Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT CAMPURAN KOTORAN SAPIDAN JERAMI PADI TERHADAP PRODUKTIVITAS BIOGAS PADA
DIGESTER SEMI KONTINYU
(Skripsi)
Oleh
M. RIZKI ZULYANTORO
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRACT
THE EFFECT OF COW DUNG AND RICE STRAW COMPOSITION OFSUBSTRATE ON THE PRODUCTIVITY OF BIOGAS ON
SEMI-CONTINUOUS DIGESTER
By
M. RIZKI ZULYANTORO
This study aims to determine the effect of substrate composition on biogas
productivity from a mixture of cow dung and rice straw on semi-continuous
digester. Rice straw used taken from Way Galih Village, South Lampung, and
fresh cow dung was obtained from Laboratory in Department of Animal
Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. Biogas starter is
filled with 26 liters of cow dung and water in 1: 1 ratio comparison based on
weight. Then its being left for 4 day for stabilization. If the biogas production is
stable, then substrate will be added with loading rate 0.5 liters/day, with 6
compositions of different cow dung and rice straw from the ratio of cow dung and
elephant grass based on the following TS: P1 (75% : 25%), P2 (70% : 30%), P3
(65% : 35%), P4 (60% : 40%), P5 (55% :45%) dan P6 (50% : 50%). Parameters
which observed in this study include daily temperature, pH, TS and VS substain,
daily biogas volume, biogas productivity, and biogas quality.
The results showed that in 6 treatments had the same average pH of 6,8. The
average temperatures on the morning were 26,37 °C, 26,29 °C, 26,24 °C, 26,22
°C, 26,28°C, and 26,26 oC while in the afternoon respectively 29,58 °C, 29,47 °C,
29,48 °C, 29,49 °C,29,57 °C, and 29,61 oC. The total biogas production is 185,5
liter, 284,25 liter, 186,85 liter, 448,15 liter, and 108,55 liter respectively for P1,
P2, P3, P4, P5, and P6 with biogas productivity sequentially is 378,66 l/kg VSr,
684,87 l/kg VSr, 378,76 l/kg VSr, 1498,02 l/kg VSr, 587,21l/kg VSr, and 395,95
l/kg VSr. The quality of biogas through the flame test produces a bright blue
flame color.
Keywords: Biogas, cow dung, rice straw, semi-continuous, productivity.
ABSTRAK
PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRATCAMPURAN KOTORAN SAPIDAN JERAMI PADI TERHADAP PRODUKTIVITAS BIOGAS PADA
DIGESTERSEMI KONTINYU
Oleh
M. RIZKI ZULYANTORO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi substrat terhadap
produktivitas biogas dari campuran kotoran sapi dan jerami padi pada digester
semi kontinyu. Jerami padi yang digunakan diambil dari Desa Way Galih,
Lampung Selatan, dan kotoran sapi segar yang di peroleh dari Laboratorium di
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Starter biogas
dilakukan pengisian kotoran sapi dan air sebanyak 26 liter dengan perbandingan
1:1 berdasarkan berat. Selanjutnya dibiarkan selama 4 hari untuk stabilisasi.
Apabila produksi biogas stabil maka akan ditambahakan substrat dengan loading
rate 0,5 liter/hari, dengan 6 komposisi kotoran sapi dan jerami padi yang berbeda
dengan perbandingan kotoran sapi dan jerami padi berdasarkan TS sebagai
berikut: P1 (75% : 25%), P2 (70% : 30%), P3 (65% : 35%), P4 (60% : 40%), P5
(55% :45%), dan P6 (50% : 50%). Parameter yang diamati pada penelitian ini
meliputi temperatur harian, pH , kandungan TS dan VS, volume biogas harian,
produktivitas biogas, dan kualitas biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada 6 perlakuan memiliki rata-rata pH yang sama yaitu 6,8. Suhu rata-rata pada
pagi hari berturut-turut adalah 26,37 °C, 26,29 °C, 26,24 °C, 26,22 °C, 26,28°C,
dan 26,26 oC, sedangkan pada sore hari berturut-turut adalah 29,58 °C, 29,47 °C,
29,48 °C, 29,49 °C,29,57 °C, dan 29,61 oC. Total produksi biogas adalah 185,5
liter, 284,25 liter, 186,85 liter, 448,15 liter, dan 108,55 liter berturut-turut untuk
P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 dengan produktivitas biogas secara berurutan adalah
378,66 l/kg VSr, 684,87 l/kg VSr, 378,76 l/kg VSr, 1498,02 l/kg VSr, 587,21l/kg
VSr, dan 395,95l/kg VSr. Kualitas biogas melalui uji nyala menghasilkan warna
nyala api biru cerah.
Kata kunci : Biogas, kotoran sapi, jerami padi, semi kontinyu, produktivitas.
PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT CAMPURAN KOTORAN SAPIDAN JERAMI PADI TERHADAP PRODUKTIVITAS BIOGAS PADA
DIGESTER SEMI KONTINYU
Oleh
M. RIZKI ZULYANTORO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karang Sari, Kabupaten Oku Timur,
Kecamatan Belitang pada tanggal 16 Juli 1993, sebagai anak
kedua dari lima bersaudara, dari Bapak Ir.Suprapto dan Ibu
Sri Murniasih. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan
di SD N Karang Sari, Belitang pada tahun 2005, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP N 1Belitang Madang Raya pada tahun 2008,
dan SMA N 1 Belitang, pada tahun 2011.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Pada tahun
2015, Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Pusbang TTG LIPI Subang
selama 30 hari. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Tematik periode I tahun 2015 di Desa Mekar Indah Jaya,
Kabupaten Tulang Bawang selama 40 hari.
