Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH LAMA WAKTU PENCELUPAN DAGING AYAM (Gallusgallus
domesticus) PADA NITROGEN CAIR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA SELAMA
PENYIMPANAN BEKU
“Effect of Long Time Dipping of Chicken Meat (Gallus gallus domesticus) on Liquid
Nitrogen Against Physicalchemical Properties During Frozen Storage”
Aminia Diah Iranti, Dewi Larasati dan Sudjatinah
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang, Semarang
ABSTRAK
Nitrogen cair merupakan satu dari beberapa pendingin yang dapat kontak langsung
dengan bahan pangan tanpa menyebabkan efek samping seperti hambar dan tak berasa.
Nitrogen cair memiliki titik didih pada suhu -195,8°C. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh lama waktu pencelupan dan perlakuan terbaik lama waktu pencelupan
daging ayam ke dalam nitrogen cair terhadap sifat fisikokimia pada daging ayam (Gallus
gallus domesticus) selama penyimpanan beku. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan satu faktor, yaitu lama waktu pencelupan ke dalam nitrogen cair
sebanyak 4 perlakuan dengan 5 kali pengulangan. Data dianalisis dengan ANOVA. Hasil
pengujian pada hari ke-0 perbedaan lama waktu pencelupan kedalam Nitrogen cair tidak
memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadapt nilai pH, kadar protein. Pada hari ke-7 perbedaan lama pencelupan kedalam
Nitrogen cair tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur, tetapi berpengaruh
terhadap niai pH dan kadar protein. Hasil pangujian menunjukkan bahwa tekstur hari ke-0
1369,77 gf; hari ke-7 1886,08 gf, pH hari ke-0 5,72; hari ke-7 6,02, dan protein hari ke-0
23,02%; hari ke-7 22,85%.
Kata kunci: Nitrogen cair, pembekuan, daging ayam
ABSTRACT
Liquid nitrogen is one of the few coolers that can come into direct contact with food
without causing side effects such as tasteless and tasteless. Liquid nitrogen has a boiling
point at -195.8 ° C. The purpose of this study was to determine the effect of the length of time
immersion and the best treatment time of dipping chicken meat into liquid nitrogen on the
physicochemical properties of chicken meat (Gallus gallus domesticus) during frozen
storage. This study used a Randomized Block Design (RCBD) with one factor, namely the
length of time immersed into liquid nitrogen by 4 treatments with 5 repetitions. Data were
analyzed with ANOVA. Test results on day 0 of the difference in the time immersion into
liquid nitrogen did not have a significant effect (P> 0.05) on the texture, but had a significant
effect (P <0.05) on the pH value, protein content. On the 7th day the difference in the
duration of immersion into liquid nitrogen did not have a significant effect (P> 0.05) on the
texture, but it did affect the pH and protein content. Test results show that the texture of the 0
th day is 1369.77 gf; 7th day 1886.08 gf, the pH of the 0th day 5.72; 7th day 6.02, and the 0th
day protein 23.02%; 7th day 22.85%.
Keywords: liquid nitrogen, freezing, chicken meat
2
PENDAHULUAN
Daging ayam merupakan bahan
pangan yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi, lengkap, dan seimbang, namun
mudah mengalami kerusakan fisik, kimia
dan biologis (Afrianti, et al., 2013). Daging
ayam mengandung gizi tinggi, karena
mengandung protein asam amino esensial;
lemak-lemak yang mengandung asam
lemak esensial; vitamin dan mineral. Selain
memiliki rasa dan aroma yang enak, tekstur
yang lunak dan harga yang relatif
terjangkau, sehingga disukai hampir semua
lapisan masyarakat. Daging ayam segar
hanya dapat bertahan selama 1 – 2 hari jika
disimpan didalam kulkas (refrigerator).
