Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
124
PENGARUH FAKTOR MAKRO EKONOMI
TERHADAP HARGA SAHAM INDUSTRI MAKANAN
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA
Alamsjah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis faktor makro ekonomi yang terdiri variabel Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) dalam sektor
konsumsi, Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga,
dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu : (1) Pusat Referensi Pasar
Modal (PRPM) Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman Kav.
52-53 Jakarta, (2) Badan Pusat Statistik (BPS) yang beralamat di Jl. H. Bau Makassar.
Adapun populasi sasaran dari penelitian ini adalah 15 perusahaan industri makanan dan
minuman yang tercatat di BEJ sejak tahun 1997–2006. Untuk pengujian hipotesis
menggunakan model Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara serentak variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham
Sektoral (IHSS) dalam sektor konsumsi, Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar
Amerika), Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap
harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Dimana nilai (R) =
0,950, (R2) = 0,902 (90,2 %). Demikian pula hasil determinasi parsial diketahui bahwa
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham industri makanan yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Kata Kunci : Share Price, Composite Index, Consumer Goods Index, Nilai Tukar
Valas, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi, Analisis Regresi Berganda
ECONOMIC MACRO FACTOR AFFECTING
SHARE PRICE FOR CONSUMER GOODS
LISTED ON JAKARTA STOCK EXCHANGE
Alamsjah
Faculty of Economics and Business Muhammadiyah University Makassar
Email : [email protected]
ABSTRACT
This research analyzes the economic macro factor the variables of Composite Index,
Consumer Goods Index, Foreign Exchange (Rp/USD), Interest Rate, and Inflation Rate
affect share price for Consumer Goods Listed on Jakarta Stock Exchange. This
Researchis taken place at two location : (1) Capital Market Reference Center on Jakarta
Stock Exchange which have address in Jenderal Sudirman street Kav. 52-53 Jakarta, (2)
Statistical Center which have address in H. Bau street on Makassar. As for target
population from this research is 15 year 1997-2006. Multiple Regression model was
used to test hypothesis. The result indicate that have relationship variable Composite
Index, Consumer Goods Index, Foreign Exchange (Rp/USD), Interest Rate, and
Inflation Rate have an effect significant for share price consumer goods listed on Jakarta
Stock Exchange. Where value (R) = 0,950, (R2) = 0,902 (90,2 %). That way also result
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
125
of determinant partical known that the Composite Index and Consumer Goods Index
have the dominant effect for share price consumer goods listed on Jakarta Stock
Exchange.
Key Words : Share Price, Composite Index, Consumer Goods Index, Foreign
Exchange, Interest Rate, Inflation Rate, Multiple Regression Analysis
PENDAHULUAN
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas
(saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal adalah wahana
untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang (dalam hal
ini perusahaan go public) dengan pihak yang memiliki dana tersebut (investor). Pasar
modal merupakan representasi yang tepat untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan
di suatu negara karena hampir semua industri terwakili didalamnya. Oleh karena itu
perkembangan perekonomian suatu negara terkadang diukur dari perkembangan pasar
modal di negara tersebut. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pintu pertama untuk
melihat industri-industri yang ada dalam suatu negara.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 359), pasar modal (capital market)
adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri
diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam
surta-surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki
jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka
panjang berupa hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond), sedangkan dana
jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan
saham preferen (preferend stock). Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat
(dalam pengertian fisik) yang terorganisasi di mana surat berharga (efek-efek)
diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange).
Pasar modal terdiri dari pasar primer/perdana (primary market) dan pasar
sekunder (secondary market). Pasar primer adalah pasar untuk surat-surat berharga yang
baru diterbitkan. Pada pasar ini dana berasal dari arus penjualan surat berharga atau
sekuritas (security) baru dari pembeli sekuritas (investor) kepada perusahaan yang
menerbitkan sekuritas tersebut (emiten). Sedangkan pasar sekunder adalah pasar
perdagangan surat berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek. Uang yang
mengalir dari pemegang sekuritas yang satu kepada pemegang sekuritas yang lain.
Dalam menghadapi era globalisasi dan pasar bebas, para pelaku ekonomi
dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dan daya saing terhadap produk berupa
barang maupun jasa yang mampu bersaing dengan produk impor dari manca negara.
Peran serta dari masyarakat umum sangat mendorong peningkatan hasil dan pemerataan
ekonomi masyarakat. Salah satu partisipasi langsung dari masyarakat umum yang
diharapkan adalah ikut bergabung dalam kegiatan kepemilikan saham suatu perusahaan.
