Author
phamdiep
View
242
Download
5
Embed Size (px)
PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER
SKRIPSI
NAJIBAH SAMIYAH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
NAJIBAH SAMIYAH. D24080276. Pengaruh Penambahan Asam Fulvat dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.
Asam fulvat merupakan senyawa yang dihasilkan dari penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Humat terbagi dalam tiga kategori yaitu asam fulvat, asam humat dan humin. Asam fulvat bersifat sangat reaktif sebagai chelator dalam penyerapan dan transfer zat-zat makanan. Bentuk molekulnya yang sangat ringan dan kecil menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan sel. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan asam fulvat dalam ransum terhadap performa ayam broiler.
Ternak yang digunakan adalah DOC (Day Old Chick) strain CP 707 sebanyak 375 ekor yang dipelihara selama lima minggu. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Febuari sampai Maret 2012 yang berlokasi di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas (Kandang C), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan dalam penelitian ini adalah R0 (ransum basal tanpa penambahan asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% asam fulvat), R2 (R0 + 0,5% asam fulvat), R3 (R0 + 0,75% asam fulvat), dan R4 (R0 + 1% asam fulvat). Ransum dan air minum diberikan ad libitum.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 15 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance), dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan mortalitas.
Penambahan asam fulvat 0,25% - 1,0% dalam ransum tidak mempengaruhi performa ayam broiler, akan tetapi penambahan 0,50% dapat menurunkan mortalitas ayam broiler sebesar 87,5% dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan asam fulvat.
Kata-kata kunci : ayam broiler, performa, asam fulvat
ABSTRACT
Effects of Fulvic Acid Supplementation on Performances of Broiler Chickens
Samiyah, N., H. A. Sukria, and Sumiati
Fulvic acid (FA), a class of compounds resulting from decomposition of organic matter, is a part of the humic structure. FA has ability to chelate trace minerals to enhance the uptake of nutrients. This study was designed to investigate whether inclusions of FA into diets of broiler chickens could improve broiler performances. Three hundred and seventy five broilers were allocated into five groups : (R0) control diet (without fulvic acid), (R1) = R0 + 0.25% FA, (R2) = R0 + 0.5% FA, (R3) = R0 + 0.75% FA, (R4) = R0 + 1% FA. Each treatment consisted of 5 replications and used 15 broilers of each. Feed and water were offered ad libitum . Parameters observed were feed intake, final body weight, body weight gain, feed conversion ratio (FCR) and mortality. Data from completely Randomized Design were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and any significant different was further tested using Duncan multiple range test. Feed intake, final body weight, body weight gain, feed conversion ratio were not affected by fulvic acid supplementation (P>0.05). Supplementation of fulvic acid 0.50% decreased mortality rate of broilers composed to the control diet. Keywords : fulvic acid, performans, broiler
PENGARUH PENAMBAHAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER
NAJIBAH SAMIYAH
D24080276
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul : Pengaruh Penambahan Asam Fulvat dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Broiler
Nama : Najibah Samiyah NIM : D24080276
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc. Agr) (Dr. Ir. Sumiati, M.Sc) NIP: 19660705 199103 1 003 NIP: 19611017 198603 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc, Agr) NIP: 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian : 15 Oktober 2012 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Najibah Samiyah, dilahirkan di
Solo pada tanggal 22 Mei 1990. Penulis merupakan anak
keempat dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H. Ahmad
Gholib dan Ibu Hj. Jauharotun Nafisah.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun
1996 di SDN Tanjung 3 Klaten dan pada tahun 2002
Penulis lulus dari SDN 2 Mangkuyudan Solo. Pendidikan
lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005
di SMP Al Muayyad Solo. Pendidikan lanjutan tingkat atas (SMA) diselesaikan pada
tahun 2008 di MA Al Muayyad Solo.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama dan diterima di Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif sebagai
anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan sebagai staf
Komunikasi dan Informasi periode 2009-2010. Penulis juga menjadi anggota aktif
organisasi CSS MoRA IPB (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious
Affairs) sevagai staf Divisi Minat dan Bakat periode 2009-2010 dan sebagai kepala
Divisi Informasi dan Komunikasi pada periode 2010-2011.
Bogor, Oktober 2012
Najibah Samiyah D24080276
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim.
Alhamdulillahirrobbilalamiin.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Penambahan Asam Fulvat dalam Ransum Terhadap Performa
Ayam Broiler. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan informasi mengenai potensi asam fulvat
dalam pakan ayam broiler dan dapat dijadikan referensi yang baik dalam
pengembangan ternak unggas khususnya ayam broiler di Indonesia.
Skripsi ini merupakan hasil studi penelitian pengaruh penambahan asam
fulvat dalam ransum terhadap performa ayam broiler sehingga diharapkan dengan
adanya tulisan ini dapat memberikan informasi tentang manfaat asam fulvat dalam
bidang ilmu peternakan. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf bilamana masih terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi
ini. Semoga semua yang tertuang dalam tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Oktober 2012
Najibah Samiyah D24080276
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .............................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan .............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
Ayam Broiler .................................................................................... 3 Konsumsi Ransum ............................................................... 6 Pertambahan Bobot Badan ................................................... 6 Konversi Ransum ................................................................. 7 Mortalitas ............................................................................. 7
Pakan Ayam Broiler ......................................................................... 8 Feed Additive ................................................................................... 10
Asam Fulvat ......................................................................... 10 METODE ..................................................................................................... 15
Lokasi dan Waktu ............................................................................ 15 Materi ............................................................................................... 15
Ternak .................................................................................. 15 Kandang dan Peralatan ........................................................ 15 Ransum ................................................................................ 15
Prosedur ........................................................................................... 17 Pembuatan Ransum .............................................................. 17 Persiapan Kandang .............................................................. 17 Pemeliharaan Ayam ............................................................. 18
Rancangan dan Analisis Data .......................................................... 18 Perlakuan ............................................................................. 18 Rancangan Percobaan .......................................................... 18 Peubah yang Diamati ........................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 20
Kualitas Ransum .............................................................................. 20 Suhu dan Kelembaban Kandang ...................................................... 20 Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler .................... 22
Konsumsi Ransum ............................................................... 22 Bobot Badan Akhir .............................................................. 24 Pertambahan Bobot Badan ................................................... 25 Konversi Ransum ................................................................. 25 Mortalitas ............................................................................. 26
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 30
Kesimpulan ...................................................................................... 30 Saran ................................................................................................. 30
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32
LAMPIRAN ................................................................................................. 37
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707 ................................... 3
2. Suhu Optimum Kandang Ayam Broiler ........................................... 4
3. Kapasitas Kandang Ayam Pedaging Sesuai dengan Tingkat Umur 4
4. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Suhu Udara Kandang ..... 5
5. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler ............................................ 9
6. SNI Pakan Broiler Starter dan Finisher ............................................ 9
7. Persentase Komposisi Kimia Asam Fulvat dan Asam Humat ......... 11
8. Bobot Bursa Fabrisius dan Jumlah Leukosit Ayam Broiler yang Mendapat Suplementasi Asam Fulvat Dalam Ransum .................... 13
9. Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Periode Starter dan Finisher ........................................................................ 16
10. Kandungan Asam Fulvat yang Digunakan Dalam Penelitian .......... 17
11. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan Awal, Bobot Badan Akhir, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum dan Mortalitas Selama Penelitian ........................................................... 22
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Humifikasi Asam Fulvat ................................................... 11
2. Model Struktur Asam Fulvat ........................................................... 12
3. Rataan Suhu dan Kelembaban Kandang Selama Penelitian ............ 20
4. Rataan Kelembaban Kandang Selama Penelitian ............................ 21
5. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian .......... 23
6. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian .......... 24
7. Rataan PBB Ayam Broiler Selama Penelitian ................................. 25
8. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian ............. 26
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Mortalitas Ayam Broiler Selama Lima Minggu Pemeliharaan ....... 38
2. Suhu dan Kelembaban Kandang Selama Pemeliharaan ................... 38
3. Rataan Bobot Badan Awal Ayam Broiler .......................................... 40
4. Sidik Ragam Konsumsi Ransum 5 Minggu Pemeliharaan .............. 40
5. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Pertama .......................... 40
6. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kedua ............................. 40
7. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Ketiga ............................ 40
8. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Keempat .......................... 41
9. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kelima ........................... 41
10. Sidik Ragam PBB 5 Minggu Pemeliharaan ...................................... 41
11. Sidik Ragam PBB Minggu Pertama ................................................. 41
12. Uji Jarak Duncan PBB Minggu Pertama .......................................... 41
13. Sidik Ragam PBB Minggu Kedua ................................................... 42
14. Uji Jarak Duncan PBB Minggu Kedua .............................................. 42
15. Sidik Ragam PBB Minggu Ketiga .................................................... 42
16. Sidik Ragam PBB Minggu Keempat ................................................ 42
17. Sidik Ragam PBB Minggu Kelima .................................................. 42
18. Sidik Ragam Konversi Ransum Lima Minggu Pemeliharaan .......... 43
19. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Pertama ............................ 43
20. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Pertama ..................... 43
21. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kedua ............................... 43
22. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Kedua ........................ 44
23. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Ketiga .............................. 44
24. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Keempat ........................... 44
25. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kelima ............................. 44
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam pedaging (broiler) merupakan ternak yang memiliki pertumbuhan
yang cepat dalam memproduksi daging sehingga memiliki potensi sangat besar
dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat. Permintaan
terhadap daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
penghasilan dan kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Menurut
Badan Pusat Statistik (2011), populasi ayam broiler di Indonesia meningkat dari
902.052.418 ekor pada tahun 2008, menjadi 986.871.712 ekor pada tahun 2010.
Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan
nutrisi yang terdapat dalam pakan. Selain itu, penambahan zat aditif dalam pakan
telah banyak dilakukan untuk membantu proses pencernaan dan metabolisme
yang diperlukan agar ransum yang dikonsumsi menjadi efisien digunakan oleh
tubuh ayam.
Imbuhan pakan atau feed additives adalah salah satu bahan yang
dicampurkan di dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas
maupun keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi (Adams, 2000). Imbuhan pakan berupa prebiotik, probiotik,
enzim dan lain-lain digunakan pada pakan ayam untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan. Prebiotik adalah substrat yang mampu merubah mikro ekologi
usus sedemikian rupa, sehingga mikroba yang menguntungkan dapat berkembang
dengan baik. Prebiotik alami dapat diperoleh dari ekstrak tanaman maupun bahan
organik yang terdekomposisi, antara lain gambut. Dari hasil ekstrak tanah gambut
secara kimiawi diperoleh fraksi humin, asam humat dan asam fulvat (Stevenson,
1994).
Asam fulvat adalah asam organik yang timbul secara alamiah saat terjadi
penguraian zat organik yang disebut humus atau sekarang disebut sebagai
senyawa humat. Asam fulvat merupakan bagian dari asam humat yang dapat larut
dalam alkali dan dalam asam pada kondisi netral. Bentuk molekulnya yang sangat
ringan dan kecil menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan
sel (Islam et al., 2005). Asam fulvat dapat membantu produksi enzim, struktur
hormon, dan kebutuhan dalam penggunaan vitamin. Selain itu, asam fulvat dapat
2
menyerap logam berat dan racun polutan, serta dapat membantu memperbaiki
ketidakseimbangan sel. Kompiang dan Supriyati (2007) melaporkan bahwa
penambahan asam humat hingga 300 mg/L dalam air minum mempunyai potensi
sebagai bahan pakan tambahan yang dapat meningkatkan performa ayam
pedaging.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan
asam fulvat dalam ransum terhadap performa ayam broiler yang meliputi
konsumsi ransum, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi ransum
dan mortalitas.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa genetika teknologi yang
memiliki karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai
penghasil daging, konversi ransum rendah, siap potong dalam usia relatif muda
dan menghasilkan daging yang memiliki serat lunak (Bell dan Weaver, 2002).
Standar pertumbuhan ayam broiler CP 707 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707
Umur (minggu) Konsumsi Pakan Berat Badan FCR
1 150 175 0,86
2 515 487 1,06
3 1175 932 1,26
4 2120 1467 1,45
5 3297 2049 1,61
6 4625 2634 1,76
7 6021 3177 1,89
Sumber: Charoen Pokphand (2011)
Temperatur dan kelembaban relatif merupakan faktor penting bagi
kelangsungan hidup ternak. Ayam sebagai hewan homeotermis, dapat mengatur
suhu tubuhnya relatif konstan, sekalipun temperatur lingkungan berubah-ubah.
Kondisi suhu lingkungan yang optimal bagi ayam adalah 21 C (Suprijatna et al.,
2005). Tingginya kelembaban relatif akan menghambat penguapan panas melalui
panting. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan optimal ayam broiler berkisar
antara 50-60% (Appleby et al., 2004). Ayam broiler kurang toleran terhadap suhu
lingkungan yang tinggi, terutama setelah ayam berumur lebih dari tiga minggu
(Gunawan dan Sihombing, 2004). Pada ayam broiler berumur diatas tiga minggu,
keadaan suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20-25 C
dengan kelembaban berkisar antara 50-70% (Borges et al., 2004). Apabila suhu
tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka nutrien yang ada
di dalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam broiler untuk memproduksi
4
panas tubuh (Bruzual et al., 2000). Suhu optimum kandang untuk pemeliharaan
ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Suhu Optimum Kandang Ayam Broiler
Umur (minggu) Suhu (C) Kelembaban (%)
1 30-32 50%-70%
2 29 50%-70%
3 28 50%-70%
4 26 50%-70%
5 23 50%-70%
>5 22 50%-70%
Sumber : Charoen Pokphand (2011)
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa meningkatnya kepadatan
kandang akan menyebabkan berkurangnya konsumsi ransum, menurunnya
pertumbuhan, menurunkan efisiensi makanan, meningkatnya mortalitas dan
meningkatnya kanibalisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan
kandang yaitu temperatur lingkungan, tipe kandang, ukuran ayam dan umur ayam
(Mazia, 2009). Kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kapasitas Kandang Ayam Pedaging Sesuai dengan Tingkat Umur
Umur (hari) Kapasitas (ekor/m2)
1 7 40 50
8 14 20 25
>14 8 12
Sumber : Mazia (2009)
Hasil penelitian Sufi (2008) menyatakan bahwa konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan, serta bobot badan akhir dipengaruhi oleh kepadatan
kandang. Pada kepadatan kandang 10 ekor/m2 memiliki tingkat konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kepadatan kandang 12 dan 14 ekor/m2. Kepadatan kandang yang semakin
5
tinggi juga meningkatkan suhu dan kelembaban. Pengaruh kepadatan kandang
terhadap suhu udara kandang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Suhu Udara Kandang
Kepadatan
(ekor/m2)
Suhu (C)
Pagi Siang Sore
10 26,30 31,28 28,84
13 26,39 31,43 29,13
16 26,48 31,56 29,36
Sumber : Kususiyah (1992)
Cekaman panas (heat stres) terjadi akibat ketidakseimbangan antara
jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan dengan jumlah panas
yang dihasilkan tubuh sehingga terjadi perubahan fisiologis dan metabolisme
dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan sistem homeostasis
yang ada. Cekaman panas berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel
darah putih serta terjadinya pelepasan glukokortikoid yang dapat mengganggu
kekebalan (imunitas) tubuh (Sugito, 2007).
Kekebalan tubuh ayam broiler dapat dilihat dari bobot bursa fabrisius dan
jumlah benda darah putih (leukosit). Bursa fabrisius merupakan salah satu organ
limfoid primer yang fungsinya sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi
sel dari sistem pembentukan antibodi (Scanes et al., 2004). Wirapati (2008)
melaporkan bahwa persentase bobot bursa fabrisius ayam broiler umur lima
minggu yaitu sekitar 0,04%-0,12% dari bobot hidup. Unggas yang mempunyai
bobot relatif bursa fabricius lebih besar akan lebih tahan terhadap berbagai
penyakit (Heckert et al., 2002). Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti
sel dan memiliki kemampuan gerak yang independen (Frandson, 1992). Leukosit
berperan dalam merespon kekebalan tubuh. Swenson (1984) menyatakan bahwa
jumlah leukosit unggas lebih banyak dibandingkan dengan leukosit pada mamalia,
yaitu berkisar antara 20.000-30.000/mm3.
6
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah ransum yang dimakan dengan jumlah dan waktu
tertentu dan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi
ransum pada ayam pedaging tergantung pada strain, umur, aktivitas serta
temperatur lingkungan (Wahju, 2004). Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
ransum antara lain adalah besar dan bangsa ayam, suhu lingkungan, tahap
produksi dan energi dalam ransum.
Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan menurunnya konsumsi
ransum. Penelitian Lu et al. (2007) menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan
pertambahan bobot hidup ayam broiler umur 5-8 minggu yang dipelihara pada
suhu lingkungan 34 C adalah 93,6 dan 22,29 gram/ekor, keduanya nyata lebih
rendah dibandingkan dengan ayam yang dipelihara pada suhu lingkungan 21 C
yakni 169 dan 61,45 gram/ekor.
Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan
bobot badan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak
dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004). Pemberian ransum
bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi
daging agar menguntungkan (Sudarso dan Siriwa, 2007).
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam
broiler dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan
bobot badan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot
hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan serentak (Maynard
et al., 1979). Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran
sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu
mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton,
peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran
bulu, kulit dan organ dalam.
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa peningkatan bobot badan
mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam
pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal,
7
setelah itu mengalami penurunan. Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa PBB
ayam pedaging umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 C
sebesar 515 gram/ekor, sedangkan pada suhu 22 C PBB ayam pedaging sebesar
1084 gram/ekor.
Konversi Ransum
Menurut Wahju (2004), konversi ransum adalah jumlah ransum yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu unit PBB, semakin besar ukuran dan tua
ternak maka nilai konversinya akan semakin tinggi. Angka konversi ransum yang
kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu
kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Faktor
utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah temperatur, kualitas ransum,
kualitas air, pengafkiran, penyakit, manajemen pemeliharaan dan juga faktor
pemberian ransum, penerangan dan faktor sosial (Anggorodi, 1979).
Mortalitas
Mortalitas merupakan indikator kematian yang diukur dengan persentase.
Angka mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah seluruh ayam yang mati
dengan jumlah total ayam yang dipelihara (Bell dan Weaver, 2002). Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat mortalitas antara lain bobot badan, tipe ayam, iklim,
kebersihan, suhu lingkungan, sanitasi peralatan, kandang serta penyakit.
Pemeliharaan ayam broiler dinyatakan berhasil jika angka kematian secara
keseluruhan kurang dari 5%. Angka mortalitas dipengaruhi umur, ayam broiler
umur lima hingga delapan minggu memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi
dibandingkan umur dua hingga empat minggu (Bell dan Weaver, 2002).