Kupersembahkan karya ini untuk :
Ayahku Ir. Suprapto, Ibundaku Sri Murniasih dan Saudara-Saudaraku karena telah memberikan doa dan dukungan kepadaku
selama ini.Sahabatku serta rekan-rekan Tep 2014 untuk support dan
kebahagiaan yang diberikan selama iniKeluarga Winda Kartika Susanty, karena telah menjadi motivasiku,
telah mendoakanku dan mendukungku, sehingga aku bisamenyelesaikan ini
Aku menyayangi kalian
Serta
Keluarga Teknik Pertanian 2011Almamater tercinta
Jurusan Teknik PertanianFakultas Pertanian
Universitas Lampung
i
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat teriring salam semoga selalu
tercurah kepada syuri tauladan Nabi Muhammad SAW dan keluarga serta para
sahabatnya. Aamiin.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Komposisi Substrat Campuran Kotoran Sapi
Dan Jerami Padi Terhadap Produktivitas Biogas Pada Digester Semi
Kontinyu ” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi
Pertanian di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Unila;
2. Bapak Dr.Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Unila dan Pembimbing Utama, atas kesediaan memberikan bimbingan, saran
dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
3. Bapak Ir. Oktafri, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian
skripsi ini;
ii
4. Bapak Dr. Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi
atas masukan dan saran-saran pada seminar terdahulu;
5. Teman-teman Teknik Pertanian 2011 dan 2014 atas kebersamaan kalian.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandarlampung, 19 Desember 2018
Penulis
M. Rizki Zulyantoro
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.... ..............................................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian........... ..................................................................................4
1.3. Manfaat Penelitian............................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Biogas.................................................................................................................5
2.2 Proses Pembentukan Biogas..............................................................................5
2.3 Digester Biogas..................................................................................................7
2.3.1 Digester Tipe Batch....................................................................................72.3.2 Digester Tipe Kontinyu.............................................................................8
2.4 Faktor-Faktor Pembentuk Biogas......................................................................9
2.5 Jerami Padi......................................................................................................15
III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan................................................................................................16
3.3 Persiapan Alat..................................................................................................17
3.4 Persiapan Bahan...............................................................................................18
3.5 Prosedur Penelitian...........................................................................................19
3.6 Perlakuan Penelitian.........................................................................................20
3.7 Parameter Pengamatan.....................................................................................21
iv
3.7.1 Pengukuran Kadar Air, TS dan VS..........................................................213.7.2 Pengukuran pH dan Temperatur...............................................................223.7.3 Pengukuran Volume Biogas.....................................................................223.7.4 Pengukuran Produktivitas Biogas............................................................233.7.5 Kualitas Biogas….....................................................................................233.7.6 Pengukuran C/N Rasio.............................................................................24
3.8 Analisa Data.....................................................................................................24
IV. Hasil Dan Pembahasan....................................................................................25
4.1 Karakteristik Bahan.........................................................................................25
4.2 Derajat Keasaman (pH)....................................................................................27
4.3 Suhu..................................................................................................................28
4.4 Produksi Gas Harian Dan Kumulatif...............................................................31
4.5 Produktivitas Biogas........................................................................................34
4.6 Kualitas Biogas................................................................................................36
V. Kesimpulan Dan Saran......................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
LAMPIRAN...........................................................................................................41
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar . Halaman
1. Proses fermentasi anaerobik (Jagadabhi, 2013)...................................................6
2. Digester Tipe Batch..............................................................................................7
3. Digester Tipe Kontinyu.......................................................................................8
4. Digester Biogas..................................................................................................17
5. Diagram Alir Penelitian.....................................................................................19
6. pH rata-rata setiap perlakuan.............................................................................27
7. pH harian............................................................................................................28
8. suhu pagi harian.................................................................................................29
9. suhu sore harian..................................................................................................30
10. Suhu rata-rata pagi dan sore.............................................................................31
11 Produksi gas harian metode moving average 10 harian ...................................31
12. Volume biogas total.........................................................................................32
13. Produksi rata – rata biogas...............................................................................33
14. Produktivitas Biogas........................................................................................35
15. waktu nyala biogas...........................................................................................36
16. Uji Nyala Biogas..............................................................................................37
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Teks
1. Bahan Kimia Tambahan Alkalinitas (Gerardi, 2003)........................................10
2. Suhu Proses Pembentukan Biogas (Abbasi, 2012)............................................11
3. Karakteristik Bahan............................................................................................25
4. Karakteristik Substrat Campuran.......................................................................26
5. Produktivitas biogas (L/Kg VS terdegradasi)....................................................34
Lampiran
6. Rata-Rata Suhu Biogas Dan Lingkungan Pada Pagi Hari.................................42
7. Rata-Rata Suhu Biogas Dan Lingkungan Pada Sore Hari………………….....44
8. Rata-rata pH Harian………………...................................................................46
9. Data pengukuran Produksi Biogas Harian (ml).................................................48
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam
kehidupan manusia. Saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantug
pada energi. Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan
dapat menimbulkan masalah krisis energi. Penggunaan sumber energi, seperti
bahan bakar yang berasal dari bahan baku fosil merupakan bahan bakar yang yang
tidak mudah didaur ulang dan membutuhkan proses yang lama untuk
menghasilkan bahan bakar tersebut. Indonesia memiliki beberapa potensi sumber
daya energi fosil, seperti minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Pada tahun 2014
cadangan minyak bumi sebesar 32,27 miliar ton. Bila diasumsikan tidak ada
penemuan cadangan baru , berdasarkan rasio R/P (Reserve /Production) tahun
2014, maka minyak bumi akan habis dalam 12 tahun, gas bumi 37 tahun, dan
batubara 70 tahun. Cadangan ini bahkan akan lebih cepat habis karena
kecenderungan produksi energi fosil yang terus meningkat (Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi, 2016). Energi fosil telah menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi indonesia saat ini. Di masa depan diharapkan
pengembangan energi akan bergeser dari energi fosil menjadi energi baru
terbarukan (BPPT, 2016).