Kepemilikan saham dalam bentuk pembelian sertifikat (surat berharga/efek) kepada
perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah berupa Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) adalah merupakan bentuk investasi langsung yang
memungkinkan pemiliknya (pemegang saham) mempunyai hak suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), dan juga berhak atas dividen (keuntungan dari hasil
perusahaan) serta laba yang diperoleh atas apresiasi harga saham (capital gain).
Semakin banyak masyarakat terlibat dalam kepemilikan saham, akan membawa dampak
positif bagi perusahaan dan pemilik saham itu sendiri. Oleh karena itu harga saham
sangat bervariasi, ini diakibatkan oleh banyak faktor, baik faktor internal yaitu kondisi
atau kinerja perusahaan itu sendiri dan juga banyak dipengaruhi oleh faktor external
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
126
antara lain; Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral
(IHSS), nilai tukar valas, tingkat bunga, tingkat inflasi, suhu politik, kepastian hukum,
dll.
Indonesia termasuk negara yang kaya akan hasil bumi, itu berarti bahwa sumber
bahan baku untuk industri cukup menjanjikan, maka dimungkinkan industri di dalam
negeri akan maju. Oleh karena itu dalam penelitian ini kami mengambil sampel industri
makanan sebagai bahan penelitian karena kami menganggap bahwa industri makanan
akan terus berkembang seiring dengan perkembangan dan pertambahan populasi
manusia yang selalu membutuhkan bahan makanan dan minuman.
Penelitian ini akan melihat faktor makro yang mempengaruhi harga saham
perusahaan industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ), seperti yang
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1.
Perubahan Indikator Makro Ekonomi
Terhadap Fluktuasi Harga Saham Indutri Makanan dan Minuman
Tahun Harga Saham IHSG IHSS Rp per US$ SBI Inflasi
2002 5.823,00 424,95 135,47 8.929,00 14,41 10,03
2003 7.375,00 691,90 209,38 8.528,00 9,70 5,06
2004 7.689,00 1.000,23 233,32 9.361,00 6,20 6,40
2005 10.576,67 1.162,64 280,83 9.850,00 11,98 17,11
2006 13.455,67 1.805,52 392,46 9.197,00 10,01 6,60
Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, Data Diolah Kembali
Adapun gambaran beberapa perusahaan industri makanan dan minuman yang
tercatat di BEJ seperti yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.
Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di BEJ
No Nama Perusahaan Jumlah Saham Harga Saham
1 Indofood Sukses Makmur Tbk 9.444.189.000 1.1
2 Sari Husada Tbk 1.973.520.000 1.975
3 Mayora Indah Tbk 76.658.400 1.09
4 Ultra Jaya Milk Tbk 2.888.382.000 380
5 Davomas Abadi Tbk 6.201.855.660 145
6 Tunas Baru Lampung Tbk 1.615.387.200 230
7 Aqua Golden Mississipi Tbk 13.162.473 50.5
8 Delta Djakarta Tbk 16.013.181 20.1
9 Siantar Top Tbk 1.310.000.000 160
10 Multi Bintang Indonesia Tbk 21.070.000 52
11 Suba Indah Tbk 303.626.000 180
12 Cahaya Kalbar Tbk 297.500.000 580
13 Fast Food Indonesia Tbk 446.250.000 950
14 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.045.000.000 215
15 Sierad Produce Tbk 9.391.108.493 80
16 Ades Water Indonesia Tbk 149.720.000 1.39
17 Pioneerindo Gourmet International Tbk 220.808.000 400
18 Prasidha Aneka Niaga Tbk 1.440.000.000 125
19 SMART Tbk 2.872.193.366 1.05
20 Sekar Laut Tbk 75.600.000 425
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Juni 2005
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
127
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kami mengangkat judul penelitian
“Pengaruh Faktor Makro Ekonomi terhadap Harga Saham Industri Makanan yang
Tercatat di Bursa Efek Jakarta”.
Rumusan Masalah
Masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham
Sektoral (IHSS), Nilai Tukar Valuta Asing (Rupiah terhadap Dolar Amerika),
Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap harga saham industri
makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) ?
2. Apakah variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Harga Saham
Sektoral (IHSS) dominan pengaruhnya terhadap harga saham industri makanan
yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) ?
