Kredit jangka pendek
Kredit yang diberikan bank dengan jangka waktu pelunasan
maksimal 1 tahun.
b. Kredit jangka menengah
Kredit yang diberikan bank dengan jangka waktu pelunasan
maksimal 3 tahun (antara 1 – 3 tahun).
c. Kredit jangka panjang
Kredit yang diberikan bank dengan jangka waktu maksimal
lebih dari 3 tahun atau lebih dari 5 tahun.
d. Kredit sektor pertanian
Dengan tujuan produktif dalam rangka meningkatkan hasil
atau produksi disektor pertanian, baik berupa kredit modal
kerja maupun kredit investasi.
e. Kredit sektor pertambangan
Untuk keperluan penggalian dan pengambilan bahan-bahan
tambang.
f. Kredit sektor perindustrian
Kredit yang diberikan berkenaan dengan kegiatan usaha
mengubah-ubah bentuk atau transformasi, meningkatkan
faedah dengan mengolah baik secara mekanik maupun kimia,
dari bahan sampai menjadi barang selesai.
g. Kredit sektor listrik, gas dan air
Diberikan untuk usaha pengadaan dan pendistribusian listrik,
gas dan air.
h. Kredit sektor konstruksi
Diberikan kepada para konstraktor yang memerlukan modal
kerja yang diperlukan untuk pembelanjaan pekerjaan
pembangunan atau perbaikan gedung-gedung, instalasi, jalan-
jalan, jembatan dan lain-lain.
5. Kredit dilihat dari segi jaminannya
Setiap kredit yang diberikan harus jelas jaminan
pengembaliannya. Adapun jaminan-jaminan tersebut ada
beberapa macam :
a. Jaminan perorangan
Merupakan jaminan atas kredit yang diberikan dengan
jaminan seseorang atau badan sebagai pihak ketiga yang
bertindak sebagai avalist (penanggung jawab).
b. Jaminan kebendaan secara fisik
Misalnya barang-barang bergerak (mesin, kendaraan
bermotor, perhiasan dan lain-lain). Maupun barang-barang
tidak bergerak (tanah, bangunan, mesin-mesin berat dan lain-
lain).
c. Jaminan kebendaan non fisik
Misalnya hak tagih, obligasi atau surat-surat berharga
lainnya.
6. Kredit menurut pemberiannya
a. Kredit yang terorganisasi
Yaitu kredit yang diberikan badan atau lembaga yang telah
terorganisir secara baik dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dinegara yang bersangkutan.
b. Kredit yang tidak terorganisasi
Adalah kredit yang diberikan oleh orang atau sekelompok
orang maupun badan yang tidak terorganisir secara resmi.
7. Kredit dilihat dari segi alat buktinya
a. Kredit secara lisan
Yaitu kredit yang perjanjiannya dilakukan secara lisan saja,
artinya segala janji debitur dinyatakan secara lisan, baik
jumlah kredit, lamanya kredit, tingkat bunga maupun cara
dan waktu pembayarannya.
b. Kredit tercatat
Merupakan pemberian atau transaksi kredit yang tercatat
dalam semua catatan kredit (pembukuannya atau
administrasi) perusahaan baik kreditur, maupun pada debitur.
c. Kredit dengan perjanjian tertulis
Yaitu suatu hubungan yang diambil karena transaksi kredit
didasarkan pada perjanjian tertulis, antara pihak kreditur
dengan pihak debitur.
8. Kredit menurut sumber dananya
a. Kredit yang dananya berasal dari tabungan masyarakat.
Pemberian kredit dilakukan karena adanya kelebihan dana
masyarakat yang terbentuk dari kelebihan pendapatannya
yang terkumpul melalui saving deposit.
b. Kredit yang dananya berasal dari penciptaan uang baru.
Kredit yang diberikan dengan dana dari penambahan uang
terhadap uang yang beredar atau yang telah ada. Kredit
tersebut memberikan dampak penambahan daya beli baru
yang bersumber kepada penciptaan uang tersebut.
9. Kredit menurut negara pemberinya
a. Kredit dalam negeri (domestic credit)
Kredit yang diterima oleh peminjam di dalam negeri yang
dananya serta pemberi kreditnya berkedudukan di dalam
negeri juga.
b. Kredit luar negeri (foreign credit)
Kredit yang diberikan oleh orang asing (baik pemerintah
maupun swasta) kepada peminjam (baik pemerintah maupun
swasta) di dalam negeri.
2.5.10 Penyelamatan Kredit
Penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Rescheduling, dengan memperpanjang jangka waktu kredit dan
memperpanjang jangka waktu angsuran.
2. Reconditioning, dengan kapitalisasi bunga, penundaan
pembayaran bunga sampai waktu tertentu, penurunan suku
bunga, pembebasan bunga.
3. Restructuring, dengan menambah jumlah kredit, menambah
equity.
4. Kombinasi antara Rescheduling, Reconditioning dan
Restructuring.