Beberapa penyakit yang biasanya menyerang ayam broiler di suatu
peternakan antara lain:
1. Chronic Respiratory Disease (CRD). Amer et al. (2009) menyatakan
bahwa pemeliharaan ayam broiler dalam kandang dengan kepadatan yang
tinggi dan sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ayam
broiler terinfeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum. Mycoplasma
gallisepticum menyerang saluran pernafasan di bagian kantong udara.
Kantong udara dipenuhi mukus. Tahap infeksi yang lebih akut
8
menyebabkan mukus berwarna kuning dan kental (Bell dan Weaver,
2002). Gejala yang terlihat pada ayam muda adalah adanya indikasi
kesulitan bernafas seperti bersin dan nafas yang bersuara (ngorok). Jika
termasuk dalam kasus yang parah maka mortalitas dapat mencapai 30%
(Ginting, 1988). Menurut Bell dan Weaver (2002), gejala CRD pada ayam
dewasa adalah ayam terlihat depresi dan tidak aktif, konsumsi ransum
menurun namun mortalitasnya rendah.
2. Sudden Death Syndrome (SDS). Sudden Death Syndrome merupakan
kematian yang dikarenakan metabolic disorder. Sudden Death Syndrome
biasanya menyerang ayam broiler jantan, bobot badan tinggi, dengan
pertumbuhan yang cepat. Kepadatan kandang yang tinggi juga
meningkatkan resiko terinfeksi SDS (Bolton et al., 1972). Konfirmasi hasil
nekropsi mengenai SDS sulit didapatkan karena tidak ada tanda khusus,
daging dalam keadaan baik dan gizzard dalam keadaan terisi penuh.
Kematian yang mendadak ini sering disebut juga sebagai heart attack atau
flipover (Leeson dan Summers, 2005). Faktor-faktor lain yang
menyebabkan terjadinya Sudden Death Syndrome adalah kontinuitas
pencahayaan (Onowiwu et al., 1979), penyimpangan kandungan kalsium
dan fosfor dalam pakan (Scheideler et al., 1995), dan frekuensi makan
(Bowes dan Julian, 1988).
Pakan Ayam Broiler
Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang secara khusus mengandung zat gizi
yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis
ternaknya (SNI, 2006a dan SNI, 2006b). Pakan ternak terdiri atas pakan buatan
pabrik dan buatan sendiri. Pakan buatan pabrik biasanya dikenal dalam bentuk
pelet dengan ukuran yang bervariasi, sedangkan pakan buatan sendiri dapat dibuat
sepanjang bahan baku tersedia dengan berbasis bahan baku lokal.
Fungsi ransum yang diberikan pada prinsipnya untuk memenuhi
kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta
menggantikan bagian-bagian yang merupakan zat-zat yang diperlukan ayam
adalah karbohidrat, lemak, dan protein akan membentuk energi sebagai hasil
9
pembakarannya (Sudaryani dan Santoso, 1995). Kebutuhan dan kandungan zat
makanan ayam broiler disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler
Umur
(hari)
Zat Makanan
EM
(kkal/kg)
Protein
(kcal)
Ca
(%)
P avl
(%)
Lysin
(%)
Meth
(%)
0 18 hari 3050 22,00 0,95 0,45 1,30 0,50
19 30 hari 3100 20,00 0,92 0,41 1,15 0,44
Sumber : Leeson dan Summers (2005) Keterangan : EM = Energi Metabolis, P avl = P available (P tersedia)
Tabel 6. SNI Pakan Broiler Starter dan Finisher
No Parameter Satuan Starter a Finisher b
1 Kadar Air % Maks. 14,0 Maks. 14,0
2 Protein Kasar % Min. 19,0 Min. 18,0
3 Lemak Kasar % Maks. 7,4 Maks. 8,0
4 Serat Kasar % Maks. 6,0 Maks. 6,0
5 Abu % Maks. 8,0 Maks. 8,0
6 Kalsium % 0,90 - 1,20 0,90-1,20
7 Fosfor Total % 0,60 - 1,00 0,60-1,00
8 Fosfor Tersedia % Min. 0,40 Min. 0,40
9 Total Aflatoksin mg/kg Maks. 50,0 Maks. 50,0
10 Energi Metabolis kkal/kg Min. 2900 Min. 2900
11 Asam Amino
Lisin % Min. 1,10 Min. 0,90
Metionin % Min. 0,40 Min. 0,30
Metionin + sistin % Min. 0,60 Min. 0,60
Sumber : aSNI 01-3930-2006 bSNI 01-3931-2006
10
Feed Additive
Imbuhan pakan atau feed additive adalah suatu bahan yang dicampurkan di
dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun
keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan
zat gizi (Adams, 2000). Imbuhan pakan yang sudah umum digunakan dalam
industri perunggasan adalah antibiotika, enzim, prebiotik, probiotik asam organik
flavor pewarna dan antioksidan. Dari semua imbuhan pakan, antibiotika
merupakan imbuhan pakan yang paling luas penggunaannya di seluruh dunia.
Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat yang tidak dapat dicerna
oleh ternak berperut tunggal (monogastrik). Prebiotik disebut juga sebagai nutrisi
yang sesuai bagi bakteri menguntungkan, tetapi tidak cocok bagi bakteri yang
kurang menguntungkan. Dengan kata lain, prebiotik dapat meningkatkan bakteri
yang menguntungkan dalam usus (Gibson et al., 1998).
Asam Fulvat
Asam fulvat adalah asam organik yang timbul secara alamiah saat terjadi
penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Asam fulvat
merupakan bagian dari asam humat yang dapat larut dalam alkali dan dalam asam
pada kondisi netral. Stevenson (1994) membagi humat dalam tiga kategori yaitu
asam fulvat, asam humat dan humin. Asam fulvat berwarna kuning terang sampai
kuning kecoklatan. Menurut Schnitzer dan Khan (1978) asam fulvat memiliki
kemasaman total yang lebih besar dan mempunyai berat molekul yang lebih
ringan sehingga lebih mudah bergerak atau berpindah. Asam fulvat tertinggal
dalam larutan setelah pemindahan asam humat dengan asidifikasi (Weber, 2008).
Proses humifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.
As
0,7%-2,6%
daripada a
berbagai s
karena ad
Komposis
Tabel 7. P
E
Sumber : S
As
seperti N
format. N
Meskipun
seperti ha
Tid
Tidaklbasa
Ga
sam fulvat m
%. Kadar k
asam huma
senyawa org
danya kecen
si kimia asam
Persentase K
Elemen
C
H
O
N
S
Stevenson (
sam humat
NaOH, Na4P
Namun yan
n memberik
alnya perea
aklarut
arutdalamdanasam
Humin
ambar 1. Di Sum
memiliki ka
karboksil a
at (Tan, 19
ganik yang
nderungan
m fulvat da
Komposisi K
(1982)
dan asam f
P2O7, aseti
ng member
an hasil ya
ksi lain, di
Bahan
m Laru
Bahanorganik
agram Hummber : Steven
adar oksigen
asam fulva
982). Menu
mempunya
molekul a
an asam hum
Kimia Asam
Asam Hum
50 6
4 6
4 6
2 6
0 2
fulvat dapat
laseton, cu
rikan hasil
ang cukup b
iantaranya
nHumat
utdalambalarutdalam
Huma
mifikasi Asanson (1994)
n 44%-54%
at dua sam
urut Lehning
i gugus karb
ir yang me
mat dapat di
m Fulvat dan
mat (%)
60
6
6
6
2
t diekstraks
upferron, h
paling ba
baik, NaOH
yaitu laruta
Lar
asa&tidakmasam
at
BahanHum
am Fulvat
% dan kadar
mpai tiga k
ger (1982),
boksil. Kela
embentuk i
ilihat pada T
n Asam Hum
Asam
4
4
si dengan b
hidroksikuin
aik adalah
H juga mem
an alkali d
rut
Larut
nNonmat
nitrogen se
kali lebih t
, air melaru
arutannya te
ikatan hidr
Tabel 7.
mat
m Fulvat (%
40 50
44 50
4 6
silika dari bahan mineral, protoplasma dan komponen dari jaringan organik segar
sehingga bercampur dengan humus. Selain itu, autooksidasi beberapa senyawa
organik dan reaksi kimia (kondensasi) juga dapat terjadi pada kondisi alkalin.
Oleh karena itu banyak peneliti melakukan ekstraksi bertahap dengan
mengkombinasikan beberapa pereaksi. Metode reaksi yang sering dipakai untuk
memisahkan asam humat dan asam fulvat adalah metode berdasarkan
International Humic Substances Society (IHSS). Pereaksi yang digunakan dalam
metode ini ada dua, yaitu asam klorida dan NaOH (Stevenson, 1982). Separasi
senyawa humat paling baik dengan menggunakan Na4P2O7 0,1M dan NaOH 0,1N
pada pH 13. Natrium dalam Na4P2O7 akan menggantikan Ca, Fe dan Al yang
terikat pada asam humat ataupun asam fulvat sehingga terbentuk larutan Na-
humat/fulvat dan endapan Ca/Fe/Al-pirofosfat (Kononova, 1966).