TINJAUAN PUSTAKA
Pasar Modal
Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Menurut Rusdjin (1996 : 100), pasar modal adalah tempat pertemuan (konkrit
ataupun abstrak), diantara pemilik dana yang menambahkan uangnya dengan pihak lain
yang memerlukan dana melalui perdagangan efek-efek. Yang dimaksud dengan pasar
konkrit adalah suatu tempat termasuk peralatan dan sistem komputer yang dibangun
untuk mempertemukan pemilik dana dengan pencari dana. Pasar yang demikian ini
sering dikenal dengan nama bursa. Sedangkan pasar abstrak adalah pasar diluar bursa
yang sering disebut Over the Counter (OTC). Di dalam pasar OTC, hubungan antara
pemilik dana dan pencari dana dilakukan dengan sistem elektronik atau sarana
komunikasi, seperti telepon, telex dan peralatan komunikasi lainnya.
Menurut Keown, F. Scott, Martin dan W. Petty (1995 : 45) pasar modal adalah
semua lembaga dan prosedur yang memberikan fasilitas instrumen keuangan jangka
panjang. Jangka panjang disini berarti memiliki periode jatuh tempo yang lebih dari satu
tahun. Menurut Kortonegoro (1999 : 84), pasar modal adalah pasar yang berjangka
panjang, instrumen yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi.
Peranan Pasar Modal
Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 360), dilihat dari sudut ekonomi
makro, peranan pasar modal adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal. Akibat lebih jauh dari berfungsinya pasar modal
sebagai piranti untuk mengalokasikan sumberdaya ekonomi secara optimal adalah
naiknya pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja dan semakin meningkatnya
pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek)
yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990, yang dimaksud dengan
efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersil, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right, warrants, opsi atau setiap derivative dari efek
atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek. Sifat efek yang
diperdagangkan di pasar modal (bursa efek) berjangka waktu panjang. Instrumen yang
paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek saat ini adalah saham dan obligasi.
Pengertian sekuritas menurut Husnan (1990 : 113), adalah merupakan secarik
kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian dari
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
128
prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai
kondisi untuk melaksanakan hak tersebut.
Efek menurut PSAK No. 49 adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang dan unit penyerta
kontrak investasi kolektif. Termasuk dalam pengertian efek adalah kontrak berjangka
dan setiap derivative lain dari efek.
Sedangkan efek menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 tahun
1976 pasal 1 ayat 3 seperti yang dikutip dari Mukhizul Hamdi (1997), menyebutkan :
Efek adalah setiap saham, obligasi atau bukti lainnya termasuk sertifikat atau surat bukti
sementara dari surat-surat jaminan, opsi atau hak-hak lainnya untuk memesan atau
membeli saham, obligasi atau bukti penyertaan dalam modal atau pinjaman lainnya,
serta setiap alat yang lazim dikenal sebagai efek.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2002 : 367), saham adalah surat bukti atau
tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan. Ada beberapa jenis saham
dalam praktek, yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang
diperoleh para pemegang saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indikator untuk membantu
pergerakan harga saham. Indeks ini mencakup saham preferen (saham istimewa) yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Rumus perhitungan sama dengan yang dipakai
oleh kebanyakan bursa lainnya, yaitu menggunakan pembobotan (weighted overage)
berdasarkan kapitalisasi pasar masing-masing sehingga semakin tinggi nilai pasar suatu
saham semakin besar pengaruhnya pada indeks.
Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)
Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan semua saham yang
termasuk dalam masing-masing sektor. Di BEJ, indeks sektoral terbagi atas sembilan
sektor, yaitu pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industry, konsumsi,
property, infrastruktur, keuangan, perdagangan, jasa dan manufaktur.
Nilai Tukar Valuta Asing (Rupiah terhadap Dollar Amerika)
Nilai tukar rupiah atau kurs menurut Madura (2002 : 86), adalah mengukur nilai
suatu valuta dari perspektif valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi,
nilai tukar rupiah juga bisa berubah secara substansial.
Sedangkan menurut Fardiansyah (2002 : 95), nilai tukar rupiah biasa diartikan
sebagai harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Sejak krisis
moneter melanda perekonomian Indonesia pada tahun 1997, sistem nilai tukar yang
digunakan oleh pemerintah adalah sistem bebas mengambang (Free Floating Exchange
Rate System). Jadi sejak saat itu nilai rupiah terhadap dolar diserahkan sepenuhnya pada
permintaan dan penawaran dolar di pasar.
Tingkat Suku Bunga
Dalam konteks akademis dikenal dua macam suku bunga, yaitu suku bunga
nominal dan suku bunga riil. Menurut Fardiansyah (2002 : 131), suku bunga diartikan
sebagai suku bunga yang telah mempertimbangkan ekspektasi inflasi dimasa depan dan
premi risiko dari suatu negara. Sedangkan Madura (2002 : 92), suku bunga riil adalah
suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi.