2
Menanggapi permasalahan tersebut maka sudah selayaknya dilakukan
pengembangan dan pemanfaatan yang lebih efisien dalam pengolah sumber energi
terbarukan. Sumber energi alternatif terbarukan yang murah, efektif, efesien, dan
mudah diaplikasikan masyarakat yaitu biogas.
Biogas merupakan hasil akhir dari degradasi anaerobik bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan dengan sedikit oksigen. Komponen
terbesar yang terkandung dalam biogas adalah metana 55-70% dan karbon
dioksida 30-45% serta sejumlah kecil nitrogen dan hidrogen sulfida (Deublein dan
Steinhauser, 2008). Gas metana (CH4) yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Apabila kandungan metana dalam biogas lebih dari 50% maka
biogas tersebut telah layak digunakan sebagai bahan bakar.
Teknologi biogas merupakan salah satu teknik tepat guna untuk mengolah
limbah peternakan, limbah pertanian, limbah industri, dan limbah rumah tangga
untuk menghasikan energi. Peternak sapi rata-rata memiliki 2-5 ekor sapi dengan
lokasi yang tersebar. Kondisi demikian menyebabkan penanganan limbah kotoran
ternak sulit dilakukan secara terintegrasi dengan sistem pertanian ( Wahyuni,
2013). Limbah ternak sapi terdiri atas limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
Dengan penanganan limbah yang baik dapat memperkecil dampak negatif
terhadap lingkungan, seperti polusi tanah, polusi air, polusi udara, dan
penyebebaran penyakit menular. Pada umumnya peternak menangani limbah
secara sederhana, seperti membuat kompos maupun menyebarkan langsung di
lahan pertanian. Dengan adanya teknologi biogas, peternak memiliki dua
keuntungan yaitu gas metana yang berfungsi sebagai bahan bakar, dan limbah cair
serta limbah padatnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
3
Menurut Kaharudin dan Sukmawati (2010), biogas dalam skala rumah
tangga dengan jumlah ternak 2-4 ekor sapi atau suplai kotoran sebanyak kurang
lebih 25 kg/hari cukup menggunakan tabung reaktor berkapasitas 2500-5000 liter
yang dapat menghasikan biogas setara dengan 2 liter minyak tanah/hari dan
mampu memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah tangga pedesaan
dengan 6 orang anggota keluarga.
Salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
campuran dalam memproduksi biogas adalah jerami (Wahyuni, 2013). Jerami
padi merupakan salah satu limbah pertanian yang banyak ditemukan di Indonesia .
Pada umumnya jerami padi dibakar petani setelah memanen padi, atau sebelum
mengolah lahan untuk musim tanam berikutnya. Hanya sebagian kecil petani
yang sudah memanfaatkan jerami untuk mulsa atau dibuat kompos. Pembakaran
tersebut menghasilkan gas CO2 dan asap yang berbahaya terhadap kesehatan
petani itu sendiri dan lingkungan sekitarnya. Namun, dengan adanya teknologi
biogas maka petani dapat memanfaatkan jerami padi menjad bahan bakar dalam
rumah tangga, pupuk cair dan juga kompos.
Sugara (2017) dalam penelitiannya, yang berjudul Pengaruh Penambahan
Urea Terhadap Produksi Biogas Dari Campuran Kotoran Sapi Dan Jerami Pada
Digester Tipe Semi Kontinyu menggunakan perbandingan komposisi subsrat 3:1
untuk kotoran sapi dan jerami padi, namun tidak menggunakan variasi dalam
komposisi substratnya. Dari komposisi substrat tersebut diduga belum pasti
merupakan komposisi substrat yang terbaik untuk produksi biogas maksimal.
Kemungkinan tersebut membutuhkan pengkajian lebih lanjut sehingga
perlu adanya penelitian lebih lanjut yang terkait dengan komposisi substrat pada
4
biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi substrat
terhadap produktivitas biogas dari campuran kotoran sapi dan jerami padi pada
digester semi kontinyu.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui Pengaruh Komposisi Substrat terhadap produktivitas biogas dari
campuran kotoran sapi dan jerami padipada Digester Semi Kontinyu.
2. Mengetahui komposisi substrat terbaik dari campuran kotoran sapi dan jerami
padi pada digester semi kontinyu.
1.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dapat merekomendasikan komposisi substrat campuran kotoran sapi dan jerami
padi yang tepat untuk menghasilkan biogas yang maksimal.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik
yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi
anaerobik. Biogas kira-kira memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan
dengan udara. Biogas memiliki suhu pembakaran antara 650-750o C. Biogas
tidak berbau dan tidak berwarna. Apabila dibakar akan menghasilkan nyala api
biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/m3 dengan
efisiensi pembakaran 60% pada konvensional kompor gas (Wahyuni, 2013).
