16
PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE, BI RATE dan KURS DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) : STUDI KASUS PADA IHSG BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2013 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Ahmad Ulil Albab 115020407111018 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES

INDUSTRIAL AVERAGE, BI RATE dan KURS

DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG) : STUDI KASUS PADA IHSG

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2013

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Ahmad Ulil Albab

115020407111018

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …
Page 3: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE, BI RATE

DAN KURS DOLLAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) :

STUDI KASUS PADA IHSG BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2013

Ahmad Ulil Albab

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email:[email protected]

ABSTRAK

Perkembangan pasar modal suatu negara banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor internal yakni

makro ekonomi negara dan faktor eksternal yakni pengaruh dari negara lain. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel makroekonomi dan indeks pasar modal dunia

terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah BI rate, Kurs Dollar terhadap Rupiah, Indeks Nikkei 225 dan Indeks

Dow Jones Industrial Average (independent variabel) serta IHSG (dependent variabel). Jeni data

berupa data sekunder yang diperoleh dari website terkait dengan periode waktu pengamatan

yakni mulai tahun 2008 hingga 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah Error Correction

Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka

panjang BI rate mempunyai korelasi negatif terhadap IHSG namun tidak signifikan, kurs Dollar

terhadap Rupiah mempunyai korelasi negatif dan signifikan terhadap IHSG baik dalam jangka

pendek maupun dalam jangka panjang, indeks Dow Jones mempunyai korelasi positif dan

signifikan terhadap IHSG, indeks Nikkei 225 mempunyai korelasi positif dan tidak

signifikanterhadap IHSG. Nilai R2 sebesar 0,573 menunjukkan bahwa variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian telah berkontribusi dalam pembentukan IHSG sebesar 57%

sedangkan 43% kekurangan dibentuk oleh variabel lain diluar model penelitian.

Kata kunci: IHSG, BI rate,kurs,DJIA,Nikkei 225, ECM

A. PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan

industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian

suatu negara, hal tersebut dikarenakan pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian

suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi

perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat atau investor, yang nantinya dana tersebut

digunakan untuk pengembangan usaha dan ekspansi, dan hal tersebut akan diikuti dengan

penambahan modal kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran. Dalam teori pembangunan

ekonomi neo klasik yang dipelopori oleh Robert Solow menyatakan pendapatnya, ditegaskan

secara implisit tentang peranan modal dalam proses pembangunan. Akumulasi modal sangat

diperlukan untuk meningkatkan daya serap perekonomian terhadap angkatan kerja. Semakin tinggi

modal yang tersedia dalam perekonomian, semakin tinggi pula kemampuan perekonomian tersebut

menyerap tenaga kerja.

Fungsi pasar modal yang kedua adalah pasar modal merupakan sarana investasi bagi

masyarakat dibidang keuangan selain bank. Dengan demikian masyarakat dapat menempatkan

dana yang dimilikinya sesuai dengan tingkat risiko dan keuntungan masing-masing instrumen

keuangan yang dipegang.

Tingkat risiko investasi di pasar modal lebih tinggi daripada investasi pada perbankan. Hal

tersebut dikarenakan harga saham di bursa tidak selamanya tetap, adakalanya meningkat dan

adakalanya menurun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Jika jumlah

permintaan akan saham lebih besar dari penawaran maka harga saham akan naik, sebaliknya jika

penawaran saham lebih besar dari permintaan maka harga saham akan turun. Bagi investor yang

suka dengan risiko hal ini merupakan hal yang menarik, karena semakin tinggi risiko suatu

investasi maka semakin tinggi pula return yang didapat. Naik turunnya harga saham juga dapat

Page 4: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fundamental perusahaan emiten (penerbit saham),

psikologis, maupun eksternal.

Gambar 1 : Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2008-2013

Sumber : IDX Statistik, www.idx.co.id, diolah

Investor perlu memiliki sejumlah informasi yang terkait dengan perubahan harga saham agar

dapat mengambil suautu kesimpulan tentang saham-saham perusahaan yang akan dipilih. Sehingga

penilaian saham secara akurat perlu dilakukan mengingat investasi di pasar modal merupakan jenis

investasi yang cukup berisiko meskipun menjanjikan keuntungan yang relatif besar. Terdapat

beberapa faktor makro yang mempengaruhi aktivitas investasi saham di Bursa Efek Indonesia

(BEI), diantaranya adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai kurs valuta asing, harga

minyak dunia dan lainnya. Tingginya tingkat inflasi dapat mengakibatkan daya beli masyarakat

menurun dan meningkatkan biaya produksi. Hal itu akan berdampak terhadap anggapan

masyarakat bahwa perusahaan yang bergerak di bidang barang dan jasa akan terkena dampak

inflasi sehingga dapat mempengaruhi penawaran harga saham perusahaan tersebut dan pada

akhirnya berakibat pada pergerakan Indeks Harga Saham di BEI.

Tingkat suku bunga atau BI Rate merupakan salah satu variabel makro yang dapat

mempengaruhi aktivitas harga saham pada bursa. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

diumumkan ke publik. Secara teori, tingkat suku bunga dan harga saham memiliki hubungan yang

negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai

sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang

ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang terlalu tinggi juga akan meningkatkan biaya

modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diinginkan oleh

investor dari suatu investasi akan meningkat.