5. Penyitaan jaminan atau Eksekusi.
6. Eksekusi dilakukan jika semua usaha penyelamatan sudah dicoba
namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi
kewajibannya terhadap bank. Eksekusi dilakukan dengan cara :
a. Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan
Piutang Negara)
b. Menyerahkan perkara ke Pengadilan Negeri (Perkara
Perdata). (Dendawijaya.2003:86-88).
2.6 Kerangka Berpikir
Kredit merupakan aktiva lancar yang relative likuid dalam
perusahaan (PD BPR BKK) dan merupakan sumber pendapatan utama bagi
bank, mengalir dan masuk setiap saat, mudah dipindah tangankan dan
mudah diselewengkan. Sementara itu aktivitas PD BPR BKK sehari-hari
sangat tergantung pada ketersediaan modal kerja yang tertanam dalam
kredit. Oleh karena itu kredit harus dikelola dengan baik agar tidak
mengganggu kelancaran operasi perusahaan.
Disamping mengelola kredit, pengendalian intern juga harus
dilakukan. Pengendalian intern kredit mencakup tahap analisis kredit hingga
saat pelunasannya. Dengan pengendalian intern yang baik, maka dapat
membantu manajemen dalam menjaga keamanan harta perusahaan (PD BPR
BKK) serta menemukan kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan
perusahaan yang dikelola.
Agar tujuan (PD BPR BKK) tercapai, terkait dengan rentabilitas
perusahaan, maka kebijakan pengendalian intern yang dibuat perusahaan
harus teliti dan diawasi pelaksanannya. Oleh karena itu perlu bantuan
pemeriksaan intern untuk mengukur dan mengevaluasi keefektivan dari
pengendalian intern tersebut. Seperti yang diungkapkanoleh Ikatan Akuntan
Indonesia (1996:319) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yaitu tanggung jawab penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja
pengendalian satuan usaha.
Penelitian terhadap pengendalian intern kredit diperlukan untuk
mengetahui apakah pengendalian intern kredit yang diterapkan sudah efektif
atau belum efektif, hal ini terkait dengan rentabilitas. Pengendalian intern
kredit termasuk dalam pengendalian akuntansi, sasaran utama pengendalian
intern kredit adalah mengelola kredit dengan baik dalam perusahaan (PD
BPR BKK), melindungi asset PD BPR BKK, memastikan ketepatan dan
keandalan data informasi akuntansi, mendorong efisiensi di semua operasi
dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
manajemen (Mulyadi:2001). Pengendalian intern kredit penting, karena jika
kredit macet berarti kerugian bagi bank bersangkutan. Oleh karena itu,
penyaluran kredit harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan dengan
system pengendalian intern kredit yang baik dan benar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin efektif
pengendalian intern kredit dalam sebuah bank maka prosentase kredit macet
dapat diminimalkan sehingga jumlah dana yang disalurkan untuk nasabah
semakin besar begitu juga perputaran total aktivanya semakin cepat maka
tingkat rentabilitas bank semakin tinggi. Seperti yang kita ketahui bahwa
tingkat rentabilitas dipengaruhi oleh perputaran total aktiva, sehingga
banyaknya uang yang menganggur maka akan mempengaruhi penurunan
perputaran total aktiva dan tingkat rentabilitas juga akan mengalami
penurunan. Begitu pula sebaliknya semakin tidak efektif pengendalian intern
kredit maka perputaran total aktiva akan menurun sehingga tingkat
rentabilitas akan menurun. Sehingga kerangka berpikirnya adalah sebagai
berikut :
PENGENDALIAN INTERN KREDIT
RENTABILITASROA
BOPO
2.7 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul (Suharsimi Arikunto,2002:64).
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, diajukan hipoteis
penelitian “Ada pengaruh pengendalian intern kredit terhadap rentabilitas
pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi dan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian populasi yaitu penelitian
yang meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian
(Suharsimi Arikunto,2002:115). Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi penelitian adalah 11 Perusahaan Daerah Bank Perkreditan
Rakyat-Badan Kredit Kecamatan (PD. BPR-BKK) di Kabupaten
Purbalingga yang berjumlah 11 PD. BPR-BKK.
1. PD. BPR-BKK Purbalingga
2. PD. BPR-BKK Kalimanah
3. PD. BPR-BKK Bobotsari
4. PD. BPR-BKK Bukateja
5. PD. BPR-BKK Kemangkon
6. PD. BPR-BKK Rembang
7. PD. BPR-BKK Kutasari
8. PPD. BPR-BKK Mrebet
9. PD. BPR-BKK Karangreja
10. PD. BPR-BKK Kaligondang
11. PD. BPR-BKK Karanganyar
Populasi ini sekaligus sebagai unit analisis penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Variabel
dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Veriabel
bebas (x) adalah variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (y) adalah
akibat. Variabel dalam penelitian ini adalah :
3.2.1 Efektifitas pengendalian intern kredit (x)
Efektifitas pengendalian intern kredit harus ada dalam kebijakan
kredit yang ditetapkan oleh bank, mulai tahap analisis kredit sampai dengan
pelunasanya. Efektifitas pengendalian intern kredit adalah usaha-usaha
untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet.