Menurut Brigham (2001 : 267), suku bunga nominal adalah merupakan suku
bunga yang dinyatakan oleh bank, broker dan lembaga keuangan lainnya. Suku bunga
periodik adalah suku bunga yang dibebankan oleh pemberi pinjaman atau dibayar oleh
peminjam setiap periodenya. Suku bunga efektif tahunan adalah suku bunga tahunan
yang memberikan hasil yang sama seperti jika kita memajemukkan pada suku bunga
periodik tertentu dikali pertahun.
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
129
Demikian pula halnya Hanson, J. L. (1997 : 267), mendefinisikan suku bunga
sebagai dana yang dibayarkan oleh peminjam atas penggunaan sejumlah uang dalam
jangka waktu tertentu. Sedangkan definisi suku bunga menurut Yadianto (2001 : 583),
suku bunga atau tarif yang dibenarkan oleh bank atas pinjaman uang.
Tingkat Inflasi
Sukirno (1994 : 15), mendefinisikan inflasi sebagai suatu proses kenaikan harga-
harga secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian. Jafar (1993 : 62), inflasi
adalah suatu keadaan dimana senantiasa meningkatnya harga-harga pada umumnya atas
suatu keadaan dimana senantiasa menurunnya nilai mata uang. Nopirin (1998 : 25),
mengemukakan bahwa inflasi adalah terjadinya peningkatan harga barang secara terus
menerus.
Hipotesis
1. Variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar Valas (Rupiah terhadap Dollar Amerika),
Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi secara serentak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
2. Variabel IHSG dan IHSS mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga
saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bursa Efek Jakarta yang berlokasi di Jl. Jendral
Sudirman Kav. 52-53 Jakarta, untuk melihat dan mengumpulkan data tentang Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) dalam sektor
konsumsi dan harga-harga saham perusahaan industri makanan.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari data dan
dokumen-dokumen tertulis berupa Nilai Tukar Valas (Rupiah terhadap Dolar Amerika),
Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang beralamat
di Jl. H. Bau No. 6 Makassar. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan
Februari 2007 sampai dengan bulan April 2007.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Observasi, yakni mengamati langsung aktivitas keseharian pergerakan saham bursa.
2. Dokumentasi, yakni pengumpulan data berdasarkan catatan-catatan dokumen dari
laporan tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini untuk dianalisis yakni data sekunder
(time series) adalah data yang diolah atau diperoleh dari dokumen atau laporan tertulis
lainnya (catatan, buku, jurnal, internet dan lain-lain) yang dipandang relevan dengan
penelitian ini. Data yang dikumpulkan adalah data tahunan yaitu dari tahun 1966 sampai
dengan tahun 2006.
Sumber Data
1. Data harga saham perusahaan industri makanan setiap 6 bulan mulai tahun 1997 –
2006 (Bursa Efek Jakarta).
2. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setiap 6 bulan mulai tahun 1997 –
2006 (Bursa Efek Jakarta).
3. Data Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) sektor konsumsi setiap 6 bulan mulai
tahun 1997 – 2006 (Bursa Efek Jakarta).
4. Data nilai tukar valas (kurs) terhadap Dolar Amerika periode setiap 6 bulan mulai
tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat Statistik).
5. Data tingkat suku bunga SBI setiap 6 bulan mulai tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat
Statistik).
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
130
6. Data nilai tukar valas (kurs) terhadap Dolar Amerika periode setiap 6 bulan mulai
tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat Statistik).
7. Data tingkat inflasi setiap 6 bulan mulai tahun 1997 – 2006 (Badan Pusat Statistik).
Metode Analisis
Untuk menganalisis data guna menjawab permasalahan penelitian sekaligus
membuktikan hipotesis, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
Metode inferensis dengan mempergunakan regresi linear berganda, yaitu :
Y = b0 + b1 IHSG + b2 IHSG + b3 NTV + b4 TKB + b5 TKI + e1
Dimana :
Y : Harga Saham
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
IHSS : Indeks Harga Saham Sektoral
NTV : Nilati Tukar Valas
TKB : Tingkat Suku Bunga
TKI : Tingkat Inflasi
b0 : Intercept (Titik Potong Regresi)
b1_b5 : Parameter Regresi yang Akan Diestimasi
e1 : Kesalahan Regresi
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah :
1. Harga Saham ialah harga saham penutupan akhir tahun dari 15 perusahaan industri
makanan yang tercatat di BEJ yang dipublikasikan melalui media massa setiap 6
bulan sejak tahun 1997 - 2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
2. IHSG ialah Indeks Harga Saham Gabungan pada penutupan akhir tahun yang
dipublikasikan oleh BEJ melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun 1997 –
2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Poin.