Gambar 2. Model Struktur Asam Fulvat Sumber : Buffle (1977)
Asam fulvat ikut serta dalam semua proses kehidupan tanaman, hewan dan
lain-lain. Asam fulvat berperan antara lain menyediakan elektrolit penting
(Senesi, 1990), meningkatkan dan mengangkut zat makanan (Prakash, 1971),
mengkatalisa reaksi enzim (Khristeva dan Luk Yaneko, 1962) dan merangsang
metabolisme (Rashid, 1985). Selain itu asam fulvat juga dapat menurunkan
deposit cadmium pada organ ginjal, hati dan otot pada ayam broiler (Herzig et al,
2007). Fungsi asam fulvat adalah : 1) transpor nutrien (mengikat mineral Na dan
K dalam saluran pencernaan), 2) meningkatkan availabilitas (ketersediaan) zat
nutrisi sehingga lebih mudah diabsorbsi, 3) meningkatkan aktivitas enzim dan
melindungi saluran pencernaan dari bahan yang merugikan (Jackson, 1997).
12
13
Suplemen humat mempunyai efek pengobatan pada seluruh sistem pencernaan,
menghilangkan racun dan infeksi, berperan sebagai antibiotik dan antivirus yang
menghilangkan penyakit dalam aliran darah, mendukung sistem kekebalan dan
meningkatkan kesehatan seluruh tubuh (Robert, 2001).
Hasil penelitian Wulandari (2012) menyatakan bahwa suplementasi asam
fulvat dalam ransum ayam broiler taraf 0,25%-1% yang dipelihara selama lima
minggu memiliki bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit pada ayam broiler
yang tidak mendapat suplementasi asam fulvat. Hal ini menunjukkan bahwa ayam
broiler yang mendapat suplementasi asam fulvat memiliki kekebalan tubuh yang
lebih baik terhadap stres dan serangan penyakit. Pengaruh penambahan asam
fulvat dalam ransum terhadap bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit ayam
broiler disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot Bursa Fabrisius dan Jumlah Leukosit Ayam Broiler yang Mendapat Suplementasi Asam Fulvat Dalam Ransum
Peubah R0 R1 R2 R3 R4
Bursa Fabrisius(gram)
0,740,22 0,790,08 0,870,15 0,740,16 0,920,08
Leukosit (ribu/mm3)
9,126,15 21,29,3 17,47,5 17,22,9 18,63,7
Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Sumber : Wulandari (2012)
Bailey et al. (1996) dan Kocabagli et al. (2002) mencobakan asam humat
pada ayam sebagai growth promotor. Karaoglu et al. (2004) melaporkan tidak ada
pengaruh pemberian suplemen asam humat terhadap bobot hidup akhir ayam
broiler. Penggunaan asam fulvat sebagai imbuhan pakan pada ayam pedaging
telah diteliti oleh Supriyati (2006), suplementasi asam fulvat pada air minum
ayam dapat meningkatkan kinerja ayam pedaging, bobot hidup dan rasio konversi
pakan. Asam fulvat juga mempunyai fungsi meningkatkan ketersediaan nutrien
dan membuat nutrien mudah diserap, mentransfer nutrien, mengkatalis enzim
pereaksi dan vitamin dalam sel, merangsang metabolisme atau sintesis, serta
meningkatkan daya serap air dan gas sel membran (Supriyati, 2007). Kompiang et
al. (2002) melaporkan adanya perbaikan perkembangan pertumbuhan bacillus
14
spp, mikroba yang digunakan sebagai probiotik, in vitro, dengan suplementasi
asam humat pada media kultur.
15
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari hingga Maret 2012.
Pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi
Ternak Unggas (Kandang C), pembuatan ransum dilaksanakan di Laboratorium
Industri Pakan, analisis bahan baku dan ransum dilaksanakan di Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 375 ekor ayam broiler umur satu hari (DOC)
Cobb strain CP 707 yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand Jaya Farm dan
dipelihara sampai umur 35 hari.
Kandang dan Peralatan
Penelitian ini menggunakan kandang dengan sistem litter yang bersekat
dengan jumlah 25 sekat. Masing-masing sekat berukuran 1 x 1,5 m dan berisi 15
ekor ayam. Peralatan penelitian yang digunakan diantaranya thermohigrometer,
timbangan digital, tempat pakan, tempat air minum, lampu pijar 100 watt,
brooder, detergen, kapur, dan desinfektan.
Ransum
Ransum disusun berdasarkan kebutuhan nutrien menurut Leeson dan
Summers (2005). Ransum dibagi menjadi 2 periode yaitu periode starter (0-18
hari) dan periode finisher (19-35 hari). Ransum diberikan dalam bentuk pellet.
Asam fulvat yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam fulvat dalam
bentuk cair. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, Corn Gluten Meal (CGM), Meat Bone Meal
(MBM), pollard, minyak, dicalcium phospat (DCP), CaCO3, garam, premix, DL-
metionin dan L-lysin. Komposisi dan kandungan nutrien ransum dapat dilihat
pada Tabel 9 serta kandungan asam fulvat yang digunakan dalam penelitian dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Komposisi dan Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Periode Starter (0-18 hari) dan Periode Finisher (19-35 hari)
Bahan Pakan Starter Finisher Jagung (%) 49,66 49,65 Bungkil Kedelai (%) 25,18 22,04 Bungkil Kelapa (%) 5,00 7,00 Pollard (%) 3,00 4,00 CGM (%) 5,71 9,00 MBM (%) 5,50 0,00 Minyak (%) 3,50 4,00 DCP (%) 0,70 1,58 CaCO3 (%) 0.54 1.27 Garam (%) 0,42 0,49 Premix (%) 0,25 0,25 DL-Meth (%) 0,28 0,25 L-Lysin (%) 0,26 0,47 Total (%) 100 100 Kandungan Nutrien : EM (kkal/kg)1) 3050 3100 EB (kkal/kg)2) 4113 4413 Kadar Air (%)3) 11,94 6,67 PK (%)3) 21,57 19,99 SK (%)3) 2,44 2,41 LK (%)3) 6,12 7,44 Ca (%)4) 0,61 0,98 P Total (%)4) 0,46 0,57 P avl (%)1) 0,45 0,41 Meth (%)1) 0,63 0,59 Lysin (%)1) 1,20 1,19 Na (%)1) 0,22 0,21 Cl (%)1) 0,39 0,43
Keterangan: 1) Berdasarkan perhitungan software Brill. 2) Hasil Analisis EB di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012). 3) Hasil Analisis Proksimat di Laboratorium Pusat Penelitian
Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB (2012).
4) Hasil Analisis Ca dan P di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, IPB (2012).
16
17
Tabel 10. Kandungan Asam Fulvat yang Digunakan Dalam Penelitian
Komponen Jumlah
Asam Fulvat (%) 74,26
Bahan Organik (%) 22,29
Asam Humat (%) 0,55
C (%) 12,90
N (%) 0,51
P (%) 0,04
Na (%) 22,19
K (ppm) 109,00
Ca (ppm) 8,23
Mg (ppm) 4,08
Fe (ppm) 44,85
Zn (ppm) 4,05
pH 9,40
Keterangan : Hasil Analisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB (2011)
Prosedur
Pembuatan Ransum. Bahan baku ditimbang sesuai dengan formula ransum.
Asam fulvat dicampurkan pada bahan yang tidak mudah menggumpal yakni
bungkil kelapa. Setelah pencampuran asam fulvat homogen dicampur dengan
bahan baku yang lain. Selanjutnya ransum dimasukkan ke dalam mesin pelleter
untuk pencetakkan pellet. Setelah pendinginan pellet, pellet dimasukkan ke dalam
mesin crumble. Ransum yang telah selesai dibuat selanjutnya dianalisis
kandungan nutrisinya dengan analisis proksimat, analisis Energi Bruto, serta
analisis Ca dan P.
Persiapan Kandang. Kandang dibuat bersekat berjumlah 25 dengan masing-
masing sekat berukuran 1 m x 1,5 m. Sebelum digunakan kandang dibersihkan,
dikapur dan disemprot dengan desinfektan. Sekam ditaburkan sebagai litter
setinggi 5 cm dari lantai dan disemprot menggunakan desinfektan ke seluruh
bagian ruangan. Setiap sekat dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum,
18
lampu pijar 100 watt dan brooder, serta pemasangan tirai di sekeliling kandang.
Kandang diistirahatkan sebelum ayam masuk.
Pemeliharaan Ayam. Masing-masing sekat diisi dengan 15 ekor ayam broiler.
Pemeliharaan ayam broiler dilakukan selama lima minggu. Sebelum ayam
mendapat perlakuan dilakukan penimbangan bobot badan awal, pemasangan
wingband, serta pemberian air gula. Kebutuhan pakan untuk per minggu telah
disiapkan dan disimpan dalam plastik berlabel. Pakan dan air minum diberikan
secara ad libitum. Pemberian pakan pada minggu pertama dilakukan setiap tiga
jam sekali beserta pemisahan benda asing dari pakan, sedangkan pada minggu
selanjutnya pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Pemberian
air minum dilakukan setiap pagi dan sore hari. Pencatatan suhu dan kelembaban
kandang dilakukan pada jam 07.00, 14.00, dan 17.00. Pada setiap minggu
dilakukan penimbangan konsumsi dan sisa pakan serta penimbangan ayam per
ekor untuk mengetahui bobot badan dan pertambahan bobot badan.
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Ransum perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
R1 : ransum kontrol (tanpa penambahan asal fulvat)
R2 : ransum dengan penambahan asam fulvat 0,25%
R3 : ransum dengan penambahan asam fulvat 0,50%
R4 : ransum dengan penambahan asam fulvat 0,75%
R5 : ransum dengan penambahan asam fulvat 1,0%
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Model
matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
19
Yij = + +
Keterangan :
Y : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
: nilai rataan umum
: efek perlakuan ke-i
: galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dan
dilakukan uji Duncan terhadap data yang berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1993).