Lancar dan produktif artinya kredit itu dapat ditarik kembali bersama
bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak.
(Malayu Hasibuan,2001:105)
Efektivitas pengendalian intern kredit pada PD BPR-BKK diukur
dengan indikator:
1. Rencana kebijakan kredit
a. Adanya penyusunan kebijakan kredit
b. Adanya prosedur pembagian dan pengeluaran kredit
c. Adanya pedoman khusus dalam menangani jenis kredit tertentu.
2. Analisis permohonan kredit
a. Adanya proses pengajuan permohonan kredit
b. Adanya pengumpulan data dan pengamatan jaminan
c. Adanya proses analisis kredit.
3. Pengawasan kredit
a. Adanya pengawasan preventif control
b. Adanya pengawasan representative control
4. Kolektibitas kredit
a. Adanya pengelompokan/penggolongan kredit.
3.2.2 Rentabilitas (Y)
Indikatornya adalah :
1. ROA= %100Usahavolumerata-Rata
Pajak Sebelum Laba×
2. BOPO = %100lOperasiona Pendapatan
lOperasiona Biaya×
3.3 Metode pengumpulan data
3.3.1 Metode observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui keadaan
perusahaan (PD BPR-BKK dengan berbagai permasalahan yang
relevan dengan permasalahan dalam penelitian.
3.3.2 Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah pengumpulan data yang
bersumber pada benda-benda tertulis (Suharsimi Arikunto,
2002:135). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui keefektifan pengendalian intern piutang dan
sebagai dasar untuk menganalisis data. Dalam hal ini
dokumentasinya berupa data informasi keuangan maupun data lain
yang mendukung. Dalam penelitian ini mengungkap efektivitas
pengendalian intern piutang, dan rentabilitas.
3.3.3 Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsimi
Arikunto,2002:128)
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
efektivitas pengendalian intern piutang.
3.3.4 Metode Wawancara
Metode ini digunakan sebagai metode penunjang dalam
dalam melengkapi data yang diperoleh dari dokumentasi.
3.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.4.1 Validitas Instrumen
Validitas Instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan. Suatu instrument yang
valid atau sahih mempunyai kevalidan yang tinggi, untuk uji
kevalidan digunakan rumus korelasi produk moment.
2222 )()())((
yyNxxNYXXYN
rxy Σ−Σ⟨⟩Σ−Σ⟨
∑∑−∑=
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi skor item dan skor total
∑x = Jumlah skor item
∑y = Jumlah skor total
∑xy = jumlah perkalian skor item dan skor total
∑x2 = Jumlah kuadrat skor item
∑y2 = Jumlah kuadrat skor total
N = Banyaknya subyek (Arikunto,2002:146)
Menganalisis valid tidaknya alat ukur atau instrument
tersebut dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan korelasi
dengan tabel harga krisis dan r product momen pada taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5% apabila perhitungan
koefisien korelasi lebih besar dibandingkan dengan nilai yang ada
pada r Tabel maka dinyatakan sudah valid sehingga instrument sudah
layak.
Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh rhitung > rtabel, (0,361)
pada n = 30 yang berarti bahwa instrument tersebut valid. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Validitas
Rencana Kebijakan Kredit
Analisis Permohonan Kredit
Pengawasan kredit
Kolektibilitas kredit
No rxy Kriteria No rxy Kriteria No rxy Kriteria No rxy Kriteria1 0.496 Valid 1 0.400 Valid 1 0.539 Valid 1 0.605 Valid 2 0.415 Valid 2 0.453 Valid 2 0.595 Valid 2 0.589 Valid 3 0.744 Valid 3 0.523 Valid 3 0.606 Valid 3 0.674 Valid 4 0.654 Valid 4 0.399 Valid 4 0.488 Valid 4 0.532 Valid 5 0.597 Valid 5 0.699 Valid 5 0.648 Valid 5 0.589 Valid 6 0.364 Valid 6 0.453 Valid 6 0.533 Valid 7 0.476 Valid 7 0.583 Valid 8 0.507 Valid 8 0.462 Valid
9 0.532 Valid 10 0.453 Valid 11 0.392 Valid
3.4.2 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas Instrumen menunjukan suatu penelitian bahwa
sebuah instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik, sehingga
mampu dan dapat mengungkapkan data yang dipercaya.
Rumus alpa yang digunakan untuk mencari reliabilitas
instrument yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal
bentuk uraian.
