12
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017 124 PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI MAKANAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA Alamsjah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini menganalisis faktor makro ekonomi yang terdiri variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) dalam sektor konsumsi, Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu : (1) Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta, (2) Badan Pusat Statistik (BPS) yang beralamat di Jl. H. Bau Makassar. Adapun populasi sasaran dari penelitian ini adalah 15 perusahaan industri makanan dan minuman yang tercatat di BEJ sejak tahun 19972006. Untuk pengujian hipotesis menggunakan model Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serentak variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) dalam sektor konsumsi, Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Dimana nilai (R) = 0,950, (R 2 ) = 0,902 (90,2 %). Demikian pula hasil determinasi parsial diketahui bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Kata Kunci : Share Price, Composite Index, Consumer Goods Index, Nilai Tukar Valas, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Analisis Regresi Berganda ECONOMIC MACRO FACTOR AFFECTING SHARE PRICE FOR CONSUMER GOODS LISTED ON JAKARTA STOCK EXCHANGE Alamsjah Faculty of Economics and Business Muhammadiyah University Makassar Email : [email protected] ABSTRACT This research analyzes the economic macro factor the variables of Composite Index, Consumer Goods Index, Foreign Exchange (Rp/USD), Interest Rate, and Inflation Rate affect share price for Consumer Goods Listed on Jakarta Stock Exchange. This Researchis taken place at two location : (1) Capital Market Reference Center on Jakarta Stock Exchange which have address in Jenderal Sudirman street Kav. 52-53 Jakarta, (2) Statistical Center which have address in H. Bau street on Makassar. As for target population from this research is 15 year 1997-2006. Multiple Regression model was used to test hypothesis. The result indicate that have relationship variable Composite Index, Consumer Goods Index, Foreign Exchange (Rp/USD), Interest Rate, and Inflation Rate have an effect significant for share price consumer goods listed on Jakarta Stock Exchange. Where value (R) = 0,950, (R 2 ) = 0,902 (90,2 %). That way also result

PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

124

PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI

TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI MAKANAN

YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA

Alamsjah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis faktor makro ekonomi yang terdiri variabel Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) dalam sektor

konsumsi, Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga,

dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek

Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu : (1) Pusat Referensi Pasar

Modal (PRPM) Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Kav.

52-53 Jakarta, (2) Badan Pusat Statistik (BPS) yang beralamat di Jl. H. Bau Makassar.

Adapun populasi sasaran dari penelitian ini adalah 15 perusahaan industri makanan dan

minuman yang tercatat di BEJ sejak tahun 1997–2006. Untuk pengujian hipotesis

menggunakan model Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

secara serentak variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham

Sektoral (IHSS) dalam sektor konsumsi, Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar

Amerika), Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap

harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Dimana nilai (R) =

0,950, (R2) = 0,902 (90,2 %). Demikian pula hasil determinasi parsial diketahui bahwa

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)

mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham industri makanan yang

tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Kata Kunci : Share Price, Composite Index, Consumer Goods Index, Nilai Tukar

Valas, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Analisis Regresi Berganda

ECONOMIC MACRO FACTOR AFFECTING

SHARE PRICE FOR CONSUMER GOODS

LISTED ON JAKARTA STOCK EXCHANGE

Alamsjah

Faculty of Economics and Business Muhammadiyah University Makassar

Email : [email protected]

ABSTRACT

This research analyzes the economic macro factor the variables of Composite Index,

Consumer Goods Index, Foreign Exchange (Rp/USD), Interest Rate, and Inflation Rate

affect share price for Consumer Goods Listed on Jakarta Stock Exchange. This

Researchis taken place at two location : (1) Capital Market Reference Center on Jakarta

Stock Exchange which have address in Jenderal Sudirman street Kav. 52-53 Jakarta, (2)

Statistical Center which have address in H. Bau street on Makassar. As for target

population from this research is 15 year 1997-2006. Multiple Regression model was

used to test hypothesis. The result indicate that have relationship variable Composite

Index, Consumer Goods Index, Foreign Exchange (Rp/USD), Interest Rate, and

Inflation Rate have an effect significant for share price consumer goods listed on Jakarta

Stock Exchange. Where value (R) = 0,950, (R2) = 0,902 (90,2 %). That way also result

Page 2: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

125

of determinant partical known that the Composite Index and Consumer Goods Index

have the dominant effect for share price consumer goods listed on Jakarta Stock

Exchange.