Kurs mata uang menunjukkan harga suatu mata uang jika ditukarkan dengan mata uang lain,

dimana kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang, penentuan

kurs mata uang suatu negara dengan negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang, yaitu

ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Bagi investror fluktuasi

mata uang rupiah ini dijadikan sebagai alternatif investasi lain yang juga dapat mempengaruhi

pergerakan harga saham di bursa efek. Tidak menentunya nilai tukar rupiah terhadap dollar

membuat para investor cenderung berspekulasi. Jika saat ini nilai dollar sedang melemah terhadap

rupiah dan dapat diprediksikan akan kembali menguat di masa mendatang dan juga ketika

alternatif investasi lain dirasa kurang menjanjikan, maka investor akan cenderung berinvestasi

untuk membeli dollar dengan harapan ketika nilai kurs Dollar terhadap Rupiah kembali menguat

dia akan menjualnya kembali ke dalam bentuk mata uang rupiah, sehingga dia memperoleh gain

dari selisih kurs. Selain sebagai alternatif investasi, pergerakan nilai mata uang tersebut juga

berdampak pada perdagangan ekspor impor barang dan jasa yang berkaitan dengan perusahaan

emiten. Bagi perusahaan-perusahaan yang aktif dalam perdagangan internasional kestabilan kurs

mata uang dollar terhadap rupiah menjadi penting. Sebab ketika nilai rupiah tredepresiasi dengan

dollar Amerika Serikat, hal ini akan mengakibatkan barang-barang impor menjadi mahal. Apabila

sebagian besar bahan baku perusahaan menggunakan bahan impor, tentunya hal ini akan

mengakibatkan kenaikan biaya produksi, yang nantinya hal ini akan mengurangi tingkat

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

Jan-0

8

May-0

8

Sep

-08

Jan-0

9

May-0

9

Sep

-09

Jan-1

0

May-1

0

Sep

-10

Jan-1

1

May-1

1

Sep

-11

Jan-1

2

May-1

2

Sep

-12

Jan-1

3

May-1

3

Sep

-13

ihsg

ihsg

Page 5: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

keuntungan perusahaan. Turunnya tingkat keuntungan perusahaan akan mempengaruhi minat beli

investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Yang nantinya, hal ini akan mendorong

pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI.

Era globalisasi membuat perekonomian negara Indonesia semakin terintegrasi dengan

perekonomian global. Hal itu membuat perekonomian Indonesia terbuka dari sisi neraca

pembayaran mulai dari perdagangan, serta arus modal masuk dan keluar (capital inflow atau

capital outflow). Amerika Serikat dan Jepang adalah dua negara tujuan ekspor non migas terbesar

Indonesia. Perubahan keadaan perekonomian dua negara tersebut tentu akan memberikan

pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap perekonomian Indonesia. Apabila

perekonomian kedua negara tersebut sedang mengalami keadaan resesi, hal ini tentu akan

menyebabkan nilai ekspor non migas Indonesia ke negara-negara tersebut juga ikut menurun.

Untuk negara Jepang indeks saham yang akan dijadikan proksi dalam penulisan ini adalah

Indeks Nikkei 225. Indeks ini dipilih karena selain perhitungan indeks ini sudah dilakukan sejak

tahun 1950, Indeks Nikkei 225 juga merupakan indeks yang paling sering digunakan di Jepang

sebagai patokan kinerja bursa sahamnya. Selain itu perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225

juga terdiri dari berbagai macam perusahaan yang memiliki daerah operasi di Indonesia,

diantaranya adalah Mitsubishi Corp, Honda Motor Co Ltd, Nikon Corp, dan masih banyak lagi.

Amerika merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, pengaruh

Amerika Serikat sangat besar bagi negara-negara lain. Hal ini juga termasuk pengaruh dari

perusahaan-perusahaan dan investornya yang tercermin dari pergerakan indeks Dow Jones

Industrial Average (DJIA), yang merupakan salah satu indeks dalam NYSE (New York Stock

Exchange). Pengaruh pergerakan DJIA terhadap negara-negara lain dapat terlihat pada tahun 2008

dimana pada saat itu di Amerika Serikat sedang mengalami krisis yang dikenal dengan krisis

subprime mortgage, krisis tersebut berdampak juga terhadap turunnya IHSG hingga 50% padahal

dampak krisis tersebut terhadap perekonomian Indonesia relatif kecil, hal ini mungkin dikarenakan

faktor psikologis investor yang mengalami trauma krisis 1998, dimana saat itu Indonesia

mengalami krisis moneter yang sangat hebat, yang diakibatkan oleh krisis di Thailand.

B. KERANGKA TEORI

Integrasi Pasar Modal

Kegiatan ekonomi di dunia saat ini menjadi semakin berkaitan dan bergantung satu sama lain.

Hampir semua negara yang berada dalam belahan bumi ini mempunyai interaksi satu sama lain.

Interaksi kegiatan ekonomi tersebut baik menyangkut kegiatan sektor riil maupun sektor

keuangan, interaksi kegiatan sektor riil dapat dilihat dari kegiatan ekspor dan impor yang

dilakukan oleh berbagai negara. Perusahaan-perusahaan multinasional (yaitu perusahaan yang

dimiliki oleh lebih dari satu negara) ataupun perusahaan transnasional (yaitu perusahaan yang

beroperasi di berbagai negara), merupakan contoh lain dari dari semakin terintegrasinya kegiatan

ekonomi antar negara (Husnan,1998). Sedangkan untuk sektor keuangan hampir tidak ada batasan

negara dalam kegiatan ini dan beroperasi selama dua puluh empat jam dalam satu hari. Karena itu

pelaku ekonomi yang bergerak dalam sektor keuangan harus selalu waspada selam dua puluh

empat jam setiap harinya. Interaksi kegiatan sektor keuangan dapat dilihat dari pasar uang dan

pasar modal.

Adapun manfaat yang diperoleh dari pasar modal yang saling terintegrasi adalah : (1) harga

yang lebih murah untuk semua produk-produk keuangan di pasar modal karena adanya kompetisi

yang lebih ketat dan adanya skala ekonomis, (2) Pasar modal menjadi lebih efisien, lebih likuid,

dan tingkat perdagangan yang lebih tinggi, (3) Investor akan mendapat return yang lebih tinggi

karena biaya transaksi yang rendah, (4) Investor akan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam

berinvestasi yang akhirnya dapat mengurangi tingkat risikonya (Nasry, 2003).