))((2
2
2
1111
t
bk
krα
αΣ−
−=
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑αb2 = jumlah varians butir
α12 = varians total (Suharsimi Arikunto, 2002:171)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien
reliabilitas melebihi rtabel (0,361) yang berarti bahwa instrument
tersebut reliabel. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Angket
Indikator r11 rtabel Kriteria Rencana kebijakan kredit 0.594 0.361 Reliabel Analisis permohononan kredit 0.672 0.361 Reliabel Pengawasan kredit 0.582 0.361 Reliabel Kolektibiltas 0.543 0.361 Reliabel
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yaitu
untuk menguji hipotesis dalam penelitian.
Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh efektifitas
pengendalian intern kredit (x) terhadap rentabilitas (y) digunakan analisis
regresi linier.
Model yang diprediksi yaitu :
Y=a + bX
Model tersebut terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
Y1=a + bX
Y2=a + bX
Keterangan :
Y1 = ROA
Y2 = BOPO
Uji keberartian koevisien regresi digunakan uji t apabila diperoleh
probabilitas kurang dari taraf kesalahan 5%, maka dapat disimpulkan
hipotesis diterima. Untuk memperoleh model regresi diatas digunakan
rumus :
22
2
)()())((
ii
iiii
xxnyxxYa
Σ−ΣΣ−ΣΣ
=
22 )())((
ii
iiii
xxnYxyxb
Σ−ΣΣΣ−Σ
=
Untuk menguji signifikansi koefisien regresi digunakan uji t dengan
rumus :
i
i
sbbt =
Dimana :
bi = koefisien regresi
sbi = standar error optimasi.
Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan tiap koefisien
variabel regresi, variabel secara individual melalui hipotesis.
Ho : bi = 0
Ha : bi ≠ 0
Bila thitung > ttabel, maka Ho ditolak sebaliknya thitung < ttabel, maka Ho
diterima (Gujarati, 1995).
Analisis regresi tersebut dapat dilanjutkan apabila terpenuhinya
syarat-syarat yaitu berdistribusi normal dan linier.
Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnof (Santoso 1999:311). Data dianalisis dengan bantuan
komputer program SPSS versi 12 Windows 2000. Dasar pengambilan
keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 maka data
penelitian berdistribusi normal.
Uji linieritas merupakan langkah untuk mengetahui status linier
tidaknya suatu distribusi sebuah data penelitian. Hasil yang diperoleh
melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan
digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data yang linier maka
digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya jika hasil uji linieritas
merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan
nonlinier (Winarsunu. 2002:186). Dasar pengambilan keputusan dari uji
ini dapat dilihat dari nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05
dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi efektivitas pengendalian intern
kredit dan rentabilitas pada PD. BPR BKK di Kabupaten Purbalingga.
Untuk mengetahui gambaran secara jelas dari masing-masing variabel
tersebut digunakan analisis deskriptif.
4.1.1.1 Efektivitas Pengendalian Intern Kredit
Pengendalian intern kredit merupakan usaha untuk
menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan
tidak macet. Dalam pengendalian dapat dilihat dari empat
indikator yaitu rencana kebijakan kredit, analisis
permohononan kredit, pengawasan kredit dan kolektibilitas
kredit. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menggunakan
statistik mean dan persentase, menunjukkan bahwa tingkat
efektivitas pengendalian intern pada PD. BPR BKK di
Kabupaten Purbalingga dari tahun 2003- 2005 tergolong
tinggi.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4. Mean dan Persentase Efektivitas Pengendalian Intern Kredit
Mean Efektivitas Persentase Efektivitas Indikator Rentang ideal 2003 2004 2005 2003 2004 2005
Rencana Kebijakan Kredit 0-8 7.09 7.73 7.09 88.64 96.59 88.64Analisis Permohonan Kredit 0-11 9.82 10.45 10.09 89.26 95.04 91.74Pengawasan kredit 0-6 4.18 4.91 5.00 69.70 81.82 83.33Kolektibilitas kredit 0-5 3.91 4.27 4.18 78.18 85.45 83.64
Sumber: data primer diolah tahun 2007
1. Rencana Kebijakan Kredit
Terlihat dari Tabel 4, persentase efektivitas rencana
kebijakan kredit pada tahun 2003 mencapai 88,64% dari
standar yang berlaku, pada tahun 2004 mengalami
peningkatan menjadi 96,59% namun pada tahun 2005
mengalami penunurunan menjadi 88,64%. Hal ini
menunjukkan bahwa PD BPR BKK di Kabupaten
Purbalingga telah melakukan perencanaan kebijakan
kredit secara efektif. Hal ini berarti bahwa sasaran yang
diterjemahkan dalam kebijakan kredit telah disesuaikan
dengan misi dan tujuan perusahaan. Penjabaran strategi
pokok penyaluran kredit yang dilayani bank telah
ditetapkan dengan baik. Daerah pemasaran kredit yang
dilayani bank telah ditetapkan dengan baik. Antara
standar mutu kredit dan jaminan yang diberikan untuk
setiap kredit produktif dan konsumtif tidak ada
perbedaan. Jaminan prospek untuk produktif telah
ditetapkan dengan pasti. Jaminan harta tetap untuk kredit
konsumtif juga telah ditetapkan dengan pasti serta telah
ada penetapan wewenang pemberian persetujuan kredit.