Peubah yang Diamati
Konsumsi ransum. Konsumsi ransum rataan per ekor per minggu dihitung dari
selisih antara jumlah ransum yang diberikan selama tujuh hari dengan sisa
ransum. Perhitungan sisa ransum dilakukan dengan memisahkan ekskreta dan
sekam (benda asing) dari sisa ransum.
Bobot Badan Akhir. Bobot badan akhir adalah bobot badan ayam yang
ditimbang pada minggu terakhir setelah lima minggu pemeliharaan sebelum ayam
dipanen.
Pertambahan Bobot Badan (PBB). Penimbangan bobot badan pertama saat
DOC datang dengan dilakukan satu per satu untuk mengetahui bobot badan DOC
rata-rata. Bobot badan awal didapat pada saat penimbangan sebelum perlakuan.
Penimbangan selanjutnya dilakukan setiap minggu. Perhitungan pertambahan
bobot badan dihitung dengan cara penimbangan bobot badan per ekor pada akhir
minggu dikurangi bobot badan per ekor dari minggu sebelumnya. Perhitungan
PBB dilakukan tujuh hari sekali.
Konversi Ransum. Konversi ransum diperoleh dari perbandingan jumlah
konsumsi ransum rataan dengan pertambahan bobot badan (feed/gain) setiap
minggu selama penelitian.
Mortalitas. Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah ayam yang mati selama
penelitian berlangsung dibagi dengan jumlah ayam awal penelitian dikalikan
dengan 100%. Pengamatan dilakukan setiap hari. Ketika terdapat ayam yang mati
20
maka dicatat bobot mati, bobot ayam yang hidup dalam perlakuan tersebut serta
sisa pakan perlakuannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Ransum
Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan
Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari)
dan periode finisher (19-35 hari). Kandungan protein pada periode starter dan
finisher adalah 21,57% dan 19,99% dengan kandungan energi pada periode
starter dan finisher adalah 4113 kkal/kg dan 4413 kkal/kg. Kandungan protein
dan energi ransum tersebut sesuai dengan standar kandungan nutrien ransum
ayam broiler periode starter dan finisher yang telah ditetapkan oleh SNI, yakni
kandungan protein dan energi periode starter adalah minimal 19% dan 2900
kkal/kg (SNI, 2006a) serta kandungan protein dan energi periode finisher adalah
minimal 18% dan 2900 kkal/kg (SNI, 2006b). Selain itu, kadar air yang
terkandung dalam ransum juga berada dalam kisaran normal kadar air ransum
yang telah ditetapkan oleh SNI, yakni periode starter 11,94% dan periode finisher
6,67 % dimana kadar air ransum menurut SNI adalah maksimal 14% (SNI, 2006a
dan SNI, 2006b).
Suhu dan Kelembaban Kandang
Suhu dan kelembaban kandang penelitian dicatat setiap hari pada pagi hari
(07.00 WIB), siang hari (14.00 WIB) dan sore hari (17.00 WIB) selama lima
minggu. Rataan suhu dan kelembaban kandang disajikan pada Gambar 3 dan
Gambar 4.
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5
Suhu
(C)
Mingguke
pagi
siang
sore
Gambar 3. Rataan Suhu Kandang Selama Penelitian
21
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4 5
Kelemba
ban(%
)
Mingguke
pagi
siang
sore
Gambar 4. Rataan Kelembaban Kandang Selama Penelitian
Umumnya pada anak ayam umur 1-2 minggu memerlukan suhu
lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan ayam broiler umur lebih dari tiga
minggu. Pada minggu 1-2 suhu lingkungan telah sesuai dengan suhu kandang
yang dibutuhkan oleh anak ayam yakni 29-32 C (Charoen Pokphand, 2011).
Sedangkan pada ayam broiler umur 3-5 minggu suhu kandang berfluktuatif
dimana pada pagi hari 25,2 C, siang hari 30,77 C dan pada sore hari 27,4 C.
Suhu yang berfluktuatif tidak sesuai dengan suhu kandang yang dibutuhkan ayam
broiler pada usia 3-5 minggu yakni 23-28 C (Charoen Pokphand, 2011).
Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler
Rataan konsumsi ransum, bobot badan awal, bobot badan akhir,
pertambahan bobot badan, konversi ransum dan mortalitas ayam broiler setelah
lima minggu pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 11.
Konsumsi Ransum
Rataan konsumsi ransum ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan
berkisar antara 2605 sampai 2718 gram/ekor. Konsumsi ransum ayam broiler
pada penelitian ini lebih rendah dari standar konsumsi ransum ayam broiler strain
CP 707 yang dipelihara pada suhu 1927 C selama lima minggu yaitu 3297
gram/ekor (Charoen Pokphand, 2011). Lebih rendahnya konsumsi ransum
penelitian dari standar diduga karena perbedaan ransum yang digunakan serta
lingkungan pemeliharaan yang berbeda.
22
23
Tabel 11. Rataan Konsumsi Ransum, Bobot Badan Awal, Bobot Badan Akhir, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum, dan Mortalitas Selama Penelitian
Peubah R0 R1 R2 R3 R4
Konsumsi ransum (gram/ekor)
271886,25 2605130,36 262065,18 265086,42 267577,24
Bobot badan awal (gram/ekor)
48 2,44 47 2,38 48 2,68 48 1,95 50 1,00
Bobot badan akhir (gram/ekor)
152190,67 1468106,04 147422,26 149070,43 148135,04
Pertambahan bobot badan (gram/ekor)
147391,38 1421107,96 142723,59 144270,09 143134,18
Konversi ransum (gram/ekor)
1,85 0,10 1,84 0,05 1,84 0,04 1,84 0,04 1,87 0,04
Mortalitas (ekor)
8 (2,13%) 3 (0,8%) 1 (0,27%) 6 (1,6%) 7 (1,9%)
Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan asam fulvat dalam
ransum tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap konsumsi ransum
(P>0,05). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyati
(2006) dimana penambahan asam fulvat dalam air minum mampu meningkatkan
kinerja ayam pedaging, bobot hidup dan rasio konversi ransum. Perbedaan ini
diduga akibat perbedaan media pemberian asam fulvat serta perbedaan asam
fulvat yang digunakan. Rataan konsumsi ransum ayam broiler setiap minggu
selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 5.
Konsumsi ransum ayam broiler meningkat pada setiap minggunya selama
pemeliharaan. Namun, pada minggu ke-lima konsumsi ransum ayam broiler tidak
mengalami kenaikan yang signifikan dan bahkan konsumsi ransum ayam broiler
pada perlakuan R2 mengalami penurunan. Penurunan konsumsi ransum ini diduga
Gambar 5. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian
0100200300400500600700800900
1000
1 2 3 4 5
Konsum
siRan
sum(g/eko
r)
Mingguke
R0
R1
R2
R3
R4
Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
akibat tingginya suhu kandang pada minggu ke-lima. Suhu kandang pada minggu
ke-lima berkisar antara 24,9 30,5 C, sedangkan suhu kandang optimum yang
baik untuk broiler pada minggu ke-lima adalah 23 C (Charoen Pokphand, 2011).
Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan naiknya suhu tubuh ayam. Emmans
dan Charles (1977) memperkirakan penurunan konsumsi ransum adalah 1,5%
setiap 1 C kenaikan suhu lingkungan di atas 18 C pada ayam di daerah tropis.
Penurunan konsumsi ransum antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi
air minum yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat lingkungan
yang bertambah panas.
Selain karena suhu lingkungan yang relatif tinggi, faktor lain yang
menyebabkan konsumsi ransum yang lebih rendah adalah manajemen
pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan yang kurang baik menyebabkan
lingkungan yang kurang nyaman bagi ayam broiler dan menurunnya performa
ayam broiler. Dalam penelitian ini penimbangan ayam broiler per ekor yang
dilakukan setiap minggu dan banyaknya aktivitas manusia di lingkungan sekitar
kandang menyebabkan lingkungan yang kurang nyaman dan berdampak pada
menurunnya konsumsi ransum yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap
performa ayam broiler.
24
Bobot Badan Akhir
1521
1468 14741490 1481
1400
1450
1500
1550
R0 R1 R2 R3 R4
Gambar 6. Rataan Bobot Badan Akhir Ayam Broiler Selama Penelitian Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA),
R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Rataan bobot badan akhir ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan
berkisar antara 14681521 gram/ekor. Bobot badan akhir tertinggi dicapai oleh
perlakuan R0 yakni sebesar 1521 gram/ekor. Hasil ini didukung dengan konsumsi
ransum perlakuan R0 (kontrol) tertinggi dibanding dengan konsumsi ransum
perlakuan yang lain. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan asam
fulvat dalam ransum tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap bobot
badan akhir ayam broiler (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa asam fulvat tidak
mengganggu proses pertumbuhan ayam broiler. Karaoglu et al. (2004)
menyampaikan bahwa suplementasi asam humat dalam ransum hingga 0,30%
tidak mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan seekor ternak. Menurut Tillman et
al. (1991), pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran kenaikan
bobot badan dengan melakukan penimbangan ayam broiler secara berulang-ulang
dalam kurun waktu tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan. Dalam penelitian ini
penimbangan ayam broiler per ekor dilakukan setiap minggu.