2.2 Proses Pembentukan Biogas
Pembentukan gas yang dilakukan oleh mikroba pada kondisi anaerob
memiliki tahap proses perombakan selulosa hingga terbentuknya gas. Adapun
prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan organik yang mudah larut
dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan
struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer.
6
2. Acidogenesis, pada tahap ini dilakukan oleh berbagai kelompok bakteri.
Spesies yang umum termasuk dalam kelompok klostridia, yang meliputi
spesies anaerobik yang membentuk spora dan mampu bertahan hidup dalam
lingkungan yang buruk. Bakteri ini berperan dalam degradasi gula dan asam
amino.
3. Acetogenesis, pada tahap ini bakteri acetogenik bertanggung jawab untuk
melakukan oksidasi terhadap produk yang dihasilkan dari fase acidogenesis
menjadi substrat yang sesuai bagi bakteri metanogenik. Dengan begitu, bakteri
metabolik intermediet yang menghasikan substrat bagi bakteri metanogenik.
4. Metanogenik pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metana. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida (Jagadabhi, 2013).
Adapun diagram alir untuk proses fermentasi anaerobik dapat dilihat dari gambar
1 berikut ini:
Gambar 1. Proses fermentasi anaerobik (Jagadabhi, 2013)
7
2.3 Digester Biogas
Digester berfungsi untuk menampung dan sebagai tempat fermentasi
bahan organik oleh mikroba sampai biogas terproduksi. Waktu tinggal bahan
secara minimal pada digester diharapkan akan mengurangi biaya dan
volumedigester, sedangkan waktu tinggal mikroba maksimal diharapkan akan
meminimalkan lumpur pada digester dan waktu pencapaian stabilitas proses
degradasi (Gerardi, 2003). Terdapat berbagai tipe digester berdasarkan beberapa
kriteria, salah satu nya pada kriteria teknik pengisian bahan baku. Tipe digester
tersebut adalah sebagai berikut:
2.3.1 Digester Tipe Batch
Digester tipe batch adalah jenis digester yang pengisian bahan organik
(campuran bahan organik dan air) dilakukan sekali sampai penuh, kemudian
ditunggu sampai menghasilkan biogas. Setelah biogas tidak berproduksi lagi atau
produksi biogasnya sangat rendah, isian digesternya dibongkar, lalu diisi kembali
dengan bahan organik yang baru. Contoh digester tipe batch dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 2 Digester Tipe Batch
8
2.3.2 Digester Tipe Kontinyu
Digester tipe kontinyu adalah jenis digester yang pengisian bahan
organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu. Pada awal pengisian,
digester diisi penuh, lalu di tunggu sampai biogas diproduksi. Setelah biogas
diproduksi, pengisisan bahan organik dilakukan secara kontinyu setiap hari
dengan jumlah tertentu. Setiap pengisian bahan organik yang baru akan selalu
diikuti pengeluaran bahan sisa (sludge). Karena itu, digester jenis ini akan
didesain dengan membuat lubang pemasukan dan lubang pengeluaran. Contoh
gambar digester tipe kontinyu adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Digester Tipe Kontinyu
9
2.4 Faktor-Faktor Pembentuk Biogas
Mikroba pembentuk gas metana sangat sensitif terhadap berbagai
perubahan kondisi, seperti komposisi gas, waktu retensi hidrolisis, dan konsentrasi
asam volatile. Kondisi tersebut harus terpelihara dan terjaga secara berkala dalam
rentang yang optimal. Selain kondisi tersebut ada beberapa faktor lain yang
berpengaruh terhadap aktivitas mikroba pembentuk metana, seperti suhu, pH, dan
perubahan alkalinitas (Gerardi, 2003). Apabila diuraikan faktor-faktor tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Derajat keasaman atau pH
Proses pembentukan gas metana dari degradasi bahan organik dapat
dicapai dalam rentang pH antara 5,5 - 8,5, sedangkan gas metana akan terproduksi
secara stabil ketika nilai pH berkisar antara 7,2 - 8,2 (Abbasi, 2012).
Pada kondisi pH berkisar antara 6,8 - 7,2, sebagian besar dari bakeri anaerob akan
bekerja dengan baik, termasuk bakteri pembentuk metana dalam merubah asam
volatil menjadi gas metana (CH4) dan (CO2). Akumulasi karbon dioksida dari
proses tersebut juga berdampak secara signifikan pada perubahan pH digester
(Gerardi, 2003).
2. Alkalinitas
Alkalinitas diperlukan sebagai sitem penyangga (buffer) untuk mencegah
perubahan yang cepat dan tiba-tiba pada pH digester yang dapat mempengaruhi
tingkat aktivitas enzimatik mikroba, sehingga pH pada digester dapat terkontrol
10
secara tepat. Untuk menghasikan alkalinitas pada digester anaerob dapat
dilakukan dengan melepaskan gugus amino (-NH2) dan memproduksi amonia
(HN3) dari degradasi substrat protein pada limbah. Pada pH tertentu umumnya
alkalinitas berada dalam bentuk bikarbonat dan setimbang dengan kabon dioksida
(Gerardi, 2013). Kestabilan alkalinitas didapat melalui pemakaian asam volatil
secara tepat oleh mikroba pembentuk metana pada HRT di atas hari ke 5.