2. Analisis Permohonan Kredit
Efektivitas dalam analisis permohononan kredit,
pada tahun 2003 mencapai 89,26% dan mengalami
peningkatan mencapai 95,04% pada tahun 2004 namun
mengalami penurunan menjadi 91,74% pada tahun 2005.
Dari data ini menunjukkan bahwa PD BPR BKK di
Kabupaten Purbalingga telah efektif dalam melakukan
analisis terhadap nasabah yang melakukan permohonan
kredit. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur pemberian
kredit dan pengawasan, pedoman khusus dalam
penanganan kredit telah ditetapkan dengan pasti.
Pengajuan kredit yang ditetapkan telah dilaksanakan
dengan baik. Blangko yang harus diisi untuk kredit,
penilaian pengajuan kredit layak yang ditetapkan, data
yang harus dipenuhi untuk mengajukan kredit, analisis
character debitor telah dilaksanakan dan dinilai dengan
baik. Dalam analisis kredit capacity debitor telah dinilai
berdasarkan kemampuan finansialnya. Analisis kredit
capital debitor, analisis kredit condition, analisis kredit
collateral telah dinilai dengan baik.
3. Pengawasan Kredit
Efektivitas dalam pengawasan kredit pada tahun
2003 mencapai 69,70% dan mengalami peningkatan
menjadi 81,82% pada tahun 2004 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2005 hingga mencapai 83,33%.
Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua PD BPR BKK
di Kabupaten Purbalingga telah efektif melakukan
pengawasan kredit. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga
menerapkan peraturan bahwa jaminan harus melebihi dari
pinjaman. Pengawasan kredit yang telah ditetapkan
dilaksanakan sebelum dan setelah pencairan kredit.
Pengawasan preventif dan represif telah dilaksanakan
dengan baik. Pengawasan kredit dilaksanakan dengan
pertimbangan perhitungan plafon yang telah ditetapkan.
Pengawasan kredit dilaksanakan dengan pertimbangan
dari berbagai segi yang dapat dijangkau oleh kemampuan
operasional.
4. Kolektibilitas Kredit
Efektivitas dalam kolektibilitas kredit mencapai
78,18% pada tahun 2003 dan mengalami peningkatan
pada tahun 2003 menjadi 85,45% dan mengalami
penurunan pada tahun 2005 menjadi 83,64%. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa PD BPR BKK di
Kabupaten Purbalingga telah efektiv dalam melakukan
pengumpulan kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kredit
yang diberikan telah digolongkan berdasarkan kategori
tertentu. Penilaian kolektibilitas telah dilaksanakan
dengan baik, tingkat kolektibilitas ditetapkan dengan
persen dan dengan jangka waktu yang sama. Penanganan
kredit untuk setiap kolektibilitas kredit telah dilaksanakan
sesuai dengan pengelompokan yang ditetapkan.
50556065707580859095
100
2003 2004 2005
Tahun
Per
sent
ase
efek
tivita
s pe
ngen
dalia
n in
tern
Rencana Kebijakan KreditAnalisis Permohonan KreditPengaw asan kreditKolektibilitas kredit
Gambar 1
Persentase efektivitas Pengendalian Intern Kredit pada PD. BPR BKK di Kabupaten Purbalingga
Terlihat dari gambar 1 di atas, tampak bahwa efektivitas
tertinggi pada tahun 2004 dan menurun pada tahun 2005. di
antara 4 komponen diukur ternyata persentase efektivitas paling
tinggi pada rencana kebijakan kredit, sedangkan pengawasan
kredit paling rendah. Kurang optimalnya pengawasan kredit
tersebut menyebabkan adanya nasabah yang macet dalam
mengembalikan hutang. Berdasarkan hasil dokumentasi tentang
klasifikasi pinjaman menunjukkan bahwa rata-rata persentase
terjadi kredit macet mencapai 2,27% sampai 6,27%. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Pinjaman
No Klasifikasi Pinjaman Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005
1 Lancar 92.86 92.45 84.86 2 Kurang lancar 2.80 2.83 4.71 3 Diragukan 2.06 2.39 4.17 4 Macet 2.27 2.33 6.27
Sumber: data sekunder yang diolah tahun 2007
Terlihat pada Tabel 5, persentase pinjaman lancar pada
tahun 2003 mencapai 92,86% dan mengalami penurunan pada
tahun 2004 hingga mencapai 92,45% dan tahun 2005 juga
mengalami penurunan kembali menjadi 84,86%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketidaklancaran dalam pembayaran kredit
mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 persentase yang
kurang lancar mencapai 2,8%, yang diragukan 2,06% dan yang
macet 2,27%. Pada tahun 2004, prosentase kredit kurang lancar
mencapai 2,83%, diragukan 2,39% dan yang macet 2,33%. Pada
tahun 2005 mengalami peningkatan, dimana prosentase kredit
kurang lancar mencapai 4,71%, yang diragukan 4,17% dan yang
macet mencapai 6,27%. Secara umum prosentase kredit lancar
tergolong tinggi, yang menunjukkan efektivnya pengendalian
intern kredit pada PD. BPR BKK di Kabupaten Purbalingga.