Komposisi kimia daging ayam terdiri dari
dan abu 0,79% (Stadelman,et al., 1988).
protein 18,6%, lemak 15,06%, air 65,95%
Melihat tingginya kandungan gizi
daging dan kegunaannya dewasa ini cukup
potensial, oleh sebab itu adanya upaya
mengawetkan bahan pangan dari kerusakan
dan pembusukan bahan pangan oleh
mikroorganisme dengan salah satu cara
yaitu dengan teknik pembekuan.
Pembekuan adalah upaya
mengawetkan bahan pangan yang cukup
efektif dalam pengawetan bahan pangan
terutama produk daging. Pembekuan dibagi
menjadi dua, yaitu pembekuan cepat dan
pembekuan lambat. Pada pembekuan
lambat kristal es yang yang dihasilkan lebih
besar. Hal ini menyebabkan kristal es
mendesak dan merusak susunan jaringan
daging. Sehingga tekstur daging yang
ketika dicairkan menjadi kurang baik dan
menghasilkan banyak drip (cairan yang
keluar saat proses thawing) yang keluar.
Timbulnya drip ini menyebabkan rasa khas
dari daging berkurang. Pada pembekuan
cepat kristal es yang dihasilkan lebih kecil,
sehingga tekstur yang dihasilkan lebih baik
dan drip yang keluar lebih sedikit. Salah
satu metode pembekuan cepat yaitu dengan
pencelupan ke dalam nitrogen cair.
Nitrogen cair memiliki titik didih
pada suhu -195,8°C, nitrogen cair
mempunyai kemampuan membekukan
bahan organik yang relatif lebih efektif dari
pada pendingin berbahan amonia ataupun
freon (Xu,et al., 2001). Nitrogen cair
merupakan satu dari beberapa pendingin
yang dapat kontak langsung dengan bahan
pangan tanpa menyebabkan efek samping
seperti hambar dan tak berasa. Dengan
demikian, perlu dilakukan penelitian
tentang penggunaan nitrogen cair terhadap
proses pembekuan pada daging ayam.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Kimia dan Laboratorium
Rekayasa Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Semarang. Kegiatan
penelitian dilaksanakan pada bulan Mei -
Juni 2019.
Bahan baku yang digunakan adalah
daging ayam boiler bagian paha bawah
yang diambil dari UD. Berkah Mulia di
Peterongan, kota Semarang. Nitrogen cair
diperoleh dari Balai Inseminasi Buatan
(BIB) Ungaran Semarang. Rancangan
percobaan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan satu faktor, yaitu dengan
metode pembekuan cepat. Dengan 4
perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. P1 :
Pembekuan dengan menggunakan Frezeer,
P2 : Pembekuan dengan menggunkan
Nitrogen cair selama 20 detik, P3 :
Pembekuan dengan menggunkan Nitrogen
cair selama 40 detik dan P4 : Pembekuan
dengan menggunkan Nitrogen cair selama
60 detik. Parameter yang diamati yaitu
tekstur, pH dan protein. Data yang
diperoleh dianalisa dengan menggunakan
ANOVA dan apabila ada perbedaan yang
3
nyata maka akan dilanjut dengan
menggunakan uji Duncan (DMRT) taraf α
5%. Parameter pengamatan meliputi:
Tekstur (Kusnadi dkk, 2012), Pengujian pH
(AOAC, 2005), Kadar Protein (AOAC,
2005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tekstur
Hasil analisis ANOVA (lampiran 3)
menunjukkan bahwa perlakuan pembekuan
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
tekstur pada hari ke-0 dan ke-7. Setelah
diuji lanjut dengan Duncan (DMRT) α 5%
hasil analisis tekstur daging ayam dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa lama
waktu pencelupan daging ayam kedalam
Nitrogen cair menyebabkan tekstur
mengalami penurunan dan kenaikan. Pada
hari ke-0 nilai tekstur tertinggi terdapat
pada perlakuan P4 (lama waktu pencelupan
60 detik)sebanyak 1804,24 gf dan nilai
tekstur terendah terdapat pada perlakuan P2
(lama waktu pencelupan 20 detik)sebanyak
1257,40 gf.