Teori Portofolio

Teori portofolio saham adalah bagaimana memilih kombinasi jenis saham yang akan dipegang

oleh investor demi memperoleh keuntungan tertentu. Tujuan dari dibentuknya portofolio saham

adalah untuk menyebarkan risiko atau diversifikasi risiko yang mungkin di hadapi investor dari

setiap aset investasinya. Risiko dalam melakukan investasi mempunyai dua karakteristik yaitu

diversified risk dan undiversified risk. Diversified risk adalah risiko yang dapat dihilangkan

dengan melakukan diversifikasi dengan membentuk portofolio. Risiko jenis ini hanya akan

Page 6: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

mempengaruhi perusahaan atau saham tertentu saja tanpa mempengaruhi perusahaan atau saham

lainnya. Risiko ini disebut juga dengan unsystematic risk atau specific risk. Undiversified risk

adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena risiko ini telah

mempengaruhi seluruh saham yang ada di bursa sehingga menginvestasikan dana ke berbagai jenis

saham tidak dapat menghilangkan risiko tersebut, risiko ini biasa disebut juga dengan systematic

risk atau market risk. Risiko mengenai perubahan kondisi fundamental negara ataupun pengaruh

dari negara lain, masuk dalam kategori systematic risk karena secara umum dapat menimbulkan

sentimen negatif terhadap perusahaan-perusahaan yang listed di BEI.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Menurut Sunariyah (2006) Indeks Harga Saham adalah bentuk informasi historis untuk

menggambarkan pergerakan harga saham pada saat tertentu maupun periode tertentu. Dalam pasar

modal Indonesia, dikenal adanya suatu indeks yang mewakili pergerakan seluruh saham

perusahaan tercatat. Indeks tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG menjadi

acuan bagi para investor di Indonesia karena mencerminkan kondisi iklim investasi di Indonesia

dalam bentuk saham.

Pengaruh BI Rate Terhadap IHSG

Tingkat suku bunga SBI (BI Rate) merupakan salah satu dari instrumen kebijakan moneter

yang di gunakan oleh Bank Indonesia untuk mengendalikan tingkat inflasi. Apabila inflasi

dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI, dengan

tujuan mampu mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Perubahan tingkat suku

bunga SBI selain dapat menekan tingkat inflasi juga dapat memberikan pengaruh bagi pasar modal

dan pasar keuangan. Apabila tingkat suku bunga SBI naik hal itu akan direspon dengan naiknya

tingkat suku bunga yang ada di bank-bank komersial, baik itu bunga simpanan maupun bunga

kredit. Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga.

Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi tentu akan mempunyai beban tambahan dengan

naiknya tingkta suku bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat megurangi profitabilitas perusahaan

sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan.

Pengaruh Kurs Dollar Terhadap IHSG

Kurs Dollar adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli satu USD. Jika

nilai kurs USD menguat, ini berarti nilai tukar sejumlah rupiah yang diperlukan untuk membeli

satu USD lebih sedikit dari sebelumnya, hal ini akan direspon dengan naiknya harga saham yang

berda di BEI. Begitu juga sebaliknya jika nilai kurs USD melemah, ini berarti membutuhkan lebih

banyak rupiah untuk mendapatkan satu USD dan berdampak terhadap turunnya harga saham. Hal

tersebut dikarenakan saat nilai tukar USD melemah membuat investor pesimis akan kinerja emiten

dapat tumbuh denga baik.

Pengaruh Indeks Nikkei 225 Terhadap IHSG

Indeks Nikkei 225 merupakan indeks perdagangan saham di Jepang. Keterkaitan antara Jepang

dan Indonesia dapat dikatakan sangat kuat. Hal ini dikarenakan aktivitas perekonomian kedua

negara, terutama dari sisi ekspor. Jepang adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia selain

Tiongkok dan Amerika Serikat. Negara jepang merupakan konsumen nomor satu ekspor material

energi seperti minyak bumi dan batu bara yang berasal dari Indonesia (www.bps.go.id). Selain itu,

perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi

secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja

perekonomian Jepang juga membaik. Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia,

pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui volume

ekspor yang bertambah atau melalui aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui

pasar modal (sunariyah,1997).

Pengaruh Indeks Dow Jones Terhadap IHSG

Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar, pengaruh Amerika Serikat sagat besar bagi

negara-negara lain, hal ini juga termasuk pengaruh dari perusahaan-perusahaan dan investornya.

Amerika Serikat laksana mesin ekonomi dunia karena 75% lebih kebutuhan dalam negerinya

dipenuhi barang impor dari negara lain (Gumanti dan Palupi, 2008). Kalau terjadi hal yang

Page 7: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

menyebabkan kontraksi ekonomi di Amerika Serikat, maka sangat mungkin hal tersebut juga

menular ke negara-negara lain, terutama mitra dagangnya.

Bagi Indonesia, Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama. Ekspor Indonesia ke neger

Paman Sam ini terbesar setelah Tiongkok (www.bps.go.id). Menurut catatan resmi BPS, ekspor

non migas Indonesia ke Amerika per Juli 2014, menacapai 6.492,8 juta dollar AS atau sebesar

10,73% dari total ekspor Indonesia.

Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal

masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Kewal Suramaya Suci (2012) meneliti tentang

pengaruh dari variabel makro ekonomi terhadap indeks harga saham gabungan. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, kurs dan pertumbuhan

PDB. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, selama periode 2000-2010

menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga secara parsial tidak berpengaruh terhadap

indeks harga saham gabungan, sedangkan variabel kurs Dollar terhadap Rupiah memiliki pengaruh

yang negatif dan signifikan.