0123456789
10
2003 2004 2005
Tahun
Pers
enta
se
Kurang lancarDiragukanMacet
Gambar 2
Klasifikasi Pinjaman pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga
Secara umum tingkat efektivitas pengembalian kredit dari
11 BPR BKK di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2004
tergolong tinggi, namun pada tahun 2005 tergolong rendah.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Efektivitas Pengendalian Intern Kredit
Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Efektivitas pengendalian
intern kredit Kriteria F % f % f % > 80% Tinggi 8 72.7 11 100 9 81.8< 80% Rendah 3 27.3 0 0 2 18.2
Sumber: data primer diolah tahun 2007
Terlihat dari Tabel 6, pada tahun 2003 terdapat 8 BPR
BKK (72,7%) yang memiliki efektivitas pengendalian intern
kredit > 80% (tinggi), pada tahun 2004 sebanyak 11 BPR BKK
(100%) tergolong tinggi dan pada tahun 2005 terdapat 9 BPR
(81,8%) yang memiliki efektivitas pengendalian intern kredit
yang tinggi.
4.1.1.2 Rentabilitas
Rentabilitas pada BPR BKK di Kabupaten Purbalingga
dapat dilihat dari dua rasio yaitu ROA dan BOPO. Rata-rata
ROA dan BOPO dapat dilihat pada Tabel7.
Tabel 7. Rata-rata Rentabilitas BPR BKK di Kabupaten Purbalingga
Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Aspek Mean Kriteria Mean Kriteria Mean Kriteria
ROA 4.11 Sehat 6.05 Sehat 6.98 Sehat BOPO 73.71 Sehat 72.37 Sehat 77.92 Sehat
Sumber: data primer diolah tahun 2007
Terlihat dari Tabel 7, rata-rata ROA pada tahun 2003 mencapai
4,11 dan mengalami peningkatan hingga mencapai 6,05 pada tahun
2004 dan meningkat menjadi 6,98 pada tahun 2005. ROA tersebut
menurut kriteria yang ditetapkan berdasarkan Kep BI/ No
30/12/Kep/DIR tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian
tingkat kesehatan BPR tergolong sehat karena melebihi 1,50. Dilihat
dari BOPO pada tahun 2003 mencapai 73,71, pada tahun 2004
mencapai 72,37 dan pada tahun 2005 mencapai 77,92. Menurut
kriteria yang ditetapkan tergolong sehat karena kurang dari 93,52
4.1.2 Uji Prasyarat
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi, dengan syarat bahwa data berdistribusi normal dan linier.
1. Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa data
pengendalian intern kredit dan rentabilitas berdistribusi normal
terbukti dari nilai p value > 0,05. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel8.
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
33 33 3387.4747 5.7136 74.66599.64762 2.16567 6.37358
.224 .092 .100
.097 .092 .100-.224 -.084 -.0811.288 .531 .573.072 .941 .898
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Efektivitaspengendalian
intern ROA BOPO
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Terlihat dari Tabel 8 di atas, hasil nilai Kolmogorov Smirnov Z
untuk variabel efektivitas pengendalian intern kredit sebesar 1,288
dengan p value = 0,072 dan untuk variabel ROA sebesar 0,531
dengan p value 0,941, untuk variabel diperoleh Z hitung sebesar
0,573 dengan p value = 0,898. Ketiga nilai p value > 0,05, yang
berarti bahwa ketiga data berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dapat dilihat dari nilai signifikansi dari
deviation of linierity. Apabila nilai signifikansi > 0,05 dapat
disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier. Lebih jelasnya
hasil pengujian linieritas ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
65.702 9 7.300 1.990 .08842.590 1 42.590 11.61 .002
23.112 8 2.889 .787 .619
84.383 23 3.669150.084 32509.554 9 56.617 1.648 .160407.094 1 407.094 11.85 .002
102.460 8 12.808 .373 .924
790.364 23 34.3641299.919 32
(Combined)LinearityDeviation fromLinearity
BetweenGroups
Within GroupsTotal
(Combined)LinearityDeviation fromLinearity
BetweenGroups
Within GroupsTotal
ROA *Efektivitaspengendalianintern kredit
BOPO *Efektivitaspengendalianintern internkredit
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
Terlihat dari Tabel 9, nilai F hitung untuk uji linieritas
antara pengendalian intern kredit dengan ROA sebesar 0,787
dengan p value = 0,619 > 0,05, yang berarti bahwa hubungan
antara efektivitas pengendalian intern kredit dengan ROA
bersifat linier. Nilai F hitung untuk uji linieritas antara
pengendalian intern kredit dengan BOPO sebesar 0,373 dengan
p value = 0,924 > 0,05, yang berarti bahwa hubungan antara
efektivitas pengendalian intern kredit dengan BOPO bersifat
linier
4.1.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh positif
pengendalian intern kredit terhadap rentabilitas pada PD BPR BKK
di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat dari hasil analisis regresi.