Key Words : Share Price, Composite Index, Consumer Goods Index, Foreign

Exchange, Interest Rate, Inflation Rate, Multiple Regression Analysis

PENDAHULUAN

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas

(saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal adalah wahana

untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang (dalam hal

ini perusahaan go public) dengan pihak yang memiliki dana tersebut (investor). Pasar

modal merupakan representasi yang tepat untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan

di suatu negara karena hampir semua industri terwakili didalamnya. Oleh karena itu

perkembangan perekonomian suatu negara terkadang diukur dari perkembangan pasar

modal di negara tersebut. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pintu pertama untuk

melihat industri-industri yang ada dalam suatu negara.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 359), pasar modal (capital market)

adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri

diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam

surta-surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki

jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka

panjang berupa hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond), sedangkan dana

jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan

saham preferen (preferend stock). Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat

(dalam pengertian fisik) yang terorganisasi di mana surat berharga (efek-efek)

diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange).

Pasar modal terdiri dari pasar primer/perdana (primary market) dan pasar

sekunder (secondary market). Pasar primer adalah pasar untuk surat-surat berharga yang

baru diterbitkan. Pada pasar ini dana berasal dari arus penjualan surat berharga atau

sekuritas (security) baru dari pembeli sekuritas (investor) kepada perusahaan yang

menerbitkan sekuritas tersebut (emiten). Sedangkan pasar sekunder adalah pasar

perdagangan surat berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek. Uang yang

mengalir dari pemegang sekuritas yang satu kepada pemegang sekuritas yang lain.

Dalam menghadapi era globalisasi dan pasar bebas, para pelaku ekonomi

dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dan daya saing terhadap produk berupa

barang maupun jasa yang mampu bersaing dengan produk impor dari manca negara.

Peran serta dari masyarakat umum sangat mendorong peningkatan hasil dan pemerataan

ekonomi masyarakat. Salah satu partisipasi langsung dari masyarakat umum yang

diharapkan adalah ikut bergabung dalam kegiatan kepemilikan saham suatu perusahaan.

Kepemilikan saham dalam bentuk pembelian sertifikat (surat berharga/efek) kepada

perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah berupa Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) adalah merupakan bentuk investasi langsung yang

memungkinkan pemiliknya (pemegang saham) mempunyai hak suara dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS), dan juga berhak atas dividen (keuntungan dari hasil

perusahaan) serta laba yang diperoleh atas apresiasi harga saham (capital gain).

Semakin banyak masyarakat terlibat dalam kepemilikan saham, akan membawa dampak

positif bagi perusahaan dan pemilik saham itu sendiri. Oleh karena itu harga saham

sangat bervariasi, ini diakibatkan oleh banyak faktor, baik faktor internal yaitu kondisi

atau kinerja perusahaan itu sendiri dan juga banyak dipengaruhi oleh faktor external

Page 3: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

126

antara lain; Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral

(IHSS), nilai tukar valas, tingkat bunga, tingkat inflasi, suhu politik, kepastian hukum,

dll.

Indonesia termasuk negara yang kaya akan hasil bumi, itu berarti bahwa sumber

bahan baku untuk industri cukup menjanjikan, maka dimungkinkan industri di dalam

negeri akan maju. Oleh karena itu dalam penelitian ini kami mengambil sampel industri

makanan sebagai bahan penelitian karena kami menganggap bahwa industri makanan

akan terus berkembang seiring dengan perkembangan dan pertambahan populasi

manusia yang selalu membutuhkan bahan makanan dan minuman.

Penelitian ini akan melihat faktor makro yang mempengaruhi harga saham

perusahaan industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ), seperti yang

terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1.

Perubahan Indikator Makro Ekonomi

Terhadap Fluktuasi Harga Saham Indutri Makanan dan Minuman

Tahun Harga Saham IHSG IHSS Rp per US$ SBI Inflasi

2002 5.823,00 424,95 135,47 8.929,00 14,41 10,03

2003 7.375,00 691,90 209,38 8.528,00 9,70 5,06

2004 7.689,00 1.000,23 233,32 9.361,00 6,20 6,40

2005 10.576,67 1.162,64 280,83 9.850,00 11,98 17,11

2006 13.455,67 1.805,52 392,46 9.197,00 10,01 6,60

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, Data Diolah Kembali

Adapun gambaran beberapa perusahaan industri makanan dan minuman yang

tercatat di BEJ seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.

Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di BEJ

No Nama Perusahaan Jumlah Saham Harga Saham

1 Indofood Sukses Makmur Tbk 9.444.189.000 1.1

2 Sari Husada Tbk 1.973.520.000 1.975

3 Mayora Indah Tbk 76.658.400 1.09

4 Ultra Jaya Milk Tbk 2.888.382.000 380

5 Davomas Abadi Tbk 6.201.855.660 145

6 Tunas Baru Lampung Tbk 1.615.387.200 230

7 Aqua Golden Mississipi Tbk 13.162.473 50.5

8 Delta Djakarta Tbk 16.013.181 20.1

9 Siantar Top Tbk 1.310.000.000 160

10 Multi Bintang Indonesia Tbk 21.070.000 52

11 Suba Indah Tbk 303.626.000 180

12 Cahaya Kalbar Tbk 297.500.000 580

13 Fast Food Indonesia Tbk 446.250.000 950

14 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.045.000.000 215

15 Sierad Produce Tbk 9.391.108.493 80

16 Ades Water Indonesia Tbk 149.720.000 1.39

17 Pioneerindo Gourmet International Tbk 220.808.000 400

18 Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.440.000.000 125

19 SMART Tbk 2.872.193.366 1.05

20 Sekar Laut Tbk 75.600.000 425

Sumber : Indonesian Capital Market Directory Juni 2005

Page 4: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

127

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kami mengangkat judul penelitian