Tabel 1. Rerata Hasil Tekstur
Perlakuan (lama
pencelupan)
Tekstur
Hari ke-0 Hari ke-7
P1 : Frezzer 1369,77a 1561,73
a
P2 : 20 detik 1257,40a 1489,25
a
P3 : 40 detik 1272,26a 1780,24
a
P4 : 60 detik 1804,24a 1886,08
a
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata (p>0,05).
Perlakuan lama pencelupan ke dalam
nitrogen cair tidak berpengaruh nyata
terhadap tekstur daging ayam. Hasil analisis
hari ke-0 menunjukkan bahwa P1 tidak
berbeda nyata pada P2, P3 dan P4. Taher
(2010) menyatakan perubahan tekstur
dimana daging menjadi lebih lunak terjadi
apabila sudah mengalami kemunduran
mutu.Hal ini disebabkan oleh terjadinya
perombakan pada jaringan otot ikan oleh
proses enzimatis.
Pada hari ke-7 nilai tekstur tertinggi
terdapat pada perlakuan P4 (lama waktu
pencelupan 60 detik) sebanyak 1886,08 gf,
sedangkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan P2 (lama waktu pencelupan 20
detik) sebanyak 1489,25 gf. Hal ini
disebabkan karena proses pencelupan yang
semakin lama kedalam nitrogen cair
sehingga cairan meresap dan menyelimuti
seluruh permukaan daging dan
mengakibatkan tekstur semakin keras dan
nilai tekstur meningkat.
Pada penyimpanan freezer 0 hari dan
7 hari tidak terdapat perbedaan nyata pada
tekstur dikarenakan kemampuan freon
berbeda dengan nitrogen cair, sehingganilai
tekstur pada hari ke-7 mengalami kenaikan.
Sedangkan perlakuan pencelupan kedalam
nitrogen cair pada P4 (pencelupan nitrogen
60 detik) sebanyak 1804,24gf dan
mengalami peningkatan pada hari ke-7
yaitu sebanyak 1886,08 gf. Hal ini
menunjukkan bahwa lama pencelupan dan
penyimpanan, yang mana pada penyusutan
bobot perlakuan P4 (pencelupan 60 detik)
mengalami peningkatan. Diduga hal ini
terjadi karena sifat nitrogen cair yang
mampu mnghambat laju drip. Sehingga
pada perlakuan penyimpanan pada hari ke-
7 nilai tekstur mengalami kenaikan. Hal ini
disebabkan karena proses pencelupan yang
semakin lama kedalam nitrogen cair
sehingga dapat lebih meresap dan
menyelimuti seluruh permukaan daging
ayam mengakibatkan tekstur daging akan
semakin keras dan akan mengalami
kerusakan. Daging ayam pedaging akan
menjadi keras jika dipotong dari kakras
sebelum dimulainya rigormortis. Daging
juga akan menjadi keras jika kakras
dibekukan sebelum rigormortis dimulai
4
yang selanjutnya dengan cepat dilelehkan
(thawing) (Rose, 1997).
Gambar 3 menunjukkan bahwa
pembekuan daging ayam kedalam Nitrogen
cair tidak terdapat perbedaan nyata. Pada
hari ke-0, P1 (freezer/ tanpa pencelupan)
nilai tekstur sebesar 1369,77 gf dan
mengalami penurunan pada P2 (pencelupan
Nitrogen 20 detik) nilai tekstu sebesar
1257,4 gf pada P3 (pencelupan Nitrogen 40
detik)mengalami kenaikan nilai tekstur
sebesar 1272,26 gf semakin meningkat
pada P4 (pencelupan Nitrogen 60
detik)dengan nilai tekstur sebesar 1804,24
gf. Pada hari ke-7, P1 (freezer/ tanpa
pencelupan) nilai tekstur sebesar 1561,73 gf
mengalami penurunan pada P2 (pencelupan
Nitrogen 20 detik) nilai tekstur sebesar
1489,25gf pada P3 (pencelupan Nitrogen
40 detik) nilai tekstur naik sebesar 1780,24
gf dan semakin meningkat pada P4
(pencelupan Nitrogen 60 detik) dengan
nilai tekstur sebesar 1886,08 gf. Terlihat
dari perlakuan tertinggi P4 dengan lama
waktu pencelupan 60 detik kedalam
Nitrogen cair hari ke-0 sebesar 1804,24 gf
dan hari ke 7 sebesar 1886,08 gf.