3. IHSS ialah Indeks Harga Saham Sektor konsumsi pada penutupan akhir tahun yang
dipublikasikan oleh BEJ melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun 1997 –
2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Poin.
4. Nilai tukar Valas ialah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun
1997 – 2006 (semesteran) yang dinyatakan dalam satuan Rupiah.
5. Tingkat bunga ialah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
dipublikasikan melalui media massa setiap 6 bulan sejak tahun 1997 – 2006
(semesteran) yang dinyatakan dalam satuan persen.
6. Tingkat inflasi ialah tingkat inflasi yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik
dan atau Bank Indonesia setiap 6 bulan sejak tahun 1997 – 2006 (semesteran) yang
dinyatakan dalam satuan persen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Harga Saham Industri Makanan
Perkembangan harga saham rata-rata 15 perusahaan industri makanan setiap 6
bulan selama 10 tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan harga saham dari Rp.
5.078 per lembar saham menjadi Rp. 13,456 per lembar saham atau rata-rata per
semester Rp. 6.767 per lembar saham atau 4,21 % per semester.
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setiap 6 bulan selama 10
tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan dari 724,56 poin menjadi 1.805,52
poin atau rata-rata per semester 721,54 poin atau 4,31 % per semester.
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
131
2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS)
Perkembangan Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS) konsumsi setiap 6 bulan
selama 10 tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan dari 123,37 poin
menjadi 392,46 poin atau rata-rata per semester 184,88 poin atau 5,24 % per
semester.
3. Nilai Tukar Valas (Rupiah terhadap Dollar Amerika)
Dengan melihat perkembangan Nilai Tukar Valas (rupiah terhadap dolar Amerika)
setiap 6 bulan selama 10 tahun terakhir terlihat bahwa terjadi peningkatan dari Rp.
2.458 / US$ menjadi Rp. 9.197 / US$ atau rata-rata per semester Rp. 8.831 / US$
atau 4,45 % per semester.
4. Tingkat Suku Bunga
Dengan melihat perkembangan tingkat suku bunga setiap 6 bulan selama 10 tahun
terakhir terlihat bahwa terjadi penurunan dari 15,46 % menjadi 10,01 % atau rata-
rata per semester 10,56 % atau (1,63) % per semester.
5. Tingkat Inflasi
Dengan melihat perkembangan tingkat inflasi setiap 6 bulan selama 10 tahun
terakhir terlihat bahwa terjadi kenaikan dari 2,54 % menjadi 6,60 % atau rata-rata
per semester 11,70 % atau 10,12 % per semester.
January Effect biasanya sangat diharapkan kedatangannya, dan semakin dekat
ke bulan Januari, kenyataannya terjadi January Effect pada awal tahun 1997. IHSG
mengalami kenaikan sampai pada level 705 pada akhir Februari 1997 dan nilai IHSG
inilah yang tertinggi setelah bursa saham mempunyai kegiatan transaksi saham sejak
tahun 1988.
Namun, kenaikan IHSG tersebut tidak berlanjut karena investor terus melakukan
profit taking pada bulan-bulan kampanye menjelang Pemilu 1997. IHSG mengalami
penurunan sampai pada level 631 pada akhir April 1997. Penurunan IHSG tersebut
tidak berlanjut, tetapi IHSG terus mengalami kenaikan sampai pada puncaknya yakni
level 741 tepatnya tanggal 8 Juli 1997. IHSG pada level 741 merupakan IHSG paling
tinggi yang pernah dicapai oleh BEJ. Investor mulai merasakan capital gain yang cukup
baik dengan berinvestasi di BEJ. Namun, menjelang pertengahan 1997, terdengar berita
bahwa Thailand mengalami krisis moneter, kemudian menyusul Korea Selatan dan
Malaysia.
Tabel 1.
Koefisien Determinasi Parsial Variabel Penelitian
No Variabel Korelasi Parsial Determinasi
Parsial Keterangan
1 IHSG 0.927 (0.000) 0.859329 Sangat Kuat
2 IHSS 0.926 (0.000) 0.857476 Sangat Kuat
3 NTV 0.059 (0.402) 0.003481 Sangat Kecil
4 TKB -0.402 (0.039) 0.161604 Sedang
5 TKI -0.322 (0.083) 0.103684 Kecil
Sumber : Dianalisis dari data
Memperhatikan nilai determinasi parsial yang diperoleh, maka pengaruh setiap
variabel bebas adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh variabel IHSG dinyatakan r2yihsg = 0.8593. Ini berarti, pengaruh variabel
IHSG secara individual terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah 85,93
persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh
variabel lain secara bersama-sama mencapai 14,07 persen. Kategori pengaruh
variabel IHSG terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah tergolong kuat
karena 0.8593 tersebut mendekati 1.