Astuti Ria, Aprianti Endang P dan Susanta H (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Dollar, Inflasi, dan Indeks Bursa

Internasional Terhadap IHSG” mereka menguji pengaruh tingkat suku bunga (SBI), nilai tukar

rupiah, tingkat inflasi, pergerakan indeks Nikkei 225, pergerakan indeks Hang Seng terhadap

pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Metode analisis penelitian ini menggunakan

metode regresi linear. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia sangat

sensitiv terhadap perubahan nilai tukar rupiah. Pergerakan indeks Nikkei 225 dan Indeks

Hangseng direspon positif oleh Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.

Liauw, J.S (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi,

Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) di Bursa Efek Indonesia”, menguji tentang pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga

SBI dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terhadap pergerakan Indeks Harga

Saham Gabungan di BEI. Metode penelitian ini menggunakan regresi linear. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa saat inflasi semakin tinggi hal tersebut akan direspon dengan naikknya nilai

IHSG, sedangkan tingkat suku bunga dan kurs Dollar direspon negatif oleh IHSG.

Hipotesis

Berdasarkan dari keterkaitan antar variabel di atas dapat dikemukakan hipotesis yang

merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh dalam jangka pendek variabel BI Rate, Kurs Dollar, Indeks Nikkei

225 dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

2. Diduga terdapat pengaruh dalam panjang variabel BI Rate, Kurs Dollar, Indeks Nikkei 225 dan

Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

C. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif diharapkan dapat dijelaskan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat yakni IHSG. Variabel-variabel tersebut disusun menjadi sebuah model

yang diestimasikan menggunakan alat analisis regresi dengan metde Error Correction Model

(ECM). Alasan pemilihan metode ECM adalah karena ECM merupakan metode analisis dinamik

yang dapat digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari dua

variabel atau lebih. Dalam melakukan estimasi, beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk

memperoleh hasil analisis yang valid, antara lain : (1) uji akar-akar unit yang bertujuan

mengetahui apakah variabel yang diamati stasioner dalam jangka panjang. Uji akar-akar unit

dilakukan dengan menggunakan Phillips-Perron test. (2) Uji kointegrasi, juga dapat dilakukan

untuk melihat apakah kombinasi linier variabel-variabel penyusun telah stasioner meskipun

mereka tidak stasioner pada ordo 0 namun mempunyai derajat integrasi pada order yang sama. (3)

Estimasi ECM, setelah diketahui bahwa Xt dan Yt terkointegrasi, maka artinya terdapat hubungan

Page 8: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

jangka panjang diantara keduanya. Oleh karena itu, error term pada model ECM dapat digunakan

sebagai ”equilibrium error” yang bisa digunakan untuk menganalisis fenomena ekonomi jangka

pendek dan jangka panjang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori

ekonomika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang

tidak stasioner dan regresi lancung dalam analisis ekonometrika (Gujarati, 2003). Berdasarkan

teori yang ada, maka model estimasi ECM yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

ΔIHSGt = β0 + β1ΔBI Ratet + β2Δkurst + β3ΔIndeks N225t + β4ΔIndeks DJIAt + β5BI Ratet-1 +

β6kurst-1 + β7Indeks N225t-1 + β8Indeks DJIAt-1 + β9ECTt

Dimana :

ECT = (BI Ratet-1 + kurst-1 + Indeks N225t-1 + Indeks DJIAt-1) - IHSGt-1

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2008-2013

Selama tahun 2008-2013 perkembangan IHSG terus mengalami fluktuasi yang terkadang

bergerak naik dan juga terkadang mengalami penurunan. Pada triwulan ke II tahun 2008 hingga

awal 2009 IHSG menunjukkan tren menurun. Nilai terendah mencapai 1.355,4 bps pada akhir

tahun 2008, dimana pada akhir 2007 IHSG ditutup di angka 2.745,83. Dengan kata lain, selama

tahun 2008 ini IHSG mengalami penurunan lebih dari 50 persen. Penurunan IHSG ini tak lepas

dari pengaruh gejolak eksternal dari pasar keuangan dunia. Gejolak ini berawal dari pecahnya

bubble pasar keuangan global yang memicu terjadinya proses deleveraging dan berdampak pada

perlambanan perekonomian global. Dampak lanjutan dari situasi tersebut adalah penurunan laba

dan bahkan kebangkrutan beberapa institusi keuangan global.

Sementara pada tahun 2010, kinerja IHSG masih menunjukkan arah yang positif, dimana pada

periode Desember 2009 hingga Oktober 2010 IHSG merupakan indeks yang terbaik diantara bursa

regional dengan mencatat pertumbuhan 41,93% berdasarkan data Bloomberg. Sedangkan pada

akhir tahun 2011, IHSG menguat 118,48 poin (3,2%) ke level 3.821,992. Penguatan ini membawa

IHSG sebagai indeks dengan pertumbuhan terbaik kedua di kawasan Asia Pasifik (Annual Report

Bapepam-LK, 2011) dan berhasil masuk kedalam tiga besar dunia setelah indeks Dow Jones

Amerika dan Indeks Philipphines Stocks Exchange. Kenaikan IHSG tidak lepas dari peran investor

asing. Aksi investor asing yang terus membanjiri pasar modal Indonesia membuat IHSG

mengalami penguatan yang signifikan diantara bursa regional lainnya. Trend menaik IHSG terus

ditunjukkan selama tahun 2012, akhir tahun 2012 IHSG ditutup di angka 4.316,667 bps atau

menguat 12,1%. Bahkan pada akhir 2012, BEI mencatat perdagangan saham menguat 12,03%

yang menjadikan BEI meraih urutan tertinggi kedelapan di Asia mengalahkan bursa Shanghai