Penurunan alkalinitas disebabkan oleh beberapa faktor, seperti terakumulasinya
asam organik, terdapatnya limbah penghambat aktivitas mikroba pembentuk
metana, dan keluarnya asam organik ke dalam digester. Alkalinitas bersangkutan
dengan komposisi dan konsentrasi organik pengisi digester, semakin tinggi laju
pembebanan (loading rate) bahan organik mengandung protein maka konsentrasi
dari alklinitas akan relatif tinggi (Gerardi, 2003). Beberapa bahan kimia yang
digunakan untuk mengatur nilai pH dan alkalinitas dapat kita lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Bahan Kimia Tambahan Alkalinitas (Gerardi, 2003)
Bahan Kimia Rumus Kimia Kation buffer
Sodium bikarbonat NaHCO3 Na+
Potasium bikarbonat (abu soda) KHCO3 K+
Sodium karbonat Na2CO3 Na+
Potasium karbonat K2CO3 K+
Kalsium karbonat (kapur) CaCO3 Ca2+
Kalsium hidroksida (kapur cepat) Ca(OH)2 CA2+
Amonia anhidrat NH3 NH4+
Sodium nitrat NaNO3 NH+
11
3. Suhu
Pemilihan rentang suhu didasarkan pada kebutuhan suhu operasional pada
digester serta bahan baku pengisian yang akan digunakan. Proses pembentukan
biogas ditentukan oleh kestabilan suhu yang dapat disediakan selama proses
pencernaan berlangsung (Abbasi,2012). Adapun untuk suhu pada proses
pembentukan biogas dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Suhu Proses Pembentukan Biogas (Abbasi, 2012)
Tahapan Thermal Suhu proses Waktu Retensi Minimum
Psychrophilic < 20o C 70 sampai 80 hari
Mesofilik 30-42o C 30 sampai 40 hari
Termofilik 43-55o C 15 sampai 20 hari
Suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kecepatan reaksi
dalam pembentukan biogas. Proses produksi biogas dapat terjadi dalam dua
rentang suhu, yaitu rentang suhu mesofilik (25 – 45 oC) dan rentan suhu termofilik
yaitu antara 56 – 60 oC.
Suhu kerja yang lebih tinggi akan memberikan hasil biogas yang lebih
tinggi, namun pada suhu yang terlalu tinggi bakteri akan mudah mati (Wati dan
Prasetyani, 2011). Pada saat suhu udara turun sampai 10 oC produksi gas menjadi
berhenti, karena bakteri metanogen akan dalam keadaan tidak aktif pada kondisi
suhu ekstrim tinggi maupun rendah. Penggunaan isolasi yang memadai pada
digester membantu produksi gas khususnya di daerah dingin (Wahyuni, 2013).
12
3. Rasio C/N
Rasio karbon/ nitrogen atau (C/N) merupakan hubungan jumlah karbon
dan nitrogen yan terdapat pada bahan organik. Apabila rasio C/N sangat tinggi,
nitrogen akan dikonsumsi sangat cepat oleh bakteri metan sampai batas
persyaratan protein dan tak lama bereaksi kearah kiri pada kandungan karbon
pada bahan. Akibatnya produksi metan akan menjadi rendah, dan sebaliknya
apabila rasio C/N sangat rendah , nitrogen akan bebas dan berakumulasi dalam
bentuk amoniak (NH4). pH bahan dalam digester akan meningkat akibat adanya
NH4, dan apabila pH lebih dari 8,5 akan mulai menunjukan akibat racun pada
populasi bakteri metan (Wahyuni, 2013). Rasio perbandingan C/N yang optimal
berkisar antara 20-30. Kisaran rasio C/N yang terkandung dalam substrat dapat
mempengaruhi produksi biogas, apabila C/N di atas nilai optimal maka produksi
dari biogas akan mengalami penekanan. Kondisi ini terbentuk karena tidak
tersedianya nitrogen untuk bereaksi terhadap sisa karbon pada substrat. Ini terjadi
karena nitrogen telah terpakai secara tepat oleh mikroba metana.
Kisaran rasio yang terlalu rendah di bawah nilai optimal menyebakan
akumulasi amonia dari sejumlah nitrogen yang terbebaskan sehingga
menyebabkan efek racun (toksik) pada mikroba pembentuk metana. Rasio C/N
dalam setiap bahan memiliki kisaran yang berbeda, untuk mendapatkan rasio C/N
yang diinginkan biasanya dilakukan pencampuran substrat dengan kandungan
rasio C/N yang berbeda (Abbasi, 2012).
13
4. Pencampuran dan Pengadukan
Pencampuran memberikan keuntungan, yaitu menghilangkan atau
mengurangi penumpukan sampah, menghilangkan stratifikasi termal, dan
mencegah pengendapan grit. Pencampuran keseragaman suhu, penyebaran
bakteri, substrat, dan nutrisi keseluruh bagian digester menyebabkan
meningkatnya pencernaan. Pencampuran harus dilakukan secara lambat dan
lembut, untuk memastikan aktivitas mikroba pembentuk asetat dan pembentuk
metana dalam digester berjalan dalam kontak ruang yang dekat (Gerardi, 2003).
Pengadukan dilakukan untuk menjaga total partikel padat tidak mengendap pada
dasar digester. Jika terlalu pekat, partikel-partikel menghambat aliran gas yang
terbentuk pada bagian bawah digester. Akibatnya, produksi gas lebih sedikit
daripada perolehan optimum (Wahyuni, 2013).