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
132
2. Pengaruh variabel IHSS dinyatakan r2yihss = 0.8575. Ini berarti, pengaruh variabel
IHSS terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah sebesar 85,75 persen, dengan
catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh variabel lain
secara bersama-sama hanya sebesar 14,25 persen. Kategori pengaruh IHSS secara
individual terhadap harga saham gabungan rata-rata tergolong kuat atau besar,
karena 0.8575 tersebut jauh dari 0, dan lebih dekat ke titik 1.
3. Pengaruh variabel nilai tukar valuta asing (NTV) dinyatakan r2yntv = 0.0035. Ini
berarti, pengaruh variabel NTV terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah
0.35 persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah.
Kategori pengaruh ini terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah sangat kecil
karena 0.0035 tersebut dekat dari 0, dan sangat jauh dengan 1.
4. Pengaruh variabel TKB dinyatakan r2ytktb = 0.1616. Ini berarti, pengaruh variabel
Tingkat Bunga (TKB) terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah 16,16
persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Kategori
pengaruh TKB ini secara individual terhadap harga saham gabungan rata-rata
adalah moderat atau sedang karena 0.1616 tersebut dekat dari 0, dan jauh ke titik 1.
5. Pengaruh variabel TKI dinyatakan r2ytktb = 0.1037. Ini berarti, pengaruh variabel
Tingkat Inflasi (TKI) terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah hanya
sebesar 10,37 persen, dengan catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak
berubah. Kategori pengaruh ini secara individual terhadap harga saham gabungan
rata-rata adalah kecil karena 0.1037 tersebut dekat dari 0 dan jauh ke titik 1.
Memperhatikan besaran determinasi parsial dimaksud, maka variabel bebas
yang paling berpengaruh ialah IHSG kemudian variabel IHSS. Sebaliknya yang paling
lemah pengaruhnya adalah variabel Nilai Tukar Valas (NTV). Sehubungan dengan itu,
maka hipotesis kedua penelitian ini diterima atau terbukti, bahwa variabel IHSG dan
IHSS memiliki pengaruh yang paling besar atau dominan terhadap harga saham
gabungan rata-rata dari industri makanan yang tercatat di BEJ.
Pembahasan
1. Pengaruh IHSG terhadap Harga Saham Industri Makanan
IHSG pada perusahaan industri makanan menunjukkan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap peningkatan harga saham. Semakin tinggi indikator IHSG maka
harga saham juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yaitu Subijakto (2004) yang membuktikan bahwa IHSG
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Apabila IHSG mengalami
peningkatan itu berarti bahwa investor lebih cenderung membeli saham daripada
menjual atau tekanan beli lebih besar daripada tekanan jual. Sesuai hukum
permintaan apabila permintaan lebih banyak pada pasokan maka harga akan naik.
2. Pengaruh IHSS terhadap Harga Saham Industri Makanan
Pengaruh IHSS terhadap fluktuasi harga saham industri makanan berpengaruh
positif dan signifikan. Semakin tinggi indikator IHSS, maka harga saham juga
akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu
yaitu Subijakto (2004) yang membuktikan bahwa IHSS berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Jika IHSS mengalami peningkatan itu berarti bahwa investor
lebih cenderung membeli saham daripada menjual atau tekanan beli lebih besar dari
pada tekanan jual. Sesuai hukum permintaan apabila permintaan lebih banyak dari
pada pasokan maka harga akan naik.
3. Pengaruh Nilai Tukar Valas terhadap Harga Saham Industri Makanan
Pengaruh nilai tukar valas (Rupiah terhadap Dolar Amerika) terhadap fluktuasi
harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah
berpengaruh negatif dan secara serentak signifikan namun secara per individu tidak
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
133
signifikan. Sejalan dengan penelitian Subijakto (2004) yang membuktikan bahwa
pengaruh nilai kurs US dolar terhadap rupiah dengan harga saham adalah
signifikan. Puji Astutik (1994) membuktikan bahwa kurs dolar Amerika Serikat
terhadap mata uang ditempat berkorelasi negatif dengan harga saham. Hal ini
berarti bahwa jika Nilai Tukar Valas melemah, maka investor akan
menginvestasikan dananya dengan membeli dolar dan melepas sahamnya.
4. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap fluktuasi harga saham industri
makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Hal ini berarti peningkatan harga
saham disebabkan oleh menurunnya tingkat suku bunga. Begitu pula jika tingkat
suku bunga turun, maka harga juga akan mengalami kenaikan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Tenri Saana (2003) dan Nargis Asgar Ali (2005) yang
menyatakan bahwa pengaruh tingkat suku bunga dan harga saham berbanding
terbalik. Jika suku bunga naik, maka investor akan beralih ke pasar uang, misalnya
dalam bentuk deposito yang resikonya lebih kecil dibanding investasi saham.
5. Tingkat Inflasi
Pengaruh tingkat inflasi terhadap fluktuasi harga saham industri makanan yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah bertanda positif. Hal ini dapat diartikan bahwa
apabila tingkat inflasi naik maka harga saham juga akan meningkat, begitu pula
sebaliknya. Seharusnya tingkat inflasi harus berbanding terbalik dengan harga
saham, karena apabila tingkat inflasi naik, maka harga barang-barang juga akan
mengalami kenaikan, yang berarti daya beli masyarakat akan berkurang. Akibat
yang ditimbulkan berpengaruh ke penjualan dan pendapatan perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan menurun dan berdampak pada turunnya harga saham.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil yang mengacu pada
masalah dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Hipotesis pertama dapat diterima karena telah terbukti dengan pengujian secara
serentak atau uji-F diketahui bahwa variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar Valas
(rupiah terhadap dolar Amerika), Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi secara
serentak berpengaruh signifikan atau sangat kuat terhadap harga saham industri
makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Koefisien determinasi ganda
(R2) menunjukkan nilai 90,2 %, ini berarti bahwa kelima variabel bebas tersebut
secara serentak berpengaruh kepada harga saham industri makanan yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta, selebihnya 9,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
teliti. Korelasi serentak (R) tergolong sangat kuat, yaitu R = 0,950 mendekati nilai
1. Dengan demikian korelasi dan pengaruh variabel bebas yang diteliti, secara
serentak tergolong sangat kuat atau sangat signifikan.
2. Hipotesis kedua dapat diterima karena dari hasil analisis determinasi parsial
diketahui bahwa variabel IHSG dan IHSS mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pengaruh variabel IHSG dinyatakan r2yihsg
= 0.8593. Ini berarti, pengaruh variabel IHSG secara individual terhadap harga
saham gabungan rata-rata adalah 85,93 %, dengan catatan pengaruh variabel
lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh variabel lain secara bersama-sama
mencapai 14,07 %. Kategori pengaruh variabel IHSG terhadap harga saham
gabungan rata-rata adalah tergolong kuat karena 0.8593 tersebut mendekati 1.
Pengaruh variabel IHSS dinyatakan r2yihss = 0.8575. Ini berarti, pengaruh variabel
IHSS terhadap harga saham gabungan rata-rata adalah sebesar 85,75 %, dengan
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
134
catatan pengaruh variabel lainnya konstan tidak berubah. Pengaruh variabel lain
secara bersama-sama hanya sebesar 14,25 %. Kategori pengaruh IHSS secara
individual terhadap harga saham gabungan rata-rata tergolong kuat atau besar,
karena 0.8575 tersebut jauh dari 0, dan lebih dekat titik 1.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan dapat dikemukakan beberapa
saran yang berhubungan dengan harga saham industri makanan yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan data semesteran dalam 10 tahun terakhir, disarankan
kepada peneliti selanjutnya menggunakan data triwulan atau data bulanan dalam
beberapa tahun, sehingga pengaruh variabel IHSG, IHSS, Nilai Tukar Valas, Tiket
Bunga, dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham industri makanan yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta bisa lebih akurat dan disarankan pula untuk meneliti variabel
lain selain dari variabel yang diteliti oleh penulis.
2. Penelitian ini hanya melihat pengaruh faktor makro ekonomi terhadap harga saham
industri makanan, disarankan pula kepada peneliti selanjutnya untuk melihat
pengaruh faktor mikro ekonomi terhadap harga saham industri makanan agar
supaya dapat diketahui yang mana paling dominan berpengaruh.
3. Dalam penelitian ini menggunakan harga saham gabungan 15 perusahaan industri
makanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Oleh karena itu disarankan pula pada
peneliti selanjutnya melihat atau meneliti pengaruh faktor makro atau mikro
ekonomi terhadap harga saham setiap perusahaan industri makanan yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad Tiro. 2000. Analisis Korelasi dan Regresi, Penerbit Makassar State
University Press.