Sedangkan pada perlakuan P1 nilai tekstur
tidak setinggi perlakuan P4 dengan lama
waktu pencelupan kedalam Nitrogen cair
60 detik. Menurut Ilyas (1993), penyebab
utama dari perubahan tekstur adalah
ketiadaan kemampuan pada jaringan
produk yang dibekukan untuk menahan air.
Air pada produk beku mudah bebas selama
pelelehan (thawing).
Diagram Garis Tekstur Daging Ayam
pH
Hasil analisis ANOVA (lampiran 5)
menunjukkan bahwa perlakuan pembekuan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pH
pada hari ke-0 dan ke-7. Setelah diuji lanjut
dengan Duncan (DMRT) α 5% hasil
analisis daging ayam dapat dilihat pada
tabel 6.
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nyata antar perlakuan terhadap
pH daging ayam. Lama pencelupan
menyebabkan nilai derajat keasaman (pH)
penurunan dan kenaikan. Pada hari ke-0
nilai pH tertinggi terdapat pada P3
(pencelupan Nitrogen 40 detik) yaitu
sebesar 5,66 dan terendah terdapat pada P4
(pencelupan Nitrogen 60 detik) yaitu
sebesar 5,22. Pengaruh perlakuan
pencelupan terhadap pH hari ke-0, P1 tidak
berbeda nyata dengan P3, P2 tidak berbeda
nyata dengan P3 dan P4.
Tabel 2. Rerata Hasil pH
Perlakuan (lama
pencelupan)
pH
Hari ke-0 Hari ke-7
P1 : Freezer 5,72c 5,86
a
P2 : 20 detik 5,60ab
6,00b
P3 : 40 detik 5,66bc
6,00b
P4 : 60 detik 5,52a 6,02
b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (p<0,05).
Hal ini menunjukan bahwa dengan
terhentinya suplai oksigen setelah hewan
mati menyebabkan terhentinya pula proses
respirasi. Kondisi ini menyebabkan
terbentuknya asam laktat hasil pemecahan
glikogen secara anaerob yang
mengakibatkan terjadinya penurunan pH
sebagaimana pernyataan Swatland (1984),
bahwa terjadinya penurunan pH setelah
pemotongan karena pembentukan asam
0.3
0.84
1.27 1.37
0
0.5
1
1.5
P1 P2 P3 P4
Su
sut
Bob
ot
(%)
Perlakuan
5
laktat hasil perombakan glikogen secara
anaerobik.
Pada hari ke-7 nilai pH tertinggi
terdapat pada P4 (pencelupan Nitrogen 60
detik) yaitu sebesar 6,02. Pada P2
(pencelupan nitrogen 20 detik) dan P3
(pencelupan nitrogen 40 detik) nilai pH
yang didapatkan sama yaitu 6,0 sedangkan
pada P1 (tanpa perlakuan pencelupan) nilai
pH yang dihasilkan cenderung menurun
yaitu sebesar 5,86 di.Pengaruh perlakuan
terhadap nilai pH hari ke-7, P1 berbeda
nyata dengan P2, P3 dan P4. Tetapi P2
tidak berbeda nyata dengan P3 dan P4. Hal
ini diduga pengaruh lama waktu
pencelupan kedalam Nitrogen cair dan lama
penyimpanan pada suhu dingin
berpengaruh terhadap pH daging ayam. Hal
ini sesuai dengan pendapat lawrie (2003)
bahwa pH daging dapat dipengaruhi oleh
lama penyimpanan. Daging segar memiliki
pH 5,15 sedangkan daging beku 5,25.