China yang hanya mampu meraih pertumbuhan sebesar 0,29% (kompas, onlie). Pada tahun 2013

IHSG masih menujukkan tren yang positif, pada penutupan akhir tahun 2013 IHSG ditutup pada

nilai 4274.18. hal ini tetntu menunjukkan bahwa pasar saham di Indonesia masih menarik bagi

investor. Berikut perkembangan IHSG yang diilustrasikan pada gambar

Gambar 2 : Grafik Perkembangan IHSG 2008-2013

Sumber : IDX Statistik 2014 www.idx.co.id

0

2000

4000

6000

Jan-0

8

May-0

8

Sep

-08

Jan-0

9

May-0

9

Sep

-09

Jan-1

0

May-1

0

Sep

-10

Jan-1

1

May-1

1

Sep

-11

Jan-1

2

May-1

2

Sep

-12

Jan-1

3

May-1

3

Sep

-13

ihsg

ihsg

Page 9: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

Perkembangan Nilai Tukar $/Rp Periode 2008-2013

Perkembangan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah yang mengalami fluktuasi selama periode

pengamatan yakni 2008-2013. Pada tahun 2008, nilai tukar Dollar mengalami depresiasi. Seperti

yang telah diketahui bersama bahwa pertengahan tahun 2008 merupakan awal dari krisis global

yang hampir dialami seluruh negara dibelahan bumi ini. krisis keuangan global ini memicu

ketatnya likuiditas global dan meningkatkan persepsi risiko terhadap negara emerging market

termasuk Indonesia sehingga menimbulkan sentimen negatif di pasar keuangan (Laporan

Perekonomian Indonesia, 2008). Kondisi ini menyebabkan anjloknya nilai tukar Dollar terhadap

Rupiah yang semula 9.245/US$ menjadi 12.090/US$ pada Oktober 2008.

Pada tahun 2009 hingga 2011 nilai tukar Rupiah dalam posisi tren yang menguat hingga

mencapai 8.537/USD. Namun tren positif ini tidak terjadi di tahun 2012 dimana nilai tukar Rupiah

kembali anjlok dan terus berlanjut di tahun 2013 dimana nilai tukar Dollar mencapai 12.189/USD.

Gambar 3 : Grafik Perkembangan Kurs Dollar Terhadap Rupiah periode 2008-2013

Sumber : Bank Indonesia 2014, diolah

Perkembangan BI Rate Periode 2008-2013

BI Rate menjadi salah satu faktor yang diperhatikan investor dalam melakukan investasi dan

manajemen portofolio. BI rate adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

yang bertujuan untuk mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat. Selama periode penelitian,

nilai BI rate cukup fluktuatif dimana pada situasi tertentu Bank Indonesia harus menaikkan nilai

BI rate atau menurunkannya dengan tujuan untuk menstabilkan perekonomian nasional.

Untuk mempermudah pengamatan terhadap perkembangan BI rate, gambar 4 berikut akan

menunjukkan perkembangan BI rate selama periode penelitian.

Gambar 4 : Grafik Perkembangan BI rate 2008-2013

Sumber : Bank Indonesia 2014, diolah

BI rate sempat berada di puncak dan begitu juga sebaliknya pada periode tertentu BI rate

berada di tingkat terendah. Nilai BI rate tertinggi yang pernah dipatok oleh bank sentral terjadi

0

2

4

6

8

10

Jan-0

8

May-0

8

Sep

-08

Jan-0

9

May-0

9

Sep

-09

Jan-1

0

May-1

0

Sep

-10

Jan-1

1

May-1

1

Sep

-11

Jan-1

2

May-1

2

Sep

-12

Jan-1

3

May-1

3

Sep

-13

Perkembangan BI rate

2008-2013

BI Rate

Rp-

Rp2,000.00

Rp4,000.00

Rp6,000.00

Rp8,000.00

Rp10,000.00

Rp12,000.00

Rp14,000.00

Jan-0

8

May…

Sep

-08

Jan-0

9

May…

Sep

-09

Jan-1

0

May…

Sep

-10

Jan-1

1

May…

Sep

-11

Jan-1

2

May…

Sep

-12

Jan-1

3

May…

Sep

-13

Kurs (USD/IDR) Kurs (USD/IDR)

Page 10: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

pada Oktober tahun 2008 dimana pada saat itu tingkat BI rate sebesar 9,25%. Hal ini terjadi karena

pada saat itu telah terjadi krisis yang melanda Amerika Serikat. Tingkat BI rate berangsur-angsur

turun searah dengan pemulihan ekonomi dunia.

Perkembangan Indeks Dow Jones Periode 2008-2013

Perkembangan Indeks Dow Jones cukup fluktuatif, sempat jatuh pada 2008-2009 sebagai

refleksi dari krisis finansial Amerika Serikat dan kembali merangkak naik hingga saat ini. terlihat

bahwa selama tahun 2008 hingga triwulan I 2009 indeks Dow Jones mengalami tren menurun,

sedangkan pada 2009 triwulan ke II indeks Dow Jones telah menunjukkan trend menaik. Berikut

dapat dilihat pergerakan indeks Dow Jones selama tahun 2008-2009.