“Pengaruh Faktor Makro Ekonomi terhadap Harga Saham Industri Makanan yang

Tercatat di Bursa Efek Jakarta”.

Rumusan Masalah

Masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham

Sektoral (IHSS), Nilai Tukar Valuta Asing (Rupiah terhadap Dolar Amerika),

Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap harga saham industri

makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) ?

2. Apakah variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Harga Saham

Sektoral (IHSS) dominan pengaruhnya terhadap harga saham industri makanan

yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) ?

TINJAUAN PUSTAKA

Pasar Modal

Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah kegiatan

yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek.

Menurut Rusdjin (1996 : 100), pasar modal adalah tempat pertemuan (konkrit

ataupun abstrak), diantara pemilik dana yang menambahkan uangnya dengan pihak lain

yang memerlukan dana melalui perdagangan efek-efek. Yang dimaksud dengan pasar

konkrit adalah suatu tempat termasuk peralatan dan sistem komputer yang dibangun

untuk mempertemukan pemilik dana dengan pencari dana. Pasar yang demikian ini

sering dikenal dengan nama bursa. Sedangkan pasar abstrak adalah pasar diluar bursa

yang sering disebut Over the Counter (OTC). Di dalam pasar OTC, hubungan antara

pemilik dana dan pencari dana dilakukan dengan sistem elektronik atau sarana

komunikasi, seperti telepon, telex dan peralatan komunikasi lainnya.

Menurut Keown, F. Scott, Martin dan W. Petty (1995 : 45) pasar modal adalah

semua lembaga dan prosedur yang memberikan fasilitas instrumen keuangan jangka

panjang. Jangka panjang disini berarti memiliki periode jatuh tempo yang lebih dari satu

tahun. Menurut Kortonegoro (1999 : 84), pasar modal adalah pasar yang berjangka

panjang, instrumen yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi.

Peranan Pasar Modal

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 360), dilihat dari sudut ekonomi

makro, peranan pasar modal adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi

sumber daya ekonomi secara optimal. Akibat lebih jauh dari berfungsinya pasar modal

sebagai piranti untuk mengalokasikan sumberdaya ekonomi secara optimal adalah

naiknya pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja dan semakin meningkatnya

pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek)

yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Keputusan Menteri

Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990, yang dimaksud dengan

efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham, obligasi,

sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right, warrants, opsi atau setiap derivative dari efek

atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek. Sifat efek yang

diperdagangkan di pasar modal (bursa efek) berjangka waktu panjang. Instrumen yang

paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek saat ini adalah saham dan obligasi.

Pengertian sekuritas menurut Husnan (1990 : 113), adalah merupakan secarik

kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari

Page 5: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

128

prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai

kondisi untuk melaksanakan hak tersebut.

Efek menurut PSAK No. 49 adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan

hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang dan unit penyerta

kontrak investasi kolektif. Termasuk dalam pengertian efek adalah kontrak berjangka

dan setiap derivative lain dari efek.

Sedangkan efek menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 tahun

1976 pasal 1 ayat 3 seperti yang dikutip dari Mukhizul Hamdi (1997), menyebutkan :

Efek adalah setiap saham, obligasi atau bukti lainnya termasuk sertifikat atau surat bukti

sementara dari surat-surat jaminan, opsi atau hak-hak lainnya untuk memesan atau

membeli saham, obligasi atau bukti penyertaan dalam modal atau pinjaman lainnya,

serta setiap alat yang lazim dikenal sebagai efek.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 367), saham adalah surat bukti atau

tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan. Ada beberapa jenis saham

dalam praktek, yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang

diperoleh para pemegang saham.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indikator untuk membantu

pergerakan harga saham. Indeks ini mencakup saham preferen (saham istimewa) yang

tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Rumus perhitungan sama dengan yang dipakai

oleh kebanyakan bursa lainnya, yaitu menggunakan pembobotan (weighted overage)

berdasarkan kapitalisasi pasar masing-masing sehingga semakin tinggi nilai pasar suatu

saham semakin besar pengaruhnya pada indeks.

Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)

Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan semua saham yang

termasuk dalam masing-masing sektor. Di BEJ, indeks sektoral terbagi atas sembilan

sektor, yaitu pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industry, konsumsi,

property, infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan manufaktur.

Nilai Tukar Valuta Asing (Rupiah terhadap Dollar Amerika)

Nilai tukar rupiah atau kurs menurut Madura (2002 : 86), adalah mengukur nilai

suatu valuta dari perspektif valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi,

nilai tukar rupiah juga bisa berubah secara substansial.

Sedangkan menurut Fardiansyah (2002 : 95), nilai tukar rupiah biasa diartikan

sebagai harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Sejak krisis

moneter melanda perekonomian Indonesia pada tahun 1997, sistem nilai tukar yang

digunakan oleh pemerintah adalah sistem bebas mengambang (Free Floating Exchange

Rate System). Jadi sejak saat itu nilai rupiah terhadap dolar diserahkan sepenuhnya pada

permintaan dan penawaran dolar di pasar.

Tingkat Suku Bunga

Dalam konteks akademis dikenal dua macam suku bunga, yaitu suku bunga

nominal dan suku bunga riil. Menurut Fardiansyah (2002 : 131), suku bunga diartikan

sebagai suku bunga yang telah mempertimbangkan ekspektasi inflasi dimasa depan dan

premi risiko dari suatu negara. Sedangkan Madura (2002 : 92), suku bunga riil adalah

suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi.

Menurut Brigham (2001 : 267), suku bunga nominal adalah merupakan suku

bunga yang dinyatakan oleh bank, broker dan lembaga keuangan lainnya. Suku bunga

periodik adalah suku bunga yang dibebankan oleh pemberi pinjaman atau dibayar oleh

peminjam setiap periodenya. Suku bunga efektif tahunan adalah suku bunga tahunan

yang memberikan hasil yang sama seperti jika kita memajemukkan pada suku bunga

periodik tertentu dikali pertahun.

Page 6: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

129

Demikian pula halnya Hanson, J. L. (1997 : 267), mendefinisikan suku bunga

sebagai dana yang dibayarkan oleh peminjam atas penggunaan sejumlah uang dalam

jangka waktu tertentu. Sedangkan definisi suku bunga menurut Yadianto (2001 : 583),

suku bunga atau tarif yang dibenarkan oleh bank atas pinjaman uang.

Tingkat Inflasi

Sukirno (1994 : 15), mendefinisikan inflasi sebagai suatu proses kenaikan harga-

harga secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian. Jafar (1993 : 62), inflasi

adalah suatu keadaan dimana senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya atas

suatu keadaan dimana senantiasa menurunnya nilai mata uang. Nopirin (1998 : 25),

mengemukakan bahwa inflasi adalah terjadinya peningkatan harga barang secara terus

menerus.

Hipotesis

1. Variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar Valas (Rupiah terhadap Dollar Amerika),

Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi secara serentak berpengaruh signifikan

terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

2. Variabel IHSG dan IHSS mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga

saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bursa Efek Jakarta yang berlokasi di Jl. Jendral

Sudirman Kav. 52-53 Jakarta, untuk melihat dan mengumpulkan data tentang Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) dalam sektor

konsumsi dan harga-harga saham perusahaan industri makanan.

Pengumpulan data juga dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari data dan

dokumen-dokumen tertulis berupa Nilai Tukar Valas (Rupiah terhadap Dolar Amerika),

Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang beralamat

di Jl. H. Bau No. 6 Makassar. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan

Februari 2007 sampai dengan bulan April 2007.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Observasi, yakni mengamati langsung aktivitas keseharian pergerakan saham bursa.

2. Dokumentasi, yakni pengumpulan data berdasarkan catatan-catatan dokumen dari

laporan tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini untuk dianalisis yakni data sekunder

(time series) adalah data yang diolah atau diperoleh dari dokumen atau laporan tertulis

lainnya (catatan, buku, jurnal, internet dan lain-lain) yang dipandang relevan dengan

penelitian ini. Data yang dikumpulkan adalah data tahunan yaitu dari tahun 1966 sampai

dengan tahun 2006.

Sumber Data

1. Data harga saham perusahaan industri makanan setiap 6 bulan mulai tahun 1997 –

2006 (Bursa Efek Jakarta).

2. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setiap 6 bulan mulai tahun 1997 –

2006 (Bursa Efek Jakarta).

3. Data Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) sektor konsumsi setiap 6 bulan mulai

tahun 1997 – 2006 (Bursa Efek Jakarta).

4. Data nilai tukar valas (kurs) terhadap Dolar Amerika periode setiap 6 bulan mulai

tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat Statistik).

5. Data tingkat suku bunga SBI setiap 6 bulan mulai tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat

Statistik).