5. Laju Pembebanan atau Loading Rate
Laju pembebanan atau Loading Rate adalah besaran yang menyatakan
jumlah material organik dalam satu satuan volume yang diumpankan pada
reaktor. Substrat cair yang diumpankan dapat didegradasi oleh mikroba,
kemudian diubah menjadi metana melalui proses biologis oleh mikroba-mikroba
pengurai di dalam reaktor. Perubahan laju pembebanan yang mendadak dapat
mengakibatkan kenaikan yang setara dalam produksi asam, yang tidak dapat
disesuaikan oleh kenaikan yang setara dalam pembentukan metana. Pembentukan
produk asam asetat (asam lemak organik) akan menyebabkan penurunan pH dan
menghambat produksi metan. ( Wicaksono, 2016).
14
6. Waktu Tinggal Dalam Digester
Waktu tinggal dalam digester adalah rata-rata periode pada waktu saat
input masih berada dalam digester dan proses fermentasi oleh bakteri metanogen.
Dalam jaringan dari digester dengan kotoran sapi, waktu tinggal dihitung dengan
pembagian volume total dari digester oleh volume input yaang ditambah setiap
hari. Waktu tinggal juga bergantung pada suhu. Diatas suhu 35 oC atau suhu
lebih tinggi, waktu tinggal juga semakin singkat (Wahyuni, 2013).
7. Kandungan Bahan Kering Atau Total Solid (TS)
Berdasarkan konsentrasi kandungan bahan kering atau sering di sebut TS
pada sistem pencernaan anaerob dibagi menjadi tiga, yaitu komponen TS kurang
dari 10% disebut sebagai sistem padatan rendah, kemudian TS sekitar 15-20%
disebut sebagai sistem padatan menengah, dan padatan tinggi berkisar antara 22-
40% (Tchobanoglous, 1993 dalam Verma, 2002). Semakin tinggi kandungan
bahan kering yang tidak stabil dalam satu unit volume dari kotoran sapi segar
akan menghasilkan produksi gas yang lebih banyak (Wahyuni, 2013).
8. Substrat bahan organik
Bahan organik dari limbah pertanian masih dapat diuraikan menjadi
bentuk lain dengan cara aerob maupun anaerob. Hasil akhir dari kedua macam
fermentasi tersebut berbeda, tergantung dari cara yang digunakan. Fermentasi
secara aerob akan menghasilkan humus, amonia, dan karbon dioksida. Sedangkan
proses fermentasi anaerob akan menghasilkan biogas dan limbah (sludge). Salah
15
satu substrat organik dari limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai
biogas adalah jerami padi.
2.5 Jerami Padi
Jerami adalah bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, dan
tangkai malai). Pada saat tanaman padi dipanen, jerami merupakan bagian yang
tidak dipungut. Jerami padi terdiri atas daun, pelepah daun, dan ruas atau buku.
Ketiga unsur ini relatif kuat karena mengandung silika, dan selulosa yang tinggi
dan pelapukannya memerlukan waktu yang lama. Kalau produksi gabah nasional
54 juta ton pada tahun 2005, berarti terdapat 80 juta ton jerami pada tahun
tersebut. Apabila jerami diangkut ke luar persawahan dengan truk, masing-masing
truk berkapasitas muat 4 ton, maka akan diperlukan 20 juta truk untuk
mengangkut jerami setiap tahun. Dari satu hektar lahan sawah dihasilkan 5-8 ton
jerami, tergantung pada varietas yang ditanam dan tingkat kesuburan tanaman.
Sedangkan penimbunan jerami pada petakan sawah memerlukan areal 5-
7% dari total luas petakan (Makarim, 2007). Jerami padi belum dinilai sebagai
produk yang memiliki nilai ekonomis. Di indonesia rata-rata kadar hara jerami
padi adalah 0,4% N; 0,02% P; 1,4% K; dan 5,6% Si (makarim, 2007). Jerami
padi juga mengandung 40-43% C.
Jerami padi juga dapat dimanfaatkan untuk biogas. Setiap 1 kg jerami
padi dapat menghasilkan 0,20-0,38 m3 biogas. Energi yang dihasilkan biogas
dapat untuk memasak dan penerangan. Energi dari 1 m3 biogas dapat digunakan
untuk menjalankan mesin 1 pk selama 2 jam (Wahyuni, 2013).
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli
2018 di Laboratorium Daya Alat Mesin Pertanian (DAMP), Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat pembuat
digester yaitu galon, bor listrik, kunci pas, gergaji besi, pisau, penggaris, paku,
dan.korek api. Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
ember atau bak, oven, karung, timbangan analitik, hummer mill, pengaduk,
cangkul, pH meter, thermocouple, dan golok.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. kotoran sapi
2. jerami padi
3. air.
17
3.3 Persiapan Alat
Digester yang digunakan merupakan jenis semi kontinyu dengan volume
30 liter. Desain digester disajikan dalam Gambar 4.
Digester terdiri dari bagian tabung tempat substrat, lubang masukan atau inlet,
saluran keluaran outlet dan penampung biogas. Setiap digester menggunakan 2
buah galon, resin 1 kaleng, aibon 1 kaleng, pipa 1 ½ inchi, corong, dop ban motor,
kran gas 0,5 inchi, balon penampung, sedangkan alat yang digunakan terdiri dari
gergaji besi, bor listrik, kunci pas ukuran 12.