Gambar 5 : Grafik Perkembangan indeks Dow Jones Periode 2008-2013

Sumber : www.nyse.com, diolah

Perkembangan Indeks Nikkei 225 Periode 2008-2013

Indeks Nikkei 225 merupakan indeks yang dapat digunakan untuk mengukur performakinerja

perusahaan besar Jepang yang beroperasi secara global. Indeks Nikkei 225 terdiri atas 225

perusahaan utama di Jepang yang sahamnya aktif diperdagangkan tiap hari. Indeks Nikkei 225

juga merupakan indeks yang paling banyak digunakan sebagai acuan oleh para investor yang ingin

berinvestasi di bursa efek Tokyo. Sela periode penelitian, indeks saham Nikkei 225 banyak

berfluktuasi termasuk terkena imbas krisis global pada tahun 2008. Berikut akan digambarkan

dalam bentuk grafik perkembangan indeks saham Nikkei 225 selama periode penelitian :

Gambar 6 : Grafik Perkembangan indeks Nikkei 225 Periode 2008-2013

Sumber : www.tse.or.jp, diolah

Dampak krisis finansial global pada tahun 2008 berdampak terhadap merosotnya nilai indeks

Nikkei 225 dimana bursa efek Tokyo harus menutup periode perdagangan 2008 dengan penurunan

02000400060008000

1000012000140001600018000

Jan-0

8

May-0

8

Sep

-08

Jan-0

9

May-0

9

Sep

-09

Jan-1

0

May-1

0

Sep

-10

Jan-1

1

May-1

1

Sep

-11

Jan-1

2

May-1

2

Sep

-12

Jan-1

3

May-1

3

Sep

-13

Indeks Dow Jones Indeks Dow Jones

02000400060008000

1000012000140001600018000

Jan-0

8

Jun-0

8

Nov-0

8

Apr-

09

Sep

-09

Feb

-10

Jul-

10

Dec

-10

May-1

1

Oct

-11

Mar-

12

Aug-1

2

Jan-1

3

Jun-1

3

Nov-1

3

Indeks Nikkei 225

Indeks Nikkei 225

Page 11: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

sebesar 42,12% ke level 8859,56 bps dar level 15307,78 bps. Pada tahun 2009 hingga 2010,

Jepang berupaya bangkit dari keterpurukan di tahun 2008. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan

positif indeks saham Nikkei 225 yang secara umum tumbuh 19,04% pada tahun 2009. pada 2011

indeks Nikkei 225 harus turun sebanyak 1773,57 poin atau melemah 17,33% dari tahun 2010.

Dampak dari bencana alam tersebut masih terus dirasakan pada tahun 2012, dimana pada tahun

2012 indeks saham Nikkei 225 hanya tumbuh sebesar 369 poin. Pertumbuhan indeks Nikkei baru

terlihat pada tahun 2013 dimana indeks saham Nikkei ditutup di level 16291,31 bps atau secara

umum tumbuh 56,71% dari tahun 2012.

Pengujian Asumsi Data

Sebelum melakukan estimasi dari model utama, terlebih dahulu dilakukan uji data yang

bertujuan untuk mengetahui kesahihan atau kevalidan data time series yang akan digunakan dalam

model.

1. Hasil Uji Stasioneritas Data

Berikut adalah hasil uji stasioneritas dari penelitian dengan menggunakan software Eviews 6.

Tabel 1 : Hasil Uji Stasioneritas Data

Sumber : Hasil olahan data dengan menggunakan Eviews 6

Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian telah stasioner pada tingkat

first difference atau dengan kata lain data telah terintegrasi pada I[1] yang dibuktikan dari hasil PP

test > CV 5%. Dengan demikian dapat dikatan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam

penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian

kointegrasi.

2. Hasil Uji Kointegrasi

Berikut hasil uji kointegrasi pada variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian :

Tabel 2 : Hasil Uji Kointegrasi Metode Engle-Granger

Resid PP test CV 5%

Δet -3.203891 -1.945456

Sumber Hasil olahan data dengan menggunakan Eviews 6

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai PP test untuk residual persamaan kointegrasi mempunyai

nilai yang lebih besar dari nilai CV 5% (PP test > CV 5%). Kondisi tersebut menyimpulkan bahwa

variabel-variabel yang diamati mempunyai hubungan kointegrasi pada derajat yang sama.

3. Analisis Hasil Estimasi Error Correoction Model (ECM)

Penggunaan model ECM dalam penelitian dimaksudkan untuk mendapat ilustrasi mengenai

pengaruh dinamika jangka pendek dan jangka panjang dari masing-masing variabel independen

Variabel Level First Difference

PP test CV 5% PP test CV 5%

IHSG -0,740370 -2,902953 -7,045276 -2,903566

BI RATE -1,524815 -2,902953 -3,313725 -2,903566

KURS -0,966875 -2,902953 -7,229165 -2,903566

NIKKEI 225 -1,104008 -2,902953 -7,161518 -2,903566

DOW JONES -0,185331 -2,902953 -7,223262 -2,903566

Page 12: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

terhadap perilaku variabel dependen. Dari regresi dengan menggunakan Eviews 6 diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 3 : Hasil Estimasi Jangka Pendek ECM

Variabel Koefisien t-stat Probabilitas

Konstanta 478.4638 1.626719 0.1090

DBIRate -18250.38 -1.445619 0.1534

Dkurs -0.148824 -2.806519 0.0067**

DN225 0.028640 0.914819 0.3639

DDJIA 0.141797 3.079910 0.0031**

BIRatet-1 -5941.568 -1.654070 0.1033

Kurst-1 -0.145061 -2.026528 0.0471**

N225t-1 -0.166471 -2.314363 0.0240**

DJIAt-1 -0.085498 -2.067067 0.0430**

ECT 0.143235 2.176218 0.0334**

R-squared 0.573807

Durbin-Watson stat 2.031286

F-statistic 9.125299

Prob (F-stat) 0.000000

Sumber Hasil olahan data dengan menggunakan Eviews 6

Keterangan :

** : Signifikan pada level 5%

Tabel 3 menunjukkan hasil estimasi OLS dengan menggunakan metode ECM. Maka dengan

dikembalikan ke persamaan awal, hasil estimasi dapat ditulis dengan :

ΔIHSGt = 478.4 – 18250.3 ΔBIRatet – 0.14 Δkurst + 0.02 ΔIndeks N225t + 0.14 ΔIndeks DJIAt –