Perbedaan ini sangat sedikit bahkan bisa
dikatakan hampir sama.
Pada penyimpanan freezer 0 hari dan
7 hari terdapat perbedaan nyata pada nilai
pH dikarenakan kemampuan freon berbeda
dengan nitrogen cair, sehingga nilai pH
pada hari ke-7 mengalami kenaikan.
Sedangkan perlakuan pencelupan kedalam
nitrogen cair pada P4 (pencelupan nitrogen
60 detik) sebanyak 5,52 dan mengalami
peningkatan pada hari ke-7 yaitu sebanyak
6,02. Hal ini menunjukkan bahwa lama
pencelupan dan penyimpanan, yang mana
pada nilai pH perlakuan P4 (pencelupan 60
detik) mengalami peningkatan. Diduga hal
ini terjadi karena pengaruh pembekuan dan
lama penyimpanan pada suhu rendah.
Sehingga pada perlakuan penyimpanan
pada hari ke-7 nilai pH mengalami
kenaikan. Sahari et al., (2004) menyatakan
bahwa perubahan nilai pH juga dipengaruhi
oleh lama penyimpanan, reaksi enzimatis,
dan perubahan mikrobia. Perbedaan ukuran
dan jenis kristal es yang terbentuk dapat
menjadi penyebab perbedaan konsentrasi
ion hidrogen sehingga terjadi perubahan
pH.
Gambar 4 menunjukkan bahwa
perlakuan pembekuan daging ayam dengan
cara pencelupan ke dalam Nitrogen cair
terdapat perbedaan nyata antar perlakuan
terhadap nilai pH. Pada hari ke-0, P1
(freezer/ tanpa pencelupan) nilai pH
sebanyak 5,72; P2 (pencelupan Nitrogen 20
detik) nilai pH sebanyak 5,60; P3
(pencelupan Nitrogen 40 detik) nilai pH
sebanyak 5,66; P4(pencelupan Nitrogen 60
detik) nilai pH sebanyak 5,52.Pada hari ke-
7, P1 (freezer/ tanpa pencelupan) nilai pH
sebanyak 5,86; P2 (pencelupan Nitrogen 20
detik) nilai pH sebanyak 6,00; P3
(pencelupan Nitrogen 40 detik) nilai pH
sebanyak 6,00; P4 (pencelupan Nitrogen 60
detik) dengan nilai pH sebanyak 6,02. Hal
ini diduga disebabkan oleh faktor lama
pencelupan dan penyimpanan, secara alami
pH daging akan akan menurun diawal masa
penyimpanan kemudian naik hingga pH
mendekati basa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lawrie (2003) bahwa pH daging
dapat dipengaruhi oleh lama penyimpanan.
Penyimpanan pada suhu dingin diduga
berperan dalam menghambat kebusukan
ikan dengan pH berkisar basa.
Diagram Garis pH Daging Ayam
Protein
Hasil analisis ANOVA (lampiran 6)
menunjukkan bahwa perlakuan pembekuan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
protein pada hari ke-0 dan ke-7. Setelah
6
diuji lanjut dengan Duncan (DMRT) α 5%
hasil analisa daging ayam dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 3. Rerata Kadar Protein
Perlakuan (lama
pencelupan)
Protein (%)
Hari ke-0 Hari ke-7
P1 : Frezzer 23,02b 21,26
a
P2 : 20 detik 22,47a 22,11
b
P3 : 40 detik 23,04b 22,13
b
P4 : 60 detik 23,07b 22,85
c
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf
yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (p<0,05).
Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nyata terhadap rerata kadar
protein terhadap perlakuan pembekuan
daging ayam dengan Nitrogen cair. Lama
pencelupan menyebabkan kadar protein
daging ayam menngalami penurunan dan
kenaikan.Pada hari ke-0 kadar protein
tertinggi terdapat pada perlakuan P4
(pencelupan nitrogen 60 detik)yaitu sebesar
23,07% dan terendah terdapat pada
perlakuan P2 (pencelupan Nitrogen 20
detik) yaitu sebesar 22,47%. Hasil analisis
menunjukkan bahwa P2 berbeda nyata
terhadap P1, P3, dan P 4, tetapi P1 tidak
berbeda nyata terhadap P3 dan P4. Hal ini
disebabkan oleh faktor lama pembekuan
sangat berpengaruh terhadap kadar protein
pada daging yang telah dilakukan proses
thawing. Menurut soeparno (1998) dalam
Untari (2007) nutrisi daging beku akan larut
bersama air yang keluar saat proses thawing
yang bisa disebut dengan drip.
Pada hari ke-7 kadar protein tertinggi
terdapat pada perlakuan P4 (pencelupan
nitrogen 60 detik) sebesar 22,85% dan
terendah terdapat pada P1 tanpa perlakuan
pencelupan sebesar 21,26%. Lama waktu
pencelupan menyebabkan semakin
meningkatnya kadar protein hari ke-7. Hasil
analisis menunjukkan P1 berbeda nyata
dengan P2, P3 dan P4. Tetapi P2 tidak
berbeda nyata dengan P3. Nilai rerata kadar
protein daging ayam masih memenuhi
standar. Menurut Soeparno (2011)
menyatakan bahwa prosentasi protein pada
ayam potong adalah 22,08%.
Pada penyimpanan freezer 0 hari dan
7 hari terdapat perbedaan nyata pada kadar
protein dikarenakan kemampuan freon
berbeda dengan nitrogen cair, sehingga
kadar air pada hari ke-7 mengalami
penurunan. Proses penurunan ini
disebabkan oleh proses thawing sehingga
protein yang terkandung dalam daging ikut
keluar bersama keluarnya drip pada proses
thawing. Pada hari ke-0 kadar protein
tertinggi terdapat pada perlakuan
pencelupan kedalam nitrogen cair P4
(pencelupan nitrogen 60 detik) sebanyak
23,07%, setelah 7 hari penyimpanan kadar
protein mengalami penurunan sebanyak
22,85%. Hal ini diduga bahwa nitrogen cair
dalam mempertahankan protein sangat
kuat. Aulina, (2001) menambahkan bahwa
protein merupakan senyawa yang terbentuk
dari unsur-unsur organik yaitu C, H, O, N
dan S. Sehingga pada perlakuan
penyimpanan pada hari ke-7 kadar protein
mengalami penurunan yang tidak begitu
banyak.
Diagram Garis Kadar Protein Daging Ayam
Gambar 5 menunjukkan bahwa
perlakuan pembekuan daging ayam dengan
cara pencelupan ke dalam Nitrogen cair
terdapat perbedaan nyata antar perlakuan
terhadap kadar protein. Pada hari ke-0, P1
(freezer/tanpa pencelupan) kadar protein
sebanyak 23,02%, P2 (pencelupan Nitrogen
20 detik) kadar protein sebanyak 22,47%,
7
P3 (pencelupan Nitrogen 40 detik) kadar
protein sebanyak 23,04%, P4 (pencelupan
Nitrogen 60 detik) kadar protein sebanyak
23,07%. Sedangkan pada hari ke-7, P1
(freezer/tanpa pencelupan) kadar protein
sebanyak 21,26%, P2 (pencelupan Nitrogen
20 detik)kadar protein sebanyak 22,11%,
P3 (pencelupan Nitrogen 40 detik) kadar
protein sebanyak 22,13%, P4 (pencelupan
Nitrogen 60 detik) kadar protein sebanyak
22,85%. Kadar protein pada lama
pencelupan kedalam nitrogen cair antar
perlakuan mengalami kenaikan pada hari
ke-0 dan menurun pada hari ke-7.