Page 7: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

130

6. Data nilai tukar valas (kurs) terhadap Dolar Amerika periode setiap 6 bulan mulai

tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat Statistik).

7. Data tingkat inflasi setiap 6 bulan mulai tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat Statistik).

Metode Analisis

Untuk menganalisis data guna menjawab permasalahan penelitian sekaligus

membuktikan hipotesis, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

Metode inferensis dengan mempergunakan regresi linear berganda, yaitu :

Y = b0 + b1 IHSG + b2 IHSG + b3 NTV + b4 TKB + b5 TKI + e1

Dimana :

Y : Harga Saham

IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

IHSS : Indeks Harga Saham Sektoral

NTV : Nilati Tukar Valas

TKB : Tingkat Suku Bunga

TKI : Tingkat Inflasi

b0 : Intercept (Titik Potong Regresi)

b1_b5 : Parameter Regresi yang Akan Diestimasi

e1 : Kesalahan Regresi

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah :

1. Harga Saham ialah harga saham penutupan akhir tahun dari 15 perusahaan industri

makanan yang tercatat di BEJ yang dipublikasikan melalui media massa setiap 6

bulan sejak tahun 1997 - 2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

2. IHSG ialah Indeks Harga Saham Gabungan pada penutupan akhir tahun yang

dipublikasikan oleh BEJ melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun 1997 –

2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Poin.

3. IHSS ialah Indeks Harga Saham Sektor konsumsi pada penutupan akhir tahun yang

dipublikasikan oleh BEJ melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun 1997 –

2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Poin.

4. Nilai tukar Valas ialah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun

1997 – 2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.

5. Tingkat bunga ialah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang

dipublikasikan melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun 1997 – 2006

(semesteran) yang dinyatakan dalam satuan persen.

6. Tingkat inflasi ialah tingkat inflasi yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik

dan atau Bank Indonesia setiap 6 bulan sejak tahun 1997 – 2006 (semesteran) yang

dinyatakan dalam satuan persen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Harga Saham Industri Makanan

Perkembangan harga saham rata-rata 15 perusahaan industri makanan setiap 6

bulan selama 10 tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan harga saham dari Rp.

5.078 per lembar saham menjadi Rp. 13,456 per lembar saham atau rata-rata per

semester Rp. 6.767 per lembar saham atau 4,21 % per semester.

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setiap 6 bulan selama 10

tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan dari 724,56 poin menjadi 1.805,52

poin atau rata-rata per semester 721,54 poin atau 4,31 % per semester.

Page 8: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

131

2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)

Perkembangan Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) konsumsi setiap 6 bulan

selama 10 tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan dari 123,37 poin

menjadi 392,46 poin atau rata-rata per semester 184,88 poin atau 5,24 % per

semester.

3. Nilai Tukar Valas (Rupiah terhadap Dollar Amerika)

Dengan melihat perkembangan Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar Amerika)

setiap 6 bulan selama 10 tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan dari Rp.

2.458 / US$ menjadi Rp. 9.197 / US$ atau rata-rata per semester Rp. 8.831 / US$

atau 4,45 % per semester.

4. Tingkat Suku Bunga

Dengan melihat perkembangan tingkat suku bunga setiap 6 bulan selama 10 tahun

terakhir terlihat bahwa terjadi penurunan dari 15,46 % menjadi 10,01 % atau rata-

rata per semester 10,56 % atau (1,63) % per semester.

5. Tingkat Inflasi

Dengan melihat perkembangan tingkat inflasi setiap 6 bulan selama 10 tahun

terakhir terlihat bahwa terjadi kenaikan dari 2,54 % menjadi 6,60 % atau rata-rata

per semester 11,70 % atau 10,12 % per semester.

January Effect biasanya sangat diharapkan kedatangannya, dan semakin dekat

ke bulan Januari, kenyataannya terjadi January Effect pada awal tahun 1997. IHSG

mengalami kenaikan sampai pada level 705 pada akhir Februari 1997 dan nilai IHSG

inilah yang tertinggi setelah bursa saham mempunyai kegiatan transaksi saham sejak

tahun 1988.

Namun, kenaikan IHSG tersebut tidak berlanjut karena investor terus melakukan

profit taking pada bulan-bulan kampanye menjelang Pemilu 1997. IHSG mengalami

penurunan sampai pada level 631 pada akhir April 1997. Penurunan IHSG tersebut

tidak berlanjut, tetapi IHSG terus mengalami kenaikan sampai pada puncaknya yakni

level 741 tepatnya tanggal 8 Juli 1997. IHSG pada level 741 merupakan IHSG paling

tinggi yang pernah dicapai oleh BEJ. Investor mulai merasakan capital gain yang cukup

baik dengan berinvestasi di BEJ. Namun, menjelang pertengahan 1997, terdengar berita

bahwa Thailand mengalami krisis moneter, kemudian menyusul Korea Selatan dan

Malaysia.