5941.6 BI Ratet-1 – 0.14 kurst-1 – 0.16 Indeks N225t-1 – 0.08 Indeks DJIAt-1 +

0.143 ECT

Dengan nilai Prob (F-stat) < 0,05 berarti pada 5% secara bersama-sama variabel bebas

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yakni IHSG. Pengaruh secara

parsial akan dibahas selanjutnya. Error Correction Term (ECT) berpengaruh positif dengan

besaran koefisien 0,14 terhadap IHSG dan signifikan pada derajat signifikansi 5%. Hal ini

menunjukkan bahwa proporsi ketidak seimbangan perubahan pada IHSG dalam satu periode telah

dikoreksi pada periode berikutnya sebesar 0,14 bps oleh equilibrium error sehingga arah pengaruh

dari variabel bebas dalam jangka pendek diharapkan dapat konsisten dengan arah pengaruh

variabel bebas dalam jangka panjang.

Dengan menggunakan persamaan : β Xn =𝛾 𝛸𝑛+ 𝛾 𝐸𝐶𝑇

𝛾 𝐸𝐶𝑇 maka dapat ditentukan koefisien jangka

panjang ECM.

Page 13: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

Tabel 4 : Hasil Estimasi Jangka Panjang

VARIABEL Koefisien

BI RATE -127416.6456

Kurs -0.039019793

N225 1.199951129

DJIA 1.989960554

Konstanta 3341.411212

Sumber : Hasil olahan data dengan Eviews 6

Berdasarkan tabel 4, maka diperoleh persamaan jangka panjang ECM sebagai berikut :

IHSG = 3341.411212 - 127416.6456 BI Rate - 0.039019793 Kurs +

1.199951129 N225 + 1.989960554 DJIA

Hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa ketika tidak ada pengaruh dari variabel

bebas, rata-rata IHSG akan bernilai 3341,41 bps.

4. Uji Heteroskedatisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji White dan diperoleh hasil

bahwa nilai nilai Obs*R2 > 0,05. Hal ini berarti model yang digunakan memenuhi syarat

homocedatic.

Tabel 5 : Hasil Uji White

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.396972 Prob. F(14,57) 0.1848

Obs*R-squared 18.39331 Prob. Chi-Square(14) 0.1895

Scaled explained SS 14.45635 Prob. Chi-Square(14) 0.4163

Sumber hasil olahan data dengan menggunakan Eviews 6

5. Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil LM test menunjukkan bahwa nilai Chi-Square 0,0630 lebih besar dari 0,05.

Hal ini berarti dalam model ini tidak terdapat adanya autokorelasi.

Tabel 6 : Hasil Uji LM

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.661168 Prob. F(2,59) 0.0782

Obs*R-squared 5.874972 Prob. Chi-Square(2) 0.0630

Sumber : Hasil olahan data menggunakan Eviews 6

6. Uji Normalitas

Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan Jarque-Bera test memperlihatkan hasil

nilai probability JB nya 0,919725 < 0,05, maka dengan demikian residual berdistribusi normal.

Page 14: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

Pembahasan dan Implikasi Penelitian

1. Pengaruh BI Rate Terhadap IHSG

Negatif tidak signifikan

Dalam jangka pendek mempunyai korelasi -18250,38 artinya bahwa setiap terjadi

peningkatan tingkat suku bunga SBI, IHSG akan melemah 18250,38 dengan arah berlawanan

dan tidak signifikan. Penemuan ini sesuai dengan teori Keynes dimana tingkat suku bunga

dan harga saham mempunyai hubungan berlawanan karena menimbulkan efek subtitusi

dengan pasar uang. Namun tidak signifikannya penemuan ini diakibatkan ekspektasi para

investor yang menganggap bahwa risk return yang diperoleh di pasar modal jauh lebih besar

daripada yang diterima di deposito.

2. Pengaruh Kurs Dollar Terhadap IHSG

Negatif signifikan

Dalam jangka pendek, ketika rupiah terdepresiasi sebesar 1 rupiah maka IHSG akan

melemah sebesar 0,14 bps. Pengaruh jangka panjang perubahan kurs Rupiah terhadap Dollar

setiap 1 Rupiah akan direspon pelemahan IHSG sebesar 0,03 bps. Hasil ini telah

membuktikan bahwa melemahnya nilai mata uang domestik tidak memberikan keuntungan

bagi pasar modalnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keterkaitan yang kuat antara nilai tukar dan harga saham sesungguhnya merefleksikan hubungan substitusi diantara

pasar valas dan pasar modal, yang memungkinkan pergerakan dana diantara keduanya.

3. Pengaruh Indeks Dow Jones Terhadap IHSG

Positif signifikan

Setiap 1 poin naik/turun DJIA akan direspon IHSG naik/turun 0,14 poin dalam jangka

pendek, DJIA periode sebelumnya akan direspon 0,08 poin dan dalam jangka panjang

hubungan diantara keduanya adalah 1,989. Hal ini membuktikan adanya hipotesis pengaruh

pasar modal maju ke pasar modal berkembang. Pengaruh tersebut bisa timbul akibat adanya

perusahaan Asyang menjalin kerjasama dengan peruahaan domestik.