SubstratM
asuk
DigestatKeluar
Output Biogas
Ө5cm
49,62cm
99,24cm
Ө27cm
Gambar 4. Digester Biogas
18
Perakitan digester semi kontinyu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemotongan pada bagian dasar galon sehingga membentuk lubang sesuai
diameter galon.
2. Pelubangan pada bagian sisi dinding galon dengan bor, sesuai ukuran dop ban
motor, dilapisi karet dan direkatkan dengan lem aibon, ring, mur ukuran 12
inchi dikencangkan dengan kunci pas 12.
3. Penyambung kedua buah galon direkatkan dengan resin selama ± 1 jam pada
suhu 30 0C yang dilakukan pada siang hari.
4. Penyambungan pipa pada bagian ujung galon menggunakan resin.
3.4 Persiapan Bahan
Bahan berupa kotoran sapi segar dan air didapat dari wilayah Fakultas
Pertanian Universitas Lampung . Kotoran sapi diambil pada pagi hari sebelum
dilakukan pengisian pada digester. Jerami padi yang digunakan dari penelitian ini
diambil dari penelitian sebelumnya (Sugara, 2017) yaitu dari Desa Way Galih,
Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.. Jerami yang
digunakan mengandung kadar air sebesar 10,31%. Jerami dicacah secara manual
menggunakan golok dan diperhalus menggunakan hammer mill.
19
3.5 Prosedur Penelitian
Gambar 5. Diagram Alir Penelitian
Mula
Persiapan alat dan bahan
Dilakukan pengamatan selama 4 hari,dilakukan input dengan loading rate0,5 liter/hari, tanpa ada proses output, sehingga volume mencapai 28 liter
Pengisian substrat campuran dengan loading rate 0,5 liter/hari denganperbandingan komposisi kotoran sapi dan jerami padi berdasarkan TS 5% :P1 : 75%:25% P4 : 60%:40%P2 : 70%:30% P5 : 55%:45%P3 : 65%:35% P6 : 50%:50%
Pengamatan parameter harian: pH, suhu, dan volumegas
Pengambilan data output total solid (TS) dan volatile solid (VS)
Pengumpulan data parameter
Selesaii
Pengisian starter biogas (26 liter) kotoran sapi + air (1:1)
Analisa substrat awalTotal padatan (TS), Padatan menguap (VS), dan C/N rasio
Analisa data
Skripsi
20
3.6 Perlakuan Penelitian
Bahan baku pembentuk biogas pada penelitian ini menggunakan kotoran
sapi dan jerami padi. Untuk starter biogas dilakukan pengisian kotoran sapi dan
air sebanyak 26 liter dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya dilakukan
pengamatan sampai 4 hari dan dilakukan loading rate 0,5 liter/hari tanpa ada
output. Apabila produksi biogas telah stabil maka akan dilakukan output sebesar
0,5 liter/hari, dan ditambahkan loading rate 0,5 liter/hari dengan perbandingan
kotoran sapi dan jerami padi berdasarkan Ts sebesar 5% dengan 6 komposisi
kotoran sapi dan jerami padi yang berbeda sebagai berikut :
a. P1 : 75%:25%
b. P2 : 70%:30%
c. P3 : 65%:35%
d. P4 : 60%:40%
e. P5 : 55%:45%
f. P6 : 50%:50%
Penelitian ini menggunakan 6 digester kapasitas 30 liter dan waktu tinggal
bahan baku pembentuk biogas selama 60 hari dengan menggunakan sistem biogas
semi kontinyu (Sugara, 2017).
21
3.7 Parameter Pengamatan
3.7.1 Pengukuran Kadar Air, TS, dan VS
Analisa TS bertujuan untuk mengetahui komponen kering pada bahan,
sedangkan VS dilakukan untuk mengetahui jumlah komponen organik dalam
bahan. Analisa ini dilakukan pada substrat awal digester dan substrat keluaran
setiap 7 hari sekali. Pengukuran dilakukan di labolatorium Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kadar Air (KA) (%) = %1001
21
W
WW ……………...(1)
Total Solid (TS) sampel (%) = 100% − KA…………………...(2)
Volatile Solid (VS) sampel (%) = %1003
43
W
WW …...….……...(3)
dimana :
W1 = Berat basah (gr)
W2 = berat kering oven (gr)
W3 = Berat sampel yang diabukan
W4 = Berat abu (gr)
Selisih dari VS awal dan akhir loading rate diukur sebagai banyaknya bahan
organik yang terdegradasi, dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
22
VS terdegradasi = VS in − VS out……………………………………………(4)
dimana :
VS in = VS bahan isian
VS out = VS bahan yang keluar dari digeste
3.7.2 Pengukuran pH dan Temperatur
pH dan temperatur diukur setiap hari dan setiap pengamatan dilakukan
pada waktu yang sama. Pengukuran pH substrat menggunakan pH meter, dengan
cara mengambil sampel substrat, kemudian dilakukan pengukuran.Parameter
temperatur yang diamati adalah temperatur dalam digester dan di luar digester.
Temperatur dalam digester diamati dengan menggunakan alat
thermocopplecensor. Cara mengukur temperature adalah kabel sensor pada alat
thermocopple dimasukkan ke dalam reaktor.
3.7.3 Pengukuran Volume Biogas
Pengukuran mulai ketika biogas telah terbentuk dan dilakukan setiap hari
semenjak pengisian awal. Pengukuran volume biogas dijelaskan sebagai berikut:
a. Balon yang terisi gas dihubungkan dengan selang kedalam galon kecil ukuran
5 liter yang telah ditandai dan terisi air di bak.