Tabel 1.

Koefisien Determinasi Parsial Variabel Penelitian

No Variabel Korelasi Parsial Determinasi

Parsial Keterangan

1 IHSG 0.927 (0.000) 0.859329 Sangat Kuat

2 IHSS 0.926 (0.000) 0.857476 Sangat Kuat

3 NTV 0.059 (0.402) 0.003481 Sangat Kecil

4 TKB -0.402 (0.039) 0.161604 Sedang

5 TKI -0.322 (0.083) 0.103684 Kecil

Sumber : Dianalisis dari data

Memperhatikan nilai determinasi parsial yang diperoleh, maka pengaruh setiap

variabel bebas adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh variabel IHSG dinyatakan r2yihsg = 0.8593. Ini berarti, pengaruh variabel

IHSG secara individual terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah 85,93

persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh

variabel lain secara bersama-sama mencapai 14,07 persen. Kategori pengaruh

variabel IHSG terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah tergolong kuat

karena 0.8593 tersebut mendekati 1.

Page 9: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

132

2. Pengaruh variabel IHSS dinyatakan r2yihss = 0.8575. Ini berarti, pengaruh variabel

IHSS terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah sebesar 85,75 persen, dengan

catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh variabel lain

secara bersama-sama hanya sebesar 14,25 persen. Kategori pengaruh IHSS secara

individual terhadap harga saham gabungan rata-rata tergolong kuat atau besar,

karena 0.8575 tersebut jauh dari 0, dan lebih dekat ke titik 1.

3. Pengaruh variabel nilai tukar valuta asing (NTV) dinyatakan r2yntv = 0.0035. Ini

berarti, pengaruh variabel NTV terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah

0.35 persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah.

Kategori pengaruh ini terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah sangat kecil

karena 0.0035 tersebut dekat dari 0, dan sangat jauh dengan 1.

4. Pengaruh variabel TKB dinyatakan r2ytktb = 0.1616. Ini berarti, pengaruh variabel

Tingkat Bunga (TKB) terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah 16,16

persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Kategori

pengaruh TKB ini secara individual terhadap harga saham gabungan rata-rata

adalah moderat atau sedang karena 0.1616 tersebut dekat dari 0, dan jauh ke titik 1.

5. Pengaruh variabel TKI dinyatakan r2ytktb = 0.1037. Ini berarti, pengaruh variabel

Tingkat Inflasi (TKI) terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah hanya

sebesar 10,37 persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak

berubah. Kategori pengaruh ini secara individual terhadap harga saham gabungan

rata-rata adalah kecil karena 0.1037 tersebut dekat dari 0 dan jauh ke titik 1.

Memperhatikan besaran determinasi parsial dimaksud, maka variabel bebas

yang paling berpengaruh ialah IHSG kemudian variabel IHSS. Sebaliknya yang paling

lemah pengaruhnya adalah variabel Nilai Tukar Valas (NTV). Sehubungan dengan itu,

maka hipotesis kedua penelitian ini diterima atau terbukti, bahwa variabel IHSG dan

IHSS memiliki pengaruh yang paling besar atau dominan terhadap harga saham

gabungan rata-rata dari industri makanan yang tercatat di BEJ.

Pembahasan

1. Pengaruh IHSG terhadap Harga Saham Industri Makanan

IHSG pada perusahaan industri makanan menunjukkan pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap peningkatan harga saham. Semakin tinggi indikator IHSG maka

harga saham juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan

penelitian terdahulu yaitu Subijakto (2004) yang membuktikan bahwa IHSG

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Apabila IHSG mengalami

peningkatan itu berarti bahwa investor lebih cenderung membeli saham daripada

menjual atau tekanan beli lebih besar daripada tekanan jual. Sesuai hukum

permintaan apabila permintaan lebih banyak pada pasokan maka harga akan naik.

2. Pengaruh IHSS terhadap Harga Saham Industri Makanan

Pengaruh IHSS terhadap fluktuasi harga saham industri makanan berpengaruh

positif dan signifikan. Semakin tinggi indikator IHSS, maka harga saham juga

akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu

yaitu Subijakto (2004) yang membuktikan bahwa IHSS berpengaruh signifikan

terhadap harga saham. Jika IHSS mengalami peningkatan itu berarti bahwa investor

lebih cenderung membeli saham daripada menjual atau tekanan beli lebih besar dari

pada tekanan jual. Sesuai hukum permintaan apabila permintaan lebih banyak dari

pada pasokan maka harga akan naik.