25
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
Pertam
baha
nBo
botB
adan
(g/eko
r)
Minggu ke-
R0
R1
R2
R3
R4
Gambar 7. Rataan PBB Ayam Broiler Selama Penelitian Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan ayam
broiler pada perlakuan yang diberi penambahan asam fulvat dalam ransum tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol (P>0,05).
Kocabagli et al. (2002), Karaoglu et al. (2004) dan Yalcin et al. (2005) telah
melaporkan bahwa penambahan humat sebesar 0,1%-0,25% tidak mempengaruhi
pertambahan bobot badan ayam broiler.
Konversi Ransum
Rataan nilai konversi ransum yang diperoleh selama lima minggu
pemeliharaan adalah 1,85 (R0); 1,84 (R1); 1,84 (R2); 1,84 (R3); 1,87 (R4). Nilai
konversi ransum ayam broiler yang dipelihara selama lima minggu dalam
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konversi ransum ayam
broiler strain CP 707 yang dipelihara selama lima minggu yaitu 1,61 (Charoen
Pokphand, 2011). Tingginya nilai konversi ransum diduga akibat tingginya
mortalitas yang disebabkan oleh serangan penyakit dan tingginya suhu lingkungan
selama penelitian sehingga mempengaruhi konsumsi ransum.
26
00.30.60.91.21.51.82.12.42.7
1 2 3 4 5
Kon
vers
i Ran
sum
Minggu ke-
R0
R1
R2
R3
R4
Gambar 8. Rataan Konversi Ransum Ayam Broiler Selama Penelitian Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA),
R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukkan bahwa penambahan asam
fulvat dalam ransum ayam broiler tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap
konversi ransum (P>0,05). Gambar 7 dapat dilihat bahwa angka konversi ransum
meningkat pada setiap minggunya. Faktor utama yang mempengaruhi konversi
ransum adalah temperatur, kualitas ransum, kualitas air, pengafkiran, penyakit,
manajemen pemeliharaan dan juga faktor pemberian ransum, penerangan dan
faktor sosial (Anggorodi, 1979).
Mortalitas
Laju mortalitas atau mortality rate didapatkan berdasarkan perbandingan
antara jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan dengan total ayam yang
dipelihara (Bell dan Weaver, 2002). Mortalitas selama lima minggu pemeliharan
berjumlah 25 ekor (6,67%) dengan mortalitas tertinggi terjadi pada perlakuan
tanpa penambahan asam fulvat (R0) yakni sebanyak 8 ekor (2,13%) dan
mortalitas terendah pada perlakuan dengan penambahan asam fulvat 0,50% (R2)
sebanyak 1 ekor (0,27%).
Bell dan Weaver (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi mortalitas pada ayam adalah bobot badan, bangsa ternak, tipe
ayam, iklim, kebersihan lingkungan dan penyakit. Puncak mortalitas ayam broiler
selama pemeliharaan terjadi pada minggu ke-lima. Pada periode finisher (3-5
minggu) mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan periode starter (0-3
27
28
minggu). Demikian didukung oleh Bell dan Weaver (2002) bahwa angka
mortalitas dipengaruhi oleh umur, dimana ayam broiler umur lima hingga delapan
minggu memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan umur dua hingga
empat minggu. Mortalitas yang tinggi pada minggu ke-lima juga diduga
diakibatkan karena kekebalan tubuh yang rendah. Pada periode ayam berumur
lebih dari tiga minggu merupakan periode dimana peluang terjadinya kematian
lebih tinggi karena pada periode tersebut antibodi bawaan telah berkurang
(Amrullah, 2003).
Kekebalan tubuh yang rendah pada minggu ke-lima diduga diakibatkan
karena bobot badan yang tinggi pada minggu tersebut dan tingginya suhu
lingkungan. Pada minggu ke-lima suhu kandang berkisar antara 24,9-30,5 C.
Ayam broiler kurang toleran terhadap suhu lingkungan yang tinggi, terutama
setelah ayam berumur lebih dari tiga minggu (Gunawan dan Sihombing, 2004).
Pada ayam broiler yang berumur di atas tiga minggu, keadaan suhu lingkungan
optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20-25 C dengan kelembaban
berkisar antara 50%-70% (Borges et al., 2004). Sedangkan di Indonesia yang
merupakan negara tropis mempunyai suhu dan kelembaban lingkungan harian
yang tinggi, dimana suhu mencapai 27,7-34,6 C dan kelembaban antara 55,8%-
86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003). Peningkatan suhu lingkungan juga dapat
diakibatkan karena kepadatan kandang yang tinggi (Jahja, 2000) dan kecepatan
laju pertumbuhan (Bonnet et al., 1997). Peningkatan kepadatan kandang didukung
dengan tingginya bobot badan pada minggu ke-lima atau minggu akhir
pemeliharaan. Peningkatan suhu kandang mendukung terjadinya cekaman panas
(heat stres).
Cekaman panas (heat stres) terjadi akibat ketidakseimbangan antara
jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan dengan jumlah panas
yang dihasilkan tubuh sehingga terjadi perubahan fisiologis dan metabolisme
dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan sistem homeostasis
yang ada. Cekaman panas berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel
darah putih serta terjadinya pelepasan glukokortikoid yang dapat mengganggu
kekebalan (imunitas) tubuh (Sugito, 2007). Cekaman panas yang berdampak pada
menurunnya kekebalan tubuh akibat terganggunya fungsi kerja hati dan ginjal
29
yang mengakibatkan semakin beratnya ginjal dan hati bekerja dalam detoksifikasi
(Aengwanich dan Simaraks, 2004). Mortalitas yang terjadi dalam penelitian ini
diduga disebabkan oleh Sudden Death Syndroem (SDS) dan gangguan pernafasan
(Chronic Respiratory Disease / CRD).
Sudden Death Syndrome ditunjukkan dengan gejala ayam mati dengan
posisi punggung di bawah (Onowiwu et al., 1979) dan bobot badan mortalitas
yang tinggi. Demikian juga yang terjadi pada ayam broiler yang mati dalam
penelitian ini, dimana Sudden Death Syndrome (SDS) ditunjukkan dengan gejala
ayam mati mendadak dengan posisi punggung di bawah. SDS terjadi akibat ayam
mengalami gagal kerja jantung ketika terjadi cekaman panas akibat turunnya
tekanan darah (Tony, 2001). Selain itu, kepadatan kandang yang tinggi juga
meningkatkan resiko terinfeksi penyakit SDS (Bolton et al., 1972). Faktor-faktor
lain yang menyebabkan terjadinya Sudden Death Syndrome adalah kontinuitas
pencahayaan (Onowiwu et al., 1979), penyimpangan kandungan kalsium dan
fosfor dalam pakan (Scheideler et al., 1995), dan frekuensi makan (Bowes dan
Julian, 1988). Selain disebabkan oleh SDS, mortalitas ayam broiler dalam
penelitian ini juga disebabkan karena Chronic Respiratory Disease (CRD).
Mortalitas akibat Chronic Respiratory Disease (CRD) dicirikan dengan
adanya kesulitan bernafas seperti bersin dan nafas yang bersuara atau mengorok
(Bell dan Weaver, 2002). Dalam penelitian ini, CRD ditunjukkan dengan
terdengarnya ayam yang bersuara atau mengorok. Chronic Respiratory Disease
disebabkan karena infeksi dari bakteri Mycoplasma gallisepticum yang
menyerang saluran pernafasan di bagian kantong udara. Menurut Amer et al.
(2009), pemeliharaan ayam broiler dalam kandang dengan kepadatan tinggi dan
sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ayam broiler terinfeksi
bakteri Mycoplasma gallisepticum.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa cekaman panas
berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel darah putih (leukosit).
Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti sel dan memiliki kemampuan
gerak yang independen (Frandson, 1992). Leukosit berperan dalam merespon
kekebalan tubuh. Hasil penelitian Wulandari (2012) menunjukkan bahwa rataan
jumlah leukosit ayam broiler yang mendapat perlakuan suplementasi asam fulvat
30
0,25-1% dalam ransum berkisar antara 17,2-21,20 x 103/mm3 sedangkan
perlakuan tanpa suplementasi asam fulvat jumlah leukosit berada di bawah
kisaran normal yakni 9,12 x 103/mm3. Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
menyatakan bahwa leukosit ayam broiler berkisar antara 16.000 40.000/mm3.
Jumlah leukosit yang lebih tinggi pada perlakuan dengan penambahan asam fulvat
menunjukkan bahwa perlakuan tersebut memiliki kekebalan tubuh yang lebih
baik. Selain dari jumlah leukosit, kekebalan tubuh ayam broiler dapat dilihat pada
bobot bursa fabrisius.
Bursa fabrisius merupakan salah satu organ limfoid primer yang fungsinya
sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentukan
antibodi (Scanes et al., 2004). Wirapati (2008) melaporkan bahwa persentase
bobot bursa fabrisius ayam broiler umur lima minggu yaitu sekitar 0,04% - 0,12%
dari bobot hidup. Wulandari (2012) melaporkan bahwa bobot bursa fabrisius
ayam broiler yang mendapat tambahan asam fulvat 0,25% 1% dalam ransum
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada perlakuan yang tidak mendapat
tambahan asam fulvat. Unggas yang mempunyai bobot relatif bursa fabrisius lebih
besar akan lebih tahan terhadap berbagai penyakit (Heckert et al., 2002).