Pengujian ini terdiri dari dua analisis yaitu analisis regresi antara
pengendalian intern kredit terhadap ROA dan pengendalian intern
kredit terhadap BOPO.
4.1.3.1 Uji Hipotesis I
Pengujian hipotesis I yang menyatakan ada pengaruh
pengendalian intern kredit terhadap ROA pada PD BPR BKK
di Kabupaten Pubalingga dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Uji Hipotesis I
Coefficientsa
-4.747 3.002 -1.581 .124
.120 .034 .533 3.505 .001
(Constant)Efektivitaspengendalian intern
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ROAa.
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 10
diperoleh kontanta sebesar -4,747 dan koefisien untuk
efektivitas pengendalian intern kredit sebesar 0,120. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel dapat
dinyatakan dengan:
Y = -4,747 + 0,120 X
Model regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap
terjadi kenaikan satu satuan efektivitas pengendalian intern
kredit akan diikuti dengan kenaikan ROA sebesar 0,120.
Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan uji t
dan diperoleh thitung = 3,505 dengan p value = 0,001. Nilai p
value < 0,05 yang berarti bahwa hipotesis yang menyatakan
ada pengaruh positif pengendalian intern kredit terhadap
ROA pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga diterima.
Untuk melihat kontribusi efektivitas pengendalian
intern kredit terhadap rentabilitas dapat dilihat dari nilai R
square seperti pada Tabel11.
Tabel 11.
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.533a .284 1.86214 12.282 1 31 .001 1.975Model1
RR
SquareStd. Error ofthe Estimate F Change df1 df2
Sig. FChange
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), Efektivitas pengendalian interna.
Dependent Variable: ROAb.
Dari Tabel 11 dapat terlihat nilai R-square sebesar
0,284 yang berarti bahwa kontribusi efektivitas pengendalian
intern kredit terhadap ROA sebesar 28,4%.
4.1.3.2 Uji Hipotesis II
Pengujian hipotesis II yang menyatakan ada pengaruh
pengendalian intern kredit terhadap BOPO pada PD BPR
BKK di Kabupaten Pubalingga dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji Hipotesis II
Coefficientsa
107.005 8.652 12.367 .000
-.370 .098 -.560 -3.760 .001
(Constant)Efektivitaspengendalian intern
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: BOPOa.
Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 12
diperoleh konstanta sebesar -107,005 dan koefisien untuk
efektivitas pengendalian intern kredit sebesar -0,370. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel dapat
dinyatakan dengan:
Y = 107,005 - 0,370 X
Model regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap
terjadi kenaikan satu satuan efektivitas pengendalian intern
kredit akan diikuti dengan penurunan BOPO sebesar 0,370.
Model tersebut diuji kebermaknaannya menggunakan uji t
dan diperoleh thitung = -3,760 dengan p value = 0,001. Nilai p
value < 0,05 yang berarti bahwa hipotesis yang menyatakan
ada pengaruh positif pengendalian intern kredit terhadap
BOPO pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga
diterima.
Untuk melihat kontribusi efektivitas pengendalian
intern kredit terhadap rentabilitas dapat dilihat dari nilai R
square seperti pada Tabel 13.
Tabel 13. Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.560a .313 14.135 1 31 .001 1.911Model1
R R Square F Change df1 df2Sig. F
Change
Change StatisticsDurbin-Watson
Predictors: (Constant), Efektivitas pengendalian interna.
Dependent Variable: BOPOb.
Dari Tabel 13 dapat dilihat nilai R-square sebesar
0,313 yang berarti bahwa kontribusi efektivitas pengendalian
intern kredit terhadap BOPO sebesar 31,3%.
4.2 Pembahasan
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian intern
kredit berpengaruh terhadap rentabilitas pada PD. BPR-BKK di Kabupaten
Purbalingga. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh kesimpulan bahwa
hipotesis I yang menyatakan ada pengaruh positif efektivitas pengendalian
intern kredit terhadap ROA diterima. Demikian juga dengan hipotesis II yang
menyatakan ada pengaruh negatif pengendalian intern kredit terhadap BOPO
diterima.
Seperti yang kita ketahui bank adalah salah satu lembaga yang
menyediakan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan dana, sehingga
masalah kredit sangat mempengaruhi keberhasilan bank dalam hal ini
kemampuan bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas). Bagi perusahaan
pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting daripada masalah laba,
karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan
itu telah bekerja dengan efesien. Rentabilitas menunjukan angka nisbi yang
dipergunakan sebagai petunjuk atau indicator keberhasilan
perusahaan.(Riyanto.2001:37). Sedangkan Faisal Abdullah berpendapat
bahwa Rentabilitas adalah kemampuan bank dalam menghasilkan profit
(laba) melalui operasi bank (2003:28). Tingkat rentabilitas BPR
mencerminkan keberhasilan atau kegagalan manajemen BPR dalam
mengelola atau menanamkan dana yang tersedia pada aktiva produktif,
sehingga semakin baik manajemen pengendalian intern kredit maka dapat
meminimalkan tingkat kredit macet di BPR.