3. Pengaruh Nilai Tukar Valas terhadap Harga Saham Industri Makanan

Pengaruh nilai tukar valas (Rupiah terhadap Dolar Amerika) terhadap fluktuasi

harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah

berpengaruh negatif dan secara serentak signifikan namun secara per individu tidak

Page 10: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

133

signifikan. Sejalan dengan penelitian Subijakto (2004) yang membuktikan bahwa

pengaruh nilai kurs US dolar terhadap rupiah dengan harga saham adalah

signifikan. Puji Astutik (1994) membuktikan bahwa kurs dolar Amerika Serikat

terhadap mata uang ditempat berkorelasi negatif dengan harga saham. Hal ini

berarti bahwa jika Nilai Tukar Valas melemah, maka investor akan

menginvestasikan dananya dengan membeli dolar dan melepas sahamnya.

4. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap fluktuasi harga saham industri

makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Hal ini berarti peningkatan harga

saham disebabkan oleh menurunnya tingkat suku bunga. Begitu pula jika tingkat

suku bunga turun, maka harga juga akan mengalami kenaikan. Hal ini sesuai

dengan penelitian Tenri Saana (2003) dan Nargis Asgar Ali (2005) yang

menyatakan bahwa pengaruh tingkat suku bunga dan harga saham berbanding

terbalik. Jika suku bunga naik, maka investor akan beralih ke pasar uang, misalnya

dalam bentuk deposito yang resikonya lebih kecil dibanding investasi saham.

5. Tingkat Inflasi

Pengaruh tingkat inflasi terhadap fluktuasi harga saham industri makanan yang

tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah bertanda positif. Hal ini dapat diartikan bahwa

apabila tingkat inflasi naik maka harga saham juga akan meningkat, begitu pula

sebaliknya. Seharusnya tingkat inflasi harus berbanding terbalik dengan harga

saham, karena apabila tingkat inflasi naik, maka harga barang-barang juga akan

mengalami kenaikan, yang berarti daya beli masyarakat akan berkurang. Akibat

yang ditimbulkan berpengaruh ke penjualan dan pendapatan perusahaan, sehingga

kinerja perusahaan akan menurun dan berdampak pada turunnya harga saham.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil yang mengacu pada

masalah dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Hipotesis pertama dapat diterima karena telah terbukti dengan pengujian secara

serentak atau uji-F diketahui bahwa variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar Valas

(rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi secara

serentak berpengaruh signifikan atau sangat kuat terhadap harga saham industri

makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Koefisien determinasi ganda

(R2) menunjukkan nilai 90,2 %, ini berarti bahwa kelima variabel bebas tersebut

secara serentak berpengaruh kepada harga saham industri makanan yang tercatat di

Bursa Efek Jakarta, selebihnya 9,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

teliti. Korelasi serentak (R) tergolong sangat kuat, yaitu R = 0,950 mendekati nilai

1. Dengan demikian korelasi dan pengaruh variabel bebas yang diteliti, secara

serentak tergolong sangat kuat atau sangat signifikan.

2. Hipotesis kedua dapat diterima karena dari hasil analisis determinasi parsial

diketahui bahwa variabel IHSG dan IHSS mempunyai pengaruh yang dominan

terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pengaruh variabel IHSG dinyatakan r2yihsg

= 0.8593. Ini berarti, pengaruh variabel IHSG secara individual terhadap harga

saham gabungan rata-rata adalah 85,93 %, dengan catatan pengaruh variabel

lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh variabel lain secara bersama-sama

mencapai 14,07 %. Kategori pengaruh variabel IHSG terhadap harga saham

gabungan rata-rata adalah tergolong kuat karena 0.8593 tersebut mendekati 1.

Pengaruh variabel IHSS dinyatakan r2yihss = 0.8575. Ini berarti, pengaruh variabel

IHSS terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah sebesar 85,75 %, dengan

Page 11: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

134

catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh variabel lain

secara bersama-sama hanya sebesar 14,25 %. Kategori pengaruh IHSS secara

individual terhadap harga saham gabungan rata-rata tergolong kuat atau besar,

karena 0.8575 tersebut jauh dari 0, dan lebih dekat titik 1.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dapat dikemukakan beberapa

saran yang berhubungan dengan harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa

Efek Jakarta sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan data semesteran dalam 10 tahun terakhir, disarankan

kepada peneliti selanjutnya menggunakan data triwulan atau data bulanan dalam

beberapa tahun, sehingga pengaruh variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar Valas, Tiket

Bunga, dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di

Bursa Efek Jakarta bisa lebih akurat dan disarankan pula untuk meneliti variabel

lain selain dari variabel yang diteliti oleh penulis.

2. Penelitian ini hanya melihat pengaruh faktor makro ekonomi terhadap harga saham

industri makanan, disarankan pula kepada peneliti selanjutnya untuk melihat

pengaruh faktor mikro ekonomi terhadap harga saham industri makanan agar

supaya dapat diketahui yang mana paling dominan berpengaruh.