Dengan demikian terlihat bahwa ayam broiler yang mendapat perlakuan
penambahan asam fulvat dalam ransum memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik
terhadap serangan penyakit dan stres yang ditunjukkan dengan jumlah leukosit
yang berada dalam kisaran normal, bobot bursa fabrisius yang lebih tinggi serta
mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam broiler yang mendapat
perlakuan tanpa penambahan asam fulvat. Hal ini diduga karena asam fulvat yang
memiliki berat dan bentuk molekul yang sangat ringan dan kecil mampu masuk ke
dalam jaringan dan sel sehingga mampu membantu dalam proses pembentukan sel
darah putih serta karena asam fulvat mampu menyediakan elektrolit penting yang
dibutuhkan oleh tubuh (Senesi, 1990) sehingga asam fulvat mampu meningkatkan
kekebalan tubuh.
31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan asam fulvat 0,25% 1,0% dalam ransum tidak
mempengaruhi performa ayam broiler, akan tetapi mampu menurunkan
mortalitas. Penggunaan 0,50% merupakan taraf terbaik dalam menurunkan
mortalitas.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh dan
potensi asam fulvat melalui air minum terhadap performa dan imunitas ayam
broiler.
32
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1) Dr. Ir. Heri Ahmad Sukria, M.Sc, Agr. Sebagai pembimbing utama dan
pembimbing akademik untuk semua bimbingan, pengarahan dan sara-saran
yang sangat berharga dari tingkat awal hingga akhir, serta selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
2) Dr. Ir. Sumiati, M.Sc. sebagai pembimbing anggota untuk semua bimbingan,
pengarahan dan saran-saran yang sangat berharga selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
3) Ir. Widya Hermana, M.Si. sebagai dosen penguji seminar.
4) Dr. Ir. Yuli Retnani, M.Sc dan Dr. Rudi Afnan, S.Pt, M.Sc, Agr. sebagai dosen
penguji sidang
5) Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan
kepada Penulis untuk menempuh pendidikan di IPB.
6) Bapak Herman Suriato selaku Direktur PT Novelvar, sebagai donatur
penelitian ini.
Terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Ir. Lidy Herawati, MS., Ibu
Lanjarsih, Mas Mul, Pak Hadi, Pak Wardi, Pak Karya, Pak Abet, Kak Simau,
Maha, Dea, Ismail, Devide, Alfi, Anisah, Motika, Chiya, Rosi, Eka, Nisa, Isma,
Luvi, Uun, Vaudhan, Ucok, Adi, Egun, teman-teman CSS Patriot 45, CSS MoRA
IPB dan INTP 45 atas doa, semangat dan perhatian yang tak terkira.
Ucapan terima kasih yang amat besar kepada Ayah, Ibu, enam kakak dan
tiga adik penulis tercinta atas dukungan, doa, semangat dan kasih sayang yang tak
pernah putus diberikan. Mungkin ada banyak pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama penulisan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan
satu per satu, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2012
Penulis
33
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.A. 2000. The role of nutricines in health and total nutrition. Proc. Aust. Poult. Sci. Sym. 12: 17-24.
Aengwanich, W. & S. Simaraks. 2004. Pathology of heart, lung, liver and kidney in broilers under chronic heat stress. Songklanakarin J. Sci. Technol. 26: 417 424.
Amer, M. M., K. M. El-Bayomi, M. S. G. Zenab & A. E. A. Hanafei. 2009. Field study on control of Chronic Respiratory Disease in vertically infected broiler chicks. J. BS. Vet. Med. 19 (1): 27-33.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Anggorodi, R. 1979. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Appleby, M. C., J. A. Mench & B. O. Hughes. 2004. Poultry Behaviour and Welfare. CAB International, Wallingford.
Badan Pusat Statistik. 2003. Suhu dan Kelembaban Harian. Badan Pusat Statistik RI, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Populasi Ternak. Pusat Data dan Informasi Peternakan.http://www.bps.go.id/ [21 Desember 2011].
Bailey, C. A., K. E. White & S. L. Donke. 1996. Evaluation of menefee humate on the performance of broilers. Poult. Sci. 75:84.
Bell, D. D & W. D Weaver Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th Ed. Springer Science Business Media, Inc., New York.
Bolton, N. W., W. A. Dewar, R. M. Jones & R. Thomson. 1972. Effect of stocking density on performance of broiler chicks. Br. Poult. Sci. 13: 157-162.
Bonnet, S., P.A. Geraert, M. Lessire, M.B. Cerre & S. Guillumin. 1997. Effect of high ambient temperature on feed digesbility in broilers. Poultry Sci. 76:857-863.
Borges, S.A., F.A.V. Da Silva, A. Maiorka, D.M. Hooge & K.R. Cummings. 2004. Effects of diet and cyclic daily heat stress on electrolyte, nitrogen and water intake, excretion and retention by colostomized male broiler chickens. Int. J. Poult. Sci. 3(5):313 321.
Bowes, V. A. & R. J. Julian. 1986. Diagnosis of sudden death syndrome in broiler chickens. Proc. IV Int. Symp. Vet Lab Diag, Amsterdam. June 1986.
Bruzual, J. J., S. D. Peak, J. Brake & E. D. Pleebest. 2000. Effect of relative humidity during the last five days of incubation and brooding temperature
http://www.bps.go.id/
34
on performance of broiler chicks from young broiler breeders. Poult. Sci. 79: 1385-1391.
Buffle, J. A. E. 1977. Les substance humiques et leurs interactions avec les ions mineraux. Conference Proceedings de la Commision dHydrologie Appliquee de A.G.H.T.M. lUniversity dOrsay, 3-10.
Charoen Pokphand Indonesia. 2011. Manual Manajemen Broiler CP 707. PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk, Jakarta.
Emmans, G. C & D. R . Charles . 1977. Climatic environment and poultry feeding in practice . In : Nutrition and Climatic Environment . W. Haresign, H. Swan and D. Lewis (Eds .). Butterworth, London-Boston .
Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomy and Physiology of Farm Animals. Edisi ke-4. Terjemahan: D. Srigando and K. Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gibson, S. W., B. O. Hughes, S. Harvey & P. Dun. 1998. Plasma concentration of corticosterone and thyroid hormones in laying fowls from different housing systems. Br. Poult. Sci. 27: 621-628.
Ginting, N. 1988. Penyakit Ayam di Indonesia. Rekan Anda Setiawan. Jakarta.
Gunawan & D. T. H. Sihombing. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras. BPTP Bengkulu dan Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Wartazoa 14 (1) : 31-38.
Heckert, R. A., I. Estevez, E. R. Cohen & R. P. Riley. 2002. Effects of density and perch availability on the immune status of broilers. Poultry Science. 81:451-457.
Herzig, I., M. Navratilova, P. Suchy, V. Vecerek, & J. Totusek. 2007. Model trial investigating retention in selected tissues using broiler chicken fed cadmium and humic acid. Journal of Veterinari Medicina. 52 (4): 162-168.
Islam, K. M. S., Scuhmacher, A., & Gropp, J. M. 2005. Humic acid substances in animal agriculture. Pakistan Journal of Nutrition. 4 (3): 126-134.
Jackson, W. R. 1997. Dynamic growing with humic acids for master gardeners. http://www.Unifiedsystems.com/fulvic.htm. 12 Maret 2012.
Jahja. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk-petunjuk Beternak Ayam. Edisi ke-18. Medion Press, Bandung.
Karaoglu, M., M. Macit, N. Esenbuga, H. Durdag, O.C. Bilgi & L. Turgut. 2004. Effect of supplemental humate at different levels on growth performance, slaughter and carcass traits of broilers. Journal of Poultry Science. 3 (6): 406-410.
http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm
35
Kartasudjana, R & E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Khristeva, L. A. & M. V. Luk Yaneko. 1962. Role of physiologically active substances in soil-humic acid, bitumens and vitamins B, C, P-PA and D in the life of plants their repelnishment. Soviet Soil Sciences.http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm. [18 Oktober 2012]
Kocabagli, N., M. Alp, N. Acar, & R. Kahraman, 2002. The effects of dietary humate supplementation on broiler growth and carcass yield. Poult. Sci. 81: 227-230.
Kompiang, I.P. & Supriyati. 2007. Effect of humic acid on performance of broiler chicken. JITV 12 (1): 6-9.
Kompiang, I. P., D. Zaenuddin & Supriyati. 2002. Pengaruh suplementasi Bacillus apiarius atau Torulaspora delbrueckii terhadap penampilan ayam pedaging. JITV 7: 139-143.
Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Pergamon, London.
Kususiyah. 1992. Pengaruh penggunaan zeolit dalam litter terhadap kualitas lingkungan kandang dan performans broiler pada kepadatan kandang yang berbeda. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Leeson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd. University Book. Guelp, Ontario.
Lehninger, L. A. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan: Maggy Thenawidjaja. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lu, Q., J. Wen & H. Zhang. 2007. Effect of chronic heat exposure on fat deposition and meat quality in two genetic types of chicken. Poult. Sci. 86: 1059 1064.
Maynard, L. A., C. K. Loosli., H. F. Hints, & R. G. Warner. 1979. Animal Nutrition 6th. Mc. Graw-Hill Publishing Co.Ltd. New Delhi.
Mazia, C. M. 2009. Mengelola kandang dan peralatan ayam pedaging. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian.http://depdiknas.go.id/ternak_unggas/modul. [22 Maret 2012].
North. M.O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition Van Nostrad Rein Hold, New York.
Ononiwu, J. C., R. G. Thomson, H. C. Carlson, & R. J. Julian. 1979. Studies on the effect of lighting on sudden death syndrome in broiler chickens. Can. Vet. J. 20 : 74-77.