Budi, Rahardjo. 2000. Akuntansi dan Untuk Non Manajer (Dilengkapi Peraturan yang
Berkenaan Dengan Pengelolaan BUMN), Penerbit ANDI Yogyakarta.
Fardiansyah, Tedy. 2002. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai, Penerbit P.T. Elex
Media Komputindo.
Fred, Weston & Thomas, E Copeland. 1989. Managerial Finance (Terjemahan),
Erlangga, Jakarta.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Edisi Pertama,
Jakarta.
Hanson, J. L. 1997. A Dictionary of Economic and Commerce, 5 th Edition, Mc. Donald
and Evans, Londong.
Husnan, Suad. 1990. Manajemen Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang),
Buku 1, Edisi 4 Yogyakarta : BPFE, Yogyakarta.
Husnan, Suad dan Enny, Pudjiatuti. 1994. Dasar-Dasar Manajemen (Seri Penuntun
Belajar), Terbitan UPP AMP YKPN.
Indonesian Capital Market Directory 2005, Institute for Economic and Financial
Research.
Investor, (16-19 Agustus 2003), Media Pasar Modal dan Pasar Uang, Peringkat
Dividen Perusahaan Publik berdasarkan Dividen Tahun Buku 2002.
Jakarta Stock Exchange. 1996. Fack Bokk.
Jakarta Stock Exchange. 2000. Lembaga-Lembaga di Pasar Modal.
Jakarta Stock Exchange. 2003. Saham & Reksa Dana Pilihan Lain Berinvestasi.
John D. Martin, and J. William Petty, et. Al. 1985. Basic Financial Management
(Terjemahan), Prentice Hall, Inc, Penerbit P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jurnal Economix Volume 5 Nomor 1 Juni 2017
135
Kartonegoro, Sentanu. 1999. Pasar Modal Pasar Uang, Penerbit : Yayasan Tenaga
Kerja Indonesia, Jakarta.
Keown, J. Arthur, and David F. Scott, John D. Martin, J. William Petty. 1999/2000.
Dasar-Dasar Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Edisi Terjemahan Oleh :
Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyorini, Jilid 1/2.
Keown, J. Arthur, and David F. Scott, John D. Martin, J. William Petty. 1996. Basic
Financial Management, Seven Edition, Englewood Cliffs, New Jersey : Printice
Hall Inc.
Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis, Jilid 1/2, Penerbit Salemba Empat.
Martono, Agus Harjito. 2002. Manajemen, Penerbit Ekonisia (Kampus Fakultas
Ekonomi UII), Yogyakarta, Cetakan Kedua.
Nargis Asgar Ali. 2005. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Fluktuasi Harga
Saham di Bursa Efek Jakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Nitro.
Nopirin. (1998). Ekonomi Moneter, BPFE-Yogyakarta.
Puji, Astutik. 1994. Tingkat Resiko Investasi di Sebelas Bursa Efek di Asia Pasifik
Tahun 1989-1993. Universitas Muslim Indonesia.
Resky. 2003. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Jakarta. Universitas Muslim Indonesia.
Simangunsong, A. O. (1995). Akuntansi Intermediate, Tingkat Dasar Dua, Penerbit
P.T. Dharma Karsa Utama, Jakarta.
Subijakto. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan
Industri Rokok yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Universitas Muslim
Indonesia.
Syahrul dan Nizar, Afdi. (2000). Kamus Istilah Akuntansi, Penerbit Citra Harta Prima,
Jakarta.
Syamsuddin, Jafar. (1993). Kebijakan Moneter Orde Baru, Penerbit Bina Aksara,
Jakarta.
Tenri Saana. 2003. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Fluktuasi Harga
Saham di Bursa Efek Jakarta. Universitas Hasanuddin.
Tricahyono, Bambang. (1995). Prinsip Pasar Modal, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995. (1995). tentang Pasar Modal, Penerbit BP Cipta
Suaka, Jakarta.
Van Horne, C., James, and John M. Wachowicz. Jr. (1997). Prinsip-Prinsip
Manajemen, di Indonesiakan oleh Heru Sutojo, Edisi Indonesia/Kesembilan,
Penerbit Salemba Empat, Jilid 1/2.
Weston, J. Fred, Thomas E. Copeland. (1992). Managerial Finance, Terjemahan
Yohanes Lamarto dan Mariana Adinata, Penerbit Erlangga, Jakarta.