23
b. Pada bagian selang terdapat keran yang berfungsi membuka dan menutup.
Setelah selang dari balon dimasukan kedalam galon berukuran 5 liter yang
telah terisi air di bak, maka keran dibuka dan secara otomatis air yang berada
di dalam galon berkurang karena terdorong tekanan dari biogas yang terdapat
pada balon.
c. Setelah pengukuran selesai, biogas dalam balon diuji nyala terlebih dahulu,
setelah itu balon dipasang kembali dalam keadaan kosong.
Sedangkan uji nyala api dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengeluarkan biogas dari balon melalui selang.
b. Di ujung selang tempat keluaran biogas tersebut diberi nyala api.
c. Dilihat apakah biogas menghasilkan nyala api atau tidak..
3.7.4 Pengukuran Produktivitas Biogas
Produktivitas biogas diukur sebagai hasil volume biogas per VS
terdegradasi. Pengukuran mengunakan perhitungan sebagai berikut:
ProduktivitasBiogas = Volume Biogas……………...…………………………(5)VS terdegradasi
24
3.7.5 Kualitas Biogas
Pengamatan kualitas biogas dilakukan dengan cara mengamati waktu yang
dibutuhkan sampai biogas dapat terbakar. Dan megamati warna nyala api dari
biogas tersebut.
3.7.6 Pengukuran C/N Rasio
C/N Rasio dihitung berdasarkan data dari Sugara(2017). Perhitungan C/N
rasio dilakukan menggunakan Rumus:
C/N rasio =× ×× × ................................(6)
3.8 Analisa Data
Data hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
Selanjutnya data yang didapat akan dibahas dan disimpulkan. Grafik yang
digunakan yaitu grafik scatter.
38
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Komposisi substrat campuran kotoran sapi dan jerami padi sangat berpengaruh
dalam produksi biogas. Terlalu banyak komposisi kotoran sapi seperti P1 hasil
produksi kurang maksimal, namun terlalu sedikit kotoran sapi seperti P6 yang
memiliki perbandingan 50%:50% juga kurang baik dalam produksi biogas.
2. Komposisi substrat terbaik untuk biogas adalah 60% :40% (3:2) campuran
kotoran sapi dan jerami padi seperti pada P4 dengan volume biogas total
mencapai 448,15 Liter , produktivitas biogas mencapai 1498,02 liter/Kg Vs
terdegradasi, rata-rata produksi 7,47 L/hari, atau 266,75 L/hari/m3 substrat.
5.2 Saran
Pada penelitian ini digester sering mengalami kebocoran, yang disebabkan karena
goncangan untuk menghomogenkan loading rate yang baru dimasukkan kedalam
digester. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah membuat rancang bangun
digester yang memiliki sistem pengaduk, untuk meminimalisir kebocoran
digester.
39
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, T., Tauseef, S. M., and Abbasi, S.A. 2012. Biogas Energy. SpringerBriefs in Environmental Science : New York. 184 Hlm.
Ahring, K.B. 2003. Perspective for Anaerobic Digestion in Biomethanation I(Advences In Biochemical Engineering/Biotechnology Vol 81), editor T.Scheper. Biocentrum, Denmark: 1-30.
BPPT. 2016. Outlook energi indonesia 2016. PTPSE. Jakarta.
Deublin, D. and Steinhauser. A. 2008. Biogas From Waste And RenewableResource. Wiley –VCH Verlag GmbH & Co. KgaA, Weinheim. Hal. 49.
Gerardi, M.H. 2003. The Microbiology Of Anaerobic Digesters. John Wiley &Sons, Inc: Pennsylvania. 188 Hlm.
Jagadabhi, P.S. 2011.Methods to Enhance Hydrolysis During One and Two-stageAnaerobic Digestion of Energy Crops and Crop Residues. Faculty ofMathematics and Science of the University of Jyvaskyla.
Kaharudin dan Sukmawati. F. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Umum LimbahTernak untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.23 Hlm.
Makarim, A.K. 2007. Jerami Padi : Pengelolaan dan Pemanfaatan. Bogor: PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sibiya, N.T., Muzenda.E, and Tesfagiorgis. H.B .2014. Effect of Temperature andpH on The Anaerobic Digestion of Grass Silage. Sixth InternationalConfrence on Green Technology, Renewable Energy and EnviromentalEngineering. Cape Town. South Africa. 198-201
Sugara, B.P. 2017. Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Produksi Biogas DariCampuran Kotoran Sapi Dan Jerami Padi. Lampung: Jurusan TeknikPertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
40
Verma, S. 2002. Anaerobic Digestions Of Biodegradable Organics in MunicipalSolid Wastes. Submitted in partial fulfillment of the requirements forMaster of Science Degree in Earth Resources Engineering. ColumbiaUniversity.
Wahyuni, S. 2013. Panduan Praktis Biogas. Penebar Swadaya : Jakarta.
Wati, D.S., dan Prasetyani, R.D. 2011. Pembuatan Biogas Dari Limbah CairIndustri Bioetanol Melalui Proses Anaerob (Fermentasi), Jurusan TeknikKimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Wicaksono, N.H. 2016.Pengaruh Laju Pembebanan Terhadap ProduktivitasBiogas Berbahan Baku Kotoran Sapi Pada Digester SemiKontinyu.Lampung: Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian.Universitas Lampung.