Prakash, A. 1971. Enhance and transport nutrients. Fertility of the sea.http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm. [18 Oktober 2012]
36
Rashid, M. A. 1985. Mineral complexes in fulvic may serve as electrodes. Geochemistry of marine humic substance. http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm. [18 Oktober 2012]
Robert, H. 2001. Humic substance promote exceptional health in livestock. http://www.fulvic.com/healthalert/livestock2. htm. 12 Maret 2012.
Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB International. New York.
Scanes, G. C., G. Brant & M. E. Ensminger. 2004. Poultry Science. 4th Edition. Pearson Education Inc., New Jersey.
Scheideler S. E., D. V. Rives, J. D. Garlich, & P. R. Ferket. 1995. The effect of Calsium and Phospor diet on broiler chickens performance and the incidence of sudden death syndrome. Poultry Science 74 (12) : 2011-8
Schnitzer, M & S. U. Khan. 1978. Humic Substance in teh Environment, Marcel Dekker, New York.
Senesi, N. 1990. Analytica Chimica Acts. http://www.unifiedsystems.com/fulvic. htm. [18 Oktober 2012]
Smith, J. B, & Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Universitas Indonesia. Gramedia, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2006a. [SNI 01-3930-2006] Pakan Anak Ayam Ras Pedaging (broiler starter). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2006b. [SNI 01-3931-2006] Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (broiler finisher). Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Edisi keempat. Terjemahan: M. Syah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry: Genesisi, Composition, Reactions. Willey Intersciense, New York.
Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. John Wiley and Sons. New York, USA.
Sudarso, Y & A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudaryani, T & Santoso. 1995. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sufi, A. H. N. 2008. Performa ayam broiler yang mendapat ransum bersuplemen Cr organik dan dipelihara pada kepadatan kandang yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
http://www.unifiedsystems.com/fulvic.htm.%20%5b18http://www.fulvic.com/healthalert/livestock2http://www.unifiedsystems.com/fulvic.%20htm.%20%5b18http://www.unifiedsystems.com/fulvic.%20htm.%20%5b18
37
Sugito. 2007. Kajian penggunaan jaloh sebagai anti stres pada ayam broiler yang diberi cekaman panas. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Supriyati. 2006 . The effect of fulvic acid fraction on broiler chikens performance. Proc. The 4th International Seminar on Tropical Animal Science" Animal Production and Sustainable Agriculture in the Tropic" . Fac . Anim Sci . UGM, Nopember 8-9, 2006 . pp 643- 647.
Supriyati. 2007. Pengaruh prebiotik asam fulvat terhadap kandungan kolesterol dalam daging. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII. Balai penelitian Ternak, Bogor.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Bogor
Swenson, M. J. 1984. Physiological Properties and Cellular and Chemical Constituents of blood. Dukes Physiology of Domestic Animals 10th Edition. Cornell University Press, Ithaca and London.
Tan, K. H. 1982. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan: D. H. Goenadi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Praworokusumo & S. Lebdosoekjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah Mada Univercity Press. Yogyakarta.
Tony, U. 2001. Titik Lemah Broiler Modern. Bulletin. PT Elanco. Jakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wirapati, R. D. 2008. Efektivitas pemberian tepung kencur (Kaempferia galanga linn) pada ransum ayam broiler rendah energi dan protein terhadap performan ayam broiler, kadar kolestrol, persentase berat hati, dan bursa fabrisius. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Weber, J. 2008. Definition of soil organic matter. http://humintech.com/001/articles/article definition of soil organic matter4.html. [12 Agustus 2012]
Wulandari, M. 2012. Pengaruh pemberian asam fulvat dalam ransum terhadap bobot karkas, organ dalam dan kolesterol daging ayam broiler. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yalcin, S., Ergun, A., Erol, H., Yalcin, S. & Ozsoy, B., 2005. Use of L-carnitine and humate in laying quail diets. Acta Veterinaria Hungarica 53 (3) : 361-370.
http://humintech.com/001/articles/article
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Mortalitas Ayam Broiler Selama Lima Minggu Pemeliharaan
Minggu ke- Perlakuan Jumlah (ekor)
R0 R1 R2 R3 R4
1 0 0 0 1 0 1
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 1 0 1 0 2
5 8 2 1 4 7 22
Total 8 3 1 6 7 25
Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2
(R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Lampiran 2. Suhu dan Kelembaban Kandang Selama Pemeliharaan
Hari ke- 07.00 14.00 17.00
Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
1
2 28,2 75 32,1 52 34,5 54
3 29,4 76 36,8 48 31,8 71
4 29,3 74 33,2 51 29,6 76
5 27,6 77 32,7 55 28,2 76
6 27 69 33 54 27,8 74
7 27,1 76 33,5 57 29,1 72
8 27,3 79 33,2 55 31,7 64
9 28,2 76 33,9 55 33 68
10 31,9 68 32,5 57 29 75
11 26,7 85 30,1 71 29,3 72
12 30,8 66 31,8 62 25,9 86
13 25,8 88 31,2 64 25 93
14 24 88 32,5 55 26,4 91
15 25,9 89 31,9 58 25,9 92
16 24 87 30 72 25 92
40
17 26,2 78 28 79 27,8 73
18 24 91 33,9 55 25,6 81
19 24,8 86 32,2 54 30 80
20 25,6 83 28 79 25,9 82
21 24,6 94 31,4 59 30,6 85
22 30,1 84 32 55 28,1 70
23 25,3 81 31,2 64 27,8 72
24 24,8 85 30,4 65 28 77
25 24,7 89 30,2 71 27,8 73
26 26,5 89 31,2 58 25,6 85
27 24,4 84 30,4 56 27,7 89
28 24,2 84 31,8 55 26,8 90
29 24,1 87 28,5 60 27,9 84
30 25 86 30 67 26,3 81
31 25 86 31 64 25 78
32 25,7 87 32,7 60 30 66
33 24,2 88 31,4 60 28,6 65
34 25,1 80 30,9 51 27,9 84
35 24,7 75 29 63 27 84
36 25,4 88
Keterangan : Suhu (C) dan Kelembaban (%)
41
Lampiran 3. Rataan Bobot Badan Awal Ayam Broiler
Perlakuan Ulangan
Rataan 1 2 3 4 5
R0 49 50 45 45 50 47,8
R1 45 50 45 49 49 47,6
R2 48 45 51 46 50 48,0
R3 49 50 49 45 50 48,6
R4 49 51 49 50 51 50,0
Lampiran 4. Sidik Ragam Konsumsi Ransum 5 Minggu Pemeliharaan
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 40806,64 10201,66 1,211 0,337
Galat 20 168470,27 8423,51
Total 24 209276,90
Lampiran 5. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Pertama
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 59,87 14,97
Galat 20 199,04 9,95 1,504 0,24
Total 24 258,91
Lampiran 6. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kedua
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 311,10 77,77 0,543 0,71
Galat 20 2863,97 1431,20
Total 24 3175,07
Lampiran 7. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Ketiga
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 6533,54 1633,38 1,64 0,20
Galat 20 19972,62 998,63
Total 24 26506,15
42
Lampiran 8. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Keempat
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 15059,55 3764,89 1,65 0,20
Galat 20 45652,91 2282,64
Total 24 60712,46
Lampiran 9. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Minggu Kelima
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 28565,96 7141,49 2,80 0,054
Galat 20 50988,04 2549,40
Total 24 79554,00
Lampiran 10. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan 5 Minggu Pemeliharaaan
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 8847,44 2211,86 0,41 0,79
Galat 20 106856,00 5342,80
Total 24 115703,44
Lampiran 11. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Pertama
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 232,24 58,06 3,62 0,02*
Galat 20 320,80 16,04
Total 24 553,04
Keterangan : * = berbeda nyata (p
43
Lampiran 13. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan Minggu Kedua
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 1808,96 452,24 3,47 0,026*
Galat 20 2602,80 130,14
Total 24 4411,76
Keterangan : * = berbeda nyata (p
44
Lampiran 18. Sidik Ragam Konversi Ransum Selama Lima Minggu Pemeliharaan
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 0,003 0,001 0,253 0,90
Galat 20 0,068 0,003
Total 24 0,071
Lampiran 19. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Pertama
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 0,092 0,023 5,942 0,003*
Galat 20 0,078 0,04
Total 24 0,170
Keterangan : * = berbeda nyata (p
45
Lampiran 22. Uji Jarak Duncan Konversi Ransum Minggu Kedua
Perlakuan N
alpha = 0,05
1 2
2 5 1,35
1 5 1,36
Duncan 3 5 1,38
5 5 1,45
4 5 1,46
Sig. 0,16 0,52
Lampiran 23. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Ketiga
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 0,071 0,018 1,085 0,39
Galat 20 0,328 0,016
Total 24 0,400
Lampiran 24. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Keempat
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 0,003 0,001 0,185 0,94
Galat 20 0,081 0,004
Total 24 0,084
Lampiran 25. Sidik Ragam Konversi Ransum Minggu Kelima
SK db JK KT F Sig.
Perlakuan 4 0,003 0,001 0,253 0,90
Galat 20 0,068 0,003
Total 24 0,071
(1) COVER.pdf(2) RINGKASAN(3) ABSTRACT(4) LEMBAR PENGESAHAN(5) LEMBAR PERNYATAAN(6) RIWAYAT HIDUP(7) KATA PENGANTAR(8) DAFTAR ISI 1(9) DAFTAR TABEL NEW(10) DAFTAR GAMBAR(11) DAFTAR LAMPIRAN(12) SKRIPSI 4