Peningkatakn protein disebabkan oleh
pembentukan kristal es akibat fluktuasi
suhu selama penyimpanan. Pembentukan
kristal tersebut dapat merusak sel-sel
jaringan. Selama proses pembekuan dan
penyimpanan maka protein akan
terdenaturasi dan makin sedikit kandungan
protein didalamnya. Ophat et al, (2003)
menyatakan bahwa ikatan peptida protein
tidak seluruhnya dapat terputus akibat
denaturasi, karena struktur primer protein
tetap sama setelah proses denaturasi.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
penggunaan Nitrogen cair pada daging
ayam dapat disimpulkan bahwa:
Pada hari ke-0 perbedaan lama waktu
pencelupan kedalam Nitrogen cair tidak
memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
terhadap tekstur, tetapi berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadapt nilai Ph dan kadar
protein. Pada hari ke-7 perbedaan lama
pencelupan kedalam Nitrogen cair tidak
memberikan pengaruh nyata (P>0,05)
terhadap tekstur tetapi berpengaruh
terhadap niai pH dan kadar protein.
Saran Perlu adanya penelitian serupa tetapi
dengan lama penyimpanan yang
diperpanjang dan sampel yang di gunakan
memiliki keseragaman yang sama.
DAFTAR PUSTAKA .
Afrianti M, Dwiloka B, Setiani B.E. 2013. Total bakteri, pH, dan kadar air daging ayam
broiler setelah direndam dengan ekstrak daun senduduk (Melastoma malabathricum
L.) selama masa simpan. Jurnal Pangan dan gizi 4(7):49-56.
Aulina, Risqie. 2001. Gizi Dan Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Karya Nusa. Hal: 1-2.
[AOAC] Association Official Analitycal Chemistry. 2005. Official Method of Analysis. 18th
Ed. Maryland (US): AOAC International. Badan Standarisasi Nasional. 2009. Mutu
dan Karkas Daging Ayam. Bogor.
Ilyas, S., 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Peternakan. Badan Penelitian Pengembangan
Pertanian dan Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan, Jakarta.
Kusnadi, D.C., Bintoro, V.P. dan Al-Baarri, A.N. 2012. Daya Ikat Air, Tingkat kekenyalan
dan Kadar Protein pada Bakso Kombinasi Daging Sapi dan Daging Kelinci. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan (1): 28-31.
Lawrie RA. 2003. Lawrie’s Meat Science. Ed ke-6 . England: Woodhead. hlm 119-127.
8
Ockerman C. 1983. Chemistry of Meat Tissue. Tenth ed. Dept. of Animal Science The Ohio
State University and The Agricultural Research and Development Center. United
States of America.
Ophart CE. 2003. Virtual Chembook. Illinois Chicago USA: Elmhurst College
Rahman, M.S. 1999. Handbook of Food Preservation. MarcelDekker. New York.259-284.
Rose, S.P. 1997. Principles of Poultry Science. CAB International Wallingfor, Oxon, UK.
Sahari M. A., Mohsen Boostani F, and Zohreh Hamidi E. 2004. Effect of Low
Temperature on the Ascorbic Acid Content and Quality Characteristic of Frozen
Strawberry. J.Food Chem 86:357 – 363.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-1. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Pr.
hlm 1, 202-206.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Fakultas Peternakan UGM
Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Stadelman, W.J., V.M. Olson, G.A. Shmwell, S. Pasch. 1988. Egg and Poultry Meat
Processing. Ellis Haewood Ltd.
Swatland, H. J. 1984. Structure and Development of Meat Animals. Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New Jerssey.
Taher, N. 2010. Penilaian mutu organoleptik ikan Mujair (Tilapia mussambica) segar dengan
ukuran yang berbeda selama penyimpanan dingin. J. Perikanan dan Kelautan, 4(1):8-
12.
Xu, Fei. , Wang, Zhang. , Xu, Shiying and Sun, D.W. 2001.Cryostability of frozen
concentrated orange juices producedby enzymatic process. Journal of Food
Engineering 50:217-222.