Keberhasilan dalam meminimalkan kegagalan kredit dapat
mempengaruhi tingkat ROA dan BOPO. ROA merupakan rasio laba sebelum
pajak terhadap total aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan,
sedangkan BOPO merupakan rasio total beban operasional terhadap
pendapatan operasional yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya . Semakin tinggi
ROA suatu bank berarti semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut sedangkan semakin
tinggi BOPO berarti tidak efektif karena beban operasionalnya mendekati
pendapatan operasionalnya. (Dendawijaya.2003:120-121)
Dari hasil analisis seperti yang tercantum dalam lampiran diketahui
rata-rata ROA dari tahun 2003 hingga tahun 2005 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2003 mencapai 4,11, tahun 2004 sebesar 6,05 dan tahun 2005
mencapai 6,98. Rata-rata ROA tersebut melebihi 1,50 (standar baku) dalam
kategori sehat. Sehatnya ROA tersebut tidak lepas dari pengendalian intern
kredit yang efektiv. Berdasarkan data pada tahun 2003 terdapat 72,7%
PD BPR BKK yang memiliki efektivitas pengendalian intern kredit yang
tinggi (≥80%), selanjutnya pada tahun 2004 semua PD BPR BKK telah
melakukan pengendalian intern kredit yang tinggi, dan pada tahun 2005
terdapat 81,8% PD BPR BKK yang memiliki efektivitas pengendalian intern
kredit yang tinggi. Dengan efektifnya pengendalian intern kredit maka akan
memperkecil resiko kredit macet yang terjadi sehingga kesempatan untuk
meningkatkan laba yang diperoleh dari kredit tercapai. Dengan
meminimalisasi kredit macet akan meningkatkan perputaran piutang sehingga
akan menghasilkan ROA yang tinggi dan rentabilitas mengalami kenaikan
(Dendawijaya.2003:86).
Karena pengeluaran biaya lebih efektif dengan adanya pengendalian
intern kredit yang diterapkan pada PD BPR BKK, sehingga pengeluaran
biaya yang tidak perlu dengan sendirinya akan terkendali dan ditekan dengan
demikian mengakibatkan menurunya beban operasional. Dengan demikian
maka BOPO akan menurun.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa
simpulan antara lain:
1. Efektivitas pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap rentabilitas
pada PD BPR BKK di Kabupaten Purbalingga. Uji hipotesis I
menggunakan analisis regresi diperoleh p value = 0,001< 0,05, yang
berarti ada pengaruh pengendalian intern kredit terhadap ROA. Uji
hipotesis II diperoleh p value = 0.001 < 0,05, yang berarti ada pengaruh
pengendalian intern kredit terhadap BOPO.
2. Pengaruh efektivitas pengendalian intern kredit terhadap ROA pada PD
BPR BKK di Kabupaten Purbalingga sebesar 28.4%, sedangkan
pengaruhnya terhadap BOPO sebesar 31,3%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa saran antara lain:
1. Kualitas pengendalian intern kredit perlu dilakukan oleh PD. BPR BKK
Kabupaten Purbalingga terutama berkaitan dengan pengawasan kredit
dan kolektibilitas kredit, sebab kedua indikator tergolong lebih rendah
daripada indikator lain, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
rentabilitas.
2. Bagi peneliti lain perlu mempertimbangkan variabel-variabel lain, sebab
tidak sepenuhnya pengendalian intern kredit berpengaruh terhadap
rentabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal. 2003. Manajemen Perbankan (Teknik analisis kinerja keuangan bank). Malang: UMM.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Bank Indonesia. 1997. SK. Direksi Bank Indonesia No.30/KEP/DIR dan SE Bank
Indonesia No.303/3/UPPB Tentang Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan BPR.
Dendawijaya, Lukman.2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Dasar-dasar Perbankan. Jakaarta: Rineka Cipta. Mulyadi dan Kanaka P. 1998. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 20 Tahun
2002. Tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan Propinsi Jawa Tengah.
Republik Indonesia. 1998. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perubahan Perbankan. Jakarta.
Riyanto, Bambang.2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
Badan Penerbit Gajah Mada. Sinungan, Muchdarsyah. 2000. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Siswanto. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sutojo, Siswanto. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum. Jakarta: Damar
Mulia. Taswan. 1997. Manajemen Perbankan (konsep, teknik & aplikasi). Yogyakarta:
UPP AMP YKPN. Winarsunu, Tulus. 2002. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan.
Malang: UMM.