3. Dalam penelitian ini menggunakan harga saham gabungan 15 perusahaan industri

makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Oleh karena itu disarankan pula pada

peneliti selanjutnya melihat atau meneliti pengaruh faktor makro atau mikro

ekonomi terhadap harga saham setiap perusahaan industri makanan yang tercatat di

Bursa Efek Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muhammad Tiro. 2000. Analisis Korelasi dan Regresi, Penerbit Makassar State

University Press.

Budi, Rahardjo. 2000. Akuntansi dan Untuk Non Manajer (Dilengkapi Peraturan yang

Berkenaan Dengan Pengelolaan BUMN), Penerbit ANDI Yogyakarta.

Fardiansyah, Tedy. 2002. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai, Penerbit P.T. Elex

Media Komputindo.

Fred, Weston & Thomas, E Copeland. 1989. Managerial Finance (Terjemahan),

Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Edisi Pertama,

Jakarta.

Hanson, J. L. 1997. A Dictionary of Economic and Commerce, 5 th Edition, Mc. Donald

and Evans, Londong.

Husnan, Suad. 1990. Manajemen Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),

Buku 1, Edisi 4 Yogyakarta : BPFE, Yogyakarta.

Husnan, Suad dan Enny, Pudjiatuti. 1994. Dasar-Dasar Manajemen (Seri Penuntun

Belajar), Terbitan UPP AMP YKPN.

Indonesian Capital Market Directory 2005, Institute for Economic and Financial

Research.

Investor, (16-19 Agustus 2003), Media Pasar Modal dan Pasar Uang, Peringkat

Dividen Perusahaan Publik berdasarkan Dividen Tahun Buku 2002.

Jakarta Stock Exchange. 1996. Fack Bokk.

Jakarta Stock Exchange. 2000. Lembaga-Lembaga di Pasar Modal.

Jakarta Stock Exchange. 2003. Saham & Reksa Dana Pilihan Lain Berinvestasi.

John D. Martin, and J. William Petty, et. Al. 1985. Basic Financial Management

(Terjemahan), Prentice Hall, Inc, Penerbit P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 12: PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA …

Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017

135

Kartonegoro, Sentanu. 1999. Pasar Modal Pasar Uang, Penerbit : Yayasan Tenaga

Kerja Indonesia, Jakarta.

Keown, J. Arthur, and David F. Scott, John D. Martin, J. William Petty. 1999/2000.

Dasar-Dasar Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Edisi Terjemahan Oleh :

Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyorini, Jilid 1/2.

Keown, J. Arthur, and David F. Scott, John D. Martin, J. William Petty. 1996. Basic

Financial Management, Seven Edition, Englewood Cliffs, New Jersey : Printice

Hall Inc.

Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis, Jilid 1/2, Penerbit Salemba Empat.

Martono, Agus Harjito. 2002. Manajemen, Penerbit Ekonisia (Kampus Fakultas

Ekonomi UII), Yogyakarta, Cetakan Kedua.

Nargis Asgar Ali. 2005. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Fluktuasi Harga

Saham di Bursa Efek Jakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Nitro.

Nopirin. (1998). Ekonomi Moneter, BPFE-Yogyakarta.

Puji, Astutik. 1994. Tingkat Resiko Investasi di Sebelas Bursa Efek di Asia Pasifik

Tahun 1989-1993. Universitas Muslim Indonesia.

Resky. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan di

Bursa Efek Jakarta. Universitas Muslim Indonesia.

Simangunsong, A. O. (1995). Akuntansi Intermediate, Tingkat Dasar Dua, Penerbit

P.T. Dharma Karsa Utama, Jakarta.

Subijakto. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan

Industri Rokok yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Universitas Muslim

Indonesia.

Syahrul dan Nizar, Afdi. (2000). Kamus Istilah Akuntansi, Penerbit Citra Harta Prima,

Jakarta.

Syamsuddin, Jafar. (1993). Kebijakan Moneter Orde Baru, Penerbit Bina Aksara,

Jakarta.

Tenri Saana. 2003. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Fluktuasi Harga

Saham di Bursa Efek Jakarta. Universitas Hasanuddin.

Tricahyono, Bambang. (1995). Prinsip Pasar Modal, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995. (1995). tentang Pasar Modal, Penerbit BP Cipta

Suaka, Jakarta.

Van Horne, C., James, and John M. Wachowicz. Jr. (1997). Prinsip-Prinsip

Manajemen, di Indonesiakan oleh Heru Sutojo, Edisi Indonesia/Kesembilan,

Penerbit Salemba Empat, Jilid 1/2.

Weston, J. Fred, Thomas E. Copeland. (1992). Managerial Finance, Terjemahan

Yohanes Lamarto dan Mariana Adinata, Penerbit Erlangga, Jakarta.