4. Pengaruh Indeks Nikkei 225 Terhadap IHSG

Positif signifikan

Setiap 1 poin kenaikan N225 akan direspon menguatnya IHSG 0,02 poin dalam jangka

pendek, dan dalam jangka panjang berpengaruh sebesar 1,19 poin. Krisis global dan bencana

lam menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jepang dibawah Indonesia yakni hanya 1,4%

sehingga investor tidak terlalu memperhatikan kondisi bursa Jepang.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya dan rumusan masalah yang dicari

jawabannya dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan untuk penelitian sebagai berikut:

1. Dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh dari BI Rate dan Indeks Nikkei 225.

Sedangkan kurs Dollar terhadap Rupiah dan Indeks Dow Jones terdapat pengaruh terhadap

IHSG. Dimana jika kurs terapresiasi maka akan direspon dengan naiknya nilai IHSG. Begitu

juga dengan Indeks Dow Jones terdapat pengaruh terhadap IHSG. Dimana saat Indeks Dow

Jones meningkat maka IHSG juga ikut menguat. Hal ini menandakan bahwa BI Rate dan

Indeks Nikkei 225 tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG dalam jangka

pendek. Sedangkan Kurs Dollar dan Indeks Dow Jones dapat digunakan untuk memprediksi

nilai IHSG dalam jangka pendek.

2. Dalam jangka panjang tidak terdapat pengaruh BI Rate terhadap IHSG. Tetapi Kurs Dollar,

Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh terhadap IHSG, dimana saat kurs

terapresiasi maka akan direspon dengan naiknya IHSG, sedangkan untuk Indeks Nikkei 225

dan Indeks Dow Jones saat mengalami perubahan (naik/turun) akan direspon dengan hal

yang sama oleh IHSG yang juga ikut (naik/turun). Hal ini menandakan dalam jangka panjang

BI Rate tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG. Sedangkan kurs Dollar,

Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones dapat digunakan untuk memprediksi nilai IHSG

jangka panjang.

Page 15: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

3. Tidak berpengaruhnya BI rate terhadap IHSG dalam jangka pendek maupun jangka panjang

dapat diakibatkan oleh ekspektasi investor yang merasa perbandingan return risk dari

deposito masih jauh lebih rendah daripada di pasar modal.

4. Kuatnya pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG tidak lepas dari pergerakan indeks Dow

Jones yang selalu dijadikan patokan bagi para investor diseluruh dunia. Hal tersebut

dikarenakan besarnya pengaruh Amerika Serikat terhadap perekonomian dunia. Selain itu

ada beberapa perusahaan yang terdaftar sebagai anggota indeks Dow Jones yang beroperasi

dan menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan di Indonesia.

Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini dan keterbatasan penelitian ini

adalah :

1. Bagi para investor dan pelaku pasar yang melakukan transaksi investasi portofolio di Bursa

Efek Indonesia hendaknya memperhatikan pergerakan indeks saham internasional khususnya

indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIA), serta variabel makro khususnya kurs

Dollar terhadap Rupiah. Karena kedua variabel tersebut telah terbukti mempengaruhi Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI.

2. Bagi para calon investor domestik maupun investor internasional dapat melakukan

diversifikasi investasi dengan membeli saham di bursa saham Amerika Serikat dan juga

berinvestasi di pasar valas guna memperoleh manfaat dalam hal peningkatan return dan

pengurangan risiko investasi.

3. Proporsi investor domestik dibanding asing harus lebih banyak domestik agar bursa tidak

dikendalikan oleh asing.

4. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan data indeks harga saham penutupan harian (daily

closing stock price index) serta memperpanjang periode penelitian dan penambahan variabel

indeks harga saham di bursa saham internasional lainnya, dan variabel makro ekonomi

lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini sehingga mendapatkan hasil penelitian

yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, R., Prihatini, A. E., & Susanta, H. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga

(Sbi), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Dan Indeks Bursa Internasional

Terhadap Ihsg (Studi Pada Ihsg Di Bei Periode 2008-2012). Jurnal Ilmu

Administrasi Bisnis, Vol.2,(No.4):136-145.

Aprianti, D. F., Kusdarwati, H., & Sumarminingsih, E. 2014. Penggunaan Error Correction Model

Engle-Granger Dan Domowitz El-Badawi Pada Data Analisis Deret Waktu Non

Stationer (MIGAS, PDB, ORI, IHSG). Jurnal Mahasiswa Statistik, Vol.2,(No.1):12-

45.

Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Keuangan Indonesia. http://www.bps.go.id diakses 20

November 2014.

Bodie, Zvi, Alex Kane and Alan J. Marks, Investments, International Edition, Mc Graw- Hill,

USA, 2002

Bank Indonesia. 2014. Laporan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

http://www.bi.go.id diakses tanggal 20 November 2014

.. 2014. Laporan BI Rate. http://www.bi.go.id diakses tanggal 20

November 2014

Gujarati, Damodar R. 2003. “Dasar-dasar Ekonometrika”, Jilid 1, Alih Bahasa Julius Mulyadi,

Erlanga.

Page 16: PENGARUH INDEKS NIKKEI 225, DOW JONES INDUSTRIAL …

Gumanti, T. A., & Palupi, K. W. 2010. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Krisis

Subprime Mortgage di Amerika Serikat. Jurnal Telaah Akuntansi dan

Bisnis, Vol.1No.(2): 18-25

Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi kedua.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN

IDX Statistik 2008. http://www.idx.co.id diakses pada 17 November 2014

Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB

Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia Vol.8,(No.1): 53-64.

Liauw, J. S. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai

Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek

Indonesia. 1-6

Mankiw, Gregory N. 2002. “Makro Economic”. Ninth Edition, Mc Grow-Hill, New York,

Rodoni Ahmad, “Statistik Bisnis”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2004.

Nasry, Amir. 2003, Globalization Effect on Stock Exchange Integration. Online:

www.proquest.com diakses pada 17 November 2014

NYSE Statistik 2008. http://www.nyse.com diakses pada 17 Novembe 2014.

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.

Yogyakarta: Kanisius

TSE Statisik 2008. http://www.tse.co.jp diakses pada 17 November 2014.

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika :Teori dan Aplikasi untuk ekonomi dan bisnis

Ekonesia”. Yogyakarta : FEUII.